Anda di halaman 1dari 8

DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU KUNCI

[Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecth]


DENGAN METODE PENANGKAPAN RADIKAL DPPH
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
ANTIOXIDANT ACTIVITY OF TEMU KUNCI [Boesenbergia
pandurata (Roxb.) Schlecth] RHIZOME ETHANOLIC EXTRACT
BY THE DPPH RADICAL SCAVENGING METHOD
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
Ianatun Nihlati A; Abdul Rohman; Triana Hertiani
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Rimpang temu kunci [Boesenbergia pandurata (Roxb.)] Schlecth merupakan rimpang yang kaya senyawa
flavonoid dan fenolik selain minyak atsiri. Kenyataan bahwa golongan senyawa-senyawa tersebut telah
banyak dilaporkan sebagai agen antioksidan alami yang potensial, melatarbelakangi penelitian ini untuk
mengungkap daya antioksidan ekstrak etanol rimpang temu kunci dengan metode penangkapan radikal
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) serta senyawa yang bertanggung jawab terhadap efek tersebut.
Daya antioksidan dilakukan terhadap ekstrak etanol 96% dilakukan dengan metode penangkapan radikal
DPPH secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian juga dilakukan terhadap kandungan utamanya yaitu
pinostrobin dan pinocembrin serta minyak atsiri. Uji daya antioksidan secara kualitatif dilakukan pada
lempeng KLT dengan pereaksi semprot 0,2 % DPPH dalam metanol sedangkan daya antioksidan secara
kuantitatif dilakukan dengan metode spekstroskopi menggunakan pereaksi DPPH untuk mendapatkan nilai
IC50.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki IC50 10,36 g/mL, sedangkan untuk minyak
atsiri, pinostrobin dan pinocembrin masing-masing memiliki nilai IC50 22789,50 g/mL, 10916,5 g/mL,
dan 721,14 g/mL. Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa dalam rimpang temu kunci terkandung
senyawa-senyawa selain pinostrobin, pinocembrin, dan minyak atsiri yang memiliki aktivitas sebagai
antioksidan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan golongan flavonoid.
Kata kunci: rimpang temu kunci [Boesenbergia pandurata (Roxb.)] Schlecth, antioksidan
ABSTRACT
Rhizome of temu kunci [Boesenbergia pandurata (Roxb.)] Schlecth is known to be rich of flavonoid and
fenolic compounds besides essential oils. The fact that many of those compounds are potential antioxidants
from nature has urged a research to reveal the antioxidant effect of temu kunci rhizome ethanolic extract by
the DPPH radical scavenging method (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) and the compounds responsible for
the activity.
The antioxidant activity was conducted to ethanolic 96% extract by a qualitative and quantitative method
by using the DPPH radical.The assay was also performed on its major constituents i.e., pinostrobin,
pinocembrin and the essential oils. A qualitative antioxidant assay was done on TLC plate by using 0.2%
DPPH in methanol as spray reagent. A quantitative method was performed by a spectroscopy method to
obtain the IC50 values.
This study showed that the IC50 value of the ethanolic extract was 10.36 ug/mL, while the essential oils,
pinostrobin and pinocembrin values were 22789,50 g/mL, 10916,5 g/mL, dan 721,14 g/mL,
respectively. The qualitative method revealed that besides those indicated compounds, there were other
detected flavonoids, contributed to the antioxidant activity of the ethanolic extract.
Key words: temu kunci rhizome [Boesenbergia pandurata (Roxb.)] Schlecth, antioksidan

Alamat korespondensi :
Dr. Triana Hertiani, M.Si., Apt
Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM
Sekip Utara Yogyakarta
E-mail : hadna3ana@yahoo.com
PENDAHULUAN
Antioksidan
didefinisikan
sebagai
senyawa yang mampu menunda, memperlambat,
atau menghambat reaksi oksidasi (Pokorny dkk.,
2001). Senyawa antioksidan memegang peranan
penting dalam pertahanan tubuh terhadap pengaruh
buruk yang disebabkan radikal bebas. Radikal
bebas diketahui dapat menginduksi penyakit
kanker, arteriosklerosis dan penuaan, disebabkan
oleh kerusakan jaringan karena oksidasi (Kikuzaki
dan Nakatani, 1993).
Antioksidan sintetis memiliki efektifitas
yang tinggi namun kurang aman bagi kesehatan
sehingga pengunaannya diawasi secara ketat di
berbagai negara (Pujimulyani, 2003). Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi buah
dan sayuran yang cukup, berhubungan dengan
tingkat kejadian yang lebih rendah terhadap jenis
penyakit seperti kanker dan kardiovaskuler. Efek
tersebut antara lain disebabkan adanya aktivitas
antioksidan alami seperti vitamin C, E, betakaroten
dan beberapa senyawa polifenol (Cos dkk., 2001).
Rimpang temu kunci merupakan salah
satu rimpang yang banyak digunakan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat sebagai peluruh dahak
atau untuk menanggulangi batuk, penambah nafsu
makan, menyembuhkan sariawan dan sebagai
pemacu keluarnya ASI (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991). Rimpang ini mudah didapatkan
dengan harga yang murah. Ekstrak etanol rimpang
temu kunci diketahui memiliki kandungan utama
senyawa golongan flavonoid dan minyak atsiri.
Telah banyak senyawa-senyawa dari golongan
tersebut yang dilaporkan sebagai antioksidan alami
yang potensial (Buhler dan Miranda, 2000;
Cuvelier dkk., 1996). Berdasarkan kenyataan
tersebut, diduga bahwa ekstrak etanol rimpang
temu kunci berpotensi sebagai sumber alternatif
antioksidan dari alam. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengungkap daya
antioksidan ekstrak tersebut sekaligus mengetahui
senyawa-senyawa yang bertanggung jawab atas
aktivitasnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: almari pengering, mesin pembuat serbuk,
corong Buchner, vacuum rotary evaporator
(Heidolph WB 2000), neraca elektrik (Mettler

toledo) kapasitas 0,01-210 g, chamber, destilasi


Stahl, GC-MS QP-2010S Shimadzu (kolom: Rtx5MS, 30 m, ID 0,25 mm), lampu ultraviolet 254
dan 366, spektrofotometer UV-VIS (Spectronic
20 GenesysTM), delivery pipet (Gilson pipetmen)
20-100L, 100-1000L, yellow tip, blue tip, dan
alat-alat gelas yang lazim digunakan di
laboratorium analisis.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah: temu kunci (Boesenbergia pandurata
(Roxb.) Schlecht) yang diperoleh dari desa
Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta pada Juli
2007; pinostrobin, pinocembrin; DPPH (1,1difenil-2-pikrilhidrazil), etanol, petroleum eter, etil
asetat, HCl (kualitas p.a. E. Merck ); etanol teknis,
eter teknis, aquades, rutin (Bagian Biologi Farmasi
Fakultas Farmasi UGM), silika gel 60 F254 (E.
Merck); anisaldehid, H2SO4 pekat, FeCl3, NH4OH
dan AlCl3 (E. Merck ).
Jalannya Penelitian
Identifikasi tanaman
Identifikasi rimpang temu kunci dilakukan
di Laboratorium Farmakognosi bagian Biologi
Farmasi, Fakultas Farmasi UGM.
Pembuatan ekstrak etanol 96%
Rimpang temu kunci yang telah dicuci
bersih, ditiriskan dan diiris tipis dikeringkan dalam
oven pada suhu 50-55 C selama 24 jam. Simplisia
kering kemudian diserbuk kasar dengan
menggunakan mesin penyerbuk. Serbuk sebanyak
296,5 g dimasukkan dalam maserator, kemudian
ditambah etanol 96% sebanyak 1000 mL dan
dibiarkan selama 24 jam dengan sesekali dilakukan
pengadukan. Setelah itu dilanjutkan penyaringan
untuk memisahkan maserat dari ampas. Proses ini
dilakukan sebanyak 3 kali. Maserat yang dihasilkan
kemudian
diuapkan
pelarutnya
dengan
menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak kental etanol.
Destilasi minyak atsiri
Sebanyak 25 g ekstrak etanol kental
dimasukkan dalam labu bulat, kemudian
ditambahkan akuades hingga sepertiga bagian dari
labu, dan didestilasi dengan alat destiasi Stahl
selama 4 jam. Setelah penyulingan selesai, destilat
didiamkan beberapa saat, kemudian minyak yang

terdapat dalam buret dapat dipisahkan dari


akuades.
Hidrolisis rutin menjadi kuersetin
Rutin sebanyak 50 mg direfluks dalam 50
mL HCl 2 N selama 1 jam, kemudian didinginkan.
Hasil hidrolisis diekstraksi dengan eter 25 mL (3
kali). Kuersetin terdapat dalam fraksi eter. Fraksi
eter diuapkan hingga diperoleh kuersetin.
Penentuan
aktivitas
antioksidan
secara
kualitatif dan profil kromatografi lapis tipis
Ekstrak etanol dilarutkan dalam etanol,
minyak atsiri, pinostrobin dan pinocembrin dalam
metanol. Keempat larutan tersebut ditotolkan pada
4 lempeng silika gel 60 F254. Lempeng-lempeng
tersebut dielusi dengan fase gerak petroleum eteretil asetat (5:1). Setelah dielusi, bercak diamati
pada UV 254, UV 366 nm dan sinar tampak.
Pereaksi semprot yang digunakan adalah 0,2%
DPPH dalam metanol, anisaldehid H2SO4, FeCl3,
AlCl3 dan NH3.
Penentuan
aktivitas
antioksidan
secara
kuantitatif dengan metode DPPH
Larutan DPPH 0,4 mM dibuat dengan
melarutkan 15,8 mg serbuk DPPH dalam etanol
p.a. pada labu takar 100,0 mL, kemudian divorteks.
Ekstrak etanol temu kunci dilarutkan dalam etanol
dalam konsentrasi 0,01% b/v dan dilakukan seri
pengenceran hingga diperoleh konsentrasi 1
g/mL, 2 g/mL, 4 g/mL, 8 g/mL, 16 g/mL.
Pinostrobin 5% b/v dalam n-heksan-etil asetat (1:1)
diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 400
g/mL, 800 g/mL, 1600 g/mL, 3200 g/mL,
6400 g/mL. Pinocembrin 0,6% b/v dalam heksanetil asetat (1:1) dilakukan pengenceran menjadi
konsentrasi 120 g/mL, 240 g/mL, 360 g/mL.
Minyak atsiri temu kunci 10% b/v dalam etanol
diencerkan menjadi konsentrasi 1 mg/mL, 2
mg/mL, 4 mg/mL, 8 mg/mL, 16 mg/mL. Larutan
kuersetin sebagai kontrol positif dibuat dengan
konsentrasi 0,01% dalam etanol dan dibuat seri
pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi 0,5
g/mL, 1 g/mL, 2 g/mL,4 g/mL, dan 8 g/mL
Sebanyak 1,0 mL DPPH 0,4 mM
dimasukkan ke dalam labu takar, ditambahkan
sejumlah tertentu bahan uji kemudian ditambahkan
etanol sampai volume 5,0 mL, divorteks selama 1
menit hingga campuran homogen dan didiamkan
selama 30 menit. Larutan ini kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 515 nm
yang merupakan panjang gelombang maksimum
pada uji pendahuluan. Dilakukan pula pembacaan
absorbansi kontrol negatif yaitu tanpa penambahan
larutan uji.

Besarnya aktivitas antioksidan dihitung


dengan menggunakan rumus:
Aktivitas antioksidan
(%) =

( Abs.kontrol Abs.sampel )
100%
Abs.kontrol

Data absorbansi yang diperoleh dibuat


persamaan regresi linear yang menyatakan
hubungan antara konsentrasi bahan uji (x) dengan
aktivitas antioksidan rata-rata (y) dari suatu seri
replikasi pengukuran sehingga diperoleh harga IC50
yaitu konsentrasi bahan uji yang diperlukan untuk
menangkap 50% radikal DPPH selama 30 menit
(operating time), atau jeda waktu yang dibutuhkan
oleh bahan uji untuk mereduksi radikal DPPH
dengan sempurna. Setelah 30 menit akan
didapatkan absorbansi yang konstan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak etanol 96% rimpang temu kunci
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar
11,65% b/b, sedangkan minyak atsiri sebesar 8%
v/b.
Uji kualitatif terhadap ekstrak etanol temu
kunci dilakukan untuk mengetahui senyawa
kandungan ekstrak yang memiliki aktivitas
antioksidan. Uji dilakukan dengan kromatografi
lapis tipis menggunakan silika gel 60 F254 dan
DPPH 0,2% dalam metanol sebagai pereaksi
semprot untuk mendeteksi senyawa yang memiliki
kemampuan menangkap radikal bebas suatu
senyawa pada ekstrak. Senyawa tersebut akan
memberikan warna kuning dengan latar belakang
ungu pada plat silika pada sinar tampak (Masoko
dan Eloff, 2007).
Metode DPPH mengukur kemampuan
suatu senyawa antioksidan dalam menangkap
radikal bebas. Kemampuan penangkapan radikal
berhubungan dengan kemampuan komponen
senyawa dalam menyumbangkan elektron atau
hidrogen.
Setiap
molekul
yang
dapat
menyumbangkan elektron atau hidrogen akan
bereaksi dan akan memudarkan DPPH. Intensitas
warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi
kuning oleh elektron yang berasal dari senyawa
antioksidan. Konsentrasi DPPH pada akhir reaksi
tergantung pada konsentrasi awal dan struktur
komponen senyawa penangkap radikal (Naik dkk.,
2003).

Tabel 1. Data profil KLT pinostrobin, pinocembrin, ekstrak etanol dan minyak atsiri pada silika gel 60
F254, fase gerak petroleum eter-etil asetat (5:1, v/v)
Sebelum disemprot
Setelah disemprot
Bercak
hRf
Anisaldehid
FeCl 3
AlCl 3
UV 254
UV 366
Amoniak
as. Sulfat
Pinostrobin
50
Meredam
merah muda
coklat merah
kuning-coklat
Pinocembrin
23
Meredam
coklat
merah muda
coklat-merah
kuning-hijau
1
81
ungu
2
67
meredam
merah-coklat
3
52
meredam
merah muda
coklat-merah
kuning-coklat
4
44
biru
Ekstrak
5
33
meredam
ungu
coklat-merah
kuning-coklat
kuning-coklat
etanol
6
24
meredam
coklat
merah muda
coklat-merah
kuning-hijau
7
16
meredam
kuning
kuning
kuning
kuning
8
13
meredam
coklat
merah-coklat
coklat-merah
kuning-coklat
9
8
meredam
ungu
coklat-merah
kuning-coklat
kuning-coklat
10
3
Meredam
coklat
merah-coklat
coklat-merah
kuning-coklat
kuning-coklat
1
82
meredam
ungu
biru
2
72
meredam
ungu
biru
Minyak
3
61
meredam
atsiri
4
53
ungu
biru
5
36
Ungu
biru
Keterangan = +
: intensitas lemah
++ : intensitas sedang
+++ : intensitas kuat
- : bercak tidak nampak
Hasil uji DPPH secara kualitatif
menunjukkan terdapat tujuh bercak yang positif
sebagai senyawa antioksidan pada ekstrak etanol
dengan harga hRf 3, 8, 13, 16, 24, 33, dan 52.
Berdasarkan harga hRf-nya yang dibandingkan
dengan standar, bercak pada hRf 24 diduga
merupakan pinocembrin sedangkan pada hRf 52
adalah pinostrobin. Selain itu bercak positif dengan
intensitas lemah ditunjukkan oleh komponen
minyak atsiri dengan hRf 82. Bercak positif ini
tidak terdeteksi pada ekstrak etanol kemungkinan
disebabkan aktivitasnya yang lemah dan atau
konsentrasinya yang kecil dalam ekstrak.
Untuk mengetahui golongan senyawa
yang berkontribusi dalam aktivitas antioksidan
ekstrak, dilakukan identifikasi profil kromatogram
ekstrak etanol dengan pembanding pinostrobin,
pinocembrin dan minyak atsiri menggunakan
sistem kromatografi yang sama dengan uji
antioksidan tetapi menggunakan pereaksi semprot
yang umum digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa kimia. Salah satunya adalah pereaksi
anisaldehida asam sulfat yang merupakan pereaksi
universal. Pereaksi ini juga sering digunakan untuk
deteksi komponen minyak atsiri. Untuk deteksi
senyawa fenolik digunakan pereaksi semprot
FeCl3, sedangan NH3 dan AlCl3 digunakan untuk
deteksi senyawa flavonoid. Identifikasi komponen

minyak atsiri dilakukan pula dengan kromatografi


gas-spektrometri massa.
Hasil KLT menunjukkan bahwa bercak
dengan hRf 24 dan 52 pada ekstrak etanol memiliki
hRf dan warna bercak yang mirip dengan standar
pinostrobin dan pinocembrin yang digunakan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa bercak tersebut
kemungkinan adalah pinostrobin dan pinocembrin.
Komponen minyak atsiri menunjukkan beberapa
bercak berwarna ungu termasuk bercak pada hRf
81 yang juga aktif sebagai antioksidan pada uji
DPPH. Menurut Wagner dan Bladt (1996),
pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat akan
menunjukkan
perubahan
warna
senyawa
monoterpen alkohol dan esternya, sineol, sitral
aldehid dan sitronelal menjadi biru atau biru-ungu
pada sinar tampak, sedangkan fenil propan derivat
safrol, anethol, myristicin, apiol dan eugenol
berwarna
coklat-merah.
Dengan
demikian
menunjukkan bahwa kandungan senyawa dari
minyak atsiri kemungkinan adalah monoterpen
alkohol dan esternya.
Hal tersebut didukung oleh profil GC-MS minyak
atsiri (Gambar 1) yang menunjukkan kandungan
geraniol dan metil sinamat sebagai salah satu
komponen utama minyak atsiri tersebut.
Sedangkan bercak yang terlihat paling besar dan
intensif dengan warna merah-ungu pada hRf 36

DPPH
++
+++
++
+++
+++
++
+++
+++
+++
+
-

diduga merupakan komponen utama minyak atsiri


yang berdasarkan profil GC-MS diidentifikasi
sebagai senyawa geraniol.
Pereaksi semprot FeCl3 merupakan cara
klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana
dengan KLT. Adanya fenol ditunjukkan dengan
bercak berwarna hijau, merah ungu, biru, atau
hitam yang kuat (Harborne, 1987). Ion Fe
membentuk kompleks dengan gugus hidroksil
karbonil dengan memberikan warna coklat sebagai
deteksi adanya senyawa flavonoid (Pramono,
1989). Profil kromatogram minyak atsiri
menunjukkan 4 bercak berwarna biru abu-abu
termasuk bercak pada hRf 82 yang positif lemah
pada uji DPPH. Kromatogram menunjukkan
pinostrobin dan pinocembrin sebagai bercak
berwarna coklat, demikian pula halnya bercak-

bercak pada ekstrak etanol dengan hRf 3, 8, 13, 24,


33, dan 52, sehingga diduga bercak-bercak tersebut
berasal dari golongan yang sama yaitu flavonoid.
Data tersebut masih perlu dikonfirmasi dengan
hasil KLT menggunakan pereaksi semprot NH3
dan AlCl3 yang spesifik untuk flavonoid. Bercak
pada hRf 16 yang juga positif pada uji DPPH
menunjukkan warna kuning dengan penyemprotan
FeCl3, diduga merupakan senyawa turunan asam phidroksi benzoat (Wjciak-Kosior and Oniszcszuk,
2008). Deteksi lebih lanjut dengan menggunakan
pereaksi NH3 dan AlCl3 menunjukkan hasil positif
flavonoid untuk bercak hRf 3, 8, 13, 24, 33 dan 52,
termasuk bercak dengan hRf 16. Dengan demikian
menunjukkan bahwa ketujuh bercak tersebut
merupakan senyawa flavonoid.

Gambar 1. Profil GC-MS minyak atsiri rimpang temu kunci


Keterangan: puncak 2 (RT: 9,327, 6,77%): 1,8-sineol; 5 (RT: 11,624, 3,18%): linalool; 6 (RT:
13,286, 33,06%): kamfor; 11(RT: 16,815, 40,21%): geraniol; 13 (RT: 20,683, 10,64%): metil
sinamat
Tabel 2. Nilai IC50 dan tingkatan kekuatan antioksidan bahan uji dengan metode DPPH
Tingkatan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Ariyanto, 2006)
IC50
Sampel
Sangat kuat
Kuat
Sedang
Lemah
(g/mL)
(IC50 <50 g/mL) (IC50 50-100 g/mL) (IC50 101-150 g/mL)
(IC50 >150 g/mL)
Ekstrak etanol
10,36

Minyak atsiri
22789,50

Pinostrobin
10916,5

Pinocembrin
721,14

Kuersetin
4,60

OH
OH

B
HO

H3CO

HO

C
OH

OH

OH

OH

pinocembrin
pinostrobin
kuersetin
Gambar 2. Struktur kimia pinostrobin, pinocembrin, dan kuersetin (Anonim, 2005)

Uji kuantitatif daya antioksidan pada


penelitian ini dilakukan dengan metode DPPH
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
secara
spektrofotometri sinar tampak. Metode ini
didasarkan pada perubahan warna radikal DPPH.
Perubahan warna tersebut disebabkan oleh reaksi
antara radikal bebas DPPH dengan satu atom
hidrogen yang dilepaskan senyawa yang
terkandung dalam bahan uji untuk membentuk
senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna
kuning. Pada metode ini absorbansi yang diukur
adalah absorbansi larutan DPPH sisa yang tidak
bereaksi dengan senyawa antioksidan (Josephy,
1997).
Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan
ekstrak etanol dan minyak atsiri serta pinostrobin
dan pinocembrin. Sebagai pembanding digunakan
kuersetin yang telah diketahui sebagai antioksidan
penangkap radikal yang poten. Hasil uji
antioksidan secara kuantitatif ditunjukkan pada
Tabel 2 bersama dengan tingkatan kekuatan
antioksidan pada metode DPPH sebagaimana
diklasifikasikan oleh Ariyanto (2006). Hasil
pengujian ANAVA dengan taraf kepercayaan 95%
menunjukkan perbedaan yang bermakna pada
aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas
DPPH minyak atsiri, pinostrobin dan pinocembrin,
sedangkan ekstrak etanol dan kuersetin tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
minyak atsiri memiliki aktivitas antioksidan yang
lemah karena memiliki nilai IC50 > 150 g/mL.
Lemahnya aktivitas tersebut ditambah dengan
kecilnya konsentrasi komponen minyak atsiri yang
aktif sebagai antioksidan yang ditunjukkan dengan
tidak terdeteksinya komponen minyak atsiri
tersebut dalam profil KLT ekstrak etanol
membuktikan bahwa minyak atsiri tidak
memberikan kontribusi yang besar pada aktivitas
antioksidan ekstrak etanol rimpang temu kunci.
Pinostrobin merupakan senyawa mayor
dalam rimpang temu kunci (Anonim, 2004).
Pinostrobin dan pinocembrin merupakan golongan
flavonoid.
Berdasarkan
struktur
kimianya,
keduanya merupakan flavanon (struktur kimia
seperti diilustrasikan pada gambar 2). Baik
pinostrobin maupun pinocembrin, keduanya
menunjukkan aktivitas antioksidan pada uji secara
kualitatif dimana pinocembrin menunjukkan
intensitas warna yang lebih intensif dari pada
pinostrobin. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kemungkinan pinocembrin memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan
pinostrobin yang dibuktikan dengan hasil uji DPPH
secara kuantitatif yang menunjukkan IC50 sebesar

10916,5 dan 721,14 g/mL dengan demikian


berbanding terbalik dengan konsentrasi keberadaan
kedua senyawa tersebut dalam ekstrak.
Flavonoid dari tumbuhan dilaporkan dapat
berefek
sebagai
antioksidan
disebabkan
kemampuannya menangkap radikal-radikal bebas
dan oksigen aktif (Hanasaki dkk., 1994). Salah satu
senyawa flavonoid yang telah diketahui efektif
sebagai antioksidan adalah kuersetin (Buhler dan
Miranda, 2000). Aktivitas antioksidan kuersetin
yang sangat kuat disebabkan kemampuannya
menangkap radikal bebas oleh adanya beberapa
gugus hidroksi fenolik yang dimilikinya dengan
membentuk radikal baru. Radikal kuersetin yang
terbentuk tersebut mampu distabilisasi lebih lanjut
dengan adanya gugus ortho dihidroksi fenolik pada
cincin B nya. Selain oleh gugus fenolik pada cincin
B, stabilisasi radikal bebas juga dapat dilakukan
oleh gugus fenolik pada cincin A.
Aktivitas antioksidan pinostrobin dan
pinocembrin yang lemah (IC50 >150 g/mL)
kemungkinan disebabkan oleh struktur kimianya
yang tidak memiliki gugus hidroksi fenolik pada
cincin B seperti yang dimiliki oleh kuersetin.
Selain itu pinostrobin dan pinocembrin yang
merupakan flavanon tidak memiliki ikatan rangkap
C2-C3 yang dapat meningkatkan kapasitas
stabilisasi radikal flavonoid yang terbentuk. Oleh
karena itu aktivitas antioksidan kemungkinan
hanya disumbangkan oleh gugus hidroksi fenolik
pada cincin A. Hal tersebut juga menerangkan
aktivitas antioksidan pinocembrin yang lebih besar
daripada pinostrobin disebabkan pinostrobin hanya
memiliki satu gugus hidroksi fenolik bebas
sedangkan pinocembrin memiliki dua.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa dalam rimpang temu kunci terkandung
senyawa-senyawa selain pinostrobin, pinocembrin
dan minyak atsiri yang memiliki aktivitas sebagai
antioksidan yang dapat terdeteksi dengan DPPH.
Senyawa-senyawa tersebut termasuk golongan
flavonoid. Adapun beberapa kandungan lain
senyawa flavonoid atau turunannya dalam rimpang
temu kunci yang berpotensi sebagai antioksidan
adalah seperti pada gambar 5 (Shindo et al., 2006).
Masing-masing senyawa tersebut berpotensi untuk
berperanan dalam aktivitas antioksidan ekstrak
etanol.

OH

H3CO

OH

OH
HO

OCH3
H3CO

OH

OH

HO

OH

O
OH

Gambar 2. Struktur beberapa senyawa kandungan temu kunci yang berpotensi sebagai antioksidan (Shindo et al.,
2006)
Dari kiri ke kanan: 2,6-dihidroksi-4-metoksikhalkon, 2,4-dihidroksi-6-metoksikhalkon (kardamonin),
(-)-panduratin A, (-)-4-hidroksi panduratin A

KESIMPULAN
Ekstrak etanol rimpang temu kunci memiliki
aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC 50
10,36 g/mL, sedangkan minyak atsiri, pinostrobin
dan pinocembrin memiliki aktivitas antioksidan
yang lemah dengan nilai IC 50 masing-masing
22789,50 g/mL, 10916,5 g/mL, dan 721,14
g/mL.
Selain pinostrobin, pinocembrin, dan
minyak atsiri, aktivitas antioksidan ekstrak etanol
rimpang temu kunci disebabkan pula oleh
kandungan senyawa flavonoid lainnya atau
turunannya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Prof. Dr. Subagus Wahyuono, Apt., atas saran dan
bimbingannya di awal penelitian, Nanang
Fakhrudin, M.Si., Apt atas bimbingannya dan
penyediaan isolat uji pinostrobin dan pinocembrin.
Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi
Ianatun Nihlati A.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005, Dictionary of natural products, on
CD-Rom version 13:2, Chapman and
Hall/CRC, UK
Anonim, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat
Indonesia, volume I, Badan POM RI,
Jakarta, 79
Ariyanto,R., 2006, Uji Aktivitas antioksidan,
Penentuan
Kandungan
Fenolik
dan
Flavonoid Total Fraksi Kloroform dan
Fraksi Air Ekstrak Metanolik Pegagan
(Centella asiatica L. Urban), Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Buhler, D.R., and Miranda, C., 2000, Antioxidant


activities of Flavonoid, Department of
Enviromental and Molecular Toxicology
Oregon State University, Oregon
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
diterjemahkan oleh Padmawinata, K., dan
Sudiro, I., Penerbit ITB, Bandung 10-21.
Cos, P., Calomme, M., Sindambiwe, J.B., de
Bruyne, T., Cimanga, K., Pieters, L.,
Vlietinck, A.J. and Vanden Berghe, D.,
2001, Cytotoxicity and lipid peroxidationinhibiting activity of flavonoids. Planta
Medica, 67, pp. 515519.
Cuvelier, M.E., Richards, H., and Besset, C., 1991,
Comparison of the antioxidative activity of
some acid phenol: structure-activity
relationship, Biosci. Biotech. Biochem.,
56(2), 324-325.
Hanasaki, Y., Ogawa,S., and Fukui, S., 1994, The
Correlation Between Active Oxygen,
Scavenging and Antioxidative Effect of
Flavonoid, J. Free Radical Biol Med., 16,
845-850.
Josephy, P.D., 1997, Molecular Toxicology,
Oxford University Press, New York, 44-103.
Kikuzaki, K. and Nakatani, N., 1993, Antioxidant
Effects of Some Ginger Constituents,
Journal of Food. Sci., 58(6), 1407-1410
Masoko, P., and Eloff, J.N., 2007 Screening of
twenty-four South African Combretum and
Six Terminalia Species (Combretaceae) for
Antioxidant Activites, African Journal of
Traditional, Complimentary and Alternative
Medicines 4(2), 231-239
Naik, G.H., Priyadarsini, K.I., Satav, J.G.,
Banavalikar, M.M., Sohoni, D.P., Biyani,
M.K., and Mohan H., 2003, Comparative
antioxidant activity of individual herbal

components used in ayurvedic medicine,


Phytochemistry, 63 (1): 97-104
Pokorny, J., Yanishlieva, N., and Gordon, M.,
2001, Antioxidant in Food: Practical
Application, CRC Press Cambridge, New
York
Pramono, S., 1989, Pemisahan Flavonoid, Pasca
Sarjana Fakultas Farmasi, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, 12.
Pujimulyani, D., 2003, Pengaruh bleanching
terhadap sifat antioksidan sirup kunir putih
(Curcuma mangga, Val.), Agritech., 23 (3),
137-141.
Shindo, K., Kato., M., Kinoshita, A., Kobayashi,
A., and Koike, Y., 2006, Analyses of
Antioxidant Activities contained in the
Boesenbergia pandurata Schult Rhizome,
Biosci. Biotechnol. Biochem., 70 (9), 22812284
Syamsuhidayat, S. S., Hutapea, J.R., 1991,
Inventaris Tanaman Obat Indonesia I,
Depkes RI, Jakarta, 92-93.
Wagner, H., Bladt, S., 1996, Plant Drug analysis,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New
York.
Wjciak-Kosior, M., and Oniszczuk, A., in
Waksmundzka-Hajnos, M., Sherma, J.,
Kowalska, T., (Eds.), 2008, Thin Layer
Chromatography
in
Phytochemistry,
Chromatography Science Series, 99, CRC
Press, Boca Raton, 358.

Anda mungkin juga menyukai