Bab-2 Lapis Pondasi Aggregat PDF
Bab-2 Lapis Pondasi Aggregat PDF
BAB II
LAPIS PONDASI JALAN DENGAN AGREGAT
2.1
2.
2.2.
PERSIAPAN
1.
2.
II -1
2.3.
2.4.
pelaksanaan,
permukaan
tersebut
harus
dan
diperbaiki
membuang
dengan
atau
membongkar
menambahkan
lapis
bahan
Lapis pondasi agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air seperti yang disyaratkan dalam Butir Nomer 2.6.3, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan
penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta mencampurnya
sampai rata.
Lapis pondasi agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Butir Nomer
2.6.3, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut secara berulangulang pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu
jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang
memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka bahan
tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang memenuhi
ketentuan.
Perbaikan atas lapis pondasi agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau
sifat-sifat bahan yang disyaratkan, dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali,
II -2
2.5.
BAHAN
2.5.1.
Sumber bahan
Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang telah disetujui.
2.5.2.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet.
2.5.3.
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir
alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar 2/3 dari
fraksi agregat lolos ayakan No.40.
2.5.4.
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
II -3
Sifat sifat
Kelas A
Kelas B
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417mak. 40% mak. 40%
1990)
Indek Plastis (SNI-03-1966-1990 dan
mak. 6
mak. 6
SNI-03-1967-1990).
Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos
mak. 25
-Saringan No.200
Batas Cair (SNI 03-1967-1990)
mak. 25
mak. 25
Gumpalan Lempung dan Butir-Butir
0%
mak. 1%
Mudah Pecah dalam Agregat (SNI- 034141-1996)
CBR (SNI 03-1744-1989)
min. 90% min. 65 %
Perbandingan persen lolos #200 dan #40
mak. 2/3
mak. 2/3
2.5.5.
Kelas C
mak. 40%
49
-mak. 35
mak. 1%
min. 35%
mak. 2/3
II -4
2.6.
2.6.1.
Penyiapan penghamparan
Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu
jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan
lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
2.6.2.
Penghamparan
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali ukuran
terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh
melebihi 20 cm.
II -5
2.6.3.
Pemadatan
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maksimum (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-17431989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian
yang ber superelevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang
rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi.
Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin
gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
2.6.4.
Pengujian
Jumlah
data
persetujuan
pendukung
awal
harus
pengujian bahan
mencakup
yang
seluruh
jenis
diperlukan
untuk
pengujian
yang
Suatu
program
pengujian
rutin
pengendalian
mutu
bahan
harus
II -6
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan,
tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
a)
Toleransi
tinggi
permukaan
+ 1,5 cm
- 1,5 cm
+ 1 cm
- 1 cm
Memenuhi
Butir No.
2.7.e.
b)
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak
boleh kurang 1 cm dari tebal yang disyaratkan.
c)
II -7
d)
Untuk bahu jalan tanpa laburan aspal, permukaan akhir yang telah
dipadatkan tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm di bawah atau di atas
elevasi rancangan, pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak
boleh lebih tinggi maupun lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu-lintas
yang bersebelahan. Lereng melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1
% dari lereng melintang rancangan.
2.7.
TOLERANSI DIMENSI
Elevasi permukaan
Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana, dengan
toleransi :
Toleransi Tinggi
Permukaan
+ 1,5 cm
- 1,5 cm
+ 1 cm
- 1 cm
Toleransi Ketebalan
+ 1 cm
- 1 cm
+ 1 cm
0 cm
Tebal total minimum Lapis Fondasi Agregat Kelas A dan Kelas C atau Kelas B
dan Kelas C tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.
II -8
Kerataan
Toleransi Kerataan
- 1 cm
+ 1 cm
II -9