Anda di halaman 1dari 2

MAJALAH INFITAH MA TAHFIDH ANNUQAYAH

GULUK-GULUK SUMENEP JAWA TIMUR


Sejarah Singkat
Majalah Infitah adalah majalah sebuah madrasah yang berada di bawah naungan
Pondok Pesantren Annuqayah (search : Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk
Sumenep, Madura), yang diterbitkan untuk pertama kali pada tahun 2000 oleh
Muhammad al-Fayyadl, penulis buku Derrida, yang kebetulan juga alumni madrasah
ini.
Dalam sejarahnya, majalah ini hanyalah sebuah mading (majalah dinding) sekolah
yang dulu bernama Lazuardi. Melihat tingginya minat baca para santri saat itu,
kemudian Muhammad al Fayyadl (ketua OSIS saat itu) memiliki inisiatif untuk
membuat mading ini tidak hanya dibaca oleh siswa Madrasah Aliyah Tahfidh
Annuqayah, dengan menyulap mading Lazuardi ini menjadi sebuah majalah.
Singkat cerita, di tahun 2003 majalah ini hanya memuat tulisan ilmiah yang
sifatnya kajian terhadap fenomena kontektual. Lalu pada tahun 2007, akhirnya
diubah menjadi majalah dengan target pembaca para remaja, dengan melihat
perkembangan minat baca para remaja yang lebih menyukai jenis tulisan dengan
gaya bahasa yang ringan. Sehingga mereka mudah memahami apa yang mereka
baca. Maka sejak saat itulah majalah Infitah menjadi majalah dengan target
pembaca para remaja, hingga saat ini.
Jumlah Cetak
Karena majalah Infitah adalah majalah santri sekolahan, tentu di awal terbitnya,
majalah ini hanya mampu mencetak 500 eksemplar dari setiap terbitannya. Itupun
dengan menggunakan dana pinjaman dari sekolah yang hasil penjualannya pun
belum tentu ada. Tapi komitmen kami dalam jumlah cetak dan pemasaran ini lebih
kepada menyampaikan dakwah dengan tulisan, sehingga dari manapun modalnya,
kami usahakan mendapatkannya, yang penting Halal. Hehe... Bahkan saat itu kita
belum berfikir bagaimana mendapatkan keuntangan dari hasil penjualan. Ya...
namanya juga santri, yang penting majalahnya terbit, Itu artinya, tulisan mereka
akan dibaca oleh banyak orang, dan itu lebih dari cukup untuk membuat gembira
hati.
Dalam perkembangannya, seiring perubahan gaya bahasa yang meremaja,
majalah infitah mulai banyak pembacanya, sehingga redaksi menaikkan oplah
cetak menjadi 1.000 eksemplar. Buat kami yang hidup di pesantren, dengan
managemen redaksi yang apa adanya, dan managemen pemasaran yang juga ituitu saja, angka 1.000 itu adalah sebuah prestasi. Apalagi hasil penjualan
menunjukkan sebuah kemajuan dengan bisa menutup modal cetak. Waah... itu
sungguh sesuatu sekali buat kami. Ya sekali lagi, karena majalah ini dikelola oleh
santri. (Tapi saat ini sudah mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak karena
ternyata majalah ini mampu menjadi yang terbaik di Madura).
Ternyata tak cukup sampai di situ, dengan gaya tampilan majalah Infitah yang
dibuat ngepop, ternyata sebagian distributor sempat meminta untuk dicetak lebih
banyak, mengingat semakin banyaknya permintaan kepada mereka (distirbutor).
Akhirnya, kami, redaksi, melakukan evaluasi pemasaran dengan melihat grafik
penjualan dari edisi ke edisi, untuk memastikan apakah mungkin kita bisa naik
cetak di atas 1.000? Akhirnya sampailah pada sebuah keputusan, majalah Infitah
dicetak 1.500 eksemplar! Kemudian terus berkembang, dan saat ini di oplah 2.000
eksemplar setiap edisi. Dan Insya Allah akan terus bertambah.
Zona Edar (Pemasaran)

Sekali lagi, karena majalah ini adalah majalah sekolah yang ada di pesantren, mulamula hanya dijual dan dipasarkan kepada santri (putra-putri) di lingkungan
pesantren kami. Kemudian mulai merambah ke beberapa pesantren dan sekolah di
Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan. Dari tahun-ketahun kemudian
melebarkan sayap pemasaran ke arah barat pulau Madura, yaitu di sekolah dan
pesantren di Kabupaten Sumenep dan bangkalan. Di tahun 2010 majalah Infitah
sudah masuk di beberapa kota besar seperti di Surabaya, Malang, Probolinggo,
Jember dan Yogyakarta. Dan Insya Allah akan semakin luas.
Tokoh Inspiratif di Majalah Infitah
Sudah banyak tokoh Inspiratif yang pernah berbagi di majalah infitah. Di antaranya
adalah :
1. M. Faizi (Penyair Nasional) Penulis buku Merentang Sajak Madura-Jerman
2. K. H. Zainurrahman Hammam (Dai)
3. A. Dardiri Zubairi (Praktisi Pendidikan)
4. Maimun Syamsuddin (Praktisi Pendidikan)
5. A. Wahid Hasan (Penulis Buku Shalat Sunnah bersama Nabi)
6. Nihayatus Saadah (Psikolog)
7. Adzimatinur Siregar (Novelis)
8. Pipiet Senja (Novelis)
9. Hernowo (Penulis Buku)
10.
Lan Fang (Cerpenis)
11.
Habiburrahman el Shirazy (Sastrawan dan Penulis Novel Islami)
12.
Asma Nadia (Novelis)
13.
Setiawati Intan Safitri (general Manajer PT. Balai Pustaka Jakarta)
14.
Hanum Salsabiela Rais (Penulis Novel 99 Cahaya di Langit Eropa)
15.
Tarli Nugroho (Kolumnis dan Dewan Redaksi Ulumul Quran Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai