Anda di halaman 1dari 178

1

Manajemen Problematika Madrasah


MANAJEMEN
Problematika Madrasah

Penyunting:

Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag., M.Pd


Dr. Sumarto, M.Pd.I

Tim Penyusun Naskah :


Program Studi
Magister Manajemen Pendidikan Islam

Penerbit Buku Literasiologi

Alamat Penerbit:

Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang
Lebong, Provinsi Bengkulu
Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu. CP.WA. 0821-3694-9568
Email : info@literasikitaindonesia.com
www : http://literasikitaindonesia.com
2
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN
PROBLEMATIKA MADRASAH

Penyunting :
Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag., M.Pd
Dr. Sumarto, M.Pd.I

ISBN : 978-623-90875-6-2

Desain Sampul:
Sanca Irawan, S.Pd.I

Editor :
Dr. Emmi Kholilah Harahap, M.Pd.I

Lay Out:
Dr. Emmi Kholilah Harahap, M.Pd.I

Penerbit :
Penerbit Buku Literasiologi

Redaksi :
Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang
Lebong, Provinsi Bengkulu, Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu. CP.WA.
0821-3694-9568
Email : info@literasikitaindonesia.com
www : http://literasikitaindonesia.com

Cetakan Pertama, Desember 2019

Hak cipta dilindungi Undang Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
Apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit

3
Manajemen Problematika Madrasah
PENGANTAR PENYUNTING

‫بسن هللا الرحمن الرحين‬


‫الحمدهلل رب العالمين والصالة والسالم على أشرف األنبياء والمرسلين‬
‫وعلى اله واصحابه أجمعين‬

Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji dan syukur penulis haturkan


kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, dan kekuatan dari-Nya, penulis
dapat menyelesaikan buku ini dengan lancar tidak ada halangan yang berarti.
Tidak lupa shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. dan keluarganya, para sahabatnya,
dan para pengikutnya-pengikutnya, semoga kita diakui sebagai ummatnya
Nabi Muhammad SAW. dan mendapatkan syafaat-Nya di hari qiyamat.
Aamiin.
Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
memberikan semangat dan bantuan untuk selesainya buku ini dengan judul
“Manajemen Problematika Madrasah.” Buku ini adalah hasil kegiatan
penelitian, kajian diskusi dan seminar kelas dalam proses perkuliahan yang
kemudian di angkat menjadi buku untuk referensi dalam program studi
Manajemen Pendidikan Islam di Pascasarjana untuk Magister dan Doktor.
Kajian tentang manajemen problematika madrasah adalah kajian yang up to
date dengan keadaan madrasah sekarang ini, terutama dalam era digitalisasi
dan Revolusi Industri 4.0, banyak problematika di setiap madrasah, bila tidak
mampu mengatasinya akan menjadi faktor penghambat yang besar dalam
memajukan madrasah, sehingga di perlukan manajemen yang terbaik dalam
mengelola madrasah.
Karena Keberadaan manajemen di sebuah lembaga merupakan suatu
hal yang sangat penting. Sebab dalam manajemen itu mencakup semua aspek
dalam kepengurusan dan pengaturan di sebuah lembaga, apa lagi lembaga
pendidikan yang di dalamnya terdapat banyak orang. Lembaga pendidikan
seperti lembaga pendidikan madrasah merupakan sebuah lembaga formal yang
sangat strategis untuk mengembangkan pemikiran (ilmu), pendapat dan
terpenting lagi adalah dapat mengembangkan dan meningkatkan sumber daya
manusia (sumber daya anak didik) itu sendiri secara maksimal. Lembaga
pendidikan madrasah juga terdiri dari kumpulan insan-insan cerdas, seperti
kepala madrasah, tenaga pendidikan (Teachers), tenaga kependidikan
(administrator), siswa (students) dan bahkan sampai ke penjaga madrasah
4
Manajemen Problematika Madrasah
(security). Semuanya itu bersatu untuk membangun lembaganya menjadi
sebuah lembaga pendidikan (Madrasah) yang profesional, maju dan
berkembang.
Penyunting menyadari bahwa tulisan ini bukan merupakan karya yang
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan agar tulisan ini sesuai dengan yang diharapkan dan menjadi kajian
yang memberikan manfaat khususnya dalam bidang Manajemen Pendidikan.
Semoga Buku ini bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kita semua.

Curup, Desember 2019


Penyunting,

Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag., M.Pd


Dr. Sumarto, M.Pd.I

5
Manajemen Problematika Madrasah
Kata Pengantar
Rektor Institut Agama Islam Negeri
IAIN Curup

Saya menyambut baik atas terbitnya buku ini, yang ditulis oleh Tim
Penulis, Penyusun dan Penyunting dan saya sebagai Dosen Pascasarjana IAIN
Curup juga menjadi bagian dalam proses pembauatan bukui ini, dengan proses
penelitian dan seminar di kelas, menjadi dinamisasi pengetahuan yang
akhirnya bisa melahirkan kajian ilmu yang dapat dikembangkan lagi dengan
judul “Manajemen Problematika Madrasah.” Menurut saya sebagai
pimpinan Judul ini sangat menarik untuk dibaca khususnya dalam kajian
pengembangan Literasi Keilmuan di bidang Manajemen Pendidikan, harus
adanya upaya peningkatan karya – karya yang bisa di publikasikan dari setiap
kajian seminar dan diskusi di kelas. Peran terbesar setiap perguruan tinggi
salah satunya adalah mampu mempublikasikan setiap kajian yang di bahas
kepada masyarakat luas untuk menjadi sumber ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang bermanfaat.
Secara khusus saya memberikan apresiasi yang tinggi atas ketekunan
dan semangat Tim Penulis, Penyusun dan Penyunting sehingga buku yang
dihadapan kita bersama dapat diselesaikan dengan baik. Ada beberapa kajian
dalam setiap karya mengapa sangat penting untuk di publikasikan; 1. Karya
tulis merupakan bentuk keilmuan seseorang, kelompok atau lembaga yang
harus di publikasikan kepada public, sebagai bentuk menyampaikan hal – hal
yang baru dan inovatif yang bisa bermanfaat dan mengubah keadaan public.,
2. Karya tulis adalah tanggung jawab setiap akademisi untuk
mempublikasikannya, sebagai bentuk penyadaran dalam membentuk
pengetahuan yang baru dalam lingkungan public., 3. Karya tulis tidak boleh
hanya di simpan dalam perpustakaan, tetapi harus di informasikan atau di
sampaikan kepada public secara online sehingga siapa saja bisa meng-
aksesnya dengan baik dan memberikan manfaat., 4. Karya tulis harus
dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga bentuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang terbarukan selalu di update, muncul ide baru yang lebih
inovatif dan bermanfaat., 5. Karya tulis harus menjadi budaya di setiap
lembaga pendidikan, pemerintah dan masyarakat, karena dengan karya tulis

6
Manajemen Problematika Madrasah
bisa membuka jendela ide, jendela dunia dan membuat kemantapan berpikir
bagi setiap orang, sehingga jiwa literasi tumbuh subur dengan kesadaran dan
kepedulian.
Publikasi merupakan tahapan terakhir dalam menulis karya tulis,
sehingga dapat disimpulkan bahwa publikasi merupakan publikasi karya tulis
ilmiah yang memberitahukan sebuah hasil karya kepada publik. Menyusun
karya tulis dan mempublikasikannya bukan hanya tanggung jawab guru,
dosen, mahasiswa, peneliti, dan pengembang lain, melainkan tanggung jawab
banyak orang. Oleh sebab itulah publikasi karya menjadi agenda yang sangat
penting bagi para akademisi, bukan hanya sebagai prasyarat semata. Tetapi,
hal tersebut juga dilakukan untuk masa depan kemajuan pendidikan di
Indonesia. Namun, sebelum mempublikasikan karyanya, seorang penulis di
haruskan untuk mampu menyampaikan pengetahuannya, memecahkan
masalah dengan membaca keadaan sekitar kingkungan yang ada, menstimulai
permasalahan dari berbagai sudut pandang dan mengungkapkan ekspresi
emosionalnya dalam memandang suatu permasalahan ke dalam sebuah karya
tulis.
Dengan mempublikasikan karya tulis, kita dapat berkontribusi untuk
dapat menyelesaikan sebuah permasalahan yang belum memiliki solusinya.
Dengan banyak melakukan publikasi, tentunya semua orang akan mengenal
karya kita dan kita memiliki jaringan persaudaraan yang labih luas, sehingga
dapat menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan. Pentingnya
mempublikasikan karya untuk kebermanfaatan banyak orang serta
menyelamatkan dokumen keilmuan sebagai referensi yang berguna bagi
generasi yang akan datang. Tentunya Buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Dengan hadirnya buku ini, sangat membantu setiap orang, kelompok dan
lembaga mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru. Semoga karya yang
telah dihasilkan ini tidak terhenti sampai disini, dan akan lahir karya-karya
monumental yang berikutnya, sebagai bahan referensi dan pengembangan
kajian keilmuan berikutnya diseluruh tanah air Indonesia serta dunia
internasional. Semoga Allah memberikan keberkahan. Aamiin.

Curup, Desember 2019


Rektor,

Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag., M.Pd


NIP. 19711211 199903 1 004
7
Manajemen Problematika Madrasah
Kata Pengantar
Founder Yayasan Literasi Kita Indonesia

Kami dari Penerbit Buku Literasiologi Indonesia – Yayasan Literasi


Kita Indonesia menyambut baik atas terbitnya buku ini oleh Tim Penulis,
Penyusun dari Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Curup
dengan Penyunting Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag., M.Pd dan Dr. Sumarto,
M.Pd.I yang berjudul “Manajemen Problematika Madrasah.” Judul yang
sangat menarik untuk dipelajari dan dibaca.
Secara khusus kami Penerbit Buku Literasiologi Indonesia – Yayasan
Literasi Kita Indonesia merasa bangga, sangat menghargai dan memberikan
apresiasi yang tinggi atas ketekunan dan semangat Tim Penulis dan
Penyunting, sehingga buku ini dapat terbit dan dapat dijadikan sebagai
referensi bagi setiap kalangan baik pelajar, mahasiswa, guru, dosen, setiap
komunitas, lembaga dan masyarakat umum baik dalam tingkat nasional
maupun tingkat internasional.
Dari Penerbit Buku Literasiologi Indonesia – Yayasan Literasi Kita
Indonesia. Buku yang ada di hadapan kita bersama, adalah buku dari hasil
kegiatan penelitian, kajian dalam diskusi dan seminar kelas yang di lakukan
oleh Tim Penulis dari program studi magister manajemen pendidikan Islam.
Tentunya Mengembangkan lembaga pendidikan salah satu tugas dan tanggung
jawab utama dari kepala madrasah sebagai manajer. Tugas tersebut harus
dijalankan secara maksimal, terencana dan terarah oleh kepala madrasah dan
oleh tenaga kependidikan yang ada di madrasah. Sebab jika lembaga
pendidikan berkembang, maju dan terkenal, maka madrasah tersebut akan
dilirik dan diminati oleh banyak orang (masyarakat). Dan tentu akan
berpengaruh terhadap in-put madrasah. In-put yang banyak adalah salah satu
indikator bahwa madrasah tersebut maju dan berkembang. Pengembangan
lembaga pendidikan juga tidak terlepas dari peran kepala madrasah dan
manajemen hubungan madrasah dengan masyarakat.
Madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan madrasah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Ternyata
banyak problematika yang di hadapi Madarasah sebagai lembaga pendidikan
yang harus mengedepankan mutu dan profesionalitas, tidak hanya kepala

8
Manajemen Problematika Madrasah
Madrasah setiap elemen Madrasah harus bersinergi, bekerja sama dan
berkolaborasi dalam menghadapi setiap tantangan yang ada, dalam buku ini
mencoba untuk menampilkan setiap data dalam realitas yang ada di
kolaborasikan dengan kajian teoritis sebagai alat untuk mengambil suatu
kebenaran ilmiah, menyajikannya sebagai referensi dan kajian pengembangan
untuk penelitian berikutnya. Buku ini sangat layak untuk dimiliki, menjadi
bahan diskusi dan pembelajaran berikutnya.
Dengan hadirnya buku ini, bisa membantu setiap lembaga pendidikan
dalam hal mengelola lembaga pendidikan yang baik dan terbaik. Buku ini juga
bisa menjadi salah satu literatur yang bisa di manfaatkan dalam proses
pembelajaran. Masih banyak yang harus di pelajari dan di dalami dalam buku
ini, sehingga perlu adanya saran dari publik, untuk mengembangkan buku ini
lebih baik lagi. Terima Kasih.

Bengkulu, Desember 2019


Founder,

Dr. Emmi Kholilah Harahap, M.Pd.I

9
Manajemen Problematika Madrasah
DAFTAR ISI

PENGANTAR PENYUNTING .................................................................................... 4


Kata Pengantar .............................................................................................................. 6
Rektor Institut Agama Islam Negeri ............................................................................. 6
IAIN Curup ................................................................................................................... 6
Kata Pengantar .............................................................................................................. 8
Founder Yayasan Literasi Kita Indonesia ..................................................................... 8
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH .................................................... 12
“MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU” ..................................................................... 12
Agita Ryza Kusuma ................................................................................................ 12
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH .................................................... 31
TINJAUAN PERAN DAN TUGAS KEPALA MADRASAH .................................. 31
“MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU” ..................................................................... 31
Hedi Herdiana ........................................................................................................ 31
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MADRASAH DI MADRASAH
ISLAMIYAYAH SWASTA (MIS) 01 KEPAHIANG ............................................... 39
Japaruddin.............................................................................................................. 39
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH .................................................... 44
“Tenaga Pendidik dan Sarpras di MTs Al-Mujahidin Ciptodadi” .............................. 44
Anisa Sufiana ......................................................................................................... 44
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ..................................................................... 54
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI KABUAPTEN LEBONG ............... 54
Adi Suardi ............................................................................................................... 54
MANAJEMEN UKS MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU ....................................... 62
Pertiwi ..................................................................................................................... 62
MANEJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH DI MTS MAZRO‟ILLAH
LUBUKLINGGAU ..................................................................................................... 73
Sukardi.................................................................................................................... 73
MENGEMBANGKAN KARAKTER ISLAM ANAK .............................................. 83
DARI PERSPEKTIF KEBUDAYAAN DI SEKOLAH DASAR UNGGULAN
AISYIYAH TAMAN HARAPAN CURUP ............................................................... 83

10
Manajemen Problematika Madrasah
Susanti .................................................................................................................... 83
KEADAAN TENAGA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DI MTS AL-
HIDAYAH DESA MARGA PUSPITA ...................................................................... 91
Halimah .................................................................................................................. 91
MANAJEMEN PROBLEMATIKA ........................................................................... 99
GURU DI SMP NEGERI 1 UJAN MAS KEPAHIYANG ......................................... 99
Resmi Mega Neri .................................................................................................... 99
STRATEGI PELAKSANAAN MUTU DI MTs N1 MURATARA ......................... 104
Siti Aminah .......................................................................................................... 104
MANAJEMEN PROBLEMATIKAMADRASAH ................................................... 111
SMA NEGERI 3 REJANG LEBONG ...................................................................... 111
Martina Navratilofa ............................................................................................. 111
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH .................................................. 119
PROBLEMATIKA SARANA DAN PRASARANA MAN 1 LEBONG ................. 119
Feri Khairawati ................................................................................................ 119
MANAJEMEN PROBLEMATIKA PAUD AL-FATIH .......................................... 127
Revanza Adirama Anwar ..................................................................................... 127
MANAJEMEN PEMASARAN MIN 1 MUSI RAWAS .......................................... 133
TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS...................................................... 133
Supriyanto............................................................................................................. 133
_Toc28299440MANAJEMEN FUNGSI DALAM MENANGANI ......................... 153
PROBLEMATIKA SARANA PRASARANA ......................................................... 153
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 1 LEBONG ................................................ 153
Aci Aferi ................................................................................................................ 153
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 175

11
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
“MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU”

Agita Ryza Kusuma

Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan


tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan
kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika
sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan tercapai kemajuan
yang dicita-citakannya sebaliknya bila proses pendidikan yang dijalankan
tidak berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajuan yang dicita-
citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai
kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan,
namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu
bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan.
misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan
kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita
baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang
antara lain menyatakan: Manusia membutuhkan pendidikan dalam
kehidupannya.1
Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.Dalam pengambangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, di sinilah tugas
pemerintah dan pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Untuk mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional
yang demokratis dan bermutu untuk memperteguh akhlak mulia, kreatif,
inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan tanggung
jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Semakin
baik pendidikan di suatu negara, semakin baik pula kualitas negara tersebut.
Itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu negara.
Pendidikan merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan diharapkan
dapat tecapai peningkatan kehidupan manusia kearah yang lebih
sempurna. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas

1
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2003), 7.
12
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan di Indonesia antara lain, melakukan perubahan kurikulum yang
dilakukan secara bertahap dari tahun ke tahun supaya tidak ketinggalan
dengan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang semakin pesat.2
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat”. Namun didalam dunia pendidikan sendiri banyak
masalah-masalah pendidikan yang dihadapi di era globalisasi ini. Baik itu
masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Studi mini riset ini berusaha
mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan yang ada di
madrasah khususnya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Perlu pula dikemukakan
bahwa permasalahan pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas
pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan
permasalahan pendidikan islam, terlebih dahulu disajikan uraian singkat
tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting,
karena permasalahan pendidikan pada hakikatnya terkait erat dengan realisasi
fungsi dan pendidikan.
Karakteristik manajemen berbasis sekolah bisa diketahui antara lain
dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,
proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan
sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut BPPN dan Bank dunia, mengutip
dari focus on school : the future organization of education serourses for
student , yang dikutip oleh Mulyasa dalam bukunya manajemen berbasis
sekolah konsep, strategi dan implementasi mengemukakan sebagai berikut :3
1. Organisasi sekolah
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan tranformasional
dalam mencapai tujuan sekolah, menyusun rencana sekolah dan
merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri, mengelola kegiatan
operasional sekolah, menjamin adanya komunikasi yang efektif antara
sekolah dan masyarakat terkait, menjamin akan terpeliharanya sekolah yang
bertanggung jawab pada masyarakat.

2. Proses belajar mengajar


Meningkatkan kualitas belajar siswa, mengembangkan kurikulum yang
cocok dan tanggap terhadap siswa dan masyarakat sekolah,
menyelenggarakan pengajaran yang efektif, menyediakan program

2
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006), 5-6.
3
Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi aksara.

13
Manajemen Problematika Madrasah
pengembangan yang diperlukan siswa, program pengembangan yang
siperlukan siswa.
3. Sumber daya manusia
Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melanyani
keperluan semua siswa, memilih staf yang mempunyai wawasan
manajemen berbasis sekolah, menyediakan kegiatan untuk
pengembangan potensi pada semua staf, menjamin kesejahteraan staf dan
siswa.
4. Sumber daya administrasi
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan
sumber daya tersebut sesuai kebutuhan, mengelola dana sekolah,
menyediakan dukungan administratif, mengelola dan memelihara gedung
dan sarana lainnya.

Model manajemen ini adalah model manajemen sekolah yang


pada prinsipnya menempatkan kewenangan dengan memindahkan
kewenangan kepada kepala sekolah dan lingkungannya, dengan
mempertaruhkan pemberdyaan sekolah dalam meningkatkan pemberdayaan
sekolah. Komponen- komponen yang penting adalam mengimplementasikan
manajemen berbasis sekolah ialah mengelola komponen-komponen sebagai
berikut : kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan,
keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah
dengan masayarakat, manajemen pelayanan khusus.
Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan di jadikan acuan
oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan”.
Kemudian menurut Manulang fungsi- fungsi manajemen adalah serangkaian
tahap kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan
atau pekerjaan. Menurut G.R Terry dalam Winardi menyatakan, fungsi-
fungsi manajemen adalah serangkaian sub bagian tubuh yang berada di
manajemen sehingga bagian-bagian tubuh tersebut dapat melaksanakan fungsi
dalam mencapai tujuan organisasi. fungsi-fungsi manajemen terdiri dari :
Perencanaan (plaining), Pengorganisasian (organizing) , Penggerakan
(actuating), Pengawasan (controling). Dari definisi tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa, fungsi-fungsi manajemen adalah serangkain bagian-
bagian dalam manajemen yang harus diaplikasikan sehingga tujuan serta visi

14
Manajemen Problematika Madrasah
dan misi perusahaan dapat tercapai. Adapun bagian - bagian dalam
manajemen tersebut lebih dikenal dengan POAC.4
Seorang pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda
dalam memimpin para pengikutnya. Perilaku para pemimpin ini secara singkat
disebut sebagai gaya kepemimpinan (leadership style). Proses pendidikan di
suatu madrasah ditentukan oleh kepemimpinan kepala madrasah, sebab kepala
madrasah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya
yang terjadi di madrasah. Efektivitas mengajar guru akan optimal, apabila
kepala madrasah dapat mengatur dan membimbing guru-guru secara baik
sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab,
memperhatikan kepentingan bawahannya, sehingga tidak ada keluhan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari, menunjukan kewibawaannnya,
sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh guru maupun siswa.
Kecakapan dan keberhasilan seorang kepala madrasah dalam
memimpin sangat berpengaruh terhadap stake holder yang dipimpinnya.
Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala madrasah harus
memperhatikan fungsi dan kebutuhan yang dijalankan sehingga disiplin kerja
guru selalu terjaga. Kepala madrasah bertanggung jawab penuh terhadap
pengelolaan madrasah yang di emban. Hal tersebut menjadi lebih penting
sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki kualitas madrasah yang hebat dan bermartabat. Sebagai salah
satu kunci kesuksesan dan keberhasilan manajemen madrasah adalah salah
satunya memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang peserta didik
baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan yang menunjang
prestasi bagi peserta didik.5
Madrasah dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang berjalan
dinamis diamana seorang kepala madrasah senantiasa mengelola segala aspek
yang ada di Madrasah dengan penuh tanggung jawab. Peran kepemimipinan
kepala madrasah sangat dibutuhkan sekali guna membangun dan
mempertahankan, serta meningkatkan mutu pendidikan yang ada di madrasah
dengan baik dan rasa tanggung jawab.

4
Manulang, Dasar-dasar manajemen (Yogyakarta : Gadjah Mada university press, 2002), 27.
5
Andri Avisha, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di
Lampung Tengah, 2017, h. 6.
15
Manajemen Problematika Madrasah
Kajian Teoritis

A. Perencanaan (Planing)
Perencanaan merupakan unsur yang sangat penting dan
merupakan fungsi fundamental manajemen, karena organizing, actuating
dan controlling harus terlebih dahulu direncanakan. Adapun pengertian
perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan
membuat, serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan
datang dalam hal memvisualisasikan serta merumuskan aktifitas-aktifitas
yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang
diinginkan. Dari definisi tersebut penulis mengambil kesimpulan
perencanaan adalah suatu kegiatan membuat urutan-uratan tentang tindakan
yang akan dilaksanakan agar tujuannya dapat tercapai. Dalam perencanaan
harus diusahakan untuk menjawabenam pertanyaan yaitu : apa yang harus
dikerjakan, mengapa iaharus dikerjakan, bagaimana ia harus dikerjakan, di
mana ia harus dikerjakan dan kapan ia harus dikerjakan. Karena
perencanaan yang baik akan memperlancar proses visi dan misi suatu
madrasah yang hendak di capai.
Dean R. Spizer dalam Munir dan Wahyu menyebutkan “Those who
fail toplan, plan to fail” (siapa yang gagal dalam membuat rencana,
sesungguhnya ia sedang merencanakan kegagalannya). Salah satu cara
menilai kegiatan perencanaan yang bermacam-macam menurut Terry ialah
meninjau dari dimensi waktu yaitu. a.) Perencanaan jangka panjang. b.)
Perencanaan jangka menengah c.) Perencanaan jangka pendek. Sedangkan
ditinjau dari substansi perencanaan tersebut yaitu: a) objective (sasaran). b)
policy (kebijakan). c) procedure (prosedur). d) method (metode). e) standard
(ukuran baku), f). Budget (anggaran). Adapun perencanaan menurut dimensi
waktu sebagai berikut:6
1. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu lima
sampai sepuluh tahun bahkan lebih, tergantung besar tidaknya suatu
perusahaan, organisasi maupun lembaga itu sendiri. Perencanaan jangka
panjang memuat rencana-rencana yang umun, global serta belum
terperinci.

6
Siagan Sondang, Fungsi-fungsi manajemen, (Jakarta: bumi aksara, 2012), 36
16
Manajemen Problematika Madrasah
2. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah biasanya mempuyai jenjang waktu dua
sampai lima tahun. Perencanaan jangka menengah merupakan repeletika
dari perencanaan jangka panjang. Didalamnya tercantunkan tujuan dan
target secara lebih jelas sehingga memberikan dasar-dasar yang pasti
bagi kegiatan yang direncanakan.

3. Perencanaan jangka pendek


Perencanaan jangka pendek biasanya mempunyai jangka waktu satu
tahun sampai dengan tiga tahun. Salah satu yang sering kita temukan
dari perencanaan jangka pendek adalah rencana tahunan. Perencanaan
tahunan sering juga disebut perencanaan opersional dan merupakan suatu
siklus yang sering berulang setiap tahunnya.

B. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan serangkaian pekerjaan yang melibatkan
banyak orang untuk menempati unit-unit tertentu, seperti kerja-kerja
manajerial, teknis dan lain sebagainya.7 Sebagaimana diungkapkan seorang
ahli : “Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan pengelompokan dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktifitas, menetapkan
wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang
akan melakkukan aktivitas-aktivitas tersebut”.8
Menurut Purwanto pengertian pengorganisasian adalah aktivitas
menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan. Sedangkan menurut Danim dan Suparno mengemukakan
pengertian pengorganisasian adalah suatu proses pengaturan dan
pengalokasian kerja,wewenang dan sumber daya anggota sehingga mereka
dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien.Berdasarkan beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah suatu
proses pengaturan kegiatan-kegiatan dalam hubungan kerja dalam organisasi

7
Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar
(Yogyakarta:
BPFF, 1998), 14.
8
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Gunung Agung,
1989) 221.
17
Manajemen Problematika Madrasah
untuk mencapai tujuan dan dapat dilaksanakan secara efisien dan effektif
sebagaimana diharapkan. Pengorganisasian adalah salah satu fungsi dari
pemimpin dalam hal ini termasuk kepala madrasah. Dalam kegiatan sehari-
hari terdapat bermacam-macam jenis pekerjaan yang memerlukan kecakapan
dan keterampilan serta tanggung jawab yang berbeda-beda. Keragaman tugas
dan pekerjaan semacam ini tidak mungkin dilakukan dan dipikul sendiri oleh
seorang pemimpin.
Dalam hal inilah terletak bagaimana kecakapan kepala madrasah
mengorganisir guru-guru dalam menjalankan tugas sehingga tercipta
hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar. Pengorganisasian dilakukan
untuk melaksanakan menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang
diperlukan termasuk manusia,sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat
dilaksanakan dengan baik. Dengan cara mengorganisir,orang-orang
dipersatukan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang saling berkaitan dan dapat
bekerjasama secara efektif.

1. Langkah-langkah dalam menentukan pengorganisasian


Berkenaan dengan pengorganisasian ini Nawawi mengemukakan
beberapa azas dalam organisasi, diantaranya adalah : 1) Organisasi harus
profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan, b) Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan
pembagian kerja, 3) Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab, 4) Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol, 5)
organisasi harus mengandung kesatuan perintah, 6) Organisasi harus
fleksibel dan seimbang. Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi
manajemen yang perlu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah. Fungsi
ini perlu dilakukan untuk mewujudkan struktur organisasi sekolah , uraian
tugas tiap bidang, wewenang dan tanggung jawab menjadi lebih jelas dan
penentuan sumber daya manusia dan materil yang diperlukan. Menurut
Robbins (2003:5), bahwa kegiatan yang dilakukan dalam pengorganisasian
dapat mencakup : 1) Menetapkan tugas yang harus dikerjakan, 2). Siapa
yang mengerjakan, 3) bagaimana tugas itu dikelompokkan 4) siapa melapor
kesiapa, 5) dimana keputusan itu harus diambil.

2. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian ialah untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien melalui kerja sama orang-orang yang ada didalam
organisasi. Orang-orang yang bekerjasama secara kooperatif dan
18
Manajemen Problematika Madrasah
koordinatif didalam sebuah organisasi akan melampaui jumlah hasil orang
yang bekerja sendiri-sendiri. Untuk maksud ini maka orang-orang dalam
organisasi harus dibagi tugas-tugasnya. Apabila orang-orang yang
berkumpul dalam organisasi tidak dibagi tugas-tugasnya maka akan terjadi
kekacauan dalam menjalankan tugasnya, akan terjadi tumpang tindih tugas
dan pada akhirnya akan terjadi konflik antar anggota organisasi. Pembagian
tugas dalam suatu organisasi harus dilakukan secara adil (profesional dan
proporsional). Penempatan seseorang secara profesional maksudnya agar
dalam penempatan sesuai dengan keahlian , latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang dimilikinya. Karena jika pekerjaan dikerjakan oleh orang
yang bukan ahlinya maka hasilnya kurang memuaskan. Penempatan secara
proporsional artinya adanya keseimbangan yang rasional dalam pembagian
tugas, maksudnya jumlah tugas, tingkat kesulitan tugas,waktu penyelesaian
tugas disesuaikan dengan kemampuan orang yang akan diberi tugas dan
mendapatkan penghargaan yang layak.

C. Penggerakan (Actuating)

Fungsi penggerakan merupakan usaha untuk menciptakan iklim


kerja sama di antara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi penggerakan tidak terlepas
dari fungsi manajemen lainnya. Fungsi penggerak dan pelaksanaan
dalam istilah lainnya yaitu motivating (membangkitkan motivasi),
directing (memberikan arah), influencing (mempengaruhi)dan commanding
(memberikan komando atau perintah).9

1. Tujuan fungsi Penggerakan (actuating)


Fungsi Penggerakan (actuating) haruslah dimulai pada pimpinan
organisasi. Seorang pemimpin harus mampu bersikap yaitu objektif
dalam menghadapi berbagai persoalan organisasi melalui
pengamatan, objektif dalam menghadapi perbedaan dan persamaan
karakter stafnya baik sebagai individu maupun kelompok manusia.
Pemimpin mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan, peka
terhadap lingkungan dan adanya kemampuan bekerja sama dengan
orang lain secara harmonis. Dengan kata lain, pemimpin harus
peka dengan kodrat manusia yaitu mempunyai kekuatan dan

9
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Bina Aksara , 1998) 96.
19
Manajemen Problematika Madrasah
kelemahan, tidak mungkin akan mampu bekerja sendiri dan pasti
akan memerlukan bantuan orang lain, manusia mempunyai
kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial, dan pada diri manusia
kadang-kadang muncul juga sifat-sifat emosional. berikut ini
adalah tujuan dari fungsi Penggerakan (actuating).
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan.
motivasi dan prestasi kerja staf.
e. Membuat organisasi berkembang secara dinamis.

2. Tahapan Penggerakan (actuating)


Tindakan Penggerakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
a. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan
sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk
bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.
b. Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau
teladan. Tindakan ini juga disebut directing yang meliputi
beberapa tindakan, seperti: pengambilan keputusan, mengadakan
komunikasi antara pimpinan dan staf, memilih orang-orang
yang menjadi anggota kelompok dan memperbaiki sikap,
pengetahuan maupun ketrampilan staf.
c. Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan
memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas.
Segala saran-saran atau instruksi kepada staf dalam
pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas agar terlaksana
dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.10

D. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan diartikan sebagai usaha menentukan apa yang
sedang dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi yang
dicapai dan kalau terdapat penyimpangan dari standar yang telah
ditentukan, maka segera diadakan usaha perbaikan, sehingga semua hasil
atau prestasi yang dicapai sesuai dengan rencana. Dari definisi tersebut ada
kemungkinan timbul anggapan bahwa kegiatan pengawasan itu bersifat

10
Siagan Sondang, Fungsi-fungsi manajemen (Jakarta: bumi aksara 2012), 36.
20
Manajemen Problematika Madrasah
negatif dan merupakan penghambat, karena pengawasan dilihat sebagai
kegiatan mencari dan memperbaiki penyimpangan yang sedang atau telah
terjadi. Mengingat bahwa pada dasarnya dalam kegiatan apa pun sering
terjadi kekeliruan, melemahnya usaha, ketidak efektifan petunjuk-
petunjuk, sehingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan, maka
fungsi pengawasan mutlak diperlukan. Pengawasan merupakan kegiatan
positif, karena mengarahkan kegiatan sedemikian rupa sehingga
mencapai tujuan, atau mengarahkan kegiatan kearah standar yang telah
ditentukan sesuai dengan rencana yang dibuat. Proses pengawasan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut :11

1. Mengukur Hasil
Mengukur berarti menentukan dengan tepat jumlah dan kapasitas
keseluruhan. Tanpa pengukuran, manajer akan bertindak meraba-raba
saja sehingga tidak bisa dipercayai. Untuk itu perlu dibuat unit
pengukuran dan diadakan perhitungan berapa kali jumlah unit tersebut
dibandingkan dengan keseluruhan jumlah. Dalam mengukur jumlah
keseluruhan selalu dipertanyakan apa ciri-cirinya. Secara umum
pengukuran keseluruhan dikelompokkan dalam dua kelompok :
Kelompok yang berkaitan dengan pencapain seluruh program.
Kelompok yang berkaitan dengan keluaran per unit yang dikerjakan.
Cakupan kelompok pertama lebih luas, dia menyangkut
kemajuan menyeluruh dan ditangani pihak pimpinan. Pengukurannya
bisa dilakukan secara objektif dengan menggunakan jumlah
keuntungan dan biaya. Kelompok kedua bersifat lebih mendetail
sehingga bisa menggunakan ukuran yang lebih tepat, karena lebih
mudah mengukurnya. Pengukuran juga bisa dibedakan atas pengukuran
yang nyata dan pengukuran yang tidak nyata. Unit yang dihasilkan,
kartu, dan distribusi sampel merupakan pengukuran yang nyata.

2. Membandingkan Hasil Yang Dicapai Dengan Diinginkan


Kegiatan ini merupakan kegiatan menilai hasil yang dicapai,
kalau ada hasil berbeda antara yang dicapai dengan standar yang

11
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, (Jakarta:
Bina
Aksara, 2007), 26.

21
Manajemen Problematika Madrasah
ditentukan, harus diputuskan pemecahan mana yang akan dilakukan.
Tetapi harus diingat bahwa ada derajat perbedaan antara penyimpangan
yang tak berarti dengan penyimpangan yang relatif berarti. Untuk
menentukan apakah penyimpangan tersebut berarti atau tidak,
tergantung pada manajer sendiri setelah dia menganalisis dan menilai
hasilnya. Dalam menentukan penyimpangan dapat dimintakan
bantuan seperti mengetahui tentang umpan balik (informasi) yang masuk
dan atau meminta pendapat dari mereka yang melaksanakan
pekerjaan. Di samping itu, diperhatikan juga data yang tidak bisa
dikontrol, semuanya itu untuk mendapatkan data yang lebih mendekati
kenyataan. Dalam membandingkan hasil dengan standar yang
ditentukan akan lebih menghemat waktu, kalau pimpinan cukup
memperhatikan pada hal-hal yang berbeda saja. Ini merupakan exception
principle (prinsip pengecualian. Dengan melihat pada hal-hal yang
berbeda saja, maka perhatian diteruskan untuk mencari tahu
penyebabnya, mirip dengan prinsip pengecualian adalah kegiatan
pengawasan dengan memperhatikan hanya pada pembanding kunci (key
points). Beraneka ragam kegiatan lain dalam perusahan tidak perlu
diperhatikan, pembanding kunci tersebut akan berbeda untuk setiap
jenis perusahaan, dalam melihat pembanding kunci tersebut tidak boleh
dilupakan bagian lain yang berkaitan dengannya.

3. Memperbaiki Penyimpangan
Ini merupakan langkah terakhir dalam proses pengawasan.
Tujuan utama langkah ini adalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan hasil yang diinginkan. Hasil yang berbeda harus segera
diperbaiki dan tidak boleh ditunda, dimaafkan atau dikompromikan,
karena hal tersebut merupakan suatu keharusan Tindakan perbaikan
dilakukan oleh orang yang berrtanggung jawab atas hasil akhir.
Mungkin tindakan tersebut berupa perbaikan perencanaan seperti
perubahan dalam memotivasi karyawan untuk mendapatkan
pandangan baru terhadap kebijaksanaan yang ada, atau perubahan dalam
prosedur ataupun cara mengecek hasil yang ada.

22
Manajemen Problematika Madrasah
Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

A. Keadaan Peserta Didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau


1. Strategi Market

Dokumentasi MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau merupakan satu-


satunya madrasah negeri yang ada di Kota Lubuklinggau, berdiri pada
tahun 1980 diatas lahan seluas 15.823 meter persegi yang beralamat di
Jalan Jenderal Sudirman, No. 06, Kelurahan Kali Serayu, Kecamatan
Lubuklinggau Utara II . Selain letaknya yang strategis di jantung kota
Lubuklinggau, juga berada di kaki bukit sulap yang menjadi icon dan
kebanggan masyarakat Lubuklinggau pada umumnya. Lokasi yang
strategis dan cukup luas menjadi salah satu strategi market madrasah ini
untuk menarik peminat bagi masyarakat untuk bersekolah di MTs
Negeri 1 Lubuklinggau. Peserta didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau pada
tahun pelajaran 2018 / 2019 mencapai 1083 siswa, ini merupakan
capaian yang sangat luar biasa untuk madrasah ini, karena pada setiap
tahun siswa yang mendaftar selalu diluar kapasitas.
Menyikapi hal tersebut kepala madrasah memiliki terobosan
baru yakni melalui tes seleksi calon peserta didik baru. Seleksi calon
peserta didik baru meliputi dua tahap yakni tes akademik dan non
akademik (praktik sholat dan mengaji). Selain itu MTs Negeri 1
Lubuklinggau memiliki segudang prestasi baik dibidang akademik
maupun non akademik. Dibidang akademik yaitu sukses ujian nasional
berbasis komputer (UNBK) selama dua tahun berjalan, sukses aksioma,

23
Manajemen Problematika Madrasah
dan sukses ksm. Dibidang non akademik MTs Negeri 1 Lubuklinggau
selalu mengembangkanprogram-program unggulan yakni ekstrakurikuler
dan mengembangkan perilaku sehat baik dilingkungan sekolah maupun
diluar sekolah dan di masyarakat.

2. Mutu Madrasah

Dokumentasi Akreditasi MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Sekolah yang berkualitas tentunya harus memenuhi Standar


Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan menjadi pendorong
dan dapat menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan
dan memberikan arahan untuk evaluasi diri sekolah yang berkelanjutan,
serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu
yang diharapkan. Sehingga peneliti melihat bahwa salah satu faktor
pembentuk mutu pendidikan madrsah yakni akreditasi kelembagaan
yang mana penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif
dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada SNP.
Berdsarkan hasil wawancara dengan kepela MTs Negeri 1 Lubuklinggau
sebagaimana berikut :

“Alhamdulillah MTs Negeri 1 Lubuklinggau mendapat akreditasi


A, hal ini akan terus kami pertahankan dan selalu kami
tingkatkan. Karena kami ingin menjadikan sekolah ini unggul
baik dalam berbagai hal sesuai dengan visi misi dan tujuan MTs
Negeri 1 Lubuklinggau”.12

12
Wawancara bersama Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
24
Manajemen Problematika Madrasah
Dari paparan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
akreditasi yang diraih MTs Negeri 1 Lubuklinggau mendapat penilaian
A. Hal ini membuktikan bahwa MTs Negeri 1 Lubuklinggau telah
mendapatkan pengakuan dan penilaian sangat baik terhadap kelayakan
dan kinerja. Pengertian mutu secara umum adalah gambaran atau
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.
Pendidikan yang bermutu bukan sesuatu yang tejadi dengan sendirinya,
dengan kata lain bahwa hasil dari suatu proses pendidikan berjalan
dengan efektif dan efisien. Mutu madrasah merupakan gambaran secara
menyeluruh mengenai kepuasan dalam membangun dan menciptakan
sesuatu yang berkualitas dalam pendidikan baik dari segi input dan
output di madrasah tersebut. Adapun visi dan misi serta tujuan MTs
Negeri 1 Lubuklinggau adalah sebagai berikut :

1. Visi
“Sumber Daya Manusia Berkualitas Berwawasan IPTEK
berlandaskan IMTAQ”
2. Misi
a. Menyelenggarakan KBM dengan menggunakan multi pendekatan
pembelajaran
b. Mengembangkan kualitas penguasaan IPTEK
c. Mengembangkan penguasaan dan pengalaman IMTAQ
d. Meningkatkan keterampilan berbahasa asing, olahraga dan seni
3. Tujuan
a. Sukses 100 % ujian nasional
b. Sukses aksioma
c. Sukses KSM
d. Memaksimalkan kagiatan ekstrakurikuler
e. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana
f. Memprogramkan sekolah sehat dan perilaku sehat

Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu


pendidikan di MTs Negeri 1 Lubuklinggau adalah hasil akhir pendidikan
dibidang akademik yaitu sukses ujian nasional, sukses aksioma, dan
sukses ksm bagi peserta didik.

25
Manajemen Problematika Madrasah
3. Brand Madrasah

Dokumentasi MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Berbagai strategi yang dilakukan MTs Negeri 1 Lubuklinggau


dalam menghadapi persaingan agar tidak kalah dengan sekolah lain di
era yang serba millenial sekarang ini. Terkait dengan adanya strategi
membangun brand image yang dilakukan, maka akan menimbulkan
persepsi baik atau tidak baik penilaian dari masyarakat mengenai
madrasah ini. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka
akan timbul pencitraan yang baik pula. MTs Negeri 1 Lubuklinggau
melaksanakan beberapa strategi untuk membangun brand image. Dalam
membangun brand image dalam meningkatkan daya saing suatu lembaga
pendidikan tentu ada langkah-langkah startegis yang dilakukan kepala
madrasah. Oleh karena itu peneliti mengungkap berdasarkan hasil
observasi wawancara dan dokumentasi bahwa kepala madrasah
melakukan beberapa langkah-langkah yang dapat membentuk brand
image.
“Brand image merupakan hal penting yang harus diperhatikan
pada setiap lembaga pendidikan, karena dengan brand merupakan
janji yang kita berikan kepada masyarakat sebaliknya image yang
bagus merupakan sebuah kepercayaan dari masyarakat, nah
kepercayaan itu merupakan amanah yang harus kita jaga. Untuk

26
Manajemen Problematika Madrasah
membuat dan menjaga brand tersebut tentu menggunakan strategi
agar kedepannya tidak buta arah”.13

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa brand image


merupakan hal yang penting, brand merupakan janji yang diberikan oleh
lembaga kepada masyarakat sedangkan image merupakan kepercayaan
dari masyarakat yang harus dijaga. Karena brand image merupakan hal
yang penting maka memerlukan langkah-langkah strategis yang harus
dilakukan.

4. Output Ke Masyarakat
Hasil yang dicapai khususnya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau adalah
memiliki output peserta didik yang berkualitas sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan sekolah. Adapaun untuk mencapai hal tersebut tentunya
melalui proses yang panjang untuk membentuk karakter dan pola pikir
peserta didik yang akan terjun ke masyarakat, baik dalam hal sosial
maupun budaya dimana mereka tinggal. Salah satu program unggulan
yang sedang berjalan dan sangat prospek dalam hal pendidikan dan
keagamaan yaitu didirikannya rumah Tahfidz Attadzkir di MTs Negeri 1
Lubuklinggau yang sudah berjalan lebih kurang 1 bulan. Terkait dengan
hal tersebut kepala madrasah mempunyai suatu tujuan bahwa yakni
dengan didirikannya rumah tahfidz, maka peserta didik akan
memberikan hal yang sangat positif terutama dalam hal menghafal Al-
Quran dan menjadikan output peserta didik yang berkualitas dan
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Selain produk atau output
peserta didik yang berkualitas, MTs Negeri 1 Lubuklinggau juga
memiliki lokasi madrasah yang strategis dan sangat mudah dijangkau
karena terletak di jantung kota lubuklinggau serta suasana yang nyaman
dan aman menjadikan madrasah ini sangat diminati oleh masyarakat
yang ini bersekolah dan mengenyam pendidikan di MTs Negeri 1
Lubuklinggau.
“Saya memilih sekolah di MTs Negeri 1 Lubuklinggau ini yang
pertama karena saya ingin mendalami pendidikan Islam dengan
sungguh-sungguh. Yang kedua adalah prestasi yang diraih sekolah
ini sangat banyak terutama bidang keagamaan, bidang akademik
dan non akademik. Yang ketiga yakni lokasi madrasah yang sangat

13
Wawancara bersama Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
27
Manajemen Problematika Madrasah
strategis menjadikan sekolah ini banyak peminat yang ingin
bersekolah di MTs Negeri 1 Lubuklinggau”.14

Dari hasil wawancara dengan peserta didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau


dapat diketahui bahwa minat masyarakat yang begitu tinggi, sehingga
menjadikan madrasah tersebut dikategorikan sebagai sekolah favorit
pada umumnya.

B. Keadaan Sarana Dan Prasarana MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Dokumentasi MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Penyelenggarakan pendidikan dalam lembaga pendidikan formal


seperti MTs Negeri 1 Lubuklinggau memerlukan fasilitas yang cukup
memadai dalam menjalankan fungsinya. Fasilitas dan sarana yang ada baik
fisik maupun non fisik mempunyai peranan penting dalam mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu suatu lembaga
pendidikan yang baik dan yang mampu memenuhi harapan untuk mencapai
tujuan pendidikan adalah bagaimana memenuhi fasilitas-fasilitas yang
diperlukan, sehingga dengan demikian anak didik dapat belajar dengan
baik. Adapun Fasilitas berupa fisik yang diperlukan dalam pendidikan yaitu
sebagai berikut :

No Sarana dan Prasarana Jumlah


1. Gedung Ruang Kelas 33 Rombel
2. Ruang Guru 2 Ruang
3. Ruang Staf Tata Usaha 2 Ruang

14
Wawancara bersama Siswa MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
28
Manajemen Problematika Madrasah
4. Gedung Olahraga 1 Ruang
5. Rumah Tahfidz 4 Ruang 2 Lantai
6. Mushola 1 Ruang
7. Ruang UKS 1 Ruang
8. Ruang Laboratorium 1 Ruang
9. Ruang Perpustakaan 2 Ruang
10. Toilet Guru 4 Ruang
11. Toilet Siswa 12 ruang

Sarana dan Prasarana MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Terkait sarana gedung dan perlengkapannya dapat dilihat


bahwasanya pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut sangat dibutuhkan
dalam pendidikan untuk menunjang berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran bagi peserta didik dan stake holder di MTs Negeri 1
Lubuklinggau. Sedangkan fasilitas non fisik yang diperlukan berupa
suasana tenang, gembira, aman dan sejuk. Gedung madrasah atau ruangan
kelas merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan belajar
mengajar.

“Sekolah mengupayakan bagaimana agar anak didik dapat belajar dengan


tenang dan bisa menguasai serta menerima apa yang disampaikan oleh
guru melalui pemenuhan sarana fisik atau gedung. Tentang baiknya
sarana-prasarana yang dimiliki oleh madrasah, itu semua tak lepas dari
pengaturan dari seseorang yang mengatur sarana-prasarana tersebut. Inilah
semua stake holder yang mengatur dan memelihara sarana-prasarana di
MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Sarana dan prasarana disini menunjang
untuk segala aktivitas yang dilakukan oleh madrasah dan digunakan
sebagai fasilitas belajar-mengajar agar kondusif. Sarana meliputi gedung,
alat-alat pembelajaran dan lain sebagainya”.15

Menciptakan kenyamanan dalam proses belajar mengajar


merupakan suatu hal yang harus terpenuhi oleh suatu lembaga pendidikan.
Untuk itu MTs Negeri Lubuklinggau selalu membenahi dan meningkatkan
sarana dan prasarana yang dimiliki untuk memberikan kenyamanan kepada
para siswa di antaranya dengan membuat taman penghijauan yang dihiasi
air mancur disepanjang ruang guru dan ruang kepala MTs Negeri 1

15
Wawancara bersama Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau, Tanggal 21 Oktober 2019.
29
Manajemen Problematika Madrasah
Lubuklinggau. Kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau Hedi Herdiana, S.Pd.
saat ditemui mengatakan akan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan disekolah, salah satunya dengan pembenahan dan meningkatkan
sarana dan prasarana yang ada, jadi masih banyak yang harus dilakukan
agar para siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar
apabila fasilitasnya terpenuhi. Hasil wawancara dengan kepala madrasah
yang menyatakan bahwa tujuan membenahi dan meningkatkan sarana dan
prasarana ini merupakan suatu upaya agar sekolah ini bisa memberikan
kenyamanan kepada para siswa sehingga dapat berdampak pada prestasi
belajar para peserta didik di MTs Negeri 1 Lubuklinggau.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Peserta didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau memiliki banyak prestasi,
baik prestasi dibidang akademik maupun non akademik. Dibidang
akademik yaitu sukses ujian nasional berbasis komputer (UNBK)
selama dua tahun, sukses aksioma, dan sukses ksm. Dibidang non
akademik MTs Negeri 1 Lubuklinggau selalu mengembangkan
program-program unggulan yaitu ekstrakurikuler. Salah satu
program unggulan yang sedang berjalan dan sangat prospek dalam
hal pendidikan dan keagamaan yaitu didirikannya rumah Tahfidz
Attadzkir di MTs Negeri 1 Lubuklinggau yang sudah berjalan lebih
kurang 1 bulan. Terkait dengan hal tersebut kepala madrasah
mempunyai suatu tujuan dengan didirikannya rumah tahfidz, maka
peserta didik akan memberikan hal dan kontribusi yang sangat
positif terutama dalam hal menghafal Al-Quran dan menjadikan
output peserta didik yang berkualitas dan bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya.
2. Penyelenggarakan pendidikan dalam lembaga pendidikan formal
seperti MTs Negeri 1 Lubuklinggau memerlukan fasilitas memadai
dalam menjalankan fungsinya. Fasilitas dan sarana yang ada baik
fisik maupun non fisik mempunyai peranan penting dalam mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar khusunya di MTs Negeri 1
Lubuklinggau.

30
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
TINJAUAN PERAN DAN TUGAS KEPALA MADRASAH
“MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU”

Hedi Herdiana

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak


dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata
lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan
pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika
sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan tercapai kemajuan
yang dicita-citakannya sebaliknya bila proses pendidikan yang dijalankan
tidak berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajuan yang dicita-
citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai
kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan,
namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu
bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan.
misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan
kontribusi pada kebudayaan di hari esok.
Dalam pengambangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat, di sinilah tugas pemerintah dan pengelola pendidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mewujudkan sistem dan iklim
pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu untuk memperteguh
akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin dan tanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia. Semakin baik pendidikan di suatu negara, semakin baik
pula kualitas negara tersebut. Itulah asumsi secara umum terhadap program
pendidikan suatu negara. Pendidikan merupakan suatu upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui
pendidikan diharapkan dapat tecapai peningkatan kehidupan manusia
kearah yang lebih sempurna.16
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat”. Namun didalam dunia pendidikan sendiri banyak
masalah-masalah pendidikan yang dihadapi di era globalisasi ini. Baik itu

16
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006), 5-6.
31
Manajemen Problematika Madrasah
masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Studi mini riset ini berusaha
mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan yang ada di
madrasah khususnya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Perlu pula dikemukakan
bahwa permasalahan pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas
pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan
permasalahan pendidikan islam, terlebih dahulu disajikan uraian singkat
tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting,
karena permasalahan pendidikan pada hakikatnya terkait erat dengan realisasi
fungsi dan pendidikan.
Karakteristik manajemen berbasis sekolah bisa diketahui antara lain
dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,
proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan
sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut BPPN dan Bank dunia, mengutip
dari focus on school : the future organization of education serourses for
student , yang dikutip oleh Mulyasa dalam bukunya manajemen berbasis
sekolah konsep, strategi dan implementasi mengemukakan sebagai berikut :17
1. Organisasi sekolah
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan tranformasional
dalam mencapai tujuan sekolah, menyusun rencana sekolah dan
merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri, mengelola kegiatan
operasional sekolah, menjamin adanya komunikasi yang efektif
antara sekolah dan masyarakat terkait, menjamin akan terpeliharanya
sekolah yang bertanggung jawab pada masyarakat.
2. Proses belajar mengajar
Meningkatkan kualitas belajar siswa, mengembangkan kurikulum
yang cocok dan tanggap terhadap siswa dan masyarakat sekolah,
menyelenggarakan pengajaran yang efektif, menyediakan program
pengembangan yang diperlukan siswa, program pengembangan yang
siperlukan siswa.
3. Sumber daya manusia
Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melanyani
keperluan semua siswa, memilih staf yang mempunyai wawasan
manajemen berbasis sekolah, menyediakan kegiatan untuk
pengembangan potensi pada semua staf, menjamin kesejahteraan staf
dan siswa.

17
Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi aksara.

32
Manajemen Problematika Madrasah
4. Sumber daya administrasi
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan
sumber daya tersebut sesuai kebutuhan, mengelola dana sekolah,
menyediakan dukungan administratif, mengelola dan memelihara
gedung dan sarana lainnya.

Model manajemen ini adalah model manajemen sekolah yang


pada prinsipnya menempatkan kewenangan dengan memindahkan
kewenangan kepada kepala sekolah dan lingkungannya, dengan
mempertaruhkan pemberdyaan sekolah dalam meningkatkan pemberdayaan
sekolah. Komponen-komponen yang penting adalam mengimplementasikan
manajemen berbasis sekolah ialah mengelola komponen-komponen sebagai
berikut: kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan,
keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah
dengan masayarakat, manajemen pelayanan khusus.
Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan di jadikan acuan
oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan”.
Kemudian menurut Manulang fungsi- fungsi manajemen adalah serangkaian
tahap kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan
atau pekerjaan.
Menurut G.R Terry dalam Winardi menyatakan, fungsi- fungsi
manajemen adalah serangkaian sub bagian tubuh yang berada di
manajemen sehingga bagian-bagian tubuh tersebut dapat melaksanakan fungsi
dalam mencapai tujuan organisasi. fungsi-fungsi manajemen terdiri dari :
Perencanaan (plaining), Pengorganisasian (organizing) Penggerakan
(actuating), Pengawasan (controling). Dari definisi tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa, fungsi-fungsi manajemen adalah serangkain bagian-
bagian dalam manajemen yang harus diaplikasikan sehingga tujuan serta visi
dan misi perusahaan dapat tercapai. Adapun bagian - bagian dalam
manajemen tersebut lebih dikenal dengan POAC.18
Seorang pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda
dalam memimpin para pengikutnya. Perilaku para pemimpin ini secara singkat
disebut sebagai gaya kepemimpinan (leadership style). Proses pendidikan di

18
Manulang, Dasar-dasar manajemen (Yogyakarta : Gadjah Mada university press, 2002),
27.
33
Manajemen Problematika Madrasah
suatu madrasah ditentukan oleh kepemimpinan kepala madrasah, sebab kepala
madrasah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya
yang terjadi di madrasah. Efektivitas mengajar guru akan optimal, apabila
kepala madrasah dapat mengatur dan membimbing guru-guru secara baik
sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab,
memperhatikan kepentingan bawahannya, sehingga tidak ada keluhan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari, menunjukan kewibawaannnya,
sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh guru maupun siswa.
Kecakapan dan keberhasilan seorang kepala madrasah dalam
memimpin sangat berpengaruh terhadap stake holder yang dipimpinnya.
Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala madrasah harus
memperhatikan fungsi dan kebutuhan yang dijalankan sehingga disiplin kerja
guru selalu terjaga. Kepala madrasah bertanggung jawab penuh terhadap
pengelolaan madrasah yang di emban. Hal tersebut menjadi lebih penting
sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki kualitas madrasah yang hebat dan bermartabat. Sebagai salah
satu kunci kesuksesan dan keberhasilan manajemen madrasah adalah salah
satunya memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang peserta didik
baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan yang menunjang
prestasi bagi peserta didik.19
Madrasah dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang berjalan
dinamis diamana seorang kepala madrasah senantiasa mengelola segala aspek
yang ada di Madrasah dengan penuh tanggung jawab. Peran kepemimipinan
kepala madrasah sangat dibutuhkan sekali guna membangun dan
mempertahankan, serta meningkatkan mutu pendidikan yang ada di madrasah
dengan baik dan rasa tanggung jawab.

Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

A. Keadaan Peserta Didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau


Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau merupakan satu-
satunya madrasah negeri yang ada di Kota Lubuklinggau, berdiri pada
tahun 1980 diatas lahan seluas 15.823 meter persegi yang beralamat di
Jalan Jenderal Sudirman, No. 06, Kelurahan Kali Serayu, Kecamatan
Lubuklinggau Utara II . Selain letaknya yang strategis di jantung kota

19
Andri Avisha, Gaya KepemimpinanKepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di
Lampung Tengah, 2017, h. 6.
34
Manajemen Problematika Madrasah
Lubuklinggau, juga berada di kaki bukit sulap yang menjadi icon dan
kebanggan masyarakat Lubuklinggau pada umumnya. Lokasi yang strategis
dan cukup luas menjadi salah satu strategi market madrasah ini untuk
menarik peminat bagi masyarakat untuk bersekolah di MTs Negeri 1
Lubuklinggau. Peserta didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau pada tahun
pelajaran 2018 / 2019 mencapai 1083 siswa, ini merupakan capaian yang
sangat luar biasa untuk madrasah ini, karena pada setiap tahun siswa yang
mendaftar selalu diluar kapasitas.
Menyikapi hal tersebut kepala madrasah memiliki terobosan baru
yakni melalui tes seleksi calon peserta didik baru. Seleksi calon peserta
didik baru meliputi dua tahap yakni tes akademik dan non akademik
(praktik sholat dan mengaji). Selain itu MTs Negeri 1 Lubuklinggau
memiliki segudang prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik.
Dibidang akademik yaitu sukses ujian nasional berbasis komputer (UNBK)
selama dua tahun berjalan, sukses aksioma, dan sukses ksm. Dibidang non
akademik MTs Negeri 1 Lubuklinggau selalu mengembangkan program-
program unggulan yakni ekstrakurikuler dan mengembangkan perilaku
sehat baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah dan di masyarakat.
Sekolah yang berkualitas tentunya harus memenuhi Standar
Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan menjadi pendorong dan
dapat menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan
memberikan arahan untuk evaluasi diri sekolah yang berkelanjutan, serta
menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang
diharapkan. Sehingga peneliti melihat bahwa salah satu faktor pembentuk
mutu pendidikan madrsah yakni akreditasi kelembagaan yang mana
penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan
berdasarkan standar yang mengacu pada SNP.
Dari paparan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa akreditasi
yang diraih MTs Negeri 1 Lubuklinggau mendapat penilaian A. Hal ini
membuktikan bahwa MTs Negeri 1 Lubuklinggau telah mendapatkan
pengakuan dan penilaian sangat baik terhadap kelayakan dan kinerja.
Pengertian mutu secara umum adalah gambaran atau karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Pendidikan yang bermutu bukan
sesuatu yang tejadi dengan sendirinya, dengan kata lain bahwa hasil dari
suatu proses pendidikan berjalan dengan efektif dan efisien. Mutu madrasah
merupakan gambaran secara menyeluruh mengenai kepuasan dalam
membangun dan menciptakan sesuatu yang berkualitas dalam pendidikan
35
Manajemen Problematika Madrasah
baik dari segi input dan output di madrasah tersebut. Adapun visi dan misi
serta tujuan MTs Negeri 1 Lubuklinggau adalah sebagai berikut :

Visi
“Sumber Daya Manusia Berkualitas Berwawasan IPTEK
berlandaskan IMTAQ”
Misi
e. Menyelenggarakan KBM dengan menggunakan multi pendekatan
pembelajaran
f. Mengembangkan kualitas penguasaan IPTEK
g. Mengembangkan penguasaan dan pengalaman IMTAQ
h. Meningkatkan keterampilan berbahasa asing, olahraga dan seni
Tujuan
g. Sukses 100 % ujian nasional
h. Sukses aksioma
i. Sukses KSM
j. Memaksimalkan kagiatan ekstrakurikuler
k. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana
l. Memprogramkan sekolah sehat dan perilaku sehat
Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan
di MTs Negeri 1 Lubuklinggau adalah hasil akhir pendidikan dibidang
akademik yaitu sukses ujian nasional, sukses aksioma, dan sukses ksm
bagi peserta didik.

Berbagai strategi yang dilakukan MTs Negeri 1 Lubuklinggau


dalam menghadapi persaingan agar tidak kalah dengan sekolah lain di
era yang serba millenial sekarang ini. Terkait dengan adanya strategi
membangun brand image yang dilakukan, maka akan menimbulkan
persepsi baik atau tidak baik penilaian dari masyarakat mengenai
madrasah ini. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka
akan timbul pencitraan yang baik pula. MTs Negeri 1 Lubuklinggau
melaksanakan beberapa strategi untuk membangun brand image. Dalam
membangun brand image dalam meningkatkan daya saing suatu lembaga
pendidikan tentu ada langkah-langkah startegis yang dilakukan kepala
madrasah. Oleh karena itu peneliti mengungkap berdasarkan hasil
observasi wawancara dan dokumentasi bahwa kepala madrasah
melakukan beberapa langkah-langkah yang dapat membentuk brand
image.Brand image merupakan hal yang penting, brand merupakan janji
36
Manajemen Problematika Madrasah
yang diberikan oleh lembaga kepada masyarakat sedangkan image
merupakan kepercayaan dari masyarakat yang harus dijaga. Karena
brand image merupakan hal yang penting maka memerlukan langkah-
langkah strategis yang harus dilakukan.

B. Keadaan Sarana Dan Prasarana MTs Negeri 1 Lubuklinggau


Penyelenggarakan pendidikan dalam lembaga pendidikan formal
seperti MTs Negeri 1 Lubuklinggau memerlukan fasilitas yang cukup
memadai dalam menjalankan fungsinya. Fasilitas dan sarana yang ada baik
fisik maupun non fisik mempunyai peranan penting dalam mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu suatu lembaga
pendidikan yang baik dan yang mampu memenuhi harapan untuk mencapai
tujuan pendidikan adalah bagaimana memenuhi fasilitas-fasilitas yang
diperlukan, sehingga dengan demikian anak didik dapat belajar dengan
baik. Adapun Fasilitas berupa fisik yang diperlukan dalam pendidikan yaitu
sebagai berikut :

No Sarana dan Prasarana Jumlah


1. Gedung Ruang Kelas 33 Rombel
2. Ruang Guru 2 Ruang
3. Ruang Staf Tata Usaha 2 Ruang
4. Gedung Olahraga 1 Ruang
5. Rumah Tahfidz 4 Ruang 2 Lantai
6. Mushola 1 Ruang
7. Ruang UKS 1 Ruang
8. Ruang Laboratorium 1 Ruang
9. Ruang Perpustakaan 2 Ruang
10. Toilet Guru 4 Ruang
11. Toilet Siswa 12 ruang

Sarana dan Prasarana MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Terkait sarana gedung dan perlengkapannya dapat dilihat


bahwasanya pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut sangat dibutuhkan
dalam pendidikan untuk menunjang berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran bagi peserta didik dan stake holder di MTs Negeri 1
Lubuklinggau. Sedangkan fasilitas non fisik yang diperlukan berupa

37
Manajemen Problematika Madrasah
suasana tenang, gembira, aman dan sejuk. Gedung madrasah atau ruangan
kelas merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Untuk itu MTs Negeri Lubuklinggau selalu membenahi dan
meningkatkan sarana dan prasarana yang dimiliki untuk memberikan
kenyamanan kepada para siswa di antaranya dengan membuat taman
penghijauan yang dihiasi air mancur disepanjang ruang guru dan ruang
kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Pembenahan dan meningkatkan sarana
dan prasarana yang ada, jadi masih banyak yang harus dilakukan agar para
siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar apabila
fasilitasnya terpenuhi. Hasil wawancara dengan kepala madrasah yang
menyatakan bahwa tujuan membenahi dan meningkatkan sarana dan
prasarana ini merupakan suatu upaya agar sekolah ini bisa memberikan
kenyamanan kepada para siswa sehingga dapat berdampak pada prestasi
belajar para peserta didik di MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Peserta didik MTs Negeri 1 Lubuklinggau memiliki banyak prestasi,
baik prestasi dibidang akademik maupun non akademik. Dibidang
akademik yaitu sukses ujian nasional berbasis komputer (UNBK) selama
dua tahun, sukses aksioma, dan sukses ksm. Dibidang non akademik
MTs Negeri 1 Lubuklinggau selalu mengembangkan program-program
unggulan yaitu ekstrakurikuler. Salah satu program unggulan yang
sedang berjalan dan sangat prospek dalam hal pendidikan dan
keagamaan yaitu didirikannya rumah Tahfidz Attadzkir di MTs Negeri 1
Lubuklinggau yang sudah berjalan lebih kurang 1 bulan.
2. Pendidikan dalam lembaga pendidikan formal seperti MTs Negeri 1
Lubuklinggau memerlukan fasilitas memadai dalam menjalankan
fungsinya. Fasilitas dan sarana yang ada baik fisik maupun non fisik
mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan proses belajar
mengajar khusunya di MTs Negeri 1 Lubuklinggau.

38
Manajemen Problematika Madrasah
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MADRASAH DI MADRASAH
ISLAMIYAYAH SWASTA (MIS) 01 KEPAHIANG

Japaruddin

Kemajuan suatu bangsa tergantung pada pendidikannya. Tidak ada


bangsa yang maju tanpa melalui tangga pendidikan. Karenanya, tantangan
bagi negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, adalah bagaimana
menjadikan pendidikan sebagai strategi kebudayaan menuju kemajuan bangsa.
Apalagi jika suatu negara itu kaya sumberdaya alamnya sekaligus memiliki
sumberdaya manusia yang berkualitas utama, maka negara tersebut tentu akan
mengalami lompatan kemajuan yang sangat signifikan
Di era globalisasi ini, perlu adanya perhartian khusus terhadap
pendidikan. Untuk dapat menjawab segala tantangan zaman dan kemajuan
IPTEK di era lobalisasi ini, peningkatan mutu pendidikan menjadi hal yang
sangat penting. Faktor paling penting dalam peningkatan mutu sekolah adalah
faktor kepemimpinan (Sugeng Listiyo, 2008: 15). Karena pemimpin memiliki
wewenang untuk megelola dan mengatur segala sumber daya yang ada di
sekolahnya.
Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut.
Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi
umat manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya
dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa
depan.
Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan peraturan
pemerintah No. 28 tahun 1990, No. 60 tahun 1999 dan No. 73 tahun 1991.2
Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai peraturan
perundang-undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat serta pendidikan
keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal
dan informal, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman. Pendidikan Islam juga Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama
dan pendidikan keagamaan. Pendidikan islam harus disukseskan dalam jenis,
jenjang dan jalurnya, sesuai dan sejalan dengan aspirasi bangsa, permasalahan
yang perlu dibahas adalah bagaimana cara pelaksanaanya agar pendidikan

39
Manajemen Problematika Madrasah
islam lebih berguna dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualatas dan
unggul.
Sebenarnya usaha dan maksud untuk mengintegrasikan antara
madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah Islam (termasuk disini Madrasah
Aliyah/SMA Islam) yang merupakan warisan budaya bangsa (umat Islam),
dengan sekolah-sekolah umum yang berasal dari warisan pemerintah Kolonial,
sehingga membentuk satu sistem Pengajaran Nasional yang merupakan
kehendak dari UUD 1945.3 Usaha dan maksud tersebut kemudian dipertegas
oleh BP-KNIP dalam usulnya kepada pemerintah untuk “memberikan
pengajaran agama secara teratur bersama di sekolah-sekolah” dan
“memberikan perhatian dan bantuan serta tuntunan kepada madrasah agar
dapat meningkatkan mutu dan peranannya sebagai alat dan sumber pendidikan
dan pencerdasan bangsa”. Namun demikian, pelaksanaan 3 Hal tersebut
nampak jelas dari panitia persiapan kemerdekaan dalam bidang Pendidikan
dan Pengajaran yang menghendaki agar dalam Negara RI nanti,
diselenggarakan dalam satu sistem pendidikan yang mampu memberikan
pendidikan akal budi dan kecerdasan secara merata dalam sitem pendidikan
dan pengajaran yang bersendi agama dan kebudayaan bangsa, menuju
keselamatan dan kebahagian masyarakat. Rencana tersebut merupakan
realisasi dari pasal 31 ayat 2 UUD 1945.
Namun ternyata penyelenggaraanya menyimpan dari rencana
tersebut, pendidikan agama disekolah-sekolah hanya bersifat fakultatif,
sedangkan pemberian bantuan dan tuntunan kepada madrasah-madrasah,
dilimpahkan tugas dan wewenangnya kepada kementerian agama. Dengan
demikian pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara terpisah dengan
pengembangan sekolah- sekolah, sehingga meninbulkan pendidikan Nasioanal
yang bersifat dualisme yang justru bertentangan dengan maksud dan usaha
dari UUD 1945 itu sendiri.
Madrasah dan Sekolah Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Sebenarnya usaha dan maksud untuk mengintegrasikan antara madrasah-
madrasah dan sekolah-sekolah Islam (termasuk disini Madrasah Aliyah/SMA
Islam) yang merupakan warisan budaya bangsa (umat Islam), dengan sekolah-
sekolah umum yang berasal dari warisan pemerintah Kolonial, sehingga
membentuk satu sistem Pengajaran Nasional yang merupakan kehendak dari
UUD 1945.3 Usaha dan maksud tersebut kemudian dipertegas oleh BP-KNIP
dalam usulnya kepada pemerintah untuk “memberikan pengajaran agama
secara teratur bersama di sekolah-sekolah” dan “memberikan perhatian dan
bantuan serta tuntunan kepada madrasah agar dapat meningkatkan mutu dan
40
Manajemen Problematika Madrasah
peranannya sebagai alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan bangsa”.4
Namun demikian, pelaksanaan 3 Hal tersebut nampak jelas dari panitia
persiapan kemerdekaan dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran yang
menghendaki agar dalam Negara RI nanti, diselenggarakan dalam satu sistem
pendidikan yang mampu memberikan pendidikan akal budi dan kecerdasan
secara merata dalam sitem pendidikan dan pengajaran yang bersendi agama
dan kebudayaan bangsa, menuju keselamatan dan kebahagian masyarakat.
Rencana tersebut merupakan realisasi dari pasal 31 ayat 2 UUD 1945.
Namun ternyata penyelenggaraanya menyimpan dari rencana
tersebut,pendidikan agama disekolah-sekolah hanya bersifat fakultatif,
sedangkan pemberian bantuan dan tuntunan kepada madrasah-madrasah,
dilimpahkan tugas dan wewenangnya kepada kementerian agama. Dengan
demikian pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara terpisah dengan
pengembangan sekolah- sekolah, sehingga meninbulkan pendidikan Nasioanal
yang bersifat dualisme yang justru bertentangan dengan maksud dan usaha
dari UUD 1945 itu sendiri.
Madrasah Ibtidaiyyah swasta 01 Kepahiang ini didirikan tahun 1979,
yang awal berdirinya berlokasi di Desa Bumi Sari,seiring perjalanan waktu
dan lokasi madrasah yang sempit maka sejak tahun 2012 pindah ke lokasi
sekarang. Madrasah ini berdiri diatas lahan seluas 548 m2 dengan izin
operasional Nomor WG/C/IBT/013/1989 tanggal 01-07-1989. Dengan
Visi”Mewujutkan siswa Berakhlak Mulia Cerdas Dan Berprestasi” dengan
Motto”Sebaik baik kamu Adalah yang belajar dan Mengajarkan Al –
Qur’an” berdiri ditengah komunitas masyarakat mayoritas muslim, secara
logika merupakan lembaga yang menjadi tujuan menyekolahkan anak anak
usia sekolah bagi masyarakat Meranti jaya dan sekitarnya, akan tetapi mereka
lebih memilih sekolah Umum SDN 04 Ujan Mas yang terletak di Desa Bumi
Sari.Kecamatan Ujan Mas.
Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) 01 Kepahiang saat ini jauh
berbeda dengan kondisi 5 (lima) tahun yang lalu. Hal ini bisa dilihat dari segi
kuantitas siswa,suasana sekolah dan aktifitas warga sekolah. Madrasah ini
yang terletak disebelah Timur desa Meranti Jaya, berdekatan dengan komplek
Pemakaman Umum desa Meranti jaya dan Desa Bumi Sari.
Kurun waktu 1979-2007 siswa yang bersekolah disini yang tidak
diterima di SDN 04 Ujan Mas., dengan jumlah siswa yang minim , , belum
memiliki fasilitas yang lengkap dan belum pula memiliki sarana dan
prasarana yang layak untuk digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar
.Seiring perjalan waktu dan peralihan kepemimpinan, Madrasah inipun
41
Manajemen Problematika Madrasah
berbenah membuat trobosan baru dengan mengupayakan berbagai program
untuk mempertahankan eksistensi MIS 01 Kepahiang ini .
Tempat berdirinya madrasah ini, yang berada di pedesaan, dengan
sumber daya manusia yang masih terbatas., dan upaya yang belum maksimal.
Selain itu, faktor yang cukup berpengaruh adalah faktor kepemimpinan kepala
Madrasah dalam meningkatkan eksistensi Madrasah tersebut. Sebuah lembaga
pendidikan harus mempunyai sistem pendidikan yang baik. Sedangkan sistem
pendidikan yang baik adalah ketika suatu lembaga Mempunyai tujuan yang
jelas, perencanaan yang matang, koordinasi yang teratur, pemimpin yang
profesional, kooperatif yang terjaga dan pengawasan serta evaluasi kerja yang
berkedisiplinan tinggi.
Dalam pelaksananaannya perlu melibatkan semua komponen yang ada
di dalamnya, sekecil apapun kapasitasnya tetap mempunyai peranan yang
penting dalam rangka menyukseskan pencapaian tujuan. Keberhasilan
manajemen suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan
kepala sekolah. Sebagai pemimpin di sebuah lembaga, maka dia harus mampu
membawa lembaga tersebut ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,
dia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan
dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala sekolah harus
bertanggung jawab atas kelancaran keberhasilan semua urusan pengaturan dan
pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya dan secara informal
kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.
Kepala Madrasah sebagai seorang pendidik, administrator, pemimpin
an supervisor, diharapkan dengan sendirinya dapat mengelola lembaga
didikan ke arah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan masa
depan Sementara itu efektivitas kualitas dan perilaku kepala sekolah dapat
dinilai dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan fungsi dan perannya sebagai
kepala sekolah, meliputi: pendidik (edukator), manajer, administrator,
supervisor, pemimpin (leader), inovator, motivator dan kewirausahaan. Kepala
Madrasah berupaya dan memiliki tanggung jawab yang besar di dalam
merencanakan, mengorganisir, membina, melaksanakan serta mengendalikan
sekolah dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya.
Betapapun kondisi dan pengelolaan suatu lembaga pendidikan perlu
diketahui oleh masyarakat sekitar agar mereka mau menitipkan puta putrinya
kesekolah tersebud. Apakah penilaian hasil belajar UAN sudah terukur secara
tepat dan benar. Maka diperoleh jawaban sebagai berikut; pertama sistem yang
yang dikembangkan sekarang belum menyeluruh karena lebih beroeientasi
kepada pengajaran sekolah umum sehingga belum menyentuh hasil belajarb
42
Manajemen Problematika Madrasah
yang menyangkut moral an nilai keagamaan yang menjadi keunggulan
Madrasah. Standar penilaian minimal dan pengendalian yang diwujutkan
dalam sistem akreditasi nasional,lebih menitikberatkan kepada pengukuran
input dalam arti ststisatis dan kurang melihat bagaimana intensitas input itu
dipergunakan untuk mendukung proses belajar mengajar, sementara yang
terakhir ini merupakan salah satu keunggulan Madarasah. Penilaian terhadap
hasil belajar siswa secara nasional masih bersifat farsial,baik dalam artian
mata pelajaran maupun carahasil belajar itu diukur.
Dari beberapa penjelasan singkat diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut: Hakikat pendidikan Islam ialah untuk
membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun
rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya
yang didasarkan pada hukum-hukum islam. Problematika Pendidikan Islam ini
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang didalamnya ada : Relasi
Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam, Masalah Kurikulum,
Pendekatan/Metode Pembelajaran, Profesionalitas dan Kualitas SDM, dan
Biaya Pendidikan. Dan faktor eksternal yang meliputi Dichotomic, To General
Knowledge, Lack of Spirit of Inquiry, Memorisasi, dan Certificate Oriented.
Solusi dari problematika tersebut ialah pendidikan Islam harus
dikembalikan kepada fitrahnya dengan tanpa mengesampingkan dimensi-
dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan,
baik formal, informal, maupun nonformal. Serta pendidikan harus dirancang
sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan
potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh
kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Pendidikan Islam di Era Global
ini diorientasikan bahwa Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran, sebagai
Proses Humanisasi, dan sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah

43
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
“Tenaga Pendidik dan Sarpras di MTs Al-Mujahidin Ciptodadi”

Anisa Sufiana

Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu


faktor penentu utama dalam pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses
dan produk pembelajaran. Kepala sekolah adalah orang yang paling
bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal.
Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya
(Danim, 2005). Besarnya tanggung jawab kepala sekolah digambarkan oleh
Sergiovanni (1987) yaitu mengkoordinasi, mengarahkan dan mendukung
aktivitas yang berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks.
Tugas pokok tersebut antara lain merumuskan tujuan dan sasaran
sekolah, mengevaluasi kinerja guru dan staf sekolah, menata dan menyediakan
berbagai sumber organisasi sekolah, membangun dan menciptakan iklim
psikologis yang baik antar anggota komunitas sekolah, menjalin hubungan
dengan masyarakat, membuat perencanaan bersama seluruh personel sekolah
dan melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasional sekolah. 20
Guru sebagai tenaga pelaksana pembelajaran di sekolah harus memiliki
kemampuan profesional. Oleh sebab itu pembinaan profesionalisme guru
secara terus menerus mutlak diperlukan. Salah satu sarana utama untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru adalah melalui supervisi
pendidikan. Kegiatan supervisi pendidikan merupakan bagian integral dari
kegiatan manajemen pendidikan di sekolah.
Menurut Sergiovanni (1987) supervisi merupakan usaha sadar untuk
menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan
guru di sekolah baik secara individual maupun kelompok agar lebih mengerti
dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pembelajaran. Selanjutnya
Depdikbud menyatakan bahwa pembinaan profesional guru adalah pemberian
bantuan kepada 9 guru terutama bantuan yang berwujud bimbingan
profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, guru atau pembina
lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar-mengajar.21

20
Sobri, Ahmad Yusuf. "Pembinaan Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran." Jurnal Manajemen Pendidikan (Maret) 24.1 (2013): 9-20
21
Sobri, Ahmad Yusuf. "Pembinaan Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran." Jurnal Manajemen Pendidikan (Maret) 24.1 (2013): 9-20
44
Manajemen Problematika Madrasah
Pengelolaan sarana dan prasarana sangat penting karena dengan adanya
pengelolaan sarana dan prasarana lembaga pendidikan akan terpelihara dan
jelas kegunaanya. Dalam pengelolaan pihak sekolah harus dapat bertanggung
jawab terhadap sarana dan prasarana terutama kepala sekolah yang langsung
menangani sarana dan prasarana tersebut. Dan pihak sekolahpun harus dapat
memelihara dan memperhatikan sarana dan prasarana sekolah yang
sudah ada. Maka dengan adanya sarana dan prasarana di sekolah siswa dapat
belajar dengan maksimal dan seefesien mungkin.Jadi pengelolaan terhadap
sarana dan prasarana harus lebih ditekankan lagi dalam lembaga pendidikan
seperti sekolah.
Dan harus ada yang bertanggung jawab atas pengelolaan sarana dan
prasarana tersebut.Dengan pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah kepala sekolah dapat merencanakan dan mendata apa saja sarana dan
prasarana yang harus digunakan di sekolah tersebut. Jika semua langkah-
langkah pengelolaan telah berjalan dengan baik seperti yang diharapkan maka
akan berdampak positif terhadap siswa-siswa dalam proses belajar mengajar
dan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Maka
penyelenggara pendidikan baik itu pemerintah, kepala sekolah, guru, personil
sekolah yang lainnya maupun masyarakat perlu terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.22
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang
sangat penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses
pembelajaran, dalam kaitannya dengan pendidikan yang membutuhkan sarana
dan prasarana dan juga pemanfaatannya baik dari segi intensitas maupun
kreatifitas dalam penggunaannya oleh guru maupun oleh siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan
efisien.23
Dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini setiap lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal berusaha untuk memberikan dan
melengkapi fasilitas yang ada di lembagannya untuk memenuhi kebutuhan
semua warga sekolah baik itu guru, staf-staf, peserta didik dan orang tua

22
Megasari, Rika. "Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk
meningkatan kualitas pembelajaran di SMPN 5 Bukittinggi." Jurnal Bahana
Manajemen Pendidikan 2.1 (2014): 636-648.
23
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Aditya Mediabekerjasama
dengan FIP dan UNY: Yogyakarta, 2008), Hlm: 273
45
Manajemen Problematika Madrasah
murid. Dalam upaya melengkapi fasilitas yang ada sebuah lembaga
pendidikan dikatakan maju apabila ketersediaan sarana dan prasarananya
memadai berkaitan dengan proses belajar peserta didik. Proses belajar
mengajar dapat meningkat dengan didukung adanya sarana dan prasarana yang
memadai.24
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar
mengajar. Hal ini merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh sebuah
lembaga pendidikan karena mempengaruhi kelangsungan proses belajar
mengajar di sekolah. Adanya sarana dan prasarana banyak membantu
kelangsungan belajar mengajar di sekolah. Sarana dan prasarana sangat
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, agar siswa lebih
berminat dan mudah menerima penjelasan dari guru.
Apabila sarana dan prasarana yang disediakan kurang, maka dapat
mempengaruhi minat siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar. Jika
siswa memiliki minat dalam mengikuti proses belajar mengajar maka dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan yang paling pokok di lembaga pendidikan, ini berarti berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran tergantung pada proses belajar yang
dialami siswa sebagai peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar Peserta didik juga harus mencapai
kecakapan yang dinyatakan dengan prestasi belajar berdasarkan hasil tes.
Prestasi yang dicapai individu merupakan gabungan dari faktor yang
mempengaruhi proses belajar baik faktor dari dalam diri peserta didik (faktor
internal) dan faktor dari luar diri peserta didik (faktor eksternal). Pada
umumnya prestasi belajar adalah keinginan yang dicapai oleh individu, dalam
hal ini peserta didik atas proses belajar yang telah dilakukannya. Prestasi
belajar juga merupakan implementasi dari suatu keberhasilan siswa. 25setelah
melakukan proses belajar. Di dalam proses pendidikan terutama pada sistem
pembelajaran siswa diharapkan meningkatkan prestasi belajar yang baik dan
bermutu, agar siswa menjadi lulusan yang berintelektual, kreatif serta menjadi
calon-calon tenaga pendidik yang profesional maupun pribadi yang
bertanggung jawab.
Salah satu yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa
adalah kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah tersebut. Sarana
merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan

24
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Hlm:272.
25
Azwan, Syaifudi, Tes Prestasi (Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar),
(Yogyakarta: Pustaka Belajar.2009), hlm:2.
46
Manajemen Problematika Madrasah
menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Seperti :
gedung, kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan atau pengajaran. Seperti : halaman, taman, kebun, jalan
menuju sekolah. Tetapi apabila digunakan secara langsung seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah untuk lapangan olahraga
maka itu termasuk prasarana pendidikan.26
Sarana prasarana sekolah harus memenuhi standar minimum dalam hal
ini dapat dilihat dari PERMENDIKNAS No.24 tahun 2007 pasal 1
menyebutkan bahwa standar sarana prasarana untuk sekolah dasar/ madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
(SMP/MTS), dan sekolah menenggah atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA)
mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria 4 minimum prasarana. Untuk
menjamin terwujudnya kegiatan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif,
efisien dan menyenagkan diperlukan adanya sarana dan prasarana yang
memadai.
Kriteria minimum yang yang harus dimiliki oleh sekolah formal baik
dari Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs), dan Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA) meliputi : ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium
kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling,
ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sikulasi dan
tempat bermain/ berolahraga. Proses pendidikan memang memerlukan fasilitas
atau peralatan, akan tetapi semua peralatan atau fasilitas harus diadakan sesuai
dengan kebutuhan. Jika semua peralatan dan fasilitas sudah ada harus
dimanfaatka dan dikelola secara baik dan benar. Kegiatan pegelolaan meliputi:
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan
penghapusan serta penataan.27
Sarana dan prasarana yang baik dapat menciptakan suasana yang
menyenagkan baik bagi guru maupun murid, sehingga prestasi belajar dapat
meningkat dan lembaga pendidikan dapat pula meningkatkan mutu
pembelajarannya, karena fasilitas sudah memadai untuk semua proses

26
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm:49.
27
Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah
Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Bumi
Aksara,2003). hlm:1.
47
Manajemen Problematika Madrasah
pembelajaran. Tetapi pada kenyataannya belum semua lembaga pendidikan
memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang prestasi
belajar siswanya serta meningkatkan mutu proses pembelajaran yang ada
disekolah. Namun pemerintah selalu berupaya untuk selalu meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan dari semua jenjang pendidikan yang ada.
Begitupula dari pihak sekolah selalu berupaya melengkapi sarana dan
prasarana belajar yang ada agar peserta didik dapat meningkatkan prestasinya
secara maksimal dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai.
Oleh karena itu agar sarana dan prasarana yang ada dapat memberikan
kontribusi yang optimal dalam meningkatkan prestasi peserta didik, Sekolah
harus dapat menyediaka dan melengkapi sarana prasarananya. Bila suatu
sekolah kurang memperhatikan fasilitas atau sarana dan prasara pendidikan,
maka siswa-siswanya kurang bersemangat untuk belajar dengan sungguh-
sungguh. Hal ini mengakibatkan prestasi anak menjadi rendah. Kelengkapan
sarana dan prasarana sebagai salah satu penunjang keberhasilan pendidikan,
seringkali menjadi kendala dalam proses penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti bermaksud
mengadakan penelitiaan tentang seberapa besar pengaruh kelengkapan sarana
dan prasaran belajar yang ada di MTs Baitul Makmur Curup terhadap
peningkatan prestasi peserta didik. Sedang judul yang penulis ajukan ialah
“Pengaruh Sarana Dan Prasarana Belajar dan Tenaga Pengajar Terhadap
Peningkatan Prestasi Peserta Didik di MTs Al-Mujahiddin Ciptodadi”

Tamuan dan Analisis Hasil Penelitian

A. Keadaan MTs. Al-Mujahidin Ciptodadi

Madrasah Tsanawiyah Al Mujahidin Ciptodadi merupakan satu-


satunya madrasah yang ada di wilayah kecamatan Sukakarya. Madrasah
Tsanawiyah Al Mujahidin Ciptodadi berupaya untuk membantu program
pemerintah dibidang pengembangan pendidikan yang bernuansa Agama. Di
era globalisasi sekarang ini dengan segala imlikasinya menjadi salah satu
pemicu cepatnya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat, dan bila tidak ada upaya sungguh-sungguh untuk
mengantisipasinya maka hal tersebut akan menjadi masalah yang sangat
serius. Dalam hal ini dunia pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar
terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh dengan bekal
48
Manajemen Problematika Madrasah
IPTEK dan IMTAQ sehingga mampu hidup selaras didalam perubahan itu
sendiri.
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya tidak
dapat dilihat dan dirasakan secara instan, sehingga madrasah sebagai sekolah
yang menjadi ujung tombak dilapangan harus memiliki arah pengembangan
jangka panjang dengan tahapan pencapaiannya yang jelas dan tetap
mengakomodir tuntutan permasalahan faktual kekinian yang ada di
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka kami dan segenap komponen
masyarakat memandang perlu didirikan sebuah lembaga pendidikan Agama
setingkat SMP, dalam hal ini adalah Madrasah Tsanawiyah yang bernaung
dibawah Yayasan Pendidikan Islam Al Mujahidin Ciptodadi yang diberi nama
Madrasah Tsanawiyah Al Mujahidin Ciptodadi, yang didirikan pada tanggal 8
Maret 1991.

B. Identitas Sekolah

 Nama dan alamat Yayasan / Penyelenggara Sekolah


 Yayasan Pendidikan Isalm Al Mujahidin
 Pasar Ciptodadi Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas 31664.
 Nomor Statistik Sekolah 212160516042
 Jenjang akreditasi TERAKRIDITASI B
 Tahun berdiri 1991
 Tahun beroprasi 1991
 Status Tanah Milik Sendiri
 Surat kepemilikan tanah Sertifikasi
 Luas tanah 16800 M2
 Status bangunan Milik sendiri
 Luas bangunan 288 M2
 Keadaan Guru dan Pegawai
o a. Jumlah Guru Keseluruhan 21 Orang
o b. Guru Tetap Yayasan 10 Orang
o c. Guru Tidak Tetap Yayasan 7 orang
o d. Guru PNS / di perbantukan 3
 Staf Tata Usaha 3 orang

49
Manajemen Problematika Madrasah
C. Visi dan Misi dan Tujuan MTs Al-Mujahidin

Visi MTs Al-Mujahidin Ciptodadi

Mencetak generasi muda yang cerdas, Membina Akhlak,


Meraih prestasi, Bertanggung jawab, Berwawasan Global yang di
landasi nilai-nilai budaya luhur sesuai dengan ajaran agama Islam.

Misi MTs Al-Mujahidin Ciptodadi

 Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.


 Menanamkan Aqidah/ keyakinan melalui pengamalan ajaran
agama Islam.
 Mengembangkan Pengetahuan di bidang IMTAQ, IPTEK, Bahasa,
Olah raga dan Seni budaya sesuai bakat, minat, dan potensi
siswa.
 Membentuk sumber daya manusia yang Aktif, Kreatif, Inovatif
sesuai dengan perkembangan zaman.
 Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan.

Tujuan MTs. Al-Mujahiddin Ciptodadi

 Tujuan madrasah kami merupakan jabaran dari visi dan misi


sekolah dengan rincian sebagai berikut:
 Dapat mengamalkan ajaran Agama Islam hasil Proses
Pembelajaran dan Kegiatan Pembinaan.
 Menguasai dasar-dasar ilmu Pengetahuan dan teknologi
sebagai bekal untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi.
 Menjadi Madrasah Pelopor dan Penggerak di lingkungan
masyarakat sekitar.
 Menjadi Madrasah yang di minati dan di teladani di
masyarakat.
 Tujuan sekolah tersebut secara bertahap akan dimonitor
dan dievaluasi, setiap kurun waktu tertentu untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Pertama,

50
Manajemen Problematika Madrasah
yaitu Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama
Islam dalam kehidupan.
 Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk
berkarya dan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung
jawab.
 Berpikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif dalam
memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui berbagai
media.
 Menyenangi dan menghargai seni.
 Menjalankan pola hidup bersih, bugar, dan sehat.
 Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta
dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.

WAWANCARA
Nama : Ustadz Bukhari, S.Pd.I
Jabatan : Guru Kelas
Tempat : Kantor MTs. Al-Mujahidin
Waktu : Senin, 7 Oktober 2019
Pukul : 10.00 WIB

1. Peneliti : Bagaimana letak geografis MTs Al-Mujahidin ?


Guru : Mts.Al-Mujahidin Ciptodadi merupakan di bawah Yayasan
Pondok Pesantren Al-Mujahidin Ciptodadi yang terletak di
kecamatan Suka Karya, dan di dalamnya terdapat RA Al-Mujahidin,
MI Al-Mujahidin, Mts. Al-Mujahidin, dan MA Al-Mujahidin, dan
ketiganya masih tergabung dalam satu lokasi. Maka dari itu sarana
dan prasarana seperti sarana olahraga sudah ada namun dikarenakan
lokasi yang sempit, jadi MTs. Al-Mujahidin hanya memiliki satu
lapangan olahraga

Dapat Peneliti simpulkan Dari hasil wawancara penulis


terhadap salah satu tenaga pendidik di Mts. Al-Mujahidin Ciptodadi,
yang bernama Ustadz Bukhari, S.Pd.I, beliau menerangkan bahwa
Mts.Al-Mujahidin Ciptodadi merupakan di bawah Yayasan Pondok
Pesantren Al-Mujahidin Ciptodadi yang terletak di kecamatan Suka
Karya, dan di dalamnya terdapat RA Al-Mujahidin, MI Al-Mujahidin,
Mts. Al-Mujahidin, dan MA Al-Mujahidin, dan ketiganya masih

51
Manajemen Problematika Madrasah
tergabung dalam satu lokasi. Maka dari itu sarana dan prasarana seperti
sarana olahraga sudah ada namun dikarenakan lokasi yang sempit, jadi
MTs. Al-Mujahidin hanya memiliki satu lapangan olahraga, lapangan
multi fungsi yang terletak di tengah-tengah gedung leter U jadi ketika
akan olahraga disesuaikan dengan olahraganya sehingga memakan
waktu untuk membongkar pasang sarana olahraga misalkan dari
lapangan voly di sulap menjadai lapanangan vutsal. dan menyebabkan
tidak efektifnya proses pembelajaran.

2. Peneliti : Apakah dengan Sarpras yang ada sudah cukup


mendukung proses belajar mengajar ?
Guru : Pembelajaran di laksanakan pada siang hari dimana pada
saat itu banyak siswa yang mengantuk dan juga pasti jam belajar
kurang karena di mulai pembelajaran jam 13.00 sampai jam 17.30
dan itu hanya berkisar 4 jam setengah belum dikurangi dengan
istirahat dan shalat ashar berjamaah, serta kultum rutin siswa ba‟da
ashar.

Dari sini dapat disimpulkan kurang efektifnya pembelajaran


karena di laksanakan pada siang hari dimana pada saat itu banyak
siswa yang mengantuk dan juga pasti jam belajar kurang karena di
mulai pembelajaran jam 13.00 sampai jam 17.30 dan itu hanya berkisar
4 jam setengah belum dikurangi dengan istirahat dan shalat ashar
berjamaah, serta kultum rutin siswa ba‟da ashar.

3. Peneliti : Apa keunggulan dari segi sarpras di MTs Al-Mujahidin di


banding dengan sekolah lain di Kecamatan Suka Karya ?
Guru : Jika Sarana Informatika sudah sangat baik di kerenakan
MTs Al-Mujahidin sudah memiliki 30 Unit Komputer, sampai
sekolah lain Seperti MTs. Babussalam saat ujian berlangsung masih
meminjam lokasi dan komputer MTs. Al-Mujahidin. Dari sarana
ibadah ada satu masjid Jami‟ Al-Mujahidin, jadi masih gabung
dengan yang lain ketika shalat berjamaah bergabung dengan MA
Al-Mujahidin.

52
Manajemen Problematika Madrasah
4. Peneliti : Apa yang tidak ada di MTs Baitul Makmur dari segi
Sarpras ?
Guru : MTs. Al-Mujahidin belum memiliki ruangan UKS tersendiri
jadi, ketika ada santri yang sakit, maka santri di rawat jadi satu
dengan kantor. Mengenai ruangan kelas MTs ini jika pagi hari
digunkan untuk MI al-Mujahidin jadi MTs Al-Mujahidin masuk
tepat pukul 13.00 sampai dengan 17.30, hal ini di karenakan
kurangnya ruang belajar.

5. Peneliti : Apakah tenaga pendidik MTs Al-Mujahidin merupakan


tenaga pendidik tetap di MTs Baitul Makmur ?
Guru : banyak tenaga pendidik yang di ambil dari sekolah lain,
yang pada pagi harinya mengajar di sekolah aslinya dan pada siang
harinya mengajar di MTs. Al-Mujahidin.

Dari hasil waancara penulis kepada Kepala Madrasah bapak


Amrullah, S.Pd mengenai tenaga pendidik di MTs. Al-Mujahidin
masih sangat kurang, dari faktanya masih banyak tenaga pendidik yang
di ambil dari sekolah lain, yang pada pagi harinya mengajar di sekolah
aslinya dan pada siang harinya mengajar di MTs. Al-Mujahidin.
Kurangnya tenaga pengajar tetap menyebabkan kurang efektif
pembelajaran karena guru yang mengajar sebagian adalah guru sekolah
lain yang pada pagi harinya sudah mengajar di sekolahnya sehingga
ketika mengajar di MTs Al-Mujahidin separoh tenaganya sudah habis,
hanya tinggal sisa tenaga saja untuk mengajar di MTs Al-Mujahidin.

53
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI KABUAPTEN LEBONG

Adi Suardi

Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan


tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan
kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika
sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan tercapai kemajuan
yang dicita-citakannya sebaliknya bila proses pendidikan yang dijalankan
tidak berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajuan yang dicita-
citakan.
Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai
kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan,
namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu
bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan.
misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan
kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita
baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang
antara lain menyatakan:
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui
oleh masyarakat”.

Namun didalam dunia pendidikan sendiri banyak masalah-masalah


pendidikan yang dihadapi di era globalisasi ini. Baik itu masalah yang bersifat
internal maupun eksternal. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalahan
pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas pada permasalahan
pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan permasalahan pendidikan
islam, terlebih dahulu disajikan uraian singkat tentang fungsi pendidikan.
Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting, karena permasalahan
pendidikan pada hakikatnya terkait erat dengan realisasi fungsi pendidikan.
Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi
menjadi tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya
keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan
Islam sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu
54
Manajemen Problematika Madrasah
pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai nilai (value) yakni ditemukannya
nilai-nilai islami dalam sistem pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan
islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat
dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.

Faktor Internal

1. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan


manusia, atau mengangkat harkat dan martabat manusia atau human
dignity, yaitu menjadi khalifah di muka bumi dengan tugas dan tanggung
jawab memakmurkan kehidupan dan memelihara lingkungan. Tujuan
pendidikan yang selama ini diorientasikan memang sangat ideal bahkan,
lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pernah terlaksana dengan
baik.

Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional,


barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau
kabur kehilangan orientasi mengingat adalah tuntutan pola kehidupan
pragmatis dalam masyarakat Indonesia. Hal ini patut untuk dikritisi
bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan efek positif, dengan
kemudahan-kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan
kehidupan yang disebabkan olehnya menjadikan disorientasi pendidikan.
Pendidikan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau
kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan islam sebagai
pondasi budaya, moralitas, dan social movement (gerakan sosial)
menjadi hilang

2. Masalah Kurikulum

Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya
otoriter yang terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh
keinginan pihak “atas”. Dalam sistem yang seperti ini inovasi dan
pembaruan tidak akan muncul. Dalam bidang kurikulum sistem
sentralistik ini juga mempengaruhi output pendidikan. Tilaar
55
Manajemen Problematika Madrasah
menyebutkan kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem
manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan output
pendidikan manusia robot. Selain kurikulum yang sentralistik, terdapat
pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan berkaitan dengan
saratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan
muatan.

Hal ini mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu


banyak dibebani oleh mata pelajaran. Dalam realitas sejarahnya,
pengembangan kurikulum Pendidikan Islam tersebut mengalami
perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma sebelumnya tetap
dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut: (1)
perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks
dari ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin mental spiritual
sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan
makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai tujuan
pembelajaran Pendidikan Islam. (2) perubahan dari cara berpikir
tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara berpikir historis, empiris,
dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan
nilai-nilai islam.(3) perubahan dari tekanan dari produk atau hasil
pemikiran keagamaan islam dari para pendahulunya kepada proses atau
metodologinya sehingga menghasilkan produk tersebut. (4) perubahan
dari pola pengembangan kurikulum pendidikan islam yang hanya
mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi
kurikulum pendidikan islam ke arah keterlibatan yang luas dari para
pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan
Pendidikan Islam dan cara-cara mencapainya.

3. Pendekatan/Metode Pembelajaran

Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas


kompetensi siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu
membangkitkan potensi guru, memotivasi, memberikan suntikan dan
menggerakkan siswa/mahasiswa melalui pola pembelajaran yang kreatif
dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi yang
memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjang
tercapainya sekolah yang unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing
dalam arus perkembangan zaman. Siswa atau mahasiswa bukanlah
56
Manajemen Problematika Madrasah
manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya, berjuta-juta
pengalaman yang cukup beragam ternyata ia miliki. Oleh karena itu,
dikelas pun siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan
siap mengkritisinya. Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari,
hingga sekarang ini siswa masih banyak yang senang diajar dengan
metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte, karena lebih
sederhana dan tidak ada tantangan untuk berpikir.

4. Profesionalitas dan Kualitas SDM


Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia
sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik
yang masih belum memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru dan tenaga
kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi
mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan.

5. Biaya Pendidikan
Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan
tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang
bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait dengan amanat konstitusi
sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
memerintahkan negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN
dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum
terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan
genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam
anggaran strategis pendidikan.

Faktor Eksternal

1. Dichotomic
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam
adalah dichotomy dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama
dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara antara Wahyu
dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala
perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini
mulai tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam
melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman pertengahan
menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti
57
Manajemen Problematika Madrasah
antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota
semua ilmu.

2. To General Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu
pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang
memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving).
Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang
selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas
menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai
permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari
jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan
sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan, ciri
terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak
adanya kemampuan untuk berpikir dan tidak mampu untuk melihat
konsekuensinya.

3. Lack of Spirit of Inquiry


Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia
pendidikan islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan
penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas merujuk kepada
pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al Afghani,
Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit” (semangat intelektual)
menjadi salah satu faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran
Islam di Timur Tengah

4. Memorisasi
Rahman menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari
standar-standar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu
terletak pada kenyataan bahwa, karena jumlah buku-buku yang tertera
dalam kurikulum sedikit sekali, maka waktu yang diperlukan untuk
belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat menguasai materi-
materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi
ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang. Hal ini
pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi
tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini
menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan
(memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya. Kenyataan
58
Manajemen Problematika Madrasah
menunjukkan bahwa abad-abad pertengahan yang akhir hanya
menghasilkan sejumlah besar karya-karya komentar dan bukan karya-
karya yang pada dasarnya orisinal.

5. Certificate Oriented
Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab
al‟ilm, telah memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih
mencari ilmu, melakukan perjalanan jauh, penuh resiko, guna
mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari guru diberbagai tempat,
dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik
para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu
adalah knowledge oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada
masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh besar yang memberikan
banyak konstribusi berharga, ulama-ulama encyclopedic, karya-karya
besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang
ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan
kecenderungan adanya pergeseran dari knowledge
oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu hanya
merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja,
sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas
berikutnya.

Solusi Problematika Pendidikan Islam

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi.


Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan
mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi,
Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan
tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan
fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam
kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus
dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam
suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping
itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami
masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai
sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam

59
Manajemen Problematika Madrasah
kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.
Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun
kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan
fungsi yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut
Rahman adalah pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan
dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera
dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi pokoknya
adalah secularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti
diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya.
Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para pengelola
lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk
melakukan nazhar atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus
diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model
pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang
sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut.
Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul wa al‟fahsh, yakni
melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat
dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak
al-syai‟ wa ru‟yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara
pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan
melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan
alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari
berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.

Orientasi Pendidikan Islam Di Era Global

Menurut Ahmad Tantowi, dengan adanya era globalisasi ini perlu


adanya rumusan orientasi pendidikan Islam yang sesuai dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Orientasi tersebut ialah
sebagai berikut :

1. Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran

Pendidikan Islam harus diorientasikan untuk menciptakan “kesadaran


kritis” masyarakat. Sehingga dengan kesadaran kritis ini akan mampu
menganalisis hubungan faktor-faktor sosial dan kemudian mencarikan
jalan keluarnya. Hubungan antara kesadaran tersebut dengan pendidikan
60
Manajemen Problematika Madrasah
Islam dan globalisasi ialah agar umat Islam bisa melihat secara kritis
bahwa implikasi-implikasi dari globalisasi bukanlah sesuatu
yang given atau takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan, akan tetapi
sebagai konsekuensi logis dari sistem dan struktur globalisasi itu sendiri.

2. Pendidikan Islam sebagai Proses Humanisasi

Proses Humanisasi dalam pendidikan Islam dimaksudkan sebagai upaya


mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan
berkembang dengan segala potensi (fitrah) yang ada padanya. Manusia
dapat dibesarkan (potensi jasmaninya) dan diberdayakan (potensi
rohaninya) agar dapat berdiri sendiri dan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.

3. Pendidikan Islam sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah

Akhlak merupakan domain penting dalam kehidupan masyarakat,


apalagi di era globalisasi ini. Tidak adanya akhlak dalam tata kehidupan
masyarakat akan menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri.Hal ini
bisa diamati pada kondisi yang ada di negeri ini. Menurut Abuddin Nata,
hal seperti ini pada awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik
(penguasa), tetapi kini ia telah menjalar kepada masyarakat luas,
termasuk kalangan pelajar. Bagi pendidikan Islam, masalah pembinaan
akhlak sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Sebab akhlak memang
merupakan misi utama agama Islam. Hanya saja, akibat penetrasi
budaya sekuler barat, belakangan ini masalah pembinaan akhlak dalam
institusi pendidikan Islam tampak lemah. Untuk itu, pendidikan Islam
harus dikembalikan kepada fitrahnya sebagai pembinaan akhlaq al-
karimah, dengan tanpa mengesampingkan dimensi-dimensi penting
lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan, baik
formal, informal, maupun nonformal.Pembinaan akhlak sebagai (salah
satu) orientasi pendidikan Islam di era globalisasi ini adalah sesuatu
yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebab eksis tidaknya suatu bangsa sangat
ditentukan oleh akhlak masyarakatnya.

61
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN UKS MTs NEGERI 1 LUBUKLINGGAU

Pertiwi

Pendidikan dalam konteks otonomi daerah diharapkan dapat mengambil


peran dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang
dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berbunyi: “Pendidikan nasional berfugsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.28
Oleh karena itu, lembaga pendidikan hendaknya harus dikelola secara
profesional dengan manajemen yang baik oleh pendidik dan tenaga
kependidikan, mengingat sebagaimana kita ketahui bahwa lembaga
pendidikan merupakan salah satu wadah pembangunan nasional yang
kaitannya dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Manajemen
dalam lembaga pendidikan merupakan aktivitas pekerjaan guna mencapai
sebuah tujuan dalam mencapai visi dan misi. Karena manajemen merupakan
proses bekerja sama dengan dan melalui individu atau kelompok serta sumber
daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasinya.29
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sangat besar peranan dan
fungsi manajemen dalam suatu organisasi lembaga pendidikan. Keberhasilan
manajemen tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh
keberhasilan seorang manajer yaitu kepala madrasah dalam mengelola tenaga
pendidik dan kependidikan yang tersedia di Madrasah. Kepala madrasah salah
satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
sumber daya manusia khususnya kinerja guru. Kepala madrasah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi madrasah,
pembinaan tenaga kependidikan dan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana.30

28
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3
29
Syafaruddin dan Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan
(Jakarta:Grasindo, 2004), h. 53.
30
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 25.
62
Manajemen Problematika Madrasah
Madrasah secara kelembagaan perlu dikembangkan dari sifat reaktif dan
proaktif terhadap perkembangan masyarakat menjadi rekonstruksionistik
sosial. Perkembangan masyarakat menjadi rekonstruksionistik berarti
pendidikan madrasah perlu aktif memberi corak dan arah terhadap
perkembangan masyarakat yang dicita-citakan. Untuk memiliki kemandirian
dalam menjangkau keunggulan, filosofi ini perlu dijabarkan dalam strategi
pengembangan pendidikan madrasah yang visioner, lebih memberi nilai
tambah strategis dan lebih meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Strategi pengembangan pendidikan madrasah perlu dirancang agar mampu
menjangkau alternatif jangka panjang, mampu menghasilkan perubahan yang
signifikan, ke arah pencapaian misi dan visi lembaga, sehingga akan memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif terhadap bangsa-bangsa lain.
Pengembangan madrasah, di satu pihak, tidak boleh apriori terhadap
trend pendidikan yang dibawa oleh proses globalisasi, internasionalisasi dan
universalisasi, seperti komputerisasi, vokasionalisasi dan ekonomisasi. Tetapi
di pihak lain, pengembangan madrasah harus tetap tegar dengan karakteristik
khas yang dimilikinya sebagai bumper kehidupan masyarakat dari
persoalanpersoalan moral dan spiritual.
Strategi pengembangan madrasah dilakukan dengan 5 (lima) strategi
pokok, yaitu : 1) Peningkatan layanan pendidikan di madrasah; 2) Perluasan
dan pemerataan kesempatan pendidikan di madrasah; 3) Peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan; 4) Pengembangan sistem dan manajemen pendidikan
dan 5) Pemberdayaan kelembagaan madrasah.31
Ikhtiar untuk pengembangan madrasah pada situasi apapun, termasuk
juga pada situasi krisis ekonomi yang sampai sekarang ini masih dirasakan
akibatnya, strategi yang ditempuhnya lebih difokuskan pada upaya mencegah
peserta didik agar tidak putus sekolah, mempertahankan mutu pendidikan agar
tidak semakin menurun. Menurut Abudin Nata (2003: 20), indicator
keberhasilannya adalah : (a) angka putus sekolah di madrasah dipertahankan
seperti sebelum krisis dan akhirnya dapat diperkecil; (b) peserta didik yang
kurang beruntung seperti yang tinggal di daerah terpencil, tetap dapat
memperoleh layanan pendidikan minimal tingkat pendidikan dasar (Madrasah
Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah); (c) siswa yang telah terlanjur putus
sekolah didorong untuk kembali atau memperoleh layanan pendidikan yang
sederajat dengan cara yang lain, misalnya di madrasah terbuka; dan (d) proses
belajar mengajar di madrasah tetap berlangsung meskipun dana yang terbatas.

31
Depag, 2004 : 38.
63
Manajemen Problematika Madrasah
Kebijakan utama yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan
sekolah adalah : (a) mempertahankan laju pertumbuhan angka partisipasi
pendidikan dengan menyesuaikan kembali sasaran pertumbuhan angka absolut
partisipasi pendidikan yang ada di semua jenjang dan jenis madrasah; (b)
melanjutkan pemberian beasiswa dan dana bantuan operasional pendidikan di
semua jenis madrasah yang kemudian lambat laun dikurangi jumlahnya
sejalan dengan semakin pulihnya krisis ekonomi dan meningkatnya kembali
kemampuan orang tua peserta didik dalam membiayai pendidikan; (c)
mengintegrasikan dana bantuan operasional pendidikan secara bertahap ke
dalam anggaran rutin untuk menunjang kegiatan operasional pendidikan di
madrasah; (d) meningkatkan dan mengembangkan program pendidikan
alternatif secara konseptual dan kesinambungan terutama untuk sasaran
peserta didik yang kurang beruntung; (e) meningkatkan ketertiban masyarakat
dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan.32
Meskipun strategi ini terfokus pada program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun, jenis dan jenjang pendidikan lainnya pun
tercakup. Indikator-indikator keberhasilannya adalah : (a) mayoritas penduduk
berpendidikan minimal SLTP dan partisipasi pendidikan meningkat, yang
ditunjukkan dengan prestasi pada semua jenjang dan jenis sekolah; (b)
meningkatnya budaya belajar yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka
melek huruf; dan (c) proporsi jumlah penduduk yang kurang beruntung yang
mendapat kesempatan pendidikan semakin meningkat.33
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau adalah salah satu
madrasah yang berupaya meningkatkan mutu pendidikan mengarah pada
pencapaian madrasah bermartabat. Tentunya upaya yang dilakukan tidak asal
jalan, tetapi memiliki strategi pengembangan yang dapat ditampilkan pada
masyarakat. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau yang sekarang ini
berkembang pesat bukanlah datang secara tiba-tiba, tetapi melewati sejarah
dan usaha keras yang panjang, berbagai kendala, tantangan dan problem telah
berhasil dilalui.

32
Poster, 2000 : 39.
33
Poster, 2000 : 40.
64
Manajemen Problematika Madrasah
Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

A. Sejarah Singkat MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau merupakan satu-satunya


sekolah madrasah negeri yang ada di Kota Lubuklinggau. Pada awal berdiri
Madrasah ini bernama Madrasah Tsanawiyah Negeri Lubuklinggau yang
berdiri sejak tahun 1980 diatas lahan seluas 15.823 m2 dengan nomor SK izin
operasional: SKM 2711980 tanggal SK 31 Mei 1980 beralamat di jalan
Jenderal Sudirman no.06 Kelurahan Kaliserayu, Kecamatan Lubuklinggau
Utara II, Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan, Kode pos 31628. Sekarang
status tanah hak milik dengan sretifikat nomor: 04.13.06.10.4.00002 tanggal
02 Maret 2011. Nomor statistik madrasah: 211160571001, pada tahun 2007
ada penambahan kelas sebanyak 5 kelas di kampus 2 diatas lahan seluas 9,730
m2 status hak milik dengan sertifikat nomor: 04.10.02.04.1.00349 tanggal 19
April 1991.
Pada tahun pelajaran 2014/2015 – 2018/2019 Madrasah memiliki Tujuan
Akademik: 1) Nilai UN dapat meningkat minimal 0,07, 2) Jumlah kelulusan
Ujian Nasional 100 %, 3) Penguasaan dasar-dasar Bahasa Arab, Bahasa
Inggris 50% dari jumlah siswa, 4) Kemampuan membaca Alquran dengan
Tajwid yang baik dan benar 80%. Dan Tujuan Non Akademik: 1) Menjadi
Juara II Turnamen Bola Basket Putra Tingkat SLTP se Kota Lubuklinggau, 2)
Menjadi Juara III Lomba Sekolah Sehat Tingkat SLTP se Kota Lubuklinggau,
3) Menjadi Juara III Lomba Madrasah Berprestasi Tingkat Propinsi Sumatera
Selatan, 4) Menjadi Juara II Lomba Hasta Karya Tingkat SMP/Mts se Kota
Lubuklinggau Tahun 2015.Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Lubuklinggau dari awal berdiri sejak tahun 1980 sampai saat ini pada Periode
1980 sampai dengan 1994 dipimpin oleh H. Muhammad Rasyidi, Periode
1994 sampai dengan 2000 dipimpin oleh Ahmad Bachtiar Arha, S.Pd, Periode
2000 sampai dengan 2003 dipimpin oleh Drs. Burzian, AR, Periode 2003
sampai dengan 2005 dipimpin oleh Fahrunrosi, S. Pd Periode 2005 sampai
dengan 2007 dipimpin oleh Drs. AH. Rahman, Periode 2007 sampai dengan
2009 dipimpin oleh Muhammad Abdu, S. Pd.I, Periode 2009 sampai dengan
2014 dipimpin oleh Drs. J. Ayuti Harun, Periode 2014 sampai dengan 2017
dipimpin oleh Muslim, S.Ag, dan Periode 2017 sampai dengan sekarang
dipimpin oleh Hedi Herdiana, S.Pd.34

34
Dokumen Arsip Tata Usaha MTs Negeri Lubuklinggau
65
Manajemen Problematika Madrasah
Tenaga guru negeri 47 orang terdiri dari guru PAI 13 orang dan guru
mata pelajaran umum 34 orang, tenaga guru honor 25 orang terdiri dari guru
PAI 3 orang, guru mata pelajaran umum 19 orang, guru BK 4 orang, tenaga
kepegawaian 23 orang terdiri dari pegawai negeri 5 orang, pegawai honorer 18
orang terdiri dari pegawai administrasi 12 orang, satpam 2 orang, kebersihan
3 orang, dan penjaga malam 1 orang.

B. Perkembangan MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Wawancara dengan kepala MTs Negeri 1 Lubuklinggau

Kepala Kantor Kemenag Kota Lubuklinggau saat Donor Darah


pada saat HAB Kemenag Kota Lubuklinggau

66
Manajemen Problematika Madrasah
Ruang UKS MTs Negeri 1 Lubuklinggau Tampak dari Depan

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau pada awal berdiri


murid-muridnya menggunakan seragam putih abu-abu, siswi memakai rok
biru pendek dan baju putih tangan pendek tanpa mengenakan jilbab
namun seiring perkembangan zaman sejak tahun 1989 siswi sudah
menggunakan rok panjang dan berjilbab dengan seragam berwarna putih
biru. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau awal
perkembangannya sangat memprihatinkan karena madrasah ini
merupakan madrasah negeri yang dianggap sebagai tempat pelarian murid
yang tidak lulus SMP negeri barulah ia mendaftar ke MTs Negeri.
Namun MTs Negeri Lubuklinggau terus berbenah dan melakukan
perubahan-perubahan dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan yang
positif seperti melengkapi sarana dan prasarana, penulis sendiri (Pertiwi)
ikut terlibat langsung dalam pembenahan ruang UKS mulai dari penataan
ruangan sampai dengan pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan serta
melengkapi administrasi UKS, merintis berdirinya ekstrakurikuler PMR
MTs Negeri 1 Lubuklinggau serta pembuatan kebun toga. Dengan adanya
kegiatan ekstrakurikuler diharapan dapat menciptakan prestasi murid-
murid MTs Negeri Lubuklinggau dan hal ini membuahkan hasil, Sejak
dibentuknya beberapa kegiatan ekstrakurikuler pada tahun 2006 murid-
murid MTs Negeri mulai dapat mengukir prestasi baik di bidang akadmik
maupun non akademik sejak itu mulai banyak prestasi yang di raih MTs
Negeri 1 Lubuklinggau yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah
67
Manajemen Problematika Madrasah
umum baik ditingkat madrasah, tingkat kota Lubuklinggau, dan tingkat
provinsi.
Adapun Kegiatan ekstrakurikuler di MTs Negeri 1 Lubuklinggau
yang ada sampai saat ini adalah Pramuka, Sanggar Seni (Seni tari, seni
musik, hadro,seni suara), PMR, Paskib, Rohis, Olahraga (badminthon,
volly, basket, futsal, tenis meja, bola kaki), IPSI, Karate, Marching Band.
english club, bahasa Arab, olimpiade class (matematika dan IPA) dan
rumah tahfidz.
Sejak banyaknya kegiatan ekstrakurikuler MTs Negeri 1
Lubuklinggau mulai berkembang dibuktikan dengan prestasi murid-murid
dan bertambahnya jumlah murid disetiap tahunnya, pada tahun 2007
terjadi peningkatan sehingga jumlh murid sebanyak 787 orang, pada tahun
2008 sebanyak 874, tahun 2009 sebanyak 939, tahun 2010 sebanyak 952,
tahun 2011 sebanyak 977, tahun 2012 sebanyak 1037, tahun 2013
sebanyak 1057, tahun 2014 sebanyak 1048, tahun 2015 sebanyak 1.044
orang dengan kelas sebanyak 29 kelas, pada tahun 2016 sebanyak 1.077
orang dengan kelas sebanyak 30 kelas, tahun 2017 sebanyak 1.070 orang
dengan kelas sebanyak 30 kelas, tahun 2018 sebanyak 1.096 orang dengan
kelas sebanyak 31 kelas, tahun 2019 sebanyak 1.094 orang dengan kelas
sebanyak 31 kelas.
Dengan prestasi-prestasi yang didapat murid-murid baik dibidang
akademik maupun non akademik mampu menarik perhatian masyarakat
untuk menyekolahkan anak-anaknya di MTs Negeri Lubuklinggau
sehingga sejak tahun 2009 sampai saat ini murid yang mendaftar sekolah
di MTs Negeri 1 Lubuklinggau lebih dari formasi yang ada sehingga
setiap tahun selalu ada murid yang tidak dapat diterima karena melebihi
batas meksimum penerimaan siswa baru.
Kurikulum yang digunakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Lubuklinggau sesuai dengan perkembangan kurikulum diknas, Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau Sejak tahun 2016 mulai
menggunakan kurikulum 2013 (K13) untuk kelas VII sedangkan kelas
VIII dan kelas IX masih menggunakan kurikulum 2006, dan pada tahun
2017 samapi dengan sekarang semua kelas sudah menggunakan
kurikulum 2013.
Tenaga guru negeri 47 orang terdiri dari guru PAI 13 orang dan
guru mata pelajaran umum 34 orang, tenaga guru honor 25 orang terdiri
dari guru PAI 3 orang, guru mata pelajaran umum 19 orang, guru BK 4
orang, tenaga kepegawaian 23 orang terdiri dari pegawai negeri 5 orang,
68
Manajemen Problematika Madrasah
pegawai honorer 18 orang terdiri dari pegawai administrasi 12 orang,
satpam 2 orang, kebersihan 3 orang, dan penjaga malam 1 orang.
Sarana objektif Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lubuklinggau saat
ini terdiri dari 31 ruang belajar, 1 ruang Kepala Madrasah, 1 ruang wakil
kepala madrasah, 1 ruang guru kampus 1, 1 ruang guru kampus 2, 1 ruang
kantor, 1 ruang Tata Usaha, 1 ruang labor IPA, 1 ruang labor Bahasa, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), 1 mushola,
1 ruang serba guna, 1 ruang bimbingan konseling, 1 ruang osis, 1 ruang
ekstrakurikuler, 1 ruang sanggar, 1 rumah tahfidz Qur‟an, 1 ruang
koperasi sekolah, 11 kantin sekolah, 2 WC guru, 17 WC murid, 1 WC
UKS dan 1 gudang

C. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


a. Pengertian UKS
Dalam UU No.23 Pasal 45 tentang UKS ditegaskan bahwa
“Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat pesertadidik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber
daya manusia yang berkualitas”.
Visi dan Misi UKS
VISI
“Mewujudkan Generasi yang Sehat, Mandiri dan Unggul”
MISI
1. Menciptakan lingkungan Madrasah yang bersih
2. Menjalani hidup bersih dan sehat secara mandiri
3. Mampu mencegah dan menghindari pengaruh negatif (Narkoba,
Seks bebas, dan Kenakalan Remaja)
4. Menciptakan lingkungan Madrasah bebas dari rokok
5. Mengupayakan cinta terhadap lingkungan
6. Memberikan pelayanan kesehatan kepada semua warga
Madrasah.

b. Tujuan dan sasaran UKS


Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga

69
Manajemen Problematika Madrasah
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis serta
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan Khusus
Memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat
kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup:
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat serta peserta didik
berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan.
2. Sehat, baikfisik, mental maupun social.
3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk
penyalahgunaan narkotika, obat-obatan, dan bahan berbahaya,
alkohol, rokok, dan sebagainya.

Sasaran UKS
Sasaran UKS adalah Peserta didik dan lingkungannya.
Adapun sasaran pembinaan UKS adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik
2. Pembina teknis (guru dan petugas kesehatan)
3. Pembinaan non teknis (pengelolah pendidikan dan karyawan
sekolah)
4. Sarana dan prasarana pendidikan serta pelayanan kesehatan
5. Lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat

c. Sekolah Sehat
Sekolah sehat adalah sekolah yang bersih, hijau, indah dan
rindang, peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat. Sekolah sehat di Indonesia dapat dicapai bila
sekolah melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
melalui tiga program pokok UKS (Trias UKS) yaitu Pendidikan
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat, serta melaksanakan upaya-upaya peningkatan
kebugaran jasmani secara baik melalui program pendidikan jasmani.
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar harus menjadi “Health Promoting School” artinya sekolah
yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya.

70
Manajemen Problematika Madrasah
 Sekolah memiliki lingkungan kehidupan sekolah yang
mencerminkan hidup sehat.
 Mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
 Berlangsungnya proses belajar mengajar dengan baik.
 Tercipta kondisi yang mendukung terciptanya kemampuan
peserta didik untuk berperilaku hidup sehat.

Madrasah Tsanawiyah Negeri Lubuklinggau sangat


peduli dengan lingkungan sekolah sehat. Sehat merupakan hak
azazi manusia, selian itu sehat merupakan investasi yang tak
ternilai dan sangat berharga sekali keberadaannya. Di sekolah
peserta didik ditanamkan jiwa sehat karena peserta didik
merupakan aset (modal Utama) pembangunan masa depan yang
perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi kesehatannya.
Sekolah merupakan tempat pembelajaran, dapat terancam
terjadinya penularan penyakit jika tidak dikelolah dengan baik.
Maka dari itu MTs Negeri 1 Lubuklinggau melakukan upaya
promosi kesehatan melalui program kegiatan UKS menanamkan
nilai-nilai PHBS di sekolah demi terciptanya lingkungan sekolah
yang sehat.
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan seluruh warga sekolah
atas dasar kesadaran sabagai hasil pembelajaran sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Berkat inovasi-inovasi yang dilakukan MTs Negeri 1
Lubuklinggau berhasil meraih juara 2 lomba sekolah sehat tingkat
Provinsi Sumatera Selatan dan jumlah siswa yang sakit berkurag
sehingga siswa/siswi MTs Negeri 1 Lubuklinggau tumbuh sehat
dan cerdas serta berprestasi.

d. Ketenagaan UKS
 Agar UKS dapat berdayaguna dan memegang peranannya
sebagai motor penggerak kesehatan dilingkungan sekolah,
maka UKS harus dikelolah oleh tenaga yang benar- benar
professional didalam dunia kesehatan. Di MTs Negeri
Lubuklinggau untuk tenaga kesehatan bekerja sama dengan
puskesmas induk Kecamatan Lubuklinggau Utara II.
71
Manajemen Problematika Madrasah
 Dalam pengelolaan UKS Terdapat 1 guru Pembina UKS dan
1 Petugas UKS yang memegang peranan penting dalam
pelaksanaan Trias UKS
 Pesertadidik yang tergabung dalam PMR berperan aktif
menjadi kader kesehatan bagi sekolah dan keluarganya, dan
diharapkan dapat mempelopori para siswa yang lain terutama
dibidang kebersihan. Kader UKS diharapkan dapat
memberikan: Keteladanan dalam membuang sampah. Contoh
penerapan PHBS di lingkungan sekolah dan keluarga.
Keterampilan mengukur tekanan darah, nadi, berat badan dan
tinggi badan

Simpulan penelitian menunjukkan bahwa Madrasah Tsanawiyah


Negeri 1 Lubuklinggau adalah satu-satunya madrasah Tsanawiyah Negeri di
kota Lubuklinggau yang berdiri sejak tahun 1980. Dari pembahasan dapat
disimpulkan MTs Negeri 1 Lubuklinggau banyak memberikan kontribusi
dalam rangka pembangunan sumber daya manusia yang hebat, untuk itu perlu
pengawasan kesehatan sumber daya manusia yang ada di madrasah terutama
murid-murid agar selalu sehat hal ini tidak lepas dari manajerial kepala
madeasah. Adapun saran dalam penelitian ini adalah perlunya peningkatan
sarana prasarana terutama ruang UKS dan perlengkapan kesehatan serta
penyediaan obat-obatan yang lengkap.

72
Manajemen Problematika Madrasah
MANEJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH DI MTS
MAZRO’ILLAH LUBUKLINGGAU

Sukardi

Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang sangat berperan dalam


suatu organisasi. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang
berbeda dalam memimpin para pengikutnya. Perilaku para pemimpin ini
secara singkat disebut sebagai gaya kepemimpinan (leadership style). Proses
pendidikan di suatu madrasah ditentukan oleh kepemimpinan kepala
madrasah, sebab kepala madrasah adalah orang yang paling bertanggung
jawab atas segala sesuatunya yang terjadi di madrasah. Efektivitas mengajar
guru akan optimal, apabila kepala madrasah dapat mengatur dan membimbing
guru-guru secara baik sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan
penuh tanggung jawab, memperhatikan kepentingan bawahannya, sehingga
tidak ada keluhan dalam menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari,
menunjukan kewibawaannnya, sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh
guru maupun siswa.
Keberhasilan kepala madrasah dalam memimpin sangat berpengaruh
dalam meningkatkan disiplin kerja guru. Dalam perannya sebagai seorang
pemimpin, kepala madrasah harus memperhatikan kebutuhan dan perasaan
orang-orang yang bekerja sehingga disiplin kerja guru selalu terjaga. Kepala
madrasah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan
guru-guru agar mempunyai disiplin kerja yang tinggi. Hal tersebut menjadi
lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala
sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan
efisien.
Fakta yang kita sering temukan dalam kehidupan sehari-hari tentang
buruknya kedisiplinan dan kurangnya profesionalisme seorang guru. Misalnya,
ada guru yang malas dalam menjalankan tugasnya, datang terlambat, tidak
membuat perangkat pembelajaran, tidak disiplin dalam berpakaian, tidak
pernah mengikuti upacara bahkan ada guru yang datang ke madrasah ketika
akan menerima gaji saja. Selain guru, kepala madrasah juga memiliki peranan
yang sangat penting. Selain berperan sebagai administrator, kepala madrasah
juga berperan sebagai pengambil kebijaksanaan keputusan tertinggi di
madrasah, sekaligus dapat menindak tegas guru yang tidak profesional dan
kurang disiplin di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan utama
dan kode keguruan. Oleh sebab itu baik buruknya suatu madrasah akan sangat

73
Manajemen Problematika Madrasah
ditentukan oleh kinerja kepala sekolahnya. Untuk dapat menegakkan disiplin
di madrasah, kepala madrasah hendaknya menerapkan perilaku yang dapat
membangkitkan semangat kerja para personalia madrasah khususnya guru.
Kepala madrasah sebagai pemimpin harus mendorong disiplin kerja guru
dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap
guru, baik secara individu maupun kelompok.35
Kepala madrasah sebagai pimpinan tertinggi di madrasah sangat
berpengaruh dan menentukan kemajuan madrasah dan harus memiliki
kemampuan manajerial yang baik, memiliki komitmen yang tinggi dan luwes
dalam melaksanakan tugasnya. Seorang kepala madrasah juga harus dapat
mengupayakan dalam membina disiplin kerja guru-gurunya yang kurang
disiplin dalam bekerja bahkan malas untuk mengajar. Sebagai salah satu
kunci kesuksesan dan keberhasilan manajemen madrasah adalah salah satunya
memiliki guru yang enerjik semangat dalam melaksanakan tugasnya
berpenampilan menarik dan simpatik . Suatu madrasah akan tercermin
pencitraan (image ) yang baik di mata masyarakat apabila madrasah tersebut
memiliki guru yang enerjik, simpatik dan berkepribadian yang menawan,
menerapkan disiplin mengajar baik dan akan mendatangkan umpan balik
positif terhadap perkembangan madrasah terlebih dalam rangka menjaga
manajemen madrasah. Dengan adanya peran kepemimpinan kepala madrasah
diharapkan dapat menyusun program madrasah yang efektif, menciptakan
kondisi madrasah yang kondusif dan membangun kerja personil madrasah
serta dapat membina dan membimbing guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Madrasah merupakan suatu lembaga yang di harapkan kegiatan berjalan
dinamis yang mana kepala madrasah senantiasa berinteraksi dengan guru,
memonitor dan menilai kegiatan mereka sehari-hari. Rendahnya disiplin kerja
guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan pada gilirannya akan
berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai seorang
pemimpin kepala madrasah harus dapat mengidentifikasi penyebab rendahnya
disiplin mengajar guru. Dalam hal ini kepala madrasah juga harus dapat
memberikan suasana yang memungkinkan bagi guru untuk dapat bekerja
dengan penuh rasa tanggung jawab, dedikasi yang tinggi serta disiplin kerja
yang tinggi.

35
Andri Avisha, Gaya KepemimpinanKepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di
Lampung Tengah, 2017, h. 6
74
Manajemen Problematika Madrasah
Peran kepemimipinan kepala madrasah membangun dan
mempertahankan, serta meningkatkan disiplin kerja guru dan staf dengan baik
dan rasa tanggung jawab. Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan
bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar- mengajar yang
kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik
dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala madrasah
dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini adalah
guru.

Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

1. Keadaan MTs. Mazro’illah Lubuklinggau

Madrasah ini berstatus Swasta dengan akreditasi „ B‟ yang berjarak


300 km dari ibu kota propinsi dan 7 km dari ibu kota madya, Sk pendirian
madrasah ini adalah SKM/27/1989/31/1989.Tanah bangunan bersertifikat
wakaf. Jumlah tenaga pengajar dan staf administrasi berjumlah 30 orang
dengan rombel 14 rombongan belajar dengan jumlah siswa 350 siswa.
Adapun visi misi MTs Mazro‟illah Lubuklinggau Sebagai berikut :

Visi
“Meningkatkan mutu, Pestasi, Berilmu, Beramal Dan Berakhlak Mulia”
Misi
 Mewujudkan dan melaksanakan kurikulum MTs Mazro‟illah mazro‟illah
berstandar nasional.
 Melaksanakan pembelajaran berkualitas yang aktiv, inovatif , kreatif.
menyenangkan penuh nuansa islami dan berkarakter.
 Menerapkan Tahfzul Qur‟an untuk menciptakan siswa-siswa intlektual.
 Menerapkan sholat lima waktu berjam‟ah untuk menjadikan siswa-siswa
cerdas dan berakhlakul karimah.
 Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik ke tingkat nasional.
 Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengembangan dan
peningkatan mutu madrasah.

3. Tujuan MTs. Mazro‟illah Lubuklinggau


 Membentuk siswa berkarakter.
 Membentuk siswa memiliki pemahaman keagamaan dan
pengamalannya.
75
Manajemen Problematika Madrasah
 Membentuk siswa memiliki prestasi dalam bidang studi
 Membentuk siswa memiliki skil baik itu olah raga maupun seni
 Membentuk siswa yang berkemampuan minimal 1 juz alqur‟an

2. Keadaan Tenaga Pendidik MTs Mazro’illah lubuklinggau

Wawancara dengan kepala MTs. Mazro‟illah tanggal 30 september 2019


tentang keadaan tenaga pendidik di MTs. Mazro‟illah

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala MTs Mazro‟illah


yang bernama Marsusi, S.Pd beliau menjelaskan : “Guru yang mengajar di
MTs Mazro‟illah sudah serjana strata satu semua , dan sesuai dengan bidang
studi yang di ampuh masing-masing . Dan semuanya tenaga honorer belum
ada yang berstatus pegawai negeri”36
Dari wawancara tersebut dapat di ketahui bahwa tenaga pendidik di
sana dari segi keilmuan sudah mumpuni untuk mengajar di madrasah yang
setingkat SMP sederajat. Namun mungkin dari segi kompetensi perlu di asah
lagi sebab tenaga honorer belum perna mengikuti prajabatan seperti tenaga
guru yang PNS yang sering mengikuti pelatihan-pelatihan atau MGMP guru
bidang studi.
“Guru yang mengajar di mazro‟illah berjumlah 26 orang, sedangkan
yang sudah memiliki sertifikat pendidik atau sudah sertifikasi baru 4 orang.

36
Wawancara dengan Kepala MTs Mazro‟illah 30 September 2019
76
Manajemen Problematika Madrasah
Dam guru yang mengajar sudah sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-
masing”37 Dari wawancara tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
guru yang mengajar disana secara disiplin ilmu sudah mumpuni karena sudah
strata satu semua. Namun secara finansial guru di sana belum bisa dikatakan
sesuai harapan karena dari 26 tenaga pendidik baru 4 orang yang sudah
sertifikasi.
“Guru-guru yang mengajar semuanya berdomisi di kota lubuklinggau
bahkan ada yang tinggal di komplek pesantren mazro‟illah tersebut sebagai
pembina dan pengasuh di pesantren mazro‟illah”38 Dari wawancara tersebut
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa secara kehadiran untuk tepat waktu
mengajar di kelas tidak ada kendala baik dari segi kemacetan ataupun jarak
yang jauh antara rumah dengan tempat mengajar. Karena semua guru yang
mengajar di MTs Mazro‟illah berdomisili di kota lubuklinggau bahkan ada
yang satu komplek dengan siswa-siswa yang tinggal dan menginap di
pesantren mazro‟illah. Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala
madrasah berikut ini ”Setiap awal tahun, kami selalu membuat rencana
anggaran pendapatan belanja madrasah, rencana pengembangan madrasah,
rencana kerja kepala madrasah, wakil kepala madrasah, pembina
ektrakurikuler,guru dan tata usaha yang mengacu pada visi dan misi madrash”.
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap warga madrash
untuk mengetahui peran kepala madrasah sebagai manajer dalam perencanaan
pendidikan, penyusunan program madrasah selalu melibatkan wakil kepala
madrash, guru dan staf tata usaha, seperti yang diungkapkan oleh salah
seorang guru berikut ini: ” Penyusunan program madrasah dilaksanakan secara
musyawarah oleh warga madrasah yang terdiri dari kepala madrash , ketua
komite, guru mata pelajaran Staf. Penyusunan ini perlu dimusyawarahkan
terlebih dahulu karena mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya :
sarana dan prasarana, lingkungan, keragaman karakter dan kemampuan siswa
serta biaya”.39

37
Wawancara dengan Kepala MTs Mazro‟illah 30 September 2019
38
Wawancara dengan Kepala MTs Mazro‟illah 30 September 2019
39
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
77
Manajemen Problematika Madrasah
Kantor dan Ruang Guru serta ruang rapat tempat pembinaan guru dan
staf MTs Mazro‟illah

Dalam merencanakan suatu program madrash , kepala madrasah selalu


melibatkan elemen madrasah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
kepala MTs Mazro‟illah Lubuklinggau. Langkah-langkah yang ditempuh oleh
kepala madrasah untuk melibatkan elemen madrash dalam pengelolaan secara
terpadu dan menyeluruh antara lain: bersama wakil-wakil kepala madrasah
menyusun program tahunan dan rencana kerja operasional serta menyusun visi
dan misi madrash, mengadakan rapat pembagian tugas tahun pelajaran dan
semester, mengadakan rapat rutin setiap bulan sekali, menerapkan disiplin
guru, pegawai dan siswa terhadap peraturan yang berlaku di madrasah ini,
setiap guru harus melapor hasil kegiatan belajar mengajar di kelas terutama
hasil evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan sehingga diketahui tentang
daya serap siswa terhadap pelajaran yang diberikan, selalu berusaha untuk
meningkatkan fasilitas sarana dan prasaran madrasah untuk kelancaran proses
pembelajaran di madrasah melalui proposal dana baik ke Dinas pendidikan
kabupaten, meningkatkan potensi anak melalui kegiatan ektra kurikuler dan
pengembangan diri dan mengusahakan tanpa pungutan dana.

78
Manajemen Problematika Madrasah
Ruang belajar Santri-santri Mta Mazro‟illah

Dari hasil wawancara dengan guru MTs. Mazro‟illah Lubuklinggau


mengenai program kepala madrasah untuk meningkatkan prestasi siswa
adalah : ”Untuk meningkatkan prestasi dan minat serta kemampuan siswa,
kami mengadakan kegiatan kesiswaan berupa pembinaan melalui sanggar
MIPA dan IPS dalam menghadapi olympiade. Selain itu kami juga melak
kegiatan Pengembangan diri seperti : Pramuka, PMR, karate, kali grafi,
tilawah, Hadroh , bola kaki ,bola volly, batminton, yang dilaksanakan setiap
hari sabtu”.40
Dalam upaya menerapkan disiplin kerja guru maka kepala madrasah
membuat suatu peraturan yang harus disepakati oleh warga madrasah.
Peraturan ini di buat pada setiap awal tahun pelajaran. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara dengan kepala madrasah : ”Untuk meningkatkan disiplin
bagi warga madrasah dan mengingatkan agar mereka dapat menjalankan
tugas-tugas dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab, maka saya setiap
awal tahun selalu mengingatkan para guru dan staf untuk mentaati peraturan
pada rapat awal tahun”.
Untuk perencanaan keuangan madrasah , menurut kepala madrasah
dilakukan dengan menyusun RAPBS atau rencana anggaran pendapatan dan
belanja madrash bersama dengan wakil-wakil kepala madrasah , bendahara
madrasah, guru-guru dan komite madrasah pada setiap awal tahun pelajaran
yang disesuaikan dengan program tahunan madrasah. Hal ini dibenarkan oleh

40
Wawancara dengan Kepala MTs Mazroillah tanggal 30 september 2019
79
Manajemen Problematika Madrasah
SB yang kebetulan menjabat sebagai bendahara madrasah yaitu : ”Keuangan
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu karena madrasah tidak
akan berjalan tanpa adanya biaya operasional berupa dana. Untuk menyusun
rencana keuangan biasanya saya bersama kepala madrasah meminta guru-
guru untuk membuat proposal kebutuhan guru dalam mengajar yang dijadikan
pedoman penyusunan RAPBS”.41
Dalam menjalankan fungsi perencanaannya kepala madrasah berupaya
untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa dengan jalan membuat
program belajar tambahan bagi siswa siswi yang akan menghadapi ujian akhir
dan juga membuat program peningkatan prestasi dalam menghadapi lomba-
lomba baik tingkat kabupaten maupun propinsi. Perencanaan yang dilakukan
oleh kepala madrasah seperti membuat jadwal pelakanaan dan anggaran yang
dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu untuk
lebih memantapkan kegaiatan yang akan dilaksanakan kepala madrasah juga
membentuk kepanitian dalam mengelola dan membimbing siswa dalam setiap
kegiatana-kegiatan itu.

3 . Keadaan sarana prasarana di MTs. Mazro’illah Lubuklinggau

Masjid MTs Mazro‟illah tempat pembinaan mental santri-santri mazro‟illah

41
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
80
Manajemen Problematika Madrasah
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dan observasi penulis
langsung di lapangan MTs mazro‟illah : “ Berdiri di atas tanah kurang lebih 2
hektar , Sudah memilki 1 buah kantor dan ruang guru , 1 lapangan sepak bola,
2 buah lapangan voly bal, 1 buah lapangan takraw, 2 buah lapangan bulu
tangkis, 14 rombel, satu lab. IPA, 1 Leb komputer satu musollah utnuk siswa
perempuan dan satu masjid untuk siswa laki-laki serta satu buah kantin. Dan di
setiap rayon asrama sudah ada toilet”.42
Berdasarkan observasi dan wawancar penulis dengan kepaka MTs
mazro‟illah tertanggal 30 september 2019 di atas dapat dipahami bahwa MTs
mazro‟illah dari segi sarana-prasaran fisik sudah mumpuni. Gedung-gedung
yang mereka meliki sudah berdiri kokoh dan megah. “ Pembangunan sarana
prasarana berasal dari 80% dari uang bangunan awal tahun siswa,dan 20% ada
bantuan dari pemerintah atau dari darmawan atau alumni yang sudah sukses
”43

Kantin dan warung serba ada MTs Mazro‟illah

Dari wawancara ini dapat dipahami bahwa sarana dan prasarana yang
di miliki oleh MTs mazro‟illah sumber dana dalam pembangunan sarana dan
prasarana berasal sebaigan besar dari wali siswa dan sebagian kecil di bantu
oleh pemerintah atau dermawan yang berinfak dalam pembanganguan sekolah
ini.

42
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
43
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
81
Manajemen Problematika Madrasah
“Kendala yang di hadapi oleh pelatih ekskul seperti pelatih voly ball,
kaligrafi, tilawah terkendala belum ada uang lelah secara khusus untuk pelatih
eskul. Jika di ajukan ke pihak yayasan susah untuk dicairkan. Jadi pelatih-
pelatih tersebut hanya dengan ikhlas demi kemajuan siswa di bidang
ekstrakulikuler”44 Dari wawancara ini dapat di pahami bahwa untuk kegiatan
eskul terkendala dengan sulitnya dana untuk pelatih. Dan imbasnya MTs
Mazro‟illah jarang mengikuti even-even yang di laksanakan di kota
lubuklinggau untuk tingkat SMP sederajat.
Dari pembahasan terdahuludapat penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai beriktu : Guru yang mengajar di pesantren mazro‟illah
dari segi akademis sudah mumpuni untuk menjadi seorang pendidik, namun
dari segi finansial harus di perhatikan baik dari pihak yayasan Al-Hadi yang
menaungi MTs Mazro‟illah. Maupun pemerintah indonesia dalam hal ini
kementrian agama. Sarana dan prasarana yang di miliki sudah mumpuni
namun perlu penambahan lokal seiring meningginya animo masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di madrasah, serta perlunya penambahan leb. Bahasa.

44
Wawancara dengan kepala MTs Mazro‟illah tanggal 30 september 2019
82
Manajemen Problematika Madrasah
MENGEMBANGKAN KARAKTER ISLAM ANAK
DARI PERSPEKTIF KEBUDAYAAN DI SEKOLAH DASAR
UNGGULAN AISYIYAH TAMAN HARAPAN CURUP

Susanti

Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai


suatu proses pembelajaran kepada peserta didik (manusia) dalam upaya
mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik tersebut. Islam memandang
peserta didik sebagai makhluk Allah dengan segala potensinya yang sempurna
sebagai khalifah fil ardh, dan terbaik di antara makhluk lainnya.45 Pendidikan
dipengaruhi banyak hal, salah satunya adalah budaya. Budaya dapat
mempengaruhi pendidikan karena setiap manusia hidup di dalam budaya. Pada
saat ini budaya lokal semakin tergeser dengan adanya budaya-budaya modern
yang terus berkembang. Kebudayaan lokal semakin terpinggirkan dari
masyarakat dan kurang membumi.
Dalam perspektif pendidikan, Allah SWT. telah memberikan bimbingan
dan petunjuk untuk dijadikan acuan teori, konsep maupun praktek pendidikan
dalam menyiapkan generasi penerus untuk mengemban tugas kekhalifahan di
muka bumi ini. Salah satunya sebagaimana tersirat dalam Al Quran surat An
Nisa‟ ayat 9 yang artinya sebagai berikut : “Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-
anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Kutipan ayat tersebut memiliki nilai universal dan mengingatkan kita
semua untuk tidak meninggalkan generasi masa depan yang lemah; yaitu baik
lemah secara fisik, intelektual, moral, sosial maupun spiritual, sehingga pesan
tersebut dapat dijadikan spirit pendidikan dalam mewujudkan generasi kuat
dan sejahtera yang sanggup menghadapi tantangan zamannya. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, instrument strategik yang diyakini memiliki
tingkat akurasi tinggi adalah melalui proses pendidikan. Ada pepatah China
mengatakan bahwa jika anda mempunyai rencana kehidupan satu tahun,
tanamlah padi; jika anda mempunyai rencana kehidupan sepuluh tahun,
tanamlah pohon; dan jika anda mempunyai rencana kehidupan sepanjang
hayat, didiklah orang-orang.

45
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi (Cet Ke
3), (PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta, 2006), hal. 51.
83
Manajemen Problematika Madrasah
Tilaar menyatakan pandangannya tentang pengertian operasional
hakekat pendidikan sebagai berikut ; bahwa pendidikan adalah suatu proses
menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan
global.46
Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses yang
berkesinambungan, bahwa mendidik manusia adalah proses yang tidak akan
pernah selesai. Pendidikan tidak berhenti ketika peserta didik menjadi dewasa
tetapi akan terus menerus berkembang selama terdapat interaksi antara
manusia dengan lingkungan sesama manusia serta dengan lingkungan
alamnya. Pendidikan mempunyai tugas menumbuhkembangkan eksistensi
manusia sebagai suatu keberadaan yang interaktif. Interaksi di sini bukan
hanya interaksi dengan sesama manusia, tetapi juga dengan alam dan dunia ide
termasuk dengan Sang Pencipta alam semesta Allah SWT.
Pendidikan juga tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari kebudayaan.
Proses pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses pembudayaan
adalah proses pendidikan. Menafikan pendidikan dari proses pembudayaan
merupakan proses alienasi dari hakekat manusia dan dengan demikian alienasi
dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti
menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan
manusia. 47
Sementara menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan di artikan sebagai
daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin,
karakter ), pikiran ( intelektual ) dan tubuh ( fisik ) anak. Ketiga hal tersebut,
yaitu tumbuhnya budi pekerti, intelektual dan fisik anak tidak dapat dipisah-
pisahkan agar supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan
dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan dunianya .48
Dalam pandangannya yang lain Ki Hajar Dewantara memberikan
pengertian tentang maksud dan tujuan pendidikan sebagai berikut bahwa
pendidikan adalah tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan adalah tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak, berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu berada

46
Ibid, hal. 53.
47
Oni Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. (Jakarta: Grasindo), hal. 47
48
Ibid, hal. 49.
84
Manajemen Problematika Madrasah
di luar kemampuan dan kehendak pendidik. Anak-anak sebagai makhluk,
sebagai manusia, sebagai benda hidup akan hidup dan tumbuh menurut
kodratnya sendiri. Kodrat yang ada pada anak tiada lain adalah segala
kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak. Jadi yang ada
adalah kekuasaan kodrat. Para pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya
atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat tersebut agar dapat memperbaiki
lakunya hidup dan tumbuhnya.49
Dengan demikian tujuan pendidikan sebenarnya bukan semata
penguasaan pengetahuan, keterampilan teknikal saja, karena ini sekedar alat,
atau perkakas. Tetapi tujuan pendidikan adalah bertumpu pada anak itu sendiri
yang dapat berkembang mencapai sempurnanya hidup manusia, sehingga bisa
memenuhi segala bentuk keperluan hidup lahir dan batin. Ibarat suatu tanaman
tujuan yang akan dicapai adalah bunganya, yang kelak akan menghasilkan
buah. Demikian pula dalam pendidikan, bahwa buahnya pendidikan adalah
matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang
sempurna dan memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungannya.
Namun demikian, dalam prakteknya proses pendidikan harus
berhadapan dengan mainstream global yang tidak bisa kita hindari, yaitu arus
globalisasi. Globalisasi adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihadang
oleh kekuatan apapun. Pada dasarnya globalisasi merupakan proses kemajuan
yang melahirkan ketergantungan antar bangsa dan Negara, yang ditandai oleh
derasnya arus informasi, komunikasi, lalu lintas barang, jasa dan modal,
bahkan tenaga kerja, secara bebas antar Negara.
Globalisasi merupakan fenomena bagaikan pisau bermata dua; satu sisi
memberi dampak positif, sedangkan sisi yang lain member dampak negative.
Pada sisi positif, globalisasi menyebabkan terjadinya perluasan pasar yang
berdampak terhadap kenaikan pendapatan suatu bangsa. Dalam bidang social
politik, globalisasi membawa angin segar pada system dan tata pemerintahan
yang cenderung member kebebasan dan kedaulatan kepada rakyat. Dalam
bidang budaya, globalisasi menyebabkan interaksi antar bangsa yang semakin
massif dan intens, sehingga arus pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan
semakin terbuka.
Sementara sisi negative dari globalisasi juga tidak kalah banyaknya. Di
bidang ekonomi menyebabkan semakin menganga jurang antara kelompok
kaya dan miskin. Dalam bidang social politik demokrasi cenderung mengarah

49
Fasli Jalal. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa:Tiga Stream
Pendekatan. (Jakarta: Kemendiknas. 2010), hal.59.

85
Manajemen Problematika Madrasah
pada demokrasi tanpa batas. Dalam bidang budaya, adanya globalisasi
membawa dampak pada mudahnya warga masyarakat di Negara-negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia meniru budaya Negara luar, dalam
berbagai bentuk. Seperti, pola pergaulan, pola berpakaian, pola makan, dan
berbagai pola perilaku lain yang pada gilirannya justru dapat merusak harkat,
martabat dan jati diri bangsa itu sendiri.50

1. Budaya dapat dijadikan sebagai bahan pendidikan karakter Islam


terhadap anak di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan
Curup

Seperti yang dibahas sebelumnya, untuk menjadikan budaya sebagai


pendidikan karakter Islam anak yang perlu dilakukan adalah dengan
mencocokan dan menggabungkan antara budaya dan agama. Kita dapat
menggunakan teori konstruktivisme pembelajaran budaya yang dikembangkan
dari pemikiran Vygotsky (Social and Emancipator Constructivism). Teori
konstruktivisme ini disimpulkan bahwa siswa (anak didik) mengkonstruksikan
pengetahuan yang dimiliki atau penciptaan sebuah makna yang dijadikan
sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam konteks sosial.51
Dalam teori tersebut, dapat kita lihat dengan jelas bahwa poin penting
dalam teori tersebut adalah interaksi dalam konteks sosial. Jadi, kita mendidik
anak dengan melatihnya berinteraksi dengan hal-hal yang ada di sekitarnya,
dimulai dengan keluarga.
Keluarga adalah satuan terkecil kelompok orang dalam masyarakat yang
terdiri dari suami dan istri, atau suami, istri, dan anak-anak mereka Peran
keluarga dalam mendidik karakter Islam anak adalah dengan memberi
pengetahuan tentang berbagai nilai, perilaku, serta kecenderungan yang
dilarang dan diperintahkan bagi agama dan masyarakat. Untuk menumbuhkan
karakter Islam yang baik pada anak, keluarga harus mengajarkan tujuh hal
penting yang dikemukakan oleh Michele Borba yaitu empati, hati nurani,
kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan. Ketujuh
macam kebajikan itulah yang dapat membentuk manusia berkualitas di mana
pun dan kapan pun.52

50
Ibid, hal. 60.
51
Dwi Trisnawati, Implementasi Pembelajaran Berbasis Budaya pada Kelas IV di SD
Negeri Godean 2 Sleman Yogyakarta. Skripsi. FKIP, Pend. Pra Sekolah dan Sekolah
Dasar, (Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hal. 20.
52
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (AMZAH, Jakarta, 2015), hal. 66.
86
Manajemen Problematika Madrasah
Selain dalam lingkungan keluarga, sekolah juga merupakan salah satu
wadah ntuk membentuk karakter islami pada siswa. Di Sekolah Dasar
Unggulan Aisyyah Taman Harapan Curup, guru mengajarakan siswa
memnumbuhkan rasa empati dengan melakukan jum‟at baraokah. Disini siswa
menyumbang segenggam berasyang nantinya akan disumbangkan kepada
orang yang membutuhkan. Dengan mengajarkan empati diharapkan anak akan
peka terhadap perasaan orang lain dan juga membuatnya dapat menafsirkan
dengan tepat gejala emosi seseorang, baik dari nada suara, postur tubuh,
ekspresi wajah.
Selain itu siswa didik untuk menumbuhkan rasa kontrol diri yang dapat
membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berpikir sebelum
bertindak sehingga ia melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan
mengambil tindakan yang berakibat buruk. Rasa hormat mendorong anak
bersikap baik dan menghormati orang lain juga selalu di tumbuhkan dalam diri
siswa dengan cara tidak mengejek teman.

2. Kendala dalam mengembangkan Pendidikan Karakter Islam


terhadap anak di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan
Curup

Dalam proses penanaman karakter kepada peserta didik ustadz-


ustadzah Sekolah dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapn Curup mengalami
beberapa hambatan. Dari mulai kontrol terhadap para siswa di luar sekolah
sangat sulit. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri dalam rangka
penanaman karakter bagi peserta didik. Peran serta keluarga dan masyarakat
dalam proses pembentukan karakter anak masih rendah. Padahal, kebiasaan di
lingkungan keluarga dan masyarakat ikut berpengaruh besar dalam
pembentukan karakter anak. Resiko dari gejala diatas, ustadz-ustadzah
mempunyai tanggung jawab yang berat dalam mengawal penanaman karakter
pada diri siswa. Padahal sekolah hanya memiliki waktu yang sangat sedikit
dalam hal tersebut.
Dalam setiap kesempatan ustadz-ustadzah harus selalu berusaha
menyentuh dan memotivasi peserta didik dengan masalah karakter. Menurut
penulis hambatan lain dan hal tersebut penting dalam penanaman karakter di
Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup adalah sistem
pendidikan di sekolah yang sehari penuh (full day school). Full day school

87
Manajemen Problematika Madrasah
merupakan sebutan untuk sekolah-sekolah yang menerapkan pembelajaran
selama sehari penuh layaknya waktu seorang pekerja. Dalam full day school,
setiap siswa diharuskan untuk berada di lingkungan sekolah selama satu hari
penuh.
Dengan satu hari penuh berada di sekolah, pihak sekolah mengharapkan
siswa dapat konsentrasi untuk belajar. Di sekolah biasa, waktu pelajaran
maksimal hingga pukul 1-2 siang. Sekolah yang menerapkan sistem full day
kurang lebih 8 jam waktu belajarnya dalam sehari. Hal ini dikarenakan muatan
kurikulum yang banyak yaitu adanya pendidikan umum, pendidikan agama
dan keterampilan. Sehingga membutuhkan waktu belajar yang lebih lama.
Banyak keuntungan yang bisa diraih ketika seorang anak belajar di full day
school. Akan tetapi, ibarat pepatah, tak ada gading yang tak retak. Ungkapan
tersebut juga berlaku bagi sekolah yang menerapkan sistem full day.
Berbagai kelebihan yang ada, ternyata sekolah dengan sistem ini pun
memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan ini juga dapat menjadi
penghambat dalam proses penanaman karakter. Berikut ini akan dipaparkan
beberapa kelemahan atau kekurangan sistem full day school yang menjadi
penghambat proses penanaman karakter. Satu kerugian yang pasti terlihat dari
model full day school adalah hilangnya waktu sang anak untuk bersosialisasi
dan bermain dengan lingkungan sekitar.
Mereka rela kehilangan waktu bermain dan mengeksplor hal-hal lain
yang lebih liar tanpa dibatasi aturan-aturan formal yang seringkali
menjemukan bagi anak. Padahal di dunia itu anak sering kali menemukan dan
mengembangkan talentanya. Cara terbaik untuk memelihara motivasi akan
pengetahuan ini ialah membiarkan anak untuk secara spontan berinteraksi
dengan lingkungan. Pendidikan harus menjamin bahwa pendidikan tidak akan
menumpulkan rasa keingintahuan anak hal-hal luar.

88
Manajemen Problematika Madrasah
Fhoto diatasa merupakan kegiatan sholat berjamaah yang di lakukan di
kelas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk usaha membentuk karakter siswa agar
taat kepada Allah. Namun yang menjadi permasalahan adalah terkadng siswa
sering main-main ketika sholat berlangsung, ada siswa yang mengganggu
temannya, ada yang tidur dan masih banyak lagi. Hal ini menajdi permasalahn
guru dalam membina karakter siswa.
Pendidikan karakter Islam pada anak melalui budaya dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Kita bisa menggabungkan agama dan budaya, mencari
kecocokan antara keduanya. Di dalam pembelajaran berbasis budaya kita
dapat memakai teori konstruktivisme yang mengkonstruksikan pengetahuan
yang dimiliki atau penciptaan sebuah makna yang dijadikan sebagai hasil dari
pemikiran dan berinteraksi dalam konteks sosial yang ditanami dengan nilai-
nilai karakter Islam. Dimulai dari interaksi dengan keluarga dan interaksi di
sekolah.
Dari teori yang ditanami nilai-nilai karakter Islam, Sekolah Dasar
Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup menerapkan nilai-nilai disiplin
yang berkenaan dengan agama untuk menumbuhkan budaya dengan
berkarakter Islam. Hambatan yang dialami ustadz-ustadzah SDIT Al Hasna
dalam penanaman karakter kepada peserta didik berasal dari faktor internal
(dalam) serta factor eksternal (luar). Kendala-kendala tersebut antara lain, dari
mulai kontrol terhadap para siswa di luar sekolah lumayan sulit. Di tambah
lagi peran keluarga dalam membantu proses penanaman karakter masih
kurang. Sering dijumpai keluarga yang lepas tangan dalam mendidik anaknya.
Hambatan lain yang menjadi kendala dalam penanaman karakter di Sekolah
89
Manajemen Problematika Madrasah
Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup adalah sistem pendidikan di
sekolah yang sehari penuh (full day school). Dengan sistem seperti ini anak
kehilangan waktu untuk bersosialisasi dan bermain dengan lingkungan sekitar
(keluarga dan masyarakat). Padahal di dunia luar (masyarakat) anak sering kali
menemukan dan mengembangkan bakat dan talentanya. Ibaratnya sekolah
terbaik itu ada di dunia luar seperti di dalam keluarga dan mayarakat

90
Manajemen Problematika Madrasah
KEADAAN TENAGA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DI MTS AL-
HIDAYAH DESA MARGA PUSPITA

Halimah

Kepemimpinan adalah masalah relasi dan mempengaruhi antara


pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan
berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan
individuindividu yang dipimpin. Kepemimpinan itu bisa berfungsi atas dasar
kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan
orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian suatu tujuan tertentu.53
Kepemimpinan dapat di artikan proses mempengaruhi dan
mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan
kepada pegawainya.54 Kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang
pemimpin, karena seorang pemimpin harus berperan sebagai organisator
kelompoknya untuk mencapai yang telah ditetapkan. Kepemimpinan bisa
didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berhubungan dengan penugasan karyawan perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan.55
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan memiliki tanggung
jawab meningkatkan kinerja para guru di sekolahnya. Oleh sebab itu, kepala
sekolah harus memahami manajemen kinerja (performance management) guna
meningkatkan keefektifan dan efisiensi program-program yang dirancangnya
dalam rangka meningkatkan kinerja guru dan capaian tujuan organisasi
sekolah. Kepala sekolah harus memiliki keterampilan konseptual guna
memikirkan strategi dalam meningkatkan kinerja guru dan kinerja organisasi
sekolah secara komprehensif. Berdasarkan paparan tersebut, program-program
yang dirancang oleh kepala sekolah menjadi hal yang krusial, karena dapat
memengaruhi kinerja dari semua warga sekolah, yakni kinerja guru, kinerja
staf, dan prestasi belajar siswa.56

53
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan Jakarta : Raja Grafindo Persada.
54
A. Mintorogo, Kepemimpinan dalam Organisasi, Yogyakarta: STIA LAN Prees, 1997,h.2
55
Clara Rosa Pudjiyogyanti, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991, h. 143
56
Gunawan, I. (2015). “Strategi Meningkatkan Kinerja Guru: Apa Program yang Ditawarkan
oleh Kepala Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Karir Tenaga
Pendidik Berbasis Karya Ilmiah, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang. Vol. 23.2015

91
Manajemen Problematika Madrasah
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai andil yang
cukup besar terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Perkem-bangan
dan kemajuan sekolah dapat dilihat dari kinerja kepala sekolah yang
profesional serta kepala sekolah tersebut mampu memanfaatkan sumber daya
yang ada secara efektif dan efisien. Melihat peran dan tugas kepala sekolah
yang beranega ragam tersebut kepala sekolah dihadapkan pada tantangan
untuk melaksanakan pendidikan yang terencana dan tertata serta
berkesinambungan dalam mengembangkan mutu pendidikan. Untuk itu dapat
dilakukan dengan cara seorang kepala sekolah mempunyai visi yang jelas dan
terarah.
Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah mempunyai tujuan untuk
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah melalui kegiatan pelaksanaan
program sekolah. Mutu pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari
berbagai sudut pandang. Kesepakatan tentang konsep mutu dikembalikan pada
acuan rumusan atau rujukan yang ada seperti kebijakan pendidikan, proses
belajar mengajar, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas pembelajaran dan
tenaga kependidikan sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang
berkepentingan. Mutu merupakan suatu bentuk atau gambaran mengenai
sebuah organisasi atau lembaga atas kualitas yang diberikan oleh pihak
produsen kepada konsumen, artinya bahwa suatu organisasi atau lembaga
dapat mengelola dengan baik suatu organisasi atau lembaga untuk mencapai
mutu baik pada input, proses, maupun outputnya, sehingga organisasi atau
lembaga harus memiliki hubungan yang baik dengan pelanggannya. Dari
hubungan inilah suatu lembaga dapat dikatakan sebagai lembaga yang
bermutu.57
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung
oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggikarena guru
merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di
sekolah, dan sebagai pengemban kurikulum. Guru yang mempunyai kinerja
yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa
yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi intern (internal motivation) dan motivasi ekstern (external
motivation). Motivasi intern muncul karena adanya faktor dari dalam, yaitu
karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasi ektern muncul karena adanya

57
Azizah, A., & Sobri, A. Y. (2016). Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 20(2), 208-214.

92
Manajemen Problematika Madrasah
faktor dari luar, terutama dari lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran factor
eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja
guru.
Keberhasilan pendidikan sesungguhnya akan terjadi bila ada interaksi
antara tenaga pendidik dengan peserta didik. Guru sebagai tenaga pendidik
merupakan pemimpin pendidikan, dia amat menentukan dalam proses
pembelajaran di kelas, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari
bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya, ini berarti bahwa kinerja
guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu
pembelajaran/pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output
pendidikan setelah menyelasaikan sekolah.
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung
oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggikarena guru
merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di
sekolah, dan sebagai pengemban kurikulum. Guru yang mempunyai kinerja
yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa
yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi intern (internal motivation) dan motivasi ekstern (external
motivation). Motivasi intern muncul karena adanya faktor dari dalam, yaitu
karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasi ektern muncul karena adanya
faktor dari luar, terutama dari lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran factor
eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja
guru.
Rendahnya kinerja guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas
yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan
pendidikan. Pada kondisi semacam ini, kepala sekolah memegang peranan
penting, karena dapat memberikan iklim yang memungkinkan bagi guru
berkarya dengan penuh semangat. Dengan keterampilan manajerial yang
dimiliki, kepala sekolah membangun dan mempertahankan kinerja guru yang
positif. Seorang guru dapat dikatakan memiliki motivasi kerja yang tinggi
apabila merasa puas terhadap pekerjaannya, memiliki motivasi, rasa tanggung
jawab dan antusiasme. motivasi merupakan sikap atau tingkah laku
sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam
mencapai tujuan dengan penuh tanggung jawab dan disiplin, sehingga
pekerjaan dapat terlaksana dengan mudah, dapat tercapai apa yang menjadi
tujuannya..

93
Manajemen Problematika Madrasah
Jadi, Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan
merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat
umum yang telah mempercayai sekolah danguru dalam membina anak didik.
Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan
penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu
pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang
ditunjukkan guru.

Temuan dan Hasil Penelitian

1. Keadaan Tenaga Pendidik di MTS Al-Hidayah Desa Marga Puspita

Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan sebagai


permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah suatu kendala
atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan sesuatu yang diharapkan dengan baik,
agar tercapai hasil yang maksimal.
Sedangkan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia problematika atau
problem adalah sesuatu yang masih menimbulkan masalah atau hal yang
belum dapat di pecahkan atau diselesaikan. Masalah penelitian pada
hakekatnya adalah kesenjangan atau gap antara apa yang seharusnya terjadi
dengan apa yang terjadi dalam kenyataan. Dengan kata lain masalah penelitin
itu adalah perbedaan antara kondisi yang terjadi dan kondisi yang diharapkan
atau boleh juga diartikan sebagai perbedaan antara kondisi sekarang dengan
tujuan yang diinginkan.58Oleh karena itu, problematika adalah sesuatu yang
harus dipecahkan atau dicarikan jalan keluar dari sebuah kejadian.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala MTS Al-hidayah
Desa Marga Puspita yang bernama Kodri, S.Pd.I menjelaskan, Adapun
ProblematikaGuru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah. “Guru yang
mengajar di MTS Al-hidayah Rata-rata tamatan dari SMA, di karenakan
kurangnya tenaga pendidik di sekolah tersebut, dan di sebabkan juga karena di
desa tersebut kurangnya anak yang sarjana strata satu, mungkin hanya
beberapa saja yang lulusan sarjana strata satu.

58
Aunur R. Mulyanto, Rekayasa Perangkat Lunak Jilid 1, (Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan,2009), hlm 10
94
Manajemen Problematika Madrasah
Dari wawancara tersebut dapat di ketahui bahwa tenaga pendidik di
sana dari segi keilmuannya kurang mumpuni, di sebabkan karena gurunya
hanya tamatan dari SMA (Sekolah Menengah Atas). Namun dari segi
kompetensi perlu di asah lagi sebab tenaga pendidik belum pernah sama sekali
mengikuti pelatihan seperti tenaga pendidik yang sering mengikuti pelatihan-
pelatihan. Mengapa demikian, karena jangankan mengikuti pelatihan, tenaga
pendidik di sana saja yang lulusan sarjana strata satu hanya beberapa orang
bisa di hitung., sehingga membuat kurangnya motivasi kepala sekolah untuk
meningkatkan sumberdaya tenaga pendidik yang memiliki kompetensi, sama
halnya dengan tenaga pendidik yang harus memiliki 4 kompetensi guru.
“Guru-guru yang mengajar semuanya berdomisi di desa tersebut dan ada juga
sebagia dari desa sebelah.
Dari wawancara tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
secara kehadiran untuk tepat waktu mengajar di kelas tidak ada kendala, akan
tetapi kenyataannya masih ada saja guru yang terkadang terlambat bahkan ada
juga guru yang tidak masuk pada saat jadwal guru tersebut mengajar.
Mengapa demikian menurut bapak Riswanto salah satu guru yang mengajar di
MTS Al-Hidayah, mengapan hala demikian bisa tejadi disebabkan kurangnya
pengawasan dari kepala sekolah itu sendiri.
Problematika yang ketiga yakni dalam sisiinternal atau dalam proses
pelaksanaan pembelajaran para guru baik yang berkeluarga maupun yang
masih berada di lingkungan sekitar sekolah mempunyai problematika sama
keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran. Guru yangsudah memiliki
pengalaman dalam proses pembelajaran tidak akan pernah habis untuk
menuangkan ide-ide kreatif mereka, ketika pembelajaran dirasa membosankan
mereka mempunyai inisiatif untuk menghidupkan suasana kelas, baik dengan
canda tawa maupun hal yanglain.
Setiap proses pembelajaran yang dilakukan harus bisa membuat
muridtermotivasi agar mereka mempunyai semangat dalammelakukan
pembelajaran, begitu juga dengan para guru selain sebagai pengajar mereka
juga diwajibkan untuk bisa menjadi motivator ulung guna menyemangati
muriduntuk terus belajar.
Seorang yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar,
agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi
saja tidaklah mencukupi, ia harus menguasai berbagai teknik atau metode
penyampaian materi yang tepat dalam prosesbelajar mengajar sesuai dengan
materi yang diajarkan dan kemampuan anak yang menerima.

95
Manajemen Problematika Madrasah
Metode yang digunakan oleh para guru yang mengajar di MTS adalah
metode Tanya jawab dan metode klasikal yakni metode ceramah. Dua metode
ini belum cukup untuk menjadikan proses pembelajaran efektif dan efisien,
kurangnya alat dan sarana pendukung menjadi salah satu penyebab tidak
adanya metode yang lainnya, meskipun dalam pelaksanaanya ada praktek
tetapi belum cukup untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran yang ada
di MTS Al-Hidayah maka diperlukan alat dan sarana pendukung yang lainnya.

2. Keadaan Peserta Didik di MTS AL-Hidayah Desa Marga Puspita

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan BapakRiswanto salah


satu tenaga pendidik di MTS AL-Hidayah menyatakan bahwa: “Peserta didik
disana berjumlah 40 siswa seluruh nya dari kelas 7-9, mengapa demikian
karena disebabkan gurunya jarang masuk, sehingag membuat para orangtua
tidak mau memasukkan/menyekolahkan anaknya di MTS AL-Hidayah. Selain
itu juga guru kurang motivasi/dorangan dari kepala sekolah untuk lebih giat
lagi dalam mengajar, sehingga membuat guru malas mengajar. Dan terkadang
ada beberapa siswa yang bolos sekolah dan berkeliaran, padahal itu pada saat
jam belajar sedang berlangsung. Hal ini membuat warga risih dan ada yang
komplen.
Dari wawancara yang penulis lakukan, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa, kedaan peserta didik disana bisa dikatakan kurangnya
motivasi dari kepala sekolah dan guru yang ada disana. disebabkan mungkin
kurangnya fungsi komite yang ada dis ekolah tersebut. Sehingga menyebabkan
siswa bermalas-malasan untuk masuk sekolah dan juga membuat orang tua
kurang percaya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung
oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru
merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di
sekolah, dan sebagai pengemban kurikulum. Guru yang mempunyai kinerja
yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa
yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi intern (internal motivation) dan motivasi ekstern (external
motivation). Motivasi intern muncul karena adanya faktor dari dalam, yaitu
karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasi ektern muncul karena adanya
faktor dari luar, terutama dari lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran factor

96
Manajemen Problematika Madrasah
eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja
guru.
Tidak dapat disangkal bahwa setiap muridmemiliki kemampuan yang
berbeda yang dapat dikelompokkan pada muridberkemampuan tinggi, sedang,
dan rendah. Muridyang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan
oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam
mengikuti pelajaran dan lain sebagainya. Sebaliknya muridyang tergolong
pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak
adanya keseriusan dalam mengikutipelajaran termasuk menyelesaikan tugas
dan lain sebagainya.
Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda
pula baik dalam penempatan atau pengelompokan muridmaupun dalam
perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga halnya
dengan tingkat pengetahuan murid. Muridyang memiliki pengetahuan yang
memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya akan memengaruhi
proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan muridyang tidak memiliki
hal itu.
Ada beberapa problematikayang membuat murid diantara lain:
Problematika yang kedua yakni dari sisi internal siswa yakni kebanyakan
muridbosan terhadap pembelajaran yang monoton karena guru kurang variatif
dalam melakukan pembelajaran. Seperti kata Muhammad Said Murid kelas 3:
(gurunya membosankan, cara mengajarnya sama terus, apa tidak ada yang lain
ya? Saya sendiri juga bosan kang, kalau bisa diganti dengan metode lain,
mengajarnya kok ma‟nani terus disuruh membaca).
Memang diakui dalam proses pembelajaran guru kurang bervariasi
dalam melakukan pembelajaran, apalagi materi yang diajarkan adalah materi
ahlak, akan sangat sulit untuk menerapkan variasi dalam melakukan proses
pembelajaran. Bermacam metode yang sudah diterapkan oleh para guru tidak
selamanya membuat para muridpaham dengan materi yangdiajarkan,
kebanyakan dari para muridmengeluhkan tentang metode Tanya jawab yang
monoton yakni muridbertanya guru menjawab, metode ini akan berjalan jika
muridsedikit tahu akan materi yang diajarkan oleh guru, tetapi tidak akan
berjalan jika siswa tidak paham tentang materinya.
Selain menggunakan metode Tanya jawab, metode yang paling sering
digunakan oleh guru adalah metode klasikal yakni metode ceramah dan
metode ini membuat muridmenjadi cepat bosan, jenuh dan akhirnya para
muridtertidur di dalam kelas. Banyak dari muridyang sulit untuk memahami
materi yang disampaikan oleh guru karena cara mengajar yang dilakukan oleh
97
Manajemen Problematika Madrasah
gurutidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh murid, meskipun materi
yang disampaikan oleh guru tidaklah sulit untuk dipahami. Meskipun seperti
itu, para muridtetap memiliki figur guru yang mereka suka dengan cara
mengajarnya yang menyenangkan, memberi motivasi untuk lebih giat belajar
dengan menceritakan kisah-kisah inspiratif dari berbagai ulama‟ besar, dan
dapat bercanda dengan siswa jika dirasa pembelajaran yang dilakukan
membosankan.
Dari analisis diatas, problematika murid di MTS Al-hidayah sangatlah
bermacam-macam yakni kurangnya minat dalam mengikuti proses
pembelajaran dikarenakan suasana kelas yang kurang nyaman, metode yang
diajarkan oleh guru selalu sama dan membuat muridbosan, jenuh hingga
mereka tertidur dalam kelas yang hanya sebentar waktu pembelajarannya.
mereka menginginkan figur guru yang menyenangkan yang saat ini masih
belum ada di madrasah diniyah awaliyah pondok pesantren al-hikmah, materi
pembelajaran yang ada di madrasah diniyah tidak terlalu sulit untuk
muridkelas awal di madrasah diniyah awaliyah ini.
Dari pembahasan diatas dapat penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut: Guru yang mengajar di MTS AL-Hidayah kurang mumpuni,
disebabkan karena hampir sebagian besar guru disana tidak lulusan dari strata
satu, sebagian besar lulusan dari SMA. Sehingga kurangnya motivasi guru
untuk mengajar dan metode yang di gunakan dalam belajar yakni metode
klasik, seperti metode ceramah, membaca dan lain – lain. Peserta didiknya
juga kurang motivasi untuk mengjalakan kegiatan belajar mengajar di
sebabkan hal-hal yang sudah dijelaskan diatas.

98
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA
GURU DI SMP NEGERI 1 UJAN MAS KEPAHIYANG

Resmi Mega Neri

Disadari ataupun tidak, pendidikan merupakan suatu aspek yang


sangat penting dalam kehidupan manusia, yang berperan dalam membentuk
generasi penerus bangsa, yang sejatinya mampu menyambung tongkat estafet
pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, dan sekaligus sejalan
dengan apa yang dicita-citakan para pejuang kemerdekaan, jauh-jauh dari
sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945.
Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan
suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Keberhasilan
pembangunan suatu bangsa ditentukan terutama oleh keberadaan sumber daya
manusia yang berkualitas, yang hanya dapat dihasilkan lewat pendidikan yang
bermutu pula. Pengalaman pembangunan di negara-negara jiran, seperti
Malaysia, korea selatan, ataupun jepang adalah sejumlah bukti yang sangat
meyakinkan tentang arti pentingnya pembangunan di bidang pengembangan
sumber daya manusia (SDM) atau bidang pendidikan, dalam konteks
pembangunan. Sementara itu, kualitas SDM di Indonesia terkait erat dengan
pendidikan nasional yang masih dihadapkan pada beberapa permasalahan
yang mencuat, yaitu (1) masih rendahnya akses dan pemerataan calon peserta
didik untuk memperoleh pendidikan ; (2) masih rendahnya kualitas dan
relevansi pendidikan dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia; serta (3)
lemahnya pengelolaan manajemen pendidikan di satuan-satuan pendidikan
saat ini.
Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia adalah
manifestasi tanggung jawab kebangsaan dalam menunjukkan cita-cita
kemerdekaan bangsa Indonesia. Pembangunan bidang pendidikan yang
dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat merupakan upaya
pengejawantahan salah satu cita-cita nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Di sisi lain, otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi
yang perlu dijalankan dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas
pendidikan dituntut tingginya kinerja lembaga pendidikan dengan mengacu
pada perbaikan mutu berkelanjutan, kreativitas, dan produktivitas guru. Para
kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan
pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Satuan

99
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan atau sekolah diharapkan berfungsi untuk membina sumber daya
manusia(SDM) yang kreatif dan inovatif, sehingga memenuhi kebutuhan
masyarakat. Para manajer pendidikan juga dituntut untuk mencari dan
menerapkan suatu strategi manajemn baru yang dapat mendorong perbaikan
mutu di sekolah-sekolah saat ini.
Menurut Ahmad Sanusi dalam bukunya Kepemimpinan Sekarang dan
Masa Depan dalam membentuk Budaya Organisasi yang efektif memaparkan
bahwa: Seorang pemimpin, selain tahu tentang fungsi-fungsi
kepemimpinandan karakteristik pemimpin yang demokratis, ia juga harus
menguasai keterampilan-keterampilan agar dapat bertindak secara demokratis,
ia harus menguasai bagaimana caranya: (a) Menyusun rencana secara
bersama; (b) Mengajak anggotanya untuk berpartisipasi; (c) Memelihara moral
kerja kelompok yang tingi; (d) Mendelegasikan tanggung jawab dan
mengikutsertakan anggotanya untuk membuat keputusan; (e) Mendorong
kreativitas anggotanya dan mendorong anggotanya untuk berani tampil ke
depan. Keterampilan-keterampilan ini dapat diperoleh melalui latihan dan
pengalaman.59
Sebagai pemimpin sekaligus manajer, kepala sekolah harus dapat
mengelola keseluruhan manajemen yang membantu kelancaran sekolah
mencapai tujuan, merujuk kepada undang undang system pendidikan nasional,
di kemukakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.60
Mencermati tujuan pendidikan di atas, memberi arti bahwa
penyelenggaraan pendidikan yang di lalukan berjenjang dengan berbagai
tujuan memerlukan kepala sekolah yang mampu melaksanakan dan mengatasi
berbagai persoalan yang timbul di sekolah.
Sebagai mana diketahui bahwa manajemen dalam penyelenggaraan
sekolah itu ada yang bersifat administratif dan ada juga yang operatif. Pada
penyelenggaraan administratif, itu berkaitan dengan perencanaan, pembagian
kerja, penempatan staf, pengkoordinasian, pelaksanaan evaluasi kerja dan
pelaporan. Pada bagian operatif, problematika manajemen sering kali banyak
terjadi. Adapun lingkup operatif adalah: manajemen keuangan, manajemen

59
Ahmad Sanusi, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan Dalam Membentuk Budaya
Organisasi Yang Efektif, (Jakarta Mutiara : 2009), h 45-46.
60
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB I Pasal I ayat (1)
100
Manajemen Problematika Madrasah
kesiswaan, manajemen kepegawaian, manajemen sarana dan prasarana,
manajemen hubungan masyarakat, manajemen pembelajaran serta manajemen
pembelajaran khusus yaitu bimbingan konseling dan pramuka dan lainnya.
Sebagaimana halnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri ( SMP Negeri 01)
Ujan Mas, beberapa persoalan terkait dengan manajemen juga terjadi, antara
lain :
 Keterbatasan anggaran untuk membantu pembelian pendukung, ini akan
menjadi hambatan dalam penyusunan/perencanaan.
 Keterbatasan jumlah tenaga pengajar pada mata pelajaran tertentu yang
akan mengganggu manajemen kepegawaian.
 Keterbatasan personalia yang mengelola laboratorium yang mengganggu
manajemen laboratorium
 Belum memiliki aula/ruang pertemuan sehingga dalam melakukan
kegiatan yang melibatkan orang banyak harus dilakukan di halaman
terbuka sehingga menggangu sarana dan prasarana yang ada dalam ruang
kelas.
 Pada sore hari, halaman sekolah sering digunakan masyarakat untuk
kegiatan olahraga sehingga mengganggu kebersihan, kerapian, dan
keamanan sekolah.

Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

1. Sumber-sumber problematika di SMP N 1 Ujan Mas

Sumber problematika pertama yang ada di SMP Negeri 01 Ujan


Mas berasal dari komunikasi. Problematika yang bersumber dari
komunikasi antara kepala sekolah dengan guru dan staf disebabkan salah
pengertian yang berkenaan oleh kalimat, bahasa yang sulit dimengerti,
atau informasi yang mendua atau tidak lengkap. Komunikasi dapat di
bedakan menjadi tiga macam : komunikasi keatas, komunikasi kebawah
dan komunikasi mendatar atau horizontal. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa efek negative dari problematika pada unit sekolah termasuk
gangguan hubungan interpersonal, yang berkontribusi pada penurunan
kualitas komunikasi dan kurangnya koordinasi.
Problematika kedua yang ada berasal dari struktur organisasi,
dalam susunan struktur organisasi ada yang merangkap tugas karna
dipandang lebih efisien untuk kepentingan bersama dan dalam kelancaran
tugas struktur organisasi seperti ini dapat berpotensi memunculkan
101
Manajemen Problematika Madrasah
problematika karena masing-masing unit memiliki tugas dan kepentingan
yang saling bias bergesekan dan berbenturan. Dampak positif yang
tampak adalah semua personil makin meningkat kemauan untuk bekerja
sama dalam memajukan sekolahnya. Dampak negative yang ditimbulkan
dari adanya konflik antara lain dengan penataan dan pemenuhan jam
mengajar minimal 24 jam maka ada sebagian guru yang tidak
mendapatkan jam penuh. Makna yang dapat diperoleh dalam mengatasi
struktur organisasi harus memberikan kontribusi positif dan efektifitas,
organisasi membutuhkan asumsi mengenai kemampuan dan motifasi dari
mereka yang mempunyai kekuasan untuk mendesainya.
Sumber konflik ketiga adalah factor manusia. Konflik yang
bersumber dari pribadi karena sifat-sifat kepribadian yang beragam dan
unik dapat memunculkan problematika. Setiap pribadi dapat saja memiliki
kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda, begitu juga sikap otoriter,
mau menang sendiri, individualistis dan sebagainya.

2. Manajemen Penanganan Problematika di SMP N 1 Ujan Mas

Penanganan problematika yang ada di SMP N 1 Ujan Mas yaitu


memakai strategi kolaborasi, penyelesaian secara bersama, mencari solusi,
bukan keuntungan tetapi hasil yang terbaik ini yang sering kita terapkan,
penanganan konflik dengan strategi kolaborasi diterapkan disekolah, dan
hasilnya sangat efektif dan efisien karna semua masalah diselesaikan
bersama untuk mencari solusi yang terbaik untuk lembaga. Penerapan
penanganan problematika dengan strategi kolaborasi sangat efektif dan
efisien, karna semua masalah diselesaikan bersama untuk mencari solusi
bukan keuntungan tetapi hasil yang terbaik ini yang sering kita terapkan.
Penanganan problematika kedua yang ada di SMP Negeri 01 Ujan
Mas yaitu memakai strategi akomodasi, dalam penanganan problematika
memakai strategi akomodasi dan mengakomodir, supaya bawahan lebih
proaktif, sehingga suasana sekolah lebih aktif, dalam penanganan
problematika dengan strategi akomodasi perlu diterapkan demi
kemaslahatan bersama, yang penting pihak manajemen bias memilih
mana jenis penanganan problematika memakai strategi akomodasi melalui
pembinaan terhadap pihak-pihak yang terkait dengan problematika adanya
komunikasi untuk menyelesaikan masalah dan peran aktif bersama,
misalnya dengan cara persuasi, tawar menawar, dan koreksi diri.

102
Manajemen Problematika Madrasah
Penanganan problematika ketiga yang ada di SMP Negeri 01
Ujan Mas memakai strategi kompromi. Penanganan konflik disekolah
kami dengan memakai strategi kompromi, karna strategi ini paling efektif
dan efisien.dari beberapa strategi yang lain, prinsip win-win solotion
dengan semua pihak, sehingga pihak-pihak yang terlibat menerima
keputusan dengan senang dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan,
pihak sekolah dalam menyelesaikan problematika memakai jalan tengah
atau strategi kompromi yang dapat diterima oleh semua pihak, gaya ini
dapat berarti membagi perbedaan diantara dua posisi dan memberikan
konsensi untuk mencari titik tengah, sehingga kalau sudah ada
kesepakatan bersama kita putuskan dan semua pihak menerima, demi
tercapainya visi misi sekolah.
Sumber-sumber problematika yang ada di SMP Negeri 01 Ujan
Mas ada tiga yaitu, 1)bersumber dari komunikasi, 2) bersumber dari
struktur organisasi, dan 3) bersumber dari factor manusia, sumber
problematika ada di SMP N 01 Ujan Mas tersebut bias terjadi jika ada
perselisihan, pertentangan, perbedaan pendapat, dan hal-hal yang
menunjukkan ketidaksamaan pendapat satu dengan orang lain.
Jenis-jenis problematika yang ada di SMP N 01 Ujan Mas yaitu
ada tiga, 1) problematic dalam diri sendiri, 2)problematic antar individu,
3)problematic antar kelompok, jenis-jenis problematic yang ada di SMP
Negeri 01 Ujan Mas tersebut bias terjadi karena adanya saling
ketergantungan perbedaan persepsi, perbedaan tujuan dan meningkatnya
tujuan akan keahlian.
Manajemen penanganan problematika yang ada di SMP Negeri 01
Ujan Mas ada tiga yaitu, 1) memakai strategi kolaborasi, 2) memakai
strategi akomodasi, dan 3) memakai strategi kompromi, dengan ketiga
cara penanganan problematika di SMP Negeri 01 Ujan Mas tersebut
memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau menghindari
kemungkinan terjadinya ledakan social dalam lingkungan sekolah maupun
masyarakat, sehingga menjadi sekolah rujukan beberapa sekolah sekitar.

103
Manajemen Problematika Madrasah
STRATEGI PELAKSANAAN MUTU DI MTs N1 MURATARA

Siti Aminah

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan


sekolah itu adalah prestasi yang diraih oleh sekolah tersebut, semakin banyak
prestasi yang di dapat oleh sekolah baik itu dalam bidang akademik maupun
non akademik berarti berarti sekolah tersebut semakin bermutu atau
berkualitas. Dalam membentuk sekolah yang bermutu kepala sekolah
mempunyai peran yang sangat penting. Sistem penjaminan mutu pendidikan di
Indonesia sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63
tahun 2009, meliputi banyak hal, antara lain tentang batasan mutu, tujuan
penjaminan mutu dan acuan tingkatan mutu, yang tertuang dalam beberapa
pasal, antara lain :
Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan
kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai melalui penerapan
SPMP (Pasal. 2 ayat 1). Pada ayat di atas menjelaskan bahwa tingginya
kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat 1 mengacu pada mutu kehidupan manusia dan bangsa Indonesia
yang komprehensif dan seimbang yang mencakup sekurang-kurangnya:
 Mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, dan kepribadian
 Kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik, vokasional,
serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi
dan minat masing-masing
 Muatan dan tingkat kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang mewarnai dan memfasilitasi kehidupan
 Kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan
 Tingkat kemandirian dan daya saing
Upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dalam menjalankan fungsi
kepemimpinan dan memperbaiki mutu sekolah, diperlukan pemahaman
penguasaan manajerial diperlukan kemampuan dan orientasi merencanakan,
mengorganisasikan, mengkomunikasikan, memotivasi, mengarahkan dan
pengawasan serta dilakukan terus menerus untuk muru pendidikan. Mutu
sekolah selalu memenuhi standar yang tertinggi dan tidak dapat diungguli,
sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat dikompromikan,
seperti kebaikan, keindahan, kebenaran.

104
Manajemen Problematika Madrasah
Peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang
terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-
faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah
dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Sebagai suatu skema, sekolah
sudah seharusnya memandang bahwa proses pendidikan adalah suatu
peningkatan terus-menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-
ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang berkualitas, pengembangan
kurikulum, proses pembelajaran dan ikut bertanggung jawab untuk
memuaskan pengguna lulusan sekolah tersebut.
Hal yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan sekolah terletak
pada manajemen sekolah dalam mengelola masukan-masukan agar tercapai
tujuan yang telah ditetapkan (output sekolah). Proses berlangsungnya sekolah
selalu fokus pada berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi
antara siswa dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Sedangkan output sekolah yaitu berupa kelulusan
peserta didik, peserta didik yang lulus dengan sangat baik memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan serta lulusan yang berguna bagi kehidupan
yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan lingkunganya. Artinya, lulusan
semacam ini mencakup outcome.1
Ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan yaitu: 1) kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan (education production function atau input analysis)
yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.; 2) penyelenggaraan pendidikan
dilakukan secara birokratik-sentralistik dimana bergantung pada keputusan
birokrasi sehingga sekolah tidak dapat mandiri dan tidak dapat
mengembangkan dan memajukan lembaganya; 3) kurangnya peran serta dari
masyarakat. Dimana pendekatan ini kurang memperhatikan proses pendidikan.
Padahal proses pendidikan menentukan output pendidikan.2
Dewasa ini upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh
berbagai pihak dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia dan
pengembangan watak bangsa. Peningkatan mutu pendidikan merupakan
sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan MTs N1 Muratara
adalah satu satunya MTs Negeri yang berada di Kabupaten Musi Rawas Utara.
Madrasah ini berada di tengah lingkungan pedesaan dengan anggapan
masyarakat bahwa sekolah di madrasah kurang bergengsi serta dikelilingi
sekolah SMPN yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap. Oleh karena itu
MTs N1 Muratara berpacu dalam meningkatkan mutu pendidikannya sehingga
mempunyai daya saing dan mempunyai eksistensi pada ranah dunia
105
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan di kecamatan Rawas Ulu dan Kabupaten Musi Rawas Utara pada
umumnya.

Temuan dan Analsis Hasil Penelitian

1. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan MTs N1 Musi Rawas Utara

Wawancara dengan Waka Kurikulum, Ibu Muspira S.Pd.I

Dari penggalian data melalui wawancara tentang strategi meningkatkan


mutu pendidikan di MTs N1 Muratara, terdapat beberapa siasat, program dan
aktifitas yang dapat dideskripsikan sebagai berikut: Setiap tiga bulan sekali,
madrasah melaksanakan rapat evaluasi bulanan bersama dewan guru dan staf.
Selain itu, siasat yang dilakukan madrasah untuk meningkatkan mutu
akademik dan non akademik adalah pembagian tugas guru dan staf dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan kependidikan di madrasah serta
membuat peraturan dan tata tertib madrasah untuk menciptakan rasa aman dan
nyaman.18 Ada beberapa program dan aktifitas yang dilaksanakan di madrasah
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan:

a. Meningkatkan Kualitas Guru


Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di madrasah, kepala MTs
N1 Muratara berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas
guru. Kegiatan / Aktivitas yang dilaksanakan adalah: Pertama, Mengikut
sertakan guru dalam pelatihan-pelatihan, workshop, orientasi dan seminar
106
Manajemen Problematika Madrasah
tentang pendidikan, baik yang dilaksanakan oleh kementrian agama maupun
dinas atau instansi lain maupun melakukan kegiatan MGMP. Kedua,
memberikan arahan dan bimbingan dalam setiap pertemuan bulanan kepada
guru. Ketiga, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas
guru dan karyawan, baik pengawasan dalam pelaksanaan tugas mengajar
maupun pengawasan dalam hal tingkat kedisiplinan guru dan karyawan.

b. Meningkatkan Prestasi Siswa Baik Prestasi Akademik Maupun Non


Akademik

Prestasi akademik adalah prestasi siswa dalam mata pelajaran yang


diajarkan di madrasah, seperti nilai yang di raih siswa setelah mengikuti
penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian semester, ujian kenaikan
kelas, ujian madrasah atau ujian nasional dan ikut serta dalam berbagai
kompetisi sains madrasah (KSM) dan olimpiade. Sedangkan prestasi non
akademik adalah prestasi siswa di luar mata pelajaran madrasah seperti
prestasi siswa di bidang olahraga dan seni (sepak bola, basket, volly ball, tenis
meja, bulutangkis, pramuka dan sebagainya).
Kegiatan yang dilakukan madrasah untuk meningkatkan prestasi
akademik dengan mengadakan remedial khusus. Remedial khusus ini wajib
diikuti oleh siswa yang nilainya rendah pada saat ujian bulanan yang
dilaksanakan oleh madrasah. Pelaksanaan remedial khusus ini dilaksanakan
sesuai dengan kesepakatan guru dan siswa dengan jadwal bimbingan tetap
dibawah pengawasan kepala madrasah. Untuk meningkatkan prestasi non
akademik, dengan cara mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler. Adapun
kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di MTs N1 Muratara terdiri
dari: kegiatan pramuka, olah raga sepak bola, basket, volly ball, OSIS,
Sanggar tari, nasyid.

c. Meningkatkan Prestasi Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah

Aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi nilai UN dan


UM adalah mengintensifkan bimbingan belajar (Bimbel), melaksanakan Try
Out UN baik tingkat madrasah maupun tingkat kabupaten yang diadakan oleh
Dispendik dan Kemenag.

107
Manajemen Problematika Madrasah
d. Meningkatkan Sarana Prasarana

Upaya yang telah dilakukan dalam peningkatan sarana prasarana


madrasah ini meliputi perencanaan, pengadaan sarana prasarana dan
inventarisasi atau pemeliharaan sarana prasarana.22 Dalam meningkatkan mutu
pendidikan di madrasah, dipengaruhi oleh faktor- faktor pendukung dan faktor
penghambat. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi data
yang ada di MTs N1 Muratara, diketahui bahwa faktor pendukung dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan di madrasah adalah sebagai berikut:
Tenaga Pendidik Memiliki Latar Belakang Pendidikan Kualifikasi S1
dan S2 maupun yang masih dalam proses S2 yang Sesuai Dengan Mata
Pelajaran Yang Diampunya. Tenaga pendidik di MTs N1 Muratara berjumlah
31 orang, yang berpendidikan kualifikasi S1 sebanyak 30 orang dan
pendidikan S2 sebanyak 1 orang, dan sebagian besar guru memiliki kualifikasi
pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) sesuai dengan kualifikasi bidang studi
yang diajarkannya. Kualifikasi pendidikan guru yang sesuai dengan bidang
studi yang diajarkannya, akan dapat meningkatkan kualitas dan kinerja guru
dapat melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik.
Madrasah Mempunyai Program dan Pembagian Tugas Yang Jelas.
MTs N1 Muratara memiliki visi dan misi yang ingin dicapai oleh madrasah.
Dalam pencapaian visi dan misi tersebut telah merumuskan beberapa program
pendidikan yang harus dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan di madrasah. Adanya program ini yang disertai dengan pembagian
tugas yang jelas setiap komponen dan warga madrasah merupakan kekuatan
yang dimiliki oleh madrasah untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Sarana Prasarana Pendidikan Yang Ada Di Madrasah. Berdasarkan
penggalian data dan dokumen madrasah, sarana prasarana yang ada di MTs
N1 Muratara telah memenuhi standar sarana prasarana, meskipun sarana
prasarana tersebut masih perlu peningkatan. Namun demikian sarana prasarana
yang ada itu jika didayagunakan secara maksimal akan dapat memberikan
kontribusi dalam proses kegiatan pembelajaran di madrasah. Diantara sarana
prasarana yang mendukung proses pembelajaran diantaranya adalah ruang
kelas, perpustakaan, lapangan olahraga, laboratorium IPA. Sarana prasarana
ini jika dimanfaatkan oleh guru yang mengajar akan dapat mendukung
program meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.

108
Manajemen Problematika Madrasah
2. Faktor Penghambat Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MTs
N1 Muratara

Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak


kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab terhambatnya
kreativitas pada diri guru tersebut. Diantara hambatan itu ialah : gaya
kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang otoriter
dan kurang demokratis menimbulkan sikap pasif peserta didik, gaya guru yang
monoton dalam mengajar, kepribadian guru yang terkadang kurang hangat,
tidak adil serta kurang obyektif dalam memandang siswa didik sehingga
terbina suasana emosional atau sikap apatis guru terhadap siswa dan juga
didasari oleh kurangnya pemahaman guru terhadap siswa baik itu latar
belakangnya atau masalah yang dihadapi oleh siswa itu sendiri.
Berdasarkan penggalian dokumen data kepegawaian MTs N1
Muratara, tenaga administrasi dan tata usaha MTs N1 Muratara berjumlah
empat orang yang terdiri dari Kepala TU Murdalena, S.Ag pendidikan S1
Tarbiyah, Staf kepegawaian madrasah Rosmiana, dengan pendidikan terakhir
SMA, operator madrasah Muhammad Nur pendidikan SMA, staf pengelola
perpustakaan Hasibah pendidikan terakhir SMA. Dari data kepegawaian yang
ada menunjukkan belum ada kesesuaian ijazah dengan bidang tugas yang
diberikan kepada pegawai tata usaha di MTs N1 Muratara.
Strategi yang dilakukan MTs N1 Muratara untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas guru, prestasi akademik dan
non akademik siswa, prestasi nilai Ujian Nasional (UN) dan prestasi nilai
Ujian Madrasah (UM) dan meningkatkan sarana prasarana madrasah.
Aktivitas yang dilaksanakan adalah mengikutsertakan guru dalam berbagai
kegiatan seminar, workshop, dan pelatihan tentang pendidikan, melaksanakan
kegiatan remedial dan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler berupa
pembinanaan pramuka, olah raga, seni dan kegiatan keagamaan,
menyelenggarakan Try Out dan memberikan jam belajar tambahan kepada
siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Madrasah. Sedangkan
kegiatan yang dilaksanakan madrasah dalam rangka peningkatan sarana
prasarana adalah membuat perencanaan sarana prasarana yang dibutuhkan,
pengadaan dan pemeliharaaan sarana prasarana dengan mengalokasikan dana
yang ada.
Faktor pendukung dalam peningkatan mutu pendidikan di MTs N1
Muratara adalah tenaga pendidik yang mengajar di madrasah telah
berkualifikasi pendidikan S1 dan S2 yang telah mendapatkan sertifikat
109
Manajemen Problematika Madrasah
pendidik, tenaga administrasi pendidikan yang loyal, program kerja dan
pembagian tugas yang jelas, fasilitas yang mendukung kegiatan belajar
mengajar, iklim madrasah yang kondusif. Sedangkan faktor penghambat
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs N1 Muratara adalah guru yang
monoton dalam mengajar serta sikap otoriter dan kurang obyektif dalam
memahami siswa, sumber daya kepegawaian kurang maksimal.
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan antara lain:
mengintensifkan kegiatan pembinaan guru, menciptakan suasana kerja yang
menarik dan memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi seperti
pemilihan guru tebaik dan sebagainya, mengikutsertakan pegawai yang
bersangkutan pada pendidikan dan pelatihan kepegawaian.

110
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKAMADRASAH
SMA NEGERI 3 REJANG LEBONG

Martina Navratilofa

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam proses pembangunan


nasional yang dapat menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Pendidikan juga merupakan suatu investasi dalam sektor
pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan keterampilan,
kecakapan dan kecerdasan masyarakat Indonesia dalam mengelola sumber
daya alam yang dimiliki negara.
Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 yaitu usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. 61
Kehidupan suatu bangsa juga ditentukan oleh tingkat pendidikannya.
Suatu bangsa yang pendidikannya maju tentu kehidupannya juga maju
demikian pula sebaliknya. Pada umumnya bangsa yang tingkat pendidikannya
maju, maju pula perkembangan sains dan teknologinya. Jepanga
pendidikannya maju tentu sains dan teknologinya juga ikut maju, setiap
bangsa yang tingkat pendidikannya maju bisa mengatasi masalah yang
mereka hadapi.62
Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan diakui sejajar dengan
sekolah umum, kurikulum madrasah hampir sama dengan sekolah umum.
Dengan beban 70 % umum dan 30 % agama berarti bertambahnya beban
yang harus dipikul madrasah. Di satu pihak, ia harus memperbaiki mutu
pendidikan umumnya setaraf dengan standar pendidikan yang berlaku di
sekolah. Di lain pihak, bagaimanapun juga madrasah, sebagai lembaga
pendidikan Islam, harus menjaga agar mutu pendidikan agamanya tetap baik.
Perubahan lingkungan madrasah eksternal maupun internal sekarang ini
terjadi begitu cepat dan kuat, hal ini begitu menyulitkan dan terkadang
mengancam keberlangsungan hidup madrasah. Dengan demikian tanpa
perubahan diri secara tepat dan signifikan sebuah madrasah tersebut niscaya

61
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Undang-undang dan Peraturan RI, (Jakarta:
Departemen Agama RI,2006), h. 5
62
Strisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, 2008, (Yogyakarta: Fadilatama), hal. 52
111
Manajemen Problematika Madrasah
akan goyah, bahkan akan ditinggal peminat internal dan eksternal, mati
terlindas roda perubahan.
Sebagai salah satu sub~sistem pendidikan Nasioanal, madrasah tidak
luput dari permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Nasional secara
umum. Isu-isu yang paling krusial yang menjadi permasalahan pendidikan
Nasional, yaitu terkait dengan mutu pendidikan, relevansi pendidikan,
akuntabilitas, profesionalisme, efisiensi, debirokrasi, dan perilaku pemimpin
pendidikan.63 Banyak Madrasah Aliyah di Indonesia dihadapkan pada salah
satu masalah berikut: biaya operasional yang rendah, sumber daya manusia
yang buruk, kontrak yang tidak menentu dengan guru, jumlah guru yang
sedikit, dan fasilitas yang buruk.64 Namun, pada beberapa madrasah masalah
tersebut dapat diatasi.
Jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum, dari segi prestasi,
sarana prasarana, kemampuan guru, prestasi siswa madrasah tidak kalah jauh.
Terkadang siswa madrasah melampaui prestasi siswa sekolah umum. Sarana
dan prasarana juga tidak kalah dengan sekolah umum serta kemampuan guru
relatif sama dengan guru sekolah umum.

Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

1. Peserta Didik
Keberadaan peserta didik di SMAN 3 Rejang Lebong, baik
terkait dengan perkembangan jumlah peserta didik tiga tahun terakhir,
asal peserta didik sebelumnya, keadaan orang dan juga nilai UN pada
waktu masuk di SMAN 3 Rejang Lebong. Hal ini adalah merupakan
masukan dan sekaligus problem yang harus diselesaikan. Meski hal ini
tidak dapat dijadikan alasan kekurang berhasilan pendidikan di SMAN
3 Rejang Lebong, namun paling tidak, dapat dijadikan sebagai bahan
untuk digunakan agar mampu menghasilkan output yang lebih baik.
Dengan kata lain, sekolah harus mampu mengembangkan potensi
siswa-siswinya setara dengan sekolah umum lainnya. Memang tidak
semudah diucapkan untuk dapat mewujudkan hal tersebut di atas.
Problem, kendala, dan tantangan selalu silih berganti bahkan tumpang

63
Dirjen Kelembagaan Agama lslam Direktorat Madrasah dan PAI di Sekolah Umum, Sejamh
Madrasah: Pertumbuhan, Dinamika, dan Perkembangannya di Indonesia,( Departemen
Agama Rl, 2004) h. I65.
64
Ahid, N. (2010). Problem Pengelolaan Madrasah Aliyah dan Solusinya. ISLAMICA: Jurnal
Studi Keislaman, 4(2), 336-353. https://doi.org/10.15642/islamica.2010.4.2.336-353
112
Manajemen Problematika Madrasah
tindih. Tidak banyak perbedaan dengan madrasah lainnya, problem di
SMAN 3 Rejang Lebong yang berkaitan dengan siswa dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan secara singkat antara lain: 1.
Pengalaman atau latar belakang kemampuan agama siswa beragam, 2.
Sebagian besar input siswa yang prestasinya rendah sampai menengah,
3. Sebagian besar orang tua siswa kurang peduli terhadap pendidikan,
4. Sebagian besar orang tua siswa berpenghasilan menengah ke bawah,
5. Minat belajar dan kreativitas siswa masih kurang.65

2. Guru di SMAN 3 Rejang Lebong


Jumlah guru yang ada di SMAN 3 Rejnag Lebong ini sebanyak
56 orang, dengan 31 orang Pegawai Negeri dan 12 orang GTT , Staf
TU 10 orang. Dari jumlah di atas, guru-guru di SMAN 3 Rejang
Lebong tahun pelajaran 2019/2020 dapat dikatakan mencukupi
walaupun demikian ternyata dari data yang kami peroleh dan juga
dikuatkan dengan interview, ternyata masih ada kendala yang dihadapi
SMAN 3 Rejang Lebong yang berkaitan dengan guru, antara lain: 1.
Masih adanya guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang
studinya, 2. Sebagian guru ada yang kurang tanggap (kurang peduli)
terhadap mutu pendidikan, 3. Masih banyak guru yang mengajar
dengan metode belum bervariasi.66. Data di atas menunjukkan bahwa
problem yang dihadapi SMAN 3 Rejang Lebong berkaitan dengan
keberadaan guru perlu mendapat perhatian yang serius pula.

“Bagaimana Keadaan Tenaga Pendidik di SMA Negeri 3 Rejang Lebong ?


Dengan jumlah guru yang banyak, diharapkan kegiatan belajar yang optimal
dapat tercapai. Sayangnya, kuantitas guru tidak sejalan dengan
kualitasnya. Sampai saat ini, belum semua guru di sekolah mengajar mata
pelajaran yang sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Peningkatan
kualitas guru merupakan hal yang penting, karena sebaik apapun kurikulum
yang telah direncanakan, tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa didukung
guru yang berkualitas. Terdapat empat penyebab umum yang menyebabkan
rendahnya kualitas guru. Ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar.
Program Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru yang rendah.
Bukan hanya siswa saja ternyata yang dapat merasakan rasa malas, tetapi
ternyata guru pun demikian. Masih banyak guru yang enggan untuk
mengembangkan diri untuk menambah pengetahuan dan kompetensi dalam
mengajar. Contohnya masih ada guru yang malas untuk melakukan penelitian

65
Wardoyo, Kepala Sekolah SMAN 3 R/L 18 Oktober 2019
66
Dokumen SMAN 3 R/l tahun 2019
113
Manajemen Problematika Madrasah
ilmiah dan sebagainya. Tingkat disiplin yang kurang, masih terdapat beberapa
guru yang meninggalkan kelasn sebelum waktunya, dan lain lain.67

3. Sumber Dana, Sarana dan Prasarana


Memang kendati madrasah dianggap sama dan sejajar dengan
sekolah umum, namun madrasah belum memperoleh anggaran
pembangunan pendidikan secara adil. Oleh sebab itu kemampuan
madrasah untuk membangun fasilitas gedung, renovasi, pengadaan alat
penunjang pendidikan menjadi sangat minim. Demikian juga kondisi
SMAN 3 Rejang Lebong , yang tentu saja tidak jauh berbeda dengan
kondisi madrasah secara umum. Dilihat dari sarana prasarana dan
sumberdana yang ada di SMAN 3 Rejang Lebong ternyata terdapat
beberapa problema yang dihadapi, yaitu:

 Kurangnya alat peraga dan laboratorium


 Tidak adanya laboratorium IPS
 Tingkat ekonomi orang tua siswa sebagian besar menengah ke
bawah, sehingga belum bisa meningkatkan pembiayaan sekolah
 Kecilnya sumbangan dari pemerintah.

Pengembangan akademik adalah upaya yang dilakukan SMAN


3 Rejang Lebong dalam rangka meningkatkan prestasi (mutu)
akademik siswa. Menurut hemat penulis, istilah mutu berkaitan erat
dengan tujuan, efektifitas dan efisiensi. Efektifitas berarti bahwa
seseorang telah mencapai tujuan yang ditetapkan. Akibatnya adalah
tidak mungkin suatu organisasi atau seseorang menjadi efektif dan
efisien kecuali telah memperincikan tujuan sebelumnya dan telah
dicapainya. Dan sinilah mutu sesuai yang diharapkan dapat tercapai
secara optimal Memang tujuan pendidikan telah dirumuskan secara
jelas oleh para ahli, namun sampai sekarang belum terdapat rumusan
sejauh mana tujuan tersebut telah dicapai. Itulah salah satu masalah
dalam pendidikan. Sesuatu yang sangat dihargai dalam pendidikan
adalah perubahan kepribadian, yakni pendidikan pada umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya, dimana hal tersebut
tidak dapat diberikan kriteria secara jelas tentang keberhasilannya.
Sementara itu sampai sekarang, sebagai tolok ukur keberhasilan mutu
67
Wardoyo Wawancara Kepala Sekolah SMAN 3 R/l Okteber 2019
114
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan terpaku pada nilai atau angka-angka yang tentu belum
mampu mencerminkan perubahan kepribadian.
Menurut Ralph dan Fenessey, pendidikan persekolahan yang
efektif harus memenuhi lima kriteria berikut: Sekolah harus
menghasilkan prestasi tinggi dalam ketrampilan akademik dasar, yang
bukan merupakan rincian sempit kurikulum. Tingkat prestasi itu harus
bertahan lama, paling tidak dua tahun berturut-turut dan dengan dua
kelompok siswa. Tingkat prestasi itu harus diperlihatkan oleh sekolah,
dalam posisi tetap tinggi untuk lebih dari satu kelas atau satu tingkatan
tahun. Prestasi yang diperoleh harus menjadi ciri dari sekolah secara
menyeluruh, bukannya masing-masing kelas.
Semua ciri itu harus ada bahkan pada saat para peneliti
memeriksa dengan cermat latar belakang siswa. Artinya prestasi
tersebut perlu memperlihatkan profil sosial ekonomi populasi siswa.68
Kriteria ini tampak sekali hanya berfokus kepada prestasi akademik,
tetapi kriteria ini mengandung kebajikan sehingga menjadi istilah
operasional serta merupakan sasaran pengukuran dan pembuktian.
Oleh karena itu menjadi keharusan para pendidik agar menjelaskan apa
yang disebut sekolah efektif atau unggul menurut kriteria mereka.
Berbeda dengan Ralph, Creemers menjelaskan bahwa sekolah
dikatakan efektif jika: 1. Menggunakan waktu dalam belajar lebih
maksimal, 2. Mendorong siswa untuk praktek secara mandiri, 3.
Memiliki ekspektasi yang tinggi, 4. Menggunakan penguatan yang
positif, 5. Sedikitnya gangguan, 6. Disiplin yang ketat, 7. Suasana yang
bersahabat, 8. Eksibisi karya siswa, dan 9. Suasana fisik serta tata
ruang kelas yang indah 69
Dua pendapat tentang kriteria pendidikan sekolah yang efektif
tersebut di atas menunjukkan adanya perbedaan yang sangat mendasar.
Pendapat pertama menjelaskan kriteria pendidikan efektif ditinjau dari
hasil pendidikannya, sedangkan pendapat kedua dilihat dari prosesnya.
Meskipun demikian, dua pen-dapat tersebut setidaknya dapat
digunakan sebagai acuan untuk mengukur efektif atau tidaknya suatu
pendidikan, sehingga akan dapat diketahui tingkat “mutu atau kualitas”
dan suatu proses pendidikan. Dalam hal ini SMAN 3 Rejang Lebong
melakukan beberapa langkah pengembangan, yang meliputi: 1.

68
Poster, Gerakan Menciptakan, 215.
69
Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Mekarjaya, 2003), 22.
115
Manajemen Problematika Madrasah
Memberikan pelajaran tambahan. 2. Menyelenggarakan cerdas cermat
hal ini dilakukan setiap tahun sekali, yang biasanya dilaksanakan pada
hari-hari besar (bulan bahasa dll) 3. Memberikan penghargaan kepada
peringkat I pada setiap kelas, dengan jalan membebaskan SPP untuk
satu semester. 4. Mengikutsertakan siswa berbakat dalam acara-acara
perlombaan di luar sekolah, misalnya di perguruan tinggi atau lembaga
pemerintah, dan sebagainya. 5. Mengikutkan guru-guru dalam
pelatihan.
Aktivitas tambahan sekolah/Ekstrakurikuler. Untuk lebih
mengembangkan bakat anak sesuai dengan kemampuannya, dikenal pula
sebagai extrakulikuler, bisa kita lihat contohnya seperti futsal, basket, science
club, dan masih banyak lagi tergantung dari sekolahnya.
Namun demikian, banyak aktivitas yang cukup memakan waktu siswa,
sehingga tidak sedikit aktivitas sekolah tersebut justru membuat siswa terlalu
fokus pada aktivitasnya, bahkan terkadang ada aktivitas yang tak tahu waktu,
hingga sore, sehingga membuat orang tua khawatir, bahkan terkadang
digunakan sebagai alasan untuk bermain khusunya para anak anak yg masih
dalam masa anak - anak.
Pergaulan sekolah.mSekolah merupakan tempat terbaik anak untuk
berinteraksi, disekolah pula anak memasuki masa peralihan, dalam konteks
ini kemampuan siswa untuk memilah pergaulan antara yang baik dengan
yang buruk dipengaruhi oleh keluarganya, dan bagaimana posisinya juga sifat
anggota keluarganya. Dalam era globalisasi ini, informasi amat sangat mudah
didapat, baik maupun buruk. Yang terpenting adalah bangaimana sekolah
menjaga siswa agar tak mengikuti hal-hal yang berbau negatif dari luar dan
dari siswanya sendiri juga harus mempunyai kesadaran sendiri. Sekolah juga
memiliki fungsi pengawasan terhadap siswa, jadi, segala hal yang dipelajari
dan dilakukan siswa selama jam KBM merupakan tanggung jawab sekolah.
Oleh karenanya diperlukan disiplin yang hebat dari sebuah sekolah untuk
pula mendisiplinkan siswanya. Tetapi terkadang sekolah yg bagus pun belum
menjamin kedisiplinan pihak sekolah itu sendiri. Seperti masih banyak guru
yang masuk atau meninggalkan kelas sebelum waktunya.
Permasalahan para guru Tak semua guru baik, guru memiliki
sifat berbeda dan permasalahan berbeda. Tak sedikit, guru-guru yang
melakukan hal-hal yang tak menyenangkan, dari sering tidak masuk
kelas atau atau hanya memberi tugas saja Hal ini merupakan beban
sekolah yang harus ditangani, bisa dengan pendisiplinan guru, atau
dengan cara lain yang musti pula dipikirkan Keikutsertaan Masyarakat
Banyak anak indonesia yg mempunya potensi bagus, tetapi kembali
pada hal financial, yaitu ekonomi masyarakat yg seringkali menjadi
116
Manajemen Problematika Madrasah
'alasan' untuk tidak melanjutkan pendidikan. Meski sudah diterapkan
program BOS, anak tetap saja tak bisa makan. Sehingga mereka
memilih mencari makan daripada mencari ilmu70.

..

Wawancara kepala SMAN 3 Rejang Lebong

Problem-problem yang dialami SMAN 3 Rejang Lebong adalah tidak


berbeda jauh dengan problem yang dialami oleh madrasah atau sekolah lain
pada umumnya. Problem-problem ini antara lain meliputi: Sebagian besar
input tergolong siswa yang prestasinya rendah sampai menengah. Latar
belakang pendidikan dan kepedulian keluarga siswa yang kurang mendukung
terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Kurangnya tenaga pengajar,
baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Terlalu banyaknya materi pelajaran
yang tidak dibarengi dengan banyaknya waktu (jam) yang disediakan.
Upaya-upaya SMAN 3 Rejang Lebong dalam meningkatkan mutu
pendidikan Islam dengan melakukan beberapa langkah yang meliputi:
Pengembangan akademik, yang dilakukan dengan jalan memberikan pelajaran
tambahan, memberikan penghargaan terhadap siswa berprestasi, mengikut-
sertakan siswa dalam perlombaan, mengizinkan dan mengikutsertakan guru-
guru dalam pendidikan dan pelatihan serta mengajukan permohonan tambahan
guru dari pemerintah. Pengembangan ke-Islaman, yang meliputi

70
Wardoyo Kepala Sekolah wawancara tanggal 18 Okteber 2019
117
Manajemen Problematika Madrasah
menyelenggarakan shalat Dhuhur berjama‟ah dan kultum dari siswa,
mewajibkan siswa membaca Al-Qur‟an pada setiap hari jumat pada waktu
pembinaan mental atau asma‟ul husna setiap hari 10 menit pada jam pertama,
memberikan layanan bagi siswa yang ingin menghafal Alqur‟an serta
menyelenggarakan kegiatan peringatan hari besar Islam.
Pengembangan bidang ketrampilan dan kemasyarakatan, yang
meliputi: komputer (Prodistik), PMR, Drumband, Seni Bela Diri, diktat
keorganisasian, dan ekstrakurikuler lainnya, serta pengembangan keilmuan ke
perguruan tinggi. Pengembangan sumber dana dan sarana-prasarana, meliputi:
pengajuan bantuan kepada pemerintah, sumbangan wali murid, gerakan infaq
Jum‟ah, penambahan gedung laboratorium dan alat alatnya serta penambahan
koleksi buku perpustakaan.

118
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA MADRASAH
PROBLEMATIKA SARANA DAN PRASARANA MAN 1 LEBONG

Feri Khairawati

Saat ini Indonesia sebagai salah satu negeri kaum muslimin terbesar
telah dilanda berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan
tersebut terjadi karena penyelenggaraan sistem pendidikan nasionalnya.
Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal
3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berangkat dari uraian di atas maka dapat difahami bahwa
secara formal sistem pendidikan indonesia diarahkan pada tercapainya cita-
cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa
Indonesia yang bermartabat.
Namun demikian, sesungguhnya sistem pendidikan indonesia saat ini
tengah berjalan di atas rel kehidupan „sekulerisme‟ yaitu suatu pandangan
hidup yang memisahkan peranan agama dalam pengaturan urusan-urusan
kehidupan secara menyeluruh, termasuk dalam penyelenggaran sistem
pendidikan. Meskipun, pemerintah dalam hal ini berupaya mengaburkan
realitas (sekulerisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan
nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab
terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.”
Perlu difahami bahwa sekularisme bukanlah pandangan hidup yang
tidak mengakui adanya Tuhan. Melainkan, meyakini adanya Tuhan sebatas
sebagai pencipta saja, dan peranan-Nya dalam pengaturan kehidupan manusia
tidak boleh dominan. Sehingga manusia sendirilah yang dianggap lebih
berhak untuk mendominasi berbagai pengaturan kehidupannya sekaligus
memarjinalkan peranan Tuhan. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
berjalan dengan penuh dinamika, Sedangkan berkembangnya dinamika sosial
sebagai bentuk aksi-reaksi masyarakat terhadap keberlangsungan berbagai
119
Manajemen Problematika Madrasah
bidang kehidupan (politik, ekonomi, sosial-budaya, bahkan ideologi)
ditengah-tengah mereka juga turut mempengaruhi dinamika pendidikan,
karena berbagai bidang kehidupan tersebut realitasnya merupakan subsistem
yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam suatu sistem yang lebih
besar yaitu sistem pemerintahan. Pendidikan merupakan salah satu subsistem
yang sentral, sehingga senantiasa perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan
dalam menjaga kontinuitas proses kehidupan dalam berbagai aspek di tengah-
tengah masyarakat (negara) tersebut (input-proses-output).

Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

1. Pemetaan Masalah Pendidikan

Dalam memetakan masalah pendidikan maka perlu diperhatikan


realitas pendidikan itu sendiri yaitu pendidikan sebagai sebuah sub-sistem
yang sekaligus juga merupakan suatu sistem yang kompleks. Gambaran
pendidikan sebagai sebuah sub-sistem adalah kenyataan bahwa pendidikan
merupakan salah satu aspek kehidupan yang berjalan dengan dipengaruhi oleh
berbagai aspek eksternal yang saling terkait satu sama lain. Aspek politik,
ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, bahkan ideologi sangat erat
pengaruhnya terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan,
begitupun sebaliknya sarana Pendukungpun perlu diadakan kekurangan
sarana juga menjadi hamdatan.
Sedangkan pendidikan sebagai suatu sistem yang kompleks
menunjukan bahwa pendidikan di dalamnya terdiri dari berbagai perangkat
yang saling mempengaruhi secara internal, sehingga dalam rangkaian input-
proses-output pendidikan.Sedangkan pengajaran merupakan usaha
mengembangkan kapasitas intelektual dan berbagai keterampilan fisik.
Berbagai perangkat yang mempengaruhinya tersebut perlu mendapatkan
jaminan kualitas yang layak oleh berbagai stakeholder yang terkait.
Problematika pendidikan sebagai proses sebuah sistem yang komplek.
Sebagai salah satu contoh Masyarakat menganggap bahwa dengan sekolah
yang bagis secara fiisk berkualitas pulalah pendidikan tersebut, maka dari itu
Sarpras juga dapat meningkatkan daya tarik masyarakar untuk menyekolahan
anak-anaknya : Pertama, berlangsungnya sistem ekonomi kapitalis di tengah-
tengah kehidupan telah membentuk paradigma pemerintah terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai bentuk pelayanan negara kepada
rakyatnya yang harus disertai dengan adanya sejumlah pengorbanan ekonomis
120
Manajemen Problematika Madrasah
(biaya) oleh rakyat kepada negara. Pendidikan dijadikan sebagai jasa
komoditas, yang dapat diakses oleh masyarakat (para pemilik modal) yang
memiliki dana dalam jumlah besar saja. Hal ini dapat dilihat dalam UU
Sisdiknas No.20/2003 Pasal 53 tentang Badan Hukum Pendidikan bahwa (1)
Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh
Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. (2) Badan
hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi
memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. (3) Badan hukum
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berprinsip nirlaba dan
dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan.
Sedangkan dalam pasal 54 disebutkan pula (1) Peran serta masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi
profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
Kerusakan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya kerusakan sarana dan prasarana
ruang kelas dalam jumlah yang banyak, maka bagaimana mungkin proses
pendidikan dapat berlangsung secara efektif ? Kekurangan jumlah guru Guru
sebagai pilar penunjang terselenggarannya suatu sistem pendidikan,
merupakan salah satu komponen strategis yang juga perlu mendapatkan
perhatian oleh negara. Misalnya dalam hal penempatan guru, bahwa hingga
sekarang ini jumlah guru dirasakan oleh masyarakat maupun pemerintah
sendiri masih sangat kurang, kurangnya jumlah guru ini jelas merupakan
persoalan serius karena guru adalah ujung tombak pendidikan.
Kekurangan tersebut membuat beban guru semakin bertumpuk
sehingga sangat berpotensi mengakibatkan menurunnya kualitas pendidikan.
Sementara itu, siapa pun mungkin akan setuju mengatakan bahwa pendidikan
adalah salah satu fondasi dalam membangun bangsa. Kualitas sumber daya
manusia bergantung pada proses pendidikan yang dilaluinya. Jika proses itu
berjalan buruk, jangan harap kualitas yang dihasilkan akan baik.
Dengan kata lain, teruslah bermimpi menjadi bangsa besar jika
pendidikan tidak menjadi prioritas dalam proses pembangunan (Pikiran
Rakyat, 06/10/2002) 4.Kinerja dan kesejahteraan guru belum Optimal
Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh
pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di
kalangan pendidik. Berdasarkan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal 14 sampai dengan 16 menyebutkan tentang Hak dan Kewajiban
121
Manajemen Problematika Madrasah
diantaranya, bahwa hak guru dalam memperoleh penghasilan adalah di atas
kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan
promosi dan penghargaan, berbagai fasilitas untuk meningkatkan kompetensi,
berbagai tunjangan seperti tunjangan profesi, fungsional, tunjangan khusus
bagi guru di daerah khusus, serta berbagai macam tambahan kesejahteraan.
Undang-undang tersebut memang sedikit membawa angin segar bagi
kesejahteraan masyarakat pendidik, namun dalam realisasinya ternyata tidak
semanis redaksinya,rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam
membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.
Proses Pembelajaran yang Konvensional Dalam hal pelaksanaan
proses pembelajaran, selama ini sekolah-sekolah menyelenggarakan
pendidikan dengan segala keterbatasan yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana-prasarana, ketersediaan dana, serta kemampuan guru
untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif.
Menurut Nurhadi,dan dkk (2004; 1) salah satu aspek penting yang
harus dilakukan dalam kontek pembaharuan pendidikan adalah pembaharuan
dalam efektivitas metode pembelajaran disamping pembaharuan kurikulum
dan kwalitas pembelajaran. 4 Dalam PP No 19/2005 tentang standar nasional
pendidikan disebutkan dalam pasal 19 sampai dengan 22 tentang standar
proses pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Adanya keteladanan pendidik, adanya perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan pengawasan yang efektif dan efisien dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan standar yang ditetapkan di atas, maka proses
pembelajaran yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik
seharusnya harus meninggalkan cara-cara dan model yang konvensional
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Kenyataan saat ini, banyak diantara pendidik yang masih melaksanakan
proses pembelajaran secara konvensional bahkan diantaranya belum
menguasai teknologi informasi seperti komputer dan internet.
Jumlah dan Kwalitas buku yang belum memadai. Ketersediaan buku
yang berkualitas merupakan salah satu prasarana pendidikan yang sangat
penting dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan.
Sebagaimana dalam PP No 19/2005 tentang SNP dalam pasal 42 tentang
Standar Sarana dan Prasarana disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan
122
Manajemen Problematika Madrasah
wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan (ayat 1).
Penyeleenggaraan Otonomi Pendidikan Pemerintah telah menetapkan
kebijakan otonomi pendidikan, sebagaimana mengacu pada UU No.20/2003
tentang Sisdiknas dalam pasal 53 tentang Badan Hukum Pendidikan yang
menyebutkan: (1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang
didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum
pendidikan. (2) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. (3)
Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berprinsip
nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan
pendidikan. (4) Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan
Undang-undang tersendiri. Berdasarkan pasal di atas maka penyelenggaraan
pendidikan tidak lagi menjadi tanggung jawab negara melainkan diserahkan
kepada lembaga pendidikan itu sendiri.
Keterbatasan Anggaran. Ketersediaan anggaran yang memadai dalam
penyelenggaran pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan
penyelenggaraan tersebut. Ketentuan anggaran pendidikan tertuang dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 49 tentang Pengalokasian Dana
Pendidikan yang menyatakan bahwa Dana pendidikan selain gaji pendidik
dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (ayat 1).
Mutu SDM Pengelola Pendidikan Sumber daya pengelola pendidikan
bukan hanya seorang guru atau kepala sekolah, melainkan semua sumber
daya yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan suatu satuan
pendidikan. Rendahnya mutu dari SDM pengelola pendidikan secara praktis
tentu dapat menghambat keberlangsungan proses pendidikan yang
berkualitas, sehingga adaptasi dan sinkronisasi terhadap berbagai program
peningkatan kualitas pendidikan juga akan berjalan lamban karena tidak
tersedianya tenaga pendidik yang kurang professional.
Dalam kaitannya dengan regulasi pengelolaan pendidikan bahwa
pengelolaan satuan pendidikan dasar dan menengah menerapkan pola
Manajemen Berbasis Sekolah, sedangkan untuk satuan pendidikan tinggi
menerapkan pola Otonomi Perguruan Tinggi. Standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan diantaranya satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang
123
Manajemen Problematika Madrasah
mengatur tentang : kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus; kalender
pendidikan/akademik; struktur organisasi; pembagian tugas diantara pendidik;
pembagian tugas diantara tenaga kependidikan; peraturan akademik; tata
tertib satuan pendidikan; kode etik hubungan; biaya operasional satuan
pendidikan. Bagi individu kemampuan untuk belajar secara terus menerus
akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kwalitas
hidupnya.Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting
dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi kegenerasi.
Kemudian standar pengelolaan oleh pemerintah daerah (pasal 59)
meliputi penyusunan rencana kerja pendidikan dengan memprioritaskan:
wajib belajar; peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang
pendidikan menengah; penuntasan pemberantasan buta aksara; penjaminan
mutu pada satuan pendidikan; peningkatan status guru sebagai profesi;
akreditasi pendidikan; peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan
masyarakat; dan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) bidang
pendidikan.

Pada MAN 1 Lebong berbagai upaya telah dilakukan untuk


memenuhi kebiutuhan sarana dan Prasarana seperti contohnya :

Mosholah yaang sama-sama kita ketahui adala sebagai sarana Ibadah


bagi penghuni pendidikan dilingkungan tersebut, bukan saja hanya digunakan
oleh Dewan guru yang ada di Madrasah tersebut, tetapi juga untuk sara
praktek siswa dalam melaksankan tugas belajar, seperti praktek sholat wajib,
sholat sunna, sholat jenazah serta lain sebagainya, tetapi pada kenyataannya
belum ada program pemerintah untuk melakukan pembanguna sarana yang
sangat penting tersebut, belum ada pemerinta melakukan pengadaan
pembangunan masjid ataw sarana ibadah pada sekolah-sekolah.
Berdasarkan Pantauan peneliti belum ada sekolah yang mendapatkan
pembangunan Musholah pada sekolah baik sekolah umum maupun sekolah
yang berciri khas Islam. Padahal disetiap program pemerintah selalau
menganjurkan agar supaya pendidikan karakter dapat di tingkatkan. Sejak
berdirinya MAN 1 Lebong yang sebelumnya MA GUPPI pada tahun 1992
dan di negerikan Menajdi Madarasah Aliyah Negeri sejak tahun 2010,
Madrasah ini tdak memiliki sarana ibadah, namun demikian pelaksanaan
praktek ibadah dilakukan di dalam ruang kelas atau ruang Perpustakaan. Paya
ini dilakukan untuk menjaga agar tetap pelaksanaan proses belajar mengajr

124
Manajemen Problematika Madrasah
dapat berjalan dengan baik, meski keadaan sara yang sangat tidak
mendudkung dipandang dari fisiknya.
Seiring dengan berjalannya waktu dengan berbagai pergantian
kepemimpinan kepala Madrasah, pada awal tahun 2009 ini saya selaku
Kepala MAN 2 Lebong yang dipercayakan memimpin sekolah tersebut
melakukan terbosan dengan berbagai cara agar sarana ibadah dapat berda
ditengah-tengah Madrash ini sebagai tanda sekolah berciri khas Islam.
Memulai dengan keyakinan dan sebuah kepercayaan dari berbagai
pihak seperti stakeholders terkait, Komite Sekolah, masyarakat dan azaz
pergaulannya sangat dinamis membuat percaya diri untuk melakukan
terobosan tersebut, berawal melakukan rapat Komiten dan menyampaikan
Rencana Program dan salah satunya Pendirian Musholla dengan sangat luar
biasa hal ini mendapatkan dukungan dari wali murid untuk mendirikan rumah
ibadah tersebut.
Dengan demikan perlu adanya komonikasi antara semua pihak, terus
melakukan upaya pembangunan dengan membuat Proposal kepada seluruh
stakeholders, ternyata keingananpun selalu disambut dengan baik, mencari
para donatur baik dari rekan-rekan kerja unit-unit, serta dari BAZNAS
Provinsipun terut hadir dan menyaksikan serta memberikan bantuan terhadap
pembangunan tersebut.
Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas dapatlah di tarik sebuah
kesimpulan bahwa sistim pendidikan di MAN 2 Lebong mengalami masalah
atau problem antara lain: Untuk menyelasaikan masalah-masalah cabang di
atas, diantaranya juga tetap tidak bisa dilepaskan dari penyelesaian masalah
mendasar. Sehingga dalam hal ini diantaranya secara garis besar ada dua
solusi yaitu: Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-
sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, antara lain: sistem
ekonomi, sistem politik, sistem sosial, ideologi, dan lainnya.
Dengan demikian, penerapan ekonomi syari‟ah sebagai pengganti
ekonomi kapitalis ataupun sosialis akan menyeleraskan paradigma pemerintah
dan masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu
bentuk kewajiban negara kepada rakyatnya dengan tanpa adanya pembebanan
biaya yang memberatkan ataupun diskriminasi terhadap masyarakat yang
tidak memiliki sumber dana (capital). Penerapan sistem politik islam sebagai
pengganti sistem politik sekuler akan memberikan paradigma dan frame
politik yang dilakukan oleh penguasa dan masyarakat sebagai bentuk
perjuangan untuk menjamin terlaksananya pengaturan berbagai kepentingan
ummat oleh penguasa termasuk diantaranya dalam bidang pendidikan.
125
Manajemen Problematika Madrasah
Sehingga bukan malah sebaliknya menyengsarakan ummat dengan memaksa
mereka agar melayani penguasa. Penerapan sistem sosial yang islami sebagai
pengganti sistem sosial yang hedonis dan permisif akan mampu
mengkondisikan masyarakat agar memiliki kesadaran yang tinggi terhadap
kewajiban terikat pada hukum-hukum syari‟at sehingga peran mereka dalam
mensinergiskan pendidikan di sekolah adalah dengan memberikan tauladan
tentang aplikasi nilai-nilai pendidikan yang diperoleh siswa di sekolah. Secara
keseluruhan perbaikan sistem ini akan dapat terlaksana jika pemerintah
menyadari fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Rasulullah Saw
bersabda: Seorang Imam ialah (laksana) penggembala dan Ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya) (HR. Muslim).
Kedua, solusi teknis, yakni solusi untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan internal dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Diantaranya: Secara tegas, pemerintah harus mempunyai komitmen untuk
mengalokasikan dana pendidikan nasional dalam jumlah yang memadai yang
diperoleh dari hasil-hasil eksploitasi sumber daya alam yang melimpah yang
merupakan milik ummat.
Dengan adanya ketersediaan dana tersebut, maka pemerintahpun dapat
menyelesaikan permasalahan aksesibilitas pendidikan dengan memberikan
pendidikan gratis kepada seluruh masyarakat usia sekolah dan siapapun yang
belum bersekolah baik untuk tingkat pendidikan dasar (SD-SMP) maupun
menengah (SMA), bahkan harus pula berlanjut pada jenjang perguruan tinggi.
merekrut jumlah tenaga pendidik sesuai kebutuhan di lapangan disertai
dengan adanya jaminan kesejahteraan dan penghargaan untuk mereka.
Pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan berkualitas untuk
menunjang proses belajar-mengajar.

126
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PROBLEMATIKA PAUD AL-FATIH

Revanza Adirama Anwar

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam


menunjang sebuah proses penanaman ilmu pengetahuan apalagi yang ingin di
berikan kepada anak usia dini. Sebuah proses pendidikan membutuhkan
sebuah pemikiran dan sebuah cara yakni berfilsafat dalam hal memberikan
yang terbaik bagi pendidikan demi kemajuan pendidikan bangsa dan demi
tercapainya tujuan pendidikan bangsa yang jelas tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 yang berbunyi “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Dalam filsafat pendidikan anak usia dini ada hal sangat perlu di
perhatikan dan dipikirkan secara matang sebelum menghadapi anak dalam
proses pembelajaran yakni bagaimana peran seorang guru dalam memberikan
pelajaran dan bagaimana seorang guru mampu untuk memancing
kekreativitasan anak demi pembentukan karakter anak yang baik. Pendidikan
anak usia dini (PAUD) merupakan fondasi bagi perkembangan kualitas
sumber daya manusia selanjutnya.
Karena itu peningkatan penyelenggaraan PAUD sangat memegang
peranan yang penting untuk kemajuan pendidikan di masa mendatang. Arti
penting mendidik anak sejak usia dini dilandasi dengan kesadaran bahwa masa
kanak-kanak adalah masa keemasan (the golden age), karena dalam rentang
usia dari o sampai 5 tahun, perkembangan fisik, motorik dan berbahasa atau
linguistik seorang anak akan tumbuh dengan pesat. Selain itu anak pada usia 2
sampai 6 tahun dipenuhi dengan senang bermain.
Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada
PAUD merupakan fondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan
kemampuan yang lebih beragam, sehingga dikemudian hari anak bisa berdiri
kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas. Melalui makalah ini kami
mencoba menjelaskan untuk bisa mempelajari dan memahami tentang konsep
pendidikan AUD yang merupakan sebuah hal yang penting untuk masa depan
anak mendatang.
PAUD AL-Fatih Curup sendiri adalah merupakan salah satu bentuk
dari sebuah pendidikan yang merupakan fondasi bagi perkembangan kualitas
sumber daya manusia yang penting untuk kemajuan pendidikan di masa
mendatang. Maka dari itu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
problematika PAUD Al-Fatih.

127
Manajemen Problematika Madrasah
Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

A. Sejarah Berdirinya PAUD Al-Fatih

Pendidikan Anak Usia Dini Al-Fatih didirikan pada tahun 2018 di


bawah naungan Yayasan Wijaya Edukasi Insan Cendikia. Tokoh yang paling
berjasa dalam membidani lahirnya Pendidikan Anak Usia Dini Al-Fatih adalah
Ibu Febrianti dan Ibu Welly. Ibu Febrianti yang saat itu tergerak hatinya untuk
mendirikan PAUD karena melihat banyak anak-anak usia 2-6 tahun yang
berkerumun tanpa ada aktivitas pembelajaran. Ibu Febrianti menyampaikan
kegundahannya kepada Ibu Welly yang saat itu bekerja di tempat lain
kemudian disepakati untuk membuat kelompok bermain untuk mengelola
kegiatan bermain anak hingga lebih terprogram.
Kegiatan awal dilaksanakan di halaman rumah Ibu Febrianti dengan
menggunakan alat permainan seadanya yang digelar bongkar pasang. Ternyata
sambutan masyarakat sangat antusias. Tanggal 1 Mei 2018 kelompok bermain
berubah nama dengan nama Pendidikan Anak Usia Dini Al-Fatih dengan
diresmikan oleh Bapak Bupati Kabupaten Rejang Lebong. Sebagai Kepala
Sekolah pertama ditunjuk Ibu Penti, Bendahara ditunjuk Ibu Heni, Sekretaris
ditunjuk Bapak Sulton dan guru untuk peserta didik yang berjumlah 10 orang.
Langkah berikutnya dilembagakan dan mengajukan perizinan ke Diknas
Kabupaten.

B. Problematika PAUD Al-Fatih


Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Agar
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, maka guru
mempunyai tugas dan peran yang penting dalam mengantarkan peserta didik
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya
guru mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab
melaksanakan pembelajaran terhadap anak didik. Dengan kompetensi tersebut,
maka akan menjadi guru profesional, baik secara akademis maupun non
akademis.
Di PAUD Al-Fatih masih banyak guru yang kualifikasinya tidak sesuai
(tidak berpendidikan guru PAUD), sehingga kemampuan mereka dalam
128
Manajemen Problematika Madrasah
mengelola PAUD masih terkendala, baik dalam merencanakan, melaksanakan
maupun mengawasi mengevaluasi program PAUD. Dari 7 guru kelas di
PAUD Al-Fatih di antaranya 3 orang lulusan S1 Guru Kelas PAUD dan 4
orang jurusan lainnya, yaitu: S1 Bahasa Arab, D3 Kebidanan, dan D3
Keperawatan. Hal ini menjadi perhatian karena kalau seorang guru tidak
menguasai profesi yang dia ambil, memungkinkan terjadinya malpraktek di
Lembaga PAUD, dan itu akan mengakibatkan dampak buruk kepada peserta
didik.

Pendidikan -
No Nama Gelar Jenis PTK
Jurusan
Nyimas Yeyen Dwi Sarjana S1 - Guru Kelas
1 Kepala Sekolah
Mdya Astuti Pendidikan PAUD
Kus Recilia
2 Ahli Madya D3 - Keperawatan Guru Kelas
Valentina
Dewil Keke Puspita
3 Ahli Madya D3 - Kebidanan Guru Kelas
Sari
Sarjana
4 Eka Sutriana S1 - Bahasa Arab Guru Kelas
Pendidikan
5 Anggita Apriliani Ahli Madya D3 - Keperawatan Guru Kelas
Nur Amnia Sarjana S1 - Guru Kelas
6 Guru Kelas
Noprianti Pendidikan PAUD
Sarjana S1 - Guru Kelas
7 Eka Pratiwi Guru Kelas
Pendidikan PAUD
Julita Hani Kesuma Sarjana S1 - Guru Kelas
8 Guru Kelas
Gelauri Cahyani Pendidikan PAUD
Tenaga
Sarjana S1 - Guru Kelas
9 Dwi Hestita Safutri Administrasi
Pendidikan PAUD
Sekolah
Tenaga
10 Cahaya hidayat SMA Administrasi
Sekolah
Tenaga
11 Iwan Kusuma SMA Administrasi
Sekolah

Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) PAUD Al-Fatih

129
Manajemen Problematika Madrasah
Diagram Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dan Pendidikan Guru
Kelas PAUD Al-Fatih

Proses pembelajaran di kelas anak usia dini tidak terlepas dari


bagaimana peran guru dalam menciptakan suasana belajar, strategi
pembelajaran, media, serta model pembelajaran yang digunakan. Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis
yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di depan kelas. Seorang guru PAUD harus bisa membuat model
pembelajaran yang menarik perhatian anak.
Disamping penggunaan model pembelajaran yang baik di kelas,
pendekatan belajarpun juga tidak kalah penting yang harus diperhatikan oleh
guru anak usia dini dalam membelajarkan di kelas. Pendekatan adalah suatu
antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana
tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode
tertentu secara efektif. Dalam pembelajaran juga ada strategi pembelajaran
yang merupakan cara guru dalam mengatur, memanajemen, mengintegrasikan
semua urutan kegiatan pembelajaran di kelas serta mengorganisasikan tema-
tema yang diajarkan dengan media, waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
secara efektif dan efisien.
Kegiatan belajar mengajar yang dikembangkan oleh guru harus relevan
dengan lingkungan peserta didik dan masyarakat karena anak didik, setelah
menyelesaikan pendidikan pada suatu jenjang pendidikan ini akan
melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Berdasarkan peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, calistung tidak diperbolehkan dalam kurikulum
130
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan anak usia dini, tapi di kebanyakan SD calistung dijadikan prasyarat
masuk SD.
Menurut Jean Piaget, ahli psikologi pendidikan dari Swiss, tahap
perkembangan kognitif atau intelektual anak dibagi ke dalam empat periode.
Periode pertama adalah tahap sensori-motor (0-2 tahun), di mana bayi
menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik dalam mengenal
lingkungannya. Periode kedua adalah tahap pra-operasional (2-7 tahun). Pada
fase ini, kemampuan berbahasa anak sudah baik, tapi masih egosentris. Anak
masih sulit melihat sesuatu dari perspektif berbeda.
Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret (7-11 Tahun). Anak
telah mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan
juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu, namun belum bisa menarik
kesimpulan dari hal-hal yang bersifat konkret. Pemahaman dalam
memecahkan masalah secara verbal dan bersifat abstrak dicapai pada tahap
keempat, yakni tahap operasional formal (11-16 tahun). Di tahap ini, anak
sudah dapat membayangkan masalah dan mengembangkan hipotesis secara
logis. Misalnya, saat melihat mobil mogok, maka anak akan menduga
bensinnya habis, busi atau platinanya rusak, atau sebab lain yang memberikan
dasar terjadinya mobil mogok.
Berdasarkan hal tersebut, seharusnya pelajaran calistung diberikan saat
tahap operasional konkret. Sebab, untuk memahami calistung, anak
memerlukan cara berpikir terstruktur. Jika calistung diajarkan pada anak usia
di bawah 7 tahun, anak dikuatirkan akan kehilangan periode emas tadi. Masa
bermainnya hilang, sehingga kehilangan gairah belajar. Calistung yang
terburu-buru akan mengubah anak menjadi pemberontak, merasa jenuh dan
bosan. Kondisi tersebut dapat membuat gangguan berkomunikasi, gangguan
pengendalian emosi, stres, depresi dan gangguan perilaku lainnya pada masa
usia emas anak.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berupa data-data dari
observasi, wawancara, serta dokumentasi sehingga diperoleh hasil seperti yang
dikemukakan pada bab sebelumnya, dan disimpulkan sebagai berikut:
1. PAUD Al-Fatih didirikan pada tahun 2018 di bawah naungan Yayasan
Wijaya Edukasi Insan Cendikia. Tokoh yang paling berjasa dalam
membidani lahirnya Pendidikan Anak Usia Dini Al-Fatih adalah Ibu
Febrianti dan Ibu Welly. Tanggal 1 Mei 2018 kelompok bermain berubah
nama dengan nama Pendidikan Anak Usia Dini Al-Fatih dengan
diresmikan oleh Bapak Bupati Kabupaten Rejang Lebong.

131
Manajemen Problematika Madrasah
2. Problematika yang dihadapi PAUD Al-Fatih di antaranya:
a. Mayoritas guru kelas kualifikasinya tidak sesuai (tidak berpendidikan
guru PAUD), sehingga kemampuan mereka dalam mengelola PAUD
masih terkendala, baik dalam merencanakan, melaksanakan maupun
mengawasi dan mengevaluasi program PAUD.
b. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
calistung tidak diperbolehkan dalam kurikulum pendidikan anak usia
dini, tapi di kebanyakan SD hal ini dijadikan prasyarat masuk SD.

132
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN PEMASARAN MIN 1 MUSI RAWAS
TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

Supriyanto

Dewasa ini nampak terjadi persaingan antar lembaga pendidikan. Hal


ini terlihat dari munculnya berbagai lembaga pendidikan yang saling
berlomba-lomba menawarkan keunggulan masing-masing untuk menarik
minat calon peserta didik. Sekolah dalam rangka meningkatkan persaingan
antar sekolah lain memerlukan pemasaran jasa pendidikan untuk mengenalkan
sekolah tersebut kepada masyarakat.
Persaingan dalam pandangan Islam dibolehkan dengan syarat bersaing
secara baik. Salah satunya dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al- Baqarah ayat
148 tentang anjuran berlomba dalam kebaikan: Artinya: “dan bagi tiap-tiap
umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah (dalam membuat) kebaikan.di mana saja kamu berada pasti Allah
akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Ayat diatas bermakna bahwa Allah memerintahkan kepada Bani Israil
dan selain mereka melalui nab-nabi utusan Allah untuk mengarah kearah
tertentu. Jika mereka tidak mengikuti tuntunan Allah ini, maka tinggalkanlah
dan berlomba- lombalah dengan mereka dalam melakukan kebaikan, atau
bergegaslah mendahului mereka dalam melakukan kebaikan (Shihab,
2000:332-333).
Dalam kandungan ayat al-Qur‟an di atas dijelaskan bahwa persaingan
untuk tujuan kebaikan itu diperbolehkan, selama persaingan itu dilakukan
dengan secara baik. Demikian halnya dengan persaingan antar sekolah dalam
menarik minat masyarakat. Sekolah-sekolah tersebut berlomba-lomba
memasarkan jasa layanan pendidikan yang dimiliki.
Untuk memasarkan jasa pendidikan, diperlukan manajemen pemasaran
jasa pendidikan yang baik. Disamping itu, manajemen pemasaran juga
diperlukan untuk mengenalkan dan menjual produk sekolah agar tetap
diminati masyarakat. Dalam hal ini manajemen pemasaran sekolah sangat
diperlukan untuk mendapatkan siswa sebanyak- banyaknya agar sekolah tetap
terus berkembang. Sekolah yang memiliki kualitas yang baik apabila tidak
dibarengi dengan manajemen pemasaran yang baik pula, maka masyarakat
tidak akan tertarik meneyekolahkan anaknya di sekolah tersebut, hal ini karena
masyarakat tidak mengetahui kualitas sekolah tersebut. Disinilah perlunya

133
Manajemen Problematika Madrasah
sekolah/madrasah untuk selalu menjaga citranya di masyarakat dan selalu
memberikan informasi ke dunia luar sehingga/madrasah tersebut dikenal oleh
masyarakat (Prabowo, 2008: 121-122).
Dalam memasarkan jasa pendidikan banyak cara yang perlu ditempuh
seperti memasang iklan, melakukan seminar, pameran, menjanjikan beasiswa,
biaya, sekolah terjangkau dan bentuk-bentuk publikasi lainnya. Sudah
diketahui bahwa tujuan pemasaran bukan untuk mencari laba melainkan untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Seperti yang di paparkan oleh
Buchori Alma (2008: 55) bahwa:
Kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan bisnis agar lembaga-
lembaga pendidikan yang kita kelola mendapatkan peserta didik atau murid,
melainkan juga merupakan bentuk tanggung jawab (accountability) sekolah
kepada masyarakat luas (public) akan layanan jasa pendidikan yang telah,
sedang dan akan sekolah itu lakukan.
Sebagai bentuk tanggung jawab dari pemasaran, sekolah harus
berupaya semaksimal mungkin untuk mengelola serta meningkatkan layanan
sehingga apa yang dipromosikan bisa dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan
memiliki inisiatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan karena pendidikan
merupakan proses sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan.
Selanjutnya S. Pantja dan Khusaini, U. Maman Rubaman (2008:n32)
menyatakan bahwa:

Kepuasan pelanggan merupakan faktor penentu untuk merebut


keunggulan dalam bersaing. Jika dihasilkan barang dan jasa yang
tidak bermutu, maka pelanggan akan berpindah pada penyedia barang
atau jasa yang lebih murah namun sama mutunya. Pelanggan
menuntut suatu bukti imbalan yang minimal seimbang dari
pengorbanan yang diberikan.Setiap pelanggan memiliki harapan dari
setiap pengorbanannya.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa masyarakat menuntut atas semua


yang telah diberikan kepada sekolah harus dibarengi dengan pelayanan
pendidikan maupun keterampilan yang diberikan sekolah kepada anaknya.
Salah satu bentuk kepuasan pelanggan itu sendiri terjadinya pembelian uang,
pelanggan yang merasa puas dengan layanan jasa pendidikan yang diberikan
di suatu sekolah tertentu akan mempromosikannya kepada masyarakat lain
agar mau menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Pelanggan yang puas
akan memberikan informasi tentang hal-hal positif mengenai sekolah kapada
134
Manajemen Problematika Madrasah
masyarakat lain.
Sekarang ini, pihak-pihak yang berkecimpung di lembaga pendidikan
dituntut untuk mampu bersaing memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dan
tuntutan zaman.Akan tetapi, banyak lembaga pendidikan yang tidak mampu
bersaing. Banyak dari lembaga tersebut yang sepi peminat dan tidak dilirik
masyarakat. Akibatnya guru pun ikut terkena imbasnya karena tidak dapat
memenuhi jam minimal mengajar sebab sedikitnya siswa yang ada. Tak heran
jika banyak guru yang harus mengajar di beberapa tempat untuk memenuhi
target. Karena hal tersebut, banyak guru yang tidak dapat fokus dan tidak
dapat optimal dalam menjalankan tugasnya. Dampak dari sepinya peminat
layanan pada sebuah lembaga pendidikan pun juga dapat berdampak pada
tutupnya lembaga pendidikan itu sendiri.
Banyak sekolah maupun madrasah di berbagai wilayah Indonesia
mengalami kekurangan murid sehingga sekolah-sekolah ditutup. Berbeda
dengan MIN 1 Musi Rawas pada tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 180
siswa, pada tahun ajaran 2017/ 018 jumlah siswa ada 234, pada tahun ajaran
2018/2019 berjumlah 365 siswa dan pada tahun ajaran 2019/2020 mengalami
peningkatan jumlah siswa mencapai 430 siswa. (wawancara dengan Staf
bagian Kesiswaan 05 Desember 2019 ) Jadi MIN 1 Musi Rawas tersebut
mampu bersaing dengan sekolah atau madrasah negeri maupun swasta yang
ada di Tugumulyo, Musi Rawas. Dari data tersebut jumlah siswa yang masuk
dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sehingga
menunjukkan adanya pengelolaan yang baik dalam pemasaran sekolah kepada
masyarakat.

Temuan dan Analsis Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum
a. Letak Geografis MIN 1 Musi Rawas
Secara geografis MIN terletak di Desa Mataram, Kecamatan
Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas berbatasan dengan desa Wukirsari
di sebelah barat, desa Ngadirejo di sebelah timur, desa Siti Harjo di
sebelah utara, dan sebelah selatan desa Trikoyo. MIN 1 Musi Rawas
memliki letak yang strategis, mengingat sekolah tersebut dikelilingi
pedesaan yang mempunyai frekuensi siswa yang signifikan.
(Dokumentasi, profil sekolah 2017).

135
Manajemen Problematika Madrasah
MIN 1 Musi Rawas berada di pinggir jalan sehingga mudah
layanan transportasinya. dilalui, disamping itu pihak sekolah juga
menyediakan angkutan antar jemput bagi siswa yang meminta.
(Observasi 03 Nov.2019).

Dokumen Peneliti 3 November 2019

Samping Gerbang Masuk MIN 1 Musi Rawas, yang dikelilingi oleh


Pagar tembok. Halaman yang yang bersih dan dipinggir pinggir halaman
ditumbuhi pepohonan yang rindang sehingga menambah kesejukan dan
kenyamanan bagi siswa dan guru serta karyawan di MIN 1 Musi Rawas.

Dokumen Peneliti Gedung MIN 1 Musi Rawas, 3 Nov 2019

136
Manajemen Problematika Madrasah
Disamping derbang Masuk kehalaman sekolah terdapat Parkir Sepeda
Siswa siswi MIN 1 Musi Rawas, Yang ada juga membawa sepeda.

Area Parkir Sepeda Murid MIN 1 Musi Rawas, Dokumen MIN 1


Musi Rawas, 2019

b. Sejarah Berdiri MIN 1 Musi Rawas

Awal bedirinya MIN 1 Musi Rawas adalah lembaga pendidikan Islam


Suwasta di Kecamatan Tugumulyo yang dikelola oleh yayasan yang
kemudian dinegerikan oleh Departemen Agama. Kementrian Agama dalam
pembinaannya di MIN 1 Musi Rawas ini sangat serius ini di buktikan dengan
Pegawai Kementrian agama Kabupaten Musi Rawas.

Dokumen MIN 1 Musi Rawas, 2019


137
Manajemen Problematika Madrasah
Pembukaan pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
tahun pelajaran 2018/2019 di buka langsung oleh Kepala Sub Bagian
(Kasubag) Kantor Kementrian Agama (kankemenag) kabupaten musi rawas
M. Rais, S.Ag., M.Pd.I yang kemudian dilanjutkan penyematan tanda peserta
ujian nasional yang di wakili oleh beberapa peserta MIN 1 Musi Rawas di
halaman Madrasah pada hari senin (22/4/2019).

c. Kegiatan Kegiatan di MIN 1 Musi Rawas

Adapun kegiatan kegiatan yang dilaksanakan di MIN 1 Musi Rawas


menurut penuturan Kepala MIN 1 Musi Rawas (Hidayat) ketika dalam
wawancara diantaranya:

Dokumen wawancara dengan Kep Sek MIN 1 Musi Rawas, 2019

Sebelum melakukan Pencak Silat, Peserta Didik MIN 1 Mura terlebih


dahulu melakukan Pemanasan sebelum kegiatan inti. pemanasan
merupakan tahapan penting untuk meningkatkan suplai oksigen dan
menaikkan suhu otot agar lebih hangat. Pemanasan juga
mempersiapkan diri secara mental dan fisik sebelum melakukan
aktivitas fisik berat dan jika dilakukan dengan benar dapat
meningkatkan performa kita saat melakukan kegiatan yang inti. Kamis
(1/08).

138
Manajemen Problematika Madrasah
Dokumen Peserta Pencak silat MIN 1 Musi Rawas, 2019

Jum‟at Pekan ini kembali di isi dengan kegiatan Muhadhoroh

Jum‟at Pekan Ini Kembali Di Isi Dengan Kegiatan


Muhadhoroh. Hari ini Jumat (01/11) MIN 1 Mura kembali menggelar
kegiatan Muhadhoroh yang rutin diadakan setiap hari Jumat tiap
pertemuan minggu ke 2. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan
ekstrakurikuler. Muhadhoroh merupakan kultum agama yang
disampaikan oleh beberapa orang, baik Kamad pembimbing ataupun
peserta didik MIN 1 Mura juga dituntut untuk menampilkan kultumnya
139
Manajemen Problematika Madrasah
di depan guru dan peserta didik lainnya yang sudah ditunjuk dalam
jadwal kegiatan. Kultum ini bisa berupa motivasi, siraman rohani,
nasehat dan hal-hal yang bermanfaat untuk semua keluarga madrasah.
Pada kesempatan muhadhoroh kali ini peserta didik dari kelas 6 unjuk
kemampuan dalam menyampaikan kultumnya tampil menyampaikan
materi tentang mendirikan sholat. (Nia)

Rumah Tahfidz Al-Qur,an

Dokumen Rumah Tahfidz MIN 1 Musi Rawas, 2019

Salah satu bentuk keseriusan pihak kementerian agama


Kabupaten Musi Rawas memberikan apresiasi terhadap Rumah
Tahfidz Al-Huda di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Musi Rawas (MIN)
1 Mura, Selasa (27/08). Dalam hal ini seksi Pk Pontren (pendidikan
keagamaan dan pondok pesantren) mengunjungi rumah Tahfidz Al-
huda di MIN 1 Mura. Dalam kunjungannya bapak Alisyasmi,S.Ag
beserta stafnya meninjau secara langsung kegiatan rumah Tahfidz Al-
Huda serta ditampilkan beberapa anak telah membaca serta di uji
menghafal 1 Juz ke 30.

140
Manajemen Problematika Madrasah
Dalam upaya pencegahan DBD Puskesmas Nawangsasi
lakukan penyuluhan di MIN 1 Musi Rawas melalui kegiatan
BERKOLABERANTIK.

Dokumen MIN 1 Musi Rawas, 2019

Kunjungan kesehatan keliling (KESLING) melalui puskesmas


guna meninda lanjuti pemberantasan perkembangbiakan jentik. Jum‟at
(29/3). Kunjungan kesling ini terpantau semua MIN 1 Musi Rawas.
Selama bulan suci ramadhan 1440 H, aktivitas kegiatan belajar
mengajar (KBM) Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Musi Rawas (MIN
Samura) tetap dilaksanakan seperti biasanya. Yang di mulai pada
tanggal 5 mei hingga 31 mei 2019 mendatang, Senin (13/5).

141
Manajemen Problematika Madrasah
MIN 1 Mura Gelar Sholat Istisqo

Dokumen MIN 1 Musi Rawas, 2019

Bertempat di Halaman Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Musi


Rawas (MIN) 1 Mura yang diikuti seluruh keluarga MIN 1 Mura, Wali
Murid dan Siswa MTs Qur‟Aniah Tugumulyo, menggelar shalat istisqa
sekaligus sholat dhuha berjamaah dalam kegiatan muhadaroh, Jum‟at
pagi (30/08), yang dilakukan mulai pukul 07.00 hingga sampai selesai.
Sholat sunah dua rakaat yang di laksanakan berlangsung khusuk dan
khidmat di Imami oleh Ustadz Thabrani.
Jelang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk tingkat
MI/SD yang mulai berlangsung pada Mei - Juli 2019, Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Musi Rawas mulai menyebarkan brosur
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ke Paud/TK dan tempat-
tempat umum di seluruh Desa G.I Mataram Kec.Tugumulyo Kab.
Musi Rawas memberikan informasi seputar tata cara penerimaan siswa
dan pengenalan program serta kegiatan madrasah, (16/5).
Hidayat, S.Ag.,M.Pd Selaku Kepala MIN 1 Mura mengatakan,
tahun ini MIN 1 Mura menargetkan 5 ruang belajar bagi calon peserta
didik yang ingin mendaftarkan dan menempuh pendidikan dimadrasah
kita. “untuk tahun 2019 ini kami siapkan sementara 5 ruang belajar
bagi peserta PPDB dengan maksimal jumlah dalam satu kelas

142
Manajemen Problematika Madrasah
sebanyak 25 peserta didik.” Ujarnya. “alhamdulillah respon dan minat
orang tua sangat baik setelah membaca brosur yang kami berikan,
apalagi dengan program extrakurikuler tahfidz Qur‟an, prestasi yang
pernah di raih yang menjadi menarik perhatian utama bagi orang tua
peserta didik,” Paparnya

Dokumen MIN 1 Musi Rawas, 2019

1. Perubahan Sekolah Diganjar Prestasi

MUSI RAWAS – Kepala MIN 1 Musi Rawas Hidayat


mendapatkan Inovasi Awards dari Kantor Wilayah Kementerian
Agama Sumatera Selatan dan Kementerian Agama Musi Rawas, yang
diserahkan langsung oleh Bupati Musi Rawas H Hendra Gunawan.
Penghargaan tersebut dalam rangka acara Pemberian Religion
Innovation Award dalam rangka HAB Kemenag RI ke-73. Award
diberikan atas dedikasi Hidayat menyempurnakan yang sudah ada dan
mengkreasikan hal baru yang lebih baik dan melaksanakan tugas
sebagai ASN Kantor Kementerian Agama Kabupaten Musi Rawas.
“Saya bersyukur setelah melalui proses seleksi bisa mendapatkan
penghargaan untuk kategori Inovasi Awards,”ujarnya. Prestasi ini
tentunya tidak lepas dari dukungan semua pihak mulai pelajar, guru,
orang tua, dan lainnya. Yang terus mendukung program-program
143
Manajemen Problematika Madrasah
sekolah, hingga sekolah terus mengalami perubahan ataupun
peningkatan dibandingkan sebelumnya.

Kepala MIN 1 Musi Rawas Hidayat mendapatkan Inovasi Awards


dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Selatan dan
diserahkan langsung oleh Bupati Mura.

2. Keadaan Siswa

Jumlah siswa yang bersekolah di MIN cukup Banyak. Jumlah


siswa MIN 1 Musi Rawas pada tahun 2016/2017 adalah 180 siswa,
sedangkan untuk siswa yang masuk pada tahun 2017/2018 ada 234
siswa, pada tahun ajaran 2018/2019 ada ada 365 dan pada tahun ajaran
2019/2020 berjumlah 430. Untuk mengetahuai sebaran jumlah siswa di
MIN 1 Musi Rawas 2019/2020 dengan lebih rinci dapat dilihat pada
tabel dibawah ini: Tabel Daftar Jumlah Siswa MIN 1 Musi Rawas.

Tahun Jumlah Siswa

2017/2018 234 Siswa

2018/2019 365 Siswa

2019/2020 430 Siswa

144
Manajemen Problematika Madrasah
Dari data diatas dapat dilihat bahwa untuk tiga tahun terakhir ini
MIN 1 Musi Rawas mengalami peningkatan untuk jumlah siswa.
Meskipun jumlah peningkatan yang signifikan dikarenakan daya
tampung gedung yang dimiliki tidak bisa menampung siswa yang
banyak.
Di era globalisasi seperti sekarang, terjadi persaingan yang
sangat ketat di berbagai sector kehidupan. Tak terkecuali di bidang
pendidikan, nampak terjadi persaingan antar lembaga pendidikan.Hal
ini terlihat dari munculnya berbagai lembaga pendidikan yang saling
berlomba-lomba menawarkan keunggulan masing-masing untuk
menarik minat calon peserta didik. Oleh karena itu di setiap lembaga
pendidikan harus mempunyai manajemen pemasaran yang baik untuk
menjaga eksistensi lembaga tersebut. Oleh karena itu setiap lembaga
pendidikan harus mempunyai strategi yang dapat digunakan dalam
mengikuti persaingan yang terjadi di dunia pendidikan. Salah satu cara
yang dapat digunakan dengan menerapkan sistem manajemen
pemasaran sekolah.
Menurut bapak Hidayat selaku kepala MIN 1 Musi Rawas,
pemasaran pendidikan dinilai sangat penting bagi eksistensi sekolah.
Beliau menyampaikan beberapa hal mengenai pentingnya managemen
pemasaran sekolah. Adapun penjelasan beliau yakni sebagai berikut:
“Pemasaran di bidang pendidikan sangat diperlukan sekolah, artinya
kita perlu mengenalkan pelayanan pendidikan yang kita miliki kepada
masyarakat agar mereka tertarik untuk menyekolahkan anaknya.
Dengan adanya siswa yang cukup maka kita bisa menjalankan kegiatan
belajar mengajar dengan baik, begitupun sebaliknya jika sekolah
kekurangan murid maka kegiatan pendidikan yang sudah direncanakan
tidak dapat dijalankan dengan semestinya” (wawancara dengan kepala
sekolah bapak Hidayat pada tanggal 30 Oktober 2019).
Berdasarkan hasil penelitian tentang manajemen pemasaran
sekolah yang telah penulis paparkan di atas mengenai manajemen
pemasaran sekolah yang ada di MIN 1 Musi Rawas, maka penulis
dapat menginterpretasikan data hasil penelitian dengan teori yang
sudah ada. Manajemen pemasaran adalah proses menganalisis,
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan program-
program yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi,
145
Manajemen Problematika Madrasah
dan distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk
menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan
pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan / lembaga. Harper
(2000:18).
Secara umum Manajemen pemasaran sekolah adalah suatu
pengelolaan yang berupa pengarahan, bimbingan, pengawasan
terhadap serangkaian kegiatan mengkomunikasikan jasa pendidikan
yang disediakan oleh suatu lembaga pendidikan kepada masyarakat
luas, dengan memperhatikan kualitas layanan dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan serta keinginan dari masyarakat, yang
bertujuan menarik minat masyarakat untuk menggunakan jasa
pendidikan yang ditawarkan, sehingga akan tercapai tujuan dari
pemasaran pendidikan itu sendiri dan terpenuhinya tuntutan
masyarakat.
Manajemen pemasaran yang dilakukan oleh MIN 1 Musi Rawas
memiliki beberapa tahapan-tahapan pokok yang saling berkaitan antara
satu tahapan dengan tahapan lainnya. Adapun beberapa tahapan pokok
yang dilakukan oleh MIN 1 Musi Rawas dalam melaksanakan
manajemen pemasaran sekolahnya ialah dimulai dari kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Keempat tahapan tersebut memiliki peran penting dalam
terselenggaranya managemen pemasaran sekolah. Adapun bentuk-
bentuk manajemen pemasaran yang dilakukan oleh MIN 1 Musi Rawas
yakni sebagai berikut:

1. Perencanaan

Proses pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas dimulai dari


kegiatan perencanaan. Perencanaan merupakan fungsi yang paling
awal dari keseluruhan fungsi manajemen. Perencanaan merupakan
suatu proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tertentu. Perencanaan
meliputi beberapa hal meliputi: penetapan tujuan- tujuan, perkiraan
lingkungan (sumber-sumber dan hambatan), penetuan pendekatan yang
akan mencapai tujuan-tujuan tersebut (Didin Kurniadin, 2012: 125).

Kegiatan ini merupakan langkah awal yang akan menjadi


penentu bagaimana gambaran atau racangan dari pelaksanaan
146
Manajemen Problematika Madrasah
pemasaran sekolah kepada masyarakat umum baik kepada orang tua
maupun kepada calon siswa. Proses perencanaan yang dilakukan oleh
MIN 1 Musi Rawas yakni dengan mengadakan rapat yang dipimpin
oleh kepala sekolah dan dihadiri oleh semua guru dan karyawan.
Dalam rapat tersebut dirumuskan tujuan pemasaraan, pembentukan
panitia pemasaran,dan menentukan media pemasaran serta target
jumlah siswa yang akan direkrut. Selain itu, perencanaan manajemen
pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas dirumuskan tujuan
pemasaran, yaitu mengenalkan sekolah kepada masyarakat dan
memperoleh siswa yang sebanyak-banyaknya. Dalam perencenaan
juga dilakukan pembentukan panitia pemasaran. Sedangkan media
yang akan digunakan untuk pemasaran yaitu melalui penyebaran
pamflet, sosialisasi ke TK, dan pemasaran melalui media
sosial/internet.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang


dilakukan oleh sekelompok orang, dilakukan dengan membagikan
tugas, tanggungjawab, dan wewenang diantara mereka, ditentukan
siapa yang menjadi pemimpin, serta saling berintegrasi secara aktif.
Pengorganisasian merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan
dalam sebuah sistem manajemen.Pengorganisasian sangat berpengaruh
terhadap berlangsungnya suatu organisasi atau lembaga, terutama
lembaga pendidikan Islam. Pengorganisasian merupakan suatu
kegiatan pengaturan dan pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan ( Didin Kurniadin, 2012:125)
Kegiatan pengorganisasian di MIN 1 Musi Rawas dilakukan
dengan pembagian tugas dan pengelompokan kegiatan. Ada tiga
kegiatan yang dilakukan di MIN 1 Musi Rawas dalam memasarkan
sekolahnya. Ketiga kegiatan tersebut adalah penyebaran pamflet,
sosialisasi ke TK, dan pengelolaan pemasaran melalui media
sosial/internet.
Penyebaran pamflet dan pemasangan spanduk MIN 1 Musi
Rawas dilakukan oleh semua karyawan yang mengajar dan bekerja di
MIN 1 Musi Rawas. Jadi semua karyawan wajib menyebarluaskan
pamflet yang sudah dicetak dengan desain yang menarik yang telah
disepakati oleh pihak-pihak tertentu dalam sekolah kepada masyarakat
147
Manajemen Problematika Madrasah
terutama kepada orang tua yang memiliki anak berusia 5-6 tahun atau
anak yang sudah sekolah TK. Pamflet dan spanduk yang telah dibuat
sudah terpasang di tempat- tempat yang ramai dilewati masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh beberapa guru yang
mengajar di MIN 1 Musi Rawas. Guru yang ditugaskan untuk
melakukan sosialisasi memiliki kewajiban menyampaikan beberapa hal
yang berkaitan dengan sekolah dengan menggunakan bahasa yang baik
dan menarik. Selain penyebaran pamflet dan pengadaan sosialisasi di
TK, kegiatan pengorganisasian yang terahi yakni dengan pengelolaan
pemasaran melalui media sosial/internet.
Pemasaran sekolah melalui internet di MIN 1 Musi Rawas,
ditugaskan kepada beberapa guru yang mengajar di MIN 1 Musi
Rawas. Guru yang ditugaskan untuk memasarkan sekolah melalui
media sosial/ internet memiliki tugas dan tanggungjawab dalam
mengelola satu akun khusus yang dimiiki oleh sekolah yang berisi
tentang beberapa hal penting yang dipublikasikan di media masa.

3. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pemasaran di sekolah hendaknya


memperhatikan variable-variabel yang dapat menarik minat siswa. Ada
variabel yang dapat dikontrol dan ada variabel yang tidak dapat
dikontrol oleh sekolah. Adapun varibel yang dapat dikontrol yaitu
kurikulum, pelayanan lembaga pendidikan, komunikasi dengan siswa ,
besarnya biaya.
Sedangkan variabel yang tidak dapat dikontrol yaitu Ketiga
kegiatan inti yang dilakukan oleh MIN 1 Musi Rawas dalam
pelaksanaan manajemen pemasaran sekolah tidak lain bertujuan untuk
meningkatkan daya tarik orang tua maupun siswa agar proses
perekrutan di tahun awal pembelajaran dapat sesuai dengan target
awal. Dalam pelaksanaan manajemen pemasaran selain dilakukan
kegiatan perencanaan dan pengorganisasian, langkah selanjutnya ialah
kegiatan inti atau kegiatan pelaksanaan. budaya, kondisi ekonomi, dan
kecendurungan social ( Sugeng Listyo Prabowo, 2008: h. 104-111).
Kegiatan pelaksanaan manajemen pemasaran sekolah di MIN 1
Musi Rawas yakni dengan memyebarkan pamflet di tempat-tempat
umum yang ramai di lewati masyarakat yang dilakukan oleh semua
karyawan. Penyebaran pamflet dilakukan sesuai dengan prosedur awal
148
Manajemen Problematika Madrasah
yang telah ditetapkan pada kegiatan pengorganisasian seperti yang
telah dijelaskan di atas. Selain penyebaran pamlet, kegiatan
pelaksanaan manajemen pemasaran yang dilakukan oleh MIN 1 Musi
Rawas yakni dengan melakukan sosialisasi ke TK, yaitu TK/RA
Quraniyah, TK Walisongo, TK Taqwa, dan TK AL-Hidayah.
Sesuai dengan tahapan pengorganisasian, kegiatan sosialisasi
dilakukan oleh 2 guru yang mengajar di MIN 1 Musi Rawas ke
beberapa TK yang berada di sekitar daerah Tugumulyo, Pada saat
sosialisasi selain guru menyampaikan materi tentang sekolah yang
telah dipersiapkan, guru juga membagikan brosur profil sekolah
kepada orang tua atau wali yang telah diundang untuk menghadiri
kegiatan
Kegiatan pelaksanaan manajemen pemasaran sekolah di MIN 1
Musi Rawas yakni dengan memyebarkan pamflet di tempat-tempat
umum yang ramai di lewati masyarakat yang dilakukan oleh semua
karyawan. Penyebaran pamflet dilakukan sesuai dengan prosedur awal
yang telah ditetapkan pada kegiatan pengorganisasian seperti yang
telah dijelaskan di atas. Selain penyebaran pamlet, kegiatan
pelaksanaan manajemen pemasaran yang dilakukan oleh MIN 1 Musi
Rawas yakni dengan melakukan sosialisasi ke TK sekitar MIN 1 Musi
Rawas
Sesuai dengan tahapan pengorganisasian, kegiatan sosialisasi
dilakukan oleh 2 guru yang mengajar di MIN 1 Musi Rawas ke
beberapa TK yang berada di sekitar daerah Tugumulyo Pada saat
sosialisasi selain guru menyampaikan materi tentang sekolah yang
telah dipersiapkan, guru juga membagikan brosur profil sekolah
kepada orang tua atau wali yang telah diundang untuk menghadiri
kegiatan sosialisasi tersebut.
Pelaksanaan terakhir dari manajemen pemasaran sekolah yang
dilaksanakan di MIN 1 Musi Rawas yakni dengan memasakan sekolah
di internet, yaitu di akun youtube. Kegiatan ini dilakukan karena
mengingat perkembanagn tekhnologi yang canggih di era sekarang ini,
jadi bagi orang tua atau masyarakat yang sudah bisa menggunakan
sosial media dapat melihat profil sekolah melalui sosial media.
Pemasaran melalui media internet sudah dilakukan oleh pihak MIN 1
Musi Rawas , yaitu dengan mengunggah video profil sekolah ke akun
youtube.

149
Manajemen Problematika Madrasah
4. Pengawasan

Pengawasan adalah proses pengamatan dan pengukuran suatu


kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya yang terlihat dalam rencana.
Pengendalian dilakukan dalam usaha menjamin semua yang dilakukan
telah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. ( Didin
Kurniadin, 2012:125)
Tahapan terakhir dalam manajemen pemasaran sekolah yang
dilaksanakan di MIN 1 Musi Rawas yakni dengan melakukan kegiatan
pengawasan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
ketercapaian dari kegianan pemasaran yang dilaksanakan di sekolah.
Tujuan lain dilaksanakannya kegiatan pengawasan yakni tidak lain
untuk mengetahui proses pengendalian dan pengukuran suatu kegiatan
operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya yang terlihat dalam rencana. Pengawasan
dilakukan dalam usaha menjamin bahwa semua kegiatan terlaksana
sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan di awal.
Pengawasan dilaksanakan oleh kepala MIN 1 Musi Rawas dan
ketua panitia pemasaran. Pengawasan dilakukan ketika pelaksanaan
manajemen pemasaran sekolah dan di akhir pelaksanaan manajemen
pemasaran sekolah. Pengawasan dilakukan pada saat pelaksanaan
manajemen pemasaran sekolah karena dalam pelaksanaan perlu adanya
control dari kepala sekolah dan ketua panitia pemasaran supaya
manajemen pemasaran sekolah dijalankan dengan baik seperti yang
telah direncanakan sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan
terwujud. Sementara pengawasan juga dilakukan di akhir pelaksanaan
manajemen pemasaran sekolah, karena untuk mengevaluasi bagian
yang masih kurang supaya bisa dijadikan pembelajaran kedepannya.
Dalam pengawasan oleh kepala MIN 1 Musi menyatakan
bahwa manajemen pemasaran sekolah sudah dilaksanakan dengan
baik, akan tetapi masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki. Menurut
kepala MIN 1 Musi Rawas masih banyak pamflet yang belum
disebarkan, hal ini menjadi kelemahan yang harus diperbaiki demi
kemajuan sekolah di tahun yang akan datang.

150
Manajemen Problematika Madrasah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MIN 1 Musi
Rawas tentang manajemen pemasaran sekolah, dapat disimpulkan
bahwa manajemen pemasaran sekolah tercermin dalam empat kajian
pokok yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan. Kegiatan manajemen pemasaran sekolah yang dilakukan
diantaranya sebagai berikut:
Dalam perencanaan manajemen pemasaran sekolah di MIN 1
Musi Rawas dirumuskan tujuan pemasaran, yaitu memperkenalkan dan
mensosialisasikan sekolah agar menarik minat orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke MIN 1 Musi Rawas . Pada saat
perencanaan di bentuk panitia pemasaran sekolah yang ditentukan pada
saat rapat yang dipimpin oleh kepala sekolah. Perencanaan manajemen
pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas dilaksanakan oleh kepala
sekolah, guru, dan karyawan atau staff. Pelaksanaan pemasaran
sekolah direncanakan dilaksanakn dua bulan sebelum pelaksanaan
penerimaan siswa baru. Pemasaran sekolah rencananya akan
dilaksanakan dengan penyebaran pamflet, sosialisasi ke beberapa TK,
dan pengelolaan pemasaran melewati media internet.
Setelah dibentuk panitia pemasaran sekolah oleh kepala
sekolah, selanjutnya yaitu pengorganisasian. Pengorganisasian
manajemen pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas yaitu dengan
membagi tugas. Pembagian tugas tersebut dilakukan oleh ketua panitia
pemasaran dalam rapat koordinasi pemasaran sekolah. Dalam
pembagian tugas, guru diberi tugas melakukan sosialisasi ke beberapa
TK dengan membagikan brosur kepada para orang tua dan
menjelaskan isi dari brosur tersebut. Kemudian sebagian karyawan
diberi tugas untuk memasang pamflet ke beberapa tempat umum yang
sudah ditentukan dan sebagian karyawan yang lain bertugas mengelola
pemasaran sekolah melalui media internet.
Pelaksanaan manajemen pemasaran sekolah di MIN 1 Musi
Rawas dilaksanakan dengan mengadakan sosialisasi ke beberapa TK
oleh beberapa guru di MIN 1 Musi Rawas. Selain itu pelaksanaan
manajemen pemasaran sekolah di MIN 1 Musi Rawas yaitu dengan
pemasangan pamflet oleh karyawan MIN 1 Musi Rawas ke beberapa
tempat umum dan pengelolaan pemasaran sekolah dengan
menggunakan media internet oleh bebarapa karyawan MIN 1 Musi
Rawas.
151
Manajemen Problematika Madrasah
Pengendalian dilaksanakan pada saat berlangsungnya
pemasaran sekolah dan dilaksanakan setelah pemasaran sekolah.
Pengendalian pada saat pemasaran bertujuan agar pemasaran sekolah
yang dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan agar dapat
mencapai tujuan pemasaran. Sedangkan pengendalian di akhir
pemasaran bertujuan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang
masih dilakukan pada saat pemasaran untuk bahan pembelajaran
kedepannya. pengendalian dilakukan oleh ketua panitia dan
selanjutnya oleh kepala sekolah di MIN 1 Musi Rawas. Dalam
pengendalian pemasaran sekolah, masih ditemui pamflet- pamflet yang
belum dipasang oleh para karyawan, yang membuat pelaksanaan
pemasaran sedikit bermasalah.

152
Manajemen Problematika Madrasah
MANAJEMEN FUNGSI DALAM MENANGANI
PROBLEMATIKA SARANA PRASARANA
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 1 LEBONG

Aci Aferi

Setelah Indonesia merdeka, perhatian pemerintah terhadap madrasah


atau pendidikan Islam umumnya semakin membaik. Pemerintah memberikan
perhatian dan bantuan materil kepada madrasah. Perhatian pemerintah
terhadap madrasah dan pesantren semakin terbukti ketika didirikan
Kementerian Agama pada tanggal 3 Januari 1946. Yang sebagian satu
tugasnya adalah: (1) Memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan
partikelir; (2) Memberi pengetahuan umum di madrasah; dan (3) Mengadakan
Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri
(PHIN).71
Hingga menjelang keruntuhan Orde Lama, kebijakan pemerintah
menyangkut pendidikan agama cukup baik. Sejumlah ketetapan MPRS,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Pemerintah dan Surat Keputusan Menteri
dikeluarkan. Beberapa keputusan tersebut memberi perhatian yang lebih baik
pada pendidikan agama dan lembaga-lembaganya. Pada masa-masa awal
pemerintahan Orde Baru, kebijakan mengenai madrasah bersifat melanjutkan
dan memperkuat kebijakan Orde Lama.
Pada tahap ini madrasah belum dipandang sebagai bagian dan sistem
pendidikan nasional, tetapi merupakan lembaga pendidikan otonom di bawah
pengawasan Menteri Agama. Setelah tumbangnya Orde Baru sampai
sekarang, madrasah tidak ada perubahan yang signifikan. Madrasah
melakukan usaha pemantapan struktur secara lebih integral-komprehensif.
Beberapa kajian dan survey menunjukkan terjadinya gejala kebangkitan
lembaga-lembaga pendidikan Islam ini.
Dalam konteks ini beberapa madrasah menemukan popularitas baru,
yakni beberapa madrasah kini dipandang bukan lagi hanya merupakan
lembaga transmisi ilmu-ilmu agama Islam, tetapi juga tempat menanamkan
apresiasi, penguasaan ketrampilan dan keahlian dalam bidang sains-teknologi,
bahkan perkembangan kuantitatif yang menarik adalah gejala pertumbuhan
madrasah-madrasah favorit karena keunggulannya dalam hal pembentukan

71
Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), 123.
153
Manajemen Problematika Madrasah
dan penanaman nilai-nilai karakter peserta didik menjadi indikator penyebab
madrasah semakin diminati masyarakat.
Berdasarkan penjelasan diatas, agar madrasah mampu
mempertahankan eksistensinya ditengah masyarakat maka perlu diperhatikan
segala sesuatu yang mendukung keberhasilannya yaitu faktor dominan dan
faktor determinan. Faktor dominan adalah pendidik dan peserta didik yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pendidikan akan
berfungsi baik jika terwujudnya pendidik dan peserta didik yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Keberhasilan peserta didik tidak akan terlepas dari perjuangan,
bimbingan dan tuntunan dari para pendidik dan begitu juga sebaliknya, para
pendidik akan dikatakan berhasil jika membimbing, membina, dan
mengajarkanpeserta didik dengan baik dan professional. Adapun faktor
determinan yaitu alat pendidikan, lingkungan dan sarana prasarana yang
merupakan penunjang dalam proses pembelajaran. Sebab di dalam proses
pembelajaran itulah terjadinya internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya
maupun norma-norma secara langsung.
Karena itu, kegiatan belajar mengajar merupakan ujung tombak untuk
tercapainya pewarisan nilai-nilai di atas. Untuk itu sangat penting dalam
proses pembelajaran menciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik
benar-benar tertarik dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Oleh karena
itu, PERMENDIKNAS No. 24 Tahun 2007 pasal 1 menyebutkan bahwa
standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria
minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.
Penilaian untuk akreditasi sekolah berkenaan dengan sarana dan
prasarana harus memenuhi standar sarana dan prasarana minimum.72 Untuk
jenjang Madrasah Ibtidaiyah komponen sarana prasarana yang diamanatkan
dalam Permendiknas tersebut disandingkan dengan hasil obsevasi awal
peneliti menemukan bahwa:73

72
PermenDiknas No. 24 Tahun 2007, Standar Sarana Prasarana SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA, Jakarta : 2007. Hal.1-14
73
Aci Aferi, Observasi Awal di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong, Kampung Jawa :
Tanggal : 22 Oktober 2019, Pukul 12.30 WIB
154
Manajemen Problematika Madrasah
No Prasarana Jumlah Kondisi
1 Ruang Kelas 6 Baik
2 Laboratorium IPA 0 Tidak ada
3 Ruang pimpinan 1 Kurang Baik
4 Ruang guru 1 Kurang Baik
5 Tempat beribadah 0 Tidak ada
6 Ruang UKS 0 Tidak ada
7 Jamban 3 Baik
8 Gudang 1 Baik
9 Ruang sirkulasi 0 Tidak ada
10 Tempat bermain 1 Baik

Berdasarkan data diatas, peneliti berasumsi bahwa Madrasah


Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong yang merupakan bagian dari 17 madrasah di
kabupaten Lebong ini belum memenuhi standar minimum yang menjadi
problematika pada Madrasah ini, sehingga dengan penelitian ini peneliti
akan menganalisis perbandingan sarana prasarana yang tercantum dalam
Permendiknas dengan kondisi objektif sarana prasarana yang dimiliki
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong dan menelaah pengelolaan di bidang
manajemen fungsi.

Temuan dan Analisis Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong


1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong

Madrasah Negeri 1 Lebong mengawali sejarahnya dengan nama


MIS Cipta Mulia yang didirikan pada tahun 1957 oleh kalangan Nahlatul
Ulama yang pertama kalinya melaksanakan proses belajar mengajar di
gedung sekretariat Nahdalatul Ulama dengan sebuah gedung semi
permanen berukuran 6x8 meter. Melihat perkembangan madrasah dari hari
tahun ketahun mengalami perkembangan peminat masyarakat sekitar yang
semakin meningkat, membuat almarhum Syamsiah yang merupakan salah
satu guru di Madrasah tersebut sekaligus pemilik tanah seluas 1.274 M2
yang berada di kelurahan kampung Jawa 10 meter dari jalan utama menuju
wisata air putih tergugah untuk mewakafkan tanah tersebut untuk
dimanfaatkan membangun bangunan seluas 414 M2.

155
Manajemen Problematika Madrasah
Seiring perkembangan waktu, Tahun 1993 Madrasah Cipta Mulia
bealih status menjadi Negeri dan dinamakan MIN 02 Muara Aman hingga
tahun 2018 berganti nama Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong. Madrasah
yang sudah 3 kali berganti nama ini telah mengalami pergantian kepala
madrasah sebanyak 9 kali dengan rincian regulasi sebagai berikut:
Tabel
Regulasi Kepala Sekolah

No Nama Kepala Tahun Menjabat Status Sekolah


1. M.Ardi Joyo 1957 – 1977 Swasta
2. Zubaidah 1997 – 1980 Swasta
3. Abdullah 1980 – 1982 Swasta
4. Hakim Abdi 1982 – 1984 Swasta
5. Syamsiah 1984 – 2001 Swasta/Negeri
6. Drs. Aminuddin 2001 – 2005 Negeri
7. Jumiati, S.Pd.I 2005 – 2013 Negeri
8. Eti Suryani, S.Pd.I 2013 – 2017 Negeri
9. Yuni Darnis, S.Pd.I 2017 - Sekarang Negeri

2. Visi dan Misi

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong memiliki visi :


“Mewujudkan Siswa –Siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong
Yang Islami, Berakhlak Mulia, cerdas dan Kompetitif”. Dengan
rumusan misi sebagai berikut:
a. Mengupayakan agar komunitas Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Lebong menimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Menciptakan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong yang memiliki
ahklak mulia beradap dan berilmu.
c. Mengembangkan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong menjadi
lembaga pendidikan pilihan bagi masyarakat.
d. Mewujudkan manajemen pendidikan yang akuntabel, transparan,
Efisiensi dan Efektif Serta Visioner.

156
Manajemen Problematika Madrasah
3. Personil Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Madrasah yang terletak di Kelurahan Kampung Jawa ini, di


Tahun Pelajaran 2019/ 2020 memiliki 16 pendidik dan 4 tenaga
kependidikan dengan rincian sebagai berikut :

Tabel
Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Status
No Nama Jurusan/Jabatan Kepegawiaian/
Jabatan
Tenaga Pendidik
S1-Pendidikan Agama PNS/Kepala
1 Yuni Darnis, S. Pd. I
Islam Madrasah
S1-Pendidikan Agama
2 Jumiati, S. Pd. I PNS/Guru Akidah
Islam
S1-Pendidikan Agama
3 Sasmiwarni, S. Pd. I PNS/Guru Fiqih
Islam
S1-Pendidikan Agama
4 Sri Hartati, S. Pd. I PNS/Guru Kelas
Islam
S1-Pendidikan Agama
5 Nurhayani, S. Pd. I PNS/Guru Kelas
Islam
6 Yosita S1-PGMI PNS/Guru Kelas

7 Dwi Eni Muliati, S. Pd S1-Pendidikan KIMIA PNS/Guru Kelas

8 Eka Nursiam W, S. Pd S1-PGSD PNS/Guru Kelas

9 Ratna Zuami, S. Pd S1-PGTK GTT

10 Nita Apriyani, S. Pd. I S1-PGMI GTT

11 Zona Prima Putra, S. Ip S1-Tata Negara GTT


12 Ezi Utami, S. Pd S1-PGMI GTT
13 Fani Marlianto, S. Pd S1-Pend. Jasmani GTT

157
Manajemen Problematika Madrasah
14 Citra Eva Yosa S1-PGMI GTT

15 Dina Margareta, S. Pd. I S1-PGMI GTT

16 Rizki Putra Jaya, S. Pd MAN-IPS GTT

Tenaga Kependidikan

17 Asnawati MAN/IPS Ka.TU/Bendahara

18 Angga Suryadinata MAN Satpam/Operator

19 Nurman Nasrullah MAN Satpam/Penjaga

20 Muryana PGA Staf TU

Berdasarkan tabel di atas, madrasah ini memiliki hanya 50 %


tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil dan 50 % merupakan Guru Tidak Tetap (GTT).

4. Rombel Kelas dan Jumlah Murid

Pada tahun ajaran 2019-2020 madrasah ini memiliki murid


sebanyak 327 orang dengan 12 rombel diklasifikasi dalam rincian
berikut :
Tabel
Rombel dan Jumlah Murid

No. Kelas Laki-Laki Perempuan Total


1 1A 12 11 23
2 1B 10 12 22
3 1C 9 10 19
4 2A 14 12 26
5 2B 9 18 27
6 2C 15 12 27
7 3A 12 17 29
8 3B 17 16 33
9 4A 13 12 25
10 4B 15 11 26
11 5 14 19 33

158
Manajemen Problematika Madrasah
12 6 19 18 37
Total 159 168 327

5. Perkembangan dan Prestasi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong

Madrasah Ibtadaiyah Negeri 1 Lebong secara geografis terletak


di 1 kilo meter dari pusat perkotaan Muara Aman tepatnya di
Kelurahan Kampung Jawa Kecamatan Lebong Utara Kabupaten
Lebong ini di kelilingi kurang lebih 7 sekolah dasar sederajat yang
diantaranya sekolah favorit seperti SD Center dan SD IT Al-Kahfi,
namun madrasah ini masih cukup diminati oleh masyarakat. Sehingga
dari tahun ke tahun madrasah ini menolak beberapa calon murid atau
peserta didik yang mendaftar sebagaiamana ditunjukkan dalam rincian
tabel sebagai berikut berikut:
Tabel
Perkembangan dan Jumlah Penolakan Murid

Jumlah Yang di Jumlah Yang Jumlah


No. Tahun Ajaran
Tererima diTolak Total
1 2018 -2019 80 60 140
2 2019- 2020 64 70 130

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong pada tahun ajaran


2019/2020 mulai menerapkan sistem pembelajaran full day school, dan
madrasah ini dari tahun 2008 hingga sekarang memiliki segudang
prestasi. Dibuktikan dengan dokumentasi kepala madrasah dan murid
peraih perunggu dalam ajang turnamen pencak silat/ tapak suci Se-
Sumatera yang dilaksanakan di Rejang Lebong pada bulan November
2019 sebagaimana tanpak pada dokumentasi berikut: di sebagaimana
terinci dalam daftar sebagai berikut :

159
Manajemen Problematika Madrasah
Gambar
Dokumentasi Peraih Medali Perunggu

Sebagai madrasah yang aktif berpartisipasi dalam mengikuti


perlombaan tentu madrasah ini banyak mendapatkan prestasi pada
bidang lainnya. Beberapa prestasi yang dibuktikan dengan piala dan
piagam itu terinci dalam tabel berikut :

Tabel
Daftar Prestasi Lomba

JENIS PRESTASI/LOMBA NAMA


NO JUARA TAHUN
PENYELENGGARA PESERTA
1 Bulu Tangkis Putra HAB Depag Ke-62 I 2008
Bulu Tangkis Ganda Putra HAB
2 I 2008
Depag-62
3 Volly Ball Putra HAB Depag Ke-62 I 2008
4 Tenis Meja Putri HAB Depag Ke-62 III 2008
Volly Ball Putra HAB Depag Ke-69
5 I 2014
Kab. Lebong
Sekolah Bersih dalam rangka HAB
6 III 2010
Depag Kab.Lebong
7 Bulu Tangkis Putra HAB Depag Ke-65 I 2011

160
Manajemen Problematika Madrasah
8 Personi Madrasah III 2012
9 Personi Madrasah I 2012
Bulu Tangkis Double Putra HAB
10 III 2011
Depag Ke-65
Lari 100 M Putra Porseni Madrasah
11 III 2012
Tingkat Kabupaten
Volly Ball Putri HAB Depag
12 III 2010
Kabupaten Lebong
13 Lari 100 M Putri Tingkat Kabupaten III 2012
Volly Ball Putri HAB Kemenag
14 I 2014
Kabupaten Lebong
Kompetensi SAINS Madrasah (KSM)
15 II 2018
IPA Tingkat MI Kabupaten Lebong Rike
Madrasah Terbersih Tingkat
16 II 2011
Kabupaten HAB Kemenag Ke-65
Karnaval Tingkat SD Sederajat Dinas
17 II 2016
Diknaspora
Madrasah Sehat/Bersih HAB Kemenag
18 I 2012
Ke-66
19 Nasi Tumpeng III 2011
Bulu Tangkis Ganda HAB Kemenag
20 II 2012
Ke-66
PILDACIL Putra Tingkat SD/MI HUT
21 III 2014
KEMRI Ke-69 Kabupaten Lebong
22 Catur HAB Kemenag Lebong I 2011
23 Praktek Sholat HAB Depag Ke-63 I 2009
Fahmil Tingkat SD MI MTQ Tingkat
24 I -
Kabupaten Lebong
Tarian Wajib Tingkat TK-SD HUT
25 KEMRI Ke-55 Kecamatan Lebong III 2000
Utara
Fatiyah
Tilawah Tingkat SD GENESIS SMA 5
26 I 2019 Adelia,
Lebong Kabupaten Lebong
Syakira,

161
Manajemen Problematika Madrasah
Alfagian

Azan Tingkat MI HAB Kemenag Ke-


27 I 2019
70
Azan Tingkat SD HUT KEMRI Ke-55
28 III 2019
Kecamatan Lebong Utara
Hafiz Qur'an Putri Tingkat SD HUT
29 III 2017
SMANLA Ke-II
Ceramah Putri Tingkat SD HUT
30 III 2017 Celsi
SMANLA Ke-II
Matematika Tingkat MI Tingkat
31 III 2019 Putri Srsifa
Kabupaten (Piagam)
DACIL Putri HUT Kapolres Lebong Gira, Rike,
32 I, II, III 2019
(Piagam) Vina
Turnamen Pencak Silat Tapak Suci Medali
33 2019
Sesumatera di Rejang Lebong Perunggu

Madrasah yang didirikan 62 tahun yang lalu sudah memiliki ribuan


alumni murid yang tentunya sudah menuai atau bahkan melahirkan orang-
orang sukses. Namun, sangat disayangkan jumlah dan biodata alumni murid
dari madrasah ini belum tercatat dan masih belum tertelusuri. Akan tetapi,
sebagai bukti bahwa madrasah ini telah banyak melahirkan orang-orang sukses
dibuktikan Ibu Jumiati dan Ibu Yosita yang merupakan alumnus madrasah ini
dan telah mengabdi sebagai PNS di madrasah ini, sebagaimana rekam jejak
tampak pada gambar berikut :

162
Manajemen Problematika Madrasah
Gambar
Data Alumni
Jumiati, S.Pd. I Yosita, S.Pd.I

Tempat dan Tanggal Tempat dan Tanggal


Lahir : Lahir :
Kampung Jawa Baru Kampung Jawa
03 Desember 1968 28 Januari 1985
ALUMNI MIN 1 ALUMNI MIN 1
LEBONG : LEBONG :
ANGKATAN 1983 ANGKATAN 1997

B. Perbandingan standar sarana prasarana minimum jenjang sekolah


dasar atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) yang diamanahkan
PERMENDIKNAS No. 24 Tahun 2007 dengan Kondisi objektif
sarana prasarana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Lebong

Standar minimal ketentuan sarana prasarana yang tercantum dalam


PERMENDIKNAS No 24 Tahun 2007 yang menjelaskan bahwa sebuah
SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana dengan ketentuan yang
ada di dalamnya diatur dalam standar berikut :

1. Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori,
praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek
dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.

163
Manajemen Problematika Madrasah
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2.
e. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
f. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan
pandangan ke luar ruangan.
g. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan
guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat
dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

2. Ruang Perpustakaan
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta
didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan
pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus
tempat petugas mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang
kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah
dicapai.

3. Laboratorium IPA
a. Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.
b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu
mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan.

4. Ruang Pimpinan
a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru,
orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan,
atau tamu lainnya.
b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.
c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah,
dapat dikunci dengan baik.

164
Manajemen Problematika Madrasah
5. Ruang Guru
a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat
serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas
minimum 32 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari
luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

6. Tempat Beribadah
a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah
melakukan ibadah
b. yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
c. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan
pendidikan,
d. dengan luas minimum 12 m2

7. Ruang UKS
a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini
peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
c. Luas minimum ruang UKS 12 m2.

8. Jamban
a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.
b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik
pria, 1 unit
b. jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban
untuk guru.
c. Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.
d. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.
e. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah
dibersihkan.
f. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

9. Gudang
a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi di satuan
165
Manajemen Problematika Madrasah
pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang telah
berusia lebih dari 5 tahun.
b. Luas minimum gudang 18 m2.
c. Gudang dapat dikunci.

10. Ruang Sirkulasi


a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung
antar ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta
didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak
memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah.
b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan
ruang-ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum
30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum
1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m.
c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang
dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat
dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat
dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah
tangga.
f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan
bertingkat tidak lebih dari 25 m.
g. Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga 17
cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan
yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.
h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi
bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.

11. Tempat Bermain/Berolahraga


a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
166
Manajemen Problematika Madrasah
b. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/peserta
didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik
kurang dari 167, luas minimum tempat bermain/berolahraga 500
m2. Di dalam luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat
berolahraga berukuran 20 m x 15 m.
c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian
ditanami pohon penghijauan.
d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak
mengganggu proses pembelajaran di kelas.
e. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat
parkir.
f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar,
drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-
benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.

Berdasarkan rasio standar minimum sarana prasarana di atas,


penulis simpulkan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong masih
jauh dari kriteria standar tersebut karena madrasah ini hanya memiliki
jumlah sarana dan prasarana sebagaimana terinci dalam tabel berikut :

Tabel
Jumlah dan Kondisi Prasarana

No. Prasarana Jumlah Kondisi


1. Ruang Guru 1 Baik
2. Ruang Pimpinan 1 Baik
3. Ruang Tata Usaha 1 Baik
4. Ruang Kelas 6 Baik
7. Ruang Perpustakaan 1 Baik
8. Jamban 3 Baik
9. Keran cuci tangan dan wudhu 5 Baik

Berdasarkan Perbandingan standar sarana prasarana minimum


jenjang Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) yang
diamanahkan PERMENDIKNAS No. 24 Tahun 2007 dengan Kondisi
objektif sarana prasarana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Lebong belum memadai dan harus dijadikan prioritas manajemen

167
Manajemen Problematika Madrasah
madrasah agar lebih baik dalam memberikan pelayanan pendidikan secara
prima kepada seluruh stake holder civitas akademika Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Lebong.

C. Manajemen fungsi dalam menangani problematika sarana prasarana


di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong

1. Perencanaan
Dalam praktiknya pada tahap perencanaan madrasah telah
melakukan rapat awal tahun ajaran 2019- 2020 dalam pembahasan
pembagian wali kelas, tugas tambahan guru, dan penentuan jumlah
rombel beserta kapasitas murid serta manajemen teknis
penyelenggaraan program Full day yang akan dan telah dimulai di
tahun ajaran ini. Dengan salah satu hasil rapat tentang perencanaan
pembagian wali kelas dan panentuan jumlah kelas yang digolongkan
masuk jadwal pagi dan siang sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel
Kelas Pagi Kelas Siang
No
Pukul 07.30-12.30 Pukul 11.30-16.00
1 IA III A
2 IB III B
3 IC IV A
4 II A IV B
5 II B V
6 II C VI

2. Pengadaan
Tanah sekolah yang masih berstatus wakaf merupakan salah
satu kendala bagi Madrasah ini sulit untuk mengusulkan atau
pengajuan proposal pengadaan/ menambah gedung sarana kepada
pihak terkait dalam pengadaan gedung. Namun pihak sekolah selalu
melakukan upaya secara mandiri untuk penambahan sarana terutama
dibidang pengadaan sarana ibadah yaitu musholla dengan mengajukan
proposal kepada donator yang tidak mengikat. Disamping itu pihak
sekolah sudah melakukan komunikasi kepada pihak keluarga pewakaf

168
Manajemen Problematika Madrasah
untuk perijinan pengalihan status wakaf menjadi hibah namun belum
menunjukkan hasil.74
Wawancara

Oleh karena kondisi di atas, sebagai kepala madrasah ibu Yuni Darnis
telah mencoba melakukan pengadaan pembangunan musholah sebagai sarana
ibadah yang diajukan melalui proposal kepada donator yang tidak mengikat
seperti contoh menyediakan kotak infak di depan ruang guru untuk murid dan
para wali murid yang mengantar anaknya sekolah serta pengajuan proposal
kepada donator yang tidak mengikat sehingga bangunan musholah masih
sudah sampai pada tahap pondasi seperti pada gambar berikut :

Pondasi Bangunan Musholah

Dokumentasi November 2019

74
Wawancara dengan Ibu Jumiati Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong Kampung Jawa., 11
November 2019, Pukul : 11.00 WIB,
169
Manajemen Problematika Madrasah
Selain keterbatasan prasarana diatas, Madrasah ini memiliki
keunggulan tersendiri di bidang sarana karena sekolah ini salah satu sekolah
yang ada dikabupaten Lebong yang memiliki sarana transportasi yakni 1 unit
mini bus yang dinamakan “bus Tayo” yang berkapasitas 40 orang yang
berfungsi sebagai sarana antar dan jemput murid, pengadaan mini bus ini
merupakan inovasi kepala sekolah dalam upaya memperlancar keberangkatan
dan kepulangan bagi murid yang jarak rumahnya jauh dari madrasahdan
mengalami keterbatasan kelancaran akses transportasi angkutan umum.
Inovasi ini telah menjadi ikon yang menjadi salah satu penyebab sekolah ini
semakin diminati masyarakat selain pemberian baju olahraga gratis kepada
murid baru disetiap tahun ajaran baru. Ikon Bus Tayo tergambar pada
dokumentasi berikut :

Sarana Tranportasi Mini Bus Tayo

3. Pemanfaatan
Berdasarkan uraian dan kondisi objektif sarana prasarana
madrasah yang menjalani sistem Full day mulai tahun ajaran
2019/2020 ini telah melakukan manajemen fungsi pemanfaatan sarana
prasarana sebagai berikut:
1. Memperhatikan jumlah 12 rombel memiliki 6 kelas dengan jumlah
keseluruhan murid 327 orang menuntut pihak sekolah untuk
melaksanakan jadwal masuk siswa dengan system bergantian kelas
pagi diisi oleh kelas 1 dan 2 dengan jadual belajar pukul 07.30
170
Manajemen Problematika Madrasah
hingga pukul 12.30 dan kelas siang yang dimulai pukul 11.30
hingga pukul 16.00 oleh kelas 3, 4, 5,dan 6. Oleh karena dipukul
11.30 terjadi pertumburan jadwal antara kelas siang dan pagi
membuat kelas pagi pada pukul 11.30 harus melanjut pembelajaran
diluar kelas. Meskipun dengan kondisi sarana yang terbatas
sehingga proses Kegiatan Belajar Mengajar berjalan diluar kelas
yang hanya difasilitasi dengan kursi dan meja untuk dewan guru,
sebagian yang lain ada juga duduk menggunakan tikar plastik,
pembelajaran tetap terlaksana secara efektif berkat kekompakan
dewan guru yang serius melaksanakan tugas dan kewajiban mulia
ini sebagaimana dituturkan Ibu Yuni Darnis, “meskipun dengan
sarana yang seadanya pembelajaran tetap efektif karena kami dewan
guru kompak dan menyadari kegiatan pembelajaran harus serius
dilaksanakan”.75
KBM di Luar Kelas

2. Memiliki hanya 3 jamban, 5 kran sarana cuci tangan dan tempat


berwdhu dilengkapi dengan keterbatasan air yang sering tidak
mengalir membuat anak-anak harus kesungai yang berjarak 50 meter
dari sekoah untuk membuang air kecil dan besar, hal ini menjadi
kekhawatiran bagi dewan guru akan keamanan anak-anak dari gigitan
ular dan bahaya lainnya. Disamping itu, untuk pengambilan air
wudhu mengharuskan murid dan dewan menumpang kerumah ibu
Jumiati yang berdempetan dengan tembok madrasah ini seperti
aktivitas berwudhu ditampilkan pada dokumentasi berikut:

75
Wawancara dengan Ibu Yuni Darnis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong Kampung
Jawa., 10 November 2019, Pukul : 10.00 WIB.
171
Manajemen Problematika Madrasah
Aktivitas Berwudhu dan Membuang Air Besar

3. Kondisi lapangan yang berukuran sempit lebih kurang berukuran


15x30 dijadikan sekolah ini sebagai lapangan multi fungsi. Lapangan
ini dimanfaatkan untuk aktivitas upacara yang hanya diikuti oleh
kelas pagi saja dan kegiatan shalat azar berjamaah, bermain da
olahraga. Hal ini menjadi kosentrasi bagi kepala madrasah yang saat
ini giat menjalani swadaya dana dan pengajuan proposal kepada
masyarakat dan donatur yang tidak mengikat untuk pembangunan
musholla yang baru tertancap pondasi bangunan dengan ukuran 6 x 6
M2 teletak di bagian belakang sekolah.

Aktivitas Penggunaan Lapangan

Kegiatan di Waktu Istirahat Pelaksanaan Upacara Bendera

172
Manajemen Problematika Madrasah
4. Perpustakaan yang dialihfungsikan untuk menyimpan barang bekas
dengan kata lain dijadikan gudang membuat madrasah ini harus
menyimpan buku-buku didalam lemari yang diletakkan didalam kantor
sehingga kondisi ini menyebabkan kondisi ruangan kantor semakin
menyempit membuat aktivias penggunaan buku dialihkan di dalam
kelas dengan membawa buku sesuai kebutuhan yang dipandu oleh guru
dan dikembalikan kelemari sebagai tempat penyimpanan buku
madrasah ini. Sebagaimana tergambar pada dokumen berikut :

Gudang dan Lemari Buku Perpustakaan

4. Pemeliharaan
Madrasah yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana ini
melakukan kegiatan pemeliharaan dengan berbagai kegiatan seperti
mengatur jadwal piket kelas, halaman dan memanfaatkan jasa penjaga
sekolah untuk pemeliharaan lingkungan madrasah ini. Disamping itu
madrasah ini juga melakukan pengecatan dinding agar terlihat lebih
indah sebagai bagian dari manajemen fungsi pemeliharaan di
Madrasah ini.
173
Manajemen Problematika Madrasah
5. Penghapusan
Dalam tahap penghapusan, madrasah ini belum pernah
melakukan penghapusan sarana dan prasarana karena kondisi sarana
prasarana yang masih sangat terbatas dan belum memadai dilengkapi
dengan status tanah yang masih wakaf menjadi hambatan untuk
melakukan manajemen fungsi penghapusan melainkan pengalihan
status yang tengah diupayakan menjadi hibah agar pengusulan
pengadaan dapat diusulkan sebagaimana diungkapkan oleh ibu Yuni
Darnis selaku kepala madrasah “selamo uku menjabat ati gen gedung
de rombak atau knapus”.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Perbandingan


standar sarana prasarana minimum jenjang sekolah dasar atau madrasah
ibtidaiyah (SD/MI) yang diamanahkan PERMENDIKNAS No. 24 Tahun 2007
dengan Kondisi objektif sarana prasarana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Lebong menunjukkan bahwa Madrasah ini belum memiliki sarana
dan prasarana yang memadai. Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lebong telah
melaksanakan manajemen fungsi dalam menangani problematika sarana dan
prasarana melalui kegiatan perencanaan, pengadaan, pemanfaatan,
pemeliharaan, dan penghapusan.

174
Manajemen Problematika Madrasah
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.


Agustina Shinta, 2011. Manajemen Pemasaran. Malang: Universitas
Brawijaya Press.
Ahmad Sanusi. 2009. Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan Dalam
Membentuk Budaya Organisasi Yang Efektif. Jakarta : Mutiara.
Ali Mas‟ud, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012.
Andi Prastowo. 2011. Memahami Metode-metode Penelitian: Suatu tinjauan
Andri, Avisha. 2017. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru di Lampung Tengah, Lampung :
Bumi Aksara.
Apri Budianto. 2015. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: penerbit Ombak.
Ara Hidayat. 2010. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Pustaka Educa.
Bafadal Ibrahim. 2015. Manajemen Pendidikan, Analisis Substantif dan
Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Universitas Negeri
Malang.
Barnawi, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012).
Basu Swatha Dharmmesta & T. Hani Handoko. 2000. Manajemen
PemasaranAnalisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta: BPFE.
Boyd, Harper W. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategi
dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.
Burhanuddin. 2003. Manajemen Pendidikan, Analisis Subtantif dan
Aplikasinya Dalam Institusi Pendidikan. Universitas Negeri
Malang.
Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2005).
Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto. 1998. Manajemen Umum Sebuah
Pengantar, Yogyakarta : BPFF.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2003).
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah (Cet. I;
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001

175
Manajemen Problematika Madrasah
Ibnu Syamsi. 1998. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Bina
Aksara.
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah (Jakarta: Bumi Alasora,
2003)
Imron A dan Burhanuddin. 2003. Manajemen Pendidikan, Analisis Substantif
dan Aplikasinya Dalam Institusi Pendidikan. Universitas Negeri
Malang.
Kompri, Manajemen Pendidikan 2 (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2014).
M. Nazir. 2010. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Balai Pustaka.
Maesaroh. 2003. Manajemen Pendidikan, Analisis Substantif dan Aplikasinya
dalam Institusi Pendidikan. Universitas Negeri Malang.
Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999)
Malayu S.P Hasibuan. 1989. Manajemen dasar, Pengertian dan Masalah,
Jakarta: Gunung Agung.
Manulang. 2002. Dasar-dasar manajemen, Yogyakarta : Gadjah Mada
university press.
Mardalis. 1993. Metode Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta : Bumi Aksara.
Margono. 1999. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional.
Miftahul Jannah, Optimalisasi Manajemen Sarana dan Prasarana dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Smp Nasima Semarang,
2010, h. 14. (Diakses 8 Februari 2017)
Miles dan Huberman. 1994. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : VI Press.
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers,
2014).
Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.
Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam
(Jakarta: Lantabora Press, 2006).
Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta :
Bumi aksara.
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah,Konsep, Strategi dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyono, Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan (Jogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2008).

176
Manajemen Problematika Madrasah
Munifah, Manajemen Pendidikan dan Implementasinya (Kediri: STAIN
Kediri Press, 2009).
Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta
: Prestasi Pustakaraya.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003).
Nawawi, Hadari. 1994. Administrasi Pendidikan, Jakarta : Toko Gunung.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional
Pendidikan.
Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: Refika Aditama, 2010).
Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management In Education. Yogyakarta :
Irci.
Siagan Sondang. 2012. Fungsi-fungsi manajemen, Jakarta : bumi aksara.
Soetijipto Raflis, Koreksi Profesi Keguruan (Jakarta: Rhineka Cipto, 2000).
Soetopo, Hendayat & Wasty Soemanto. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara.
Soewarno Handayaningrat. 2007. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Management, Jakarta : Bina Aksara.
Subroto Suryo. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Sudarwan Danim, Manajemen Dan Kepemimpinan Tranformasional Kepala
Sekolah (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009.
Sudarwan Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2013).
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Sekolah (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004).
Sutisna Oteng. 2005. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional. Bandung : Angkasa.

Sutopo Hendyat. 2013. Manajemen Pendidikan. Universitas Negeri Malang.


teoritis dan Praktis. Yogyakarta ar-Ruz Media.
Tohirin. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan
Bimbingan Konesling, Jakarta : Rajawali Press.
U Imron Ali. 2016. Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

177
Manajemen Problematika Madrasah
Ua Abung, Problematika Madrasah, (Jakarta: Departemen Agama RI., 2001).
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan., Jakarta : 2003
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta
:Depdiknas,2003
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas.

178
Manajemen Problematika Madrasah

Anda mungkin juga menyukai