Penyunting:
Alamat Penerbit:
Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang
Lebong, Provinsi Bengkulu
Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu. CP.WA. 0821-3694-9568
Email : info@literasikitaindonesia.com
www : http://literasikitaindonesia.com
2
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN
PROBLEMATIKA MADRASAH
Penyunting :
Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag., M.Pd
Dr. Sumarto, M.Pd.I
ISBN : 978-623-90875-6-2
Desain Sampul:
Sanca Irawan, S.Pd.I
Editor :
Dr. Emmi Kholilah Harahap, M.Pd.I
Lay Out:
Dr. Emmi Kholilah Harahap, M.Pd.I
Penerbit :
Penerbit Buku Literasiologi
Redaksi :
Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang
Lebong, Provinsi Bengkulu, Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu. CP.WA.
0821-3694-9568
Email : info@literasikitaindonesia.com
www : http://literasikitaindonesia.com
3
Manajemen Problematika Madrasah
PENGANTAR PENYUNTING
5
Manajemen Problematika Madrasah
Kata Pengantar
Rektor Institut Agama Islam Negeri
IAIN Curup
Saya menyambut baik atas terbitnya buku ini, yang ditulis oleh Tim
Penulis, Penyusun dan Penyunting dan saya sebagai Dosen Pascasarjana IAIN
Curup juga menjadi bagian dalam proses pembauatan bukui ini, dengan proses
penelitian dan seminar di kelas, menjadi dinamisasi pengetahuan yang
akhirnya bisa melahirkan kajian ilmu yang dapat dikembangkan lagi dengan
judul “Manajemen Problematika Madrasah.” Menurut saya sebagai
pimpinan Judul ini sangat menarik untuk dibaca khususnya dalam kajian
pengembangan Literasi Keilmuan di bidang Manajemen Pendidikan, harus
adanya upaya peningkatan karya – karya yang bisa di publikasikan dari setiap
kajian seminar dan diskusi di kelas. Peran terbesar setiap perguruan tinggi
salah satunya adalah mampu mempublikasikan setiap kajian yang di bahas
kepada masyarakat luas untuk menjadi sumber ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang bermanfaat.
Secara khusus saya memberikan apresiasi yang tinggi atas ketekunan
dan semangat Tim Penulis, Penyusun dan Penyunting sehingga buku yang
dihadapan kita bersama dapat diselesaikan dengan baik. Ada beberapa kajian
dalam setiap karya mengapa sangat penting untuk di publikasikan; 1. Karya
tulis merupakan bentuk keilmuan seseorang, kelompok atau lembaga yang
harus di publikasikan kepada public, sebagai bentuk menyampaikan hal – hal
yang baru dan inovatif yang bisa bermanfaat dan mengubah keadaan public.,
2. Karya tulis adalah tanggung jawab setiap akademisi untuk
mempublikasikannya, sebagai bentuk penyadaran dalam membentuk
pengetahuan yang baru dalam lingkungan public., 3. Karya tulis tidak boleh
hanya di simpan dalam perpustakaan, tetapi harus di informasikan atau di
sampaikan kepada public secara online sehingga siapa saja bisa meng-
aksesnya dengan baik dan memberikan manfaat., 4. Karya tulis harus
dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga bentuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang terbarukan selalu di update, muncul ide baru yang lebih
inovatif dan bermanfaat., 5. Karya tulis harus menjadi budaya di setiap
lembaga pendidikan, pemerintah dan masyarakat, karena dengan karya tulis
6
Manajemen Problematika Madrasah
bisa membuka jendela ide, jendela dunia dan membuat kemantapan berpikir
bagi setiap orang, sehingga jiwa literasi tumbuh subur dengan kesadaran dan
kepedulian.
Publikasi merupakan tahapan terakhir dalam menulis karya tulis,
sehingga dapat disimpulkan bahwa publikasi merupakan publikasi karya tulis
ilmiah yang memberitahukan sebuah hasil karya kepada publik. Menyusun
karya tulis dan mempublikasikannya bukan hanya tanggung jawab guru,
dosen, mahasiswa, peneliti, dan pengembang lain, melainkan tanggung jawab
banyak orang. Oleh sebab itulah publikasi karya menjadi agenda yang sangat
penting bagi para akademisi, bukan hanya sebagai prasyarat semata. Tetapi,
hal tersebut juga dilakukan untuk masa depan kemajuan pendidikan di
Indonesia. Namun, sebelum mempublikasikan karyanya, seorang penulis di
haruskan untuk mampu menyampaikan pengetahuannya, memecahkan
masalah dengan membaca keadaan sekitar kingkungan yang ada, menstimulai
permasalahan dari berbagai sudut pandang dan mengungkapkan ekspresi
emosionalnya dalam memandang suatu permasalahan ke dalam sebuah karya
tulis.
Dengan mempublikasikan karya tulis, kita dapat berkontribusi untuk
dapat menyelesaikan sebuah permasalahan yang belum memiliki solusinya.
Dengan banyak melakukan publikasi, tentunya semua orang akan mengenal
karya kita dan kita memiliki jaringan persaudaraan yang labih luas, sehingga
dapat menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan. Pentingnya
mempublikasikan karya untuk kebermanfaatan banyak orang serta
menyelamatkan dokumen keilmuan sebagai referensi yang berguna bagi
generasi yang akan datang. Tentunya Buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Dengan hadirnya buku ini, sangat membantu setiap orang, kelompok dan
lembaga mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru. Semoga karya yang
telah dihasilkan ini tidak terhenti sampai disini, dan akan lahir karya-karya
monumental yang berikutnya, sebagai bahan referensi dan pengembangan
kajian keilmuan berikutnya diseluruh tanah air Indonesia serta dunia
internasional. Semoga Allah memberikan keberkahan. Aamiin.
8
Manajemen Problematika Madrasah
Madrasah setiap elemen Madrasah harus bersinergi, bekerja sama dan
berkolaborasi dalam menghadapi setiap tantangan yang ada, dalam buku ini
mencoba untuk menampilkan setiap data dalam realitas yang ada di
kolaborasikan dengan kajian teoritis sebagai alat untuk mengambil suatu
kebenaran ilmiah, menyajikannya sebagai referensi dan kajian pengembangan
untuk penelitian berikutnya. Buku ini sangat layak untuk dimiliki, menjadi
bahan diskusi dan pembelajaran berikutnya.
Dengan hadirnya buku ini, bisa membantu setiap lembaga pendidikan
dalam hal mengelola lembaga pendidikan yang baik dan terbaik. Buku ini juga
bisa menjadi salah satu literatur yang bisa di manfaatkan dalam proses
pembelajaran. Masih banyak yang harus di pelajari dan di dalami dalam buku
ini, sehingga perlu adanya saran dari publik, untuk mengembangkan buku ini
lebih baik lagi. Terima Kasih.
9
Manajemen Problematika Madrasah
DAFTAR ISI
10
Manajemen Problematika Madrasah
Susanti .................................................................................................................... 83
KEADAAN TENAGA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DI MTS AL-
HIDAYAH DESA MARGA PUSPITA ...................................................................... 91
Halimah .................................................................................................................. 91
MANAJEMEN PROBLEMATIKA ........................................................................... 99
GURU DI SMP NEGERI 1 UJAN MAS KEPAHIYANG ......................................... 99
Resmi Mega Neri .................................................................................................... 99
STRATEGI PELAKSANAAN MUTU DI MTs N1 MURATARA ......................... 104
Siti Aminah .......................................................................................................... 104
MANAJEMEN PROBLEMATIKAMADRASAH ................................................... 111
SMA NEGERI 3 REJANG LEBONG ...................................................................... 111
Martina Navratilofa ............................................................................................. 111
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH .................................................. 119
PROBLEMATIKA SARANA DAN PRASARANA MAN 1 LEBONG ................. 119
Feri Khairawati ................................................................................................ 119
MANAJEMEN PROBLEMATIKA PAUD AL-FATIH .......................................... 127
Revanza Adirama Anwar ..................................................................................... 127
MANAJEMEN PEMASARAN MIN 1 MUSI RAWAS .......................................... 133
TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS...................................................... 133
Supriyanto............................................................................................................. 133
_Toc28299440MANAJEMEN FUNGSI DALAM MENANGANI ......................... 153
PROBLEMATIKA SARANA PRASARANA ......................................................... 153
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 1 LEBONG ................................................ 153
Aci Aferi ................................................................................................................ 153
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 175
11
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
“MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU”
1
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2003), 7.
12
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan di Indonesia antara lain, melakukan perubahan kurikulum yang
dilakukan secara bertahap dari tahun ke tahun supaya tidak ketinggalan
dengan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang semakin pesat.2
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat”. Namun didalam dunia pendidikan sendiri banyak
masalah-masalah pendidikan yang dihadapi di era globalisasi ini. Baik itu
masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Studi mini riset ini berusaha
mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan yang ada di
madrasah khususnya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Perlu pula dikemukakan
bahwa permasalahan pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas
pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan
permasalahan pendidikan islam, terlebih dahulu disajikan uraian singkat
tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting,
karena permasalahan pendidikan pada hakikatnya terkait erat dengan realisasi
fungsi dan pendidikan.
Karakteristik manajemen berbasis sekolah bisa diketahui antara lain
dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,
proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan
sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut BPPN dan Bank dunia, mengutip
dari focus on school : the future organization of education serourses for
student , yang dikutip oleh Mulyasa dalam bukunya manajemen berbasis
sekolah konsep, strategi dan implementasi mengemukakan sebagai berikut :3
1. Organisasi sekolah
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan tranformasional
dalam mencapai tujuan sekolah, menyusun rencana sekolah dan
merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri, mengelola kegiatan
operasional sekolah, menjamin adanya komunikasi yang efektif antara
sekolah dan masyarakat terkait, menjamin akan terpeliharanya sekolah yang
bertanggung jawab pada masyarakat.
2
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006), 5-6.
3
Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi aksara.
13
Manajemen Problematika Madrasah
pengembangan yang diperlukan siswa, program pengembangan yang
siperlukan siswa.
3. Sumber daya manusia
Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melanyani
keperluan semua siswa, memilih staf yang mempunyai wawasan
manajemen berbasis sekolah, menyediakan kegiatan untuk
pengembangan potensi pada semua staf, menjamin kesejahteraan staf dan
siswa.
4. Sumber daya administrasi
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan
sumber daya tersebut sesuai kebutuhan, mengelola dana sekolah,
menyediakan dukungan administratif, mengelola dan memelihara gedung
dan sarana lainnya.
14
Manajemen Problematika Madrasah
dan misi perusahaan dapat tercapai. Adapun bagian - bagian dalam
manajemen tersebut lebih dikenal dengan POAC.4
Seorang pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda
dalam memimpin para pengikutnya. Perilaku para pemimpin ini secara singkat
disebut sebagai gaya kepemimpinan (leadership style). Proses pendidikan di
suatu madrasah ditentukan oleh kepemimpinan kepala madrasah, sebab kepala
madrasah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya
yang terjadi di madrasah. Efektivitas mengajar guru akan optimal, apabila
kepala madrasah dapat mengatur dan membimbing guru-guru secara baik
sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab,
memperhatikan kepentingan bawahannya, sehingga tidak ada keluhan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari, menunjukan kewibawaannnya,
sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh guru maupun siswa.
Kecakapan dan keberhasilan seorang kepala madrasah dalam
memimpin sangat berpengaruh terhadap stake holder yang dipimpinnya.
Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala madrasah harus
memperhatikan fungsi dan kebutuhan yang dijalankan sehingga disiplin kerja
guru selalu terjaga. Kepala madrasah bertanggung jawab penuh terhadap
pengelolaan madrasah yang di emban. Hal tersebut menjadi lebih penting
sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki kualitas madrasah yang hebat dan bermartabat. Sebagai salah
satu kunci kesuksesan dan keberhasilan manajemen madrasah adalah salah
satunya memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang peserta didik
baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan yang menunjang
prestasi bagi peserta didik.5
Madrasah dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang berjalan
dinamis diamana seorang kepala madrasah senantiasa mengelola segala aspek
yang ada di Madrasah dengan penuh tanggung jawab. Peran kepemimipinan
kepala madrasah sangat dibutuhkan sekali guna membangun dan
mempertahankan, serta meningkatkan mutu pendidikan yang ada di madrasah
dengan baik dan rasa tanggung jawab.
4
Manulang, Dasar-dasar manajemen (Yogyakarta : Gadjah Mada university press, 2002), 27.
5
Andri Avisha, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di
Lampung Tengah, 2017, h. 6.
15
Manajemen Problematika Madrasah
Kajian Teoritis
A. Perencanaan (Planing)
Perencanaan merupakan unsur yang sangat penting dan
merupakan fungsi fundamental manajemen, karena organizing, actuating
dan controlling harus terlebih dahulu direncanakan. Adapun pengertian
perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan
membuat, serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan
datang dalam hal memvisualisasikan serta merumuskan aktifitas-aktifitas
yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang
diinginkan. Dari definisi tersebut penulis mengambil kesimpulan
perencanaan adalah suatu kegiatan membuat urutan-uratan tentang tindakan
yang akan dilaksanakan agar tujuannya dapat tercapai. Dalam perencanaan
harus diusahakan untuk menjawabenam pertanyaan yaitu : apa yang harus
dikerjakan, mengapa iaharus dikerjakan, bagaimana ia harus dikerjakan, di
mana ia harus dikerjakan dan kapan ia harus dikerjakan. Karena
perencanaan yang baik akan memperlancar proses visi dan misi suatu
madrasah yang hendak di capai.
Dean R. Spizer dalam Munir dan Wahyu menyebutkan “Those who
fail toplan, plan to fail” (siapa yang gagal dalam membuat rencana,
sesungguhnya ia sedang merencanakan kegagalannya). Salah satu cara
menilai kegiatan perencanaan yang bermacam-macam menurut Terry ialah
meninjau dari dimensi waktu yaitu. a.) Perencanaan jangka panjang. b.)
Perencanaan jangka menengah c.) Perencanaan jangka pendek. Sedangkan
ditinjau dari substansi perencanaan tersebut yaitu: a) objective (sasaran). b)
policy (kebijakan). c) procedure (prosedur). d) method (metode). e) standard
(ukuran baku), f). Budget (anggaran). Adapun perencanaan menurut dimensi
waktu sebagai berikut:6
1. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu lima
sampai sepuluh tahun bahkan lebih, tergantung besar tidaknya suatu
perusahaan, organisasi maupun lembaga itu sendiri. Perencanaan jangka
panjang memuat rencana-rencana yang umun, global serta belum
terperinci.
6
Siagan Sondang, Fungsi-fungsi manajemen, (Jakarta: bumi aksara, 2012), 36
16
Manajemen Problematika Madrasah
2. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah biasanya mempuyai jenjang waktu dua
sampai lima tahun. Perencanaan jangka menengah merupakan repeletika
dari perencanaan jangka panjang. Didalamnya tercantunkan tujuan dan
target secara lebih jelas sehingga memberikan dasar-dasar yang pasti
bagi kegiatan yang direncanakan.
B. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan serangkaian pekerjaan yang melibatkan
banyak orang untuk menempati unit-unit tertentu, seperti kerja-kerja
manajerial, teknis dan lain sebagainya.7 Sebagaimana diungkapkan seorang
ahli : “Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan pengelompokan dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktifitas, menetapkan
wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang
akan melakkukan aktivitas-aktivitas tersebut”.8
Menurut Purwanto pengertian pengorganisasian adalah aktivitas
menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan. Sedangkan menurut Danim dan Suparno mengemukakan
pengertian pengorganisasian adalah suatu proses pengaturan dan
pengalokasian kerja,wewenang dan sumber daya anggota sehingga mereka
dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien.Berdasarkan beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah suatu
proses pengaturan kegiatan-kegiatan dalam hubungan kerja dalam organisasi
7
Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar
(Yogyakarta:
BPFF, 1998), 14.
8
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Gunung Agung,
1989) 221.
17
Manajemen Problematika Madrasah
untuk mencapai tujuan dan dapat dilaksanakan secara efisien dan effektif
sebagaimana diharapkan. Pengorganisasian adalah salah satu fungsi dari
pemimpin dalam hal ini termasuk kepala madrasah. Dalam kegiatan sehari-
hari terdapat bermacam-macam jenis pekerjaan yang memerlukan kecakapan
dan keterampilan serta tanggung jawab yang berbeda-beda. Keragaman tugas
dan pekerjaan semacam ini tidak mungkin dilakukan dan dipikul sendiri oleh
seorang pemimpin.
Dalam hal inilah terletak bagaimana kecakapan kepala madrasah
mengorganisir guru-guru dalam menjalankan tugas sehingga tercipta
hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar. Pengorganisasian dilakukan
untuk melaksanakan menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang
diperlukan termasuk manusia,sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat
dilaksanakan dengan baik. Dengan cara mengorganisir,orang-orang
dipersatukan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang saling berkaitan dan dapat
bekerjasama secara efektif.
2. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian ialah untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien melalui kerja sama orang-orang yang ada didalam
organisasi. Orang-orang yang bekerjasama secara kooperatif dan
18
Manajemen Problematika Madrasah
koordinatif didalam sebuah organisasi akan melampaui jumlah hasil orang
yang bekerja sendiri-sendiri. Untuk maksud ini maka orang-orang dalam
organisasi harus dibagi tugas-tugasnya. Apabila orang-orang yang
berkumpul dalam organisasi tidak dibagi tugas-tugasnya maka akan terjadi
kekacauan dalam menjalankan tugasnya, akan terjadi tumpang tindih tugas
dan pada akhirnya akan terjadi konflik antar anggota organisasi. Pembagian
tugas dalam suatu organisasi harus dilakukan secara adil (profesional dan
proporsional). Penempatan seseorang secara profesional maksudnya agar
dalam penempatan sesuai dengan keahlian , latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang dimilikinya. Karena jika pekerjaan dikerjakan oleh orang
yang bukan ahlinya maka hasilnya kurang memuaskan. Penempatan secara
proporsional artinya adanya keseimbangan yang rasional dalam pembagian
tugas, maksudnya jumlah tugas, tingkat kesulitan tugas,waktu penyelesaian
tugas disesuaikan dengan kemampuan orang yang akan diberi tugas dan
mendapatkan penghargaan yang layak.
C. Penggerakan (Actuating)
9
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Bina Aksara , 1998) 96.
19
Manajemen Problematika Madrasah
kelemahan, tidak mungkin akan mampu bekerja sendiri dan pasti
akan memerlukan bantuan orang lain, manusia mempunyai
kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial, dan pada diri manusia
kadang-kadang muncul juga sifat-sifat emosional. berikut ini
adalah tujuan dari fungsi Penggerakan (actuating).
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan.
motivasi dan prestasi kerja staf.
e. Membuat organisasi berkembang secara dinamis.
D. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan diartikan sebagai usaha menentukan apa yang
sedang dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi yang
dicapai dan kalau terdapat penyimpangan dari standar yang telah
ditentukan, maka segera diadakan usaha perbaikan, sehingga semua hasil
atau prestasi yang dicapai sesuai dengan rencana. Dari definisi tersebut ada
kemungkinan timbul anggapan bahwa kegiatan pengawasan itu bersifat
10
Siagan Sondang, Fungsi-fungsi manajemen (Jakarta: bumi aksara 2012), 36.
20
Manajemen Problematika Madrasah
negatif dan merupakan penghambat, karena pengawasan dilihat sebagai
kegiatan mencari dan memperbaiki penyimpangan yang sedang atau telah
terjadi. Mengingat bahwa pada dasarnya dalam kegiatan apa pun sering
terjadi kekeliruan, melemahnya usaha, ketidak efektifan petunjuk-
petunjuk, sehingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan, maka
fungsi pengawasan mutlak diperlukan. Pengawasan merupakan kegiatan
positif, karena mengarahkan kegiatan sedemikian rupa sehingga
mencapai tujuan, atau mengarahkan kegiatan kearah standar yang telah
ditentukan sesuai dengan rencana yang dibuat. Proses pengawasan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut :11
1. Mengukur Hasil
Mengukur berarti menentukan dengan tepat jumlah dan kapasitas
keseluruhan. Tanpa pengukuran, manajer akan bertindak meraba-raba
saja sehingga tidak bisa dipercayai. Untuk itu perlu dibuat unit
pengukuran dan diadakan perhitungan berapa kali jumlah unit tersebut
dibandingkan dengan keseluruhan jumlah. Dalam mengukur jumlah
keseluruhan selalu dipertanyakan apa ciri-cirinya. Secara umum
pengukuran keseluruhan dikelompokkan dalam dua kelompok :
Kelompok yang berkaitan dengan pencapain seluruh program.
Kelompok yang berkaitan dengan keluaran per unit yang dikerjakan.
Cakupan kelompok pertama lebih luas, dia menyangkut
kemajuan menyeluruh dan ditangani pihak pimpinan. Pengukurannya
bisa dilakukan secara objektif dengan menggunakan jumlah
keuntungan dan biaya. Kelompok kedua bersifat lebih mendetail
sehingga bisa menggunakan ukuran yang lebih tepat, karena lebih
mudah mengukurnya. Pengukuran juga bisa dibedakan atas pengukuran
yang nyata dan pengukuran yang tidak nyata. Unit yang dihasilkan,
kartu, dan distribusi sampel merupakan pengukuran yang nyata.
11
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, (Jakarta:
Bina
Aksara, 2007), 26.
21
Manajemen Problematika Madrasah
ditentukan, harus diputuskan pemecahan mana yang akan dilakukan.
Tetapi harus diingat bahwa ada derajat perbedaan antara penyimpangan
yang tak berarti dengan penyimpangan yang relatif berarti. Untuk
menentukan apakah penyimpangan tersebut berarti atau tidak,
tergantung pada manajer sendiri setelah dia menganalisis dan menilai
hasilnya. Dalam menentukan penyimpangan dapat dimintakan
bantuan seperti mengetahui tentang umpan balik (informasi) yang masuk
dan atau meminta pendapat dari mereka yang melaksanakan
pekerjaan. Di samping itu, diperhatikan juga data yang tidak bisa
dikontrol, semuanya itu untuk mendapatkan data yang lebih mendekati
kenyataan. Dalam membandingkan hasil dengan standar yang
ditentukan akan lebih menghemat waktu, kalau pimpinan cukup
memperhatikan pada hal-hal yang berbeda saja. Ini merupakan exception
principle (prinsip pengecualian. Dengan melihat pada hal-hal yang
berbeda saja, maka perhatian diteruskan untuk mencari tahu
penyebabnya, mirip dengan prinsip pengecualian adalah kegiatan
pengawasan dengan memperhatikan hanya pada pembanding kunci (key
points). Beraneka ragam kegiatan lain dalam perusahan tidak perlu
diperhatikan, pembanding kunci tersebut akan berbeda untuk setiap
jenis perusahaan, dalam melihat pembanding kunci tersebut tidak boleh
dilupakan bagian lain yang berkaitan dengannya.
3. Memperbaiki Penyimpangan
Ini merupakan langkah terakhir dalam proses pengawasan.
Tujuan utama langkah ini adalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan hasil yang diinginkan. Hasil yang berbeda harus segera
diperbaiki dan tidak boleh ditunda, dimaafkan atau dikompromikan,
karena hal tersebut merupakan suatu keharusan Tindakan perbaikan
dilakukan oleh orang yang berrtanggung jawab atas hasil akhir.
Mungkin tindakan tersebut berupa perbaikan perencanaan seperti
perubahan dalam memotivasi karyawan untuk mendapatkan
pandangan baru terhadap kebijaksanaan yang ada, atau perubahan dalam
prosedur ataupun cara mengecek hasil yang ada.
22
Manajemen Problematika Madrasah
Temuan dan Analisis Hasil Penelitian
23
Manajemen Problematika Madrasah
dan sukses ksm. Dibidang non akademik MTs Negeri 1 Lubuklinggau
selalu mengembangkanprogram-program unggulan yakni ekstrakurikuler
dan mengembangkan perilaku sehat baik dilingkungan sekolah maupun
diluar sekolah dan di masyarakat.
2. Mutu Madrasah
12
Wawancara bersama Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
24
Manajemen Problematika Madrasah
Dari paparan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
akreditasi yang diraih MTs Negeri 1 Lubuklinggau mendapat penilaian
A. Hal ini membuktikan bahwa MTs Negeri 1 Lubuklinggau telah
mendapatkan pengakuan dan penilaian sangat baik terhadap kelayakan
dan kinerja. Pengertian mutu secara umum adalah gambaran atau
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.
Pendidikan yang bermutu bukan sesuatu yang tejadi dengan sendirinya,
dengan kata lain bahwa hasil dari suatu proses pendidikan berjalan
dengan efektif dan efisien. Mutu madrasah merupakan gambaran secara
menyeluruh mengenai kepuasan dalam membangun dan menciptakan
sesuatu yang berkualitas dalam pendidikan baik dari segi input dan
output di madrasah tersebut. Adapun visi dan misi serta tujuan MTs
Negeri 1 Lubuklinggau adalah sebagai berikut :
1. Visi
“Sumber Daya Manusia Berkualitas Berwawasan IPTEK
berlandaskan IMTAQ”
2. Misi
a. Menyelenggarakan KBM dengan menggunakan multi pendekatan
pembelajaran
b. Mengembangkan kualitas penguasaan IPTEK
c. Mengembangkan penguasaan dan pengalaman IMTAQ
d. Meningkatkan keterampilan berbahasa asing, olahraga dan seni
3. Tujuan
a. Sukses 100 % ujian nasional
b. Sukses aksioma
c. Sukses KSM
d. Memaksimalkan kagiatan ekstrakurikuler
e. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana
f. Memprogramkan sekolah sehat dan perilaku sehat
25
Manajemen Problematika Madrasah
3. Brand Madrasah
26
Manajemen Problematika Madrasah
membuat dan menjaga brand tersebut tentu menggunakan strategi
agar kedepannya tidak buta arah”.13
4. Output Ke Masyarakat
Hasil yang dicapai khususnya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau adalah
memiliki output peserta didik yang berkualitas sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan sekolah. Adapaun untuk mencapai hal tersebut tentunya
melalui proses yang panjang untuk membentuk karakter dan pola pikir
peserta didik yang akan terjun ke masyarakat, baik dalam hal sosial
maupun budaya dimana mereka tinggal. Salah satu program unggulan
yang sedang berjalan dan sangat prospek dalam hal pendidikan dan
keagamaan yaitu didirikannya rumah Tahfidz Attadzkir di MTs Negeri 1
Lubuklinggau yang sudah berjalan lebih kurang 1 bulan. Terkait dengan
hal tersebut kepala madrasah mempunyai suatu tujuan bahwa yakni
dengan didirikannya rumah tahfidz, maka peserta didik akan
memberikan hal yang sangat positif terutama dalam hal menghafal Al-
Quran dan menjadikan output peserta didik yang berkualitas dan
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Selain produk atau output
peserta didik yang berkualitas, MTs Negeri 1 Lubuklinggau juga
memiliki lokasi madrasah yang strategis dan sangat mudah dijangkau
karena terletak di jantung kota lubuklinggau serta suasana yang nyaman
dan aman menjadikan madrasah ini sangat diminati oleh masyarakat
yang ini bersekolah dan mengenyam pendidikan di MTs Negeri 1
Lubuklinggau.
“Saya memilih sekolah di MTs Negeri 1 Lubuklinggau ini yang
pertama karena saya ingin mendalami pendidikan Islam dengan
sungguh-sungguh. Yang kedua adalah prestasi yang diraih sekolah
ini sangat banyak terutama bidang keagamaan, bidang akademik
dan non akademik. Yang ketiga yakni lokasi madrasah yang sangat
13
Wawancara bersama Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
27
Manajemen Problematika Madrasah
strategis menjadikan sekolah ini banyak peminat yang ingin
bersekolah di MTs Negeri 1 Lubuklinggau”.14
14
Wawancara bersama Siswa MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
28
Manajemen Problematika Madrasah
4. Gedung Olahraga 1 Ruang
5. Rumah Tahfidz 4 Ruang 2 Lantai
6. Mushola 1 Ruang
7. Ruang UKS 1 Ruang
8. Ruang Laboratorium 1 Ruang
9. Ruang Perpustakaan 2 Ruang
10. Toilet Guru 4 Ruang
11. Toilet Siswa 12 ruang
15
Wawancara bersama Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
29
Manajemen Problematika Madrasah
Lubuklinggau. Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau Hedi Herdiana, S.Pd.
saat ditemui mengatakan akan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan disekolah, salah satunya dengan pembenahan dan meningkatkan
sarana dan prasarana yang ada, jadi masih banyak yang harus dilakukan
agar para siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar
apabila fasilitasnya terpenuhi. Hasil wawancara dengan kepala madrasah
yang menyatakan bahwa tujuan membenahi dan meningkatkan sarana dan
prasarana ini merupakan suatu upaya agar sekolah ini bisa memberikan
kenyamanan kepada para siswa sehingga dapat berdampak pada prestasi
belajar para peserta didik di MTs Negeri 1 Lubuklinggau.
30
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
TINJAUAN PERAN DAN TUGAS KEPALA MADRASAH
“MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU”
Hedi Herdiana
16
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006), 5-6.
31
Manajemen Problematika Madrasah
masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Studi mini riset ini berusaha
mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan yang ada di
madrasah khususnya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Perlu pula dikemukakan
bahwa permasalahan pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas
pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan
permasalahan pendidikan islam, terlebih dahulu disajikan uraian singkat
tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting,
karena permasalahan pendidikan pada hakikatnya terkait erat dengan realisasi
fungsi dan pendidikan.
Karakteristik manajemen berbasis sekolah bisa diketahui antara lain
dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,
proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan
sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut BPPN dan Bank dunia, mengutip
dari focus on school : the future organization of education serourses for
student , yang dikutip oleh Mulyasa dalam bukunya manajemen berbasis
sekolah konsep, strategi dan implementasi mengemukakan sebagai berikut :17
1. Organisasi sekolah
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan tranformasional
dalam mencapai tujuan sekolah, menyusun rencana sekolah dan
merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri, mengelola kegiatan
operasional sekolah, menjamin adanya komunikasi yang efektif
antara sekolah dan masyarakat terkait, menjamin akan terpeliharanya
sekolah yang bertanggung jawab pada masyarakat.
2. Proses belajar mengajar
Meningkatkan kualitas belajar siswa, mengembangkan kurikulum
yang cocok dan tanggap terhadap siswa dan masyarakat sekolah,
menyelenggarakan pengajaran yang efektif, menyediakan program
pengembangan yang diperlukan siswa, program pengembangan yang
siperlukan siswa.
3. Sumber daya manusia
Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melanyani
keperluan semua siswa, memilih staf yang mempunyai wawasan
manajemen berbasis sekolah, menyediakan kegiatan untuk
pengembangan potensi pada semua staf, menjamin kesejahteraan staf
dan siswa.
17
Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi aksara.
32
Manajemen Problematika Madrasah
4. Sumber daya administrasi
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan
sumber daya tersebut sesuai kebutuhan, mengelola dana sekolah,
menyediakan dukungan administratif, mengelola dan memelihara
gedung dan sarana lainnya.
18
Manulang, Dasar-dasar manajemen (Yogyakarta : Gadjah Mada university press, 2002),
27.
33
Manajemen Problematika Madrasah
suatu madrasah ditentukan oleh kepemimpinan kepala madrasah, sebab kepala
madrasah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya
yang terjadi di madrasah. Efektivitas mengajar guru akan optimal, apabila
kepala madrasah dapat mengatur dan membimbing guru-guru secara baik
sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab,
memperhatikan kepentingan bawahannya, sehingga tidak ada keluhan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari, menunjukan kewibawaannnya,
sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh guru maupun siswa.
Kecakapan dan keberhasilan seorang kepala madrasah dalam
memimpin sangat berpengaruh terhadap stake holder yang dipimpinnya.
Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala madrasah harus
memperhatikan fungsi dan kebutuhan yang dijalankan sehingga disiplin kerja
guru selalu terjaga. Kepala madrasah bertanggung jawab penuh terhadap
pengelolaan madrasah yang di emban. Hal tersebut menjadi lebih penting
sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki kualitas madrasah yang hebat dan bermartabat. Sebagai salah
satu kunci kesuksesan dan keberhasilan manajemen madrasah adalah salah
satunya memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang peserta didik
baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan yang menunjang
prestasi bagi peserta didik.19
Madrasah dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang berjalan
dinamis diamana seorang kepala madrasah senantiasa mengelola segala aspek
yang ada di Madrasah dengan penuh tanggung jawab. Peran kepemimipinan
kepala madrasah sangat dibutuhkan sekali guna membangun dan
mempertahankan, serta meningkatkan mutu pendidikan yang ada di madrasah
dengan baik dan rasa tanggung jawab.
19
Andri Avisha, Gaya KepemimpinanKepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di
Lampung Tengah, 2017, h. 6.
34
Manajemen Problematika Madrasah
Lubuklinggau, juga berada di kaki bukit sulap yang menjadi icon dan
kebanggan masyarakat Lubuklinggau pada umumnya. Lokasi yang strategis
dan cukup luas menjadi salah satu strategi market madrasah ini untuk
menarik peminat bagi masyarakat untuk bersekolah di MTs Negeri 1
Lubuklinggau. Peserta didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau pada tahun
pelajaran 2018 / 2019 mencapai 1083 siswa, ini merupakan capaian yang
sangat luar biasa untuk madrasah ini, karena pada setiap tahun siswa yang
mendaftar selalu diluar kapasitas.
Menyikapi hal tersebut kepala madrasah memiliki terobosan baru
yakni melalui tes seleksi calon peserta didik baru. Seleksi calon peserta
didik baru meliputi dua tahap yakni tes akademik dan non akademik
(praktik sholat dan mengaji). Selain itu MTs Negeri 1 Lubuklinggau
memiliki segudang prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik.
Dibidang akademik yaitu sukses ujian nasional berbasis komputer (UNBK)
selama dua tahun berjalan, sukses aksioma, dan sukses ksm. Dibidang non
akademik MTs Negeri 1 Lubuklinggau selalu mengembangkan program-
program unggulan yakni ekstrakurikuler dan mengembangkan perilaku
sehat baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah dan di masyarakat.
Sekolah yang berkualitas tentunya harus memenuhi Standar
Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan menjadi pendorong dan
dapat menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan
memberikan arahan untuk evaluasi diri sekolah yang berkelanjutan, serta
menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang
diharapkan. Sehingga peneliti melihat bahwa salah satu faktor pembentuk
mutu pendidikan madrsah yakni akreditasi kelembagaan yang mana
penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan
berdasarkan standar yang mengacu pada SNP.
Dari paparan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa akreditasi
yang diraih MTs Negeri 1 Lubuklinggau mendapat penilaian A. Hal ini
membuktikan bahwa MTs Negeri 1 Lubuklinggau telah mendapatkan
pengakuan dan penilaian sangat baik terhadap kelayakan dan kinerja.
Pengertian mutu secara umum adalah gambaran atau karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Pendidikan yang bermutu bukan
sesuatu yang tejadi dengan sendirinya, dengan kata lain bahwa hasil dari
suatu proses pendidikan berjalan dengan efektif dan efisien. Mutu madrasah
merupakan gambaran secara menyeluruh mengenai kepuasan dalam
membangun dan menciptakan sesuatu yang berkualitas dalam pendidikan
35
Manajemen Problematika Madrasah
baik dari segi input dan output di madrasah tersebut. Adapun visi dan misi
serta tujuan MTs Negeri 1 Lubuklinggau adalah sebagai berikut :
Visi
“Sumber Daya Manusia Berkualitas Berwawasan IPTEK
berlandaskan IMTAQ”
Misi
e. Menyelenggarakan KBM dengan menggunakan multi pendekatan
pembelajaran
f. Mengembangkan kualitas penguasaan IPTEK
g. Mengembangkan penguasaan dan pengalaman IMTAQ
h. Meningkatkan keterampilan berbahasa asing, olahraga dan seni
Tujuan
g. Sukses 100 % ujian nasional
h. Sukses aksioma
i. Sukses KSM
j. Memaksimalkan kagiatan ekstrakurikuler
k. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana
l. Memprogramkan sekolah sehat dan perilaku sehat
Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan
di MTs Negeri 1 Lubuklinggau adalah hasil akhir pendidikan dibidang
akademik yaitu sukses ujian nasional, sukses aksioma, dan sukses ksm
bagi peserta didik.
37
Manajemen Problematika Madrasah
suasana tenang, gembira, aman dan sejuk. Gedung madrasah atau ruangan
kelas merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Untuk itu MTs Negeri Lubuklinggau selalu membenahi dan
meningkatkan sarana dan prasarana yang dimiliki untuk memberikan
kenyamanan kepada para siswa di antaranya dengan membuat taman
penghijauan yang dihiasi air mancur disepanjang ruang guru dan ruang
kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Pembenahan dan meningkatkan sarana
dan prasarana yang ada, jadi masih banyak yang harus dilakukan agar para
siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar apabila
fasilitasnya terpenuhi. Hasil wawancara dengan kepala madrasah yang
menyatakan bahwa tujuan membenahi dan meningkatkan sarana dan
prasarana ini merupakan suatu upaya agar sekolah ini bisa memberikan
kenyamanan kepada para siswa sehingga dapat berdampak pada prestasi
belajar para peserta didik di MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Peserta didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau memiliki banyak prestasi,
baik prestasi dibidang akademik maupun non akademik. Dibidang
akademik yaitu sukses ujian nasional berbasis komputer (UNBK) selama
dua tahun, sukses aksioma, dan sukses ksm. Dibidang non akademik
MTs Negeri 1 Lubuklinggau selalu mengembangkan program-program
unggulan yaitu ekstrakurikuler. Salah satu program unggulan yang
sedang berjalan dan sangat prospek dalam hal pendidikan dan
keagamaan yaitu didirikannya rumah Tahfidz Attadzkir di MTs Negeri 1
Lubuklinggau yang sudah berjalan lebih kurang 1 bulan.
2. Pendidikan dalam lembaga pendidikan formal seperti MTs Negeri 1
Lubuklinggau memerlukan fasilitas memadai dalam menjalankan
fungsinya. Fasilitas dan sarana yang ada baik fisik maupun non fisik
mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan proses belajar
mengajar khusunya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau.
38
Manajemen Problematika Madrasah
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MADRASAH DI MADRASAH
ISLAMIYAYAH SWASTA (MIS) 01 KEPAHIANG
Japaruddin
39
Manajemen Problematika Madrasah
islam lebih berguna dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualatas dan
unggul.
Sebenarnya usaha dan maksud untuk mengintegrasikan antara
madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah Islam (termasuk disini Madrasah
Aliyah/SMA Islam) yang merupakan warisan budaya bangsa (umat Islam),
dengan sekolah-sekolah umum yang berasal dari warisan pemerintah Kolonial,
sehingga membentuk satu sistem Pengajaran Nasional yang merupakan
kehendak dari UUD 1945.3 Usaha dan maksud tersebut kemudian dipertegas
oleh BP-KNIP dalam usulnya kepada pemerintah untuk “memberikan
pengajaran agama secara teratur bersama di sekolah-sekolah” dan
“memberikan perhatian dan bantuan serta tuntunan kepada madrasah agar
dapat meningkatkan mutu dan peranannya sebagai alat dan sumber pendidikan
dan pencerdasan bangsa”. Namun demikian, pelaksanaan 3 Hal tersebut
nampak jelas dari panitia persiapan kemerdekaan dalam bidang Pendidikan
dan Pengajaran yang menghendaki agar dalam Negara RI nanti,
diselenggarakan dalam satu sistem pendidikan yang mampu memberikan
pendidikan akal budi dan kecerdasan secara merata dalam sitem pendidikan
dan pengajaran yang bersendi agama dan kebudayaan bangsa, menuju
keselamatan dan kebahagian masyarakat. Rencana tersebut merupakan
realisasi dari pasal 31 ayat 2 UUD 1945.
Namun ternyata penyelenggaraanya menyimpan dari rencana
tersebut, pendidikan agama disekolah-sekolah hanya bersifat fakultatif,
sedangkan pemberian bantuan dan tuntunan kepada madrasah-madrasah,
dilimpahkan tugas dan wewenangnya kepada kementerian agama. Dengan
demikian pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara terpisah dengan
pengembangan sekolah- sekolah, sehingga meninbulkan pendidikan Nasioanal
yang bersifat dualisme yang justru bertentangan dengan maksud dan usaha
dari UUD 1945 itu sendiri.
Madrasah dan Sekolah Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Sebenarnya usaha dan maksud untuk mengintegrasikan antara madrasah-
madrasah dan sekolah-sekolah Islam (termasuk disini Madrasah Aliyah/SMA
Islam) yang merupakan warisan budaya bangsa (umat Islam), dengan sekolah-
sekolah umum yang berasal dari warisan pemerintah Kolonial, sehingga
membentuk satu sistem Pengajaran Nasional yang merupakan kehendak dari
UUD 1945.3 Usaha dan maksud tersebut kemudian dipertegas oleh BP-KNIP
dalam usulnya kepada pemerintah untuk “memberikan pengajaran agama
secara teratur bersama di sekolah-sekolah” dan “memberikan perhatian dan
bantuan serta tuntunan kepada madrasah agar dapat meningkatkan mutu dan
40
Manajemen Problematika Madrasah
peranannya sebagai alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan bangsa”.4
Namun demikian, pelaksanaan 3 Hal tersebut nampak jelas dari panitia
persiapan kemerdekaan dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran yang
menghendaki agar dalam Negara RI nanti, diselenggarakan dalam satu sistem
pendidikan yang mampu memberikan pendidikan akal budi dan kecerdasan
secara merata dalam sitem pendidikan dan pengajaran yang bersendi agama
dan kebudayaan bangsa, menuju keselamatan dan kebahagian masyarakat.
Rencana tersebut merupakan realisasi dari pasal 31 ayat 2 UUD 1945.
Namun ternyata penyelenggaraanya menyimpan dari rencana
tersebut,pendidikan agama disekolah-sekolah hanya bersifat fakultatif,
sedangkan pemberian bantuan dan tuntunan kepada madrasah-madrasah,
dilimpahkan tugas dan wewenangnya kepada kementerian agama. Dengan
demikian pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara terpisah dengan
pengembangan sekolah- sekolah, sehingga meninbulkan pendidikan Nasioanal
yang bersifat dualisme yang justru bertentangan dengan maksud dan usaha
dari UUD 1945 itu sendiri.
Madrasah Ibtidaiyyah swasta 01 Kepahiang ini didirikan tahun 1979,
yang awal berdirinya berlokasi di Desa Bumi Sari,seiring perjalanan waktu
dan lokasi madrasah yang sempit maka sejak tahun 2012 pindah ke lokasi
sekarang. Madrasah ini berdiri diatas lahan seluas 548 m2 dengan izin
operasional Nomor WG/C/IBT/013/1989 tanggal 01-07-1989. Dengan
Visi”Mewujutkan siswa Berakhlak Mulia Cerdas Dan Berprestasi” dengan
Motto”Sebaik baik kamu Adalah yang belajar dan Mengajarkan Al –
Qur’an” berdiri ditengah komunitas masyarakat mayoritas muslim, secara
logika merupakan lembaga yang menjadi tujuan menyekolahkan anak anak
usia sekolah bagi masyarakat Meranti jaya dan sekitarnya, akan tetapi mereka
lebih memilih sekolah Umum SDN 04 Ujan Mas yang terletak di Desa Bumi
Sari.Kecamatan Ujan Mas.
Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) 01 Kepahiang saat ini jauh
berbeda dengan kondisi 5 (lima) tahun yang lalu. Hal ini bisa dilihat dari segi
kuantitas siswa,suasana sekolah dan aktifitas warga sekolah. Madrasah ini
yang terletak disebelah Timur desa Meranti Jaya, berdekatan dengan komplek
Pemakaman Umum desa Meranti jaya dan Desa Bumi Sari.
Kurun waktu 1979-2007 siswa yang bersekolah disini yang tidak
diterima di SDN 04 Ujan Mas., dengan jumlah siswa yang minim , , belum
memiliki fasilitas yang lengkap dan belum pula memiliki sarana dan
prasarana yang layak untuk digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar
.Seiring perjalan waktu dan peralihan kepemimpinan, Madrasah inipun
41
Manajemen Problematika Madrasah
berbenah membuat trobosan baru dengan mengupayakan berbagai program
untuk mempertahankan eksistensi MIS 01 Kepahiang ini .
Tempat berdirinya madrasah ini, yang berada di pedesaan, dengan
sumber daya manusia yang masih terbatas., dan upaya yang belum maksimal.
Selain itu, faktor yang cukup berpengaruh adalah faktor kepemimpinan kepala
Madrasah dalam meningkatkan eksistensi Madrasah tersebut. Sebuah lembaga
pendidikan harus mempunyai sistem pendidikan yang baik. Sedangkan sistem
pendidikan yang baik adalah ketika suatu lembaga Mempunyai tujuan yang
jelas, perencanaan yang matang, koordinasi yang teratur, pemimpin yang
profesional, kooperatif yang terjaga dan pengawasan serta evaluasi kerja yang
berkedisiplinan tinggi.
Dalam pelaksananaannya perlu melibatkan semua komponen yang ada
di dalamnya, sekecil apapun kapasitasnya tetap mempunyai peranan yang
penting dalam rangka menyukseskan pencapaian tujuan. Keberhasilan
manajemen suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan
kepala sekolah. Sebagai pemimpin di sebuah lembaga, maka dia harus mampu
membawa lembaga tersebut ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,
dia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan
dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala sekolah harus
bertanggung jawab atas kelancaran keberhasilan semua urusan pengaturan dan
pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya dan secara informal
kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.
Kepala Madrasah sebagai seorang pendidik, administrator, pemimpin
an supervisor, diharapkan dengan sendirinya dapat mengelola lembaga
didikan ke arah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan masa
depan Sementara itu efektivitas kualitas dan perilaku kepala sekolah dapat
dinilai dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan fungsi dan perannya sebagai
kepala sekolah, meliputi: pendidik (edukator), manajer, administrator,
supervisor, pemimpin (leader), inovator, motivator dan kewirausahaan. Kepala
Madrasah berupaya dan memiliki tanggung jawab yang besar di dalam
merencanakan, mengorganisir, membina, melaksanakan serta mengendalikan
sekolah dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya.
Betapapun kondisi dan pengelolaan suatu lembaga pendidikan perlu
diketahui oleh masyarakat sekitar agar mereka mau menitipkan puta putrinya
kesekolah tersebud. Apakah penilaian hasil belajar UAN sudah terukur secara
tepat dan benar. Maka diperoleh jawaban sebagai berikut; pertama sistem yang
yang dikembangkan sekarang belum menyeluruh karena lebih beroeientasi
kepada pengajaran sekolah umum sehingga belum menyentuh hasil belajarb
42
Manajemen Problematika Madrasah
yang menyangkut moral an nilai keagamaan yang menjadi keunggulan
Madrasah. Standar penilaian minimal dan pengendalian yang diwujutkan
dalam sistem akreditasi nasional,lebih menitikberatkan kepada pengukuran
input dalam arti ststisatis dan kurang melihat bagaimana intensitas input itu
dipergunakan untuk mendukung proses belajar mengajar, sementara yang
terakhir ini merupakan salah satu keunggulan Madarasah. Penilaian terhadap
hasil belajar siswa secara nasional masih bersifat farsial,baik dalam artian
mata pelajaran maupun carahasil belajar itu diukur.
Dari beberapa penjelasan singkat diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut: Hakikat pendidikan Islam ialah untuk
membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun
rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya
yang didasarkan pada hukum-hukum islam. Problematika Pendidikan Islam ini
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang didalamnya ada : Relasi
Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam, Masalah Kurikulum,
Pendekatan/Metode Pembelajaran, Profesionalitas dan Kualitas SDM, dan
Biaya Pendidikan. Dan faktor eksternal yang meliputi Dichotomic, To General
Knowledge, Lack of Spirit of Inquiry, Memorisasi, dan Certificate Oriented.
Solusi dari problematika tersebut ialah pendidikan Islam harus
dikembalikan kepada fitrahnya dengan tanpa mengesampingkan dimensi-
dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan,
baik formal, informal, maupun nonformal. Serta pendidikan harus dirancang
sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan
potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh
kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Pendidikan Islam di Era Global
ini diorientasikan bahwa Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran, sebagai
Proses Humanisasi, dan sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah
43
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
“Tenaga Pendidik dan Sarpras di MTs Al-Mujahidin Ciptodadi”
Anisa Sufiana
20
Sobri, Ahmad Yusuf. "Pembinaan Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran." Jurnal Manajemen Pendidikan (Maret) 24.1 (2013): 9-20
21
Sobri, Ahmad Yusuf. "Pembinaan Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran." Jurnal Manajemen Pendidikan (Maret) 24.1 (2013): 9-20
44
Manajemen Problematika Madrasah
Pengelolaan sarana dan prasarana sangat penting karena dengan adanya
pengelolaan sarana dan prasarana lembaga pendidikan akan terpelihara dan
jelas kegunaanya. Dalam pengelolaan pihak sekolah harus dapat bertanggung
jawab terhadap sarana dan prasarana terutama kepala sekolah yang langsung
menangani sarana dan prasarana tersebut. Dan pihak sekolahpun harus dapat
memelihara dan memperhatikan sarana dan prasarana sekolah yang
sudah ada. Maka dengan adanya sarana dan prasarana di sekolah siswa dapat
belajar dengan maksimal dan seefesien mungkin.Jadi pengelolaan terhadap
sarana dan prasarana harus lebih ditekankan lagi dalam lembaga pendidikan
seperti sekolah.
Dan harus ada yang bertanggung jawab atas pengelolaan sarana dan
prasarana tersebut.Dengan pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah kepala sekolah dapat merencanakan dan mendata apa saja sarana dan
prasarana yang harus digunakan di sekolah tersebut. Jika semua langkah-
langkah pengelolaan telah berjalan dengan baik seperti yang diharapkan maka
akan berdampak positif terhadap siswa-siswa dalam proses belajar mengajar
dan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Maka
penyelenggara pendidikan baik itu pemerintah, kepala sekolah, guru, personil
sekolah yang lainnya maupun masyarakat perlu terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.22
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang
sangat penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses
pembelajaran, dalam kaitannya dengan pendidikan yang membutuhkan sarana
dan prasarana dan juga pemanfaatannya baik dari segi intensitas maupun
kreatifitas dalam penggunaannya oleh guru maupun oleh siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan
efisien.23
Dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini setiap lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal berusaha untuk memberikan dan
melengkapi fasilitas yang ada di lembagannya untuk memenuhi kebutuhan
semua warga sekolah baik itu guru, staf-staf, peserta didik dan orang tua
22
Megasari, Rika. "Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk
meningkatan kualitas pembelajaran di SMPN 5 Bukittinggi." Jurnal Bahana
Manajemen Pendidikan 2.1 (2014): 636-648.
23
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Aditya Mediabekerjasama
dengan FIP dan UNY: Yogyakarta, 2008), Hlm: 273
45
Manajemen Problematika Madrasah
murid. Dalam upaya melengkapi fasilitas yang ada sebuah lembaga
pendidikan dikatakan maju apabila ketersediaan sarana dan prasarananya
memadai berkaitan dengan proses belajar peserta didik. Proses belajar
mengajar dapat meningkat dengan didukung adanya sarana dan prasarana yang
memadai.24
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar
mengajar. Hal ini merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh sebuah
lembaga pendidikan karena mempengaruhi kelangsungan proses belajar
mengajar di sekolah. Adanya sarana dan prasarana banyak membantu
kelangsungan belajar mengajar di sekolah. Sarana dan prasarana sangat
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, agar siswa lebih
berminat dan mudah menerima penjelasan dari guru.
Apabila sarana dan prasarana yang disediakan kurang, maka dapat
mempengaruhi minat siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar. Jika
siswa memiliki minat dalam mengikuti proses belajar mengajar maka dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan yang paling pokok di lembaga pendidikan, ini berarti berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran tergantung pada proses belajar yang
dialami siswa sebagai peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar Peserta didik juga harus mencapai
kecakapan yang dinyatakan dengan prestasi belajar berdasarkan hasil tes.
Prestasi yang dicapai individu merupakan gabungan dari faktor yang
mempengaruhi proses belajar baik faktor dari dalam diri peserta didik (faktor
internal) dan faktor dari luar diri peserta didik (faktor eksternal). Pada
umumnya prestasi belajar adalah keinginan yang dicapai oleh individu, dalam
hal ini peserta didik atas proses belajar yang telah dilakukannya. Prestasi
belajar juga merupakan implementasi dari suatu keberhasilan siswa. 25setelah
melakukan proses belajar. Di dalam proses pendidikan terutama pada sistem
pembelajaran siswa diharapkan meningkatkan prestasi belajar yang baik dan
bermutu, agar siswa menjadi lulusan yang berintelektual, kreatif serta menjadi
calon-calon tenaga pendidik yang profesional maupun pribadi yang
bertanggung jawab.
Salah satu yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa
adalah kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah tersebut. Sarana
merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan
24
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Hlm:272.
25
Azwan, Syaifudi, Tes Prestasi (Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar),
(Yogyakarta: Pustaka Belajar.2009), hlm:2.
46
Manajemen Problematika Madrasah
menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Seperti :
gedung, kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan atau pengajaran. Seperti : halaman, taman, kebun, jalan
menuju sekolah. Tetapi apabila digunakan secara langsung seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah untuk lapangan olahraga
maka itu termasuk prasarana pendidikan.26
Sarana prasarana sekolah harus memenuhi standar minimum dalam hal
ini dapat dilihat dari PERMENDIKNAS No.24 tahun 2007 pasal 1
menyebutkan bahwa standar sarana prasarana untuk sekolah dasar/ madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
(SMP/MTS), dan sekolah menenggah atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA)
mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria 4 minimum prasarana. Untuk
menjamin terwujudnya kegiatan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif,
efisien dan menyenagkan diperlukan adanya sarana dan prasarana yang
memadai.
Kriteria minimum yang yang harus dimiliki oleh sekolah formal baik
dari Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs), dan Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA) meliputi : ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium
kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling,
ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sikulasi dan
tempat bermain/ berolahraga. Proses pendidikan memang memerlukan fasilitas
atau peralatan, akan tetapi semua peralatan atau fasilitas harus diadakan sesuai
dengan kebutuhan. Jika semua peralatan dan fasilitas sudah ada harus
dimanfaatka dan dikelola secara baik dan benar. Kegiatan pegelolaan meliputi:
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan
penghapusan serta penataan.27
Sarana dan prasarana yang baik dapat menciptakan suasana yang
menyenagkan baik bagi guru maupun murid, sehingga prestasi belajar dapat
meningkat dan lembaga pendidikan dapat pula meningkatkan mutu
pembelajarannya, karena fasilitas sudah memadai untuk semua proses
26
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm:49.
27
Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah
Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Bumi
Aksara,2003). hlm:1.
47
Manajemen Problematika Madrasah
pembelajaran. Tetapi pada kenyataannya belum semua lembaga pendidikan
memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang prestasi
belajar siswanya serta meningkatkan mutu proses pembelajaran yang ada
disekolah. Namun pemerintah selalu berupaya untuk selalu meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan dari semua jenjang pendidikan yang ada.
Begitupula dari pihak sekolah selalu berupaya melengkapi sarana dan
prasarana belajar yang ada agar peserta didik dapat meningkatkan prestasinya
secara maksimal dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai.
Oleh karena itu agar sarana dan prasarana yang ada dapat memberikan
kontribusi yang optimal dalam meningkatkan prestasi peserta didik, Sekolah
harus dapat menyediaka dan melengkapi sarana prasarananya. Bila suatu
sekolah kurang memperhatikan fasilitas atau sarana dan prasara pendidikan,
maka siswa-siswanya kurang bersemangat untuk belajar dengan sungguh-
sungguh. Hal ini mengakibatkan prestasi anak menjadi rendah. Kelengkapan
sarana dan prasarana sebagai salah satu penunjang keberhasilan pendidikan,
seringkali menjadi kendala dalam proses penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti bermaksud
mengadakan penelitiaan tentang seberapa besar pengaruh kelengkapan sarana
dan prasaran belajar yang ada di MTs Baitul Makmur Curup terhadap
peningkatan prestasi peserta didik. Sedang judul yang penulis ajukan ialah
“Pengaruh Sarana Dan Prasarana Belajar dan Tenaga Pengajar Terhadap
Peningkatan Prestasi Peserta Didik di MTs Al-Mujahiddin Ciptodadi”
B. Identitas Sekolah
49
Manajemen Problematika Madrasah
C. Visi dan Misi dan Tujuan MTs Al-Mujahidin
50
Manajemen Problematika Madrasah
yaitu Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama
Islam dalam kehidupan.
Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk
berkarya dan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung
jawab.
Berpikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif dalam
memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui berbagai
media.
Menyenangi dan menghargai seni.
Menjalankan pola hidup bersih, bugar, dan sehat.
Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta
dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.
WAWANCARA
Nama : Ustadz Bukhari, S.Pd.I
Jabatan : Guru Kelas
Tempat : Kantor MTs. Al-Mujahidin
Waktu : Senin, 7 Oktober 2019
Pukul : 10.00 WIB
51
Manajemen Problematika Madrasah
tergabung dalam satu lokasi. Maka dari itu sarana dan prasarana seperti
sarana olahraga sudah ada namun dikarenakan lokasi yang sempit, jadi
MTs. Al-Mujahidin hanya memiliki satu lapangan olahraga, lapangan
multi fungsi yang terletak di tengah-tengah gedung leter U jadi ketika
akan olahraga disesuaikan dengan olahraganya sehingga memakan
waktu untuk membongkar pasang sarana olahraga misalkan dari
lapangan voly di sulap menjadai lapanangan vutsal. dan menyebabkan
tidak efektifnya proses pembelajaran.
52
Manajemen Problematika Madrasah
4. Peneliti : Apa yang tidak ada di MTs Baitul Makmur dari segi
Sarpras ?
Guru : MTs. Al-Mujahidin belum memiliki ruangan UKS tersendiri
jadi, ketika ada santri yang sakit, maka santri di rawat jadi satu
dengan kantor. Mengenai ruangan kelas MTs ini jika pagi hari
digunkan untuk MI al-Mujahidin jadi MTs Al-Mujahidin masuk
tepat pukul 13.00 sampai dengan 17.30, hal ini di karenakan
kurangnya ruang belajar.
53
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI KABUAPTEN LEBONG
Adi Suardi
Faktor Internal
2. Masalah Kurikulum
Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya
otoriter yang terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh
keinginan pihak “atas”. Dalam sistem yang seperti ini inovasi dan
pembaruan tidak akan muncul. Dalam bidang kurikulum sistem
sentralistik ini juga mempengaruhi output pendidikan. Tilaar
55
Manajemen Problematika Madrasah
menyebutkan kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem
manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan output
pendidikan manusia robot. Selain kurikulum yang sentralistik, terdapat
pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan berkaitan dengan
saratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan
muatan.
3. Pendekatan/Metode Pembelajaran
5. Biaya Pendidikan
Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan
tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang
bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait dengan amanat konstitusi
sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
memerintahkan negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN
dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum
terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan
genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam
anggaran strategis pendidikan.
Faktor Eksternal
1. Dichotomic
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam
adalah dichotomy dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama
dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara antara Wahyu
dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala
perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini
mulai tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam
melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman pertengahan
menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti
57
Manajemen Problematika Madrasah
antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota
semua ilmu.
2. To General Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu
pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang
memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving).
Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang
selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas
menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai
permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari
jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan
sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan, ciri
terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak
adanya kemampuan untuk berpikir dan tidak mampu untuk melihat
konsekuensinya.
4. Memorisasi
Rahman menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari
standar-standar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu
terletak pada kenyataan bahwa, karena jumlah buku-buku yang tertera
dalam kurikulum sedikit sekali, maka waktu yang diperlukan untuk
belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat menguasai materi-
materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi
ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang. Hal ini
pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi
tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini
menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan
(memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya. Kenyataan
58
Manajemen Problematika Madrasah
menunjukkan bahwa abad-abad pertengahan yang akhir hanya
menghasilkan sejumlah besar karya-karya komentar dan bukan karya-
karya yang pada dasarnya orisinal.
5. Certificate Oriented
Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab
al‟ilm, telah memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih
mencari ilmu, melakukan perjalanan jauh, penuh resiko, guna
mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari guru diberbagai tempat,
dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik
para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu
adalah knowledge oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada
masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh besar yang memberikan
banyak konstribusi berharga, ulama-ulama encyclopedic, karya-karya
besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang
ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan
kecenderungan adanya pergeseran dari knowledge
oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu hanya
merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja,
sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas
berikutnya.
59
Manajemen Problematika Madrasah
kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.
Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun
kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan
fungsi yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut
Rahman adalah pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan
dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera
dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi pokoknya
adalah secularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti
diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya.
Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para pengelola
lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk
melakukan nazhar atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus
diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model
pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang
sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut.
Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul wa al‟fahsh, yakni
melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat
dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak
al-syai‟ wa ru‟yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara
pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan
melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan
alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari
berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.
61
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN UKS MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU
Pertiwi
28
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3
29
Syafaruddin dan Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan
(Jakarta:Grasindo, 2004), h. 53.
30
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 25.
62
Manajemen Problematika Madrasah
Madrasah secara kelembagaan perlu dikembangkan dari sifat reaktif dan
proaktif terhadap perkembangan masyarakat menjadi rekonstruksionistik
sosial. Perkembangan masyarakat menjadi rekonstruksionistik berarti
pendidikan madrasah perlu aktif memberi corak dan arah terhadap
perkembangan masyarakat yang dicita-citakan. Untuk memiliki kemandirian
dalam menjangkau keunggulan, filosofi ini perlu dijabarkan dalam strategi
pengembangan pendidikan madrasah yang visioner, lebih memberi nilai
tambah strategis dan lebih meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Strategi pengembangan pendidikan madrasah perlu dirancang agar mampu
menjangkau alternatif jangka panjang, mampu menghasilkan perubahan yang
signifikan, ke arah pencapaian misi dan visi lembaga, sehingga akan memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif terhadap bangsa-bangsa lain.
Pengembangan madrasah, di satu pihak, tidak boleh apriori terhadap
trend pendidikan yang dibawa oleh proses globalisasi, internasionalisasi dan
universalisasi, seperti komputerisasi, vokasionalisasi dan ekonomisasi. Tetapi
di pihak lain, pengembangan madrasah harus tetap tegar dengan karakteristik
khas yang dimilikinya sebagai bumper kehidupan masyarakat dari
persoalanpersoalan moral dan spiritual.
Strategi pengembangan madrasah dilakukan dengan 5 (lima) strategi
pokok, yaitu : 1) Peningkatan layanan pendidikan di madrasah; 2) Perluasan
dan pemerataan kesempatan pendidikan di madrasah; 3) Peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan; 4) Pengembangan sistem dan manajemen pendidikan
dan 5) Pemberdayaan kelembagaan madrasah.31
Ikhtiar untuk pengembangan madrasah pada situasi apapun, termasuk
juga pada situasi krisis ekonomi yang sampai sekarang ini masih dirasakan
akibatnya, strategi yang ditempuhnya lebih difokuskan pada upaya mencegah
peserta didik agar tidak putus sekolah, mempertahankan mutu pendidikan agar
tidak semakin menurun. Menurut Abudin Nata (2003: 20), indicator
keberhasilannya adalah : (a) angka putus sekolah di madrasah dipertahankan
seperti sebelum krisis dan akhirnya dapat diperkecil; (b) peserta didik yang
kurang beruntung seperti yang tinggal di daerah terpencil, tetap dapat
memperoleh layanan pendidikan minimal tingkat pendidikan dasar (Madrasah
Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah); (c) siswa yang telah terlanjur putus
sekolah didorong untuk kembali atau memperoleh layanan pendidikan yang
sederajat dengan cara yang lain, misalnya di madrasah terbuka; dan (d) proses
belajar mengajar di madrasah tetap berlangsung meskipun dana yang terbatas.
31
Depag, 2004 : 38.
63
Manajemen Problematika Madrasah
Kebijakan utama yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan
sekolah adalah : (a) mempertahankan laju pertumbuhan angka partisipasi
pendidikan dengan menyesuaikan kembali sasaran pertumbuhan angka absolut
partisipasi pendidikan yang ada di semua jenjang dan jenis madrasah; (b)
melanjutkan pemberian beasiswa dan dana bantuan operasional pendidikan di
semua jenis madrasah yang kemudian lambat laun dikurangi jumlahnya
sejalan dengan semakin pulihnya krisis ekonomi dan meningkatnya kembali
kemampuan orang tua peserta didik dalam membiayai pendidikan; (c)
mengintegrasikan dana bantuan operasional pendidikan secara bertahap ke
dalam anggaran rutin untuk menunjang kegiatan operasional pendidikan di
madrasah; (d) meningkatkan dan mengembangkan program pendidikan
alternatif secara konseptual dan kesinambungan terutama untuk sasaran
peserta didik yang kurang beruntung; (e) meningkatkan ketertiban masyarakat
dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan.32
Meskipun strategi ini terfokus pada program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun, jenis dan jenjang pendidikan lainnya pun
tercakup. Indikator-indikator keberhasilannya adalah : (a) mayoritas penduduk
berpendidikan minimal SLTP dan partisipasi pendidikan meningkat, yang
ditunjukkan dengan prestasi pada semua jenjang dan jenis sekolah; (b)
meningkatnya budaya belajar yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka
melek huruf; dan (c) proporsi jumlah penduduk yang kurang beruntung yang
mendapat kesempatan pendidikan semakin meningkat.33
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau adalah salah satu
madrasah yang berupaya meningkatkan mutu pendidikan mengarah pada
pencapaian madrasah bermartabat. Tentunya upaya yang dilakukan tidak asal
jalan, tetapi memiliki strategi pengembangan yang dapat ditampilkan pada
masyarakat. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau yang sekarang ini
berkembang pesat bukanlah datang secara tiba-tiba, tetapi melewati sejarah
dan usaha keras yang panjang, berbagai kendala, tantangan dan problem telah
berhasil dilalui.
32
Poster, 2000 : 39.
33
Poster, 2000 : 40.
64
Manajemen Problematika Madrasah
Temuan dan Analisis Hasil Penelitian
34
Dokumen Arsip Tata Usaha MTs Negeri Lubuklinggau
65
Manajemen Problematika Madrasah
Tenaga guru negeri 47 orang terdiri dari guru PAI 13 orang dan guru
mata pelajaran umum 34 orang, tenaga guru honor 25 orang terdiri dari guru
PAI 3 orang, guru mata pelajaran umum 19 orang, guru BK 4 orang, tenaga
kepegawaian 23 orang terdiri dari pegawai negeri 5 orang, pegawai honorer 18
orang terdiri dari pegawai administrasi 12 orang, satpam 2 orang, kebersihan
3 orang, dan penjaga malam 1 orang.
66
Manajemen Problematika Madrasah
Ruang UKS MTs Negeri 1 Lubuklinggau Tampak dari Depan
69
Manajemen Problematika Madrasah
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis serta
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan Khusus
Memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat
kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup:
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat serta peserta didik
berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan.
2. Sehat, baikfisik, mental maupun social.
3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk
penyalahgunaan narkotika, obat-obatan, dan bahan berbahaya,
alkohol, rokok, dan sebagainya.
Sasaran UKS
Sasaran UKS adalah Peserta didik dan lingkungannya.
Adapun sasaran pembinaan UKS adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik
2. Pembina teknis (guru dan petugas kesehatan)
3. Pembinaan non teknis (pengelolah pendidikan dan karyawan
sekolah)
4. Sarana dan prasarana pendidikan serta pelayanan kesehatan
5. Lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
c. Sekolah Sehat
Sekolah sehat adalah sekolah yang bersih, hijau, indah dan
rindang, peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat. Sekolah sehat di Indonesia dapat dicapai bila
sekolah melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
melalui tiga program pokok UKS (Trias UKS) yaitu Pendidikan
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat, serta melaksanakan upaya-upaya peningkatan
kebugaran jasmani secara baik melalui program pendidikan jasmani.
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar harus menjadi “Health Promoting School” artinya sekolah
yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya.
70
Manajemen Problematika Madrasah
Sekolah memiliki lingkungan kehidupan sekolah yang
mencerminkan hidup sehat.
Mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
Berlangsungnya proses belajar mengajar dengan baik.
Tercipta kondisi yang mendukung terciptanya kemampuan
peserta didik untuk berperilaku hidup sehat.
d. Ketenagaan UKS
Agar UKS dapat berdayaguna dan memegang peranannya
sebagai motor penggerak kesehatan dilingkungan sekolah,
maka UKS harus dikelolah oleh tenaga yang benar- benar
professional didalam dunia kesehatan. Di MTs Negeri
Lubuklinggau untuk tenaga kesehatan bekerja sama dengan
puskesmas induk Kecamatan Lubuklinggau Utara II.
71
Manajemen Problematika Madrasah
Dalam pengelolaan UKS Terdapat 1 guru Pembina UKS dan
1 Petugas UKS yang memegang peranan penting dalam
pelaksanaan Trias UKS
Pesertadidik yang tergabung dalam PMR berperan aktif
menjadi kader kesehatan bagi sekolah dan keluarganya, dan
diharapkan dapat mempelopori para siswa yang lain terutama
dibidang kebersihan. Kader UKS diharapkan dapat
memberikan: Keteladanan dalam membuang sampah. Contoh
penerapan PHBS di lingkungan sekolah dan keluarga.
Keterampilan mengukur tekanan darah, nadi, berat badan dan
tinggi badan
72
Manajemen Problematika Madrasah
MANEJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH DI MTS
MAZRO’ILLAH LUBUKLINGGAU
Sukardi
73
Manajemen Problematika Madrasah
ditentukan oleh kinerja kepala sekolahnya. Untuk dapat menegakkan disiplin
di madrasah, kepala madrasah hendaknya menerapkan perilaku yang dapat
membangkitkan semangat kerja para personalia madrasah khususnya guru.
Kepala madrasah sebagai pemimpin harus mendorong disiplin kerja guru
dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap
guru, baik secara individu maupun kelompok.35
Kepala madrasah sebagai pimpinan tertinggi di madrasah sangat
berpengaruh dan menentukan kemajuan madrasah dan harus memiliki
kemampuan manajerial yang baik, memiliki komitmen yang tinggi dan luwes
dalam melaksanakan tugasnya. Seorang kepala madrasah juga harus dapat
mengupayakan dalam membina disiplin kerja guru-gurunya yang kurang
disiplin dalam bekerja bahkan malas untuk mengajar. Sebagai salah satu
kunci kesuksesan dan keberhasilan manajemen madrasah adalah salah satunya
memiliki guru yang enerjik semangat dalam melaksanakan tugasnya
berpenampilan menarik dan simpatik . Suatu madrasah akan tercermin
pencitraan (image ) yang baik di mata masyarakat apabila madrasah tersebut
memiliki guru yang enerjik, simpatik dan berkepribadian yang menawan,
menerapkan disiplin mengajar baik dan akan mendatangkan umpan balik
positif terhadap perkembangan madrasah terlebih dalam rangka menjaga
manajemen madrasah. Dengan adanya peran kepemimpinan kepala madrasah
diharapkan dapat menyusun program madrasah yang efektif, menciptakan
kondisi madrasah yang kondusif dan membangun kerja personil madrasah
serta dapat membina dan membimbing guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Madrasah merupakan suatu lembaga yang di harapkan kegiatan berjalan
dinamis yang mana kepala madrasah senantiasa berinteraksi dengan guru,
memonitor dan menilai kegiatan mereka sehari-hari. Rendahnya disiplin kerja
guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan pada gilirannya akan
berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai seorang
pemimpin kepala madrasah harus dapat mengidentifikasi penyebab rendahnya
disiplin mengajar guru. Dalam hal ini kepala madrasah juga harus dapat
memberikan suasana yang memungkinkan bagi guru untuk dapat bekerja
dengan penuh rasa tanggung jawab, dedikasi yang tinggi serta disiplin kerja
yang tinggi.
35
Andri Avisha, Gaya KepemimpinanKepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di
Lampung Tengah, 2017, h. 6
74
Manajemen Problematika Madrasah
Peran kepemimipinan kepala madrasah membangun dan
mempertahankan, serta meningkatkan disiplin kerja guru dan staf dengan baik
dan rasa tanggung jawab. Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan
bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar- mengajar yang
kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik
dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala madrasah
dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini adalah
guru.
Visi
“Meningkatkan mutu, Pestasi, Berilmu, Beramal Dan Berakhlak Mulia”
Misi
Mewujudkan dan melaksanakan kurikulum MTs Mazro‟illah mazro‟illah
berstandar nasional.
Melaksanakan pembelajaran berkualitas yang aktiv, inovatif , kreatif.
menyenangkan penuh nuansa islami dan berkarakter.
Menerapkan Tahfzul Qur‟an untuk menciptakan siswa-siswa intlektual.
Menerapkan sholat lima waktu berjam‟ah untuk menjadikan siswa-siswa
cerdas dan berakhlakul karimah.
Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik ke tingkat nasional.
Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengembangan dan
peningkatan mutu madrasah.
36
Wawancara dengan Kepala MTs Mazro‟illah 30 September 2019
76
Manajemen Problematika Madrasah
Dam guru yang mengajar sudah sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-
masing”37 Dari wawancara tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
guru yang mengajar disana secara disiplin ilmu sudah mumpuni karena sudah
strata satu semua. Namun secara finansial guru di sana belum bisa dikatakan
sesuai harapan karena dari 26 tenaga pendidik baru 4 orang yang sudah
sertifikasi.
“Guru-guru yang mengajar semuanya berdomisi di kota lubuklinggau
bahkan ada yang tinggal di komplek pesantren mazro‟illah tersebut sebagai
pembina dan pengasuh di pesantren mazro‟illah”38 Dari wawancara tersebut
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa secara kehadiran untuk tepat waktu
mengajar di kelas tidak ada kendala baik dari segi kemacetan ataupun jarak
yang jauh antara rumah dengan tempat mengajar. Karena semua guru yang
mengajar di MTs Mazro‟illah berdomisili di kota lubuklinggau bahkan ada
yang satu komplek dengan siswa-siswa yang tinggal dan menginap di
pesantren mazro‟illah. Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala
madrasah berikut ini ”Setiap awal tahun, kami selalu membuat rencana
anggaran pendapatan belanja madrasah, rencana pengembangan madrasah,
rencana kerja kepala madrasah, wakil kepala madrasah, pembina
ektrakurikuler,guru dan tata usaha yang mengacu pada visi dan misi madrash”.
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap warga madrash
untuk mengetahui peran kepala madrasah sebagai manajer dalam perencanaan
pendidikan, penyusunan program madrasah selalu melibatkan wakil kepala
madrash, guru dan staf tata usaha, seperti yang diungkapkan oleh salah
seorang guru berikut ini: ” Penyusunan program madrasah dilaksanakan secara
musyawarah oleh warga madrasah yang terdiri dari kepala madrash , ketua
komite, guru mata pelajaran Staf. Penyusunan ini perlu dimusyawarahkan
terlebih dahulu karena mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya :
sarana dan prasarana, lingkungan, keragaman karakter dan kemampuan siswa
serta biaya”.39
37
Wawancara dengan Kepala MTs Mazro‟illah 30 September 2019
38
Wawancara dengan Kepala MTs Mazro‟illah 30 September 2019
39
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
77
Manajemen Problematika Madrasah
Kantor dan Ruang Guru serta ruang rapat tempat pembinaan guru dan
staf MTs Mazro‟illah
78
Manajemen Problematika Madrasah
Ruang belajar Santri-santri Mta Mazro‟illah
40
Wawancara dengan Kepala MTs Mazroillah tanggal 30 september 2019
79
Manajemen Problematika Madrasah
SB yang kebetulan menjabat sebagai bendahara madrasah yaitu : ”Keuangan
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu karena madrasah tidak
akan berjalan tanpa adanya biaya operasional berupa dana. Untuk menyusun
rencana keuangan biasanya saya bersama kepala madrasah meminta guru-
guru untuk membuat proposal kebutuhan guru dalam mengajar yang dijadikan
pedoman penyusunan RAPBS”.41
Dalam menjalankan fungsi perencanaannya kepala madrasah berupaya
untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa dengan jalan membuat
program belajar tambahan bagi siswa siswi yang akan menghadapi ujian akhir
dan juga membuat program peningkatan prestasi dalam menghadapi lomba-
lomba baik tingkat kabupaten maupun propinsi. Perencanaan yang dilakukan
oleh kepala madrasah seperti membuat jadwal pelakanaan dan anggaran yang
dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu untuk
lebih memantapkan kegaiatan yang akan dilaksanakan kepala madrasah juga
membentuk kepanitian dalam mengelola dan membimbing siswa dalam setiap
kegiatana-kegiatan itu.
41
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
80
Manajemen Problematika Madrasah
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dan observasi penulis
langsung di lapangan MTs mazro‟illah : “ Berdiri di atas tanah kurang lebih 2
hektar , Sudah memilki 1 buah kantor dan ruang guru , 1 lapangan sepak bola,
2 buah lapangan voly bal, 1 buah lapangan takraw, 2 buah lapangan bulu
tangkis, 14 rombel, satu lab. IPA, 1 Leb komputer satu musollah utnuk siswa
perempuan dan satu masjid untuk siswa laki-laki serta satu buah kantin. Dan di
setiap rayon asrama sudah ada toilet”.42
Berdasarkan observasi dan wawancar penulis dengan kepaka MTs
mazro‟illah tertanggal 30 september 2019 di atas dapat dipahami bahwa MTs
mazro‟illah dari segi sarana-prasaran fisik sudah mumpuni. Gedung-gedung
yang mereka meliki sudah berdiri kokoh dan megah. “ Pembangunan sarana
prasarana berasal dari 80% dari uang bangunan awal tahun siswa,dan 20% ada
bantuan dari pemerintah atau dari darmawan atau alumni yang sudah sukses
”43
Dari wawancara ini dapat dipahami bahwa sarana dan prasarana yang
di miliki oleh MTs mazro‟illah sumber dana dalam pembangunan sarana dan
prasarana berasal sebaigan besar dari wali siswa dan sebagian kecil di bantu
oleh pemerintah atau dermawan yang berinfak dalam pembanganguan sekolah
ini.
42
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
43
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
81
Manajemen Problematika Madrasah
“Kendala yang di hadapi oleh pelatih ekskul seperti pelatih voly ball,
kaligrafi, tilawah terkendala belum ada uang lelah secara khusus untuk pelatih
eskul. Jika di ajukan ke pihak yayasan susah untuk dicairkan. Jadi pelatih-
pelatih tersebut hanya dengan ikhlas demi kemajuan siswa di bidang
ekstrakulikuler”44 Dari wawancara ini dapat di pahami bahwa untuk kegiatan
eskul terkendala dengan sulitnya dana untuk pelatih. Dan imbasnya MTs
Mazro‟illah jarang mengikuti even-even yang di laksanakan di kota
lubuklinggau untuk tingkat SMP sederajat.
Dari pembahasan terdahuludapat penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai beriktu : Guru yang mengajar di pesantren mazro‟illah
dari segi akademis sudah mumpuni untuk menjadi seorang pendidik, namun
dari segi finansial harus di perhatikan baik dari pihak yayasan Al-Hadi yang
menaungi MTs Mazro‟illah. Maupun pemerintah indonesia dalam hal ini
kementrian agama. Sarana dan prasarana yang di miliki sudah mumpuni
namun perlu penambahan lokal seiring meningginya animo masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di madrasah, serta perlunya penambahan leb. Bahasa.
44
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
82
Manajemen Problematika Madrasah
MENGEMBANGKAN KARAKTER ISLAM ANAK
DARI PERSPEKTIF KEBUDAYAAN DI SEKOLAH DASAR
UNGGULAN AISYIYAH TAMAN HARAPAN CURUP
Susanti
45
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi (Cet Ke
3), (PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta, 2006), hal. 51.
83
Manajemen Problematika Madrasah
Tilaar menyatakan pandangannya tentang pengertian operasional
hakekat pendidikan sebagai berikut ; bahwa pendidikan adalah suatu proses
menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan
global.46
Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses yang
berkesinambungan, bahwa mendidik manusia adalah proses yang tidak akan
pernah selesai. Pendidikan tidak berhenti ketika peserta didik menjadi dewasa
tetapi akan terus menerus berkembang selama terdapat interaksi antara
manusia dengan lingkungan sesama manusia serta dengan lingkungan
alamnya. Pendidikan mempunyai tugas menumbuhkembangkan eksistensi
manusia sebagai suatu keberadaan yang interaktif. Interaksi di sini bukan
hanya interaksi dengan sesama manusia, tetapi juga dengan alam dan dunia ide
termasuk dengan Sang Pencipta alam semesta Allah SWT.
Pendidikan juga tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari kebudayaan.
Proses pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses pembudayaan
adalah proses pendidikan. Menafikan pendidikan dari proses pembudayaan
merupakan proses alienasi dari hakekat manusia dan dengan demikian alienasi
dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti
menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan
manusia. 47
Sementara menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan di artikan sebagai
daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin,
karakter ), pikiran ( intelektual ) dan tubuh ( fisik ) anak. Ketiga hal tersebut,
yaitu tumbuhnya budi pekerti, intelektual dan fisik anak tidak dapat dipisah-
pisahkan agar supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan
dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan dunianya .48
Dalam pandangannya yang lain Ki Hajar Dewantara memberikan
pengertian tentang maksud dan tujuan pendidikan sebagai berikut bahwa
pendidikan adalah tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan adalah tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak, berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu berada
46
Ibid, hal. 53.
47
Oni Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. (Jakarta: Grasindo), hal. 47
48
Ibid, hal. 49.
84
Manajemen Problematika Madrasah
di luar kemampuan dan kehendak pendidik. Anak-anak sebagai makhluk,
sebagai manusia, sebagai benda hidup akan hidup dan tumbuh menurut
kodratnya sendiri. Kodrat yang ada pada anak tiada lain adalah segala
kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak. Jadi yang ada
adalah kekuasaan kodrat. Para pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya
atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat tersebut agar dapat memperbaiki
lakunya hidup dan tumbuhnya.49
Dengan demikian tujuan pendidikan sebenarnya bukan semata
penguasaan pengetahuan, keterampilan teknikal saja, karena ini sekedar alat,
atau perkakas. Tetapi tujuan pendidikan adalah bertumpu pada anak itu sendiri
yang dapat berkembang mencapai sempurnanya hidup manusia, sehingga bisa
memenuhi segala bentuk keperluan hidup lahir dan batin. Ibarat suatu tanaman
tujuan yang akan dicapai adalah bunganya, yang kelak akan menghasilkan
buah. Demikian pula dalam pendidikan, bahwa buahnya pendidikan adalah
matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang
sempurna dan memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungannya.
Namun demikian, dalam prakteknya proses pendidikan harus
berhadapan dengan mainstream global yang tidak bisa kita hindari, yaitu arus
globalisasi. Globalisasi adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihadang
oleh kekuatan apapun. Pada dasarnya globalisasi merupakan proses kemajuan
yang melahirkan ketergantungan antar bangsa dan Negara, yang ditandai oleh
derasnya arus informasi, komunikasi, lalu lintas barang, jasa dan modal,
bahkan tenaga kerja, secara bebas antar Negara.
Globalisasi merupakan fenomena bagaikan pisau bermata dua; satu sisi
memberi dampak positif, sedangkan sisi yang lain member dampak negative.
Pada sisi positif, globalisasi menyebabkan terjadinya perluasan pasar yang
berdampak terhadap kenaikan pendapatan suatu bangsa. Dalam bidang social
politik, globalisasi membawa angin segar pada system dan tata pemerintahan
yang cenderung member kebebasan dan kedaulatan kepada rakyat. Dalam
bidang budaya, globalisasi menyebabkan interaksi antar bangsa yang semakin
massif dan intens, sehingga arus pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan
semakin terbuka.
Sementara sisi negative dari globalisasi juga tidak kalah banyaknya. Di
bidang ekonomi menyebabkan semakin menganga jurang antara kelompok
kaya dan miskin. Dalam bidang social politik demokrasi cenderung mengarah
49
Fasli Jalal. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa:Tiga Stream
Pendekatan. (Jakarta: Kemendiknas. 2010), hal.59.
85
Manajemen Problematika Madrasah
pada demokrasi tanpa batas. Dalam bidang budaya, adanya globalisasi
membawa dampak pada mudahnya warga masyarakat di Negara-negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia meniru budaya Negara luar, dalam
berbagai bentuk. Seperti, pola pergaulan, pola berpakaian, pola makan, dan
berbagai pola perilaku lain yang pada gilirannya justru dapat merusak harkat,
martabat dan jati diri bangsa itu sendiri.50
50
Ibid, hal. 60.
51
Dwi Trisnawati, Implementasi Pembelajaran Berbasis Budaya pada Kelas IV di SD
Negeri Godean 2 Sleman Yogyakarta. Skripsi. FKIP, Pend. Pra Sekolah dan Sekolah
Dasar, (Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hal. 20.
52
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (AMZAH, Jakarta, 2015), hal. 66.
86
Manajemen Problematika Madrasah
Selain dalam lingkungan keluarga, sekolah juga merupakan salah satu
wadah ntuk membentuk karakter islami pada siswa. Di Sekolah Dasar
Unggulan Aisyyah Taman Harapan Curup, guru mengajarakan siswa
memnumbuhkan rasa empati dengan melakukan jum‟at baraokah. Disini siswa
menyumbang segenggam berasyang nantinya akan disumbangkan kepada
orang yang membutuhkan. Dengan mengajarkan empati diharapkan anak akan
peka terhadap perasaan orang lain dan juga membuatnya dapat menafsirkan
dengan tepat gejala emosi seseorang, baik dari nada suara, postur tubuh,
ekspresi wajah.
Selain itu siswa didik untuk menumbuhkan rasa kontrol diri yang dapat
membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berpikir sebelum
bertindak sehingga ia melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan
mengambil tindakan yang berakibat buruk. Rasa hormat mendorong anak
bersikap baik dan menghormati orang lain juga selalu di tumbuhkan dalam diri
siswa dengan cara tidak mengejek teman.
87
Manajemen Problematika Madrasah
merupakan sebutan untuk sekolah-sekolah yang menerapkan pembelajaran
selama sehari penuh layaknya waktu seorang pekerja. Dalam full day school,
setiap siswa diharuskan untuk berada di lingkungan sekolah selama satu hari
penuh.
Dengan satu hari penuh berada di sekolah, pihak sekolah mengharapkan
siswa dapat konsentrasi untuk belajar. Di sekolah biasa, waktu pelajaran
maksimal hingga pukul 1-2 siang. Sekolah yang menerapkan sistem full day
kurang lebih 8 jam waktu belajarnya dalam sehari. Hal ini dikarenakan muatan
kurikulum yang banyak yaitu adanya pendidikan umum, pendidikan agama
dan keterampilan. Sehingga membutuhkan waktu belajar yang lebih lama.
Banyak keuntungan yang bisa diraih ketika seorang anak belajar di full day
school. Akan tetapi, ibarat pepatah, tak ada gading yang tak retak. Ungkapan
tersebut juga berlaku bagi sekolah yang menerapkan sistem full day.
Berbagai kelebihan yang ada, ternyata sekolah dengan sistem ini pun
memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan ini juga dapat menjadi
penghambat dalam proses penanaman karakter. Berikut ini akan dipaparkan
beberapa kelemahan atau kekurangan sistem full day school yang menjadi
penghambat proses penanaman karakter. Satu kerugian yang pasti terlihat dari
model full day school adalah hilangnya waktu sang anak untuk bersosialisasi
dan bermain dengan lingkungan sekitar.
Mereka rela kehilangan waktu bermain dan mengeksplor hal-hal lain
yang lebih liar tanpa dibatasi aturan-aturan formal yang seringkali
menjemukan bagi anak. Padahal di dunia itu anak sering kali menemukan dan
mengembangkan talentanya. Cara terbaik untuk memelihara motivasi akan
pengetahuan ini ialah membiarkan anak untuk secara spontan berinteraksi
dengan lingkungan. Pendidikan harus menjamin bahwa pendidikan tidak akan
menumpulkan rasa keingintahuan anak hal-hal luar.
88
Manajemen Problematika Madrasah
Fhoto diatasa merupakan kegiatan sholat berjamaah yang di lakukan di
kelas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk usaha membentuk karakter siswa agar
taat kepada Allah. Namun yang menjadi permasalahan adalah terkadng siswa
sering main-main ketika sholat berlangsung, ada siswa yang mengganggu
temannya, ada yang tidur dan masih banyak lagi. Hal ini menajdi permasalahn
guru dalam membina karakter siswa.
Pendidikan karakter Islam pada anak melalui budaya dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Kita bisa menggabungkan agama dan budaya, mencari
kecocokan antara keduanya. Di dalam pembelajaran berbasis budaya kita
dapat memakai teori konstruktivisme yang mengkonstruksikan pengetahuan
yang dimiliki atau penciptaan sebuah makna yang dijadikan sebagai hasil dari
pemikiran dan berinteraksi dalam konteks sosial yang ditanami dengan nilai-
nilai karakter Islam. Dimulai dari interaksi dengan keluarga dan interaksi di
sekolah.
Dari teori yang ditanami nilai-nilai karakter Islam, Sekolah Dasar
Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup menerapkan nilai-nilai disiplin
yang berkenaan dengan agama untuk menumbuhkan budaya dengan
berkarakter Islam. Hambatan yang dialami ustadz-ustadzah SDIT Al Hasna
dalam penanaman karakter kepada peserta didik berasal dari faktor internal
(dalam) serta factor eksternal (luar). Kendala-kendala tersebut antara lain, dari
mulai kontrol terhadap para siswa di luar sekolah lumayan sulit. Di tambah
lagi peran keluarga dalam membantu proses penanaman karakter masih
kurang. Sering dijumpai keluarga yang lepas tangan dalam mendidik anaknya.
Hambatan lain yang menjadi kendala dalam penanaman karakter di Sekolah
89
Manajemen Problematika Madrasah
Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup adalah sistem pendidikan di
sekolah yang sehari penuh (full day school). Dengan sistem seperti ini anak
kehilangan waktu untuk bersosialisasi dan bermain dengan lingkungan sekitar
(keluarga dan masyarakat). Padahal di dunia luar (masyarakat) anak sering kali
menemukan dan mengembangkan bakat dan talentanya. Ibaratnya sekolah
terbaik itu ada di dunia luar seperti di dalam keluarga dan mayarakat
90
Manajemen Problematika Madrasah
KEADAAN TENAGA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DI MTS AL-
HIDAYAH DESA MARGA PUSPITA
Halimah
53
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan Jakarta : Raja Grafindo Persada.
54
A. Mintorogo, Kepemimpinan dalam Organisasi, Yogyakarta: STIA LAN Prees, 1997,h.2
55
Clara Rosa Pudjiyogyanti, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991, h. 143
56
Gunawan, I. (2015). “Strategi Meningkatkan Kinerja Guru: Apa Program yang Ditawarkan
oleh Kepala Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Karir Tenaga
Pendidik Berbasis Karya Ilmiah, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang. Vol. 23.2015
91
Manajemen Problematika Madrasah
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai andil yang
cukup besar terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Perkem-bangan
dan kemajuan sekolah dapat dilihat dari kinerja kepala sekolah yang
profesional serta kepala sekolah tersebut mampu memanfaatkan sumber daya
yang ada secara efektif dan efisien. Melihat peran dan tugas kepala sekolah
yang beranega ragam tersebut kepala sekolah dihadapkan pada tantangan
untuk melaksanakan pendidikan yang terencana dan tertata serta
berkesinambungan dalam mengembangkan mutu pendidikan. Untuk itu dapat
dilakukan dengan cara seorang kepala sekolah mempunyai visi yang jelas dan
terarah.
Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah mempunyai tujuan untuk
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah melalui kegiatan pelaksanaan
program sekolah. Mutu pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari
berbagai sudut pandang. Kesepakatan tentang konsep mutu dikembalikan pada
acuan rumusan atau rujukan yang ada seperti kebijakan pendidikan, proses
belajar mengajar, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas pembelajaran dan
tenaga kependidikan sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang
berkepentingan. Mutu merupakan suatu bentuk atau gambaran mengenai
sebuah organisasi atau lembaga atas kualitas yang diberikan oleh pihak
produsen kepada konsumen, artinya bahwa suatu organisasi atau lembaga
dapat mengelola dengan baik suatu organisasi atau lembaga untuk mencapai
mutu baik pada input, proses, maupun outputnya, sehingga organisasi atau
lembaga harus memiliki hubungan yang baik dengan pelanggannya. Dari
hubungan inilah suatu lembaga dapat dikatakan sebagai lembaga yang
bermutu.57
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung
oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggikarena guru
merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di
sekolah, dan sebagai pengemban kurikulum. Guru yang mempunyai kinerja
yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa
yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi intern (internal motivation) dan motivasi ekstern (external
motivation). Motivasi intern muncul karena adanya faktor dari dalam, yaitu
karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasi ektern muncul karena adanya
57
Azizah, A., & Sobri, A. Y. (2016). Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 20(2), 208-214.
92
Manajemen Problematika Madrasah
faktor dari luar, terutama dari lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran factor
eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja
guru.
Keberhasilan pendidikan sesungguhnya akan terjadi bila ada interaksi
antara tenaga pendidik dengan peserta didik. Guru sebagai tenaga pendidik
merupakan pemimpin pendidikan, dia amat menentukan dalam proses
pembelajaran di kelas, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari
bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya, ini berarti bahwa kinerja
guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu
pembelajaran/pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output
pendidikan setelah menyelasaikan sekolah.
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung
oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggikarena guru
merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di
sekolah, dan sebagai pengemban kurikulum. Guru yang mempunyai kinerja
yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa
yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi intern (internal motivation) dan motivasi ekstern (external
motivation). Motivasi intern muncul karena adanya faktor dari dalam, yaitu
karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasi ektern muncul karena adanya
faktor dari luar, terutama dari lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran factor
eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja
guru.
Rendahnya kinerja guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas
yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan
pendidikan. Pada kondisi semacam ini, kepala sekolah memegang peranan
penting, karena dapat memberikan iklim yang memungkinkan bagi guru
berkarya dengan penuh semangat. Dengan keterampilan manajerial yang
dimiliki, kepala sekolah membangun dan mempertahankan kinerja guru yang
positif. Seorang guru dapat dikatakan memiliki motivasi kerja yang tinggi
apabila merasa puas terhadap pekerjaannya, memiliki motivasi, rasa tanggung
jawab dan antusiasme. motivasi merupakan sikap atau tingkah laku
sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam
mencapai tujuan dengan penuh tanggung jawab dan disiplin, sehingga
pekerjaan dapat terlaksana dengan mudah, dapat tercapai apa yang menjadi
tujuannya..
93
Manajemen Problematika Madrasah
Jadi, Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan
merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat
umum yang telah mempercayai sekolah danguru dalam membina anak didik.
Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan
penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu
pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang
ditunjukkan guru.
58
Aunur R. Mulyanto, Rekayasa Perangkat Lunak Jilid 1, (Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan,2009), hlm 10
94
Manajemen Problematika Madrasah
Dari wawancara tersebut dapat di ketahui bahwa tenaga pendidik di
sana dari segi keilmuannya kurang mumpuni, di sebabkan karena gurunya
hanya tamatan dari SMA (Sekolah Menengah Atas). Namun dari segi
kompetensi perlu di asah lagi sebab tenaga pendidik belum pernah sama sekali
mengikuti pelatihan seperti tenaga pendidik yang sering mengikuti pelatihan-
pelatihan. Mengapa demikian, karena jangankan mengikuti pelatihan, tenaga
pendidik di sana saja yang lulusan sarjana strata satu hanya beberapa orang
bisa di hitung., sehingga membuat kurangnya motivasi kepala sekolah untuk
meningkatkan sumberdaya tenaga pendidik yang memiliki kompetensi, sama
halnya dengan tenaga pendidik yang harus memiliki 4 kompetensi guru.
“Guru-guru yang mengajar semuanya berdomisi di desa tersebut dan ada juga
sebagia dari desa sebelah.
Dari wawancara tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
secara kehadiran untuk tepat waktu mengajar di kelas tidak ada kendala, akan
tetapi kenyataannya masih ada saja guru yang terkadang terlambat bahkan ada
juga guru yang tidak masuk pada saat jadwal guru tersebut mengajar.
Mengapa demikian menurut bapak Riswanto salah satu guru yang mengajar di
MTS Al-Hidayah, mengapan hala demikian bisa tejadi disebabkan kurangnya
pengawasan dari kepala sekolah itu sendiri.
Problematika yang ketiga yakni dalam sisiinternal atau dalam proses
pelaksanaan pembelajaran para guru baik yang berkeluarga maupun yang
masih berada di lingkungan sekitar sekolah mempunyai problematika sama
keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran. Guru yangsudah memiliki
pengalaman dalam proses pembelajaran tidak akan pernah habis untuk
menuangkan ide-ide kreatif mereka, ketika pembelajaran dirasa membosankan
mereka mempunyai inisiatif untuk menghidupkan suasana kelas, baik dengan
canda tawa maupun hal yanglain.
Setiap proses pembelajaran yang dilakukan harus bisa membuat
muridtermotivasi agar mereka mempunyai semangat dalammelakukan
pembelajaran, begitu juga dengan para guru selain sebagai pengajar mereka
juga diwajibkan untuk bisa menjadi motivator ulung guna menyemangati
muriduntuk terus belajar.
Seorang yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar,
agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi
saja tidaklah mencukupi, ia harus menguasai berbagai teknik atau metode
penyampaian materi yang tepat dalam prosesbelajar mengajar sesuai dengan
materi yang diajarkan dan kemampuan anak yang menerima.
95
Manajemen Problematika Madrasah
Metode yang digunakan oleh para guru yang mengajar di MTS adalah
metode Tanya jawab dan metode klasikal yakni metode ceramah. Dua metode
ini belum cukup untuk menjadikan proses pembelajaran efektif dan efisien,
kurangnya alat dan sarana pendukung menjadi salah satu penyebab tidak
adanya metode yang lainnya, meskipun dalam pelaksanaanya ada praktek
tetapi belum cukup untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran yang ada
di MTS Al-Hidayah maka diperlukan alat dan sarana pendukung yang lainnya.
96
Manajemen Problematika Madrasah
eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja
guru.
Tidak dapat disangkal bahwa setiap muridmemiliki kemampuan yang
berbeda yang dapat dikelompokkan pada muridberkemampuan tinggi, sedang,
dan rendah. Muridyang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan
oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam
mengikuti pelajaran dan lain sebagainya. Sebaliknya muridyang tergolong
pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak
adanya keseriusan dalam mengikutipelajaran termasuk menyelesaikan tugas
dan lain sebagainya.
Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda
pula baik dalam penempatan atau pengelompokan muridmaupun dalam
perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga halnya
dengan tingkat pengetahuan murid. Muridyang memiliki pengetahuan yang
memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya akan memengaruhi
proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan muridyang tidak memiliki
hal itu.
Ada beberapa problematikayang membuat murid diantara lain:
Problematika yang kedua yakni dari sisi internal siswa yakni kebanyakan
muridbosan terhadap pembelajaran yang monoton karena guru kurang variatif
dalam melakukan pembelajaran. Seperti kata Muhammad Said Murid kelas 3:
(gurunya membosankan, cara mengajarnya sama terus, apa tidak ada yang lain
ya? Saya sendiri juga bosan kang, kalau bisa diganti dengan metode lain,
mengajarnya kok ma‟nani terus disuruh membaca).
Memang diakui dalam proses pembelajaran guru kurang bervariasi
dalam melakukan pembelajaran, apalagi materi yang diajarkan adalah materi
ahlak, akan sangat sulit untuk menerapkan variasi dalam melakukan proses
pembelajaran. Bermacam metode yang sudah diterapkan oleh para guru tidak
selamanya membuat para muridpaham dengan materi yangdiajarkan,
kebanyakan dari para muridmengeluhkan tentang metode Tanya jawab yang
monoton yakni muridbertanya guru menjawab, metode ini akan berjalan jika
muridsedikit tahu akan materi yang diajarkan oleh guru, tetapi tidak akan
berjalan jika siswa tidak paham tentang materinya.
Selain menggunakan metode Tanya jawab, metode yang paling sering
digunakan oleh guru adalah metode klasikal yakni metode ceramah dan
metode ini membuat muridmenjadi cepat bosan, jenuh dan akhirnya para
muridtertidur di dalam kelas. Banyak dari muridyang sulit untuk memahami
materi yang disampaikan oleh guru karena cara mengajar yang dilakukan oleh
97
Manajemen Problematika Madrasah
gurutidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh murid, meskipun materi
yang disampaikan oleh guru tidaklah sulit untuk dipahami. Meskipun seperti
itu, para muridtetap memiliki figur guru yang mereka suka dengan cara
mengajarnya yang menyenangkan, memberi motivasi untuk lebih giat belajar
dengan menceritakan kisah-kisah inspiratif dari berbagai ulama‟ besar, dan
dapat bercanda dengan siswa jika dirasa pembelajaran yang dilakukan
membosankan.
Dari analisis diatas, problematika murid di MTS Al-hidayah sangatlah
bermacam-macam yakni kurangnya minat dalam mengikuti proses
pembelajaran dikarenakan suasana kelas yang kurang nyaman, metode yang
diajarkan oleh guru selalu sama dan membuat muridbosan, jenuh hingga
mereka tertidur dalam kelas yang hanya sebentar waktu pembelajarannya.
mereka menginginkan figur guru yang menyenangkan yang saat ini masih
belum ada di madrasah diniyah awaliyah pondok pesantren al-hikmah, materi
pembelajaran yang ada di madrasah diniyah tidak terlalu sulit untuk
muridkelas awal di madrasah diniyah awaliyah ini.
Dari pembahasan diatas dapat penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut: Guru yang mengajar di MTS AL-Hidayah kurang mumpuni,
disebabkan karena hampir sebagian besar guru disana tidak lulusan dari strata
satu, sebagian besar lulusan dari SMA. Sehingga kurangnya motivasi guru
untuk mengajar dan metode yang di gunakan dalam belajar yakni metode
klasik, seperti metode ceramah, membaca dan lain – lain. Peserta didiknya
juga kurang motivasi untuk mengjalakan kegiatan belajar mengajar di
sebabkan hal-hal yang sudah dijelaskan diatas.
98
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA
GURU DI SMP NEGERI 1 UJAN MAS KEPAHIYANG
99
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan atau sekolah diharapkan berfungsi untuk membina sumber daya
manusia(SDM) yang kreatif dan inovatif, sehingga memenuhi kebutuhan
masyarakat. Para manajer pendidikan juga dituntut untuk mencari dan
menerapkan suatu strategi manajemn baru yang dapat mendorong perbaikan
mutu di sekolah-sekolah saat ini.
Menurut Ahmad Sanusi dalam bukunya Kepemimpinan Sekarang dan
Masa Depan dalam membentuk Budaya Organisasi yang efektif memaparkan
bahwa: Seorang pemimpin, selain tahu tentang fungsi-fungsi
kepemimpinandan karakteristik pemimpin yang demokratis, ia juga harus
menguasai keterampilan-keterampilan agar dapat bertindak secara demokratis,
ia harus menguasai bagaimana caranya: (a) Menyusun rencana secara
bersama; (b) Mengajak anggotanya untuk berpartisipasi; (c) Memelihara moral
kerja kelompok yang tingi; (d) Mendelegasikan tanggung jawab dan
mengikutsertakan anggotanya untuk membuat keputusan; (e) Mendorong
kreativitas anggotanya dan mendorong anggotanya untuk berani tampil ke
depan. Keterampilan-keterampilan ini dapat diperoleh melalui latihan dan
pengalaman.59
Sebagai pemimpin sekaligus manajer, kepala sekolah harus dapat
mengelola keseluruhan manajemen yang membantu kelancaran sekolah
mencapai tujuan, merujuk kepada undang undang system pendidikan nasional,
di kemukakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.60
Mencermati tujuan pendidikan di atas, memberi arti bahwa
penyelenggaraan pendidikan yang di lalukan berjenjang dengan berbagai
tujuan memerlukan kepala sekolah yang mampu melaksanakan dan mengatasi
berbagai persoalan yang timbul di sekolah.
Sebagai mana diketahui bahwa manajemen dalam penyelenggaraan
sekolah itu ada yang bersifat administratif dan ada juga yang operatif. Pada
penyelenggaraan administratif, itu berkaitan dengan perencanaan, pembagian
kerja, penempatan staf, pengkoordinasian, pelaksanaan evaluasi kerja dan
pelaporan. Pada bagian operatif, problematika manajemen sering kali banyak
terjadi. Adapun lingkup operatif adalah: manajemen keuangan, manajemen
59
Ahmad Sanusi, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan Dalam Membentuk Budaya
Organisasi Yang Efektif, (Jakarta Mutiara : 2009), h 45-46.
60
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB I Pasal I ayat (1)
100
Manajemen Problematika Madrasah
kesiswaan, manajemen kepegawaian, manajemen sarana dan prasarana,
manajemen hubungan masyarakat, manajemen pembelajaran serta manajemen
pembelajaran khusus yaitu bimbingan konseling dan pramuka dan lainnya.
Sebagaimana halnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri ( SMP Negeri 01)
Ujan Mas, beberapa persoalan terkait dengan manajemen juga terjadi, antara
lain :
Keterbatasan anggaran untuk membantu pembelian pendukung, ini akan
menjadi hambatan dalam penyusunan/perencanaan.
Keterbatasan jumlah tenaga pengajar pada mata pelajaran tertentu yang
akan mengganggu manajemen kepegawaian.
Keterbatasan personalia yang mengelola laboratorium yang mengganggu
manajemen laboratorium
Belum memiliki aula/ruang pertemuan sehingga dalam melakukan
kegiatan yang melibatkan orang banyak harus dilakukan di halaman
terbuka sehingga menggangu sarana dan prasarana yang ada dalam ruang
kelas.
Pada sore hari, halaman sekolah sering digunakan masyarakat untuk
kegiatan olahraga sehingga mengganggu kebersihan, kerapian, dan
keamanan sekolah.
102
Manajemen Problematika Madrasah
Penanganan problematika ketiga yang ada di SMP Negeri 01
Ujan Mas memakai strategi kompromi. Penanganan konflik disekolah
kami dengan memakai strategi kompromi, karna strategi ini paling efektif
dan efisien.dari beberapa strategi yang lain, prinsip win-win solotion
dengan semua pihak, sehingga pihak-pihak yang terlibat menerima
keputusan dengan senang dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan,
pihak sekolah dalam menyelesaikan problematika memakai jalan tengah
atau strategi kompromi yang dapat diterima oleh semua pihak, gaya ini
dapat berarti membagi perbedaan diantara dua posisi dan memberikan
konsensi untuk mencari titik tengah, sehingga kalau sudah ada
kesepakatan bersama kita putuskan dan semua pihak menerima, demi
tercapainya visi misi sekolah.
Sumber-sumber problematika yang ada di SMP Negeri 01 Ujan
Mas ada tiga yaitu, 1)bersumber dari komunikasi, 2) bersumber dari
struktur organisasi, dan 3) bersumber dari factor manusia, sumber
problematika ada di SMP N 01 Ujan Mas tersebut bias terjadi jika ada
perselisihan, pertentangan, perbedaan pendapat, dan hal-hal yang
menunjukkan ketidaksamaan pendapat satu dengan orang lain.
Jenis-jenis problematika yang ada di SMP N 01 Ujan Mas yaitu
ada tiga, 1) problematic dalam diri sendiri, 2)problematic antar individu,
3)problematic antar kelompok, jenis-jenis problematic yang ada di SMP
Negeri 01 Ujan Mas tersebut bias terjadi karena adanya saling
ketergantungan perbedaan persepsi, perbedaan tujuan dan meningkatnya
tujuan akan keahlian.
Manajemen penanganan problematika yang ada di SMP Negeri 01
Ujan Mas ada tiga yaitu, 1) memakai strategi kolaborasi, 2) memakai
strategi akomodasi, dan 3) memakai strategi kompromi, dengan ketiga
cara penanganan problematika di SMP Negeri 01 Ujan Mas tersebut
memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau menghindari
kemungkinan terjadinya ledakan social dalam lingkungan sekolah maupun
masyarakat, sehingga menjadi sekolah rujukan beberapa sekolah sekitar.
103
Manajemen Problematika Madrasah
STRATEGI PELAKSANAAN MUTU DI MTs N1 MURATARA
Siti Aminah
104
Manajemen Problematika Madrasah
Peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang
terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-
faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah
dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Sebagai suatu skema, sekolah
sudah seharusnya memandang bahwa proses pendidikan adalah suatu
peningkatan terus-menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-
ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang berkualitas, pengembangan
kurikulum, proses pembelajaran dan ikut bertanggung jawab untuk
memuaskan pengguna lulusan sekolah tersebut.
Hal yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan sekolah terletak
pada manajemen sekolah dalam mengelola masukan-masukan agar tercapai
tujuan yang telah ditetapkan (output sekolah). Proses berlangsungnya sekolah
selalu fokus pada berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi
antara siswa dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Sedangkan output sekolah yaitu berupa kelulusan
peserta didik, peserta didik yang lulus dengan sangat baik memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan serta lulusan yang berguna bagi kehidupan
yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan lingkunganya. Artinya, lulusan
semacam ini mencakup outcome.1
Ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan yaitu: 1) kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan (education production function atau input analysis)
yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.; 2) penyelenggaraan pendidikan
dilakukan secara birokratik-sentralistik dimana bergantung pada keputusan
birokrasi sehingga sekolah tidak dapat mandiri dan tidak dapat
mengembangkan dan memajukan lembaganya; 3) kurangnya peran serta dari
masyarakat. Dimana pendekatan ini kurang memperhatikan proses pendidikan.
Padahal proses pendidikan menentukan output pendidikan.2
Dewasa ini upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh
berbagai pihak dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia dan
pengembangan watak bangsa. Peningkatan mutu pendidikan merupakan
sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan MTs N1 Muratara
adalah satu satunya MTs Negeri yang berada di Kabupaten Musi Rawas Utara.
Madrasah ini berada di tengah lingkungan pedesaan dengan anggapan
masyarakat bahwa sekolah di madrasah kurang bergengsi serta dikelilingi
sekolah SMPN yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap. Oleh karena itu
MTs N1 Muratara berpacu dalam meningkatkan mutu pendidikannya sehingga
mempunyai daya saing dan mempunyai eksistensi pada ranah dunia
105
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan di kecamatan Rawas Ulu dan Kabupaten Musi Rawas Utara pada
umumnya.
107
Manajemen Problematika Madrasah
d. Meningkatkan Sarana Prasarana
108
Manajemen Problematika Madrasah
2. Faktor Penghambat Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MTs
N1 Muratara
110
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKAMADRASAH
SMA NEGERI 3 REJANG LEBONG
Martina Navratilofa
61
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Undang-undang dan Peraturan RI, (Jakarta:
Departemen Agama RI,2006), h. 5
62
Strisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, 2008, (Yogyakarta: Fadilatama), hal. 52
111
Manajemen Problematika Madrasah
akan goyah, bahkan akan ditinggal peminat internal dan eksternal, mati
terlindas roda perubahan.
Sebagai salah satu sub~sistem pendidikan Nasioanal, madrasah tidak
luput dari permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Nasional secara
umum. Isu-isu yang paling krusial yang menjadi permasalahan pendidikan
Nasional, yaitu terkait dengan mutu pendidikan, relevansi pendidikan,
akuntabilitas, profesionalisme, efisiensi, debirokrasi, dan perilaku pemimpin
pendidikan.63 Banyak Madrasah Aliyah di Indonesia dihadapkan pada salah
satu masalah berikut: biaya operasional yang rendah, sumber daya manusia
yang buruk, kontrak yang tidak menentu dengan guru, jumlah guru yang
sedikit, dan fasilitas yang buruk.64 Namun, pada beberapa madrasah masalah
tersebut dapat diatasi.
Jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum, dari segi prestasi,
sarana prasarana, kemampuan guru, prestasi siswa madrasah tidak kalah jauh.
Terkadang siswa madrasah melampaui prestasi siswa sekolah umum. Sarana
dan prasarana juga tidak kalah dengan sekolah umum serta kemampuan guru
relatif sama dengan guru sekolah umum.
1. Peserta Didik
Keberadaan peserta didik di SMAN 3 Rejang Lebong, baik
terkait dengan perkembangan jumlah peserta didik tiga tahun terakhir,
asal peserta didik sebelumnya, keadaan orang dan juga nilai UN pada
waktu masuk di SMAN 3 Rejang Lebong. Hal ini adalah merupakan
masukan dan sekaligus problem yang harus diselesaikan. Meski hal ini
tidak dapat dijadikan alasan kekurang berhasilan pendidikan di SMAN
3 Rejang Lebong, namun paling tidak, dapat dijadikan sebagai bahan
untuk digunakan agar mampu menghasilkan output yang lebih baik.
Dengan kata lain, sekolah harus mampu mengembangkan potensi
siswa-siswinya setara dengan sekolah umum lainnya. Memang tidak
semudah diucapkan untuk dapat mewujudkan hal tersebut di atas.
Problem, kendala, dan tantangan selalu silih berganti bahkan tumpang
63
Dirjen Kelembagaan Agama lslam Direktorat Madrasah dan PAI di Sekolah Umum, Sejamh
Madrasah: Pertumbuhan, Dinamika, dan Perkembangannya di Indonesia,( Departemen
Agama Rl, 2004) h. I65.
64
Ahid, N. (2010). Problem Pengelolaan Madrasah Aliyah dan Solusinya. ISLAMICA: Jurnal
Studi Keislaman, 4(2), 336-353. https://doi.org/10.15642/islamica.2010.4.2.336-353
112
Manajemen Problematika Madrasah
tindih. Tidak banyak perbedaan dengan madrasah lainnya, problem di
SMAN 3 Rejang Lebong yang berkaitan dengan siswa dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan secara singkat antara lain: 1.
Pengalaman atau latar belakang kemampuan agama siswa beragam, 2.
Sebagian besar input siswa yang prestasinya rendah sampai menengah,
3. Sebagian besar orang tua siswa kurang peduli terhadap pendidikan,
4. Sebagian besar orang tua siswa berpenghasilan menengah ke bawah,
5. Minat belajar dan kreativitas siswa masih kurang.65
65
Wardoyo, Kepala Sekolah SMAN 3 R/L 18 Oktober 2019
66
Dokumen SMAN 3 R/l tahun 2019
113
Manajemen Problematika Madrasah
ilmiah dan sebagainya. Tingkat disiplin yang kurang, masih terdapat beberapa
guru yang meninggalkan kelasn sebelum waktunya, dan lain lain.67
68
Poster, Gerakan Menciptakan, 215.
69
Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Mekarjaya, 2003), 22.
115
Manajemen Problematika Madrasah
Memberikan pelajaran tambahan. 2. Menyelenggarakan cerdas cermat
hal ini dilakukan setiap tahun sekali, yang biasanya dilaksanakan pada
hari-hari besar (bulan bahasa dll) 3. Memberikan penghargaan kepada
peringkat I pada setiap kelas, dengan jalan membebaskan SPP untuk
satu semester. 4. Mengikutsertakan siswa berbakat dalam acara-acara
perlombaan di luar sekolah, misalnya di perguruan tinggi atau lembaga
pemerintah, dan sebagainya. 5. Mengikutkan guru-guru dalam
pelatihan.
Aktivitas tambahan sekolah/Ekstrakurikuler. Untuk lebih
mengembangkan bakat anak sesuai dengan kemampuannya, dikenal pula
sebagai extrakulikuler, bisa kita lihat contohnya seperti futsal, basket, science
club, dan masih banyak lagi tergantung dari sekolahnya.
Namun demikian, banyak aktivitas yang cukup memakan waktu siswa,
sehingga tidak sedikit aktivitas sekolah tersebut justru membuat siswa terlalu
fokus pada aktivitasnya, bahkan terkadang ada aktivitas yang tak tahu waktu,
hingga sore, sehingga membuat orang tua khawatir, bahkan terkadang
digunakan sebagai alasan untuk bermain khusunya para anak anak yg masih
dalam masa anak - anak.
Pergaulan sekolah.mSekolah merupakan tempat terbaik anak untuk
berinteraksi, disekolah pula anak memasuki masa peralihan, dalam konteks
ini kemampuan siswa untuk memilah pergaulan antara yang baik dengan
yang buruk dipengaruhi oleh keluarganya, dan bagaimana posisinya juga sifat
anggota keluarganya. Dalam era globalisasi ini, informasi amat sangat mudah
didapat, baik maupun buruk. Yang terpenting adalah bangaimana sekolah
menjaga siswa agar tak mengikuti hal-hal yang berbau negatif dari luar dan
dari siswanya sendiri juga harus mempunyai kesadaran sendiri. Sekolah juga
memiliki fungsi pengawasan terhadap siswa, jadi, segala hal yang dipelajari
dan dilakukan siswa selama jam KBM merupakan tanggung jawab sekolah.
Oleh karenanya diperlukan disiplin yang hebat dari sebuah sekolah untuk
pula mendisiplinkan siswanya. Tetapi terkadang sekolah yg bagus pun belum
menjamin kedisiplinan pihak sekolah itu sendiri. Seperti masih banyak guru
yang masuk atau meninggalkan kelas sebelum waktunya.
Permasalahan para guru Tak semua guru baik, guru memiliki
sifat berbeda dan permasalahan berbeda. Tak sedikit, guru-guru yang
melakukan hal-hal yang tak menyenangkan, dari sering tidak masuk
kelas atau atau hanya memberi tugas saja Hal ini merupakan beban
sekolah yang harus ditangani, bisa dengan pendisiplinan guru, atau
dengan cara lain yang musti pula dipikirkan Keikutsertaan Masyarakat
Banyak anak indonesia yg mempunya potensi bagus, tetapi kembali
pada hal financial, yaitu ekonomi masyarakat yg seringkali menjadi
116
Manajemen Problematika Madrasah
'alasan' untuk tidak melanjutkan pendidikan. Meski sudah diterapkan
program BOS, anak tetap saja tak bisa makan. Sehingga mereka
memilih mencari makan daripada mencari ilmu70.
..
70
Wardoyo Kepala Sekolah wawancara tanggal 18 Okteber 2019
117
Manajemen Problematika Madrasah
menyelenggarakan shalat Dhuhur berjama‟ah dan kultum dari siswa,
mewajibkan siswa membaca Al-Qur‟an pada setiap hari jumat pada waktu
pembinaan mental atau asma‟ul husna setiap hari 10 menit pada jam pertama,
memberikan layanan bagi siswa yang ingin menghafal Alqur‟an serta
menyelenggarakan kegiatan peringatan hari besar Islam.
Pengembangan bidang ketrampilan dan kemasyarakatan, yang
meliputi: komputer (Prodistik), PMR, Drumband, Seni Bela Diri, diktat
keorganisasian, dan ekstrakurikuler lainnya, serta pengembangan keilmuan ke
perguruan tinggi. Pengembangan sumber dana dan sarana-prasarana, meliputi:
pengajuan bantuan kepada pemerintah, sumbangan wali murid, gerakan infaq
Jum‟ah, penambahan gedung laboratorium dan alat alatnya serta penambahan
koleksi buku perpustakaan.
118
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
PROBLEMATIKA SARANA DAN PRASARANA MAN 1 LEBONG
Feri Khairawati
Saat ini Indonesia sebagai salah satu negeri kaum muslimin terbesar
telah dilanda berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan
tersebut terjadi karena penyelenggaraan sistem pendidikan nasionalnya.
Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal
3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berangkat dari uraian di atas maka dapat difahami bahwa
secara formal sistem pendidikan indonesia diarahkan pada tercapainya cita-
cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa
Indonesia yang bermartabat.
Namun demikian, sesungguhnya sistem pendidikan indonesia saat ini
tengah berjalan di atas rel kehidupan „sekulerisme‟ yaitu suatu pandangan
hidup yang memisahkan peranan agama dalam pengaturan urusan-urusan
kehidupan secara menyeluruh, termasuk dalam penyelenggaran sistem
pendidikan. Meskipun, pemerintah dalam hal ini berupaya mengaburkan
realitas (sekulerisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan
nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab
terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.”
Perlu difahami bahwa sekularisme bukanlah pandangan hidup yang
tidak mengakui adanya Tuhan. Melainkan, meyakini adanya Tuhan sebatas
sebagai pencipta saja, dan peranan-Nya dalam pengaturan kehidupan manusia
tidak boleh dominan. Sehingga manusia sendirilah yang dianggap lebih
berhak untuk mendominasi berbagai pengaturan kehidupannya sekaligus
memarjinalkan peranan Tuhan. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
berjalan dengan penuh dinamika, Sedangkan berkembangnya dinamika sosial
sebagai bentuk aksi-reaksi masyarakat terhadap keberlangsungan berbagai
119
Manajemen Problematika Madrasah
bidang kehidupan (politik, ekonomi, sosial-budaya, bahkan ideologi)
ditengah-tengah mereka juga turut mempengaruhi dinamika pendidikan,
karena berbagai bidang kehidupan tersebut realitasnya merupakan subsistem
yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam suatu sistem yang lebih
besar yaitu sistem pemerintahan. Pendidikan merupakan salah satu subsistem
yang sentral, sehingga senantiasa perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan
dalam menjaga kontinuitas proses kehidupan dalam berbagai aspek di tengah-
tengah masyarakat (negara) tersebut (input-proses-output).
124
Manajemen Problematika Madrasah
dapat berjalan dengan baik, meski keadaan sara yang sangat tidak
mendudkung dipandang dari fisiknya.
Seiring dengan berjalannya waktu dengan berbagai pergantian
kepemimpinan kepala Madrasah, pada awal tahun 2009 ini saya selaku
Kepala MAN 2 Lebong yang dipercayakan memimpin sekolah tersebut
melakukan terbosan dengan berbagai cara agar sarana ibadah dapat berda
ditengah-tengah Madrash ini sebagai tanda sekolah berciri khas Islam.
Memulai dengan keyakinan dan sebuah kepercayaan dari berbagai
pihak seperti stakeholders terkait, Komite Sekolah, masyarakat dan azaz
pergaulannya sangat dinamis membuat percaya diri untuk melakukan
terobosan tersebut, berawal melakukan rapat Komiten dan menyampaikan
Rencana Program dan salah satunya Pendirian Musholla dengan sangat luar
biasa hal ini mendapatkan dukungan dari wali murid untuk mendirikan rumah
ibadah tersebut.
Dengan demikan perlu adanya komonikasi antara semua pihak, terus
melakukan upaya pembangunan dengan membuat Proposal kepada seluruh
stakeholders, ternyata keingananpun selalu disambut dengan baik, mencari
para donatur baik dari rekan-rekan kerja unit-unit, serta dari BAZNAS
Provinsipun terut hadir dan menyaksikan serta memberikan bantuan terhadap
pembangunan tersebut.
Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas dapatlah di tarik sebuah
kesimpulan bahwa sistim pendidikan di MAN 2 Lebong mengalami masalah
atau problem antara lain: Untuk menyelasaikan masalah-masalah cabang di
atas, diantaranya juga tetap tidak bisa dilepaskan dari penyelesaian masalah
mendasar. Sehingga dalam hal ini diantaranya secara garis besar ada dua
solusi yaitu: Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-
sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, antara lain: sistem
ekonomi, sistem politik, sistem sosial, ideologi, dan lainnya.
Dengan demikian, penerapan ekonomi syari‟ah sebagai pengganti
ekonomi kapitalis ataupun sosialis akan menyeleraskan paradigma pemerintah
dan masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu
bentuk kewajiban negara kepada rakyatnya dengan tanpa adanya pembebanan
biaya yang memberatkan ataupun diskriminasi terhadap masyarakat yang
tidak memiliki sumber dana (capital). Penerapan sistem politik islam sebagai
pengganti sistem politik sekuler akan memberikan paradigma dan frame
politik yang dilakukan oleh penguasa dan masyarakat sebagai bentuk
perjuangan untuk menjamin terlaksananya pengaturan berbagai kepentingan
ummat oleh penguasa termasuk diantaranya dalam bidang pendidikan.
125
Manajemen Problematika Madrasah
Sehingga bukan malah sebaliknya menyengsarakan ummat dengan memaksa
mereka agar melayani penguasa. Penerapan sistem sosial yang islami sebagai
pengganti sistem sosial yang hedonis dan permisif akan mampu
mengkondisikan masyarakat agar memiliki kesadaran yang tinggi terhadap
kewajiban terikat pada hukum-hukum syari‟at sehingga peran mereka dalam
mensinergiskan pendidikan di sekolah adalah dengan memberikan tauladan
tentang aplikasi nilai-nilai pendidikan yang diperoleh siswa di sekolah. Secara
keseluruhan perbaikan sistem ini akan dapat terlaksana jika pemerintah
menyadari fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Rasulullah Saw
bersabda: Seorang Imam ialah (laksana) penggembala dan Ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya) (HR. Muslim).
Kedua, solusi teknis, yakni solusi untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan internal dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Diantaranya: Secara tegas, pemerintah harus mempunyai komitmen untuk
mengalokasikan dana pendidikan nasional dalam jumlah yang memadai yang
diperoleh dari hasil-hasil eksploitasi sumber daya alam yang melimpah yang
merupakan milik ummat.
Dengan adanya ketersediaan dana tersebut, maka pemerintahpun dapat
menyelesaikan permasalahan aksesibilitas pendidikan dengan memberikan
pendidikan gratis kepada seluruh masyarakat usia sekolah dan siapapun yang
belum bersekolah baik untuk tingkat pendidikan dasar (SD-SMP) maupun
menengah (SMA), bahkan harus pula berlanjut pada jenjang perguruan tinggi.
merekrut jumlah tenaga pendidik sesuai kebutuhan di lapangan disertai
dengan adanya jaminan kesejahteraan dan penghargaan untuk mereka.
Pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan berkualitas untuk
menunjang proses belajar-mengajar.
126
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA PAUD AL-FATIH
127
Manajemen Problematika Madrasah
Temuan dan Analisis Hasil Penelitian
Pendidikan -
No Nama Gelar Jenis PTK
Jurusan
Nyimas Yeyen Dwi Sarjana S1 - Guru Kelas
1 Kepala Sekolah
Mdya Astuti Pendidikan PAUD
Kus Recilia
2 Ahli Madya D3 - Keperawatan Guru Kelas
Valentina
Dewil Keke Puspita
3 Ahli Madya D3 - Kebidanan Guru Kelas
Sari
Sarjana
4 Eka Sutriana S1 - Bahasa Arab Guru Kelas
Pendidikan
5 Anggita Apriliani Ahli Madya D3 - Keperawatan Guru Kelas
Nur Amnia Sarjana S1 - Guru Kelas
6 Guru Kelas
Noprianti Pendidikan PAUD
Sarjana S1 - Guru Kelas
7 Eka Pratiwi Guru Kelas
Pendidikan PAUD
Julita Hani Kesuma Sarjana S1 - Guru Kelas
8 Guru Kelas
Gelauri Cahyani Pendidikan PAUD
Tenaga
Sarjana S1 - Guru Kelas
9 Dwi Hestita Safutri Administrasi
Pendidikan PAUD
Sekolah
Tenaga
10 Cahaya hidayat SMA Administrasi
Sekolah
Tenaga
11 Iwan Kusuma SMA Administrasi
Sekolah
129
Manajemen Problematika Madrasah
Diagram Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dan Pendidikan Guru
Kelas PAUD Al-Fatih
131
Manajemen Problematika Madrasah
2. Problematika yang dihadapi PAUD Al-Fatih di antaranya:
a. Mayoritas guru kelas kualifikasinya tidak sesuai (tidak berpendidikan
guru PAUD), sehingga kemampuan mereka dalam mengelola PAUD
masih terkendala, baik dalam merencanakan, melaksanakan maupun
mengawasi dan mengevaluasi program PAUD.
b. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
calistung tidak diperbolehkan dalam kurikulum pendidikan anak usia
dini, tapi di kebanyakan SD hal ini dijadikan prasyarat masuk SD.
132
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PEMASARAN MIN 1 MUSI RAWAS
TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS
Supriyanto
133
Manajemen Problematika Madrasah
sekolah/madrasah untuk selalu menjaga citranya di masyarakat dan selalu
memberikan informasi ke dunia luar sehingga/madrasah tersebut dikenal oleh
masyarakat (Prabowo, 2008: 121-122).
Dalam memasarkan jasa pendidikan banyak cara yang perlu ditempuh
seperti memasang iklan, melakukan seminar, pameran, menjanjikan beasiswa,
biaya, sekolah terjangkau dan bentuk-bentuk publikasi lainnya. Sudah
diketahui bahwa tujuan pemasaran bukan untuk mencari laba melainkan untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Seperti yang di paparkan oleh
Buchori Alma (2008: 55) bahwa:
Kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan bisnis agar lembaga-
lembaga pendidikan yang kita kelola mendapatkan peserta didik atau murid,
melainkan juga merupakan bentuk tanggung jawab (accountability) sekolah
kepada masyarakat luas (public) akan layanan jasa pendidikan yang telah,
sedang dan akan sekolah itu lakukan.
Sebagai bentuk tanggung jawab dari pemasaran, sekolah harus
berupaya semaksimal mungkin untuk mengelola serta meningkatkan layanan
sehingga apa yang dipromosikan bisa dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan
memiliki inisiatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan karena pendidikan
merupakan proses sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan.
Selanjutnya S. Pantja dan Khusaini, U. Maman Rubaman (2008:n32)
menyatakan bahwa:
1. Gambaran Umum
a. Letak Geografis MIN 1 Musi Rawas
Secara geografis MIN terletak di Desa Mataram, Kecamatan
Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas berbatasan dengan desa Wukirsari
di sebelah barat, desa Ngadirejo di sebelah timur, desa Siti Harjo di
sebelah utara, dan sebelah selatan desa Trikoyo. MIN 1 Musi Rawas
memliki letak yang strategis, mengingat sekolah tersebut dikelilingi
pedesaan yang mempunyai frekuensi siswa yang signifikan.
(Dokumentasi, profil sekolah 2017).
135
Manajemen Problematika Madrasah
MIN 1 Musi Rawas berada di pinggir jalan sehingga mudah
layanan transportasinya. dilalui, disamping itu pihak sekolah juga
menyediakan angkutan antar jemput bagi siswa yang meminta.
(Observasi 03 Nov.2019).
136
Manajemen Problematika Madrasah
Disamping derbang Masuk kehalaman sekolah terdapat Parkir Sepeda
Siswa siswi MIN 1 Musi Rawas, Yang ada juga membawa sepeda.
138
Manajemen Problematika Madrasah
Dokumen Peserta Pencak silat MIN 1 Musi Rawas, 2019
140
Manajemen Problematika Madrasah
Dalam upaya pencegahan DBD Puskesmas Nawangsasi
lakukan penyuluhan di MIN 1 Musi Rawas melalui kegiatan
BERKOLABERANTIK.
141
Manajemen Problematika Madrasah
MIN 1 Mura Gelar Sholat Istisqo
142
Manajemen Problematika Madrasah
sebanyak 25 peserta didik.” Ujarnya. “alhamdulillah respon dan minat
orang tua sangat baik setelah membaca brosur yang kami berikan,
apalagi dengan program extrakurikuler tahfidz Qur‟an, prestasi yang
pernah di raih yang menjadi menarik perhatian utama bagi orang tua
peserta didik,” Paparnya
2. Keadaan Siswa
144
Manajemen Problematika Madrasah
Dari data diatas dapat dilihat bahwa untuk tiga tahun terakhir ini
MIN 1 Musi Rawas mengalami peningkatan untuk jumlah siswa.
Meskipun jumlah peningkatan yang signifikan dikarenakan daya
tampung gedung yang dimiliki tidak bisa menampung siswa yang
banyak.
Di era globalisasi seperti sekarang, terjadi persaingan yang
sangat ketat di berbagai sector kehidupan. Tak terkecuali di bidang
pendidikan, nampak terjadi persaingan antar lembaga pendidikan.Hal
ini terlihat dari munculnya berbagai lembaga pendidikan yang saling
berlomba-lomba menawarkan keunggulan masing-masing untuk
menarik minat calon peserta didik. Oleh karena itu di setiap lembaga
pendidikan harus mempunyai manajemen pemasaran yang baik untuk
menjaga eksistensi lembaga tersebut. Oleh karena itu setiap lembaga
pendidikan harus mempunyai strategi yang dapat digunakan dalam
mengikuti persaingan yang terjadi di dunia pendidikan. Salah satu cara
yang dapat digunakan dengan menerapkan sistem manajemen
pemasaran sekolah.
Menurut bapak Hidayat selaku kepala MIN 1 Musi Rawas,
pemasaran pendidikan dinilai sangat penting bagi eksistensi sekolah.
Beliau menyampaikan beberapa hal mengenai pentingnya managemen
pemasaran sekolah. Adapun penjelasan beliau yakni sebagai berikut:
“Pemasaran di bidang pendidikan sangat diperlukan sekolah, artinya
kita perlu mengenalkan pelayanan pendidikan yang kita miliki kepada
masyarakat agar mereka tertarik untuk menyekolahkan anaknya.
Dengan adanya siswa yang cukup maka kita bisa menjalankan kegiatan
belajar mengajar dengan baik, begitupun sebaliknya jika sekolah
kekurangan murid maka kegiatan pendidikan yang sudah direncanakan
tidak dapat dijalankan dengan semestinya” (wawancara dengan kepala
sekolah bapak Hidayat pada tanggal 30 Oktober 2019).
Berdasarkan hasil penelitian tentang manajemen pemasaran
sekolah yang telah penulis paparkan di atas mengenai manajemen
pemasaran sekolah yang ada di MIN 1 Musi Rawas, maka penulis
dapat menginterpretasikan data hasil penelitian dengan teori yang
sudah ada. Manajemen pemasaran adalah proses menganalisis,
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan program-
program yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi,
145
Manajemen Problematika Madrasah
dan distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk
menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan
pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan / lembaga. Harper
(2000:18).
Secara umum Manajemen pemasaran sekolah adalah suatu
pengelolaan yang berupa pengarahan, bimbingan, pengawasan
terhadap serangkaian kegiatan mengkomunikasikan jasa pendidikan
yang disediakan oleh suatu lembaga pendidikan kepada masyarakat
luas, dengan memperhatikan kualitas layanan dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan serta keinginan dari masyarakat, yang
bertujuan menarik minat masyarakat untuk menggunakan jasa
pendidikan yang ditawarkan, sehingga akan tercapai tujuan dari
pemasaran pendidikan itu sendiri dan terpenuhinya tuntutan
masyarakat.
Manajemen pemasaran yang dilakukan oleh MIN 1 Musi Rawas
memiliki beberapa tahapan-tahapan pokok yang saling berkaitan antara
satu tahapan dengan tahapan lainnya. Adapun beberapa tahapan pokok
yang dilakukan oleh MIN 1 Musi Rawas dalam melaksanakan
manajemen pemasaran sekolahnya ialah dimulai dari kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Keempat tahapan tersebut memiliki peran penting dalam
terselenggaranya managemen pemasaran sekolah. Adapun bentuk-
bentuk manajemen pemasaran yang dilakukan oleh MIN 1 Musi Rawas
yakni sebagai berikut:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan
149
Manajemen Problematika Madrasah
4. Pengawasan
150
Manajemen Problematika Madrasah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MIN 1 Musi
Rawas tentang manajemen pemasaran sekolah, dapat disimpulkan
bahwa manajemen pemasaran sekolah tercermin dalam empat kajian
pokok yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan. Kegiatan manajemen pemasaran sekolah yang dilakukan
diantaranya sebagai berikut:
Dalam perencanaan manajemen pemasaran sekolah di MIN 1
Musi Rawas dirumuskan tujuan pemasaran, yaitu memperkenalkan dan
mensosialisasikan sekolah agar menarik minat orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke MIN 1 Musi Rawas . Pada saat
perencanaan di bentuk panitia pemasaran sekolah yang ditentukan pada
saat rapat yang dipimpin oleh kepala sekolah. Perencanaan manajemen
pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas dilaksanakan oleh kepala
sekolah, guru, dan karyawan atau staff. Pelaksanaan pemasaran
sekolah direncanakan dilaksanakn dua bulan sebelum pelaksanaan
penerimaan siswa baru. Pemasaran sekolah rencananya akan
dilaksanakan dengan penyebaran pamflet, sosialisasi ke beberapa TK,
dan pengelolaan pemasaran melewati media internet.
Setelah dibentuk panitia pemasaran sekolah oleh kepala
sekolah, selanjutnya yaitu pengorganisasian. Pengorganisasian
manajemen pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas yaitu dengan
membagi tugas. Pembagian tugas tersebut dilakukan oleh ketua panitia
pemasaran dalam rapat koordinasi pemasaran sekolah. Dalam
pembagian tugas, guru diberi tugas melakukan sosialisasi ke beberapa
TK dengan membagikan brosur kepada para orang tua dan
menjelaskan isi dari brosur tersebut. Kemudian sebagian karyawan
diberi tugas untuk memasang pamflet ke beberapa tempat umum yang
sudah ditentukan dan sebagian karyawan yang lain bertugas mengelola
pemasaran sekolah melalui media internet.
Pelaksanaan manajemen pemasaran sekolah di MIN 1 Musi
Rawas dilaksanakan dengan mengadakan sosialisasi ke beberapa TK
oleh beberapa guru di MIN 1 Musi Rawas. Selain itu pelaksanaan
manajemen pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas yaitu dengan
pemasangan pamflet oleh karyawan MIN 1 Musi Rawas ke beberapa
tempat umum dan pengelolaan pemasaran sekolah dengan
menggunakan media internet oleh bebarapa karyawan MIN 1 Musi
Rawas.
151
Manajemen Problematika Madrasah
Pengendalian dilaksanakan pada saat berlangsungnya
pemasaran sekolah dan dilaksanakan setelah pemasaran sekolah.
Pengendalian pada saat pemasaran bertujuan agar pemasaran sekolah
yang dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan agar dapat
mencapai tujuan pemasaran. Sedangkan pengendalian di akhir
pemasaran bertujuan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang
masih dilakukan pada saat pemasaran untuk bahan pembelajaran
kedepannya. pengendalian dilakukan oleh ketua panitia dan
selanjutnya oleh kepala sekolah di MIN 1 Musi Rawas. Dalam
pengendalian pemasaran sekolah, masih ditemui pamflet- pamflet yang
belum dipasang oleh para karyawan, yang membuat pelaksanaan
pemasaran sedikit bermasalah.
152
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN FUNGSI DALAM MENANGANI
PROBLEMATIKA SARANA PRASARANA
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 1 LEBONG
Aci Aferi
71
Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), 123.
153
Manajemen Problematika Madrasah
dan penanaman nilai-nilai karakter peserta didik menjadi indikator penyebab
madrasah semakin diminati masyarakat.
Berdasarkan penjelasan diatas, agar madrasah mampu
mempertahankan eksistensinya ditengah masyarakat maka perlu diperhatikan
segala sesuatu yang mendukung keberhasilannya yaitu faktor dominan dan
faktor determinan. Faktor dominan adalah pendidik dan peserta didik yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pendidikan akan
berfungsi baik jika terwujudnya pendidik dan peserta didik yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Keberhasilan peserta didik tidak akan terlepas dari perjuangan,
bimbingan dan tuntunan dari para pendidik dan begitu juga sebaliknya, para
pendidik akan dikatakan berhasil jika membimbing, membina, dan
mengajarkanpeserta didik dengan baik dan professional. Adapun faktor
determinan yaitu alat pendidikan, lingkungan dan sarana prasarana yang
merupakan penunjang dalam proses pembelajaran. Sebab di dalam proses
pembelajaran itulah terjadinya internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya
maupun norma-norma secara langsung.
Karena itu, kegiatan belajar mengajar merupakan ujung tombak untuk
tercapainya pewarisan nilai-nilai di atas. Untuk itu sangat penting dalam
proses pembelajaran menciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik
benar-benar tertarik dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Oleh karena
itu, PERMENDIKNAS No. 24 Tahun 2007 pasal 1 menyebutkan bahwa
standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria
minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.
Penilaian untuk akreditasi sekolah berkenaan dengan sarana dan
prasarana harus memenuhi standar sarana dan prasarana minimum.72 Untuk
jenjang Madrasah Ibtidaiyah komponen sarana prasarana yang diamanatkan
dalam Permendiknas tersebut disandingkan dengan hasil obsevasi awal
peneliti menemukan bahwa:73
72
PermenDiknas No. 24 Tahun 2007, Standar Sarana Prasarana SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA, Jakarta : 2007. Hal.1-14
73
Aci Aferi, Observasi Awal di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong, Kampung Jawa :
Tanggal : 22 Oktober 2019, Pukul 12.30 WIB
154
Manajemen Problematika Madrasah
No Prasarana Jumlah Kondisi
1 Ruang Kelas 6 Baik
2 Laboratorium IPA 0 Tidak ada
3 Ruang pimpinan 1 Kurang Baik
4 Ruang guru 1 Kurang Baik
5 Tempat beribadah 0 Tidak ada
6 Ruang UKS 0 Tidak ada
7 Jamban 3 Baik
8 Gudang 1 Baik
9 Ruang sirkulasi 0 Tidak ada
10 Tempat bermain 1 Baik
155
Manajemen Problematika Madrasah
Seiring perkembangan waktu, Tahun 1993 Madrasah Cipta Mulia
bealih status menjadi Negeri dan dinamakan MIN 02 Muara Aman hingga
tahun 2018 berganti nama Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong. Madrasah
yang sudah 3 kali berganti nama ini telah mengalami pergantian kepala
madrasah sebanyak 9 kali dengan rincian regulasi sebagai berikut:
Tabel
Regulasi Kepala Sekolah
156
Manajemen Problematika Madrasah
3. Personil Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel
Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Status
No Nama Jurusan/Jabatan Kepegawiaian/
Jabatan
Tenaga Pendidik
S1-Pendidikan Agama PNS/Kepala
1 Yuni Darnis, S. Pd. I
Islam Madrasah
S1-Pendidikan Agama
2 Jumiati, S. Pd. I PNS/Guru Akidah
Islam
S1-Pendidikan Agama
3 Sasmiwarni, S. Pd. I PNS/Guru Fiqih
Islam
S1-Pendidikan Agama
4 Sri Hartati, S. Pd. I PNS/Guru Kelas
Islam
S1-Pendidikan Agama
5 Nurhayani, S. Pd. I PNS/Guru Kelas
Islam
6 Yosita S1-PGMI PNS/Guru Kelas
157
Manajemen Problematika Madrasah
14 Citra Eva Yosa S1-PGMI GTT
Tenaga Kependidikan
158
Manajemen Problematika Madrasah
12 6 19 18 37
Total 159 168 327
159
Manajemen Problematika Madrasah
Gambar
Dokumentasi Peraih Medali Perunggu
Tabel
Daftar Prestasi Lomba
160
Manajemen Problematika Madrasah
8 Personi Madrasah III 2012
9 Personi Madrasah I 2012
Bulu Tangkis Double Putra HAB
10 III 2011
Depag Ke-65
Lari 100 M Putra Porseni Madrasah
11 III 2012
Tingkat Kabupaten
Volly Ball Putri HAB Depag
12 III 2010
Kabupaten Lebong
13 Lari 100 M Putri Tingkat Kabupaten III 2012
Volly Ball Putri HAB Kemenag
14 I 2014
Kabupaten Lebong
Kompetensi SAINS Madrasah (KSM)
15 II 2018
IPA Tingkat MI Kabupaten Lebong Rike
Madrasah Terbersih Tingkat
16 II 2011
Kabupaten HAB Kemenag Ke-65
Karnaval Tingkat SD Sederajat Dinas
17 II 2016
Diknaspora
Madrasah Sehat/Bersih HAB Kemenag
18 I 2012
Ke-66
19 Nasi Tumpeng III 2011
Bulu Tangkis Ganda HAB Kemenag
20 II 2012
Ke-66
PILDACIL Putra Tingkat SD/MI HUT
21 III 2014
KEMRI Ke-69 Kabupaten Lebong
22 Catur HAB Kemenag Lebong I 2011
23 Praktek Sholat HAB Depag Ke-63 I 2009
Fahmil Tingkat SD MI MTQ Tingkat
24 I -
Kabupaten Lebong
Tarian Wajib Tingkat TK-SD HUT
25 KEMRI Ke-55 Kecamatan Lebong III 2000
Utara
Fatiyah
Tilawah Tingkat SD GENESIS SMA 5
26 I 2019 Adelia,
Lebong Kabupaten Lebong
Syakira,
161
Manajemen Problematika Madrasah
Alfagian
162
Manajemen Problematika Madrasah
Gambar
Data Alumni
Jumiati, S.Pd. I Yosita, S.Pd.I
1. Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori,
praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek
dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.
163
Manajemen Problematika Madrasah
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2.
e. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
f. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan
pandangan ke luar ruangan.
g. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan
guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat
dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
2. Ruang Perpustakaan
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta
didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan
pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus
tempat petugas mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang
kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah
dicapai.
3. Laboratorium IPA
a. Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.
b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu
mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan.
4. Ruang Pimpinan
a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru,
orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan,
atau tamu lainnya.
b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.
c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah,
dapat dikunci dengan baik.
164
Manajemen Problematika Madrasah
5. Ruang Guru
a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat
serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas
minimum 32 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari
luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
6. Tempat Beribadah
a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah
melakukan ibadah
b. yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
c. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan
pendidikan,
d. dengan luas minimum 12 m2
7. Ruang UKS
a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini
peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
c. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
8. Jamban
a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.
b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik
pria, 1 unit
b. jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban
untuk guru.
c. Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.
d. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.
e. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah
dibersihkan.
f. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
9. Gudang
a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi di satuan
165
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang telah
berusia lebih dari 5 tahun.
b. Luas minimum gudang 18 m2.
c. Gudang dapat dikunci.
Tabel
Jumlah dan Kondisi Prasarana
167
Manajemen Problematika Madrasah
madrasah agar lebih baik dalam memberikan pelayanan pendidikan secara
prima kepada seluruh stake holder civitas akademika Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Lebong.
1. Perencanaan
Dalam praktiknya pada tahap perencanaan madrasah telah
melakukan rapat awal tahun ajaran 2019- 2020 dalam pembahasan
pembagian wali kelas, tugas tambahan guru, dan penentuan jumlah
rombel beserta kapasitas murid serta manajemen teknis
penyelenggaraan program Full day yang akan dan telah dimulai di
tahun ajaran ini. Dengan salah satu hasil rapat tentang perencanaan
pembagian wali kelas dan panentuan jumlah kelas yang digolongkan
masuk jadwal pagi dan siang sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel
Kelas Pagi Kelas Siang
No
Pukul 07.30-12.30 Pukul 11.30-16.00
1 IA III A
2 IB III B
3 IC IV A
4 II A IV B
5 II B V
6 II C VI
2. Pengadaan
Tanah sekolah yang masih berstatus wakaf merupakan salah
satu kendala bagi Madrasah ini sulit untuk mengusulkan atau
pengajuan proposal pengadaan/ menambah gedung sarana kepada
pihak terkait dalam pengadaan gedung. Namun pihak sekolah selalu
melakukan upaya secara mandiri untuk penambahan sarana terutama
dibidang pengadaan sarana ibadah yaitu musholla dengan mengajukan
proposal kepada donator yang tidak mengikat. Disamping itu pihak
sekolah sudah melakukan komunikasi kepada pihak keluarga pewakaf
168
Manajemen Problematika Madrasah
untuk perijinan pengalihan status wakaf menjadi hibah namun belum
menunjukkan hasil.74
Wawancara
Oleh karena kondisi di atas, sebagai kepala madrasah ibu Yuni Darnis
telah mencoba melakukan pengadaan pembangunan musholah sebagai sarana
ibadah yang diajukan melalui proposal kepada donator yang tidak mengikat
seperti contoh menyediakan kotak infak di depan ruang guru untuk murid dan
para wali murid yang mengantar anaknya sekolah serta pengajuan proposal
kepada donator yang tidak mengikat sehingga bangunan musholah masih
sudah sampai pada tahap pondasi seperti pada gambar berikut :
74
Wawancara dengan Ibu Jumiati Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong Kampung Jawa., 11
November 2019, Pukul : 11.00 WIB,
169
Manajemen Problematika Madrasah
Selain keterbatasan prasarana diatas, Madrasah ini memiliki
keunggulan tersendiri di bidang sarana karena sekolah ini salah satu sekolah
yang ada dikabupaten Lebong yang memiliki sarana transportasi yakni 1 unit
mini bus yang dinamakan “bus Tayo” yang berkapasitas 40 orang yang
berfungsi sebagai sarana antar dan jemput murid, pengadaan mini bus ini
merupakan inovasi kepala sekolah dalam upaya memperlancar keberangkatan
dan kepulangan bagi murid yang jarak rumahnya jauh dari madrasahdan
mengalami keterbatasan kelancaran akses transportasi angkutan umum.
Inovasi ini telah menjadi ikon yang menjadi salah satu penyebab sekolah ini
semakin diminati masyarakat selain pemberian baju olahraga gratis kepada
murid baru disetiap tahun ajaran baru. Ikon Bus Tayo tergambar pada
dokumentasi berikut :
3. Pemanfaatan
Berdasarkan uraian dan kondisi objektif sarana prasarana
madrasah yang menjalani sistem Full day mulai tahun ajaran
2019/2020 ini telah melakukan manajemen fungsi pemanfaatan sarana
prasarana sebagai berikut:
1. Memperhatikan jumlah 12 rombel memiliki 6 kelas dengan jumlah
keseluruhan murid 327 orang menuntut pihak sekolah untuk
melaksanakan jadwal masuk siswa dengan system bergantian kelas
pagi diisi oleh kelas 1 dan 2 dengan jadual belajar pukul 07.30
170
Manajemen Problematika Madrasah
hingga pukul 12.30 dan kelas siang yang dimulai pukul 11.30
hingga pukul 16.00 oleh kelas 3, 4, 5,dan 6. Oleh karena dipukul
11.30 terjadi pertumburan jadwal antara kelas siang dan pagi
membuat kelas pagi pada pukul 11.30 harus melanjut pembelajaran
diluar kelas. Meskipun dengan kondisi sarana yang terbatas
sehingga proses Kegiatan Belajar Mengajar berjalan diluar kelas
yang hanya difasilitasi dengan kursi dan meja untuk dewan guru,
sebagian yang lain ada juga duduk menggunakan tikar plastik,
pembelajaran tetap terlaksana secara efektif berkat kekompakan
dewan guru yang serius melaksanakan tugas dan kewajiban mulia
ini sebagaimana dituturkan Ibu Yuni Darnis, “meskipun dengan
sarana yang seadanya pembelajaran tetap efektif karena kami dewan
guru kompak dan menyadari kegiatan pembelajaran harus serius
dilaksanakan”.75
KBM di Luar Kelas
75
Wawancara dengan Ibu Yuni Darnis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong Kampung
Jawa., 10 November 2019, Pukul : 10.00 WIB.
171
Manajemen Problematika Madrasah
Aktivitas Berwudhu dan Membuang Air Besar
172
Manajemen Problematika Madrasah
4. Perpustakaan yang dialihfungsikan untuk menyimpan barang bekas
dengan kata lain dijadikan gudang membuat madrasah ini harus
menyimpan buku-buku didalam lemari yang diletakkan didalam kantor
sehingga kondisi ini menyebabkan kondisi ruangan kantor semakin
menyempit membuat aktivias penggunaan buku dialihkan di dalam
kelas dengan membawa buku sesuai kebutuhan yang dipandu oleh guru
dan dikembalikan kelemari sebagai tempat penyimpanan buku
madrasah ini. Sebagaimana tergambar pada dokumen berikut :
4. Pemeliharaan
Madrasah yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana ini
melakukan kegiatan pemeliharaan dengan berbagai kegiatan seperti
mengatur jadwal piket kelas, halaman dan memanfaatkan jasa penjaga
sekolah untuk pemeliharaan lingkungan madrasah ini. Disamping itu
madrasah ini juga melakukan pengecatan dinding agar terlihat lebih
indah sebagai bagian dari manajemen fungsi pemeliharaan di
Madrasah ini.
173
Manajemen Problematika Madrasah
5. Penghapusan
Dalam tahap penghapusan, madrasah ini belum pernah
melakukan penghapusan sarana dan prasarana karena kondisi sarana
prasarana yang masih sangat terbatas dan belum memadai dilengkapi
dengan status tanah yang masih wakaf menjadi hambatan untuk
melakukan manajemen fungsi penghapusan melainkan pengalihan
status yang tengah diupayakan menjadi hibah agar pengusulan
pengadaan dapat diusulkan sebagaimana diungkapkan oleh ibu Yuni
Darnis selaku kepala madrasah “selamo uku menjabat ati gen gedung
de rombak atau knapus”.
174
Manajemen Problematika Madrasah
DAFTAR PUSTAKA
175
Manajemen Problematika Madrasah
Ibnu Syamsi. 1998. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Bina
Aksara.
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah (Jakarta: Bumi Alasora,
2003)
Imron A dan Burhanuddin. 2003. Manajemen Pendidikan, Analisis Substantif
dan Aplikasinya Dalam Institusi Pendidikan. Universitas Negeri
Malang.
Kompri, Manajemen Pendidikan 2 (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2014).
M. Nazir. 2010. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Balai Pustaka.
Maesaroh. 2003. Manajemen Pendidikan, Analisis Substantif dan Aplikasinya
dalam Institusi Pendidikan. Universitas Negeri Malang.
Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999)
Malayu S.P Hasibuan. 1989. Manajemen dasar, Pengertian dan Masalah,
Jakarta: Gunung Agung.
Manulang. 2002. Dasar-dasar manajemen, Yogyakarta : Gadjah Mada
university press.
Mardalis. 1993. Metode Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta : Bumi Aksara.
Margono. 1999. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional.
Miftahul Jannah, Optimalisasi Manajemen Sarana dan Prasarana dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Smp Nasima Semarang,
2010, h. 14. (Diakses 8 Februari 2017)
Miles dan Huberman. 1994. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : VI Press.
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers,
2014).
Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.
Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam
(Jakarta: Lantabora Press, 2006).
Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta :
Bumi aksara.
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah,Konsep, Strategi dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyono, Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan (Jogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2008).
176
Manajemen Problematika Madrasah
Munifah, Manajemen Pendidikan dan Implementasinya (Kediri: STAIN
Kediri Press, 2009).
Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta
: Prestasi Pustakaraya.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003).
Nawawi, Hadari. 1994. Administrasi Pendidikan, Jakarta : Toko Gunung.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional
Pendidikan.
Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: Refika Aditama, 2010).
Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management In Education. Yogyakarta :
Irci.
Siagan Sondang. 2012. Fungsi-fungsi manajemen, Jakarta : bumi aksara.
Soetijipto Raflis, Koreksi Profesi Keguruan (Jakarta: Rhineka Cipto, 2000).
Soetopo, Hendayat & Wasty Soemanto. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara.
Soewarno Handayaningrat. 2007. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Management, Jakarta : Bina Aksara.
Subroto Suryo. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Sudarwan Danim, Manajemen Dan Kepemimpinan Tranformasional Kepala
Sekolah (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009.
Sudarwan Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2013).
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Sekolah (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004).
Sutisna Oteng. 2005. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional. Bandung : Angkasa.
177
Manajemen Problematika Madrasah
Ua Abung, Problematika Madrasah, (Jakarta: Departemen Agama RI., 2001).
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan., Jakarta : 2003
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta
:Depdiknas,2003
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas.
178
Manajemen Problematika Madrasah