Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma bronkhial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang
terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan
antigen (Tabrani, 2010). Asma bronkhial adalah keluhan subyaktif dari seorang
menderita paru. Keluhan ini mempunyai jangkauan luas, sesuai dengan
interpretasi seseorang mengenai arti asma bronkhial tadi. Mungkin pula pengaruh
sosialkultural, sosial-budaya, serta kemampuan seseorang untuk menahan rasa
sakit dan asma bronkhial, dapat ikut menentukan berat keluhan asma tersebut
(Alsagaff H, 2006).
Berdasarkan data kesehatan dunia yang dirilis WHO (2005) di dalam Riset
Kesehatan Dasar sebanyak 300 juta orang didunia mengidap penyakit asma
bronkhial dan 225 ribu meninggal karena penyakit asma bronkhial.
Hasil Riset Kesehatan Dasar atau disingkat Riskesdas (2007) bahwa
prevalensi nasional Penyakit Asma Bronkhial adalah 4,0% yang didasarkan pada
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala. Sebanyak 9 provinsi mempunyai
prevalensi Penyakit Asma Bronkhial diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Papua
Barat.

Pada tingkat nasional, data kejadian asma bronkhial di 10 kabupaten/kota


prevalensi Penyakit Asma Bronkhial tertinggi adalah:
Aceh Barat: 13,6%, Buol: 13,5%, Pohuwato: 13,0%, Sumba Barat: 11,5%,
Boalemo: 11,0%, Sorong Selatan: 10,6%, Kaimana: 10,5%, Tana Toraja: 9,5%,
Banjar: 9,2%, Manggarai: 9,2%. Sedangkan 10 kabupaten/kota prevalensi
Penyakit Asma Bronkhial terendah adalah : Yakuhimo: 0,2%, Langkat: 0,5%,
Lampung Tengah: 0,5%, Tapanuli Selatan: 0,6%, Lampung Utara : 0,6%, Kediri:
0,6%, Soppeng: 0,6%, Karo: 0,7%, Serdang Bedagai: 0,7%, Kota Binjai: 0,7%.
(Riskesdas, 2007).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan pada di wilayah kerja Puskesmas
Dupak Surabaya pada tahun 2010 terdapat 176 atau 14,6% kasus penderita asma
bronkhial yang berobat ke Puskesmas Dupak Surabaya pasien baru terdapat 7
orang sedangkan pasien lama 165 orang. Sedangkan pada tahun 2011 mencapai
434 orang atau 36,1%, pasien baru terdapat 213 orang sedangkan pasien lama 221
orang dan pada tahun 2012 di bulan terakhir oktober terdapat 286 orang atau
23,8%, terdapat 7 orang sedangkan pasien lama 279 orang, dengan rata-rata
kambuh sekitar 1 bulan. Ada kecenderungan peningkatan pada kasus asma
bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya sekitar 22%.
Mengingat bahwa ketidaktahuan penderita asma bronkhial terhadap
penyakit asma bronkhial, penyebab dan penatalaksanaanya menyebabkan
penderita mendapatkan serangan asma bronkhial berulang, sehingga resiko
kematian tinggi. Maka dari itu, para penderita asma bronkhial harus memegang
peranan penting dalam mengantisipasi terhadap serangan asma bronkhial tersebut.
Penderita asma bronkhial harus mengenal, mempelajari dan memahami segala

aspek dari penyakit asma bronkhial, termasuk tanda, gejalanya, penyebab,


pencetus serangan, dan berat ringannya penyakit asma bronkhial serta
penatalaksanaanya. Selain itu diperlukan keterampilan dan sikap dalam
menghindari pencetus asma bronkhial, maka serangan asma bronkhial dan risiko
kematian tidak akan terjadi.
Peran perawat sebagai pendidik harus bisa menjelaskan kepada para
keluarga khususnya yang mempunyai keluarga yang menderita penyakit asma
bronkhial, tentang bagaimana cara mengatasi dan mencegah asma bila serangan
itu muncul. Untuk mencegah terjadinya asma bronkhial lebih lanjut maka
peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengetahuan Penderita Asma
Bronkhial tentang Penyakit Asma Bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimanakah
pengetahuan penderita asma bronkhial tentang penyakit asma bronkhial di
puskesmas Dupak Surabaya ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengetahuan penderita asma bronkhial tentang penyakit
asma bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan penderita asma bronkhial tentang pengertian
asma bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya.

2. Mengidentifikasi pengetahuan penderita asma bronkhial tentang faktor


penyebab asma bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya.
3. Mengidentifikasi pengetahuan penderita asma bronkhial tentang cara
pencegahan penyakit asma bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya.
4. Mengidentifikasi pengetahuan penderita asma bronkhial tentang komplikasi
penyakit asma bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya.
5. Mengidentifikasi pengetahuan penderita asma bronkhial tentang pengobatan
penyakit asma bronkhial di Puskesmas Dupak Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pasien
Dari hasil penelitian ini selanjutnya dapat meningkatkan pengetahuan
penderita tentang penyakit asma bronkhial dan dapat mencegah masalah penyakit
asma bronkhial.
1.4.2 Bagi Keluarga
Dari hasil penelitian ini selanjutnya dapat meningkatkan pengetahuan
penderita tentang penyakit asma bronkhial dan dapat mencegah masalah penyakit
asma bronkhial.
1.4.3 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi semua tim kesehatan
khususnya perawat Puskesmas, terutama untuk meningkatkan pengetahuan
kepada penderita asma bronkhial tentang penyakit asma bronkhial.

1.4.4 Bagi Profesi Perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk


melaksanakan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan profesi keperawatan
melalui pelaksanaan standar asuhan keperawatan.
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan pemahaman guna mencapai mutu pendidikan yang
mendukung mutu pelayanan keperawatan di masa akan datang.

Anda mungkin juga menyukai