Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Made Vina Ekadayanthi

Kp

: 06.13.007

TK

: II A

PENGARUH PENDARAHAN TERHADAP ANEMIA DEFISIENSI BESI


Anemia defisiensi besi adalah yang timbul akibat berkurangnya penyedian besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi ditandai oleh
anemia hipokromik mikrositer (penanda defisiensi besi) dan hasil laboratorium yang
menunjukkan cadangan besi kosong (Bakta, Suega, Dharmayuda, 2006).
Besi merupakan

trace element

vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk

pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Dilihat dari segi evolusi alat
penyerapan besi dalam usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi
yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makanan berubah di mana sebagian
besar besi berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorbsi besi tidak mengalami evolusi
yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Besi dalam tubuh tidak pernah
terdapat dalam bentuk logam bebas (free iron), tetapi

selalu berikatan dengan protein

tertentu. Besi bebas akan merusak jaringan, mempunyai sifat seperti radikal bebas. Dalam
keadaan normal seorang laki-laki dewasa mempunyai kandungan besi 50 mg/kgBB,
sedangkan perempuan dewasa adalah 35 mg/kgBB. Jumlah besi pada perempuan pada
umumnya lebih kecil oleh karena massa tubuh yang juga lebih kecil (Bakta, Suega,
Dharmayuda, 2006).
Anemia defisiensi besi yang sering terjadi pada pria dan wanita pasca menopause di
sebabkan oleh perdarahan (mis., dari ulkus, gastritis atau tumor saluran pencernaan) atau
malabsorbsi terutama setelah reseksi gaster. Penyebab tersering anemia defisiensi besi pada
wanita pre menopause adalah menoragia (perdarahan menstruasi berlebihan). Pasien dengan
defisiensi besi datang pertama kali dengan gajala anemia. Apabila defisiensinya sangat berat,
mereka juga mengalami lidah halus, nyeri dan pica (keinginan makan sesuatu yang tidak
lazim seperti tanah liat, kanji pakaian, atau es). Gejala ini akan menghilang setelah terapi
(Smeltzer, 2002).

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering di jumpai baik di
klinik maupun di masyarakat. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang sangat sering
di jumpai di Negara berkembang. Pada pensiunan pegawai negeri di Bali didapatkan
prevalensi anemia 36% dengan 61% disebabkan oleh karena defisiensi besi. Sedangkan pada
penduduk suatu desa di Bali didapatkan angka prevalensi anemia defisiensi besi sebesar 27%.
Pada suatu pengunjung puskesmas didapatkan prevalensi anemia sebesar 50% dengan 75%
anemia disebabkan oleh defisiensi besi . Dalam suatu survey pada 42 desa di Bali yang
melibatkan 1684 perempuan hamil didapatkan prevalensi anemia defisiensi besi sebesar 46%,
sebagian besar derajat anemia ialah ringan (Bakta, Suega, Dharmayuda, 2006).
Anemia defesiensi besi dapat di jumpai gejala-gejala penyaktit yang menjadi
penyebab anemia defesiensi tersebut. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang
dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami. Gejala-gejala yang khas seperti kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh,
bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, permukaan lidah
menjadi licin dan mengkilap karena papil lidang menghilang, nyeri menelan karena
kerusakan epitel hipofaring, dan pica (Bakta, Suega, Dharmayuda, 2006).
Upaya yang telah dilakukan dalam menangani anemia defisiensi besi adalah dengan
terapi kausal yaitu terapi terhadap penyebab perdarahan. Terapi kausal harus dilakukan,
kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali. Pemberian preparat besi untuk mengganti
kekurangan besi dalam tubuh yaitu terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh
karena efektif, murah dan aman dan terapi besi parenteral sangat efektif tetapi mempunyai
risiko lebih besar dan harganya lebih murah. Oleh karena risiko ini maka besi paranteral
hanya diberikan atas indikasi tertentu (Bakta, Suega, Dharmayuda, 2006).
Solusi yang dapat di berikan untuk menangani anemia defisiensi besi adalah dengan
pemberantaan cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik paling sering di umpai di
daerah tropik. Memberikan suplemen besi pada penduduk yang rentan seperti ibu hamil dan
anak balita.

DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I.M., Suega, Ketut., & Dharmayuda, T.G.2006.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer.2002.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai