ASISTEN :
Ismail Satrio Wibowo (G1A012058)
Oleh :
Kelompok 8
Nur Annisa Laras Fikria
(G1A014008)
Dikwan Ardiansyah
(G1A014020)
(G1A014032)
(G1A014044)
(G1A014056)
(G1A014068)
Rasyiqah Fitriyah
(G1A014080)
(G1A014092)
Yayan Ruhdiyanto
(G1A014104)
(G1A014116)
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Kelompok 8
Asisten
I. PENDAHULUAN
A Judul
Pemeriksaan Glukosa Darah
B Hari dan Tanggal
Senin, 3 Maret 2015
C Tujuan
1
kadar glukosa
utama pada mamalia (kecuali pemamah biak) dan bahan bakar universal
bagi janin. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain
di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan; ribosa dan deoksiribosa
dalam asam nukleat; galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan
sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan.
(Murray, 2009)
Glukosa berperan sebagai sumber energi utama untuk otak. Otak
mengoksidasi glukosa menjadi CO2 dan H2O dan memproduksi energi
(Swanson, 2010) . Telah dibuktikan bahwa glukosa meningkatkan
kemampuan kognisi yang ditandai dengan lebih banyaknya beban berat
yang dapat dilakukan otak yang penting untuk performa usaha mental.
Glukosa juga berperan dalam improvisasi memori pada materi emosional
(Saarela, 2011). Glukosa juga berperan dalam proses konsolidasi memori.
Berdasarkan
sebuah
penelitian,
GEN
treatment
berperan
dalam
Fungsi
Penyerapan glukosa
Penyerapan atau pembebasan
glukosa secara cepat
Penyerapan glukosa
Penyerapan glukosa yang
dirangsang oleh insulin
Penyerapan glukosa
Penyerapan aktif glukosa
dengan melawan gradien
konsentrasi
Langkah 4.
2ATP
Gambar. Glukoneogenesis
Glikogenesis dan Glikogenolisis
Kedua proses ini diatur berdasarkan ada tidaknya glukosa. Ketika
glukosa darah tinggi, maka akan terjadi proses glikogenesis. Sebaliknya,
ketika kadar glukosa darah rendah atau kurang energi maka proses
terkumpul
dari
darah.
Akibatnya,
terjadi
ganggian
Eksaserbasi
nefritis,
obstruksi
saluran
kemih,
muntah,
: Elvira Pratiwi
b. Usia
: 19 tahun
c. Jenis kelamin
: Perempuan
bakar yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray,
2009).
C. Aplikasi Klinis
1. Diabetes Mellitus
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
oleh poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatann kadar glukosa
darah atau hiperglikemia ( glukosa puasa 126 mg/dL atau postprandial
200 mg/dL atau glukosa sewaktu 200 mg/dL) (Syarif, 2007).
Diabetes melitus adalah penyakit dengan kelainan endokrin, 6% dari
populasi manusia di dunia terdiagnosis menderita DM. Diabetes biasanya
disertai dengan komplikasi penyakit mikro dan makro-vaskuler, yang
mana dapat menyababkan kekurangan produktivitas maupun kematian dini
(Katulanda, 2014).
Melihat etiologinya, DM dapat dibedakan menjadi DM tipe 1 dan tipe
2. DM tipe 1, terjadi akibat adanya gangguan produksi insulin akibat
penyakit autoimun atau idiopatik. Tipe ini sering disebut insulin dependent
diabetes mellitus atau IDDM karena pasien mutlak membutuhkan insulin.
DM tipe 2, terjadi akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin.
Tipe ini sering disebut noninsulin dependent diabetes mellitus atau
NIDDM (Syarif, 2007)
Diabetes tipe 1 adalah penyakit yang jarang terjadi, dimana gejala
timbul pada usia <30 tahun, dan terjadi defisiensi insulin absolut setelah
sel pankreas dihancurkan oleh proses auto imun pada orang yang
memiliki predisposisi secara genetis berbagai macam antibodi dapat
ditemukan sampai 10 tahun sebelum timbulnya gejala klinis dan
menghilang beberapa tahun kemudian. Kondisi autoimun lain yang
berhubungan dapat ditemukan pada keluarga pasien (Davey, 2007).
Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa
darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adiposa atau hepar dan
metabolismenya juga terganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50%
glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO
dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi
lemak. Pada DM semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat
masuk ke sel hingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein
dan lemak Glikosuria juga dapat timbul pada pasien DM. Glukosa bersifat
diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya
berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjjadinya dehidrasi dan
hilangnya elektrolit pada pasiem DM yang tidak diobati. Karena adanya
dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum
(polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang
diekskresi (Syarif, 2007).
Penderita DM memerlukan pengaturan pola hidup yang teratur, seperti
aktivitas fisik, diet dan latihan fisik penting untuk dapat mencegah faktor
resiko komplikasi penyakit kardiovaskuler pada penderita DM khususnya
tipe II (Chen, 2014)
Insulin diberikan melalui subkutan dan digunakan pada pasien DM
tipe 1 dan sebagian pasien diabetes tipe 2. Ada beberapa jenis, yaitu insulin
rekombinan manusia adalah yang paling sering digunakan, walaupun
beberapa pasien lebih memilih menggunakan insulin sapi atau babi. Obat
hipoglikemik oral terkadang diberikan bersama terapi insulin untuk
penderita diabetes tipe 2 untuk memperbaiki sensivitas terhadap insulin.
Obat-obatan seperti troglitazon, rosglitazon, pioglitazon bekerja dengann
meningkatkan sensivitas terhadap insulin, mengaktivasi peroxisome
proiferator-activated receptor (PPAR-), sehingga menstimulasi transkripsi
molekul transporter glukosa glut-1 (Davey, 2007)
V. KESIMPULAN
A. Glukosa merupakan
DAFTAR PUSTAKA
Achjadi, K. 2003. Penyakit Gangguan Metabolisme. Bogor : IPB Press.
Adya, R. 2011.Diet Sehat : Kumpulan Metode Diet Piliham Mudah dan Praktis.
Volume 12, pages 4-6.
Baradero, M., Dayrit, M., Siswadi, Y. 2005. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Chen, L., Pei J. H., Kuang J., Chen H. M., Chen Z., Li Z. W., Yang H. Z. 2014.
Effect of lifestyle intervention in patients with type 2 diabetes: A metaanalysis. Metabolism Clinical and Experimental. Volume 64, No. 4, pages
338-347.
Cunha, J. S., 2014. Effects of high glucose and high insulin concentrations on
osteoblast function in vitro. Diabetes Week. Volume 13, No. 1, pages 1420.
Davey, P. 2007. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Guo, X., Li H., Xu H., Woo S., Dong H., Lu F. 2012. Glycolysis in the control of
blood glucose homeostasis. Acta Pharmaceutica Sinica B. Volume 2, No.
4, pages 358-367.
Gilbert, H. F. 2000. Basic Concepts in Biochemistry. New York: Mc Graw.
Katulanda, P., Ranasinghe, P., Jayawardena, R. 2014. Prevalence of retinopathy
among adults with self-reported diabetes mellitus: the Sri Lanka diabetes
and Cardiovascular Study. BMC Ophtalmology. Volume 14, pages 1-8.
Kohara, Y., Kawaguchi, S., Kuwahara, R., Uchida, Y., Oku Y., Yamashita, K.
2015. Genistein improves spatial learning and memory in male rats with
elevated glucose level during memory consolidation. Life Science. Volume
140 (9) pages 15-22.
Kondo, Y., Higashi, C., Iwama, M., Ishihara, K., Handa, S. Bioavailability of
vitamin C from mashed potatoes and potato chips after oral administration
in healthy Japanese men. The British Journal of Nutrition. Volume 107,
No. 6, pages 885-92.
Kosim, M. S., Muryawan, H., Radityo, A. N. 2012. Asfiksia Neonatorum Sebagai
Faktor Risiko Gagal Ginjal Akut. Sari Pediatri. Volume 13, No. 5, pages
305-311.
Kuchel, Philips and Raltson Gregory B. 2006. Biokimia Schaum. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Khurana, Indu. 2012. Medical Physiology for Ungraduate Students. USA
:Elsevier.
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Price,
Sylvia
A.2013.Patofisiologi
Konsep
Klinis
Proses-Proses
Penyakit.Jakarta : EGC
Rahmawati, A. S. 2011. Pola Makan Dan Aktifitas Fisik Dengan Kadar Glukosa
Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia.
Volume 1, No. 1, halaman 52-58.
Reece, Jane B., Urry Lisa A, Cain Michael L, Wasserman Steven A, Minorsky
Peter V, Jackson Robert B. 2011. Campbell Biology. California : Pearson.
Saarela, Maria. 2011. Functional Foods: Concept to Product. New Dhelhi:
Woodhead Publishing Limited.
Sha, Sue. 2011. Canagliflozin, a novel inhibitor of sodium glucose co-transporter
2, dose dependently reduces calculated renal threshold for glucose
excretion and increases urinary glucose excretion in healthy subjects.
Diabetes, Obesity and Metabolism 13: 669672.