Anda di halaman 1dari 19

Jun

DSM (diagnostic and stastitical manual of mental disorder)

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa orang yang tidak sehat
jiwanya atau abnormal kita sebut sebagai orang gila, tetapi sebenarnya dalam
dunia psikologi orang yang stress pun juga termasuk sebagai kategori abnormal.
Bagaimana kondisi abnormal itu ? orang awam biasanya mendifinisikan sebagai
seseorang yang perilakunya selalu kacau ( misalnya: bunuh diri, pelecehan seksual
yang berlebihan dll) dan dianggap melewati batas normal. Sebenarnya dalam dunia
psikologi seseorang dianggap abnormal apabila terdapat ciri-ciri dibawah ini :
1.

Dalam kedaan tidak bahagia

2.

Tidak dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan

3.
Tidak bisa mempunyai rasa mencintai, tidak dapat masuk dunia pekerjaan dan
tidak dapat memaknai arti kehidupannya
4.

Strees dalam jangka waktu yang lama

Sedangkan gangguan jiwa sendiri menurut para ahli sendiri adalah keadaan dimana
seseorang mengalami adanya perasaan, pikiran perilakunya sendiri yang membuat
dirinya merasa menderita. Selain itu orang yang mengalami gangguan jiwa
biasanya tidak bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya, perilakunya
abnormal, perilakunya sulit dikontrol dan melanggar norma-norma yang berlaku
dan perilaku tersebut bukanlah hal yang normal melainkan jarang sekali ada.

Dalam dunia psikologi sebenarnya terdapat panduan atau standar dalam


mengklasifikasikan gangguan jiwa pada seseorang, yang paling sering dipakai
adalah DSM (diagnostic and stastitical manual of mental disorder). DSM berbentuk
sebuah buku (mirip dengan undang-undang) didalamnya terdapat penggolonganpenggolongan atau dalam psikologi disebut sebagai axis. Dalam buku DSM axis
terbagi menjadi 5 bagian, yaitu :
1.

Axis 1

Axis satu ini berhubungan dengan sindrom-sindrom klinis seperti phobia (ketakutan
yang berlebihan terhadap sesuatu), gangguan kognitif seperti amnesia, gangguan
psikotik seperti skizophrenia. Lebih lengkapnya :
Gangguan yang biasanya di diagnosis pertama kali pada masa bayi, anak-anak
atau remaja (ADHD, gangguan perkembangan pervasif, gangguan motorik, dsb)
Delirium, Dementia, Amnesia dan Gangguan Kognitif lainnya
Gangguan yang berkaitan dengan penyalahgunaan zat
Skizophrenia dan gangguan psikotik lainnya
Mood disorder (bipolar disorder)
Anxiety disorder (panik, phobia, PTSD, OCD)
Somatoform disorder (hipokondriasis)
Dissosiative disorder
Sexual & Identity disorder
Eating disorder
Sleep disorder
Impulse control (kleptomania, judi yang tidak terkendali)
Gangguan penyesuaian diri
Kondisi lain yang menjdi fokus perhatian klinis :

1. Problem akademik
2. Perilaku yang anti-sosial
3. Malingering
4. Marital problem
5. Relational problem (sibling)
6. Occupational problem
7. Physical or sexual abuse

8. Uncomplicated bereavement

2.

Axis 2

Dalam axis dua ini adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah
gangguan kepribadian seperti, paranoid, schizoid, schizotypal, antisocial, borderline,
histrionic, narcistic, avoidant, dependent, obsesive compulsive. Selain gangguan
kepribadian axis dua juga yang berhubungan dengan retardasi mental.

3.

Axis 3

Axis tiga adalah masalah-masalah gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan


gangguan kejiwaan

4.

Axis 4

Dalam axis empat ini adalah gangguan-gangguan yang melibatkan lingkungan


sekitar atau lingkungan sosial contohnya :
Masalah dengan primary support group
Masalah yang terkait dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan/ kondisi lingkungan rumah
Masalah ekonomi
Masalah akses layanan kesehatan
Masalah yang berkaitan dengan hukum atau kriminal
Masalah psikososial dan lingkungan lain

5.

Axis 5

Axis lima ini adalah alat tolak untuk mengukur seberapa parah gangguan
kejiwaan seeorang yang mengalami gangguan kejuiwaan. Dan biasa disebut
dengan GAF Scale atau Global Assestment of Functionong Scale. Skala ini diperlikan

karena dalam suatu pengukuran harus ada standar dimana setiap psikolog harus di
dunia memakai ini sebagai alat tolak ukur mereka.
Posted 5th June 2012 by klinis kelasB
Labels: Amateur
1
View comments

DJ AFIPNovember 18, 2014 at 3:00 PM


Rajalistrik.com
ReplyDelete
Add comment
Load more

Psikologi Klinis

Classic
Classic
Flipcard
Magazine
Mosaic
Sidebar
Snapshot
Timeslide

Jun

About Us
Dwi Chantika RM (111111158) Fajar Rahmawati I (111111162) Pratitis Ary Aulia
(111111094) Mufqi Ryan (111111003) Deandra Kusuma (111111096) Fildzah
Adzhani F (111111109)
Posted 6th June 2012 by klinis kelasB
0
Add a comment

Jun
5

Schizophrenia
Posted 5th June 2012 by klinis kelasB
Labels: Video
0
Add a comment

Jun
5

Client Centered Therapy


Posted 5th June 2012 by klinis kelasB
Labels: Video
0
Add a comment

Jun
5

Perbedaan Wilayah Kajian Antara Psikologi Klinis dan Psikologi Industri dan
Organisasi

Apakah yang dimaksud dengan Psikologi Industri dan Organisasi?

Psikologi Industri dan Organisasi atau lebih sering dikenal dengan PIO adalah bidang
kajian psikologi yang mempelajari tentang hubungan antar manusia dalam
lingkungan kerjanya, baik di bidang industri maupun lingkup organisasi yang ada
dalam lingkungan kerja terkait.

Psikologi Industri dan Organisasi merupakan suatu keseluruhan pengetahuan yang


berisi fakta, aturan-aturan dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia pada
pekerjaan.
Psikologi Industri dan Organisasi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen, serta perilaku
manusia baik secara perorangan maupun secara kelompok, dengan maksud agar
temuannya dapat diterapkan dalam industri dan organisasi untuk kepentingan dan
kemanfaatan manusianya dan organisasinya.

Organisasi yang dimaksud adalah organisasi formal yang mencakup organisasi yang
mencari keuntungan, memproduksi barang atau jasa, dan organisasi yang tujuan
utamanya bukan mencari keuntungan. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem yang terbuka.

Lantas, apa perbedaan wilayah kajian antara psikologi klinis dan PIO ?

Psikologi klinis membantu individu yang mengalami permasalahan dengan


lingkungan sekitarnya supaya individu tersebut menjadi lebih adaptif, sehingga
individu mampu untuk menjalani hidup yang lebih baik di dalam lingkungannya.
Yang dimaksud dengan individu adaptif adalah individu tersebut mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berasal dari lingkungan
sekitarnya, baik lingkungan sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

Ketika individu merasa tertekan dan dianggap tidak mampu beraktifitas atau
berkelakuan layaknya yang diinginkan oleh tiap-tiap lingkungan, maka tugas
seorang psikolog klinis-lah supaya orang tersebut setidaknya mampu menghadapi
tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh lingkungan disekitarnya tersebut.

Lingkungan dimana individu berada tidak terkecuali adalah lingkungan kerja. Nah,
lingkungan kerja inilah yang (dapat dikatakan) berkaitan dengan PIO. Bukan tidak
mungkin seorang individu yang terjun di dunia PIO tidak memiliki masalah dengan
istrinya dirumah (misalnya individu tersebut adalah seorang suami). Sang suami
merasa tertekan karena di rumah istrinya menuntut penghasilan yang lebih dari
suami, padahal profesi suami dalam perusahaan hanyalah seorang buruh yang
gajinya dapat dianggap pas-pasan. Sang istri yang mengancam akan menuntut
cerai dari suami apabila kebutuhan materinya tidak dipenuhi secara tidak langsung
membuat pikiran suami bingung, antara berusaha mendapatkan pendapatan yang
lebih banyak tiap bulan dengan posisinya sebagai buruh pabrik kemudian
diceraikan oleh istrinya atau tetap mempertahankan istrinya. Tetapi apabila sang
suami tetap mempertahankan istrinya maka dia harus mempunyai pendapatan
yang lebih setiap bulan. Padahal mencari pekerjaan zaman sekarang bukanlah hal
yang mudah.

Permasalahan sang suami dalam rumah tangganya mungkin tidak akan langsung
tampak ketika dia bekerja. Akan tetapi, lama kelamaan kinerja suami akan tampak
memburuk karena sang suami sebenarnya mempunyai pikiran yang tidak pernah
tenang saat bekerja akibat dibayangi oleh ancaman perceraian dari istrinya.

Nah, tugas psikolog klinis disini adalah mengintervensi sang suami supaya
setidaknya sang suami merasa tidak ada beban atau bebannya berkurang
ketika bekerja. Hasil dari intervensi bias bermacam-macam. Tergantung pada hasil
diagnosis multiaksialnya atau solusi bersama yang diciptakan oleh sang psikolog
klinis dengan sang suami (klien).

Hal yang perlu diingat adalah bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara seorang psikolog klinis ataupun psikolog PIO. Yang membedakan
hanyalah wilayah kajian ilmunya saja. PIO lebih menekankan tentang individu
berinteraksi dalam lingkup sosial (dalam hal ini adalah lingkup kerja), sedangkan
psikologi klinis lebih menekankan pada aspek individual adaptif. Tetapi bukan berarti
seorang psikolog industri dan organisasi tidak mampu berperan sebagai seorang
psikolog klinis saat dia bekerja dan menghadapi lapangan pekerjaan yang real.
Seorang PIO dapat berperan sebagai seorang psikolog klinis ketika dibutuhkan
begitupun sebaliknya. Akan tetapi sebaiknya semuanya diserahkan kepada ahlinya
masing-masing. . .
Posted 5th June 2012 by klinis kelasB
Labels: Newbie
0
Add a comment

Jun
5

Kharisma Anak Autis Hebat Bintang Negara

Kharisma membuktikan dan memberi kesaksian bahwa anak berkebutuhan khusus


bila dilayani dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang
menakjubkan....
Kharisma di didik di SLB N Semarang dibawah pimpinan Bapak Drs. Ciptono
sumber : youtube.com
Posted 5th June 2012 by klinis kelasB
Labels: Video
0
Add a comment

Jun
5

Wrong Perception Brings Disadvantage

Banyak dari gangguan psikologis yang seringkali kurang dipahami oleh masyarakat
kita. Apa aja sih emangnya contoh gangguan psikologis itu? Well, gangguan
psikologis itu gampangnya adalah gangguan yang terjadi pada mental seseorang,
jadi kalo mau tau contohnya yang sering terjadi di masyarakat kita antara lain
skizofrenia atau yang sering disebut sama masyarakat dengan gila atau sakit jiwa;
ada juga depresi, ini yang paling sering kita tau, depresi ini jga masuk ke dalam
gangguan psikologis lho; dan contoh terakhir yang mau kita bahas di sini adalah
autism. Udah nggak asing kan sama kata autism ini.
Ya, autism itu termasuk gangguan psikologis yang sering terdeteksi saat orang itu
masih anak-anak. Gangguan ini adalah gangguan pada perkembangan syarafnya
sehingga berdampak pada komunikasi dan interkasi sosialnya. Penyebab dari
autism sendiri sih masih belum jelas. Banyak pendapat-pendapat yang mencoba
untuk menemukan penyebabnya kayak imunisasi sebagai pemicu juga polusi yang
terus tertimbun dalam tubuh penderita, tapi tetep aja penyebab pastinya belum
ditemukan.
Beberapa ciri-ciri dari autism sendiri antara lain:

1.
Interaksi sosialnya kurang. Biasanya penderita sulit untuk melakukan kontak
mata dan mereka sulit untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan lewat raut
wajah.
2.

Cara berkomunikasinya kurang dapat dimengerti oleh orang di sekitarnya.

3.
Perilaku emosinya kurang normal. Terkadang emosi mereka dapat meledak
secara tiba-tiba tanpa ada sebab yang kita ketahui.
4.
Pola bermainnya terkesan monoton dan selalu melakukan sesuatu berulangulang seperti berputar-putar.
5.
Mereka juga punya cara mereka sendiri dalam mempertahankan dan
menginginkan sesuatu. Biasanya penderita autism bersikap obsesif dan posesif.
Namun kita tidak dapat men-judge begitu saja orang yang memiliki ciri-ciri di atas
sebagai penderita autism. Bagaimanapun juga kita harus merujuk kepada ahlinya,
seperti contohnya psikolog atau bias juga ke psikiater.
Adapun autism sendiri itu dikelompokkan berdasarkan respon yang ditunjukkan oleh
penderita, yaitu autism ringan, autism sedang dan autism berat. Dari namanya
udah bisa ditebak kan di mana perbedaannya. Pada autism ringan respon yang
diberikan sama penderita terhadap stimulus yang dikasi ke dia itu masih cukup
besar. Respon ini semakin sedikit pada sutisme sedang dan autism berat. Adapun
terapi-terapi yang biasa diterapkan pada anak autis ada beberapa macam. Antara
lain terapi akupuntur, terapi rendah karbohidrat, terapi gelombang sonar lumbalumba, terapi wicara, dan masih banyak lagi. Terapi-terapi ini nggak kemudian
dengan seenaknya kita pilih lho, tapi harus lewat saran dari terapis karena terapi
yang dilaksanakan harus sesuai dengan jenis autism-nya.
Di sini yang mau kita kupas tuntas bukan hanya tentang autism-nya. Tapi juga
gimana respon masyarakat kita terhadap penderita autism dan kata autis selama
ini. Sebenarnya cukup miris ya ketika kita mengingat cukup seringnya kata autis
digunakan sebagai bahan ledekan dalam pergaulan sehari-hari masyarakat kita.
Banyak dari masyarakat kita menganggap bahwa autism itu adalah aib dan beban.
Namun sebenarnya anak autis memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan
manusia normal lainnya. Mereka cenderung selalu berkonsentrasi pada satu hal
karena mereka bersikap obsesif. Hal ini sangat menguntungkan mereka karena
mereka bias sangat ahli dalam hal tersebut. Selain itu masyarakat kita juga sering
menyamakan autism dengan idiot. Padahal kebanyakan dari anak autis justru
berintelegensi tinggi.
Hal-hal semacam inilah yang perlu kita perhatikan. Karena sebenarnya para
penderita autis sangatlah berpotensi lebih. Sayangnya penanganan dan tanggapan
masyarakat kita menyebabkan potensi mereka jarang dapat berkembang dengan
sempurna. Mari kita bantu mereka.

Ada bacaan yang kami rekomendasikan kepada pembaca yang tertarik dengan
autism. Salah satunya adalah novel yang berjudul A Friend Like Henry

Adapun pembaca yang ingin mengetahui tentang autism lebih lanjut dan lebih
dalam, dapat mengakses website dari Yayasan Autisma Indonesia di
http://www.autisme.or.id/
Posted 5th June 2012 by klinis kelasB
Labels: Expert
0
Add a comment

Jun
5

DSM (diagnostic and stastitical manual of mental disorder)

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa orang yang tidak sehat
jiwanya atau abnormal kita sebut sebagai orang gila, tetapi sebenarnya dalam
dunia psikologi orang yang stress pun juga termasuk sebagai kategori abnormal.
Bagaimana kondisi abnormal itu ? orang awam biasanya mendifinisikan sebagai
seseorang yang perilakunya selalu kacau ( misalnya: bunuh diri, pelecehan seksual
yang berlebihan dll) dan dianggap melewati batas normal. Sebenarnya dalam dunia
psikologi seseorang dianggap abnormal apabila terdapat ciri-ciri dibawah ini :
1.

Dalam kedaan tidak bahagia

2.

Tidak dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan

3.
Tidak bisa mempunyai rasa mencintai, tidak dapat masuk dunia pekerjaan dan
tidak dapat memaknai arti kehidupannya
4.

Strees dalam jangka waktu yang lama

Sedangkan gangguan jiwa sendiri menurut para ahli sendiri adalah keadaan dimana
seseorang mengalami adanya perasaan, pikiran perilakunya sendiri yang membuat
dirinya merasa menderita. Selain itu orang yang mengalami gangguan jiwa
biasanya tidak bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya, perilakunya
abnormal, perilakunya sulit dikontrol dan melanggar norma-norma yang berlaku
dan perilaku tersebut bukanlah hal yang normal melainkan jarang sekali ada.

Dalam dunia psikologi sebenarnya terdapat panduan atau standar dalam


mengklasifikasikan gangguan jiwa pada seseorang, yang paling sering dipakai
adalah DSM (diagnostic and stastitical manual of mental disorder). DSM berbentuk
sebuah buku (mirip dengan undang-undang) didalamnya terdapat penggolonganpenggolongan atau dalam psikologi disebut sebagai axis. Dalam buku DSM axis
terbagi menjadi 5 bagian, yaitu :
1.

Axis 1

Axis satu ini berhubungan dengan sindrom-sindrom klinis seperti phobia (ketakutan
yang berlebihan terhadap sesuatu), gangguan kognitif seperti amnesia, gangguan
psikotik seperti skizophrenia. Lebih lengkapnya :
Gangguan yang biasanya di diagnosis pertama kali pada masa bayi, anak-anak
atau remaja (ADHD, gangguan perkembangan pervasif, gangguan motorik, dsb)
Delirium, Dementia, Amnesia dan Gangguan Kognitif lainnya
Gangguan yang berkaitan dengan penyalahgunaan zat
Skizophrenia dan gangguan psikotik lainnya
Mood disorder (bipolar disorder)
Anxiety disorder (panik, phobia, PTSD, OCD)
Somatoform disorder (hipokondriasis)
Dissosiative disorder
Sexual & Identity disorder
Eating disorder
Sleep disorder
Impulse control (kleptomania, judi yang tidak terkendali)

Gangguan penyesuaian diri


Kondisi lain yang menjdi fokus perhatian klinis :

1. Problem akademik
2. Perilaku yang anti-sosial
3. Malingering
4. Marital problem
5. Relational problem (sibling)
6. Occupational problem
7. Physical or sexual abuse
8. Uncomplicated bereavement

2.

Axis 2

Dalam axis dua ini adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah
gangguan kepribadian seperti, paranoid, schizoid, schizotypal, antisocial, borderline,
histrionic, narcistic, avoidant, dependent, obsesive compulsive. Selain gangguan
kepribadian axis dua juga yang berhubungan dengan retardasi mental.

3.

Axis 3

Axis tiga adalah masalah-masalah gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan


gangguan kejiwaan

4.

Axis 4

Dalam axis empat ini adalah gangguan-gangguan yang melibatkan lingkungan


sekitar atau lingkungan sosial contohnya :
Masalah dengan primary support group
Masalah yang terkait dengan lingkungan sosial

Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan/ kondisi lingkungan rumah
Masalah ekonomi
Masalah akses layanan kesehatan
Masalah yang berkaitan dengan hukum atau kriminal
Masalah psikososial dan lingkungan lain

5.

Axis 5

Axis lima ini adalah alat tolak untuk mengukur seberapa parah gangguan
kejiwaan seeorang yang mengalami gangguan kejuiwaan. Dan biasa disebut
dengan GAF Scale atau Global Assestment of Functionong Scale. Skala ini diperlikan
karena dalam suatu pengukuran harus ada standar dimana setiap psikolog harus di
dunia memakai ini sebagai alat tolak ukur mereka.
Posted 5th June 2012 by klinis kelasB
Labels: Amateur
1
View comments

DJ AFIPNovember 18, 2014 at 3:00 PM


Rajalistrik.com
ReplyDelete
Add comment
Load more

Jun
5

Peran Psikolog Klinis dalam Setting Sosial dan Perkembangan

Pada artikel ini saya akan membahas tentang peran psikolog klinis dalam setting
psikologi sosial dan psikologi perkembangan. Apa sih yang dimaksud dengan
psikologi sosial ? psikologi sosial merupakan suatu disiplin ilmu dalam psikologi
untuk memahami dan menjelaskan bagaimana perilaku seseorang ketika ia berada
pada lingkungan sosialnya. Sedangkan psikologi perkembangan merupakan suatu
disiplin ilmu dalam psikologi untuk memahami dan menjelaskan bagaimana suatu
tahapan kehidupan manusia dapat mempengaruhi perilakunya.

Pada setting psikologi sosial, psikologi klinis dapat membantu menyelesaikan


persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gangguan atau penyakit mental yang
terjadi pada suatu masyarakat melalui pendekatan komunitas. Contohnya jika ada
seseorang yang melanggar adat istiadat dalam suatu wilayah maka secara otomatis
ia akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Secara tidak langsung maka ia
mengalami stress dan malu untuk keluar rumah sehingga ia menjadi pribadi yang
anti sosial dimasyarakatnya. Maka disini peran seorang psikolog klinis adalah untuk
mengembalikan kepercayaan dia sehingga ia menjadi seorang yang adaptif dengan
lingkungannya dan menghilangkan perasaan - perasaan negatif dalam dirinya.

Pada setting perkembangan, psikologi klinis dapat membantu menyelesaikan


persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kasus-kasus yang terjadi pada tiap
tahap usia, mulai dari masa bayi hingga lansia. Contohnya seorang remaja yang
sedang mengalami patah hati sehingga remaja tersebut merasa depresi dan
menjadi anti sosial, di sini peran seorang psikolog klinis adalah sebagai seorang
pendengar dan pemberi saran kepada remaja tersebut agar remaja tersebut dapat
kembali pada kehidupan normalnya dan menghilangkan depresinya.

Posted 5th June 2012 by klinis kelasB


Labels: Newbie
0

Add a comment

Jun
4

APA BEDA PSIKOLOG DAN PSIKIATER?

Banyak awam yang salah kaprah mengenai psikolog dan psikiater dan
menganggap keduanya sama karena menyangkut masalah kejiwaan. Sebenarnya
apa yang membedakan kedua profesi tersebut?
Kalau mau singkatnya penjelasan gampangnya seperti ini, psikiater boleh
memberikan obat sedangkan psikolog tidak boleh memberikan obat.
Sedangkan jika lihat dari latar belakang pendidikan, psikolog adalah sarjana
psikologi yang telah mengikuti program akademik strata satu (sarjana psikologi)
dan program profesi sebagai psikolog. Sedangkan psikiater adalah dokter spesialis
yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (sarjana kedokteran),
pendidikan profesi sebagai dokter dan pendidikan spesialisasi kedokteran jiwa.
Seperti dilansir dari Kode Etik Psikologi yang diterbitkan Himpsi (Himpunan Psikolog
Indonesia), Senin (21/6/2010), psikolog dan psikiater sama-sama mendalami ilmu
kejiwaan dan segala hal yang berhubungan dengan perkembangan manusia. Kedua
profesi ini pun memiliki konsentrasi praktik yang sama, berupa upaya penanganan,
pencegahan, pendiagnosaan dan pemberian terapi.
Namun, yang paling membedakan di sini adalah dalam hal pemberian terapi obatobatan (farmakoterapi). Terapi obat-obatan ini hanya boleh dilakukan oleh psikiater,
yang notabene berlatar belakang kedokteran yang lebih banyak berkecimpung pada
penanganan secara klinis. Sedangkan psikolog lebih fokus pada aspek sosialnya,
seperti memberikan penanganan berupa terapi psikologi (psikoterapi).
Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa psikolog pun mempelajari ilmu
kedokteran, pemberian terapi yang satu ini (farmakoterapi) tidak bisa dilakukan
sembarangan, seperti yang telah tertera dalam kode etik masing-masing profesi
tersebut. Hal ini dikarenakan psikiater, yang juga dikenal sebagai Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa, lebih mendalami tentang kandungan dalam terapi obat-obatan dan
telah memiliki izin untuk memberikannya.
Namun dalam pelaksanaannya, baik psikolog maupun Psikiater dapat saling bekerja
sama. Psikolog dapat mereferensikan kliennya untuk berkonsultasi pada psikiater

atau ahli lainnya bila dirasa ada hal yang perlu ditangani lebih lanjut, maupun
sebaliknya. Hal ini tergantung pada kasus atau permasalahan yang dihadapi klien
dan tergantung pada aspek mana yang perlu ditangani terlebih dahulu.
Permasalahan yang umumnya ditangani oleh psikolog maupun psikiater adalah
masalah-masalah seputar penyimpangan perilaku misalnya kenakalan remaja,
phobia sekolah, masalah kecemasan, konflik keluarga, krisis percaya diri , hingga
masalah gangguan halusinasi, schizophrenia, dan lainnya.

Sumber:
http://www.fk.unair.ac.id/index.php/Focus/apa-beda-psikolog-dan-psikiater.html

Posted 4th June 2012 by klinis kelasB


Labels: Newbie
0
Add a comment

Jun
4

APA ITU PSIKOLOGI KLINIS?

Psikologi klinis adalah salah satu cabang dari psikologi yang menerapkan
ilmu psikologi dengan tujuan memahami perilaku dan karakteristik manusia yang
dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis, serta memberi saran agar
individu dapat menyesuaikan diri.
Psikologi klinis adalah cabang psikologi yang berfokus pada penganalisaan
dan diagnosa penyakit-penyakit jiwa. Lahan kerja psikologi klinis meliputi banyak
hal, mulai dari kelainan emosi jangka pendek seperti konflik keluarga hingga
kelainan mental yang sangat parah seperti (schizophrenia).

Aktifitas yang dilakukan oleh seorang psikolog klinis diantaranya adalah:


1. Terapi dan modifikasi tingkah laku
2. Assesmen dan tes psikologi
3. Pengajaran dan supervisi
4. Konsultasi
5. Administrasi
6. Penelitian

Sedangkan aktifitas yang diberikan oleh seorang klinisi anak sebagai bentuk
pelayanan pada masyarakat diantaranya adalah:
1. Pengasuhan untuk anak dan remaja bermasalah
2. Pendidikan untuk anak dan remaja bermasalah
3. Penanganan untuk anak dan remaja bermasalah
4. Perawatan untuk anak dan remaja bermasalah
5. Administrasi untuk anak dan remaja bermasalah

Posted 4th June 2012 by klinis kelasB


Labels: Newbie
0
Add a comment

Tag
Tag
Amateur1
Expert1
Newbie4
Video3

Blog Archive
Blog Archive
201210
June10
About Us
Schizophrenia
Client Centered Therapy
Perbedaan Wilayah Kajian Antara Psikologi Klinis d...
Kharisma Anak Autis Hebat Bintang Negara
Wrong Perception Brings Disadvantage
DSM (diagnostic and stastitical manual of mental d...
Peran Psikolog Klinis dalam Setting Sosial dan Per...
APA BEDA PSIKOLOG DAN PSIKIATER?
APA ITU PSIKOLOGI KLINIS?

About Me
About Me
klinis kelasB

Loading
Dynamic Views template. Template images by duncan1890. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai