NPM : 1102010151
Kt/v diukur tiap bulan minimal 1,2; Urea Reduction Ratio (URR) lebih dari
65%
Dializer re-use
1.
2.
3.
4.
2) Pengukuran Creatinin Clearance dan Kt/v, residual function harus diulang tiap 2 bulan
pada APD dan tiap 4 6 bulan pada CAPD, bila :
Volume urine menurun tajam
Overload cairan
Perburukan uremia secara klinis / biokemis.
2.1.4 Mengukur KT/V yang Diberikan
Secara individual semestinya kita harus selalu merencanakan dosis HD yang akan
dilakukan dalam setiap tindakan HD, adapun target minimal yang ditentukan untuk Kt/V =1,2
atau setara dengan RRU 65% (NKF- DOQI).
Dalam merencanakan dosis HD sebaiknya diperhitungkan Kt/V 1,3 atau setara dengan
RRU 70%, karena terdapatnya hal-hal yang berpengaruh :
a. Yang dilakukan lebih rendah dari yang direncanakan .
1. Aliran darah sebenarnya lebih lambat dari yang tertera dipanel.
2. Aliran darah dilambatkan karena alasan tertentu.
3. Resirkulasi.
4. Waktu tindakan HD yang sesungguhnya lebih pendek dari yang direncanakan.
5. KoA dializer lebih rendah dari yang tertera dalam spesifikasi pabrik.
6. V penderita lebih besar dari pada yang tertera dalam normogram.
b. Yang dilakukan lebih tinggi dibanding yang direncanakan.
1. Blood urea-nitrogen (BUN) paska-HD lebih rendah karena tidak tepatnya
pengambilan sample seperti resirkulasi kardiopulmonari.
2. V dari penderita lebih kecil dari pada yang tertera dalam normogram.
3. Dializer lebih efisien, waktu tindakan HD lebih panjang.
Pada umumnya kita akan memberikan jumlah dialisis maksimum yang bisa diterima
penderita dalam waktu tertentu. Idealnya memakai dializer dengan nilai KoA tinggi untuk
seluruh penderita, bahkan untuk penderita kecil dan untuk wanita. Pemakaian dializer KoA
tinggi dan penggunaan larutan dialisis bikarbonat tidak akan mengakibatkan peningkatan efek
samping.
Dializer KoA tinggi biasanya relatif lebih mahal.Di beberapa tempat dimana pemakaian
ulang tidak tersedia, dan biaya yang tinggi melemahkan pemakaian dialyzer ini.Juga
dibeberapa tempat yang masih menggunakan larutan dialisis asetat, pemakaian dializer KoA
tinggi bisa meningkatkan efek samping.Terlepas dari biaya, dializer KoA tinggi (KoA >700)
perlu dipakai pada pasien besar, terutama penderita pria yang besar yang padanya V yang
ditafsirkan >45 liter. Pada penderita besar dialysis selama 4 jam, memakai dializer KoA
rendah, walaupun kecepatan aliran darah tinggi tidaklah mungkin memadai.11 Dializer KoA
tinggi juga perlu dipakai dalam dialysis singkat (<3,5 jam). Kecepatan aliran darah yang
tinggi dan menggunakan dialiser KoA rendah tidak akan memberikan dialisis yang memadai.
Pemakaian kecepatan aliran darah yang tinggi, dialiser KoA tinggi, dan durasi dialisis
pendek bisa memberikan penghilangan ureum yang memadai tetapi tidak selalu menjamin
klearensi yang memuaskan dari bahan berat molekul yang lebih besar, karena penghilangan
bahan ini tidak meningkat dengan kecepatan aliran darah yang tinggi. Pada saat ini banyak
pusat dialisis yang memakai dializer besar dengan membran fluks tinggi, yang memiliki
klearensi molekul tengah yang lebih tinggi dari pada dialiser yang lama. Beberapa pusat
dialisis masih mendukung pendekatan dialysis yang lama dan lambat dengan memakai
dializer KoA rendah serta kecepatan arus darah relatif rendah, dan lama dialisis 4 jam atau
lebih dan memberikan Kt/V 1,0.
Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa perlunya pemberian dosis HD yang
maksimum agar tercapai target AHD, seperti penelitian Port FK dkk melaporkan bahwa
penderita dengan RRU >75% dibanding RRU 70-75% mempunyai resiko relatif lebih rendah
daripada RRU 70-75% pada penderia berat badan rendah dan sedang. Wood HF dkk
membandingkan membran high-flux dan membran low-flux polysulfone, mendapatkan
bahwa membran high-flux menurunkan resiko mortalitas pada penderita non diabetetes.
3. Indikasi pemberian CaCo3
Dari keseluruhan pengobatan yang dilakukan, persentase penggunaan obat non anti
hipertensif terbesar adalah penggunaan CaCO3 dan Asam Folat. Secara garis besar,
CaCO3 digunakan sebagai buffer dalam penanganan kondisi asidosis metabolik yang
terjadi pada hampir seluruh pasien gagal ginjal karena kesulitan dalam proses eliminasi
buangan asam hasil dari metabolisme tubuh. CaCO3 juga digunakan dalam penanganan
kondisi hiperfosfatemia pasien. Hiperfosfatemia pada pasien gagal ginjal terjadi akibat
pelepasan fosfat dari dalam sel karena kondisi asidosis dan uremik yang sering terjadi.
CaCO3 bekerja dengan mengikat fosfat pada saluran pencernaan sehingga mengurangi
absorpsi fosfat. Terapi dengan Asam Folat digunakan dalam penanganan kondisi anemia
yang muncul pada pasien kondisi uremia, defisiensi asam folat, defisiensi besi, defisiensi
vitamin B12, dan akibat fibrosis sumsum tulang belakang
4. Indikasi pemberian prorenal
Indikasi pemberian prorenal adalah pada Insufisiensi ginjal kronik dalam hubungan
dengan diet tinggi kalori rendah protein pada retensi yang terkompensasi atau tak
terkompensasi.
Komposis prorenal DL-3-methyl-2-oxo-valeric acid 67 mg, 4-methyl-2-oxo-valeric acid
101 mg, 2-oxo-3-phenyl-propionic acid 68 mg, 3-methyl-2-oxo-butyric acid 86 mg, DL2-hydroxy-4-methylthio-butyric acid 59 mg, L-lysine monoacetate 105 mg, L-threonine
53 mg, L-trytophan 23 mg, L-histidine 38 mg, L-tyrosine 30 mg.
Kontra indikasi pemberian prorenal adalah pada Hiperkalsemia, gangguan metabolisme
asam amino, hamil, anak.
.