Anda di halaman 1dari 19

SEKOLAH TINGGI TEKNIK PLN

Optimalisasi Chlorination Plant untuk meningkatkan


performance kondensor PLTU Indramayu

PROYEK AKHIR

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD IHSAN
NIM : 2012-71-122

PROGRAM PENDIDIKAN AHLI MADYA DIPLOMA TIGA

TEKNIK ELEKTRO
JAKARTA, 2015

PENGESAHAN
Proyek Akhir dengan judul

Optimalisasi Chlorination Plant untuk meningkatkan


performance kondensor PLTU Indramayu

Disusun oleh :
MUHAMMAD IHSAN
NIM : 2012-71-122
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pada Kurikulum
Pendidikan Ahli Madya Diploma Tiga Pada
SEKOLAH TINGGI TEKNIK PLN
TEKNIK ELEKTRO

Jakarta, Januari 2015


Disetujui,

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Ir. Djoko Paryoto, MT


Ketua Jurusan Teknik Elektro

ABSTRAK

Dalam proses produksi tenaga listrik pada pembangkit listrik tenaga uap
khususnya di PLTU Indramayu dengan kapaitas 3 x 300 MW, terdapat banyak
peralatan yang menunjang untuk mengoptimalkan proses produksi tenaga listrik,
baik itu peralatan utama maupun peralatan bantu. Peralatan utama pada PLTU ini
antara lain seperti Boiler, Turbin, Generator, dan Kondensor. Peralatan bantu
terdapat pada Balanced Of Plant (BOP) seperti peralatan pada desalination plant,
H2 plant, chlorination plant, water treatment plant, waste water treatment plant.
Keandalan suatu pembangkit akan terganggu apabila salah satu dari peralatan
utama tersebut mengalami suatu gangguan, maka pembangkit tersebut tersebut
akan terkena dampak langsung dan bersifat emergency seperti unit mengalami
TRIP bahkan harus STOP dalam waktu yang lama karena harus mencari dan
memperbaiki gangguan tersebut. Sedangkan jika gangguan tersebut terdapat
pada peralatan bantu maka dampak yang ditimbulkan tidak bersifat emergency,
namun dampaknya unit akan mengalami derating / turun beban. Akan tetapi jika
permasalahan pada peralatan bantu ini tidak diselesaikan secara cepat maka
akan berdampak besar pula pada keandalan unit. Salah satu kendala yang
dialami pada PLTU Indramayu adalah kurangnya heat transfer pada kondensor
yang berdampak ke efisisensinya yang menurun, hal ini dikarenakan banyaknya
tritip, plankton dan biota laut lainnya yang masuk kedalam kondensor dan
berkembang biak kemudian jika berlangsung terus menerus maka akan
menyebabkan timbulnya kerak, ini merupakan imbas dari menurunnya kualitas
produksi

clorine

yang

dihasilkan

dari

chlorination

plant.

Pengoptimalan

chlorination plant sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi kondensor dan


berpengaruh juga naiknya keandalan unit PLTU Indramayu.
Oleh karena itu, akan dipelajari lebih lanjut mengenai optimalisasi
chlorination plant, permasalahan yang dapat menurunnya kualitas produksi di
chlorination plant, serta dampak yang terjadi dari permasalahan tersebut agar
diambil solusi untuk mengoptimalisasi kondensor untuk meningkatkan keandalan
unit.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian


Pada saat ini, kebutuhan listrik di Indonesia setiap tahunnya semakin
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan energi listrik untuk setiap
lapisan masyarakat serta ditambah dengan adanya pertumbuhan di bidang
pembangunan dan bidang industrial yang sangat pesat. Faktor tersebutlah
yang membuat Indonesia dewasa ini mengalami krisis energi listrik. Oleh
karena itu, untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka pemerintah
mencanangkan program percepatan pembangunan pembangkit listrik.
Program percepatan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia lebih
memfokuskan pada pembangunan pembangkit dengan tenaga uap (PLTU).
Hal ini didasarkan pada faktor ekonomis dan efisiensi pada PLTU cukup
besar dibandingkan dengan pembangkit jenis lainnya, serta ditunjang
dengan kemudahan sumber bahan bakar batu bara yang berlimpah dan
murah harganya dibandingkan bahan bakar seperti gas dan minyak.
PLN merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan
tanggung

jawab

dalam

bidang

ketenagalistrikan

oleh

pemerintah.

Ketersediaan dan kehandalan daya listrik untuk konsumen/masyarakat


menjadi salah satu tanggung jawab utama. Oleh karena itu, untuk mengatasi
permasalahan krisis energy listrik ini PLN bertugas membangun sejumlah
pembangkit listrik yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total daya yang
terbangkitkan 10.000 MW.

Salah satu pembangkit listrik tenaga uap yang dibangun PLN berada di
Indramayu, Jawa Barat. PLTU ini berkapasitas 3 x 300 MW dengan tegangan
yang masuk sistem jaringan interkoneksi JAMALI 500 kV.
PLTU ini memiliki kapasitas yang cukup besar untuk menunjang
kebutuhan listrik di pulau Jawa. Oleh karena itu, kehandalan pembangkit ini
sangat diutamakan untuk kestabilan jaringan listrik JAMALI (Jawa Madura
Bali). Optimalisasi suatu pembangkit sangat penting untuk meningkatkan
kehandalannya.
Kendala yang sering terjadi di PLTU bukan hanya pada peralatan
utama seperti kondensor, generator, boiler, maupun turbin uap. Akan tetapi,
pada peralatan bantu juga banyak terjadi masalah yang dapat mengurangi
kehandalan unit. Diantaranya kendala yang ditemui di PLTU Indramayu pada
peralatan bantu yaitu di Chlorination Plant yang kurang maksimal, dimana
dampaknya terasa langsung pada performance kondensor yang menurun.
Chlorination Plant pada PLTU berfungsi untuk memproduksi cairan
hypochlorite yang berfungsi untuk melemahkan biota laut yang masuk
kedalam kondensor agar tidak dapat berkembang biak. Biota laut yang
masuk kedalam kondensor dapat menyebabkan plugging pada kondensor.
Plugging yang terjadi di kondensor dapat menyebabkan berkurangnya heat
transfer/pertukaran panas yang berdampak pada menurunnya kinerja
kondensor. Dampak yang terjadi pada kondensor otomatis akan menurunkan
kinerja dan kehandalan unit. Oleh karena itu, optimalisasi chlorination plant
dibutuhkan untuk mengembalikan kinerja kondensor agar maksimal agar
kehandalan unit PLTU juga bisa kembali optimal.

2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian bagi penulis adalah :
1. Memahami prinsip kerja Chlorination Plant.
2. Memahami fungsi setiap komponen yang terdapat pada Chlorination
Plant.
3. Memahami cara pengoperasian Chlorination Plant.
4. Memahami parameter dan batasan operasi Chlorination Plant.
5. Memahami

permasalahan,

dampak,

dan

solusi

pada

operasi

Chlorination Plant.
6. Memahami parameter kadar chlorine untuk lingkungan hidup.

3. Manfaat Penelitian
Berikut manfaat penelitian bagi penulis :
1. Dapat memahami karakteristik dan filosofi kerja Chlorination Plant.
2. Dapat mengoperasikan Chlorination Plant sesuai dengan Standart Of
Procedure atau Instruksi Kerja.
3. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan jika kurang optimalnya
chlorination Plant.
4. Dapat menganalisa solusi dari permasalahan yang timbul selama proses
operasi Chlorination Plant.
5. Dapat mengetahui kadar kandungan chlorine yang baik untuk lingkungan
hidup.

6. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah pokok yang akan dibahas penulis :
1. Bagaimana prinsip kerja Chlorination Plant?
2. Bagaimana cara mengoperasikan Chlorination Plant?
3. Apa saja yang harus diperhatikan selama proses operasi Chlorination
Plant?
4. Apa penyebab kurang maksimalnya kinerja Chlorination Plant?
5. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada Proyek Akhir ini difokuskan meliputi :
1. Prosedur pengoperasian Chlorination Plant yang baik dan benar sesuai
Standart Of Procedure atau Instruksi Kerja agar kualitas produksi dari
Chlorination Plant dapat maksimal.
2. Parameter dan batasan operasi Chlorination Plant.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Pembangkit Listrik Tenaga Uap memiliki beberapa komponen utama
antara lain turbin, boiler, generator dan kondensor. Semua komponen
tersebut terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem unit yang bekerja untuk
dapat menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.1 Siklus Kerja PLTU

Peralatan utama PLTU sebagai berikut :


a. Boiler adalah merupakan ruang bakar yang mana menjadi tempat
proses terjadinya pembakaran. Ruang bakar terdiri dari beberapa
burner tergantung spesifikasi boiler tersebut yang didalamnya
dipasang komponen-komponen untuk proses pembakaran beserta
sarana penunjang, diantaranya :

1. Fuel Nozzel
2. Combustion Liner
3. Igniter gun
4. Flame Detector
b. Turbin uap berfungsi untuk merubah energi panas yang terkandung
dalam uap menjadi energy mekanik dalam bentuk putaran. Uap
dengan tekanan dan temperature tinggi mengalirkan melalui nozzle
sehingga kecepatannya naik dan mengarah dengan tepat untuk
mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros. Akibatnya
poros turbin bergerak menghasilkan putaran mekanik. Setiap turbin
uap memiliki spesifikasi berbeda, tergantung dengan daya yang
dapat dihasilkan.
c. Generator adalah alat yang berfungsi untuk mengubang energy
mekanik yang dihasilkan oleh turbin menjadi energy listrik. Generator
menghasilkan energy listrik dengan digerakan atau diputar oleh
suatu penggerak mula (prime mover). Penggerak mula dari generatot
dapat berupa turbin gas pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG), turbin uap pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
turbin air pada Pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA), mesin diesel
pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan lain-lain.
d. Kondensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah uap
menjadi air. Prinsip kerja kondensor proses perubahannya dilakukan
dengan cara mengalirkan uap kedalam suatu ruangan yang berisi
pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell side)

sedangkan air sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube


side).

Kondensor

seperti

ini

disebut

kondensor

tipe

surface/permukaan. Kebutuhan air untuk pendingin di kondensor


sangat besar sehingga dalam perencanaan biasanya sudah
diperhitungkan air pendingin diambil dari sumber yang cukup
persediaannya, yaitu danau, sungai ataupun laut. Kebanyakan
kondensor menggunakan pendingin dari air laut. Hal ini dikarenakan
karna faktor kemudahan mendapatkannya serta tidak bergantung
pada musim hujan untuk ketersediaan airnya. Posisi kondensor pada
umumnya terletak dibawah turbin sehingga memudahkan aliran uap
keluar turbin untuk masuk kondensor karena gravitasi.

Selain peralatan utama, pada setiap pembangkit juga memiliki


peralatan bantu yang berfungsi untuk menunjang kehandalan pembangkit.
Peran peralatan bantu pada pembangkit khususnya PLTU memang tidak
begitu vital dibandingkan dengan peralatan utama yang telah dibahas diatas.
Akan tetapi, jika peralatan bantu tersebut bermasalah atau kurang optimal
maka dampaknya dapat mengganggu kinerja peralatan utama.
Peralatan bantu PLTU sebagai berikut :
a. Desalination Plant.
b. Hydrogen Plant.
c. Water treatment plant
d. Waste water treatment plant
e. Chlorination plant

2. Pengertian Kondensor
Kondensor merupakan salah satu peralatan utama pada pembangkit
listrik tenaga uap yang

sering mengalami kendala atau masalah.

Permasalahan yang umum dan sering terjadi adalah fouling. Masalah ini
dapat memperbesar hambatan yang berarti menurunkan transmitasi. Dimana
efektifitas transmitasi sesuai persmaan adalah sebagai berikut :

Dimana :
Q = Jumlah panas yang harus dibuang ke kondensor (kJ/kg)
U = Koefisian perpindahan panas universal (kkal/jam)
A = Luas permukaan perpindahan panas (m 2)
T = Temperatur uap masuk kondensor (oC)

t1 = Temperatur air pendingin masuk kondensor (oC)


t2 = Temperatur air pendingin keluar kondensor (oC)
Bila transmitasi (U) turun, maka beda temperature antara uap dan air
pendingin naik untuk sejumlah panas (Q) yang harus dipindahkan, kenaikan
suhu pada permukaan kondensor akan berefek kenaikan tekanan dalam
kondensor sebagai konsekuensinya.
Fouling disebabkan oleh lumpur atau bintang laut seperti tritip atau
karang hijau yang akan mempertinggi resistansi sehingga akan menurunkan
kecepatan transmisi (U) yang menghambat perpindahan panas dari last
stage steam turbine ke air pendingin, karena itu harus dihambat laju fouling
terhadap pipa kondensor yang dapat menurunkan performance kondensor.
Pada PLTU umumnya jenis kondensor yang digunakan adalah shell
and tube, dimana air laut mengalir didalam tubr untuk mendinginkan uap
bekas yang berasal dari las stage turbine, pada proses kondensasi ini
mengakibatkan sisi uap kondensor (termasuk hotwell) berada dalam kondisi
vakum. Bila air pendingin berkurang maka vakum akan turun dan pada
kondisi ekstrim dapat mengakibatkan unit derating/pengurangan beban dan
bila vakum terus turun maka akan mengakibatkan unit trip, oleh karena itu air
pendingin utama merupakan unsure vital pada PLTU.
Kondensor dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Condensor kontak langsung (Direct Contact Condensor)
Prinsipnya mencampur uap dan air pendingin yang di sprey kan
dalam satu tabung sehingga terbentuk air kondensate dan biasanya
campuran air yang terbentuk diinjeksikan lagi keperut bumi untuk

menjaga kelestarian alam. Condensor jenis ini banyak digunakan


pada PLTP.
2. Condensor Permukaan (Surface Condensor).
Prinsipnya air pendingin dan uap yang didinginkan tidak dicampur,
terpisah

air

pendingin

didalam

pipa-pipa

(tubes)

pendingin

sedangkan uap yang terkondensasi didalam cangkang (shell). Pada


kondensor Permukaan air pendingin yang tersedia dalam jumlah
besar dan diharapkan air yang masuk kedalam kondensor air yang
bersih.
Menurut arah alirannya ada beberapa tipe kondensor :
1. Single Flow (aliran tunggal) satu arah
2. Double Flow (aliran ganda) dua/tiga arah

2.1 Bagian Utama Kondensor


Kondensor secara umum terdiri dari shell, water box, tube plat,
tube support, hotwell dan sebagainya.
1. Selongsong (shell)
Pipanya di roll pada pemegang pipa pada ujung-ujungnya.
Untuk memungkinkan pemuaian antara pipa air masuk dan
selongsong, maka fleksibel diafragma dipasang pada sisi masuk dan
keluar dari selongsong. Diafragma ini berfungsi sebagai flange yang
menghubungkan selongsong, plat pemegang pipa dan water box.
Expantion join terbuat dari stainless steel yang terletak pada leher
kondensor untuk memungkinkan diferensial expantion.
2. Ruang air (water box)
Ruang-ruang air pada sisi masuk dan keluar terbuat dari baja
karbon dan masing-masing mempunyai lobang lalu orang. Dengan
menggunakan

air

yang

terpisah,

maka

pencucian

setengah

kondensor dapat diakukan pada beban rendah.


3. Pipa dan pemegang pipa (tube plats dan tubes)
Pemegang pipa terbuat dari naval brass dan pipa nya dari
aluminium brass. Pipanya di roll ke pemegang pipa dan ditunjang
dengan 6 buah penunjang pipa. Diafragma baja yang fleksibel
memungkinkan

diferensial

expantion

(pemuaian

antara

pipa

aluminium brass dengan selongsong baja carbon). Pemasangan


pemegang

pipa

pada

selongsong

dengan

baut

pengunci.

Susunannya sedemikian rupa sehingga memungkinkan melepaskan


water box tanpa mengganggu join dari selongsong dan pemegang
pipa. Perapat dari asbestos yang telah di celupkan (impregnated)
pada compound dari red lead, white lead dan linseed oil digunakan
pada join di atas. Perapat karet digunakan antara pemegang pipa
dan ruang air. Kegunaan diafragma selongsong baja yang fleksibel
selain untuk menghilangkan pemuaian juga digunakan sebagai
penunjang (support) pemegang pipa dan ruang air.
4. Ruang kondensat (hotwell)
Ruang

kondensat

dilaskan

pada

sisi

selongsong

yang

menampung semua kondensat dan dilengkapi dengan gelas


penduga dan lubang lalu orang.

2.2 Alat Bantu Kondensor


Pada kondesor diperlukan alat-alat pendukung untuk beroperasi
dengan baik, agar kerja kondensor bisa maksimal dan menaikkan
efisiensi siklus PLTU. Adapun alat-alat pendukung tersebut antara lain :
1. Starting Air Ejector
Alat yang digunakan untuk menyedot dan membuang udara dari
sistem air pendingin utama agar air pendingin dapat mengisi seluruh
permukaan kondensor sehingga proses pendinginan efektif. Saluran
pembungan udara sisi air pendingin terletak pada bagian atas water
box sisi inlet dan sisi outlet condensor.

2. Main Air Ejector


Alat yang digunakan setelah Starting Air Ejektor beroperasi. Main Air
Ejektor berfungsi membuat vakum pada sisi uap, sampai vakum
kondensor normal sekitar 650 mmHg.
3. Ball Cleaning System (Tapproge Ball System)
Sistem yang berfungsi untuk membersihkan pipa-pipa (tubes)
pendingin kondensor dari kotoran seperti lumpur dan kotoran halus
dengan cara menginjeksikan bola karet (Tapproge Ball) kedalam
pipa-pipa pendingin kondensor secara terus menerus proses ini
dilakukan oleh pompa sirkulasi (Circulation Pump) dengan cara
memompakan bola tapproge pada sisi masuk air pendingin dan
mengambil kembali bola pada sisi keluar air pendingin untuk
selanjutnya disirkulasikan kembali pada kondensor.

3.

Pengertian Chlorination Plant


Chlorination plant adalah suatu unit yang berguna untuk memproduksi
Zat Chlorine/sodium hypochloride (NaCl) yang berguna untuk mencegah
berkembang biaknya biota laut (binatang dan tumbuhan laut) agar tidak
menempel pada sistem pendinginan pembangkit listrik yang menggunakan
air laut sebagai media pendinginnya.
Pada Chloriration Plant bahan baku yang digunakan adalah air laut,
prinsip dasarnya adalah air laut di pompakan ke Modul Generator/ Sechlor

System lalu diberi arus DC pada cell generator dengan aliran air laut yan
tetap konstan.
3.1 Bagian Utama Chlorination Plant
Kondensor secara umum terdiri dari Modul Generator, Rectifier
Transformer, Sea Water Booster Pump, Sodium Hypochlorite Tank.
1. Modul Generator
Modul generator disini

berfungsi

untuk

memproduksi

larutan

Chlorine/Sodium Hypochloride dengan proses electrolisaair laut.


Modul ini mendapatkan tegangan DC yang berasal dari trafo rectifier.
2. Rectifier Transformer
Rectifier Transformer merupakan peralatan yang berfungsi untuk
mengubah sinyal tegangan AC menjadi tegangan DC. Tegangan DC
inilah yang digunakan pada modul generator untuk proses
elektrolisis.
3. Sea Water Booster Pump
Pompa ini berfungsi untuk memompa air laut dari sea water storage
modul generator.
4. Sodium Hypochlorite Tank
Tangki ini berfungsi untuk

menampung

larutan

chlorine/sodium

hypochloride yang dihasilkanoleh modul generator dan juga


berfungsi untuk melepaskan gas hydrogen ke udara bebas.
3.2 Prinsip kerja Chlorination Plant
Proses elektrolisa air laut yang telah dijelaskan. Mula-mula air laut
dipompa masuk oleh seawater booster pump ke modul generator /
elektroliser. Air laut ini terlebih dahulu melewati autocleaning filter untuk
penyaringan kotoran. Setelah melalui filter air laut memasukki modul
elektroliser yang dialiri arus listrik searah (DC) sebesar 260A hingga
2600A dari trafo-rectifier yang diperoleh dari terminal listrik 6,3 kV. Arus

untuk elektrolisa air laut dapat diatur besarannya dan periode


kenaikkannya hingga mencapai nilai yang telah ditetapkan. Produksi
rata-rata Cl2 sesuai desain pabrikan adalah 119,4 kg/jam dan 1500
ppm larutan NaOCl. Selama ini sejak waktu comissioning dan
setelahnya pengoperasian menggunakan arus sebesar 1500A jika 2
buah generator (A dan B) dioperasikan dan 1000A jika hanya
menggunakan sebuah generator (A atau B) saja dengan flow rate air
laut sebesar 58 78 ton/jam per generator. Arus listrik dinaikkan secara
bertahap hingga mencapai besaran yang diinginkan. Dengan arus listrik
sebesar 1000-1500A target kadar Chlorine yang dibutuhkan telah
mencukupi. Produk sodium hypochlorite yang dihasilkan disimpan
dalam storage tank yang juga berfungsi sebagai degasing tank. Total
sirkulasi air yang melalui electrochlorination generator ada pada kisaran
106.000 m3/jam.
Injeksi/dosing sodium hypochlorite pada saluran masuk air laut
(seawater intake channel) diatur sebesar 1 ppm dan shock dosing
sebesar 3 ppm selama 20 menit tiga kali sehari. Diharapkan kadar
sodium hypochlorite yang diinjeksikan turun menjadi 0,1 hingga 0,5
ppm pada seawater outlet channel. Parameter ini sesuai dengan baku
mutu yang ditetapkan Kementrian Lingkungan Hidup RI (KEP03/MENKLH/1/1991) sebesar 0,5 ppm. Shock dosing bertujuan
mengganggu kekebalan biota laut terhadap dosing sodium hypochlorite
sebesar 1 ppm, sehingga diharapkan dengan shock dosing ini biotabiota laut yang telah beradaptasi dengan injeksi NaOCl sebesar 1 ppm
dapat dilumpuhkan.

Anda mungkin juga menyukai