Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)


A. DEFINISI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Sp., yang
ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hali, disertai tanda-tanda perdarahan pada kulit
berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura),
kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau
rejatan/shock (Depkes.RI, 1992b).
Definisi kasus DHF menurut WHO (1997) harus memenuhi kriteria-kriteria
dibawah ini : (Hadinegoro SRH, dkk, 2004)
a.

Panas atau riwayat panas akut selama 2- 7 hari, atau kadang- kadang bersifat
bifasik.

Gambar 1.1 Ciri demam DHF atau demam pelana kuda


b.

Manifestasi pendarahan, sekurang- kurangnya salah satu dari :


1) Uji tourniquet positif
2) Petekie, ekimosis atau purpura
3) Pendarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan atau tempat lain
4) Hematemesis atau melena

c.

Trombositopenia (< 100.000 /L)

d.

Bukti adanya kebocoran plasma karena meningkatnya permeabilitas vaskular,


sekurang-kurangnya salah satu dari :
1

1) Kenaikan hematokrit > 20 % diatas nilai rata- rata hematokrit untuk


populasi sesuai dengan umur dan jenis kelamin
2) Tanda- tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan
hipoproteinemia.
B. ETIOLOGI dan Cara Penularan Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Dengue Hemoragic Fever (DHF) diketahui disebabkan oleh virus dengue.
Virus dengue merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan
dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok
arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang
berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang
terselubung, bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan
natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70o C, famili Flaviviridae dan genus
Flavavirus (Hadinegoro SRH, dkk, 2004). Virus dengue mempunyai 4 serotipe,
yaitu DEN 1, DEN2, DEN3, DEN4. vektor penularan nyamuk ini adalah Aedes
aegypti. Di Indonesia virus ini telah berhasil diisolasi dari darah penderita. Di
Jakarta, daerah endemis tinggi, dari sebagian besar penderita DHF derajat berat
maupun yang meninggal dapat diisolasi virus dengue tipe 3 (Hadinegoro SRH, dkk,
1999).
Selain virus terdapat 2 faktor lain yang berperan pada penularan infeksi virus
dengue yaitu manusia dan vektor perantara. Vektor utama dengue di Indonesia
adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes albopictus betina (Hadinegoro
SRH, dkk, 2004).
Aedes Sp. telah lama dikenal sebagai penyebar virus Dengue penyebab
penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini sekarang ditemukan di negaranegara yang terletak di antara garis lintang 450 Lintang Utara dan garis 350 Lintang
Selatan, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas
permukaan laut.
Nyamuk Aedes Sp. dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosa lengkap,
sebagaimana serangga lainnya dalam ordo Diptera. Stadium yang dialami meliputi
stadium telur, larva, pupa dan dewasa (Gerald D. Schimt, 2001).
1. Telur Aedes aegypti

Stadium telur memakan waktu beberapa hari (1 2 hari). Telur nyamuk


Aedes aegypti berbentuk lonjong berwarna hitam, terdapat gambaran anyaman
seperti sarang lebah. Telur ini diletakkan oleh nyamuk betina secara terpisahpisah di tengah atau di tepi permukaan air jernih dan tenang. Telur nyamuk
Aedes aegypti dalam keadaan kering dapat bertahan dalam waktu 6 bulan
meskipun dalam lingkungan tanpa air (Depkes.RI., 1995a ).
2.

Larva Aedes aegypti


Stadium larva biasanya berlangsung 6 8 hari (Depkes.RI., 1992a). Dalam
perkembangannya stadium larva memerlukan tingkatan tingkatan. Selama ini
stadium larva dikenal memiliki empat tingkatan larva yang masing masing
tingkatan dinamakan instar.
Adapun sifat dari larva nyamuk Aedes aegypti diantaranya ukuran 0,5 sampai
1 cm, gerakannya berulang ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk
bernapas kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya serta pada waktu
istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air (Depkes.RI.,
1995a).
Ciri ciri yang khas dari larva Aedes aegypti yaitu adanya corong udara pada
sigmen terakhir, pada corong udara terdapat pectin dan sepasang rambut serta
jumbae akan dijumpai pada corong udara. Pertumbuhan dan perkembangan larva
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya yang penting adalah
temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada tidaknya binatang lain
yang merupakan predator.

3. Pupa Nyamuk Aedes aegypti


Pupa nyamuk juga bersifat akuatik (hidup di air) dan sangat aktif, namun
tidak makan. Walaupun demikian mereka harus ke permukaan air untuk
mengambil nafas melalui terompet pernapasan yang dimilikinya. Pupa Aedes
aegypti mempunyai morfologi yang khas yaitu mempunyai terompet pernafasan
berbentuk segitiga. Bentuk tubuhnya seperti koma, bersifat aktif dan sensitive
terhadap gerakan dan cahaya. Biasanya pupa terbentuk pada sore hari dan
berumur hanya 1-2 hari untuk segera menjadi nyamuk dewasa (Tri Wulandari,
2001).

4. Imago Nyamuk Aedes aegypti


3

Aedes aegypti dewasa memiliki ciri morfologi yang khas yaitu berukuran
lebih kecil daripada nyamuk rumah, dengan warna dasar hitam berbelang-belang
putih pada bagian tubuh dan kaki dan adanya gambaran lyre berwarna putih
dengan senarnya yang berwarna kuning pada bagian dorsal thoraksnya. Nyamuk
dewasa betinalah yang menghisap darah manusia untuk keperluan pematangan
telurnya. Nyamuk Aedes aegypti betina ini adalah nyamuk yang cerdas ia tidak
berdengung ketika terbang sehingga orang yang akan digigitnya tidak akan sadar
bahwa ia akan digigit. Nyamuk ini menyerang manusia dari bagian bawah atau
belakang tubuh mangsanya. Biasanya pada tungkai kaki atau pada bagian
pergelangan kaki. Dalam menghisap darah, nyamuk ini bersifat intermitten
(berulang) sebelum ia merasa kenyang. Sifat seperti inilah yang menyebabkan
dalam saat yang sama dapat menginfeksi beberapa orang dalam suatu keluarga
Umur Aedes aegypti di alam bebas sekitar 10 hari. Umur ini telah cukup bagi
nyamuk ini mengembangbiakkan Virus Dengue menjadi jumlah yang lebih
banyak dalam tubuhnya (Tri Wulandari,2001).
Tempat perindukan nyamuk ini adalah tempat penampungan air yang
mengandung air jernih atau air yang sedikit terkontaminasi seperti bak mandi,
drum, tangki air dan tempayan. Spesies nyamuk ini aktif menghisap darah pada
siang hari (Hadinegoro SRH, dkk, 2004).
Nyamuk ini dapat menularkan virus dengue kepada manusia yaitu setelah
menggigit orang yang sedang mengalami viremia (2 hari sebelum panas sampai
5 hari setelah demam timbul). Virus kemudian berkembang biak dalam tubuh
nyamuk yang terutama ditemukan dalam air liurnya dalam 8-10 hari sebelum
dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali
virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Pada manusia, virus
memerlukan waktu 4-6 hari sebelum menimbulkan sakit.
C. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virusantibody. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
4

(petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Dalam sirkulasi, virus akan mengaktivasi system komplemen, akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh

darah,

menurunnya

volume

plasma,

terjadinya

hipotensi,

trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut. Nilai


hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

D. PATHWAY
5

Virus dengue masuk mll gigitan


nyamuk aedes aegypty
Viremia

Hepatomegali,
splenomegali,

Gaster
terdesak

Terbentuk kompleks
virus -antibody
Aktivasi system
kinin,serotonin,dan
histamin

Nyeri
epigastrium

Anoreksia,
mual,muntah
Perub.nutrisi
< dari keb.
tubuh

Hipertermi

Nyeri otot,
pegal-pegal
seluruh tubuh

Permeabilitas dinding
pembuluh darah meningkat

Kekurangan
vol cairan

Kelemahan
Intoleransi
aktivitas

Tidak tertangani Trombositopenia

PK Shock
hipovolemik

E. KLASIFIKASI
6

Plasma dan trombosit


masuk/agregasi ke
ekstravaskular

PK Perdarahan

Ada 4 derajat klasifikasi penyakit DHF menurut WHO (1997 ) : (Hassan R,


Alatas H. Dengue, 1985)
a) Derajat I
Demam tinggi yang disertai gejala klinis yang tak khas dan satu-satunya
manifestasi pendarahan adalah uji rumple leed positip.
b) Derajat II
Seperti derajat I tetapi disertai pendarahan spontan di kulit dan atau pendarahan
nyata lain (petekie, pendarahan gusi, pendarahan hidung, hematemesis,
melena).
c) Derajat III
Seperti derajat II yang disertai tanda tanda adanya kegagalan sirkulasi yaitu
denyut nadi yang cepat dan kecil, tekanan nadi menurun atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kulit menjadi dingin dan lembab, penderita tampak
gelisah.
d) Derajat IV
Sudah terjadi syok dimana nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur.
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi dengue amat bervariasi dari yang amat ringan,
demam tanpa sebab yang jelas, hingga yang sedang seperti DF sampai ke DHF
dengan manifestasi demam akut, pendarahan serta kecenderungan terjadi renjatan
yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3- 15 hari, rata-rata 5- 8
hari (Hendrawanto, dkk, 1996).
Gejala klinis DHF diawali dengan demam mendadak, disertai dengan muka
kemerahan, dan gejala klinis tidak khas yang menyerupai gejala DF, seperti
anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri pada otot dan sendi. Gejala lain yaitu
perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkung iga kanan,
kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut. Terdapat 4 gejala
utama DHF yaitu demam tinggi, fenomena pendarahan, hepatomegali, dan
kegagalan sirkulasi (Silalahi L. Demam Berdarah 2004. Available at URL:
http://www. tempointeraktif. Com/hg/narasi/2004. Html).
Penyakit ini didahului demam tinggi yang mendadak, berlangsung terus
menerus 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Jenis pendarahan terbanyak adalah
7

pendarahan kulit. Selain gejalagejala tersebut diatas dapat pula ditemukan


manifestasi klinis yang tak lazim pada berbagai organ tubuh, antara lain : sakit
kepala, kejang demam, encepalopati dengue, edema paru, gagal ginjal akut dan
gejala gastroenteritis akut (Waspadalah Demam Derdarah, Depsos RI web sites.
Available at http://www. depsos. Go. Id/modules).
G. KRITERIA DIAGNOSIS
Sampai saat ini diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria WHO (1997)
yang meliputi kriteria klinis dan laboratories : (Hadinegoro SRH, dkk, 2004)
a. Kriteria klinis
1) Demam mendadak tinggi terus menerus, tanpa sebab yang jelas selama 27 hari.
2) Terdapat manifestasi pendarahan seperti uji tourniquet positip, petekie,
purpura, ekimosis, pendarahan gusi, hematemesis, melena, hematuria.
3) Pembesaran hati (hepatomegali).
4) Tanpa atau dengan gejala syok seperti :
a) Nadi lemah, cepat dan kecil sampai tak teraba.
b) Tekanan nadi turun menjadi 20 mmHg atau kurang.
c) Kulit teraba dingin dan lembab, terutama di daerah akral seperti ujung
hidung, jari tangan dan kaki.
d) Sianosis di sekitar mulut, ujung jari tangan dan kaki.
b. Kriteria laboratories
1) Trombositopenia (trombosit 100.000 / mm3 atau kurang)
2) Hemokonsentrasi (adanya peningkatan hematokrit > 20 %)
Diagnosis klinis DHF ditegakkan bila ditemukan 2 kriteria klinis ditambah
trombositopenia dengan atau tanpa hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.

Pemeriksaan laboratorium
8

1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita DF adalah
melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit, dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran
limfosit plasma biru.
Uji tourniquet ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan vaskular. Uji ini
juga dapat memberikan hasil positif pada infeksi virus selain virus dengue. Hasil
dikatakan positif jika terdapat 10-20 atau lebih petekie dalam diameter 2,8 cm di
lengan bawah bagian depan dan pada lipat siku.
Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan
indikator terjadinya perembesan plasma, selain hemokonsentrasi juga didapatkan
trombositopenia, dan leukopenia.
2) Pemeriksaan urine.
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3) Sumsum tulang.
Pada awalnya hiposeluler, kemudia menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi sedangkan pada hari ke-10 biasanya sudah kembali normal.
4) Serologi
1. Uji Hambatan Hemaglutinasi yang merupakan gold standard WHO untuk
mendiagnosis infeksi virus dengue.
2. Uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi
3. Uji ELISA
4. Uji Dengue Blot Dot imunoasai Dengue Stick
5. Uji Imunokromatografi
b.

Pemeriksaan Radiologi
Kelainan yang didapatkan antara lain :
1.

Dilatasi pembuluh darah paru

2.

Efusi pleura

3.

Kardiomegali atau efusi perikard

4.

Hepatomegali

5.

Cairan dalam pongga peritoneum

6.

Penebalan dinding vesika felea

I. PENATALAKSANAAN
9

Pada kasus DHF derajat I dan II


1. Tirah baring
2. Asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi
Asupan makanan berupa diet makanan lunak. Pasien dianjurkan untuk banyak
minum, 2-2,5 liter dalam 24 jam. Pemberian cairan oral bertujuan untuk mencegah
dehidrasi. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, teh manis, sirup, susu,
serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat diberikan karena penderita
muntah , tidak mau minum, atau nyeri perut yang berlebihan sebaiknya diberikan
secara intravena.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin dan dipiron.
Paracetamol direkomendasikan untuk mempertahankan suhu dibawah 39 o C dengan
dosis 10-15 mg / kgbb / kali. Hindari pemberian salisilat (aspirin, asetosal) karena
dapat menimbulkan pendarahan saluran cerna dan asidosis. Selain pemberian obatobatan juga dilakukan pemberian kompres dingin.
4. Monitor tanda- tanda vital (suhu, nadi. Tekanan darah, pernafasan).
Jika kondisi pasien memburuk observasi ketat tiap jam. Periksa hemoglobin,
hematokrit dan trombosit setiap hari, terutama saat dimana periode febris berubah
menjadi afebril. Monitor tanda-tanda rejatan dini meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
Bila penderita terus muntah atau keadaan semakin memburuk perlu diberkan cairan
per intravena dengan Ringer laktat atau Dekstrosa 40 % dalam NaCL 0,9 %.
Pada kasus DHF derajat III dan IV
1.

Prinsipnya mengatasi syok yang terjadi dengan memberikan cairan pengganti


yang adekuat dalam waktu yang cepat. Pada syok yang berat, sering tetesan
yang terjadi dengan klem dibuka masih kurang cepat karena kolapnya
pembuluh darah perifer. Untuk itu perlu diberikan cairan secara intravena
dengan tekanan yaitu menyuntikkan sejumlah 200 cc cairan dari semprit dan
setelah agak lancar baru dilanjutkan dengan tetesan infus. Tetesan dapat
diberikan dengan dosis 20 ml/kgbb/jam, sampai 30-40 ml/kgbb/jam. Secara
praktis diberikan 1-2 liter secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam.

2.

Bila dengan cairan ringer laktat tak memberikan respon yang baik, maka
cairan diganti dengan plasma dengan dosis 15-20 ml/kgbb/jam. Dosis dapat
10

dinaikkansampai 30-40 ml/kgbb/jam. Pada beberapa kasus mungkin perlu


dilakukan pemeriksaan tekanan vena sentral.
3.

Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi tiap 1-2 jam, Hb dan HCT
tiap 4 jam. Observasi hepatomegali, pendarahan, efusi pleura, gejala edema
paru, produksi urin dan suhu badan.

4.

Koreksi keseimbangan asam dan basa

5.

Transfusi darah, sebaiknya darah segar. Indikasinya pendarahan nyata


seperti hematemesis, melena, epistaksis terus menerus

6.

Pemberian antibiotik bila diperkirakan adanya infeksi sekunder.

7.

Oksigen pada setiap pasien syok

8.

Trombosit konsentrat. Pemberian ini masih kontroversial

Kriteria memulangkan pasien


Pasien dapat dipulangkan apabila :
1.

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipretik

2.

Nafsu makan membaik

3.

Secara klinis tampak perbaikan

4.

Hematokrit stabil

5.

Tiga hari setelah syok teratasi

6.

Jumlah trombosit > 50.000 / ul

7.

Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau


asidosis)

9. Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan
cara:
-

Rumah selalu terang

Tidak menggantung pakaian

Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal
4 hari sekali

Kubur barang barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat


terkumpulnya air hujan

Tutup tempat penampungan air

Perencanaan pemulangan dan PEN KES


11

Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat


perkembangan dan kondisi fisik anak
-

Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping

Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala

Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan


J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data subyektif yang sering ditemukan yaitu : lemah, panas atau demam, sakit
kepala, anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan, nyeri ulu hati, nyeri pada otot
dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, konstipasi (sembelit).
b. Data obyektif yang sering ditemukan : suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah
tampak kemerahan, mukosa mulut kering, tampak bintik merah pada kulit
(petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis,
melena, hiperemia pada tenggorokan, nyeri tekan pada epigastrik, pada palpasi
teraba adanya pembesaran hati dan limpa, pada renjatan (derajat IV) nadi cepat
dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan dan demam ditandai dengan kulit/membran mukosa kering,
penurunan turgor kulit, haus.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue dan syok
hipovolemik ditandai dengan suhu tubuh tinggi, takikardi, kulit hangat,
menggigil, kelemahan, pasien mengeluh pusing.
c. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi virus ditandai dengan sakit kepala,
sakit saat menelan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, nyeri tekan epigastrik,
splenomegali
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi ditandai
dengan kelemahan secara menyeluruh, pasien mengeluh pusing.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan
berlebih otot pencernaan ditandai dengan mual, muntah, anoreksia.

12

3. Rencana Tindakan
1) Dx 1 : - Observasi tanda tanda vital paling sedikit setiap 6 jam
- Monitor tanda tanda meningkatnya kekurangan cairan
- Observasi dan catat intake dan output
- Monitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
- Pertahankan intake dan output yang adekuat
2) Dx 2 : - Observasi tanda-tanda vital @ 6 jam
- Anjurkan pasien untuk banyak minum(2,5 liter/24 jam)
- Beri kompres hangat
- Kolaborasi pemberian cairan IV dan Antipiretik
3) Dx 3 : - Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya.
- Observasi vital sign @ 6 jam
- Ajarkan teknik distraksi, relaksasi
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
4) Dx. 4 : - Observasi derajat keterbatasan pasien
- Bantu ADL pasien
- Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
- Anjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap
5) Dx. 5 : - Pantau masukan makanan harian
- Libatkan keluarga dalam perencanaan makanan sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Evaluasi
a. Volume cairan pasien adekuat
b. Hipertermi teratasi, suhu tubuh pasien normal
c. Nyeri berkurang atau hilang
d. Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara bertahap
e. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

13

Anda mungkin juga menyukai