Anda di halaman 1dari 3

72

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dalam penelitian hambatan
Gambaran Perilaku Pemberian ASI pada Bayi Terkait dengan Kebudayaan di
Posyandu Seruni Kelurahan Lidah Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Lidah Kulon
Surabaya pada bulan Juni 2011 serta saran yang diberikan oleh peneliti.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.

Ibu-ibu di Posyandu Seruni RW 2 Kelurahan Lidah Kulon Wilayah Kerja


Puskesmas Lidah Kulon Surabaya memiliki pengetahuan tentang pemberian
ASI yang terkait kebudayaan yaitu : 1) ASI merupakan makanan untuk bayi;
2) ASI mengandung zat imun serta vitamin yang diperlukan oleh bayi;
3) ASI bermanfaat untuk kesehatan bayi, dan untuk kekebalan tubuh, karena
mengandung zat imun atau kekebalan tubuh sehingga bayi sehat tidak mudah
sakit, serta untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi; 4) susu yang pertama
kali keluar (kolostrum) berwarna kekuningan dan kental tetapi tidak tahu
namanya apa, oleh ibu susu tersebut tidak diminumkan karena anggap kotor.

2.

Ibu-ibu di Posyandu Seruni RW 2 Kelurahan Lidah Kulon Wilayah Kerja


Puskesmas Lidah Kulon Surabaya, sebagian besar memiliki sikap negatif
dalam pemberian ASI yang terkait dengan kebudayaan.

73

3.

Ibu-ibu di Posyandu Seruni RW 2 Kelurahan Lidah Kulon Wilayah Kerja


Puskesmas Lidah Kulon Surabaya, dalam tindakan pemberian ASI yang
terkait dengan kebudayaan yakni : 1) sebelum menyusui ibu membersihkan
payudara terlebih dahulu dengan menggunakan tissue atau lap, selain itu ibu
juga mengoleskan bibir bayi dengan madu atau ASI yang dianggap ibu
berguna untuk membantu agar bayi mau menyusui atau meneteki; 2) ibu
memberikan ASI dengan waktu kapan saja kecuali pada saat sore (mahgrib);
3) untuk meningkatkan ASI ibu memilih mengkonsumsi sayur, buah, dan
daun katuk serta minum jamu untuk ibu melahirkan atau jamu menyusui;
4) ibu juga memiliki pantanga dalam menyusui, yakni selama menyusui tidak
boleh makan makanan yang pedas dan amis, makan dan minum panas dan
dingin; 5) selama pemberian ASI ibu juga memberikan makanan tambahan
seperti memberikan pisang, madu, bubur susu, atau susu formula selama
pemberian ASI agar bayi tidak terus menangis karena kelaparan.

6.2 Saran
1.

Bagi ibu dan keluarga


Peneliti berharap agar ibu dapat merubah perilaku pemberian ASI yang
selama ini masih kurang tepat, seperti : 1) ibu sebaiknya memberikan
kolostrum pada bayi, sebab kolostrum sangat berperan penting untuk
kekebalan bayi; 2) untuk tindakan pemberian ASI, ibu sebaiknya
membersihkan payudara dapat menggunakan tissue basah atau kapas yang
dibasahi dengan air hangat; 3) sebelum menyusui, ibu tidak perlu
mengoleskan madu pada bibir bayi agar bayi mau menyusui, namun

74

sebaiknya ibu cukup

mengoleskan sedikit ASI pada daerah putting dan

areola, dengan cara mengeluarkan sedikit ASI dengan cara di pijat, basahi
putting susu dengan ASI, kemudian oleskan putting ibu ke bibir bayi untuk
merangsang reflek hisap bayi (rooting reflex); 4) ibu juga tidak perlu mentaati
pantangan dalam menyusui seperti tidak boleh makan makanan yang pedas
dan amis yang selama ini di percaya serta dijalankan oleh ibu; 5) ibu
sebaiknya hanya memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan walaupun
bayi terus menangis karena kelaparan, sebab hal tersebut seluruhnya akan
mengurangi kualitas ibu dalam pemberian ASI pada bayi.
2.

Bagi petugas kesehatan


Diharapkan petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan terutama mengenai pemahaman ibu yang salah tentang ASI, seperti
1) kandungan ASI serta manfaat ASI bagi bayi dan ibu; 2) kolostrum dan
manfaat kolostrum bagi bayi; 3) cara menyusui yang benar sesuai dengan
anjuran medis, yang dapat diberikan saat kegiatan posyandu balita sehingga
dapat membantu meningkatkan pengetahuan ibu.

3.

Bagi peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data dasar dan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya
menyangkut pemberian ASI yang terkait dengan faktor sosial dan budaya,
baik dengan menggunakan metode yang sama ataupun menggunakan metode
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai