Pd
Manajemen
LEMBAGA PENDIDIKAN
2015
i
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
Cetakan I: 2015
Penerbit:
Aswaja Pressindo
Anggota IKAPI No. 071/DIY/2011
Jl. Plosokuning V No. 73 Minomartani,
Ngaglik, Sleman Yogyakarta
Telp.: (0274) 4462377
e-mail: aswajapressindo@gmail.com
aswajapressindo@yahoo.com
Website: www.aswajapressindo.co.id
ii
PENGANTAR
Prof. Dr. H. Mansur, MA
Assalamu’alaikum wr.wb.
Rasa puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan beberapa nikmat sehingga dapat
melaksanakan tugas hidup di dunia ini yakni beribadah kepada
Allah antara lain dengan menjunjung tinggi pendidikan secara
umum maupun pendidikan Islam khususnya. Pendidikan
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik harus dilengkapi
dengan perencanaan yang baik, sampai dengan pengawasan
yang baik, oleh karena itu dalam pendidikan diperlukan
manajemen. Untuk mendukung hal itu maka diperlukan lit-
erature atau buku yang mengupas tentang manajemen dalam
lembaga pendidikan, maka sangat tepat penulis pada
kesempatan ini menyuguhkan buku yang berkaitan dengan
hal tersebut. Buku ini diharapkan dapat memungkinkan
pembaca untuk melakukan peninjauan dan perumusan
kembali manajemen kependidikan yang melandasi penye-
lenggaraan pendidikan secara umum maupun pendidikan
dalam nuansa Islam sekarang ini, agar penyelenggaraan
pendidikan lebih dinamis, akan tetapi tetap bersandar pada
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
iii
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
Salah satu cermin dan citra ilmiah yang paling solid dalam
kehidupan dunia kampus atau suatu lingkungan lembaga
ilmiah adalah sebuah buku. Sebab melalui buku orang dapat
menambah pengalaman ilmiah seperti memperluas wawasan,
memperluas cakrawala berpikir, orang menjadi kritis atau
sekurang-kurangnya berpindah dari tidak mengetahui menjadi
orang mengetahui. Dengan memanfaatkan buku sebagai
sebuah informasi, orang bahkan dapat mengkaji dan
menemukan dinamika tertentu dan kemudian terdorong
untuk merancang sesuatu atau bertindak untuk menciptakan
sesuatu yang lebih baik dan berguna baik bagi dirinya, bangsa
dan negaranya. Sebagai suatu kewajiban moral bagi setiap
insan kampus untuk senantiasa memunculkan minat,
motivasi, dan meningkatkan kemauan untuk selalu melekat-
kan diri pada buku, untuk menghadirkan buku yang
dibutuhkan masyarakat. Persembahan ini bukan hanya sebagai
cermin sisi kreatif seorang ilmuan, tetapi juga sebagai
pertanggungjawaban keberadaannya dalam ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencarian hakekat
pendidikan merupakan persoalan akademis yang tidak pernah
mengenal titik akhir. Lebih-lebih dalam era perkembangan
pesat ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini, pendidikan
makin dirasakan tidak mampu berpacu dengan tuntutan
perkembangan masyarakat. Karena itu setiap upaya kearah
pencarian sistem pendidikan yang mampu merespon tuntutan
masyarakat perlu mendapatkan dukungan. Buku-buku tentang
manajemen pendidikan tidaklah terlalu banyak diterbitkan.
Padahal informasi baru tentang bidang ini juga sangat
dibutuhkan khalayak, terutama bagi mereka yang bergelut
terhadap dunia pendidikan. Untuk itulah kiranya penulis buku
ini merasa terpanggil untuk mengantisipasi dan mengisi
kekosongan atau kelowongan ini. Hal tersebut sebagai
realisasi tanggung jawab untuk dapat memenuhi kebutuhan
iv
Pengantar
v
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
PENGANTAR PENULIS
vi
Pengantar Penulis
vii
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Pengantar Prof. Dr. H. Mansur, MA ........................... iii
Pengantar Penulis .........................................................vi
Daftar Isi ....................................................................... ix
BAB I
KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN....... 1
A. Pengertian Manajemen Pendidikan .......................... 1
B. Urgensi Manajemen Pendidikan .............................. 5
C. Model Manajemen Dalam Pendidikan ..................... 8
D. Prinsip-prinsip Manajemen .................................... 18
E. Perkembangan Teori Manajemen ........................... 22
F. Isu-isu Manajemen Pendidikan .............................. 30
BAB II
RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN .. 34
A. Obyek Kajian Manajemen Lembaga Pendidikan .... 34
B. Bidang Garapan Manajemen Pendidikan ................ 36
1. Manajemen Peserta Didik ............................... 37
2. Manajemen Kurikulum ................................... 55
3. Manajemen Personalia .................................... 71
4. Manajemen Sarana dan Prasarana ................... 82
ix
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
BAB III
PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ........................ 119
A. Perencanaan ......................................................... 120
B. Struktur Organisasi dan Job Description ............. 125
C. Komunikasi dan Koordinasi ................................. 131
D. Pengawasan dan Pengendalian ............................. 132
E. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah 137
BAB IV
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) ........ 145
A. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ...... 145
B. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) .. 149
C. Sasaran dan Strategi Peningkatan Kualitas
Melalui MBS ......................................................... 153
D. Kendala-kendala Penerapan MBS ......................... 158
E. Indikator Keberhasilan Penerapan MBS ............... 160
BAB V
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ........................... 161
A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ........... 161
B. Pendekatan Kepemimpinan.................................. 165
C. Fungsi Kepemimpinan ......................................... 169
D. Gaya Kepemimpinan ............................................ 177
E. Kepemimpinan Pendidikan .................................. 192
x
Daftar Isi
BAB VI
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
DALAM PENDIDIKAN ............................................ 208
A. Konsep Total Quality Management ...................... 208
B. Prinsip Total Quality Management ...................... 222
C. Penerapan TQM Dalam Pendidikan ..................... 226
D. Pemimpin Pendidikan Dalam Manajemen Mutu . 233
BAB VII
PENDIDIKAN ISLAM DALAM ERA
GLOBALISASI ........................................................... 237
A. Arti Pentingnya Pendidikan Islam ........................ 237
B. Globalisasi dan Tantangan Pendidikan Islam ....... 241
C. Peran Pendidikan Islam di Era Globalisasi ........... 246
D. Pentingnya Peningkatan Kualitas
Pendidikan Islam .................................................. 249
E. Perlunya manajemen dalam Lembaga Pendidikan
Islam .................................................................... 252
F. Kepemimpinan dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia Era Globalisasi ....................................... 257
BAB VIII
MANAJEMEN DI LEMBAGA PENDIDIKAN
MADRASAH .............................................................. 261
A. Keberadaan Madrasah dari Berbagai Pandangan .. 261
B. Proses Manajemen dalam Pengelolaan Madrasah . 269
C. Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan
di Madrasah ......................................................... 270
xi
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
BAB IX
MANAJEMEN DI LEMBAGA PENDIDIKAN
PESANTREN ............................................................. 275
A. Makna Pesantren .................................................. 275
B. Perencanaan dalam Pendidikan Pesantren ........... 281
C. Pengorganisasian dalam Pendidikan Pesantren .... 303
D. Kepemimpinan dalam Pendidikan Pesantren ....... 305
E. Pengendalian dalam Pendidikan Pesantren .......... 306
F. Lembaga Pendidikan Pesantren Sub Sistem
Pendidikan Islam .................................................. 307
BAB X
MANAJEMEN PERPUSTAKAAN ........................... 322
A. Konsep Dasar Perpustakaan ................................. 322
B. Perpustakaan Sebagai Sumber Daya Informasi .... 324
C. Antara Perpustakaan, Lembaga Pendidikan dan
Informasi .............................................................. 325
D. Pengertian Perpustakaan ...................................... 326
E. Fungsi Perpustakaan ............................................ 330
BAB XI
PENGELOLAAN BAHAN PUSTAKA
JENIS BUKU .............................................................. 332
A. Pengadaan Bahan Pustaka .................................... 332
B. Pengolahan Bahan Pustaka ................................... 334
xii
BAB I
KONSEP DASAR MANAJEMEN
PENDIDIKAN
1
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
2
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
3
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
4
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
5
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
6
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
7
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
8
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
9
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
10
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
11
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
12
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
13
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
14
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
15
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
16
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
17
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
18
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
19
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
20
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
21
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
22
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
23
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
24
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
25
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
26
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
27
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
28
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
29
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
30
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
31
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
32
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
33
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
BAB II
RUANG LINGKUP MANAJEMEN
PENDIDIKAN
34
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
35
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
36
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
37
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
38
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
39
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
40
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
41
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
42
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
43
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
4) Testing
Salah satu kegiatan penerimaan peserta didik baru
adalah menyelenggarakan tes sebagai upaya untuk
mendapatkan skala nilai bagi calon peserta didik
sehingga dapat ditetapkan diterima atau tidak dalam
lembaga yang dipilihnya.
Untuk jenjang pendidikan SD/MI diharapkan
semua pendaftar yang memenuhi persyaratan usia bisa
diterima dengan memperhatikan daya tampung sekolah.
Sedangkan untuk jenjang pendidikan dasar SMP/MTs
dan jenjang pendidikan menengah SMA/MA/SMK/
MAK dan pendidikan yang sederajat pada tahun-tahun
terakhir ini pada umumnya tidak menerapkan tes
tertulis yang mengukur prestasi akademik.Untuk
melihat kemampuan hasil belajarnya dari Nilai Ujian
Nasional/NUN (istilah dahulu NEM) yang dilampirkan.
Namun untuk melengkapi pertimbangan diterima
tidaknya calon peserta didik, diadakan tes kepribadian,
tes bakat dan minat serta wawancara. Hal ini penting
dilakukan untuk mengukur sikap dan perilaku juga
potensi yang dimiliki calon peserta didik, sehingga
sekolah benar-benar mendapatkan input yang baik, tidak
semata-mata mempunyai intelegensi tinggi.
5) Seleksi
Tahap seleksi diadakan setelah selesai pelaksanaan
tes.Dari hasil seleksi inilah yang menentukan diterima
tidaknya calon peserta didik. Untuk jenjang pendidikan
SD/MI cara menyeleksi calon peserta didik adalah
pertama mencatat dan menerima semua pendaftar yang
berusia 6 tahun; kedua apabila masih ada kuota yang
tersisa, maka prioritas penerimaan diurutkan mulai dari
usia 7 tahun, 8 tahun, 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun.
44
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
45
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
46
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
47
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
48
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
49
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
50
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
51
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
52
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
53
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
54
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
2. Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan salah satu bidang
garapan manajemen pendidikan yang sangat penting. Karena
pada dasarnya kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Sisdiknas. Dan lebih khusus lagi kurikulum
merupakan instrumen dalam rangka meraih tujuan institu-
sional sesuai dengan ragam dan jenjang pendidikan, tujuan
kurikuler bidang-bidang studi, dan tujuan pembelajaran yang
disusun atas prakarsa guru di RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran). Semua tujuan itu tidak akan tercapai tanpa
adanya kurikulum, sehingga kurikulum harus dikelola dengan
baik dan benar.
S.Nasution menegaskan bahwa kualitas bangsa di masa
yang datang sangat bergantung pada pendidikan yang
dirasakan anak-anak saat ini, terutama dalam pendidikan for-
mal di sekolah.Realitas apapun yang dicapai sekolah,
ditentukan oleh kurikulum sekolahnya.(2003:1). Sehingga
bisa dikatakan bahwa siapa pun yang menguasai kurikulum,
maka dialah yang mempunyai peran penting dalam mengatur
bangsa dan Negara di kemudian hari.Sedangkan pendapat
55
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
56
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
57
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
58
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
59
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
7. Bahasa Inggris 4! 4! 4!
8. Seni Budaya (Mulok) 3! 3! 3!
9. P J O K (Mulok) 3! 3! 3!
10. Prakarya (Mulok) 2! 2! 2!
38 38 38
Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
SMA/MA/SMK/MAK :
Kelompok A (Wajib): X XI XII
1. Pendidikan Agama 3! 3! 3!
2. Pend. Pancasila dan Kewarg. 2! 2! 2!
3. Bahasa Indonesia 4! 4! 4!
4. Matematika 4! 4! 4!
5. Sejarah Indonesia 2! 2! 2!
6. Bahasa Inggris 2! 2! 2!
Kelompok B (Wajib):
7. Seni Budaya 2! 2! 2!
8. P J O K 3! 3! 3!
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2! 2! 2!
Jumlah jam pelajaran kel.A dan B 24! 24! 24!
61
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
62
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
63
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
64
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
65
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
66
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
3) Pengetahuan
(mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta).
b). Menggunakan pendekatan saintifik, karakteristik
kompetensi sesuai jenjang pendidikan:
SD : tematik terpadu.
SMP : tematik terpadu, IPA-IPS dan Mapel.
SMA : tematik dan mapel.
c). MengutamakanDiscovery learning dan Project Based
learning.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk ketiga
ranah atau kompetensi dirumuskan sebagai berikut:
Sikap, yaitu pribadi yang beriman, berakhlak mulia,
percaya diri,dan bertanggungjawab dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar
serta dunia dan peradabannya.
Keterampilan, yaitu pribadi yang berkemampuan
pikir dan tindakan yang produktif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkrit.
Pengetahuan, yaitu pribadi yang menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
3). Penyusunan Silabus Dan RPP
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada
mata pelajaran atau tema tertentu yang meliputi
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembel-
ajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu
dan sumber belajar.
Dalam penyusunannya mengacu pada pedoman
pengembangan silabus yang dirumuskan oleh
67
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
68
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
h) Materi pembelajaran
i) Metode Pembelajaran
j) Media Pembelajaran
k) Sumber Belajar
l) Langkah-langkah pembelajaran
m) Penilaian hasil pembelajaran.
RPP dibuat oleh masing-masing guru disesuaikan
dengan mata pelajaran yang diampu dan sejumlah
bidang studi yang menjadi beban tugasnya. Penyusunan
RPP mengacu pada silabus yang telah disusun tim
pengembang silabus tingkat sekolah.
c. Evaluasi Program Pembelajaran Dan Hasil Belajar
Mengevaluasi program pembelajaran dan hasil belajar
peserta didik merupakan bagian dari evaluasi pelaksanaan
kurikulum.Sehingga bisa dijadikan sebagai dasar penentu
kebijakan pendidikan di tingkat pusat, daerah maupun
sekolah untuk perbaikan dan penyempurnaan hasil yang
lebih maksimal.
Secara operasional yang menjadi basis pelaksanaan
kurikulum di sekolah adalahproses pembelajaran yang
dilaksanakan guru di kelas. Oleh karenanya, bentuk
evaluasi program pembelajaran pada hakekatnya adalah
evaluasi terhadap proses kinerja guru.
Evaluasi program pembelajaran terdiri dari 2 (dua)
hal, evaluasi perencanaan program pembelajaran dan
evaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Tahap-tahap
yang harus diikuti dalam evaluasi tersebut adalah sebagai
berikut:1)mengidentifikasi aspek-aspek yang dievaluasi,
2)menentukan indikator, 3)menetapkan kriteria keber-
hasilan, 4)merumuskan skor, 5)menentukan hasil skor dan
interpretasinya,dan 6)rekomendasi dan follow upnya.
69
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
70
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
3. Manajemen Personalia
Istilah Manajemen Personalia dimaknai sebagai suatu
ilmu yang mempelajari cara bagaimana memberikan fasilitas
untuk perkembangan pegawai dan rasa partisipasi pegawai
dalam suatu unit kegiatan. Sedangkan Manajemen Personalia
yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah manajemen
pendidik dan tenaga kependidikan sebagai penyelenggara
program pendidikan di sekolah.
Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 dijelaskan bahwa tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelola-
an, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan tehnis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pada
pasal selanjutnya disebutkan bahwa pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksa-
nakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitan dan pengabdian kepada
masyarakat,terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Sebutan pendidik meliputi guru, dosen, tutor, widyaiswara,
instruktur,fasilitator, konselor dan lain-lain. Sedangkan tenaga
kependidikan meliputi kelompok manajer lembaga pendi-
dikan seperti kepala sekolah,ketua, direktur, dan rektor;
kelompok tenaga fungsional pendidikan seperti penilik,
pengawas, peneliti dan pustakawan; kelompok tenaga tehnis
71
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
72
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
73
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
74
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
75
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
76
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
77
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
78
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
79
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
80
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
81
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
82
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
83
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
84
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
85
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
86
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
87
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
88
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
89
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
90
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
91
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
92
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
93
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
94
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
95
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
96
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
97
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
98
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
4) Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban dapat disampaikan kepada
kepala sekolah (pimpinan), sumber pemberi dana
maupun kepada personil sekolah untuk dapat diketahui
bersama. Hal ini perlu dilakukan mengingat “keuangan”
99
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
100
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
101
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
102
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
103
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
104
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
105
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
106
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
107
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
108
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
109
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
110
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
111
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
112
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
113
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
114
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
115
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
116
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
117
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
118
BAB III
PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI
MANAJEMEN DALAM LEMBAGA
PENDIDIKAN
119
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
A. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedang Hartani (2011: 23) menjelaskan bahwa perencanaan
pendidikan adalah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan pendidikan. Perencanaan
mengandung unsur-unsur (1) sejumlah kegiatan yang
ditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses (3) hasil yang ingin
dicapai, (4) menyangkut masa depan dalam kurun waktu
tertentu.
Mengamati pelaksanaan perencanaan program pendi-
dikan, kepala sekolah bersama-sama stakeholder sekolah
merumuskan dan menetapkan visi-misi sekolah sebagai pra
perencanaan merupakan tolak ukur atau acuan dalam
melakukan program perencanaan pendidikan.
¾ Visi Sekolah:
• Dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang
akan datang;
• Mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan
pada warga sekolah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
• Dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga
sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras
dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan
nasional;
120
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
121
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
122
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
123
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
124
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
126
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
127
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
128
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
129
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
130
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
131
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
132
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
133
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
134
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
135
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
Jenis Pengawasan
Jenis pengawasan yang lazim dilakukan di lembaga
pendidikan (sekolah) pada umumnya meliputi :
• Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
top leader dan supervisor di sekolah. Hal ini dilakukan
sebagai upaya pengabdian, agar pimpinan bisa memonitor
efektivitas proses manajemen dan dapat mengambil
tindakan korektif sesuai kebutuhan.
• Pengawasan yang dilakukan oleh seorang penilik atau
pengawas sekolah sebagai pengawas fungsional, yaitu
melaksanakan pembinaan terhadap personal sekolah, agar
profesional dan dapat mengembangkan diri secara opti-
mal.
2. Pengendalian
Pada umumnya proses pengendalian dikaitkan dengan
proses pengawasan. Dalam proses pengendalian ada upaya
untuk membina dan meluruskan dalam rangka mengendali-
kan mutu suatu organisasi.
Mengendalikan organisasi yaitu menciptakan organisasi
secara kondusif bisa mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.Apabila terjadi penyelewengan harus dilakukan upaya
mengembalikan ke arah semula sesuai dengan hasil evaluasi.
Pengertian pengendalian dalam hal ini adalah proses yang
menetapkan kepastian bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan. Tahap-tahap pengendalian meliputi:
• Menetapkan standar kinerja
• Mengukur kinerja
• Membandingkan hasil kerja dengan standar kinerja
• Menentukan tindakan korektif apabila terjadi penye-
lewengan.
136
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
137
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
138
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
139
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
140
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
141
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
142
Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
143
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
144
BAB IV
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
(MBS)
145
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
146
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
147
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
148
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
149
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
1. Sosialisasi
Sekolah mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh
warga sekolah dan masyarakat melalui berbagai kegiatan
antara lain seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja. Kegiatan
mensosialisasikan MBS dapat dilakukan dengan cara:
a. Melakukan identifikasi dan mengenalkan sistem, budaya,
dan sumber daya yang diperlukan untuk menye-
lenggarakan MBS.
b. Membuat komitmen secara rinci jika terjadi perubahan
sistem, budaya, dan sumber daya yang cukup mendasar.
c. Mengklarifikasikan visi, misi dan tujuan, sasaran rencana
dan program-program penyelenggara MBS.
d. Memberikan penjelasan secara rinci mengapa diperlukan
manajemen berbasis sekolah.
e. Mendorong sistem, budaya, dan sumber daya manusia
yang mendukung penerapan MBS dan memberi
penghargaan kepada warga sekolah yang menerapkannya.
f. Mengarahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi,
misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program
sekolah.
2. Identifikasi tantangan sekolah.
Sekolah mengidentifikasi tantangan yang dihadapi.
Tantangan adalah selisih antara hasil yang diharapkan di masa
yang akan datang, contoh hasil prestasi akademik dan non
akademik. Tantangan sekolah bersumber dari hasil sekolah
yang dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu kualitas,
produktivitas, efektivitas, dan efisien.
150
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
151
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
152
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
153
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
154
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
155
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
156
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
157
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
158
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
4. Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar
sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan
model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan
besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya,
pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
5. Kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru.
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat
terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti.
Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-
pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak
kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan
kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung
jawab pengambilan keputusan.
6. Kesulitan koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup
kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang
efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan
berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang
kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan
sejak awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan
telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting
adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi
peran dan tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada
semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang
terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab
pengambilan keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan
pada level mana dalam organisasi.
159
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
160
BAB V
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
161
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
162
Kepemimpinan Pendidikan
163
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
164
Kepemimpinan Pendidikan
B. Pendekatan Kepemimpinan
Dalam studi kepemimpinan terdapat beberapa pende-
katan atau teori kepemimpinan.Engkoswara dkk (2010: 179)
merangkum pendekatan-pendekatan tersebut menjadi 3 (tiga)
pendekatan, yaitu pendekatan sifat (Thraits approach),
pendekatan perilaku (behavioral approach) dan pendekatan
situasional (kontingensi).
• Pendekatan sifat (Thraits approach)
Pendekatan ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat
atau watak.Kualitas pribadi yang dimiliki, banyak ahli yang
berusaha meneliti dan mengemukakanpendapatnya tentang
sifat-sifat baik manakah yang diperlukan bagi seorang
pemimpin agar sukses dalam kepemimpinannya.Pemimpin
yang memiliki ciri kepemimpinan adalah seseorang yang
memiliki kualitas diri yang baik tercermin dari sifat-sifat atau
watak.Secara umum sifat utama seorang pemimpin adalah
kecerdasan, energik, bijaksana, tanggung jawab, jujur, dapat
dipercaya.
Hikmat (2009: 253) mengemukakan sifat-sifat kepemim-
pinan sebagai berikut:
1. Energik, artinya memiliki semangat yang tinggi dan terbaik
dibandingkan dengan bawahannya;
2. Emosinya stabil, yairu telaten dalam melaksanakan tugas-
tugasnya;
3. Mampu membangun relasi dengan semua bawahannya
dan lingkungan eksternal organisasinya;
4. Memiliki motivasi yang kuat di dalam jiwanya untuk
memimpin dengan baik;
5. Idealis, artinya memiliki gagasan dan cita-cita yang tinggi
untuk diri dan organisasinya;
165
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
166
Kepemimpinan Pendidikan
167
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
168
Kepemimpinan Pendidikan
C. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan bukan monopoli individu pemimpin,
melainkan sebagai fungsi struktur kelompok.Dalam kelompok
tersebut dibutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan
untuk menggerakkan, membimbing, mengarahkan,
memotivasi, memberikan inspirasi dan mengajak dengan suka
rela terhadap orang lain dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Sehingga diperlukan adanya seorang pemimpin
yang efektif.Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka
terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi,
kesehatan, sandang, pangan, tempat tinggal maupun
kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya.Dan
kepemimpinan akan terjadi secara efektif apabila pemimpin
169
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
170
Kepemimpinan Pendidikan
171
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
(5)Generalisasi
Kemampuan untuk dapat menggali dari sesuatu yang
banyak merupakan tuntutan pimpinan dalam
meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan.
Generalisasi merupakan upaya untuk merumuskan
kebijaksanaan.
(6)Mengorganisasi
Artinya memiliki keterampilan untuk membagi-bagi
keseluruhan sehingga keseluruhan ini mempunyai
hubungan yang logis.
(7)Kemampuan melihat hal-hal yang strategis
Ini merupakan kemampuan seseorang untuk dapat
mengantisipasi sehingga pengambilan keputusannya
tepat.
(8)Orientasi kepada tujuan
Apa yang dilakukan pimpinan dalam tindakannya
selalu dihubungkan dengan tujuan. Oleh sebab itu
pemahaman terhadap tujuan organisasi sangat penting
bagi pengambilan keputusan.
(9)Objektivitas dan skeptimisme
Kemampuan seseorang untuk menerima pendapat or-
ang lain dan menelitinya sebelum ia menerima adalah
hubungan untuk terciptanya keputusan yang tepat.
(10) Kemampuan membangun relasi secara internal
maupun eksternal organisasi.
Dengan memahami aspirasi anggota dan harapan serta
kepentingan lingkungan di luar organisasi menjadi hal
yang sangat urgen bagi ketepatan pengambilan
keputusan.
Keterampilan Operasional meliputi hal-hal sebagai
berikut:
172
Kepemimpinan Pendidikan
173
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
174
Kepemimpinan Pendidikan
• Motivasi ekstrinsik
Yaitu hasrat melakukan sesuatu disebabkan adanya
pengaruh rangsangan dari luar; bisa dari pimpinan,
sejawat, lingkungan dan berbagai sumber yang lain.
Pemimpin suatu organisasi atau lembaga perlu
memiliki skill untuk bisa memotivasi anggotanya,
sehingga tercapai tujuan secara produktif. Tehnik-
tehnik motivasi tersebut, diantaranya adalah :
• Pemberian gaji yang memadai, sesuai dengan aturan
• Pemberian insentif dengan tepat sesuai bentuk
kinerja
• Memperdulikan kebutuhan sosial.
• Menghargai anggota.
• Menciptakan suasana damai.
• Menempatkan anggota pada posisi yang tepat.
• Memberi kesempatan untuk menambah
pengetahuan.
• Memberikan fasilitas yang menyenangkan.
• Mengikutsertakan anggota untuk bermusyawarah
(Nitisemiko dalam Engkoswara, 2011 : 218)
4. Evaluator: pemimpin memiliki fungsi sebagai evaluator
atau penilaiyaitu menilai kinerja anggotanya dan
memberikan penghargaan bagi prestasi kerjanya serta
sekaligus memperbaiki kinerja yang tidak sesuai program,
prosedur maupun tujuan organisasi. Penilaian yang
kontinu adalah penting, karena menjadi landasan usaha
perbaikan dan penyesuaian kembali pada semua sub
sistem lembaga atau organisasi sesuai keputusan
perbaikan yang dibutuhkan.
175
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
176
Kepemimpinan Pendidikan
D. Gaya Kepemimpinan
Istilah gaya sering diidentikkan dengan kata model, tipe,
style ataupun sikap. Kata mana yang dipilih dari semua kata
tersebut, mengandung makna dan maksud yang sepadan,
yaitu pola perilaku pemimpin dalam memperagakan
kepemimpinannya.
Kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik,
karena dalam kepemimpinan diperlukan gaya yang sesuai
dengan situasi dan kondisi organisasi atau lembaga. Tetapi
pada prinsipnya kepemimpinan tidak hanya masalah gaya
yang di tampilkan oleh pemimpin, karena tidak satu gaya
pun yang dapat diterapkan secara konsisten pada beragam
situasi kondisi organisasi. Beberapa ahli kepemimpinan
menyatakan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang baik
untuk semua situasi, karena masing-masing memiliki
keunggulan yang berbeda-beda. Oleh karenanya, penerapan
gaya kepemimpinan tidak lebih penting daripada masalah
kemampuan pemimpin dalam memperlakukan anggotanya
secara manusiawi, sehingga tugas dapat diselesaikan tepat
waktu dan berkualitas sesuai dengan standar yang diterapkan.
Sejumlah ahli teori kepemimpinan mengemukakan gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda, sesuai dengan cara
pandang masing-masing.
177
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
178
Kepemimpinan Pendidikan
179
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
180
Kepemimpinan Pendidikan
181
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
182
Kepemimpinan Pendidikan
183
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
a. Kepemimpinan transaksional
Yaitu kepemimpinan yang menekankan pada tugas
anggota.Pemimpin sebagai desainer pekerjaan sekaligus
mekanismenya, sedangkan anggota yang melaksanakan tugas
sesuai kemampuan dan keahlian.
Ciri-ciri kepemimpinan transaksional adalah:
1) Peran pemimpin sebagai manajer.
2) Sesuai diterapkan pada anggota-anggota yang belum
matang.
3) Fokus pada pelaksanaan tugas untuk mendapatkan
insentif, bukan aktualisasi diri.
4) Pola hubungan berdasar timbal balik (transaksi).
5) Adanya anggapan bahwa anggota lebih senang diarahkan
dengan prosedur dan pemecahan masalahnya dari pada
tanggungjawab atas tindakan dan keputusan yang diambil
sendiri.
6) Menerapkan sistem reward dan punishment dalam kontrak
kerja yang telah disepakati.
7) Tidak mau berbagi pengetahuan kepada anggota dan
sedikit menyepelekan kepribadian manusia.
Berikut skematik model kepemimpinan transaksional
menurut Hoover dan Leitwood (Engkoswara,2011:191).
Gambar tersebut menunjukkan bahwa anggota atau bawahan
berusaha menghindari pekerjaan jika ada kesempatan untuk
itu, sehingga merasa senang tanpa pekerjaan dan tanggung
jawab. Pemimpin dalam hal ini harus senantiasa mengontrol,
mengarahkan, dan mengancam kalau perlu dalam upaya
untuk memaksa individu menjadi produktif.
184
Kepemimpinan Pendidikan
b. Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan transformasional adalah sebagai agen
perubahan dan bertindak sebagai katalisator. Maksudnya
pemimpin tersebut berperan meningkatkan sumber daya
manusia yang ada dan berusaha memberikan reaksi yang
memunculkan semangat dan daya kerja cepat serta optimal,
selalu tampil sebagai pelopor dan perubahan.
Banyak pakar kepemimpinan mengungkapkan bahwa
kepemimpinan transformasi adalah kepemimpinan yang ideal
di era desentralisasi ini.Hal ini berhubungan dengan
berkembangnya teknologi informasi yang harus ditransfor-
masikan secara komprehensif pada anggota. Sejalan dengan
185
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
186
Kepemimpinan Pendidikan
187
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
c. Kepemimpinan Visioner
Yaitu kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumus-
kan, mengkomunikasikan dan mengimplementasikan
pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau hasil
interaksi sosial diantara anggota dan stakeholders yang diyakini
sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus dicapai
melalui komitmen semua personil.
Pemimpin visioner adalah pemimpin yang memiliki
wawasan yang jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan
mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi di masa
datang. Dampak positif dari kepemimpinan yang visioner pada
suatu lembaga akan tampak pada cara ia menentukan kebijakan
dan keputusan, dasar pengambilan keputusan, cara yang sesuai
188
Kepemimpinan Pendidikan
189
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
2) Perumusan visi
Visi dirumuskan dalam pernyataan yang jelas, tegas,
sehingga memudahkan lembaga atau organisasi untuk
menetapkan cara-cara untuk mencapainya. Berikut
kriteria merumuskan visi, sebagai berikut:
(1) Mudah diingat.
(2) Singkat, maksimal 8 (delapan) kata.
(3) Menarik perhatian warga internal lembaga dan stake-
holders.
(4) Memberi inspirasi menantang untuk mencapai
prestasi di masa yang akan datang.
(5) Berfungsi sebagai titik temu dengan stakeholders.
(6) Menyatukan esense yang jelas tentang seharusnya
bagi lembaga.
(7) Memungkinkan fleksibilitas dan keluwesan dalam
pelaksanaannya. (Husaini Usman, 2010 : 625)
3) Transformasi Visi
Maksudnya adalah bahwa rumusan visi organisasi harus
memiliki nilai kepercayaan bagi lembaga yang diatasnya
maupun stakeholders.
4) Implementasi visi
Visi merupakan keadaan dimasa depan yang ingin
dicapai, jadi semakin jelas suatu visi, semakin mudah
mengimplementasikannya. Cara mengimplementasikan
visi disebut misi.Dalam hal ini pemimpin dituntut untuk
mampu memerinci visi menjadi visi atau tindakan untuk
mewujudkan visi.
Sehingga dibutuhkan kepemimpinan yang kuat,
mempunyai vision (visi) yang jelas, dalam arti
sebenarnya. Gutric & Reed menyatakan dalam arti
singkatan, VISION adalah pemimpin harus memiliki
190
Kepemimpinan Pendidikan
191
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
E. Kepemimpinan Pendidikan
1. Konsepsi Kepemimpinan Pendidikan
Pemimpin pendidikan secara hakiki mencakup semua
orang yang bergerak di bidang penanaman pengaruh dan
bimbingan serta ajakan dalam mengelola pendidikan. Dalam
pendidikan formal maupun non formal, pemimpin pendidikan
meliputi guru, kepala sekolah, dosen, rektor, kyai, ulama,
ustadz, kepala kantor Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dari jenjang paling bawah sampai atas, penilik
sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya.
Kepemimpinan dalam pendidikan mempunyai figur
tersendiri dibandingkan dengan kepemimpinan pada
umumnya.Hal tersebut mempunyai makna bahwa pemimpin
pendidikan harus mampu mengedepankan uswah khasanah
(teladan yang baik),berjiwa penuh kasih sayang dan bijaksana.
Adanya slogan guru –”di gugu lan di tiru”, ternyata benar apa
yang dicontohkan atau dilakukan gurunya, murid akan
menirunya. Bahkan mungkin lebih dari itu, “guru kencing
berdiri, murid kencing berlari”.
Jadi, tingkah laku pemimpin pendidikan tidak hanya
mendapat evaluasi dari atasan, tetapi juga menjadi penilaian
masyarakat.
Mempertimbangkan idealisme kepemimpinan yang ingin
diraih lembaga pendidikan, sebaiknya mengacu pada tingkah
laku dan sifat Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan
barometer oleh semua lembaga pendidikan, yaitu shidik
(jujur), amanah (terpercaya), tabligh (komunikatif), dan
fathanah (cerdas).
Nabi Isa a.s adalah pemimpin umat yang penuh dengan
kasih sayang; berkorban untuk kehidupan yang layak dan
memiliki harga diri yang tinggi.Kepemimpinan Nabi Isa ini
ideal bagi lembaga pendidikan.
192
Kepemimpinan Pendidikan
193
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
194
Kepemimpinan Pendidikan
3) Keberhasilan.
4) Kesehatan jasmani rohani.
c. Responsibility, meliputi:
1) Mandiri dan inisiatif.
2) Tekun.
3) Agresif.
4) Percaya diri.
5) Futuristik.
d. Participation, meliputi:
1) Aktif.
2) Relationship.
3) Cerdas membangun team works.
4) Adaptif.
e. Status, meliputi:
1) Kedudukan sosial ekonomi.
2) Popularitas.
f. Situation, meliputi:
1) Mental baik.
2) Skill.
3) Energik.
4) Fleksibel.
5) Goal oriented.
Seorang pemimpin pendidikan perlu mempunyai sikap
peduli dalam pengelolaan pendidikan dan benar-benar
memahami bahwa manajemen pendidikan tidak bisa lepas
dari pembaharuan yang serba cepat mengikuti arus zaman,
yaitu tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan sebagai
bagian dari dinamika pendidikan. Dampak dari pembaharuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan tesebut, sebagai
195
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
196
Kepemimpinan Pendidikan
197
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
198
Kepemimpinan Pendidikan
199
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
200
Kepemimpinan Pendidikan
201
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
202
Kepemimpinan Pendidikan
203
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
204
Kepemimpinan Pendidikan
205
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
206
Kepemimpinan Pendidikan
207
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
BAB VI
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
DALAM PENDIDIKAN
208
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
209
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
210
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
211
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
2. Kualitas Pelayanan
Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik.
Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk dan
kenerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam
rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik
sebagai pemimpin pasar maupun sebagai strategi untuk terus
tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung
dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa
tersebut. Apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan
konsumen atau belum.
Menurut Goetsh dan Davis (Fandy Tjiptono, 2002 : 51)
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhu-
bungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan”. Sedangkan menurut
Elthaitammy (Fandi Tjiptono, 2002 : 58). “Service excellence
atau pelayanan yang unggul yakni suatu sikap atau cara
karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan”. Jadi
kualitas pelayanan adalah kesesuaian antara harapan
pelanggan dengan pelayanan suatu perusahaan.
Sehubungan dengan contact personnel yang sangat penting
dalam menentukan kualitas jasa, setiap perusahaan
memerlukan service excellence. Fandy Tjiptono (2002 : 58)
menyatakan bahwa secara garis besar terdapat empat unsur
pokok dalam komponen memberikan service excellence, yaitu
kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Keempat
komponen tersebut merupakan satu kesatuan pelayanan yang
terintegrasi, maksudnya pelayanan atau jasa menjadi tidak
excellence bila ada komponen yang kurang.
Pimpinan dan karyawan untuk mencapai tingkat excel-
lence harus memiliki keterampilan tertentu, diantaranya
berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah, memperlihat-
212
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
kan gairah kerja dan sikap selalu siap untuk melayani, tentang
dalam bekerja, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan,
menguasai pekerjaannya baik tugas yang berkaitan dengan
bagian atau departemennya maupun bagian lainnya, mampu
berkomunikasi dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat
(gesture) pelanggan, dan memiliki kemampuan menangani
keluhan pelanggan secara professional. Dengan demikian,
upaya mencapai excellence bukanlah pekerjaan yang mudah.
Akan tetapi bila hal tersebut dapat dilakukan, maka
perusahaan yang bersangkutan akan dapat meraih manfaat
besar, terutama berupa kepuasan dan loyalitas yang besar.
Istilah kualitas tetap digunakan dalam berkomunikasi
sehari-hari baik lisan maupun tulisan. Dalam interaksi sosial
di dalam masyarakat pemahaman kualitas terhadap pelayanan
jasa dan atau terhadap sebuah barang semakin meningkat.
Untuk itu melalui pendidikan dan pemahaman / pengamalan
agama akan diketahui makna yang dinamakan “kualitas”.
Tetapi kesadaran akan berkualitas yang demikian sering tidak
berkembang. Apabila kesejahteraan ekonomi dan pendidikan
meningkat, maka kesadaran akan kualitas atas segala sesuatu
juga meningkat. Masyarakat akan memilih berbagai
kebutuhan akan jasa dan barang dengan predikat yang
berkualitas dan halal, karena sudah menjadi pilihan yang
alami.
Definisi kualitas berlaku untuk barang dan jasa, tetapi
ada perbedaan terutama berkaitan dengan sifat kualitas barang
dan jasa yang dimaksud. Menurut Tjiptono (2002 : 8) sifat
kualitas barang dan jasa dapat dibedakan yaitu kualitas barang
bersifat objektif, berwujud, berukuran metrik, menggunakan
perhitungan waktu penyampaian, terbuat dari materi dan
dapat dihitung. Sedangkan kualitas jasa bersifat subjektif,
tidak selalu berwujud, umumnya berukuran afektif,
mengutamakan perhatian, terdiri dari non materi (reputasi,
213
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
214
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
215
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
216
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
217
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
218
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
219
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
220
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
221
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
222
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
223
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
224
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
225
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
226
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
b. Menggembirakan pelanggan.
Tony Henry, Kepala sekolah East Birmingham College
mengatakan bahwa mutu lebih menekankan pada
kegembiraan dan kebahagiaan pelanggan dan bukan
sekedar kepuasan pelanggan. Ia lebih menekankan pada
keterlibatan seluruh staf dan tidak bersifat hirarchis. Ia
juga lebih menekankan pada perbaikan mutu secara terus-
menerus dan bukan sekedar lompatan mutu yang tempo-
ral. Ia adalah tentang hidup, cinta, perjuangan, pemelihara-
an, tangis, tawa... (kutipan Sallis dan Hilngley dalam Ed-
ward Sallis, terjemahan 2012). Keterlibatan pelanggan
dalam proses ini sangat penting, karena pandangan
merekalah yang harus diutamakan.
c. Menentukan fasilitator mutu
Tanggung jawab fasilitator adalah mempublikasikan
program dan memimpin kelompok pengendali mutu dalam
mengembangkan program mutu. Fasilitator mutu juga
harus menyampaikan perkembangan mutu langsung
kepada kepala sekolah.
d. Membentuk kelompok pengendali dan
koordinator mutu.
Kelompok pengendali mutu adalah pengembang dan
inisiatur proyek mutu, sehingga bertugas mengarahkan dan
mendorong proses peningkatan, mutu. Sedangkan
koordinator mutu berperan membantu dan membimbing
tim dalam menemukan cara baru dalam menangani dan
memecahkan permasalahan.
e. Seminar manajemen senior untuk evaluasi
program.
Perlu dibangun tim manajemen senior yang baik dan
integral, karena mereka harus memberi contoh pada tim
227
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
228
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
229
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
a. Kualitas Kepemimpinan
Untuk mencapai kualitas pendidikan dibutuhkan
pemimpin yang efektif, komitmen terhadap perbaikan
mutu. Kepala sekolah sebagai top leader harus bisa
menjadi pendorong perubahan lembaga pendidikan
yang dipimpinnya. Dukungan dari anggota akan muncul
apabila pimpinannya bermutu dan manajemennya
efektif.
b. Pemberdayaan Guru
Makna pemberdayaan guru tidak hanya sekedar
kewenangan dalam mengajar, tetapi lebih pada tuntutan
pengembangan potensi secara kreatif dan inovatif serta
kontinu yang diimplementasikan melalui pembinaan
sekaligus pembentukan karakter peserta didik.
c. Kelompok Kerja (team work) untuk Meraih
Mutu
Dalam meraih mutu yang diinginkan, kelompok
kerja perlu diciptakan untuk membangun semangat
kerja tim, meningkatkan kualitas komunikasi,
penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan yang
tepat.
d. Alat dan Teknik Perbaikan Mutu
Untuk menuju Manajemen Mutu Terpadu dibutuh-
kan alat atau instrumen sekaligus teknik penggunaan-
nya. Sebagaimana pendapat Schangel, bahwa dengan
alat dan teknik penggunaannya untuk perbaikan mutu
akan dapat diketahui masalah yang dihadapi dan
penyebabnya, sehingga dapat membantu untuk mencari
solusinya.(Syafaruddin,2002:71).
230
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
231
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
232
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
233
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
234
Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan
235
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
236
BAB VII
PENDIDIKAN ISLAM DALAM
ERA GLOBALISASI
237
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
238
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
239
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
240
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
241
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
242
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
243
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
244
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
245
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
246
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
247
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
248
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
250
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
251
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
252
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
253
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
254
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
255
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
256
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
257
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
258
Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
259
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
260
BAB VIII
MANAJEMEN DI LEMBAGA
PENDIDIKAN MADRASAH
261
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
262
Manajemen di Lembaga Pendidikan Madrasah
263
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
264
Manajemen di Lembaga Pendidikan Madrasah
265
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
266
Manajemen di Lembaga Pendidikan Madrasah
267
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
268
Manajemen di Lembaga Pendidikan Madrasah
269
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
270
Manajemen di Lembaga Pendidikan Madrasah
271
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
272
Manajemen di Lembaga Pendidikan Madrasah
273
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
274
BAB IX
MANAJEMEN DI LEMBAGA
PENDIDIKAN PESANTREN
A. Makna Pesantren
Pesantren secara fisik mengalami kemajuan yang cukup
fundamental, begitu pula pesantren dapat dilihat dari
pertumbuhannya yang semula “rural based instituation” menjadi
pendidikan urban, misalnya bermunculan pesantren di kota
seperti Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan lain-lain.
Pendidikan pesantren semakin all-out dengan pemerintah
ketika KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden.
(Ismail, 2000: 127).
Pondok pesantren pada hakikatnya adalah pendidikan
keagamaan yang mempunyai tujuan yang searah dengan
pendidikan lainnya, yakni mewujudkan tujuan pendidikan
nasional melalui jalur keagamaan. Status pondok pesantren
dikaitkan dengan sistem pendidikan nasional dijelaskan pada
Pasal 30 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah
dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
275
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
276
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
277
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
278
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
279
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
280
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
281
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
282
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
283
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
284
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
285
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
286
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
287
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
288
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
289
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
290
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
291
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
292
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
293
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
294
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
295
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
296
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
297
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
b. Non Tes
Non tes mengandung makna bahwa pengumpulan
informasi atau pengukuran dalam rangka kegiatan
evaluasi hasil belajar dapat juga dilakukan melalui
observasi, wawancara, dan angket. Tentu saja informasi
yang akan diungkap dalam non tes ini lebih banyak
digunakan untuk mengungkapkan kemampuan
psikomotorik, hasil belajar afektif yang bersifat
kualitatif.
Menyusun tes hasil belajar yang baik memerlukan
pemikiran yang cermat karena kegiatan ini berkaitan
dengan beberapa hal yang perlu dipahami terlebih
dahulu. Hal-hal yang dimaksud adalah prinsip dasar,
yaitu sebagai berikut: (1) mengukur secara jelas hasil
belajar; (2) mengukur sampel yang representatif dari
hasil belajar materi yang digunakan; (3) mencakup tipe
item tes yang cocok untuk mengukur hasil belajar yang
diinginkan; (4) didesain sesuai dengan kegunaan
tertentu untuk memperoleh hasil yang diinginkan; (5)
dibuat sereliabel mungkin sehingga selanjutnya dapat
diuji validitasnya; (6) digunakan untuk memperoleh
cara belajar bagi siswa dan cara pembelajaran sumber
belajar yang melakukan pembelajaran.
Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dalam
pengertian umum, yang dimaksud dengan evaluasi
adalah suatu kegiatan sistematis untuk mengumpulkan,
mengolah, dan menyajikan informasi yang diperlukan
sebagai bahan masukan untuk penetapan keputusan
peningkatan hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran.
(8) Pendanaan
Pendanaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi
298
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
299
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
300
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
301
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
302
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
303
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
304
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
305
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
306
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
307
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
308
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
309
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
310
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
311
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
312
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
313
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
314
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
315
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
316
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
317
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
318
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
319
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
320
Manajemen di Lembaga Pendidikan Pesantren
321
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
BAB X
MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
322
Manajemen Perpustakaan
323
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
324
Manajemen Perpustakaan
325
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
D. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia pustaka artinya kitab, buku
(Depdikbud: 1980). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan
library. Istilah ini berasal dari kata librer atau libri, yang artinya
buku (Sulistyo Basuki: 1991, 3). Dari kata latin tersebut
terbentuklah istilah librarius, tentang buku. Dalam bahasa
asing lainnya perpustakaan disebut bibliotheca (Belanda), yang
juga berasal dari bahasa Yunani biblia yang artinya tentang
buku, kitab.
326
Manajemen Perpustakaan
327
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
328
Manajemen Perpustakaan
329
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
E. Fungsi Perpustakaan
Perkembangan jaman menuntut perubahan pola pikir
masyarakat agar mampu beradaptasi dengan baik pada situasi
dan kondisi yang ada. Demikian pula dengan paradigma
perpustakaan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Suwarno (2010)
melihat paradigma perpustakaan juga sebagai fungsi
perpustakaan era sekarang ini, sebagaimana beberapa hal
berikut:
Simpan saji karya, yaitu fungsi perpustakaan sebagai
tempat menyimpan suatu karya, yang kemudian menyajikan
karya tersebut sebagai informasi yang bisa diakses oleh
pemustakanya. Sebagaimana yang tertuang dalam UU No.43
Tahun 2007 bahwa koleksi perpustakaan diseleksi, dilayankan,
disimpan dan dikembangkan sesuai dgn kepentingan
pemustaka.
Pusat Sumber Daya Informas (SDI), yaitu fungsi
perpustakaan yang menggali dan mengelola informasi, yang
dapat menjadi bahan bagi pemustaka untuk menghasilkan
karya baru yang dapat diakses oleh pemustaka lainnya sebagai
informasi yang baru. Sebagaimana yang tertuang dalam UU
No.43 Tahun 2007 bahwa koleksi perpustakaan diseleksi,
dilayankan, disimpan dan dikembangkan sesuai dgn
kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkem-
bangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam hal ini
terdapat dua pesan bagi pustakawan agar mengembangkan
system cari – kelola informasi, dan sekaligus cepat tanggap
terhadap informasi baru.
Pusat sumber belajar, penelitian masyarakat, yaitu fungsi
perpustakaan sebagai tempat belajar dan penelitian bagi
masyarakat, sehingga menjadi masyarakat yang cerdas dan
berpengetahuan luas. Pasal 2 UU No.43 Tahun 2007
330
Manajemen Perpustakaan
331
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
BAB XI
PENGELOLAAN BAHAN PUSTAKA
JENIS BUKU
332
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
333
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
334
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
335
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
336
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
337
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
338
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
339
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
340
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
3) Subjek Majemuk
Subjek majemuk adalah jika subjek dasar disertai
fokus-fokus yang berasal dari dua faset atau lebih. Atau,
jika subjek dasar disertai lebih dari satu fenomena. Contoh,
buku yang berjudul “Perguruan Tinggi di Indonesia”, dapat
dirangkum menjadi:
Disiplin ilmu = Pendidikan
Fenomena (Faset) 1 = Perguruan Tinggi
Fenomena (Faset) 2 = Indonesia
4) Subjek Kompleks
Subjek kompleks adalah suatu bahan pustaka yang
memiliki dua atau lebih disiplin ilmu. Contoh, buku yang
berjudul “Dasar-Dasar Pendidikan Ilmu Perpustakaan”,
dapat dirangkum menjadi:
Disiplin ilmu 1 = Pendidikan
Disiplin ilmu 2 = Perpustakaan
Dalam melakukan analisis subjek terhadap subjek
kompleks ini harus dilakukan pemilihan secara taat asas
subjek-subjek yang diutamakan atau yang perlu dihimpun
di perpustakaan. Yang perlu diperhatikan adalah hubungan
interaksi atau hubungan fase antar subjek-subjek yang ada.
Sebab dalam subjek kompleks ini terdapat empat hubungan
fase-fase, yaitu:
a) Fase Bias, yaitu jika suatu subjek digunakan untuk
kelompok tertentu. Dalam hal ini, yang diutamakan
adalah subjek yang digunakan.
341
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
342
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
343
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
b. Penentuan notasi
Notasi adalah symbol tertentu berupa angka atau yang
lainnya yang memiliki arti sama dengan subjek bahan pustaka.
Seperti 000 merupakan notasi dari semua karya umum, 100
merupakan notasi dari semua bahan pustaka yang bersubjek
filsafat, 200 tentang agama, dan seterusnya. Notasi ini akan
bisa diketahui manakala mengenali subjek suatu bahan
pustaka sudah dilakukan, sehingga memudahkan pula bagi
pustakawan/ pengelola perpustakaan dalam melakukan
klasifikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari sesungguhnya pekerjaan
klasifikasi telah banyak dilakukan orang. Kalau kita di pasar
atau di pusat perbelanjaan lain misalnya, kita dapat memer-
hatikan bagaimana para pedagang memilah dan memisahkan
barang yang sejenis dan memiliki harga yang sama, juga
memilah dan memisahkan ukuran besar atau kecilnya, merek
dan sebagainya. Perhatikan juga penjual buah yang
memisahkan buah yang sejenis semisal jeruk dipisahkan dari
apel, dipisahkan pula dengan salak, semangka atau buah yang
lainnya. Atau juga dalam rumah tangga, seorang ibu
memisahkan antara piring, gelas, sendok di dalam rak, tidak
344
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
Klasifikasi
a. Pengertian dan fungsi klasifikasi
Jika memerhatikan pengelompokan barang yang
dilakukan para pedagang atau ibu rumah tangga pada ilustrasi
di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa klasifikasi adalah
pengelompokan barang-barang atau objek berdasarkan tingkat
persamaannya. Dengan demikian, klasifikasi merupakan
kegiatan pemisahan benda-benda atau objek lain berdasarkan
tingkat perberbedaannya. Fungsi klasifikasi ini adalah untuk
mempermudahkan kita dalam penelusuran terhadap benda-
benda yang ingin kita peroleh secara cepat dan cepat.
345
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
346
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
347
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
400- Bahasa
500- Ilmu Murni
600- Ilmu Terapan
700- Kesenian
800- Kesusasteraan
900- Sejarah dan Geografi
Setiap kelas utama dibagi lagi secara desimal menjadi 10
divisi yang merupakan subordinasi dari kelas utama tersebut.
Misalnya, kelas utama 300 (Ilmu Sosial) dibagi menjadi 10
divisi sebagai berikut:
300- Ilmu-Ilmu Sosial
310- Statistik
320- Politik
330- Ekonomi
340- Hukum
350- Administrasi Umum
360- Masalah Sosial dan Pelayanan Sosial
370- Pendidikan
380- Perdagangan, Komunikasi, dan Transportasi
390- Adat Istiadat, Cerita Rakyat
Selanjutnya, divisi dapat dibagi ke dalam seksi-seksi
secara desimal. Misalnya, divisi 370 (Pendidikan) dibagi
menjadi 10 seksi sebagai berikut:
370- Pendidikan
371- Faktor-faktor Pendidikan
372- Pendidikan Dasar
373- Pendidikan Menengah
374- Pendidikan Dewasa
348
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
375- Kurikulum
376- Pendidikan Wanita
377- Sekolah dan Agama
378- Pendidikan Tinggi
379- Pendidikan dan Negara
Setiap seksi dapat dibagi lagi menjadi 10 subseksi yang
merupakan subordinasi dari seksi. Misalnya, untuk kelas 371
(Faktor-faktor Pendidikan) dibadi menjadi 10 subseksi sebagai
berikut:
371 - Faktor-faktor Pendidikan
371.1 - Mengajar dan Pengajar
371.2 - Administrasi Pendidikan
371.3 - Metode Belajar dan Mengajar
371.4 - Bimbingan dan Penyuluhan
371.5 - Disiplin Sekolah
371.6 - Sarana Fisik Sekolah
371.7 - Kesehatan dan Keselamatan Sekolah
371.8 - Peserta Didik (Siswa)
371.9 - Pendidikan Khusus
Perlu diingat, jika dalam sistem DDC notasinya melebihi
3 angka, penulisan notasi angkanya menggunakan tanda titik
(.) setelah angka ketiga seperti 371.1, 371.2, 371.3 dan
sebagainya.
Masing-masing subseksi dapat dibagi lagi menjadi 10
bagian yang lebih kecil. Demikian seterusnya hingga semakin
spesifik suatu subjek akan mendapat notasi yang lebih panjang
sesuai hierarki atau tingkat pembagiannya. Notasi-notasi yang
telah dikembangkan untuk seluruh bidang pengetahuan telah
349
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
350
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
351
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
720 - Arsiktektur
-03 - Kamus (notasi S S)
72 + 03 = 720.3 - Kamus Arsitektur
2) Notasi Dasar tanpa angka akhir 0
Notasi Dasar yang tanpa angka akhir 0, cukup
digabung dengan notasi Subdivisi Standar (SS) yang
diperlukan. Contoh:
334 - Koperasi
-05 - Majalah (notasi SS)
334 + 05 = 334.05 - Majalah Koperasi
b. Ada petunjuk penggunaan notasi Subdivisi
Standar
1) Terdaftar di dalam bagan
Adakalanya dalam bagan terdapat Notasi Dasar
yang telah tergabung dengan Notasi Subdivisi
Standar. Dalam hal ini tidak perlu lagi melakukan
penggabungan notasi. Gunakan saja notasi yang
telah terdaftar dalam bagan. Contoh:
101 - Teori Filsafat
109 - Sejarah Filsafat
2) Terdaftar sebagian dalam bagan
Jika sebagian Notasi Dasar telah terdaftar disertai
notasi Subdivisi Standar, gunakan seperti pola yang
telah terdaftar apa adanya. Contoh:
551.1 - Geologi, Metereologi, Hidrologi
551.2 - Struktur dan Sifat-sifat Bumi
3) Jika terdapat petunjuk, sedangkan belum ada
contoh yang terdaftar, ikuti sesuai petunjuk.
352
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
353
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
-598 Indonesia
-599 Philipina
-6 Afrika
-61 Afrika Utara, Tunisia, Libya
-62 Mesir dan Sudan
-64 Afrika Barat
-7 Amerika Utara
-71 Canada
-72 Amerika Tengah dan Mexico
Guatemala, Honduras, El Salvador, Nikaragua,
Kostarika, Kuba, Jamaika, Poerto Rico, Haiti
-73 Amerika Serikat
-8 Amerika Selatan
-9 Bagian dunia yang lain
-94 Australia
-95 Papua Nugini
-96 Polinesia, Mikronesia, Hawaii
(selengkapnya, lihat pada tabel 2 DDC)
Kadang-kadang suatu subjek mempunyai aspek
geografis yang perlu dinyatakan dalam notasi. Seperti,
“Angkatan Laut Indonesia” dalam notasi perlu dinyatakan
selain Notasi Dasarnya (Angkatan Laut) juga notasi
wilayah “Indonesia”. Untuk keperluan wilayah ini, DDC
mempunyai tabel wilayah (tabel 2) yang mendaftar notasi-
notasi wilayah di seluruh dunia.
Notasi wilayah (NW) seperti halnya notasi Subdivisi
Standar (SS) dalam penggunaannya tidak pernah berdiri
sendiri, melainkan ditambahkan pada Notasi Dasar (ND)
dengan cara tertentu sebagai berikut:
354
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
355
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
1. Tentukan ND 910
2. Buang angka terakhir 0
3. Tambahkan NW yang bersangkutan
Contoh: Geografi Jepang
910 - Geografi
-52 - NW Jepang dari tabel 2 DDC
91 + 52 = 915.2 - Geografi Jepang
d. Menentukan notasi sejarah dengan NW
Subjek sejarah yang dikaitkan dengan wilayah, dalam
DDC mendapat notasi 930–999, sementara geografi
kewilayahan memperoleh notasi 913–919. Jika
dikaitkan dengan tabel 2 (NW), terdapat mekanisme
yang hampir sama, yaitu ND ditambah dengan NW.
Bedanya, dalam pembentukan notasi sejarah suatu
wilayah digunakan ND 9(00), sedangkan pada
pembentukan notasi geografi suatu wilayah, ND-nya
adalah 91(0).
Bandingkan notasi-notasi di bawah ini:
356
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
357
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
-3 Kamus
-5 Tata Bahasa
-6 Prosodi
-7 Bahasa Tidak Baku
-8 Bahasa Baku
-9 Lain-lain
NSB hanya dapat ditambahkan pada ND yang tertera
pada bagan DDC yang belum disertai notasi bentuk bahasa.
Mekanisme penambahannya adalah dengan cara menam-
bahkan NSB pada ND tanpa angka terakhir 0. Contoh:
Tata Bahasa Belanda = ND Belanda + NSB
439.31 + -5 = 439.315
Kamus Bahasa Belanda = 439.31 + -3 = 439.313
Dengan NSB dapat dibentuk kamus Dwibahasa dan
Kamus Poliglot, yang caranya sebagai berikut:
a. Kamus Dwibahasa : Kamus Inggris – Perancis
ND Bahasa (4) + Notasi Bahasa I + NSB + Notasi
Bahasa II
4 + 2 (Inggris) + -3 + 4 (Perancis) = 423.4
b. Kamus Poligot: Kamus Inggris-Perancis-Belanda
ND Bahasa 41(0) + NSB Kamus =
41 + -3 = 413
358
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
-3 Nordies
-4 Latin Modern
-5 Rumania
-6 Spanyol, Portugis
-7 Italia
-8 Yunani
-9 Kelompok lain
(untuk lebih lengkap rinciannya dapat dilihat pada
tabel 5 DDC)
Adapun cara pembentukan notasinya sebagai berikut:
a. Terdapat petunjuk
Jika terdapat petunjuk atau instruksi pada ND, ikuti
saja sesuai dengan petunjuk.
Contoh: Subjek Ethnopsychology of Candians
Pada ND 155.84 Ethnopsychology, terdapat petunjuk
sebagai berikut: Add racial, ethnic, national groups 01 –
99 from table 5 to base number 155.84. (Tambahkan ras,
etnik, kelompok kebangsaan 01 – 99 dari tabel 5 pad
angka dasar 155.84).
Jadi, hasilnya 155.84 + -11 (ethnic Canada) = 155.841
1
b. Tidak terdapat petunjuk
Jika tidak terdapat petunjuk pada ND, notasinya dapat
dibentuk sebagai berikut: ND + 089 (SS) + NRE
Contoh:
Untuk subjek Ceramic Arts of Bengalis
783 ND Ceramic Arts
-089 SS untuk Ras (dari tabel 1)
359
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
360
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
361
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
362
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
Deskripsi Bibliografi
Istilah bibliografi berasal dari kata Yunani “biblion” yang
artinya buku dan “graphein” yang artinya menulis (Sulistyo
Basuki: 1991, 421). Jadi, secara etimologis, bibliografi berarti
penulisan buku. Pengertian yang dimaksud dalam operasional
perpustakaan adalah teknik sistematik untuk membuat daftar
deskriptif cantuman tertulis atau yang diterbitkan. Maka,
bibliografi merupakan daftar yang dihasilkan dari kegiatan
tersebut.
Dengan demikian, bibliografi merupakan daftar bahan
pustaka yang lengkap, dengan tidak memberikan komentar
kritis (Sulistyo Basuki: 1991, 421). Tapi, dalam kondisi
sesungguhnya tidak ada bibliografi yang lengkap sesuai
dengan definisi tersebut. Ketidaklengkapan ini terjadi karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam arti sempit,
daftar bacaan sebenarnya tidak memenuhi persyaratan definisi
bibliografi namun dalam praktiknya daftar bacaan tetap
dianggap sebagai bibliografi.
a. Konsep Pengawasan Bibliografi
Pengawasan bibliografi ialah usaha pengembangan dan
pemeliharaan suatu sistem pencatatan bagi semua bentuk
bahan, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan,
yang berbentuk bahan tercetak, bahan audiovisual dan bentuk
yang lainnya, yang menambah khazanah pengetahuan dan
informasi. Pengawasan diperlukan agar informasi rekam dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin. Kemajuan segala bidang,
budaya, sains dan teknologi, ilmu sosial, humaniora maupun
semua aspek kehidupan sehari-hari, sangat bergantung dari
adanya sumber ilmu pengetahuan dan informasi yang dikelola
dengan baik sehingga dapat dengan mudah dan cepat diakses
saat diperlukan.
363
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
364
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
365
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
367
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
Pengatalogan
Setelah memahami proses klasifikasi, penentuan tajuk
subjek dan deskripsi bibliografi, langkah selanjutnya untuk
melengkapi sistem pengolahan adalah dengan membuat
katalog, yaitu kartu yang berisi keterangan-keterangan
mengenai sebuah buku yang dilayankan. Ukuran katalog
adalah 7.5 cm x 12.5 cm dengan tata pengetikan tertentu
sesuai dengan sistem atau aturan yang berlaku.
Kartu katalog menurut jenisnya ada lima macam, yaitu:
kartu katalog pengarang, judul, subyek, shelflist, dan kartu
katalog subyek klasifikasi. Untuk setiap buku setidaknya
368
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
b) Nama Pengarang
Nama pengarang diketik mulai dari indensi pertama sejajar
dengan 3 huruf kependekannya pada call number.
Pengetikan nama pengarang diutamakan lebih dahulu
nama keluarganya, kemudian nama kecilnya (nama
depan), dan ditulis dengan huruf kapital untuk kata
pertama nama yang dicantumkan. Seperti:
369
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
370
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
Contoh
(lihat kembali pada contoh pada saat pembahasan deskripsi
bibliografi)
371
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
372
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
373
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
374
Pengelolaan Bahan Pustaka Jenis Buku
375
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
376
DAFTAR PUSTAKA
377
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
382
TENTANG PENULIS
383
Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd
384