Anda di halaman 1dari 34

Om Swastyastu

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DENGAN LUKA BAKAR
OLEH :

Ni Made Vina Ekadayanthi


Ketut Dita Gunadi Putra
Luh Putu Nopi Anti Dewi
Putu Ayu Purnamasari
Gusti Ayu Putu Puspita Dewi
Ni Kadek Sri Saskarani

Kp 06.13.007
Kp 06.13.029
Kp 06.13.031
Kp 06.13.032
Kp 06.13.054
Kp 06.12.094

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang paling luas, dan kulit melakukan
beberapa fungsi yang kompleks (Hudak dan Gallo, 1996). Kulit
dapat mengalami cedera atau luka, salah satunya adalah luka bakar.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga
oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini
dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetik (Mansjoer, 2001).
NEXT

NEXT

The National Institute of Burn Medicine yang


mengumpulkan data-data statistika dari berbagai pusat luka
bakar di seluruh Amerika Serikat. The National Institute of
Burn Medicine mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%)
merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Pada awal
abad ke-21, Pusat Statistik Luka Bakar memperkirakan bahwa
rata-rata jumlah kebakaran di seluruh dunia adalah 7-8 juta,
sehingga 70.000-80.000 kematian akibat kebakaran dan
500.000-800.000 luka bakar (Smeltzer, 2002).

NEXT

Luka bakar dapat disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu

sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat


hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
diklasifikasikan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ
visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau
kontak yang lama dengan agens penyebab (burning agent). Luka
bakar menyebabkan respon patofisiologi serius dalam semua sistem
tubuh, luka bakar memulai respon inflamasi, yang meliputi panas,
kemerahan, nyeri, dan jumlah edema. lokal dan sistemik edema
berhubungan dengan tingkat dan kedalaman luka bakar dan jumlah
cairan diberikan selama resusitasi cairan. Kombinasi dari
pergeseran cairan, pembentukan edema dan kehilangan air akibat
menguapkan dari luka bakar dapat menyebabkan hipovolemia (ENA,
2000).

NEXT

Orang-orang yang menderita akibat luka bakar menghadirkan


salah satu krisis perawatan kesehatan yang paling menantang.
Seseorang yang pada suatu saat dalam keadaan sehat dapat tiba-tiba
terkena luka bakar yang luas bersamaan dengan perubahanperubahan psikologi yang dramatis adalah dampak emosional dari
luka bakar, yang mempengaruhi baik korban luka bakar maupun
keluarganya, Kemajuan-kemajuan besar dalam terapi luka bakar telah
terjadi sejak tahun 1960-an. Prognosis telah berubah dari harapan
meninggal menjadi harapan hidup. Asuhan keperawatan komprehensif
yang di berikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk
pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat
untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan-perubahan
yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera
luka bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera
pada korban luka bakar dan keluarganya (Hudak dan Gallo, 1996).

NEXT

Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat


memberikan intervensi terapeutik yang di perlukan pada semua
tahapan penyembuhan. Kecepatan dari penyembuhan luka dapat
dipengaruhi dari zat-zat terdapat dalam obat yang diberikan, jika
obat tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
penyembuhan dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan
sel-sel baru pada kuli. Salah satu upaya terapi luka bakar adalah
dengan pemberian bahan yang efektif mencegah inflamasi sekunder
(Balqis, dkk, 2014; Hudak dan Gallo, 1996).
Luka bakar dengan penanganan yang tepat dan cepat dapat
mencegah kematian dan kecacatan. Sehingga dari uraian di atas
penulis ingin menjelaskan tentang bagaimana Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat pada pasien dengan luka bakar. Karena dengan kita
mengerti bagaimana penanganan yang tepat pada luka bakar pasien
tidak akan mengalami hal yang fatal.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat pada Luka Bakar ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada luka bakar.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui definisi Luka Bakar.
b. Mengetahui patofisiologi (etiologi dan pathway) Luka Bakar.
c. Mengetahui tanda dan gejala Luka Bakar.
d. Mengetahui penatalaksanaan Gawat Darurat Luka Bakar.
e. Mengetahui Asuhan Keperawatan Luka Bakar ( Pengkajian, Diagnosa,
Keperawatan, Intervensi ).

1.4 Manfaat
Sebagai sarana menambah pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman belajar yang sangat berguna mengenai luka bakar dan
asuhan keperawatan gawat daruratnya.

Dapat memberikan pedoman kepada mahasiswa tentang luka


bakar dan asuhan keperawatan gawat daruratnya, sehingga
mahasiswa dapat mengimplementasikan pada praktek di lapangan.

Dapat memberikan pengetahuan tentang luka bakar dan asuhan


keperawatan gawat daruratnya, dan juga mengetahui tingkat
keaktifan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas.

BAB II
KONSEP TEORI
Luka

bakar

adalah luka
kontak
dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia,
dan radiasi; juga oleh sebab
kontak dengan suhu rendah
(frost-bite). Luka bakar ini dapat
mengakibatkan kematian, atau
akibat
lain
yang
berkaitan
dengan problem fungsi maupun
estetik (Mansjoer, 2001). Luka
bakar adalah suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir
yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam

2.1
yangPengertian
disebabkan oleh

Luka
bakar
yang
luas
mempengaruhi metabolisme dan
fungsi setiap sel tubuh, semua
sistem
dapat
terganggu,
terutama sistem kardiovaskuler
(Rahayuningsih,
2012).
Luka
bakar adalah kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti air, api,
bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar akan mengakibatkan
tidak hanya kerusakan kulit,
tetapi juga amat memengaruhi
seluruh sistem tubuh (Balqis,
dkk, 2014).

2.2 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat di kelompokkan menjadi
luka bakar termal, radiasi, atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat
koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang
dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka
bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (burning
agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi (Smeltzer, 2001).

NEXT

Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab


luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai
contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower
dengan suhu 68,9C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak
epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (fullthickness injury). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang
suhunya sebesar 56,1C mengakibatkan cedera full thickness yang
serupa. Suhu yang kurang dari 44C dapat ditoleransi dalam periode
waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar (Smeltzer, 2001).

NEXT

Cedera termis menyebabkan ganguan keseimbangan cairan dan


elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis
tubular akut, dan disfungsi selebral. Kondisi-kondidi ini dapat di
jumpai pada fase awal/akut/syok yang biasanya berlangsung sampai
72 jam pertama. Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi
sebagai barier (sawar), luka sangat mudah terinfeksi. Selain itu,
dengan kehilangan kulit luas, terjadi penguapan cairan tubuh yang
berlebihan. Penguapan cairan ini di sertai pengeluaran protein dan
energi, sehingga terjadi gangguan metabolism (Mansjoer, 2001).

NEXT

Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin,


suatu lipid protein kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS
bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan dan
fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru (ARDS); yang
berakhir dengan kematian. Reaksi inflamasi yang
berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan kerapuhan
jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini
menyebabkan parut yang tidak beraturan (hipertropik),
kontraktur, deformitas sendi dan sebagainya (Mansjoer, 2001).

2.3 Tanda dan Gejala


Luka bakar sangat sering terjadi. Luka bakar memiliki tanda dan gejala sebagai
berikut :

1.
2. Sho
3. Nye ck
K
im eti ri
el ban dak
e
4. ktr gan se
St oli
rid t
or

9.P
n emb
en
gk
10
ak
.K
a
11
e
m
.M
e
r
12
. S elep ahan
ian uh
osi
s
es
tr n
is asa ran
.D p b
a
13 n em
r
i
pe .M osa
rd i
14 uk g ika ens
m erin ak ot
k . T ip
15 . H
16

i ng
z
e
e
h
5. W pnea
s
6. Dy ra
a
7. Su
k
sera bon
r
8. Ca
m
dala m
u
sput

( Rismana, dkk, 2013;


Hasyim, dkk, 2012;
Mansjoer, 2001;
Rahayuningsih, 2012 )

WOC

Dalam kasus luka bakar


biasanya
menggunakan
2.4
Penatalaksanaan
penatalaksanaan.
Penatalaksanaan sebagai
berikut :
a. Pasang kanulasi intravena
dengan ukuran besar pada vena
perifer.
b.
Pasang
kateter
untuk
pengukuran haluaran urine yang
akurat.
c. Pasang selang nasogastrik pada
semua pasien dengan risiko ileus
paralitik (luka bakar LPTT lebih
besar dari 25%)
d.
Berikan
oksigen
yang
dilembabkan 100% jika adanya
cedera inhalasi atau keracunan

e. Normal salin yang dingin, steril


dapat diberikan pada luka untuk
mengurangi nyeri.
f. Penanganan nyeri dapat dicapai
melalui pemberian obat narcotik
intravena, seperti morphine.
g. Pemberian cairan IV ringer
laktat di gunakan sebagai larutan
kristaloid karena merupakan
larutan garam yang seimbang
yang hampir mendekati komposisi
dari cairan ekstraseluler.
NEXT

NEXT

h. Pemeriksaan diagnostik
1)CBC
2) Kadar elektrolit
3) Darah urea nitrogen (BUN)
4) GDA
5) PT.PTT
6) Layar Obat
7) Urinalisis
8) Rontgen dada
9)Radiografi tulang serviks
10)CT scan
11) Radiografi ekstremitas
pulsa oksimetri: digunakan dengan hati-hati
ketika diduga mengalami keracunan karbon
monoksida (CO) (membaca akan meningkat
palsu)
( Hudak dan Gallo, 1996; ENA, 2000;
Rahayuningsih, 2012 )

e. Lingkungan di mana pasien


ditemukan:
ruang
tertutup,
2.5 Asuhan Keperawatan Luka Bakar
pengaturan industri, adanya zat
yang mudah terbakar, seperti
2.5.1 Pengkajian
kayu, produk minyak bumi,
1.Pemeriksaan Primer
Data Subjektif
plastic
1)
Riwayat
Penyakit
Keluhan utama :
f.
Cedera
listrik:
jumlah
a. Mekanisme cedera atau
tegangan, bergantian atau arus
paparan panas, bahan kimia,
searah, hambatan,alur arus
listrik, inhalasi
g.
Jenis
cedera
kimia,
b. Cedera yang berhubungan :
konsentrasi,
mekanisme
serviks tulang belakang, tulang
tindakan
kimiawi,
tingkat
belakang, kaki atau lengan
penetrasi
jaringan,
durasi
patah, bukti penganiayaan
kontak.
NEXT
c. Lamanya waktu terbakar
Nyeri
d. Tingkat kesadaran

NEXT

2) Riwayat Medis
a. Kardiovaskular
b. Diabetes
c. Alkohol atau
penyalahgunaan
narkoba
d. Merokok
e. Obat
f. Alergi
g. Status imunisasi
tetanus
h. Riwayat perilaku
bunuh diri
i. Riwayat
penganiayaan

b. Data Objektif
1) Airway ( Jalan
Nafas) :
- Adanya sputum karbon
atau jelaga
- Tidak ada obstruksi
jalan nafas
-Tidak ada suara nafas
tambahan
2) Breathing
(Pernafasan ):
- Stridor
-Mengi
3) Circulation (sirkulasi)
:
- Takikardi (nadi cepat)
- Adanya denyut perifer
- Pasien dapat
mengalami hipotensi
- Ada tanda sianosis

4) Disability
(Ketidakmampuan) :
- Respons
- Kesadaran :
kebingungan, koma
- GCS
- Pupil
- Refleks cahaya

5) Exposure :
- Lihat dari ujung
kepala sampai ujung
kaki adakah luka bakar
lainnya.

2.a.
Pemeriksaan
Sekunder
Data Subjektif
1. Sign ( Tanda )
: Nyeri, ketidakseimbangan elektrolit
dan cairan, wheezing,
dyspnea, adanya karbon
dalam sputum, membran mukosa
kering, oliguria, takikardi, dan hipertermi
2. Alergi
: Kaji adanya riwayat alergi pasien,
alergi obat atau makanan
3. Medication ( Pengobatan )
: Kaji apakah pasien dalam pengaruh
obat atau sedang
menjalani terapi obat.
4. Past Medical History
: Kaji apakah pasien pernah di rawat dengan
kasus yang
sama atau kasus yang lain.
5. Last oral intake (Asupan oral terakhir)
: Kaji makan dan minum
terakhr pasien
6. Even leading injury (cedera)
: Pasien terkena cedera atau paparan
panas,bahan kimia,
listrik inhalasi.

NEXT

Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a). Kepala
Kepala simetris dan tidak ada
nyeri tekan.
b). Leher
Tidak ada bendungan vena
jugularis.
c). Dada
Gerakan dada simetris, ada nyeri
tekan karena luka bakar
mencakup seluruh daerah dada,
irama nafas ( dyspnea ),
terkadang ada keluhan sesak
nafas.
d). Abdomen
Abdomen simetris, pasien tidak
mengalami nyeri abdomen

2)Pemeriksaan Penunjang
a. CBC
b. Kadar elektrolit
c. Darah urea nitrogen (BUN)
d. GDA
e. PT.PTT
f. Layar Obat
g. Urinalisis
h. Rontgen dada
i. Radiografi tulang serviks
j. CT scan
k. Radiografi ekstremitas
pulsa
oksimetri:
digunakan
dengan hati-hati ketika diduga
mengalami
keracunan
karbon
monoksida (CO) (membaca akan
meningkat palsu)

2.5.2 Diagnosa Keperawatan Gawat Darurat Luka Bakar

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dengan kehilangan cairan


yang abnormal akibat peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan cairan
akibat respon inflamasi di tandai dengan takikardi, membran mukosa kering,
oliguria dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Ketidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan jalan nafas edema,
perubahan tingkat kesadaran sekunder hipoksia di tandai dengan wheezing,
dyspnea, suara serak (parau), carbon dalam sputum.

3. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan dari paparan panas, bahan kimia,
radiasi atau sumber arus listrik di tandai dengan pasien mengeluh nyeri.

2.5.3 Intervensi Keperawatan Gawat Darurat Luka Bakar

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dengan kehilangan cairan yang abnormal
akibat peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan cairan akibat respon inflamasi di
tandai dengan takikardi, membran mukosa kering, oliguria dan ketidakseimbangan elektrolit.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan pasien dapat
menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan dengan kriteria hasil :
1) TTV stabil
2) Membran mukosa lembab
3) Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine individu
adekuat.

NEXT

NEXT

Intervensi :
1) Pantau TTV, CVP. Perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer.
R/ : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respons kardiovaskuler.
Catatan : Pengawasan invasif diindikasikan untuk pasien dengan luka bakar mayor, inhalasi
asap, atau penyakit jantung sebelumnya meskipun terdapat hubungan peningkatan risiko
infeksi, perlu berhati-hati dalam mengawasi dan merawat sisi insersi.
2) Awasi haluaran urine dan berat jenis. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.
R/ : Secara umum, penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran
urine 30-50 ml/jam (pada orang dewasa). Urine dapat tampak merah sampai hitam, pada
kerusakan otot masif sehubungan dengan adanya darah dan keluarnya mioglobin. Bila terjadi
mioglobinuria menyolok, minimum haluaran urine harus 75-100 ml/jam untuk mencegah
kerusakan/nekrosis tubulus.

NEXT

3) Berikan penggantian cairan IV ringer laktat yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
R/ : Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah
komplikasi. Penggantian formula bervariasi tetapi berdasarkan luasnya cedera, jumlah haluaran
urine dan berat badan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan jalan nafas edema, perubahan
tingkat kesadaran sekunder hipoksia di tandai dengan wheezing, dyspnea, suara serak (parau),
carbon dalam sputum dan sianosis.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan bersihan jalan nafas
pasien paten dengan kriteria hasil :
a. Menunjukkan bunyi napas jelas
b. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
c. Bebas dyspnea/sianosis dan carbon dalam sputum

NEXT

Intervensi :
1) Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernapasan : perhatikan adanya pucat/sianosis dan
sputum mengandung karbon atau merah muda.
R/ : Penggunaan otot bantu, sianosis, dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distres
pernapasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik.
2) Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi, penurunan bunyi napas, batuk rejan.
R/ : Obstruksi jalan napas/distres pernapasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh
sampai 48 jam setelah terbakar.
3) Berikan pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh masker wajah.
R/ : O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran
pernapasan dan menurunkan viskositas sputum.

NEXT

Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan dari paparan panas, bahan kimia, radiasi atau
sumber arus listrik di tandai dengan pasien mengeluh nyeri.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan nyeri pasien berangsurangsur berkurang dengan kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri berkurang/terkontrol
b. Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks.
Intervensi :
1) Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara
terbuka.
R/ : Suhu tubuh dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10).

NEXT

2) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10).


R/ : Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan
jaringan/kerusakan tetapi biasanya paling berat selama penggantian balutan dan
debridemen. Perubahan lokasi/intensitas/karakter nyeri dapat mengindikasikan
terjadinya komplikasi.
3) Berikan analgetik (narkotik dan non-narkotik) sesuai indikasi.
R/ : Metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat.
Masalah pasien adiksi atau keraguan tentang derajat nyeri yang dialami tidak
absah selama fase perawatan darurat/akut, tetapi narkotik harus diturunkan
sesegera mungkin sesuai adanya dan perubahan metode untuk penghilang nyeri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Luka bakar merupakan cedera pada kulit yang di sebabkan oleh sumber
panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.
2. Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat di pindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik.Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular
akut, dan disfungsi selebral.
3. Tanda dan gejala pada luka bakar sangatlah khas. Biasanya pasien yang
terkena luka bakar mengalami nyeri, ketidakseimbangan elektrolit dan cairan,
wheezing, dyspnea, adanya karbon dalam sputum, membran mukosa kering, dan
NEXT
takikardi.

NEXT

4. Dalam luka bakar memiliki berbagai penatalaksanaan. Tetapi penatalaksanaan yang paling
diutamakan adalah Kolaborasi pemberian penggantian cairan IV ringer laktat yang dihitung,
elektrolit, plasma, albumin karena resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit
dan membantu mencegah komplikasi. Penggantian formula bervariasi tetapi berdasarkan luasnya
cedera, jumlah haluaran urine dan berat badan
5. Pada pengakajian pasien dengan luka bakar biasanya memiliki tanda seperti nyeri,
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, wheezing, dyspnea, adanya karbon dalam sputum,
membran mukosa kering, oliguria, takikardi, dan hipertermi. Pada diagnosa keperawatan yang
paling diprioritaskan adalah kekurangan volume cairan.

DAFTAR PUSTAKA
Balgis dkk.2014.Proses Penyembuhan Luka Bakar dengan GerusanDaunKedondong (Spondias dulcis F.) Dan
vaselin Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Secara Histopatologis. Jurnal Medika Veterinari. (8 (1): 9-14
Doengoes,M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th ED. WB.Saunders Company: USA
Hasyim dkk. 2012. Formulasi Dan Uji Cocor Bebek (Kalanchorpinnata L) Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Majalah Farmasi dan Farmakologi.16(2).89-94
Hospenthal,
D.R.
2014.
Burn
Wound
Infection.
http://emedicine.medscape.com/article/213595-overview , di akses tanggal 16 maret 2015)

(online).(

Hudak dan Gallo. 1996.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, EGC: Jakarta


Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius: Jakarta
Rahayuningsih,T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar.Profesi,8: 1-13
Rismana,dkk.2013.Efeksitas Khasiat Pengobatan Luka Bakar Sediaan Gel Mengandung Fraksi Ekstrak
Pegagan Berdasarkan analisis Hidroksiprolin Dan Histoguatologi Pada Kulit Kelinci. Bul Penelitian
Klesehatan, 41 (1): 45-60
Smeltzer. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai