Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Dalam kenyataannya, mengingat berbagai faktor, untuk keperluan tersebut diambil sebuah
sampel yang representatif lalu berdasarkan pada hasil analisis terhadap data sampel,
kesimpulan mengenai populasi dibuat. Kelakuan populasi yang akan ditinjau disni hanyalah
mengenai parameter populasi dan sampel yang digunakan adalah sampel acak. Data sampel
dianalisis, nilai-nilai yang perlu, yaitu statistik, dihitung dan dari nilai-nilai statistik ini kita
simpulkan bagaimana parameter bertingkah laku. Cara pengambilan kesimpulan tentang
parameter yang pertama kali akan dipelajari ialah sehubungan dengan cara-cara menaksir
harga parameter. Jadi harga parameter yang sebenarnya tetapi tak diketahui itu akan ditaksir
berdasarkan statistik sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan.
BAB II
PENAKSIRAN PARAMETER
A. PENAKSIR
Secara umum, parameter populasi akan diberi symbol . Jadi bisa merupakan ratarata , simpangan baku , proporsi dan sebagainya. Jika , yang tidak diketahui harganya,
ditaksir oleh harga
, maka
= ,
yaitu bisa mengatakan harga yang sebenarnya. Tetapi ini merupakan keinginan yang boleh
dibilang ideal sifatnya. Kenyataan yang bisa terjadi adalah
a. Menaksir oleh terlalu tinggi
b. Menaksir oleh
terlalu rendah
Dibawah ini diberikan criteria untuk mendapatkan penaksir yang baik, yaitu : takbias,
mempunyai varians minimum dan konsisten.
Beberapa defenisi:
1) Tidak bias (Unbiasedness),
Artinya statistik sampel yang digunakan sebagai penduga harus sama atau mendekati
parameter populasi penduga. Penaksir
semua harga
(
estimator yang nilai *-nya adalah estimasi titik dari parameter populasi tak diketahui
.Tentu diinginkan bahwa sebaran cuplikan * akan memiliki mean yang sama
dengan parameter yang diestimasi. Parameter yang seperti ini disebut bersifat tak bias
(Ronald & Raymond 1995). Dengan kata lain penaksir tak bias bagi parameter E
(*) = , jika dikatakan penaksir bias bagi parameter E (*) , jika . Namun
penaksir bias dapat diubah menjadi penaksir takbias jika ruas kanan dikalikan atau
ditambahkan dengan konstanta tertentu.
2) Efisiensi (Efficiency), Artinya statistik sampel memiliki deviasi standar yang kecil.
Penaksir bervarians minimum ialah penaksir dengan varians terkecil di antara semua
penaksir untuk parameter yang sama. Jika
varians untuk
dan
merupakan penaksir
bervarians minimum.
3) Konsistensi (Consistency), Artinya jika ukuran sampel meningkat maka statistik
sampel akan semakin mendekati parameter populasinya . Misalkan
penaksir untuk
yang dihitung berdasarkan sebuah sampel acak berukuran n. Jika ukuran sampel n
makin besar mendekati ukuran populasi menyebabkan
mendekati , maka
disebut
penaksir konsisten
4) Kecukupan (Sufficiency), Artinya suatu taksiran dikatakan memiliki kecukupan jika
taksiran tersebut dapat memberikan informasi yang cukup mengenai sifat
populasinya.Statistik T = T (X1, X2. X3,xn) dikatakan cukup bagi parameter, jika
fungsi kepadatan bersyarat P (x1, x2, x3,xn) T (x1, x2, x3,xn) = t tidak
bergantung pada .
Ada dua jenis taksiran (pendugaan) yang dilakukan terhadap populasi, yaitu:
1. Penaksiran Titik (Point Estimation)
Penaksiran titik mengandung pengertian bahwa suatu parameter (misal ) akan
ditaksir hanya dengan menggunakan satu bilangan saja (misalnya dengan Xrata-rata).
Penaksiran titik sering mengalami kekeliruan, sehingga probabilitas suatu penaksiran titik
tersebut tepat adalah sangat kecil atau mendekati nol. Sehingga penaksiran titik jarang
digunakan. Taksiran titik untuk rata-rata populasi () dan proporsi populasi () menggunakan
rata-rata sample ( Xrata-rata ) dan proporsi sample (p) yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata TOEFL mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia
Pascasarjana UNIMED yang akan menempuh pendadaran periode bulan Januari. Dengan
menggunakan sample sebanyak 10 orang dan data TOEFL masing-masing mahasiswa sebagai
berikut:
Score TOEFL Mahasiswa
NO
NAMA
TOEFL
1
Tini
375
2
Badu
425
3
Jono
425
4
Ruli
500
5
Meri
475
6
Didi
385
7
Badu
400
8
Tuti
400
9
Susi
350
10
Dedi
385
Berdasarkan data tersebut, maka rata-rata TOEFLnya adalah:
Jawab:
Diketahui : X = 4120, n = 10
maka
=
duga), misalnya: derajat keyakinan 90% maka = 10%; derajat keyakinan 95% maka = 5%.
Sedangkan batas-batasnya dinamakan Confidence Interval. Penaksiran interval dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1. Penaksiran rata-rata untuk data yang bersifat kontinu
2. Penaksiran proporsi untuk data yang bersifat diskrit
Penaksiran dilakukan terhadap angka-angka statistic atau angka-angka yang diperoleh
dari sample. Sampel yang digunakan untuk perhitungan dibedakan antara sample kecil (n<
30) dan sample besar (n>=30), pembedaan sample tersebut digunakan untuk pemilihan tabel
distribusi yang akan digunakan dalam perhitungan. Apabila sample kecil maka digunakan
tabel Distribusi Student t dengan degree of freedom (df) atau derajat kebebasan = n-1.
t1/2 ().n-1 (uji dua sisi) atau t. n-1 (uji satu sisi)
dimana:
= tingkat kesalahan duga
n = jumlah sample (observasi)
Contoh:
Apabila jumlah sample 15 dengan =5% (0,05), uji dua sisi maka:
t1/2 ().n-1 = t1/2 (0,05). 15-1
t0,025. 14 = 2,145 (lihat tabel distribusi student t)
Cara membaca table
Tabel distribusi student t
B. CARA-CARA MENAKSIR
Jika parameter harganya ditaksir oleh sebuah harga
dinamakan penaksir, tepatnya titik taksiran. Barangkali titik taksiran akan lebih enak bila
cukup dikatakan penaksir saja.
Titik taksiran untuk sebuah parameter misalnya, harganya akan berlainan
bergantung pada harga
sering merasa kurang yakin atau kurang percaya atas hasil penaksiran macam ini. Sebagai
gantinya, dipakai dipakai interval taksiran atau selang taksiran, yaitu menaksir harga
parameter di antara batas-batas dua harga. Dalam prakteknya harus dicari interval taksiran
yang sempit dengan derajat kepercayaan yang memuaskan. Derajat kepercayaan menaksir,
disebut koefisien kepercayaan, merupakan pernyataan dalam bentuk peluang.
Jika koefisien kepercayaan dinyatakan dengan , maka 0 < < 1. Harga yang
digunakan bergantung pada persoalan yang dihadapi dan berapa besar si peneliti ingin yakin
dalam mebuat pernyataannya. Yang biasa digunakan ialah 0,95 atau 0,99 , yakni = 0,95
atau = 0,99.
Untuk menentukan interval taksiran parameter dengan koefisien kepercayaan ,
maka sebuah sampel acak diambil, lalu hitung nilai-nilai statistik yang diperlukan.
Perumusan dalam bentuk peluang untuk parameter antara A dan B adalah :
P (A < < B ) =
Dengan A dan B fungsi dari pada statistik, jadi merupakan variabel acak,tetapi tidak
bergantung pada .
Perumusan XI(1) diartikan : peluangnya adalah bahwa interval yang sifatnya acak
yang terbentang dari A ke B dihitung harganya berdasarkan data sampel, maka A dan B
sekarang merupakan bilangan tetap. Dalam hal ini, pernyataan diatas tidak lagi benar tetapi
harus dikatakan sebagai berikut:
Kita merasa 100 % percaya bahwa parameter aka nada di dalam interval (A,B).
Jadi tidaklah dikatakan : peluangnya sama dengan bahwa terletak antara A dan B,
melainkan seseorang hanya yakin 100 % bahwa itu terletak antara A dan B. Perbedaan ini
perlu dipahami, karena
1. Menaksir Rata-Rata
dan s. Titik
Dengan
memperoleh 100
Dengan
student dengan p =
diganti oleh
dan
masing-
masing dinamakan batas bawah dan batas atas kepercayaan. Jika ukuran sampel n relatif
besar dibandingkan dengan ukuran populasi N, yakni (
menjadi :
maka
rata-rata.
1. Penaksiran rata-rata untuk parameter yang rata-rata dan standar
deviasinya diketahui dengan populasi tidak terbatas
a. Sampel kecil (n < 30)
di mana:
= rata-rata parameter yang ditaksir
X = rata-rata statistik
SD = standar deviasi statistik
n = jumlah sampel yang digunakan
t1/2 .n-1 = batas keyakinan yang digunakan
Contoh:
Sebuah LSM ingin mengetahui rata-rata penghasilan pengamen yang ada di Yogyakarta.
Untuk penelitian tersebut diambil sampel 29 pengamen, dan diperoleh data bahwa rata-rata
penghasilan pengamen per hari adalah Rp. 19.500,- dengan standar deviasi Rp. 4.200,-.
Dengan menggunakan interval keyakinan 95%, tentukan penaksiran rata-rata penghasilan
pengamen di Yogyakarta tersebut?
Diketahui:
n = 29
X = 19.500
SD = 4.200
= 5% (0,05)
t1/2 . n-1 = t1/2 (0,05). 29-1 = t0,025. 28 = 2,048
Jawab:
= t1 2 .n1
= 19.500 2,048
dimana :
= rata-rata parameter yang ditaksir
X = rata-rata statistik
SD = standar deviasi statistik
n = jumlah sampel yang digunakan
Z1/2 .n-1 = batas keyakinan yang digunakan
Contoh:
Seseorang melakukan pengamatan mengenai lama usia bola lampu OHP. Berdasarkan
pengamatan pada 64 buah bola lampu OHP dan ternyata mempunyai rata-rata masa pakai 50
jam dengan SD selama 4 jam. Dengan menggunakan = 5%, tentukan rata-rata usia pakai
yang sebenarnya dari bola lampu OHP tersebut menggunakan penaksiran rata-rata interval.
Jawab:
Diketahui:
n = 64
X = 50 jam
SD = 4 jam
= 5% (0,05)
Z1/2 (0,05).= t0,025= 1,96
Maka
= 1 2
= = 50 1,96
= 50 1,96 (0 ,5 )
= 50 0,98
Dapat disimpulkan rata-rata usia pakai bola lampu OHP paling lama 50,98 jam (50+0,98) dan
paling cepat 49,02 jam (50-0,98).
= t1/2. n -1
Contoh:
Suatu perusahaan alat elektronik ingin meneliti waktu yang diperlukan karyawannya dalam
memasang komponen X. Untuk itu diambil sampel 10 karyawan dan diperoleh data waktu
rata-rata 55 menit dengan varian 100 menit. Bila jumlah karyawan seluruhnya adalah 100
orang, hitunglah berapa rata-rata waktu pemasangan untuk seluruh karyawan
tersebut, gunakan = 5%.
b. Untuk sampel besar (n 30)
= 1/2
= rata-rata parameter
X = rata-rata statistik
t1/2 .n-1 = batas keyakinan yang digunakan
Z1/2 = batas keyakinan yang digunakan
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
SD = standar deviasi statistik.
Secara singkat dapat dilihat pada table berikut ini :
2. Menaksir Proporsi
. Jika 100
. Jadi
Jawaban atau harga yang didapat dari rumus (8) merupakan batas bawah interval
kepercayaan sedangkan jawaban dari rumus (9) menjadi batas atasnya.
Rumus rumus diatas sangat panjang dan tidak praktis. Karenanya sering digunakan
Pendekatan binom untuk ukuran n sampel cukup besar. Rumus 100
Dengan
berdasarkan
sampel acak berukuran n perlu dihitung, dan rumus yang digunakan ialah rumus:
simpangan baku s bukan penaksir tak bias untuk simpangan baku . Jadi titik taksiran untuk
adalah bias. Jika populasinya berdistribusi normal dengan varians 2, maka 100
interval kepercayaan untuk 2 ditentukan dengan menggunakan distribusi
chi-kuadrat.
Rumusnya adalah :
dan
dan
dengan dk = (n-1).
ukuran n1 dan n2. Rata-rata dan simpangan baku dari sampel-sampel itu berturut-turut adalah
, s1 dan
a. 1 = 2
Jika kedua populasi normal itu mempunyai 1 = 2 = dan besarnya diketahui, maka
100 % interval kepercayaan untuk (1 - 2) ditentukan oleh rumus:
Dengan
Jika kedua populasi normal itu mempunyai 1 = 2 = tetapi tidak diketahui besarnya,
maka dihitung terlebih dahulu varians gabungannya (s2) dengan rumus:
Dengan s (varians gabungan) dan tp didapat dari dstribusi Student (daftar G) dengan p = (1
+ ) dan dk = (n1 + n2 2)
b. 1 2
Untuk populasi normal 1 2 , dengan memisalkan s1 = 1 dan s2 = 2 , untuk sampel
acak berukuran besar, dapat dilakukan pendekatan kepada distribusi normal. Rumus interval
kepercayaannya ditentukan oleh:
Contoh:
Ada dua pengukuran untuk mengukur kelembaban suatu zat. Cara I dilakukan 50 kali yang
menghasilkan
= 60,2 dan
= 70,4 dan
37,2. Tentukan interval kepercayaan 95% mengenai perbedaan rata-rata kedua pengukuran
tersebut!
Jawab:
Selanjutnya dihitung:
atau
Jadi, 95% percaya bahwa selisih rata-rata pengukuran kedua cara itu akan ada dalam interval
yang dibatasi 8,06 dan 12,34
c. Observasi bepasangan
Misalkan populasi kesatu mempunyai variabel acak X dan populasi kedua dengan
variabel acak Y. Rata-rata masing-masing
masing sebuah dari tiap populasi, yang berukuran sama, jadi n 1 = n2 = n. Didapat data
sampel: (x1, x2,......,xn) dan (y1, y2,........,yn). Kedua data hasil observasi ini dimisalkan
berpasangan menjadi:
x1 berpasangan dengan y1
x2 berpasangan dengan y2
...........................................
xn berpasangan dengan yn
100 % interval kepercayaan untuk B ditentukan oleh:
Contoh:
Data berikut adalah mengenai tinggi anak laki-laki pertama (X) dan tinggi ayah (Y)
dinyatakan dalam cm.
Tinggi anak
(1)
158
160
163
157
154
164
169
158
162
162
Jumlah
Tinggi ayah
(2)
161
159
162
160
156
159
163
160
158
160
Beda (B)
(3)
-3
1
1
-3
-2
5
6
-2
4
1
8
B2
(4)
9
1
1
9
4
25
36
4
16
1
106
Untuk menentukan interval taksiran beda rata-rata tinggi badan dibuat kolom (3) dan (4)
yang berisikan beda B dan B2 dengan B = X Y.
Dengan mengambil asumsi tinggi badan berdistribusi normal dan tinggi anak berpasangan
denagn tinggi ayah, maka kita dapat menentukan interval kepercayaan 95% untuk B ialah:
Atau
dan
sampel acak berukuran n1 dari populasi kesatu dan n2 dari populasi kedua. Proporsi untuk
dan
dengan x1 dan x2 adalah banyaknya peristiwa yang diperhatikan dalam sampel satu dan dua.
distribusi normal asalkan n1 dan n2 cukup besar. Rumus yang digunakan untuk interval
kepercayaan 100 % selisih (
) adalah:
Dengan
dan
.
Contoh:
Suatu sampel acak yang terdiri dari 500 pemudi dan satu lagi terdiri dari 700 pemuda yang
mengunjungi suatu pameran. Ternyata 325 pemudi dan 400 pemuda yang menyenangi
pameran itu. Tentukan interval kepercayaan 95% untuk perbedaan persentase pemuda dan
pemudi yang mengunjungi pameran dan menyenanginya!
Jawab:
Persentasi pemudi:
Persentasi pemuda:
Atau
Jadi 95% yakin bahwa perbedaan persentasi pemudi dan pemuda yang mengunjungi pameran
dan menyenanginya akan ada dalam interval yang dibatasi oleh 2,4% dan 13,6%.
oleh
ialah
maka semakin baik menaksir karena makin dekat penaksir yang dipakai kepada parameter
yang sedang ditaksir. Dalam arah ini, suatu ketika akan tiba pada ketentuan berapa besar
beda b yang masih mau dterima dan dengan derajat kepercayaan berapa.
Ketika menaksir rata-rata oleh statistik
, maka beda
. Untuk
Contoh:
Untuk menaksir rata-rata waktu yang diperlukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan
sebuah soal tertentu, diperlukan sebuah sampel. Ketika menaksir rata-rata tersebut,
dikehendaki derajat kepercayaan 99% dengan beda yang lebih kecil dari 0,05 menit. Jika
diketahui simpangan baku waktu yang diperlukan = 0,5 menit, berapa mahasiswa yang perlu
diambil untuk sampel tersebut?
Jawab:
Dengan = 0,5 menit, b = 0,05 menit, dan z = 2,58, maka didapat:
Oleh karena ukuran sampel harus merupakan bilangan bulat diskrit, maka paling sedikit n =
666 mahasiswa.
Jika yang ditaksur itu proporsi
oleh statistik
Contoh:
Misalkan Departemen P dan K perlu mengetahui ada berapa persen kira-kira anak-anak SD
yang bercita-cita ingin menjadi guru. Ketika melakukan perkiraan ini, koefisien kepercayaan
diambil 95% dengan kekeliruan menaksir tidak lebih dari 2%. Berapa anak SD yang perlu
diteliti?
Jawab:
Disini varians
menyebutkan tentang harga
Sampel itu paling sedikit harus terdiri dari 2402 anak-anak SD.
Contoh:
Jika untuk contoh diatas, dari pengalaman diketahui ada 12% anak bercita-cita ingin menjadi
guru, tentukan berapa ukuran sampel sekarang!
Jawab:
Kedalam rumus disubstitusikan
= 0,12 dan
Paling sedikit sampel itu harus terdiri dari 1015 anak-anak SD.
Dari kedua contoh diatas, dapat dilihat bahwa dengan diketahuinya harga
, ukuran
sampel telah sangat berkurang dari 2402 menjadi 1015. Ini menyatakan bahwa informasi
terdahulu sangat bermanfaat, ikut membantu meringankan analisis dan biaya.
BAB III
SIMPULAN
Dalam membuat taksiran (pendugaan) sangat diperlukan konsep probabilitas karena
sangat berguna dalam pembuatan keputusan pada kondisi ketidakpastian, Ada jenis
penaksiran yaitu penaksiran titik (Point Estimation) dan penaksiran interval (Interval
Estimation). Penaksiran Titik (Point Estimation) : suatu parameter (misal ) akan ditaksir
hanya dengan menggunakan satu bilangan saja (misalnya dengan Xrata-rata). Penaksiran
interval merupakan interval nilai (range) yang nilai parameter populasi berada di dalamnya.
Untuk menentukan rata-rata dalam penaksiran, digolongkan antara populasi terbatas dan
populasi tidak terbatas dan sample juga digolongkan antara sample kecil dan sample besar
Penaksiran proporsi akan digunakan apabila data yang ada bersifat diskrit. Penaksiran
proporsi ini sebaiknya digunakan untuk sampel besar yang terdiri dari populasi terbatas dan
populasi tidak terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, 1997, Metoda Statistika, Penerbit Tarsito Bandung, Bandung.
materi-vi-teori-penaksiran-1.html