Anda di halaman 1dari 28

SURVEI KADASTRAL

oleh EKO SUHARTO

Jumlah pertemuan 12 s.d. 14 kali


Materi Kuliah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Pengertian Azas Kontradiktur Delimitasi dan Batas;


Prosedur dan Teknik Pengukuran Sporadik;
Prosedur dan Teknik Pengukuran Sistematik;
Pembuatan Gambar Ukur dan Pengembalian Batas;
Teknik Penghitungan Luas pada Gambar Ukur;
Kasus-Kasus Pengukuran Bidang dan Hitungan Luasnya;
Klasifikasi dan Pemetaan TDT menurut PMNA 3/97;
Teknik Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran dan Peta
Pendaftaran Menurut PMNA 3/97;
Sistem Pemetaan Menurut PMNA 3/97;
Prosedur Pemecahan, pemisahan dan Penggabungan
Bidang Tanah;
Surveyor Berlisensi.

Pengertian Azas Kontradiktur


Delimitasi dan Batas
Bidang Tanah : sebelum diukur pemegang hak
harus memasang tanda batas pada titik sudut batas
dan disetujui oleh pemegang hak yang berbatasan
serta harus ada penetapan batasnya terlebih
dahulu.
Penetapan batas tanah dibedakan atas Tanah Hak
dan Tanah Negara.
Petugas Batas dilakukan oleh :
1. Pengumpul Data Fisik pada Pendaftaran Tanah
Sitematik, yang bekerja a.n. Panitia Ajudikasi;
2. Petugas Ukur yang bekerja a.n Kepala Kantor
Pertanahan pad Pendaftaran Tanah Sporadik;
Petugas Pengumpul data fisik : Pegawai BPN atau
bukan (misal : petugas ukur swasta).

Penetapan Batas Tanah Hak


Penetapan batas tanah hak oleh Petugas Pengumpul Data Fisik
pegawai BPN:
1.

2.

3.

4.

5.

Prinsip dasar : penunjukan batas bidang tanah dilakukan oleh pemegang hak atas
tanah atau yang diberi kuasa, atas dasar kesepakatan antara pemegang hak atau
kuasanya dari bidang yang berbatasan atau bersebelahan (Azas Kontradiktur
Delimitasi);
Berdasarkan pada penunjukan batas yang telah disepakati oleh para pemegang
hak yang berbatasan tersebut Petugas Pengumpul Data Fisik menetapkan batas
yang dituangkan pada d.i. 201;
Apabila salah satu pemegang hak tidak hadir pada waktu yang telah ditentukan,
Petugas Pengumpul Data Fisik menetapkan batas sementara atas penunjukan
pemegang hak yang hadir dan menetapkan batas sementara, dan dicatat pada
d.i. 201 ruang I.3 (ruang sketsa bidang tanah) dan pada Gambar Ukurnya (GU);
Apabila para pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak bersedia
menunjukkan batas atau tidak hadir pada waktu yang ditentukan, maka
penetapan batas sementara dilakukan oleh Petugas atas dasar batas fisik yang
tampak/kelihatan, seperti : pagar, pematang dan seterusnya, dan dicatat pada
d.i. 201 ruang I.3 (ruang sketsa bidang tanah) serta GU-nya;
Contoh catatan pada d.i. 201 berbunyi:
Batas yang ditetapkan sifatnya sementara, disebabkan pemegang hak/atau
pemegang hak yang berbatasan tidak berada di tempat atau tidak bersedia
menunjukkan batas

Penetapan batas tanah hak oleh


Petugas Pengumpul Data Fisik
Bukan pegawai BPN:
Prosedur dan penunjukan dan
penetapan batas bidang tanah sama
dengan yang dilakukan petugas dari
BPN, hanya saja penetapan batas
dilakukan oleh Satgas Pengumpul
Data Yuridis a.n. Panitia Ajudikasi
dan juga dicatat pada d.i 201.

Penetapan Batas Tanah Negara


Penetapan batas tanah negara oleh Petugas Pengumpul Data
Fisik pegawai BPN:
1.

2.
3.

4.

Prinsip dasar : Apabila di lapangan dijumpai tanah yang berstatus tanah


negara dan bidang yang sekelilingnya juga tanah negara, maka
penetapan batasnya sama dengan penetapan tanah hak dengan
mempertimbangkan kepentingan umum dan kepentingan pemerintah
dan dicatat pada d.i 201 diruang I.3 (ruang sketsa bidang tanah);
Penetapan batas ini tanpa keharusan penunjukan batas dari yang
menguasai bidang tanah atau yang menguasai yang berbatasan;
Apabila di sekeliling bidang tanah negara yang akan ditetapkan
batasnya adalah Tanah Hak, maka sebelum penetapan batas diperlukan
kesepakatan batas dengan pemegang hak atas tanah yang berbatasan;
Apabila pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir atau
tidak bersedia menunjukkan batas pada waktu yang ditentukan, maka
penetapan batas sementara dilakukan oleh Petugas atas dasar batas
fisik yang tampak/kelihatan, seperti : pagar, pematang dan seterusnya,
dan dicatat pada d.i. 201 ruang I.3 (ruang sketsa bidang tanah) serta
GU-nya;

Penetapan batas tanah negara


oleh Petugas Pengumpul Data
Fisik Bukan pegawai BPN:
Prosedur dan penunjukan dan
penetapan batas bidang tanah sama
dengan yang dilakukan petugas dari
BPN, hanya saja penetapan batas
dilakukan oleh Satgas Pengumpul
Data Yuridis a.n. Panitia Ajudikasi
dan juga dicatat pada d.i 201.

Tanda Batas
1.Tanda-tanda batas dipasang pada setiap titik
batas bidang tanah, dan apabila dianggap
perlu, petugas juga mengukur pada titik
tertentu sepanjang batas bidang tanah
tersebut.
2.Pada titik sudut batas yang sudah jelas
letaknya dipasang patok tetap seperti pagar
beton, pagar tembok atau tugu patok penguat
pagar kawat dan untuk ini tidak perlu dipasang
patok
3. Bahan, ukuran dan konstruksi tanda batas
lihat pasal 22

Tata Cara Pemberian NIB

1.
2.

3.

4.
5.

6.
7.
8.

Disebabkan seluruh dokumen yang berkaitan dengan proses pendaftaran tanah


disimpan di Kantor Pertanahan maka:
NIB (Nomor Identifikasi Bidang) diberikan berdasarkan wilayah administrasi
pemerintahan agar unik dan mudah dalam pencarian.
NIB diberikan pada bidang tanah yang telah ditetapkan batas-batasnya dan
dicantumkan dalam daftar isian 201. NIB ada pada pendaftaran tanah sporadik
maupun sistematik.
NIB terdiri dari 13 digit dengan rincian:
2 digit pertama : 01-99 adalah kode Provinsi
2 digit kedua : 01-99 adalah kode Kab/Kota
2 digit ketiga : 01-99 adalah kode kecamatan
2 digit keempat: 01-99 adalah kode Desa/kelurahan
5 digit terakhir : 00001-99999 adalah nomor bidang tanah.
Kode provinsi, Kabupaten/kota, dan kecamatan telah ditetapkan pemerintah,
sedangkan kode desa/kelurahan ditetapkan Kepala Kantor Pertanahan.
Nomor Bidang Tanah adalah nomor yang berurutan per-Desa/Kelurahan diberikan
dengan urutan : penyelesaian penetapan batasnya pada pendaftaran tanah
sporadik atau dapat dialokasikan pada pendaftaran tanah sistematik asalkan tidak
ada NIB ganda atau NIB kosong.
Tanda titik digunakan untuk memisahkan antara kode provinsi, kabupaten,
kecamatan, dan desa/kelurahan.
Contoh NIB : 09.03.05.02.00102
09 kode Provinsi DKI Jakarta, 03 kode Kota Jakarta Barat, 05 kode Kecamatan
Kebun Jeruk, 02 kode Kelurahan Duri Kelapa, dan 00102 adalah Nomor Bidang
Tanah

Pendaftaran Tanah Secara


Sporadik
Pendaftaran Tanah Sporadik terdapat dalam
PMNA/KBPN 3/1997 mulai pasal 73 s.d pasal
93 :
1.
Kegiatan Pendaftaran Tanah ini dilakukan atas
permohonan yang bersangkutan dengan surat
sesuai bentuk terlampir.
2.
Permohonan tersebut meliputi:
a. melakukan pengukuran bidang tanah untuk
keperluan tertentu
b. mendaftar hak baru berdasarkan alat bukti
sesuai ketentuan pasal 23 PP 24/1997
c. mendaftar hak lama sesuai pasal 24 PP
24/1997

Permohonan pengukuran bidang tanah yang


diajukan oleh pemohon untuk keperluan:
1. Persiapan permohonan hak baru
2. Pemecahan, pemisahan, dan penggabungan
bidang tanah
3. Pengembalian batas
4. Penataan batas dalam rangka konsolidasi tanah
5. Inventarisasi pemilikan dan peguasaan tanah
dalam rangka pengadaan tanah sesuai ketentuan
yang berlaku
6. Kepentingan lainnya dengan persetujuan
pemegang hak.
Permohonan yang diajukan di atas harus disertai
dengan dokumen asli untuk membuktikan hak
atas bidang tanah yang bersangkutan.

Dokumen Asli Sebagai Bukti Hak


Atas Tanah

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Dokumen asli sebagai bukti Hak Atas Tanah dapat berupa :


Grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnatie
(S. 1834-27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eigendom yang
bersangkutan dikonversi menjadi hak milik.
Grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnatie
(S. 1834-27), sejak berlakunya UUPA sampai tgl pendaftaran tanah dilaksankan
menurut PP nomor 10 tahun 1961 di daerah yang bersangkutan atau;
Surat bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang
besangkutan atau;
Sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria No. 9
Tahun 1959, atau;
Surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum
ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan
hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut
didalamnya, atau;
Petuk pajak bumi/landrente, girik,pipil,ketitir dan verponding Indonesia sebelum
berlakunya PP No. 10 Tahun 1961, atau;
Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda tangan
kesaksian oleh Kepala adat/Kepala Desa/Kelruhan yang dibuat sebelum berlakunya
PP 24 Tahun 1997 dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau;

Akta hak atas tanah yang dibuat PPAT, yang tanahnya


belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan,
atau;
9. Akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum
atau sejak mulai dilaksanakan PP No. 28 Tahun 1977
dengan disertai alas hak yang diwakafkan, atau;
10. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang
berwenang, yang tanahnya belum dibukukan dengan
disertai alas hak yang dialihkan;
11. Surat penunjukkan atau pembelian kaveling tanah
pengganti tanah yang diambil Pemerintah atau Pemerintah
Daerah, atau;
12. Surat Keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan
disertai alas hak yang dialihkan, atau;
13. Bentuk lainnya pembuktian tertulis dengan nama apapun
juga yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konversi
UUPA.
8.

Jika alat bukti sebidang tanah tersebut di atas tidak lengkap atau
tidak ada, maka pembuktian kepemilikan dapat dilakukan dengan
alat bukti lain yang dilengkapi dengan penyataan yang bersangkutan
dengan keterangan yang dapat dipercaya dari sekurang-kurangnya 2
(dua) saksi dari lingkungan masyarakat setempat yang tidak ada
ikatan/hubungan keluarga baik vertikal ataupun horisontal.
Apabila bukti-bukti kepemilikan tidak ada, maka permohonan harus
disertai:
a. Surat Pernyataan yang berisi:
- pemohon telah menguasai tanah tersebut selama 20 tahun atau
lebih secara berturut-turut
- penguasaan tanah itu telah dilakukan dengan itikad baik
- penguasaan itu tidak pernah diganggu gugat oleh siapapun
- tanah tersebut saat ini tidak dalam sengketa
- bersedia dituntut di muka Hakim apabila telah membuat
pernyataan tidak benar/palsu
b. Keterangan dari Lurah/Kepala Desa dan sekurangkurangnya 2 orang
saksi yang dapat dipercaya.

Pengukuran (pasal 77)

Pengukuran Tanah secara Sporadik pada dasarnya


merupakan tanggung jawab Kepala Kantor Pertanahan.
Pengukuran bidang tanah yang luasnya 10 Ha s.d. 1000 Ha
dilaksanakan Kantor Wilayah
Pengukuran bidang tanah yang luasnya di atas 1000 Ha
dilaksanakan Badan Pertanahan Nasional
Permohonan pengukuran diajukan kepada Kepala Kantor
Pertanahan.
Pengukuran bidang tanah yang luas atau jumlahnya banyak
dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga
Hasil Pengukuran bidang tanah oleh pihak ketiga
disupervisi dan disahkan oleh : Kepala Kantor Pertanahan,
Kepala Kantor Wilayah atau Deputi BPN yang berwenang.


1.

2.

3.

4.

5.

Tugas Petugas Ukur:


Menetapkan batas bidang tanah
atas nama BPN
Membantu menyelesaikan sengketa
mengenai bidang tanah yang akan
diukur jika terjadi
Mengisi d.i. 201 mengenai
penetapan batas
Melaksanakan pengukuran batas
bidang tanah
Membuat gambar ukur.

Persiapan Petugas Ukur

a.
b.
c.

d.
e.

f.
g.

Persiapan Petugas Ukur Setelah Menerima Surat Perintah


Pengukuran:
Memeriksa tersedianya peta
Merencanakan pengukuran di atas peta, apabila
pemohon belum mempunyai GU/surat ukur
Apabila tidak terdapat peta pendaftaran atau peta dasar
pendaftaran atau peta lain yang memenuhi syarat,
segera persiapan pembuatan peta pendaftaran.
Memeriksa tersedianya TDT disekitar bidang tanah
Apabila tidak ada TDT disekitar bidang tanah yang akan
ukur, pemohon diminta menyiapkan tugu TDT minimal 2
(dua) dan sesuai pasal 5 PMNA/KBPN 3/1997
Persiapan formulir-formulir untuk pengukuran seperti GU,
formulir pengukuran poligon
Memberitahukan kepada pemohon secara tertulis
mengenai waktu penetapan batas dan pengukuran

Sebelum diukur, bidang tanah harus


ditetapkan batas-batasnya terlebih dahulu
dan pemohon memasang tanda batasnya.
Apabila pengukuran dilakukan oleh pihak
ketiga, maka penetapan batas dilakukan
oleh Kepala Seksi Pengukuran dan
Pendaftaran Tanah atau yang berwenang.
Pemberitahuan penetapan batas selambatlambatnya 10 hari sebelum acara tersebut
dilaksanakan.

Pengumpulan dan Penelitian Data


Yuridis Bidang Tanah

Pengumpulan dan Penelitian data yuridis


dilakukan oleh Seksi Pengukuran dan Pendaftaran
Tanah atau yang berwenang, baik pendaftaran
baru maupun pendaftran lama.
Untuk keperluan tersebut Kepala Seksi
Pengukuran dan Pendaftaran Tanah menyerahkan
alat-alat bukti yang ada dan d.i 201 dalam rangka
penetapan batas kepada panitia A
Setelah selesai penelitian data yuridis dilakukan,
panitia A menyerahkan d.i. 201 kepada Kepala
Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah guna
penyiapan Pengumuman data fisik dan data
yuridis

Tugas Panitia A
1.

2.
3.
4.
5.

Meneliti data yuridis bidang tanah yang


tidak dilengkapi dengan alat bukti tertulis
mengenai pemilikan tanah secara
lengkap.
Melakukan pemeriksaan lapangan untuk
menyecek kebenaran alat bukti
Mencatat sanggahan/keberatan dan hasil
penyelesaiannya
Membuat kesimpulan mengenai data
yuridis bidang tanah yang bersangkutan
Mengisi d.i. 201

Pengumuman Data Fisik dan Data


Yuridis, dan Pengesahannya

Kutipan data yuridis dan data fisik


dicantumkan Risalah Data Yuridis dan
Penetapan Batas (d.i.201)
Daftar Data Yuridis dan Data Fisik Bidang
Tanah (d.i.201C) dan peta bidang tanah
diumumkan guna memberi kesempatan
apabila ada keberatan selama 60 hari
Apabila ada keberatan didaftar dengan d.i.
309

Penegasan Konversi dan


Pengakuan Hak

Berdasarkan berita acara Pengesahan


Data Fisik dan Data Yuridis, Kepala Kantor
Pertanahan menegaskan konversi menjadi
hak milik atas nama pemegang hak yang
terakhir
Tanah dengan alat bukti yang tidak ada
tetapi telah dikuasai selama 20 tahun,
ditegaskan oleh Kepala Kantor Pertanahan
dengan catatan tidak ada keberatan.

Pembukuan Hak

Berdasarkan alat bukti hak baru,


penegasan konversi dan pengakuan
hak, hak-hak atas tanah, Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun, Hak
Pengelolaan dan tanah wakaf yang
bersangkutan dibukukan dalam buku
tanah

Penerbitan Sertipikat

Untuk hak-hak atas tanah, Hak Milik


Atas Rumah Susun, Hak Pengelolaan
dan tanah wakaf yang sudah didaftar
dalam buku tanah dan memenhi
syarat tanda bukti haknya menurut
pasa 31 PP 24 Tahun 1007
diterbitkan Sertipikat
Sertipikat ditandatangani oleh Kepala
Kantor Pertanahan

Tujuan Pengukuran Bidang-Bidang


Tanah

a.
b.
c.
d.

e.
f.

Pengukuran Bidang Tanah dimaksudkan :


Menentukan letak geografis;
Mengetahui bentuk geometris;
Menentukan luas;
Mengetahui situasi bidang tanah untuk lampiran
sertipikat;
Pembuatan Peta Pendaftaran;
Mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai
unsur pengembalian batas, jika batas-batas
bidang tanah tersebut hilang.

Metode Pengukuran Bidang Tanah

1.
2.
3.

Secara garis besar pengukuran


bidang tanah dapat dilakukan
menjadi:
Cara Terestrial
Cara Fotogrametri
Cara lainnya (Extraterestrial : GPS)

Metode Pengukuran Bidang Tanah


dengan Cara Terestrial
1. Metode Offset terdiri :
a. Metode Siku-Siku
b. Metode Mengikat (interpolasi):
- Cara Mengikat pada titik
sembarang
- Cara Perpanjangan Sisi
- Cara Trilaterasi Sederhana
2. Metode Polar
a. Asimuth dan Jarak
b. Sudut dan Jarak

Penentuan Luas Bidang Tanah


1.
2.

3.
4.

Menggunakan Angka-Angka Ukur


Menggunakan Angka-Angka
Koordinat
Semigrafis
Grafis

Anda mungkin juga menyukai