gabungan
fisiko
kimiawi.
Dari
hal
tersebut
diketahui
bahwa
terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran
kemih.
Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu:
1. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar
terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk
tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan
terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi
dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air
dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah
kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan
pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan
pH air kemih.
2. Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel
tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat
akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga
terbentuk batu. Benang seperti labalaba terdiri dari protein 65%, heksana 10%,
heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu yang seiring waktu
batu akan semakin membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang
timbulnya batu.
5 Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari
beberapa teori yang ada. a.6 Teori Infeksi Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi
karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK
adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya
reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea
yang menghasilkan urease.
Bakteri
yang
menghasilkan
urease
yaitu
Proteus
spp,
Klebsiella,
Serratia,
pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan
kristal
hidroksipatit
membentuk
inti.
Ion
kalsium
dan
oksalat
kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini
dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami
mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal terapi
pada penderita BSK.
peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita
penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga
pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil
sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa).
Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan.
Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
d. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Merupakan
batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam
amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi.
Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat
jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu
sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan
seumur hidup, diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih
yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air
kemih.
Jenis Batu
Raharjo
Saptahadi
n=500
n=201
Kalsium Oksalat
(%)
55
(%)
56,3
Kalsium Fosfat
11
9,3
Struvit
20
12,5
Asam urat
5,5
Campuran
11
16,6
100%
100%