perbedaan
antara
enterpreneurship
dengan
Technopreneurship.
Technopreneurship harus sukses pada dua tugas utama, yaitu menjamin bahwa teknologi
berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan
mendapatkan keuntungan (profit). Sedangan jika enterpreneur biasa, umumnya hanya
berhubungan dengan bagian kedua, yaitu menjual dengan mendapatkan keuntungan.
Sumber : http://gibranhuzaifah.files.wordpress.com/2009/05/model-pengembangantechnopreneurship1.png?w=584
Peranan Technopreneurship
Peranan Technopreneurship sangat banyak, apalagi bagi orang-orang yang ingin
meningkatkan bisnis lebih cepat lagi. Suatu inovasi yang dihasilkan harus berupa ide-ide yang
kreatif dan terkini pada masa tersebut. Technopreneurship bermanfaat dalam pengembangan
industri-industri besar dan canggih, selain itu juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat
kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka. Dengan demikian Technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Technopreneurship dapat memberikan manfaat atau
dampak, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah:
1.
2.
3.
4.
1.
2.
Memanfaatkan bahan baki darisumber daya alam Indonesia secara lebih produktif
Meingkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumber daya energi.
Ada beberapa bidang investasi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberi
manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari air, energi, kesehatan, petanian, dana
keanekaragaman hayati. Bidang-bidang diatas masyarakat ekonomi lemah di Indonesia banyak
menghadapi permasalah. pengembangan Technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya
untuk menyelesaikan permasalah tersebut.
1.
Water (air)
Technopreneurship memiliki peluang untuk dapat menyelesaikan masalah ini. Karena banyaknya
kebutuhan akan air dari masyarakat di Indonesia, khususnya air bersih, oleh karena itu para pakar
2.
menjadi korban adalah rakyat kecil kebawah. Oleh karena itu permasalahan ini diharapkan bisa
3.
4.
suatu proses yang mudah bagi masyrakat dalam mengakses fasilitas kesehatan tersebut.
Agriculture (petanian)
Satu hal ini juga menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Karena sebagian besar pangan
Indonesia bersalah dari luar negeri atau import. Kenapa harus import, padahal Indonesia dulu
dijuluki negara agrikultur (bahkan hingga hari ini). Penataan lahan yang kurang baik serta
diiringi oleh perilaku para pejabat atas yang kurang baik menyebabkan hal ini bsa terjadi. Kasus
ini harus diselesaikan segera, apabila ditunda-tunda akan memperburuk situasi dan pasti yang
5.
Bagaimana agar invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat? Beberapa
kriteria berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan inovasi agar bermanfaat
bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi itu harus:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
A. Technopreneurship di Asia
Jika kita menengok ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan dan
Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang negara-negara ini
telah menjadi negara maju dengan perekonomian yang didasarkan pada Industri teknologi.
Perkembangan Korea diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri
semikonduktor. Sedangkan Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaanperusahaan barat kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan
industri asesoris komputer pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan negaranegara ini melejit adalah adanya inovasi.
Inovasi di bidang teknologi Informasi inilah yang juga membuat India berkembang dan
menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing maupun penanaman modal. Contoh
teknologi yang dikembangkan oleh India adalah sebuah Handheld PC yang disebut sebagai
simputer. Simputer dikembangkan untuk pengguna pemula dan dari sisi finansial adalah
pengguna kelas menengah bawah. Simputer dijalankan oleh prosesor berbasis ARM yang murah
dan menggunakan sistem operasi berbasis opensource. Harga di pasaran adalah sekitar $200.
Inovasi India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd. Shyam Telelink
memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan 175 baterai. Becak inipun
diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran otomatis. Penumpang becak bisa menelpon dan
tarif yang dikenakan adalah sekitar 1.2 rupee per 20 menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan
orang yang tidak memiliki keahlian untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi becak
tidak didasarkan pada gaji yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20% dari tiap tarif
telepon yang diperoleh (Wireless week, 2003).
Di Filipina, perusahaan telepon SMART mengembangkan metode untuk melayani
transfer pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri melalui telepon seluler
dengan SMS. Menurut laporan Asian Development Bank (ADB), SMART dapat meraup sekitar
US $14 21 trilyun per tahunnya dari biaya transfer program ini.
China mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai menunjukkan
kiprahnya di dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan China Lenovo di tahun 2004 dan
akuisisi perusahaan televisi Perancis Thomson oleh Guangdong membuktikan bahwa
technoprenuership di China semakin kukuh.
Studi Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia berkembang disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang diinsiprasikan oleh Silicon Valley. Jika revolusi
industri Amerika di abad 20 yang lalu dipicu oleh inovasi yang tiada henti dari Silicon valley,
maka negara-negara Asia berlomba untuk membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan
karakteristik dan lokalitas yang mereka miliki.
Kedua, Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari ketergantungan dunia
barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia barat diperuntukkan bagi kalangan
atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya dan menciptakan ketergantungan pemakaiannya.
Sementara itu sebagian besar masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria
pasar teknologi barat tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan
dibawah $1 per hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan oleh
dunia barat. Ini merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk berinovasi dalam
menciptakan sebuah produk teknologi yang menjangkau masyarakat marginal.
B. Arah technopreneurship di Indonesia
Sebagian besar wacana di negara kita mengarahkan technopreneurship seperti dalam
definisi kedua di atas. Baik dalam seminar, lokakarya dan berita, maka bisa dijumpai bahwa
pemakaian teknologi Informasi dapat menunjang usaha bisnis. Terlebih dimasa krisis global
seperti sekarang ini, maka peluang berbisnis lewat Internet semakin digembar-gemborkan. Ada
kepercayaan bahwa technopreneurship menjadi solusi bisnis dimasa lesu seperti ini. Sebagai
contoh, penggunaan perangkat lunak tertentu akan mengurangi biaya produksi bagi perusahaan
mebel. Jika sebelumnya, mereka harus membuat prototype dengan membuat kursi sebagai
sample dan mengirimkan sample tersebut, maka dengan pemakaian perangkat lunak tertentu,
maka perusahaan tersebut tidak perlu mengirimkan sample kursi ke pelanggan, namun hanya
menunjukkan desain kursi dalam bentuk soft-copy saja. Asumsi ini tidak memperhitungkan harga
lisensi software yang harus dibeli oleh perusahaan mebel tersebut.
Jika technopreneurship dipahami seperti dalam contoh-contoh ini, maka kondisi ini
menyisakan beberapa pertanyaan: Apakah benar technopreneurship mampu menjadi solusi bisnis
di masa kini? Akan dibawa kemanakah arah technoprenership di negara kita? Menurut hemat
penulis, technopreneurship yang dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi
bumerang bagi pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi
buatan barat. Dan ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang dikembangkan oleh
negara-negara Asia lainnya. Selain itu, inovasi yang berkembang belum mampu melepas
ketergantungan tersebut karena masih berskala individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam
pembangunan website, penggunaan teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang
diharapkan adalah inovasi dalam pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari
dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut mampu melepaskan kita dari kungkungan
ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan teknologi barat.
Untuk dapat menuju ke arah yang sama seperti neagara-negara tetangga kita lainnya,
maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi pemahaman
technopreneurship. Ini penting sekali karena kita semua tahu bahwa persepsi menentukan aksi.
Dengan pemahaman technopreneurship seperti dalam definisi pertama maka akan
memungkinkan bermunculannya para technopreneurship sejati yang akan membawa negara kita
berjalan bersama-sama dengan India, Korea Selatan maupun Taiwan.
Konsep Technopreneurship
Di era persaingan global yang sangat ketat, inovasi usaha harus diiringi dengan berbagai macam
rekayasa teknologi agar dapat melipatgandakan performa dari usaha tersebut. Pemanfaatan
teknologi mutakhir tepat guna dalam pengembangan usaha yang berdasarkan pada jiwa
entrepreneur yang mapan akan dapat mengoptimalkan proses sekaligus hasil dari unit usaha yang
dikembangkan. Inilah yang disebut technopreneurship: sebuah kolaborasi antara penerapan
teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan. Technopreneurship
adalah suatu karakter integral antara kompetensi penerapan teknologi serta spirit membangun
usaha. Dari sini, tumbuhlah unit usaha yang teknologis: unit usaha yang memanfaatkan teknologi
3. Technopreneurship
Setelah memiliki kompetensi teknologi dan jiwa entrepreneurship, hal terakhir yang perlu
dilakukan adalah mengintegrasikannya. Teknologi yang telah dimiliki kita kreasikan dan
inovasikan untuk menyokong pengembangan unit usaha. Hal ini dapat dilakukan secara nyata
dalam proses produksi (contoh: Microsoft), marketing (contoh: e-Bay), accounting, dan lain
sebagainya. Kreativitas dan pemanfaatan teknologi dengan tepat adalah hal utama dalam
mengembangkan jiwa technopreneurship.
Daftar Pustaka
1. http://blueandgreen-tavez.blogspot.com/2010/11/technopreneurship-di-eraglobalisasi.html
2. www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CC0QFjAD&url=
http%3A%2F%2Fgibranhuzaifah.wordpress.com
%2F2009%2F05%2F16%2Fmenumbuhkan-technopreneurship-mahasiswa-kolaborasikompetensi-dan-aplikasi-teknologi-dalam-pengembangan-kewirausahaan
%2F&ei=v1YzVKPYC8eCuwTtvIKADQ&usg=AFQjCNHls3jnFI5SBmDVnN9ayFl3ha
WS8A&sig2=OTIgvL8e8cXo_IPN07dINg&bvm=bv.76943099,d.c2E
3. http://syamsulgunadarma.blogspot.com/2012/11/trend-solusi-bisnis-masa-kini.html
4. http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/
5. http://yahya29zulkarnain.blogspot.com/2012/11/technopreneurship.html