Panas atau riwayat panas akut selama 2- 7 hari, atau kadang- kadang bersifat
bifasik.
c.
d.
Aedes aegypti dewasa memiliki ciri morfologi yang khas yaitu berukuran
lebih kecil daripada nyamuk rumah, dengan warna dasar hitam berbelang-belang
putih pada bagian tubuh dan kaki dan adanya gambaran lyre berwarna putih
dengan senarnya yang berwarna kuning pada bagian dorsal thoraksnya. Nyamuk
dewasa betinalah yang menghisap darah manusia untuk keperluan pematangan
telurnya. Nyamuk Aedes aegypti betina ini adalah nyamuk yang cerdas ia tidak
berdengung ketika terbang sehingga orang yang akan digigitnya tidak akan sadar
bahwa ia akan digigit. Nyamuk ini menyerang manusia dari bagian bawah atau
belakang tubuh mangsanya. Biasanya pada tungkai kaki atau pada bagian
pergelangan kaki. Dalam menghisap darah, nyamuk ini bersifat intermitten
(berulang) sebelum ia merasa kenyang. Sifat seperti inilah yang menyebabkan
dalam saat yang sama dapat menginfeksi beberapa orang dalam suatu keluarga
Umur Aedes aegypti di alam bebas sekitar 10 hari. Umur ini telah cukup bagi
nyamuk ini mengembangbiakkan Virus Dengue menjadi jumlah yang lebih
banyak dalam tubuhnya (Tri Wulandari,2001).
Tempat perindukan nyamuk ini adalah tempat penampungan air yang
mengandung air jernih atau air yang sedikit terkontaminasi seperti bak mandi,
drum, tangki air dan tempayan. Spesies nyamuk ini aktif menghisap darah pada
siang hari (Hadinegoro SRH, dkk, 2004).
Nyamuk ini dapat menularkan virus dengue kepada manusia yaitu setelah
menggigit orang yang sedang mengalami viremia (2 hari sebelum panas sampai
5 hari setelah demam timbul). Virus kemudian berkembang biak dalam tubuh
nyamuk yang terutama ditemukan dalam air liurnya dalam 8-10 hari sebelum
dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali
virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Pada manusia, virus
memerlukan waktu 4-6 hari sebelum menimbulkan sakit.
C. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virusantibody. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
4
(petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Dalam sirkulasi, virus akan mengaktivasi system komplemen, akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh
darah,
menurunnya
volume
plasma,
terjadinya
hipotensi,
D. PATHWAY
5
Hepatomegali,
splenomegali,
Gaster
terdesak
Terbentuk kompleks
virus -antibody
Aktivasi system
kinin,serotonin,dan
histamin
Nyeri
epigastrium
Anoreksia,
mual,muntah
Perub.nutrisi
< dari keb.
tubuh
Hipertermi
Nyeri otot,
pegal-pegal
seluruh tubuh
Permeabilitas dinding
pembuluh darah meningkat
Kekurangan
vol cairan
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
PK Shock
hipovolemik
E. KLASIFIKASI
6
PK Perdarahan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan laboratorium
8
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita DF adalah
melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit, dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran
limfosit plasma biru.
Uji tourniquet ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan vaskular. Uji ini
juga dapat memberikan hasil positif pada infeksi virus selain virus dengue. Hasil
dikatakan positif jika terdapat 10-20 atau lebih petekie dalam diameter 2,8 cm di
lengan bawah bagian depan dan pada lipat siku.
Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan
indikator terjadinya perembesan plasma, selain hemokonsentrasi juga didapatkan
trombositopenia, dan leukopenia.
2) Pemeriksaan urine.
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3) Sumsum tulang.
Pada awalnya hiposeluler, kemudia menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi sedangkan pada hari ke-10 biasanya sudah kembali normal.
4) Serologi
1. Uji Hambatan Hemaglutinasi yang merupakan gold standard WHO untuk
mendiagnosis infeksi virus dengue.
2. Uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi
3. Uji ELISA
4. Uji Dengue Blot Dot imunoasai Dengue Stick
5. Uji Imunokromatografi
b.
Pemeriksaan Radiologi
Kelainan yang didapatkan antara lain :
1.
2.
Efusi pleura
3.
4.
Hepatomegali
5.
6.
I. PENATALAKSANAAN
9
2.
Bila dengan cairan ringer laktat tak memberikan respon yang baik, maka
cairan diganti dengan plasma dengan dosis 15-20 ml/kgbb/jam. Dosis dapat
10
Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi tiap 1-2 jam, Hb dan HCT
tiap 4 jam. Observasi hepatomegali, pendarahan, efusi pleura, gejala edema
paru, produksi urin dan suhu badan.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
4.
Hematokrit stabil
5.
6.
7.
9. Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan
cara:
-
Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal
4 hari sekali
Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala
12
3. Rencana Tindakan
1) Dx 1 : - Observasi tanda tanda vital paling sedikit setiap 6 jam
- Monitor tanda tanda meningkatnya kekurangan cairan
- Observasi dan catat intake dan output
- Monitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
- Pertahankan intake dan output yang adekuat
2) Dx 2 : - Observasi tanda-tanda vital @ 6 jam
- Anjurkan pasien untuk banyak minum(2,5 liter/24 jam)
- Beri kompres hangat
- Kolaborasi pemberian cairan IV dan Antipiretik
3) Dx 3 : - Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya.
- Observasi vital sign @ 6 jam
- Ajarkan teknik distraksi, relaksasi
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
4) Dx. 4 : - Observasi derajat keterbatasan pasien
- Bantu ADL pasien
- Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
- Anjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap
5) Dx. 5 : - Pantau masukan makanan harian
- Libatkan keluarga dalam perencanaan makanan sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Evaluasi
a. Volume cairan pasien adekuat
b. Hipertermi teratasi, suhu tubuh pasien normal
c. Nyeri berkurang atau hilang
d. Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara bertahap
e. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
13