Kp 06.13.007
Kp 06.13.029
Kp 06.13.031
Kp 06.13.032
Kp 06.13.054
Kp 06.12.094
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang paling luas, dan kulit melakukan
beberapa fungsi yang kompleks (Hudak dan Gallo, 1996). Kulit
dapat mengalami cedera atau luka, salah satunya adalah luka bakar.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga
oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini
dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetik (Mansjoer, 2001).
NEXT
NEXT
NEXT
NEXT
NEXT
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada luka bakar.
1.4 Manfaat
Sebagai sarana menambah pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman belajar yang sangat berguna mengenai luka bakar dan
asuhan keperawatan gawat daruratnya.
BAB II
KONSEP TEORI
Luka
bakar
adalah luka
kontak
dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia,
dan radiasi; juga oleh sebab
kontak dengan suhu rendah
(frost-bite). Luka bakar ini dapat
mengakibatkan kematian, atau
akibat
lain
yang
berkaitan
dengan problem fungsi maupun
estetik (Mansjoer, 2001). Luka
bakar adalah suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir
yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam
2.1
yangPengertian
disebabkan oleh
Luka
bakar
yang
luas
mempengaruhi metabolisme dan
fungsi setiap sel tubuh, semua
sistem
dapat
terganggu,
terutama sistem kardiovaskuler
(Rahayuningsih,
2012).
Luka
bakar adalah kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti air, api,
bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar akan mengakibatkan
tidak hanya kerusakan kulit,
tetapi juga amat memengaruhi
seluruh sistem tubuh (Balqis,
dkk, 2014).
2.2 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat di kelompokkan menjadi
luka bakar termal, radiasi, atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat
koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang
dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka
bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (burning
agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi (Smeltzer, 2001).
NEXT
NEXT
NEXT
1.
2. Sho
3. Nye ck
K
im eti ri
el ban dak
e
4. ktr gan se
St oli
rid t
or
9.P
n emb
en
gk
10
ak
.K
a
11
e
m
.M
e
r
12
. S elep ahan
ian uh
osi
s
es
tr n
is asa ran
.D p b
a
13 n em
r
i
pe .M osa
rd i
14 uk g ika ens
m erin ak ot
k . T ip
15 . H
16
i ng
z
e
e
h
5. W pnea
s
6. Dy ra
a
7. Su
k
sera bon
r
8. Ca
m
dala m
u
sput
WOC
NEXT
h. Pemeriksaan diagnostik
1)CBC
2) Kadar elektrolit
3) Darah urea nitrogen (BUN)
4) GDA
5) PT.PTT
6) Layar Obat
7) Urinalisis
8) Rontgen dada
9)Radiografi tulang serviks
10)CT scan
11) Radiografi ekstremitas
pulsa oksimetri: digunakan dengan hati-hati
ketika diduga mengalami keracunan karbon
monoksida (CO) (membaca akan meningkat
palsu)
( Hudak dan Gallo, 1996; ENA, 2000;
Rahayuningsih, 2012 )
NEXT
2) Riwayat Medis
a. Kardiovaskular
b. Diabetes
c. Alkohol atau
penyalahgunaan
narkoba
d. Merokok
e. Obat
f. Alergi
g. Status imunisasi
tetanus
h. Riwayat perilaku
bunuh diri
i. Riwayat
penganiayaan
b. Data Objektif
1) Airway ( Jalan
Nafas) :
- Adanya sputum karbon
atau jelaga
- Tidak ada obstruksi
jalan nafas
-Tidak ada suara nafas
tambahan
2) Breathing
(Pernafasan ):
- Stridor
-Mengi
3) Circulation (sirkulasi)
:
- Takikardi (nadi cepat)
- Adanya denyut perifer
- Pasien dapat
mengalami hipotensi
- Ada tanda sianosis
4) Disability
(Ketidakmampuan) :
- Respons
- Kesadaran :
kebingungan, koma
- GCS
- Pupil
- Refleks cahaya
5) Exposure :
- Lihat dari ujung
kepala sampai ujung
kaki adakah luka bakar
lainnya.
2.a.
Pemeriksaan
Sekunder
Data Subjektif
1. Sign ( Tanda )
: Nyeri, ketidakseimbangan elektrolit
dan cairan, wheezing,
dyspnea, adanya karbon
dalam sputum, membran mukosa
kering, oliguria, takikardi, dan hipertermi
2. Alergi
: Kaji adanya riwayat alergi pasien,
alergi obat atau makanan
3. Medication ( Pengobatan )
: Kaji apakah pasien dalam pengaruh
obat atau sedang
menjalani terapi obat.
4. Past Medical History
: Kaji apakah pasien pernah di rawat dengan
kasus yang
sama atau kasus yang lain.
5. Last oral intake (Asupan oral terakhir)
: Kaji makan dan minum
terakhr pasien
6. Even leading injury (cedera)
: Pasien terkena cedera atau paparan
panas,bahan kimia,
listrik inhalasi.
NEXT
Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a). Kepala
Kepala simetris dan tidak ada
nyeri tekan.
b). Leher
Tidak ada bendungan vena
jugularis.
c). Dada
Gerakan dada simetris, ada nyeri
tekan karena luka bakar
mencakup seluruh daerah dada,
irama nafas ( dyspnea ),
terkadang ada keluhan sesak
nafas.
d). Abdomen
Abdomen simetris, pasien tidak
mengalami nyeri abdomen
2)Pemeriksaan Penunjang
a. CBC
b. Kadar elektrolit
c. Darah urea nitrogen (BUN)
d. GDA
e. PT.PTT
f. Layar Obat
g. Urinalisis
h. Rontgen dada
i. Radiografi tulang serviks
j. CT scan
k. Radiografi ekstremitas
pulsa
oksimetri:
digunakan
dengan hati-hati ketika diduga
mengalami
keracunan
karbon
monoksida (CO) (membaca akan
meningkat palsu)
3. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan dari paparan panas, bahan kimia,
radiasi atau sumber arus listrik di tandai dengan pasien mengeluh nyeri.
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dengan kehilangan cairan yang abnormal
akibat peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan cairan akibat respon inflamasi di
tandai dengan takikardi, membran mukosa kering, oliguria dan ketidakseimbangan elektrolit.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan pasien dapat
menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan dengan kriteria hasil :
1) TTV stabil
2) Membran mukosa lembab
3) Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine individu
adekuat.
NEXT
NEXT
Intervensi :
1) Pantau TTV, CVP. Perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer.
R/ : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respons kardiovaskuler.
Catatan : Pengawasan invasif diindikasikan untuk pasien dengan luka bakar mayor, inhalasi
asap, atau penyakit jantung sebelumnya meskipun terdapat hubungan peningkatan risiko
infeksi, perlu berhati-hati dalam mengawasi dan merawat sisi insersi.
2) Awasi haluaran urine dan berat jenis. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.
R/ : Secara umum, penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran
urine 30-50 ml/jam (pada orang dewasa). Urine dapat tampak merah sampai hitam, pada
kerusakan otot masif sehubungan dengan adanya darah dan keluarnya mioglobin. Bila terjadi
mioglobinuria menyolok, minimum haluaran urine harus 75-100 ml/jam untuk mencegah
kerusakan/nekrosis tubulus.
NEXT
3) Berikan penggantian cairan IV ringer laktat yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
R/ : Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah
komplikasi. Penggantian formula bervariasi tetapi berdasarkan luasnya cedera, jumlah haluaran
urine dan berat badan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan jalan nafas edema, perubahan
tingkat kesadaran sekunder hipoksia di tandai dengan wheezing, dyspnea, suara serak (parau),
carbon dalam sputum dan sianosis.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan bersihan jalan nafas
pasien paten dengan kriteria hasil :
a. Menunjukkan bunyi napas jelas
b. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
c. Bebas dyspnea/sianosis dan carbon dalam sputum
NEXT
Intervensi :
1) Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernapasan : perhatikan adanya pucat/sianosis dan
sputum mengandung karbon atau merah muda.
R/ : Penggunaan otot bantu, sianosis, dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distres
pernapasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik.
2) Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi, penurunan bunyi napas, batuk rejan.
R/ : Obstruksi jalan napas/distres pernapasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh
sampai 48 jam setelah terbakar.
3) Berikan pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh masker wajah.
R/ : O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran
pernapasan dan menurunkan viskositas sputum.
NEXT
Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan dari paparan panas, bahan kimia, radiasi atau
sumber arus listrik di tandai dengan pasien mengeluh nyeri.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan nyeri pasien berangsurangsur berkurang dengan kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri berkurang/terkontrol
b. Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks.
Intervensi :
1) Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara
terbuka.
R/ : Suhu tubuh dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10).
NEXT
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Luka bakar merupakan cedera pada kulit yang di sebabkan oleh sumber
panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.
2. Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat di pindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik.Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular
akut, dan disfungsi selebral.
3. Tanda dan gejala pada luka bakar sangatlah khas. Biasanya pasien yang
terkena luka bakar mengalami nyeri, ketidakseimbangan elektrolit dan cairan,
wheezing, dyspnea, adanya karbon dalam sputum, membran mukosa kering, dan
NEXT
takikardi.
NEXT
4. Dalam luka bakar memiliki berbagai penatalaksanaan. Tetapi penatalaksanaan yang paling
diutamakan adalah Kolaborasi pemberian penggantian cairan IV ringer laktat yang dihitung,
elektrolit, plasma, albumin karena resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit
dan membantu mencegah komplikasi. Penggantian formula bervariasi tetapi berdasarkan luasnya
cedera, jumlah haluaran urine dan berat badan
5. Pada pengakajian pasien dengan luka bakar biasanya memiliki tanda seperti nyeri,
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, wheezing, dyspnea, adanya karbon dalam sputum,
membran mukosa kering, oliguria, takikardi, dan hipertermi. Pada diagnosa keperawatan yang
paling diprioritaskan adalah kekurangan volume cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Balgis dkk.2014.Proses Penyembuhan Luka Bakar dengan GerusanDaunKedondong (Spondias dulcis F.) Dan
vaselin Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Secara Histopatologis. Jurnal Medika Veterinari. (8 (1): 9-14
Doengoes,M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th ED. WB.Saunders Company: USA
Hasyim dkk. 2012. Formulasi Dan Uji Cocor Bebek (Kalanchorpinnata L) Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Majalah Farmasi dan Farmakologi.16(2).89-94
Hospenthal,
D.R.
2014.
Burn
Wound
Infection.
http://emedicine.medscape.com/article/213595-overview , di akses tanggal 16 maret 2015)
(online).(