Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah


1.1.1.
Tumor Otak
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau
di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan
diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena
gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan
masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa
tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari
pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal
yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang
menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang
ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh,
dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor
otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan
pundak usia 40-65 tahun.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema.
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa
beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 1

tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi.
Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari
trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams
dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia, general
health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat digunakan
antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang Perawat berperan
untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta
mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga
intervensi yang harus diberikan.
1.1.2.

Tumor Medula Spinalis


Medula spinalis tersusun dalam kanalis spinalis dan diselubungi oleh sebuah

lapisan jaringan konektif, dura mater. Tumor medula spinalis merupakan suatu kelainan
yang tidak lazim, dan hanya sedikit ditemukan dalam populasi. Namun, jika lesi tumor
tumbuh dan menekan medula spinalis, tumor ini dapat menyebabkan disfungsi anggota
gerak, kelumpuhan dan hilangnya sensasi.
Insiden dari semua tumor primer medula spinalis sekitar 10% sampai 19% dari
semua tumor primer susunan saraf pusat. (SSP), dan seperti semua tumor pada aksis
saraf, insidennya meningkat seiring dengan umur. Prevalensi pada jenis kelamin
tertentu hampir semuanya sama, kecuali pada meningioma yang pada umumnya
terdapat pada wanita, serta ependymoma yang lebih sering pada laki-laki. Sekitar 70%
dari tumor intradural merupakan ekstramedular dan 30% merupakan intramedular.
Hanya sekitar 10% dari tumor medula spinalis primer berasal dari sel-sel dalam
medula spinalis. Tumor ini dapat sepanjang saraf tulang belakang dan menyebabkan
terbentuknya ruangan yang berisi cairan. Sedangkan 90% lainnya dari tumor medula
spinalis primer berasal dari sel sebelah medula spinalis, seperti dari saraf medula
spinalis akar-bagian saraf medula spinalis yang muncul dari medula spinalis
meningioma dan neurofibroma, yang berasal dari sel sebelah sarafnya, adalah tumor
medula spinalis primer yang paling umum, hal ini bukan kanker.Tumor medula spinalis
sekunder, yang lebih umum, adalah metastasis dari kanker yang berasal dari bagian
tubuh yang lain. Metastasis paling sering menyebar ke tulang belakang adalah kanker
yang berasal dari paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, atau kelenjar tiroid.
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 2

Dalam hal ini perawat berperan penting dalam upaya penyelenggaraan seperti
peningkatan kesehatan (Promotif) dengan cara memberikan penyuluhan tentang
penyakit thalasemia. Pencegahan penyakit (preventif), Penyembuhan penyakit
(kuratif)dan peran Rehabilitatif.
1.2.

Rumusan Masalah
a. Apa definisi dan klasisfikasi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis ?
b. Bagaimana etiologi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?
c. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?
e. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada tumor otak dan tumor medulla spinalis?
f. Bagaimana penatalaksaan pada tumor otak dan tumor medulla spinalis?
g. Bagaimana komplikasi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?
h. Bagaimana prognosis dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?
i. Bagaimana WOC dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?
j. Bagaimana asuhan keperawatan pada tumor otak dan tumor medulla spinalis?

1.3.

Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami gangguan dalam sistem
neurologi, yakni tumor otak dan tumor medulla spinalis.

1.4.

Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi dan klasifikasi tumor otak dan tumor medulla
spinalis.
b. Mengetahui dan memahami etiologi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis.
c. Menjelaskan secara singkat tentang patofisiologi dari tumor otak dan tumor medulla
spinalis
d. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak dan tumor medulla
spinalis.
e. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik pada tumor otak dan tumor
medulla spinalis
f. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dan pencegahan klien dengan penyakit
tumor otak dan tumor medulla spinalis.
g. Mengetahui dan memahami komplikasi dan prognosis dari tumor otak dan tumor
medulla spinalis
h. Menjelaskan secara singkat tentang WOC dari tumor otak dan tumor medulla spinalis

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 3

i. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tumor otak dan tumor
medulla spinalis
1.5.

Manfaat
a. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat yang lain dalam
praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami tumor otak dan
tumor medulla spinalis
b. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat dengan tujuan untuk menangani penyakit tumor otak dan tumor medulla
spinalis
.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUMOR OTAK
2.1.1 Definisi
Tumor otak merupakan salah satu tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat,
baik yang bersifat ganas maupun tidak ganas. Tumor ganas di susunan saraf pusat
merupakan semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau di
dalam kanalis spinalis yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses
keganasan yang spesifik, seperti

yang berasal dari sel-sel saraf meningen otak

termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neurologis), sel epitel pembuluh
darah dan selaput otak (Padmosantjojo, 2002).
2.1.2

Klasifikasi

Neoplasma intrakranial dapat di klasifikasikan sebagai berikut :


a. Benigna.
Yaitu tumor ekstra aksial yang tumbuh dari meningen, nervus kranialis atau dari
struktur lain yang menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak. Walaupun
secara histologi tumor ini termasuj jinak namun tumor ini dapat mengancam nyawa
arena efek dari desakan massa dalam rongga kranium.
b. Maligna.
Merupakan tumor yang umumnya intra aksial yang berasal dari parenkim otak. Tumor
maligna otak ini terbagi lagi menjadi 2 (dua) klasifikasi, yaitu :
1) Primer.
Tumor ini umumnya berasal dari sel glia atau glioma. Tumor ini di klasifikasikan
maligna karena invasif lokal, metastasis ekstrakranial (jarang) dan dikenali
sebagai subtipe histologis dan derajat diferensiasi. Tumor ganas ini seperti :
astrositoma, astroblastoma, oligodendroglioma, ,eduloblastoma, dan limfoma
serebral
2) Sekunder.
Yaitu metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh yang lainnya. Tumor
metastasis adalah

tumor ini berasal dari daerah manapun dari tubuh yang

umumnya terdapat ekstradural dalam kanalis spinalis karena penyebaran

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 5

hematogen ke arah pleksus venosus peridural dari vena vena di dalam pelvis,
dinding rongga toraks, dalam toraks dan daerah leher (Patmosantjojo, 2002)
Tumor otak maligna primer terjadi pada lebih dari separuh neoplasma intrakranial
dewasa, yaitu sekitar 15-20% tumor intrakranial merupakan metastasis ke otak. Tumor
serebellum merupakan salah satu tumor intrinsik posterior yang pada orang dewasa
merupakan tumor metastasis tersering di hemisfer serebellum. Lokasi primer sesuai
dengan lesi supratentorial (Saanin, 2002). Tumor ini merupakan tumor metastasis 80%
dan tumor ganas primer >90% pada anak dan terdapat dalam ruang intrakranial.
2.1.3

Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun

telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan
di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 6

e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
2.1.4

Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh

dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan disertai kerusakan jaringan neuron.
Serangan kejang dapat dijadikan sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
akibat kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan akibat tumor yang
tumbuh menyebabkan terjadinya nekrosis pada jaringan otak. Akibatnya terjadi
kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular
primer.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
CSS. Tumor ganas menyebabkan terjadinya edema dalam jaringan otak yang diduga
disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan terjadinya penyerapan
cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di
otak menimbulkan peningkatan volume cairan intrakranial dan meningkatkan tekanan
intrakranial.
Peningkatan TIK dikatakan membahayakan jiwa karena proses terjadinya
berlangsung secara tepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau
berbukan-bulan untuk menjadi eefektif dan oleh karena itu akan menjadi tidak berguna
apabila tekanan intrakranial timbul secara cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi
volume darah intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi
sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak dapat di atasi akan mengakibatkan
herniasi unkus serebellum. Herniasi unkus serebellum timbul jika girus medialis lobus
temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam
hemisfer otak. Herniasi ini menekan mesensefalon yang menyebabkan hilangnya

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 7

kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum
bergeser ke arah bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medula oblongata dan terhentinya pernafasan dapat terjadi dengan
cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial
yang cepat adalah bradikardi progesif, hipertensi sistemik dan adanya gangguan
pernafasan.
2.1.5 WOC
Terlampir
2.1.6 Manifestasi Klinis
Tumor otak memiliki tiga manifestasi utama yang dapat terjadi secara bersamaan,
yaitu :
a. Epilepsi
b. Peningkatan tekanan intra kranial. Manifestasi ini umumnya besdifat kronis.
Disertai dengan nyeri kepala, muntah, dan edema papil. Namun pada akhirnya
akan terjadi perburukan akut dengan coning.
c. Terjadinya defisit neurologis fokal seperti disfasia, hemiparesis, ataksia cerebral,
defek lapang pandang, gangguan kognitif, dan perubahan kepribadian.
Gejala klinis pada tumor otak yang dikenal dengan sebutan trias klosis tumor otak,
yaitu :
a. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala tersering, dapat bersifat dalam, terus menerus,
tumbuh bahkan kadang0kadang hebat sekali. Nyeri paling hebat pada pagi hari
dan lebih hebat saat beraktivitas sehingga nyeri dapat meningkatkan TIK pada
saat membungkuk, batuk dan mengejan saat BAB. Nyeri kepala dirasakan dapat
berkurang ketika diberikan aspirin dan disertai dengan kompres air dingin pada
daerah yang sakit. Lokasi yang sering menimbulkan nyeri terjadi pada 1/3 daerah
tumor dan 2/3 di daerah terdekat tumor ataupun di atas tumor.
b. Mual dan disertai dnegan muntah.
Mual dan muntah terjadi akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata.
Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang
disertai dengan pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa di dahului rasa
mual dan bahkan dapat bersifat proyektil.
c. Papiledema.
Papiledema disebabkan oleh stres vena yang menyebabkan pembengkakkan
papila saraf optikus. Bila manifestasi ini terlihat pada pemeriksaan oftalmoskopi
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 8

atau fondoskopi, maka tanda ini mengisyaratkan adanya peningkatan TIK.


Papiledema kadang disertai dengan gangguan penglihatan termasuk pembesaran
bintik buta dan amaurosis (saat dimana penglihatan menjadi berkurang.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Rentogen Tengkorak
Menegaskan adanya tumor. Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal
dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
b. Scan Otak
Menegaskan adanya tumor.
c. CT Scan dan MRI
Menegaskan adanya tumor Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.
d. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
e. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
f. Tomografi
Tomografi emisi positron menegaskan adanya tumor
g. Biopsy Jaringan
Menegaskan jenis tumor
h. Pemeriksaan Lumbal Pungsi
Meneunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang mencerminkan TIK,
peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, dan terkadang sel-sel tumor
pada CSS. Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di
otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
2.1.8

Pencegahan

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 9

a. Jangan mengangap remeh nyeri pada kepala, apabila sering mengalami nyeri
kepala segera periksa ke dokter Sp. Saraf
b. Hindari kebiasaan buruk seperti merokok, minuman yang beralkohol, paparan dan
c.
d.
e.
f.

radiasi
Menghindari bahan yang mengandung kimia, missal MSG
Pemenuhan gizi yang seimbanng.
Olah raga secara teratur
Studi telah menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan ponsel secara
teratur kemungkinan mendapatkan tumor otak.Ponsel mengeluarkan gelombang
radioaktif yang menyerang sel-sel otak.

2.1.9 Penatalaksanaan
Terapi khusus bervariasi menurut jenis histologik tumor, radiosensitivitas, dan lokasi
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu
a. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun
b.

c.

tidak berefek langsung terhadap tumor.


Terapi Pre-Surgery :
1) Steroid : Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
2) Anticonvulsant: Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine, fenotoin
3) Shunt : Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Surgery
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk
mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang
tidak dapat direseksi.
1) Glioma
- Reserksi melelui kraniotomi
- Terpi rtadiasi dan kemoterpi menyertai reserksi
2) Astrostoma serebral kistik derajat rendah
Reserksi bedah
3) Astrositoma
Bedah berulang, terpi radiasi, dan pirau cairan dari jaras CSS yang
terobstruksi
4) Oligodendroglioma dan epidinoma
Reserksi bedah dan terapi radiasi
5) Meduloblastoma
- Reserksi bedah

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 10

Kemungkinan infuse intartekal dengan metotreksat atau obat antineoplastik


lain

6) Menigioma
Reserksi bedah, termasuk durameter dan tualng
7) Schwannoma
Teknik bedah mikro
d.

Radiotherapy
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar
5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi
hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu
memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis
tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi
intensif. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu
atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel
tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan
ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu
yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat
telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah
tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.

2.1.10
a.
b.
c.
d.
e.

Komplikasi
Ensefalopati radiasi
Peningkatan TIK
Koma
Henti nafas atau henti jantung
Herniasi otak

2.1.11 Prognosis
Insidens tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000 populasi
per tahun. Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17%
meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60%
terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak yang
paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan
astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma multiforme.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 11

c. TUMOR MEDULA SPINALIS


2.2.1 Definisi
Tumor medula spinalis merupakan pertumbuhan sel atau massa yang abnormal
didalam atau disekeliling medula spinalis (Dugdale, 2012). Sel dalam sistem saraf
pusat biasanya tumbuh dengan terkendali. Namun jika terdapat bebarapa alasan (faktro
pemicu) pertumbuhan sel ini akan terganggu, sel-sel terus membelah dan membentuk
benjolan atau tumor. Tumor dapat berupa tumor jinak atau ganas. Meskipun tumor
jinak dapat terus tumbuh, sel-sel tidak menyebar dari area tumbuhnya sel tumor
tersebut. Sedangkan pada tumor ganas, sel-sel tumor dapat menyerang dan merusak
jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke bagian lain dari sistem saraf pusat
(McBrain, 2013). Tumor medula primer spinalis bukan merupakan tumor ganas atau
kanker, dibandingkan dengan tumor otak tumor medula spinalis jauh lebih jarang
terjadi (Shapiro, 2008).
2.2.2

Klasifikasi
Klasifikasi tumor medula spinalis berdasarkan dari jenis sel penyebab dapat

dilihat dari tabel berikut:

Merck Sharp & Dohme Corp., a subsidiary of Merck & Co., Inc., Whitehouse
Station,N.J.,U.S.A (2010-2013)
Sedangkan klasifikasi tumor medula spinalis berdasarkan letak tumor dibedakan
menjadi intradural intramedulari, intradural ekstramedulari, dan ekstradural.
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 12

a.
Intradural intramedulari
Tumor berada di dalam penutup dural dan di dalam medula spinalis
b.
Intradural ekstramedulari
Tumor berada didalam penutup dural tetapi tidak berada di dalam medula spinalis
c.
Ekstradulari
Tumor berasal dari penutup dural dari medula spinalis.
Asal mula terjadinya tumor medula spinalis sampai dengan saat ini belum
diketahui. Para ahli menduga adanya pengaruh gen yang cacat, meskipun itu biasanya
tidak diketahui apakah cacat genetik tersebut diwariskan, terjadi secara spontan atau
disebabkan oleh sesuatu di lingkungan, seperti paparan bahan kimia tertentu. Dalam
beberapa kasus, bagaimanapun, tumor tulang belakang terkait dengan sindrom genetik
yang terkenal, seperti neurofibromatosis 2 dan penyakit Hippel-Lindau von
(MayoClinic, 2011).
2.2.3

Etiologi
Hanya sekitar 10% dari tumor medula spinalis primer berasal dari sel-sel dalam

medula spinalis. Tumor ini dapat sepanjang saraf tulang belakang dan menyebabkan
terbentuknya ruangan yang berisi cairan. Sedangkan 90% lainnya dari tumor medula
spinalis primer berasal dari sel sebelah medula spinalis, seperti dari saraf medula
spinalis akar-bagian saraf medula spinalis yang muncul dari medula spinalis
meningioma dan neurofibroma, yang berasal dari sel sebelah sarafnya, adalah tumor
medula spinalis primer yang paling umum, hal ini bukan kanker.
Tumor medula spinalis sekunder, yang lebih umum, adalah metastasis dari kanker
yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Metastasis paling sering menyebar ke

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 13

tulang belakang adalah kanker yang berasal dari paru-paru, payudara, kelenjar
prostat, ginjal, atau kelenjar tiroid.
Penyebab tumor medula spinalis primer selama ini masih belum diketahui,
menurut McBrain (2013) peneyabab tumor medula spinalis primer baik yang terjadi
pada bagian medula spinalis maupun bagian selaputnya (meningien) masih belum
diketahui. Sedangkan pada tumor medula spinalis sekunder yang mana berasal dari
metastasis dari kanker lain, etiologinya sama dengan etiologi dari kanker yang
bermetastasis tersebut.

2.2.4

Patofisiologi
Patofisiologi tumor medula spinalis tergantung pada jenis sel tumor. Jenis-jenis

histologis tumor medula spinalis intradural adalah neurilemomas (schwannomas,


Neurofibroma), meningioma, astrocytomas, ependymomas, dan sarkoma.
a. Neurilemomas
Neurilemomas adalah yang paling umum tumor primer intradural dari medula
spinalis dan diklasifikasikan sebagai schwannomas, atau Neurofibroma. Mereka
timbul dari selubung akar saraf dan karena itu ditemukan dalam sistem saraf tulang
belakang, tengkorak, dan perifer. Mayoritas tumor selubung saraf ini muncul di akar
saraf dorsal. Mereka cenderung melibatkan tulang belakang dapat kranial saraf. Para
tumor neurofibromatosis, atau penyakit von Recklinghausen, adalah dari jenis
neurilemoma.
b. Meningioma
Meningioma yang baik adalah jenis intradural extramedullary tumor primer yang
timbul dari sel-sel arachnoid. Paling sering terjadi di daerah dada dan lebih banyak
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Mereka biasanya longgar melekat pada
dura, yang memungkinkan operasi pengangkatan mudah, tumor ini kemungkinan juga
dapat mengikis ke dalam struktur tulang.
c. Astrocytomas
Astrocytomas yang paling sering intradural intramedulari dan intradural
ekstramedullari, merupakan jenis umum dari tumor medula spinalis intramedulla pada
orang dewasa dan anak-anak. Selama ini jenis sel tumor ini banyak ditemukan pada
laki-laki daripada perempuan. Serupa dengan klasifikasi tumor otak, astrocytomas
terjadi di sepanjang sebuah kontinum nilai I sampai IV.
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 14

d. Ependymomas
Ependymomas dapat ditemukan di seluruh medula spinalis dan cenderung
intradural intramedullari.dan intradural ekstramedulari. Tidak seperti astrocytomas,
ependymomas cenderung tidak menyerang jaringan normal. Oleh karena itu mereka
dapat memiliki morbiditas minimal. 10-tahun tingkat kelangsungan hidup lebih besar
dari 90% tanpa perawatan lebih lanjut. Radiasi diindikasikan hanya pada mereka
dengan sel anaplastik.
e. Sarkoma
Sarkoma adalah tumor ganas yang timbul dari jaringan mesenkim dan memiliki
jaringan ikat yang sangat sedikit. Contohnya adalah fibrosarcomas dan liposarcomas.
Prevalensi sarkoma sekitar 10% dari semua tumor medula spinalis extramedullary
intradural (Neuro Spine Center, 2010).
2.2.5 WOC
Terlampir
2.2.6 Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Pada tumor medula spinalis nyeri merupakan gejala awal. Rasa sakit ini diduga
disebabkan oleh kompresi, invasi saluran tulang belakang, dan ketegangan pada akar
saraf. Tumor medula spinalis intradural ekstramedulari dan extradural dapat
menyebabkan nyeri lokal yang parah dan nyeri. Tumor intradural intramedulari dapat
menyebabkan rasa sakit, tapi ini biasanya kurang parah. Nyeri radikuler berjalan
melalui distribusi akar saraf yang terkena. Rasa sakit yang disebabkan oleh tumor
medula spinalis diperparah oleh bedrest dan karena itu lebih buruk di malam hari.
b. Gangguan sensorik
Gangguan sensorik tergantung pada sejauh mana medula spinalis yang
terpengaruh. Jika tumor berada pada kolom dorsal maka akan menghasilkan gangguan
dari sentuhan ringan dan getaran.
c. Kerusakan motorik
Secara umum, kelemahan motorik merupakan gejala akhir dari tumor medula
spinalis. Kelemahan ini disebabkan keterlibatan saluran piramida atau kortikospinalis.
Derajat kerusakan motor bisa berkisar dari quadriplegia lengkap. Mielopati mungkin
jelas dengan tumor medula spinalis pusat, mengakibatkan kejang-kejang, paresis,
refleks hiperaktif, tanda Babinski. Beberapa pasien mungkin mengembangkan syrinx,
yang merupakan daerah diisi cairan di pusat medula spinalis yang akibat dari tekanan
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 15

pada saraf dari tumor, trauma, atau setelah operasi. Defisit motor diffuse dapat dicatat
pada mereka dengan syrinx. Gejala ini dapat unilateral atau bilateral, dan biasanya
lambat untuk berkembang.
d. Gangguan Kontrol Sfingter
Gangguan kontrol sfingter, dengan hilangnya kontrol kandung kemih dan usus,
dapat terjadi sebagai gejala akhir tumor medula spinalis. Ketika tumor menyebabkan
tekanan pada akar saraf sakral kedua atau ketiga maka akan ada kelumpuhan kontraksi
kandung kemih, kandung kemih distensi, dan retensi urin dengan inkontinensia
overflow. Inkontinensia urin sering dikaitkan dengan syrinx ketika lesi menyebabkan
terganggunya jalur sakral.
e. Lesi tingkat
Seiring dengan penilaian dasar nyeri, gangguan sensorik, kerusakan motorik, dan
kontrol sfingter, maka harus dipastikan apakah lesi pada tingkat leher, toraks, atau
lumbal dari medula spinalis.
Lesi serviks Lesi pada tingkat foramen magnum (segmen tengkuk bagian atas)
dapat menjadi bahaya. Pasien dapat memegang kepala mereka kaku dan mengalami
kesulitan untuk meninggikan bahu. Lesi pada tingkat C4 dapat sangat berbahaya
karena saraf frenikus (yang mengontrol diafragma). Dengan lesi yang melibatkan saraf
unilateral, pasien mungkin mengalami kesulitan pernapasan dan gagal napas bilateral.
Lesi serviks tinggi juga memproduksi quadriplegia, sakit kepala oksipital, leher kaku,
dan nistagmus.
Lesi di bawah tingkat C4 kurang mengancam kehidupan karena tidak mengenai
saraf frenikus. Nyeri dan kelemahan otot mengikuti pola sesuai dengan distribusi akar.
Sindrom Horner dapat terjadi dengan lesi di persimpangan cervicothoracic (C8)
sebagai akibat dari disfungsi sistem saraf otomatis. Sindrom Horner termasuk ptosis
kelopak mata dengan penyempitan pupil (miosis) dan anhydrosis pada sisi yang
terkena. Hal ini dapat terjadi secara sepihak atau bilateral.
Lesi metastasis dari paru-paru cenderung menyebar ke daerah dada. Apakah
metastasis atau primer, lesi daerah thoraks lebih sulit untuk melokalisasi daripada lesi
serviks atau lumbar. Nyeri dan perubahan sensori biasanya mendahului kelemahan
otot. Perubahan sensori relatif mudah untuk mengidentifikasi karena distribusi mirip
pita reguler dari dermatom pada tingkat ini. Tanda Beevor yang mungkin hadir dengan
lesi pada tingkat T10. Ketika seorang pasien duduk tegak atau mengangkat kepala dari

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 16

posisi telentang, umbilikus dipindahkan ke arah kepala. Ini adalah tanda terlambat dan
terjadi sekunder untuk kelumpuhan bagian interior dari otot rektus perut.
Pasien dengan kanker paru-paru, payudara, prostat, dan ginjal mungkin memiliki
metastasis ke lumbal. Apakah lesi metastasis atau primer, dari pinggang dan cauda
equina yang ditandai dengan nyeri, paresis, dan kehilangan kekuatan di bawah otot
ekstremitas. Rasa sakit bisa sangat parah, dan awal hilangnya kontrol sfingter tidak
jarang. Cauda equina syndrome adalah kompresi (atau cedera) dari setiap akar saraf
lumbosakral dalam saluran saraf di bawah tingkat L1. Pasien mengalami areflexic
kandung kemih dan usus dengan berbagai tingkat motor atau gangguan sensorik
tergantung pada tingkat keparahan dan kompresi. Sebagai saraf perifer mampu
melakukan regenerasi, pemulihan sering mungkin dalam situasi ini. Sindrom
medullaris Conus terjadi dengan kerusakan pada materi abu-abu di bagian lumbar dan
sacral lebih rendah dari medula spinalis dan bisa juga menyertakan akar saraf dalam
kanal tulang belakang (Neuro Spine Center, 2010).
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Lumbal pungsi
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom, dan
kadang-kadang ditemukan sel keganasan.
b. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan ditemukan
erosi pedikel (defek menyerupai mata burung hantu pada tulang belakang
lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan
vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat,
hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
c. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan terkadang
dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga dapat
membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang
berhubungan.
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 17

2.2.8
a.
b.
c.

Pencegahan
Pemenuhan gizi yang seimbang
Pengankatan tumor atau kanker di sekitar kepala agar tidak bermetasmase.
Tidak banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung bahan
pengawet dan MSG

2.2.9 Penatalaksanaan
a. Terapi
Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara
histologist dan tidak secara total di hilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi.
b. Radiasi
Tujuan dari terapi radiasi pada penatalaksanaan tumor medulla spinalis adalah
untuk memperbaiki kontrol lokal, serta dapat menyelamatkan dan memperbaiki
fungsi neurologik
c. Stabilitasasi : fusi spinal
d. Pengobatan : relasan otot, transquilizer, anti koagulan. Laksatif, antasida dan
steroid
e. Tumor Ekstradural
- Laminektomie
- Hormone, radiasi dan kemoterpi merupaknan tambahan
f. Tumor intradural
Pengangkatan dengan pembedahan
2.2.10 Komplikasi
a. Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:
- Paraplegia
- Quadriplegia
- Infeksi saluran kemih
- Kerusakan jaringan lunak
- Komplikasi pernapasan
b. Komplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah:
- Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anakanak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
-

menyebabkan kompresi medula spinalis.


Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi
obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

2.2.11 Prognosis
Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai
prognosis yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 18

kasus-kasus ini. Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien


dapat terkontrol dalam waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan
sangat bergantung pada status pre operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring
meningkatnya umur (>60 tahun)

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 19

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Tumor Otak
4.1.1 Umum
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam
merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap berbagai
perubahan, yang kadang samar, dalam kondisi pasien yang mungkin menunjukkan
perburukan kondisi.
1) Anamnesa
a) Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya makin
meningkat.
c) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi, dan dapat meningkat
dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, papiledema, perubahan mental
seperti disorientasi, letargi.
d) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala.
e) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
f) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test
dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
2) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
a)
B1 Breath (Pernafasan)
Adanya peningkatan irama pernafasan dan sesak nafas terjadi karena tumor makin
b)

mendesak otak sehingga terjadi herniasi dan kompresi medulla oblongata.


B2 Blood (Kardiovaskular)

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 20

Desakan ruang intrakranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial


sehingga
c)

mengakibatkan

peningkatan

tekanan

darah.

Selain

itu,

terjadi

ketidakteraturan irama jantung dan bradikardi.


B3 Brain (Persyarafan)
Kesadaran pasien menurun karena terjadi penurunan suplai O 2 ke otak. Kejang juga
terjadi pada pasien dengan tumor otak akibat perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
(1) Penglihatan
Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia, ptosis, respon pupil

tidak sama terhadap cahaya.


(2) Pendengaran
Terganggu bila mengenai lobus temporal
(3) Penciuman
Mengeluh bau yang tidak biasannya. Terjadi apabila tumor mengenai lobus frontal
(4) Pengecapan
Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
(5) Ekstremitas
Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbanng
d)
B4 Bladder (Perkemihan): Tidak ada
e)
B5 Bowel (Pencernaan)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sehingga
menenkan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya akan
diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien.
f)
B6 Bone (Muskuloskeletal/integument)
Kelemahan atau paralisis.
b. Analisa Data

Data
DS:
-Pasien merasa pusing dan
nyeri kepala
-Iritabilitas
DO:
-Penurunan kesadaran
-GCS pasien < 15
-Perubahan pupil
-Papiledema
-Perubahan TTV

Etiologi
Tumor

Desakan ruang intracranial

Peningakatan Intrakranial

Penurunan O2 otak

Iskemia jaringan otak

Gangguan perfusi jaringan

Masalah Keperawatan
Gangguan

perfusi

jaringan serebral

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 21

DS:
-Pasien mengeluh sakit kepala
apabila berubah posisi
-Pasien mengeluh tidak bisa
tidur karena sakit kepala
DO:
-Perubahan kemampuan untuk

serebral
Spasme otot paravertebralis,
iritasi serabut saraf

kerusakan jaringan
merangsang reseptor nyeri

Nyeri

Nyeri akut

melanjutkan aktivitas
-Gangguan konsentrasi
-Menarik bila disentuh di
daerah nyeri
DS: Pasien mengeluh sesak
nafas
DO:
- RR > 24x/ menit
- Adanya retraksi otot bantu
napas

Tumor

Makin mendesak otak

Peningkatan tekanan
intracranial

Herniasi

Kompresi medulla oblongata

DS:
-Pasien mengeluh tidak dapat

Tumor

Mengenai lobus frontalis


menggerak ekstremitasnya

DO:
Menekan daerah dan lintasan
-Penurunan
kemampuan
motorik
untuk bergerak dengan

Hemiparesis
sengaja.

-Adanya keterbatasan rentang


Hambatan mobilitas fisik
gerak pada pasien
-Adanya hemiparesis

DS:
- Pasien mengeluh tidak
nafsu makan

Tumor

Desakan ruang intracranial

Ketidakefektifan

pola

nafas

Hambatan mobilitas fisik

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

dari

kebutuhan tubuh

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 22

Pasien

mengeluh

lesu

dan lemah
DO:
-Porsi makan tidak habis
-BB pasien turun
-Pasien terlihat kurus
-Adanya tanda-tanda anemia
-Hasil
laboratorium
menunjukkan

Penekanan pusat muntah

Mual dan muntah

Penurunan nafsu makan

Ketidakseimbangan nutrisi

penurunan

Hb dan albumin
c. Diagnosa Keperawatan
1)

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
2) Nyeri Akut: Sakit kepala berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat jaringan otak
dan peningkatan tekanan intrakranial.
3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
4) Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik
5) Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia
d. Intervensi Keperawatan
1)
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan
: Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
a) Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan arteri
rata-rata 80-100mmHg
b)
c)
d)
e)
f)

Menunjukkan tingkat kesadaran normal


Orientasi pasien baik
Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Papiledema tidak terjadi
Keadaan pupil sesuai dengan ukuran normal, reflek terhadap cahaya baik

Intervensi

Rasional

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 23

1.

Monitor secara berkala tanda dan gejala 1.


peningkatan TIK
a.
Kaji perubahan tingkat kesadaran,

Monitor TIK sangat penting


untuk mengetahui perkembangan
neurologi
b. Tingkat

orientasi, memori, periksa nilai GCS


b.
Kaji tanda vital dan bandingkan

kesadaran

memberikan gambaran adanya


dengan keadaan sebelumnya
perubahan TIK
c.
Kaji fungsi motorik.
c. Lebih lanjut untuk mengetahui
d.
Kaji adanya mual, muntah, papila
keadaan umum pasien.
edema, diplopia, kejang
d. Respon
motorik
2. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
a.
Pertahankan
posisi

menggambarkan

fungsi motorik
e. Merupakan tanda PTIK

dengan

meninggikan bagian kepala 15-300, hindari

2.
b. Peninggian

posisi telungkup atau fleksi tungkai secara


b.

berlebihan
Monitor

akan
analisa

gas

darah,

3.

bagian

kepala

mempercepat

aliran

darah balik dari otak, posisi

pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2


c.

keutuhan

fleksi

>80mmHg
Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK.

tungkai

meninggikan

akan
tekanan

intraabomen atau intratorakal


yang

akan

mempengaruhi

aliran darah balik dari otak.


c. Menurunnya
CO2
menyebabkan
3.

2)

vasokonstriksi

pembuluh darah
Mengurangi peningkatan TIK

Nyeri Akut: Sakit kepala berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat


jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan
: Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
b) Klien tidak merasa kesakitan.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 24

c) Klien tidak gelisah

Intervensi
1.

Kaji

keluhan

nyeri:

Rasional
intensitas,

1.

karakteristik, lokasi, lamanya, faktor

Pengenalan terhadap nyeri segera


meningkatkan

intervensi

dini

dan

2.

yang memperburuk dan meredakan.


Mobilisasi pasien dengan posisi

2.

dapat mengurangi beratnya serangan.


Nyeri dapat terjadi akibat regangan

3.

lurus sesuai anatomi tubuh.


Ajarkan teknik relaksasi

3.

dan posisi yang tidak tepat.


Akan
melancarkan
peredaran

4.

metode

distraksi

dalam

dengan

seperti
teratur

dan

bernafas

darah,

dan

mendengarkan musik.
Kolaborasi pemberian analgesik.

dan

dapat

mengalihkan

perhatian nyerinya ke hal-hal yang


4.

menyenangkan
Analgesik memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri berkurang.

3)

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.


Tujuan
: Pola pernafasan kembali normal antara 16 20x/menit
Kriteria Hasil :
a) Pola nafas efekif
b) GDA normal
c) Tidak terjadi sianosis

Intervensi

Rasional

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman


pernafasan.

Catat

1.

ketidakteraturan

paru atau obstruksi jalan nafas yang

pernafasan
2. Beri posisi semi fowler
3. Anjurkan pasien untuk melakukan
nafas dalam
4. Kolabolasi. Berikan terapi oksigen.

Mengidentifkasi adanya masalah


membahayakan

oksigenasi

serebral

atau menandakan infeksi paru.


2.

Memaksimalkan

oksigen

pada

darah arteri dan membantu dalam


Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 25

pencegahan
pernafasan

hipoksia.

Jika

tertekan,

pusat

mungkin

diperlukan ventilasi mekanik.


4)

Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik

Tujuan: klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya


Kriteria hasil:
a) Pasien dapat mempertahankan tingkat mobilitas yang optimal
b) Bertambahnya kekuatan otot
c) Tidak terjadi gangguan/ komplikasi akibat immobilitas fisik seperti gangguan
integritas kulit
Intervensi
1.

Rasional

Kaji kemampuan motorik pasien, 1.


catat

perubahan

status

neurologi,

Tumor

dapat

menekan

medulla spinalis yang mengakibatkan

2.

keadaan sensorik.
gangguan sensorik dan motorik
Lakukan latihan ROM setiap 4 jam 2.
Mencegah kontraktur dan

3.
4.

sekali
mempertahankan kekuatan otot
Ubah posisi klien tiap 2 jam
3.
Menghindari dekubitus
Lakukan latihan nafas dalam dan 4.
Melatih ekspansi paru

5.

batuk efektif
Berikan

papan

kaki

pada 5.

ekstremitas dalam posisi fungsionalnya


6.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

akibat paralisis otot pernafasan.


Agar tidak ada perubahan
posisi fungsional pada ekstremitas

untuk latihan fisik klien


5)

Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual dan muntah
Tujuan: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Tidak ada tanda-tanda anemia
c) Porsi makan habis
d) Nafsu makan membaik

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 26

Intervensi
1.

Rasional

Anjurkan

pasien a. Mengurangi rasa tidak nyaman atau mual


b. Beberapa pasien mungkin mengalami
makan dengan porsi kecil tapi sering
2.
Evaluasi adanya alergi
alergi terhadap beberapa komponen
makanan kontraindikasi makanan
3.
Sajikan
makanan
4.

dengan cara yang menarik


Fasilitasi

pasien

memperoleh diet biasa yang disukai


pasien (sesuai indikasi)
5.
Pantau

intake

Lakukan dan ajarkan


keluarga untuk perawatan mulut sebelum

dan sesudah makan.


7.
Berikan

makanan

dengan perlahan pada lingkungan yang


tenang.
8.

Pasang
diperlukan

sonde

lain, seperti diabetes mellitus, hipertensi,


gout, dan lainnya memberikan menifestasi
terhadap persiapan komposisi makanan

yang akan diberikan.


c. Membantu merangsang nafsu makan.
dan
d. Memperhitungkan keinginan individu

output.
6.

makanan tertentu dan beberapa penyakit

jika

dapat memperbaiki intake nutrisi.


e. Berguna dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan.
f. Menurunkan rasa tak enak karena sisa
makanan, bau obat untuk yang dapat
merangsang pusat muntah.
g. Pasien
dapat
berkonsentrasi
mekanisme

makan

tanpa

pada
adanya

distraksi/gangguan dari luar.


h. Menghindarkan klien dari rasa sakit
akibat menelan apabila sudah tidak bisa
ditoleransi.

e.Kasus
An. Beta (15 th), mengalami Gangguan bicara dan Gangguan gaya berjalan selama 1
bulan, sebelumnya belum pernah dirawat, baru 2 hari asuk di RS karena keluhan dirasa
semakin berat dan tidak kunjung membaik. BB turun. sebelumnya pernah didiagnosa
epilepsy 5 th lalu, kemudian terjadi gangguan kepribadian dengan lainnya
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 27

1) Pengkajian
a) Identitas Klien
Nama : An Beta
Umur : 15 tahun
b) Keluhan Utama
Gangguan bicara dan Gangguan gaya berjalan
c) Riwayat penyakit sekarang
Gangguan bicara dan Gangguan gaya berjalan selama 1 bulan, sebelumnya belum
pernah dirawat, baru 2 hari asuk di RS karena keluhan dirasa semakin berat dan
tidak kunjung membaik.
d) Riwayat penyakit dahulu
Didiagnosa epilepsy 5 th lalu
e) Riwayat penyakit keluarga.
Ibu An.Beta pernah operasi mengangkatn tumor di mata
f) Pola-pola fungsi kesehatan
(1) Aktifitas /Istirahat
Kelemahan umum /kelemahan otot. Susah untuk beristirahat
(2) Sirkulasi
Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.
(3) Integritas Ego
Takut, cemas, gelisah, menarik diri.
(4) Makanan /cairan
Riwayat epilepsy
Nafsu makan hilang
Adanya mual, muntah selama fase akut
Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
(5) Higiene
Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)
(6) Neurosensori
Kesadaran: GCS
Fungsi motorik: Kelumpuhan, kelemahan
Fungsi sensorik: Kehilangan sensasi / sensibilitas.
Refleks fisiologis: Kehilangan refleks /refleks asimetris termasuk tendon
dalam. Kehilangan tonus otot /vasomotor.
Refleks patologis: munculnya refleks patologis.
Perubahan reaksi pupil.
(7) Nyeri /kenyamanan
Mengalami deformitas, postur
(8) Pernapasan
Pernapasan cepat dan irreguler

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 28

(9) Keamanan
Suhu yang berfluktasi, jatuh. Penkajian fisik didasarkan pada pemeriksaan pada
neurologiskemingkinan didapati deficit motorik dan sensorik di bawah area
yang terkena.
2) Pemeriksaan fisik
a) B1 (Breathing)
: napas pendek, sesak
b) B2 ( Blood )
:c) B3 ( Brain ) : gangguan bicara
d) B4 ( Blader ) : e) B5 (Bowel ) : f)B6 ( Bone )
: kelemahan anggota gerak, gangguan berjalan
g) Psikososial
: menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, gelisah
dan menarik diri.
3) Pemeriksaan diagostik
a) Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada system
ventrikel dan cisterna.
b) CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c) Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.
d) Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron.
e) Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral.
f) Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
4) Analisis data

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 29

Data

Etiologi

Data Subjektif : Data Objektif : TTV pasien


N :70x/m
RR : 32x/m
S :38C,

Dislokasi C4

tidak

Gangguan pada otot


diafragma
Pola nafas
efektif

Data Subyektif : pasien mengeluh


nyeri,
ketidaknyamanan
karena luka
Data Objektif :
Skala nyeri

Masalah
Keperawatan
Pola nafas
efektif

tidak

Spasme
otot nyeri
paravertebralis,
iritasi serabut saraf
kerusakan jaringan
merangsang reseptor
nyeri

nyeri
Data Subjektif : pasien mengatakan Dislokasi
medulla Kerusakan mobilitas
kedua
tungkai spinalis
fisik
tidak
dapat
digerakkan.
Gangguan fungsi
Data Objektif
: Hasil CT Scan Tidak
dapat
menunjukkan fraktur dislkasi C4.
menggerakkan kedua
tungkai

Data Subjektif: Data Objektif:


Hambatan mobilitas
Lama waktu badrest

Gangguan
imobilisasi
Pasca trauma spinal Resiko
kerusakan
(jatuh)
integritas kulit
kerusakan motorik
ketidak
bergerak

mampuan

bedrest lama
Resiko
kerusakan
integritas
jarinagn
kulit
Data Subyektif: menyatakan tidak kerusakan syaraf
Gangguan
konsep
mampu
diri
melakukan apapun ketidak
mampuan
sebagai padamana
bergerak
Asuhan Keperawatan
Penderita
Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 30
biasanya
Data Objektif :
kehilangan beberapa
Ketergantungan pada bantuan
peran

5) Diagnosa Keperawatan
a) Pola nafas tidak efektive berhubungan dengan kelemahan atau paralisis otot
abdominal dan intercostal serta ketidak mampuan membersihkan sekresi
b) Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
c) kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik
d) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensorik dan
mobilitas
e) Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan fungsi motorik
f) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
menurunnya kekuatan otot, kehilangan control otot/koordinasi.
6) Intervensi dan Rasional
a) Pola nafas tidak efektive berhubungan dengan kelemahan atau paralisis otot
abdominal dan intercostal serta ketidak mampuan membersihkan sekresi
Tujuan
:
Pasien akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan RR dalam rentang
normal
Kriteria hasil :
Pemenuhan kebutuhan ventilasi yang memadai yang ditandai dengan
(1) tidak

adanya gangguan

pernapasan dan BGA dalam

batas

yang dapat

diterima.
(2) Menunjukkan perilaku yang sesuai untuk mendukung upaya pernafasan.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 31

Intervensi Keperawatan
Kelola oksigen dengan metode
yang sesuai, misal masker, nasal
kanul, intubasi.

Rasional
Metode ditentukan oleh tingkat cedera,
tingkat insufisiensi respirasi, dan jumlah
pemulihan fungsi otot pernapasan setelah
fase syok spinal.
Berikan oksigen masker 3lpm
Menyediakan supply oksigen yang
adekuat,
meminimalkan
resiko
kelelahan, dan mencegah terjadinya
ARDS.
Memelihara kepatenan jalan nafas: Pasien dengan cedera leher rahim tinggi
menjaga kepala dalam posisi yang dan gangguan muntah / batuk refleks aka
tepat. Menggunakan jalan nafas nmemerlukan
bantuan dalam
tambahan
mencegah aspirasi / mempertahankan jal
an napas paten
Memeriksa serangan tiba-tiba dari Perkembangan emboli paru dapat
dispnea, sianosis dan/atau tanda silent karena persepsi nyeri mengalami
lain yang mengarah pada distress perubahan dan/atau thrombosis vena
pernafasan.
dalam tidak mudah dikenali.
Auskultasi bunyi nafas. Catat area Hiperventilasi secara umum dapat
dimana terjadi perubahan suara menyebabkan
akumulasi
sekret,
nafas
atelektasis dan pneumonia (komplikasi
yang sering terjadi)
Kaji warna kulit dari sianosi, Dapat
menunjukkan
kegagalan
kehitam-hitaman
pernafasan,
membutuhkan
segera
evaluasi pengobatan dan intervensi.
Kaji distensi abdomen, dan spasme Dapat
menghambat
perjalanan
otot
diafragma,
mengurangi
kapasitas
ekspansi paru dan lebih jauh dapat
mengurangi fungsi respirasi
Monitor atau batasi penjenguk Kelemahan umum dan kompromi
sesuai indikasi.
pernafasan menempatkan pasien pada
peningkatan memperoleh resiko URI
(sistem pernapasan atas)
berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Memberikan rasa nyaman: nyeri

b) N
ye
ri

Kriteria hasil :
(1) Melaporkan penurunan rasa nyeri /ketidak nyaman
(2) Mengidentifikasikan cara-cara untuk mengatasi nyeri
(3) Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan
sesuai kebutuhan individu.
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 32

Intervensi Keperawatan

Rasional

Kaji terhadap adanya nyeri, bantu


pasien
mengidentifikasi
dan
menghitung nyeri, misalnya lokasi,
tipe nyeri, intensitas pada skala 0
10
Berikan tindakan kenyamanan,
misalnya, perubahan posisi, masase,
kompres hangat / dingin sesuai
indikasi.

Pasien biasanya melaporkan nyeri


diatas tingkat cedera misalnya dada /
punggung atau kemungkinan sakit
kepala dari alat stabilizer
Tindakan alternatif mengontrol nyeri
digunakan
untuk
keuntungan
emosionlan,
selain
menurunkan
kebutuhan otot nyeri / efek tak
diinginkan pada fungsi pernafasan..

Dorong
penggunaan
teknik Memfokuskan
kembali
perhatian,
relaksasi,
misalnya,
pedoman meningkatkan rasa kontrol, dan dapat
imajinasi visualisasi, latihan nafas meningkatkan kemampuan koping
dalam.
kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi, relaksasi otot, misalnya
dontren (dantrium); analgetik;
antiansietis.misalnya
diazepam
(valium)

Dibutuhkan untuk menghilangkan


spasme /nyeri otot atau untuk
menghilangkan-ansietas
dan
meningkatkan istrirahat.

c) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik


Tujuan

: Gangguan mobilitas dapat diminimalkan.

Kriteria hasil :
(1) Mempertahankan posisi fungsi yang dibuktikan dengan tidak adanya kontraktur,
footdrop.
(2) Meningkatkan kekuatan tidak terpengaruh/kompensasi bagian tubuh.
(3) Menunjukkan teknik/perilaku yang memungkinkan dimulainya kembali
kehiatan.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 33

Intervensi Keperawatan
Kaji fungsi motorik secara berkala

Rasional
Evaluasi
status
situasi
individu
(gangguan sensorik-motorik) untuk
d) Re
tingkatan spesifik cedera dan memilih
intervensi.
sik
Menjaga pergelangan kaki 90o Mencegah footdrop dan rotasi eksternal
o
dengan papan kaki. Gunakan pangkal paha.
trochanter rolls sepanjang paha saat
di ranjang.
Ukur dan pantau tekanan darah Hipotensi orthostatic dapat terjadi
pada fase akut atau hingga stabil. sebagai hasil dari penyatuan vena
Ubah posisi secara perlahan.
(sekunder untuk kehilangan tonus
pembuluh darah).
Inspeksi kulit setiap hari. Kaji Perubahan sirkulasi, kehilangan sensai,
terhadap area yang tertekan, dan dan
paralisis
memungkinkan
memberikan perawatan kulit secara pembentukan tekanan sakit. Ini
teliti.
merupakan pertimbangan seumur hidup
Membantu/mendorong pulmonary Imobilisasi/bedrest meningkatkan resiko
hygiene seperti nafas dalam, batuk, infeksi pulmonal.
suction
Kaji
dari Dalam presentasi tinggi pasien dengan
kemerahan,bengkak/ketegangan
cedera medulla spinal, thrombus
otot jaringan betis.
berkembang karena sirkulasi perifer
berubah, imobilisasi, dan paralisis
lemah
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensorik dan mobilitas
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam klien memperlihatkan perilaku mampu
mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria :Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab,
dan cara pencegahan luka. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka, kulit
kering.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 34

Intervensi
Rasional
Anjurkan untuk melakukan latihan Meningkatkan aliran darah ke semua
ROM (Range of Motion) dan daerah.
mobilisasi jika mungkin
Ubah posisi tiap 2 jam
Menghindari
tekanan
dan
meningkatkan tekanan darah
Gunakan bantal air atau pengganjal Menghindari tekanan yang berlebih
yang lunak di bawah daerah pada daerah yang menonjol
daerah yang menonjol
Lakukan massage pada daerah yang Menghindari
kerusakan-kerusakan
menonjol yang baru mengalami kapiler-kapiler.
tekanan pada waktu merubah posisi.
Bersihkan dan keringkan kulit. Meningkatkan integritas kulit dan
Jagalah linen tetap kering.
mengurangi resiko kelembapan kulit.
Observasi terhadap eritema dan Hangat dan pelunakan adalah tanda
kepucatan dan palpasi area sekitar perusakan jaringan.
terhadap kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap mengubah posisi.
Jaga kebersihan kulit dan seminimal Mempertahankan keutuhan kulit
mungkin hindari trauma, panas
terhadap kulit.
konsep diri berhubungan dengan kehilangan fungsi motorik
Tujuan:

mampu

mendemonstrasikan

adaptasi

kesehatan

e) Ga
ng
gu
an

dan

penanganan

ketrampilan
Kriteria hasil:
(1) Menghargai situasi dengan realistis tanpa penyimpangan
(2) Mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif
Intervensi
Kaji perasaan yang di alami pasien

Rasional
Mengetahui sejauh apa dan
bagaimana perasaan yang
dirasakan.
Dorong individu mengekspresikan Dengan dorongan yang tepat
perasaan, khususnya bagaimana diharapkan pasien akan secara
individu merasakan, memikirkan, jelas mengutarakan keluhan.
atau memandang dirinya
Dorong individu untuk bertanya Keantusiasan pasien sangat
mengenai masalah , penanganan, diperlukan untuk mengukur
perkembangan, prognosis kesehatan. sejauh
mana
ketertarikan
terhadap perubahan
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 35

Berikan informasi yang dapat Informasi awal yang sudah


dipercaya dan perkuat informasi didapat perlu diperkuat agar
yang sudah diberikan
timbul motivasi yang lebih
besar
Hindari kritik negative
Kritik negative justru akan
memperburuk perasaan pasien
Beri
privasi
dan
keamanan Jaga rahasia pasien, privasi dan
lingkungan.
keamanan dibutuhkan karena
pasien tidak mampu lagi
berpindah tempat dan menjaga
diri secara optimal
Ajarkan pasien untuk menenal Interaksi dengan kelompok
komunitas-komunitas yang tersedia
komunitas akan membantu
menangani
masalah
keminderan
f) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
menurunnya kekuatan otot, kehilangan control otot/koordinasi
Tujuan : Klien dapat menujukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat
diri, klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan, mengidentifikasi personal atau masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi
penurunan dalam melakukan ADL. dalam merencanakan pertemuan
kebutuhan individual
Hindari apa yang tidak dapat Klien dalam keadaan cemas dan
dilakukan klien dan bantu bila perlu tergantung hal ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan harga diri
klien
Lakukan perawatan kateter setiap Mencegah pertumbuhan kuman
hari
Lakukan higiene oral setiap hari
Menjaga higiene mulut
Berikan higiene secara total sesuai Menghindari perkembangan kuman
indikasi
Jelaskan pentingnya perawatan diri Agar klien mengetahui pentingnya
perawatan diri
Menyadarkan tingkah laku /sugesti Klien memerlukan empati ,tetapi
tindakan
ada
perlindungan perlu mengetahui perawatan yang
kelemahan.
Pertahankan konsistensi dalam menangani klien.
perlindungan pola pikir izinkan Sekaligus meningkatkan harga diri,
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 36

klien melakukan tugas, beri umpan memandirikan


klien
dan
balik positif untuk usahanya.
menganjurkan klien untuk terus
mencoba.
Identifikasi
kebiasaan
BAB. Meningkatkan latihan dan menolong
Anjurkan minum dan meningkatkan mencegah konstipasi.
aktifitas
Kolaborasi :
Pertolongan pertama terhadap fungsi
Pemberian supositoria dan pelumas usus dan defekasi.
feses atau pencahar ; konsul ke Untuk mengembangkan terapi dan
dokter terapi okupasi
melengkapi kebutuhan usus
4.2 Tumor Medula Spinalis
4.2.1 Umum
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam merawat
pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap berbagai
perubahan, yang kadang samar, dalam kondisi pasien yang mungkin menunjukkan
perburukan kondisi.
i. Anamnesa
a) Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b) Keluhan utama
Nyeri hebat ketika tulang belakang digerakkan. Nyeri biasanya terjadi di malam
hari pada saat pasien beristirahat/bedrest.
c) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri tulang belakang saat perubahan posisi dan adanya
keluhan-keluhan lain seperti kelemahan ekstremitas, mual muntah, kesulitan
bernafas.
d) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah terpajan zat kimia tertentu
e) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor tulang belakang.
f) Pengkajian psiko-sosio-spiritual

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 37

Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan


mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test
dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
2) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
g)
B1 Breath (Pernafasan)
Peningkatan irama pernafasan
Perubahan pola nafas
Adanya retraksi otot bantu napas
Dispnea
Potensial obstruksi
h)
B2 Blood (Kardiovaskular)
Perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung terjadi
i)

karena perasaan tidak nyaman akibat timbulnya nyeri.


B3 Brain (Persyarafan)
Gangguan motorik : paresis atau paralisis, plegia (paraplegia atau tetraplegia),
refleks hiperaktif, tanda babinski, kelemahan spastik
Gangguan sensori : Rasa kebas/ kehilangan sensasi terhadap sentuhan dan

j)

getaran
B4 Bladder (Perkemihan)
Kelumpuhan kontraksi kandung kemih, kandung kemih distensi, dan retensi urin
dengan inkontinensia overflow akan terjadi apabila tumor menekan akar saraf

k)
l)

sakral kedua atau ketiga.


B5 Bowel (Pencernaan)
Gangguan kontrol usus pada tumor sakral bawah .
B6 Bone (Muskuloskeletal/integument)
Kondisi tubuh: kelelahan/keletihan, kaku, hilang keseimbangan.

b. Analisa Data

Data
DS:
- Pasien menyatakan nyeri apabila
berubah posisi
DO:
- Ekspresi wajah nampak kesakitan
-Gelisah condong ke arah bagian
tubuh yang sakit
-Nadi cepat, pernafasan meningkat
-Perilaku berhati-hati

Etiologi
Tumor

kompresi, invasi saluran

Masalah Keperawatan
Nyeri akut

tulang belakang, dan


ketegangan pada akar
saraf.

Nyeri

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 38

DS:
-Pasien

mengeluh

tidak

dapat

menggerak ekstremitasnya
DO:
-Penurunan
kemampuan
untuk
bergerak dengan sengaja.
-Adanya keterbatasan rentang gerak
pada pasien
-Adanya paresis/ paralisis/ plegia
DS:
- Pasien mengeluh tidak bisa buang air
kecil/buang

air

kecil

tidak

terkontrol
DO:
-Adanya distensi pada bladder
-Intake dan output cairan pasien tidak
seimbang
-Retensi urine
DS:
- Pasien mengatakan tidak dapat BAB/
kesulitan BAB
DO:
- Bunyi usus lambat, intensitas
-

berkurang
Teraba massa feses pada bagian

kiri bawah
Distensi abdomen

Tumor

Menekan saluran piramida

Gangguan
fisik

mobilitas

atau kortikospinalis

Kelemahan (paraplegia
atau tetraplegia)

Gangguan mobilitas fisik


Tumor

menekan akar saraf sakral

Perubahan
eliminasi urine

pola

Gangguan
eliminasi bowel

pola

kedua atau ketiga

hilangnya kontrol kandung


kemih

Tumor

Menekan daerah sacral


bawah.

Gangguan kontrol usus

c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan kompresi pada medulla spinalis
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik motoric
3) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan fungsi sfingter
4) Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan disfungsi saraf yang mensarafi
bowel.
d. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pengaruh tumor pada medulla spinalis.
Tujuan
: Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 39

a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi


ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
b) Klien tidak merasa kesakitan.
c) Klien tidak gelisah

Intervensi
1.

Kaji

keluhan

nyeri:

Rasional
intensitas, 1. Pengenalan

karakteristik, lokasi, lamanya, faktor

terhadap

nyeri

segera

meningkatkan intervensi dini dan dapat

2.

yang memperburuk dan meredakan.


mengurangi beratnya serangan.
Mobilisasi pasien dengan posisi lurus 2. Nyeri dapat terjadi akibat regangan dan

3.

sesuai anatomi tubuh.


posisi yang tidak tepat.
Ajarkan teknik relaksasi dan metode 3. Akan melancarkan peredaran darah, dan
distraksi seperti bernafas dalam dengan

4.

teratur dan mendengarkan musik.


Kolaborasi pemberian analgesic.

dapat mengalihkan perhatian nyerinya


ke hal-hal yang menyenangkan
4. Analgesik memblok lintasan

nyeri,

sehingga nyeri berkurang.

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensori-motorik


Tujuan: klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil:
a) Pasien dapat mempertahankan tingkat mobilitas yang optimal
b) Bertambahnya kekuatan otot
c) Tidak terjadi gangguan/ komplikasi akibat immobilitas fisik seperti gangguan
integritas kulit
Intervensi
Rasional
1. Kaji kemampuan motorik pasien, catat 1.
perubahan status neurologi, keadaan
sensorik.
2. Lakukan latihan ROM setiap 4 jam 2.
sekali

Tumor dapat menekan medulla spinalis


yang

mengakibatkan

gangguan

sensorik dan motorik


Mencegah
kontraktur

dan

mempertahankan kekuatan otot

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 40

3. Ubah posisi klien tiap 2 jam


3.
4. Lakukan latihan nafas dalam dan batuk 4.

Menghindari dekubitus
Melatih ekspansi paru akibat paralisis

efektif
5. Berikan papan kaki pada ekstremitas 5.

otot pernafasan.
Agar tidak ada

dalam posisi fungsionalnya


6. Kolaborasi dengan ahli

fungsional pada ekstremitas

perubahan

posisi

fisioterapi

untuk latihan fisik klien

3) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan fungsi sfingter


Tujuan
: Pola eliminasi klien membaik
Kriteria Hasil :
a)
b)
c)
d)

Pola eliminasi urine pasien normal


Distensi bladder tidak terjadi
Intake dan output urine seimbang
Warna urine normal
Intervensi
Rasional

1. Kaji pola eliminasi urin, lakukan 1. Menentukan


pemeriksaan bladder dan monitor

yang

dapat

merangsang

3.

pengeluaran

5.

urin

dan

mencegah infeksi
Melatih kemampuan spinter traktus

urinarius
4.
Menentukan

miksi

seperti kopi

gangguan

eliminasi dan penentuan tindakan lebih

intake dan output cairan


lanjut
2. Lakukan kateterisasi dan lakukan 2. Mengontrol
perawatan kateter
3. Lakukan bladder training
4. Ukur intake dan output cairan
5. Hindari makanan atau minuman

adanya

kebutuhan

dan

keseimbangan
Kopi mempunyai efek diuretic

4) Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan disfungsi saraf yang mensarafi
bowel.
Tujuan: Pola eliminasi bowelpasien normal
Kriteria hasil :
a)

Bising usus normal

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 41

b)
c)

Tidak ada distensi abdomen


Tidak teraba massa feses di bagian bawah kiri
Intervensi

a)

Kaji bising usus dan distensi1. Menentukan


abdomen

b)
c)
d)
e)
f)
g)

Rasional
adekuatnya

peristaltik

adanya feses yang keras


Monitor pola eliminasi bowel.2. Membantu mengatasi masalah

Catat frekuensi, konsistensi feses.


Berikan intake cairan 2500
3.
4.
cc/hari
5.
Berikan diet serat tinggi
6.
Latih pergerakan ROM pasien
7.
Lakukan rectal tuse
Berikan obat pelunak feses

dan

eliminasi

bowel
Membantu melunakkan feses
Membantu pergerakan feses
Meningkatkan peristaltic usus
Merangsang spingter ani dan peristaltic usus
Melunakkan
feses
pasien
sehingga
memudahkan BAB

4.2.2 Kasus
Tn Abi (35th) dirujuk ke RS Airlangga setelah 2 hari merasakan nyeri yang tak
tertahankan mulanya dari punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal, dan
mengeluh batuk selama 7 hari sebelum dibawa ke RS. dan nyeri diperberat saat malam
hari. Sempat muntah. BB : 45 kg, TB : 170cm, RR : 35x/menit irregular
a. Pengkajian
1) Identitas
Nama : Tn Abi
Umur : 35 th
2) Keluhan Utama
Nyeri yang tak tertahankan mulanya dari punggung dan kemudian di
sepanjang radiks spinal dan nyeri diperberat saat malam hari.
3) Riwayat penyakit sekarang
2 hari merasakan nyeri yang tak tertahankan mulanya dari punggung dan
kemudian di sepanjang radiks spinal, dan mengeluh batuk selama 7 hari
sebelum dibawa ke RS. dan nyeri diperberat saat malam hari. Sempat muntah.
4) Riwayat Penyakit Dulu
belum pernah dirawat di RS
5) Riwayat Alergi
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 42

Tidak ada alergi


6) Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien meninggal 10 tahun yang lalu karena tumor, namun tidak tahu
spesifik letaknya.
7) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
a) Keadaan Psikologis
: Perubahan kepribadian dan perilaku klien
b) Keadaan Sosial
:
Kesulitan
mengambil
keputusan,
kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran
c) Keadaan Spiritual
: Penolakan, merasa bersalah/berdosa, lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan
8) Keadaan Umum
TD = normal
N= normal
RR = meningkat
T = normal
b. ROS (Review of System)
1)
2)
3)
4)
5)

B1 (Breathing)
B2 ( Blood )
B3 ( Brain )
B4 ( Blader )
B5 (Bowel )

: napas pendek, sesak


: berdebar-debar
: nyeri di area punggung
: inkontinensia uri
: tidak bisa BAB (konstipasi), distensi abdomen, peristaltik

usus menurun.
6) B6 ( Bone )
7) Psikososial

: kelemahan anggota gerak


: menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas,

gelisah dan menarik diri.


c. Analisa Data
Data

Etiologi

DS
Klien mengeluh sesak napas.
DO
Klien terlihat pucat, sianosis,
adanya pernapasan cuping
hidung

Cedera cervical 1-4

Kelumpuhan otot
pernapasan (diafragma)

Ekspansi paru menurun

Masalah
Keperawatan
Ketidakefektifan
pola napas

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 43

RR= meningkat
DS
Klien mengeluh nyeri hebat
& tidak bisa tidur.
DO
Klien terlihat sangat gelisah,
suhu tubuh klien naik turun
tak menentu, klien memakai
colar neck.
S= meningkat
Hasil
foto
X-cervical
menunjukan fraktur dislokasi
C1-2.
Skala nyeri 8 (interval 1-10).
DS
Klien merasa mengalami
kelemahan pada keempat
anggota geraknya.
DO
Klien membutuhkan bantuan
untuk memenuhi ADL nya.

DS
DO
Terjadinya
vertebra

cedera

pada

DS
Pasien mengeluh tidak bisa
tidur
DO
Klien terlihat cemas, terusmenerus bertanya mengenai
tindakan yang dilakukan
padanya

Pola napas tidak efektif


Fraktur dislokasi
servikal

Pelepasan mediator
inflamasi
Prostalglandin,
bradikinin dll

respon nyeri hebat dan


akut

Nyeri
Cedera cervikalis 5-8

Fraktur kompresi baji


ligamen utuh

Spasme otot

Hambatan mobilitas
fisik
Cedera di daerah
cervikalis

Fraktur vertebra

Resiko cedera
Kompresi korda

Tindakan dekompresi
dan stabilisasi korda

Fase asuhan
perioperatif

Respon psikologis

Ansietas

Nyeri akut

Hambatan
mobilitas fisik

Resiko cedera

Ansietas

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 44

d. Diagnosa Keperawatan
1)
2)
3)
4)
5)

Ketidakefektifan pola napas


Nyeri akut
Hambatan mobilitas fisik
Resiko cedera
Ansietas

e. Rencana Intervensi
1) Pola napas tidak efektif
Tujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigen
Kriteria hasil :
a)

ventilasi adekuat

b)

PaCo2<45

c)

PaO2>80

d)

RR 16-20x/ menit

e)

Tanda-tanda sianosis(-) : CRT 2 detik

Intervensi keperawatan :
Intervensi
Rasional
Pertahankan jalan nafas; posisi Pasien dengan cedera cervicalis akan
kepala tanpa gerak.
membutuhkan bantuan untuk mencegah
aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
Lakukan penghisapan lendir bila Jika batuk tidak efektif, penghisapan
perlu, catat jumlah, jenis dan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret,
karakteristik sekret.
dan
mengurangi
resiko
infeksi
pernapasan.
Kaji fungsi pernapasan.

Auskultasi suara napas.

Observasi warna kulit.

Trauma
pada
C5-6
menyebabkan
hilangnya fungsi pernapasan secara
partial, karena otot pernapasan mengalami
kelumpuhan.
Hipoventilasi biasanya terjadi atau
menyebabkan akumulasi sekret yang
berakibat pnemonia.
Menggambarkan
adanya
kegagalan
pernapasan yang memerlukan tindakan
segera

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 45

Kaji distensi perut dan spasme Kelainan penuh pada perut disebabkan
otot.
karena kelumpuhan diafragma
Anjurkan pasien untuk minum Membantu
mengencerkan
sekret,
minimal 2000 cc/hari.
meningkatkan mobilisasi sekret sebagai
ekspektoran
Lakukan pengukuran kapasitas Menentukan fungsi otot-otot pernapasan.
vital, volume tidal dan kekuatan Pengkajian
terus
menerus
untuk
pernapasan.
mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
Pantau analisa gas darah.
Untuk mengetahui adanya kelainan fungsi
pertukaran
gas
sebagai
contoh:
hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2
meningkat.
Berikan oksigen dengan cara Metode dipilih sesuai dengan keadaan
yang tepat.
isufisiensi pernapasan.
Lakukan fisioterapi nafas.

2)

Mencegah sekret tertahan

Nyeri akut
Tujuan keperawatan :
Rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatan
Kriteria hasil : Melaporkan rasa nyerinya berkurang dengan skala nyeri 6 dalam waktu 2
X 24 jam
Intervensi keperawatan :
Intervensi
Rasional
Kaji terhadap nyeri dengan Pasien melaporkan nyeri biasanya
skala 0-5.
diatas tingkat cedera.
Bantu pasien dalam identifikasi Nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan,
faktor pencetus.
ketegangan, suhu, distensi kandung
kemih dan berbaring lama.
Berikan tindakan kenyamanan. Memberikan rasa nayaman dengan
cara membantu mengontrol nyeri.
Dorong pasien menggunakan Memfokuskan kembali perhatian,
tehnik relaksasi.
meningkatkan rasa kontrol.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 46

Berikan obat antinyeri sesuai Untuk menghilangkan nyeri otot atau


pesanan.
untuk menghilangkan kecemasan dan
meningkatkan istirahat
3)

Hambatan mobilitas fisik


Tujuan perawatan : selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi
sampai cedera diatasi dengan pembedahan.
Kriteria hasil :
a) Tidak ada konstraktur
b) Kekuatan otot meningkat
c) Klien mampu beraktifitas kembali secara bertahap
Intervensi keperawatan :
Intervensi
Kaji secara teratur fungsi
motorik.
Instruksikan pasien untuk
memanggil
bila
minta
pertolongan.
Lakukan log rolling.
Pertahankan sendi 90 derajad
terhadap papan kaki.
Ukur tekanan darah sebelum
dan sesudah log rolling.

Rasional
Mengevaluasi keadaan secara umum
Memberikan rasa aman

Membantu ROM secara pasif


Mencegah footdrop

Mengetahui
adanya
hipotensi
ortostatik
gangguan sirkulasi dan hilangnya
sensai
Inspeksi kulit setiap hari.
Resiko tinggi kerusakan integritas
kulit.
Berikan relaksan otot sesuai Berguna untuk membatasi dan
pesanan seperti diazepam.
mengurangi nyeri yang berhubungan
dengan spastisitas.
4) Resiko cedera
Tujuan perawatan : tidak terjadi cedera lebih lanjut
Kriteria hasil : tidak ada kelemahan motorik dan sensorik lebih lanjut
Intervensi keperawatan :
Intervensi
Rasional
Pantau status neuromuskular dan Untuk mengevaluasi efektifitas terapi
TTV setiap 2 jam selama 48 jam,
kemudian setiap 4 jam jika stabil
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 47

Laporkan pada dokter jika terjadi


defisit neurologis lebih lanjut,
dan perubahan mendadak pada
pola pernapasan

Adanya defisit neurologis lebih lanjut


bisa jadi merupakan indikasi kompresi
sum sum tulang yang berlebihan.
Pasien dengan cedera servikal
memiliki kemungkinan terjadinya
gangguan pernapasan yang tinggi.
Pertahankan traksi dan/atau tirah Traksi membantu mempertahankan
baring sesuai program
posisi vertebral. Posisi terlentang
mengurangi tekanan pada spinal.
Lakukan
tindakan
untuk Nyeri, konstipasi, dan distensi
mencegah
gangguan refleks kandung kemih dapat menyebabkan
otonom:
gangguan reflex otonom.
Jamin defekasi lancar, bila
perlu berikan laksatif
Pertahankan
kateter
indwelling menetap
Berikan
obat
untuk
mengatasi
nyeri
sesuai
program
Pastikan pemakaian brace secara Brance membantu mempertahankan
tepat dan benar sesuai program
posisi vertebra sejajar.
Lakukan pengubahan
posisi Untuk menghindari tekanan pada area
setiap 2 jam sekali
penonjolan tulang
5)

Asietas
Tujuan perawatan : selama perawatan dapat terbebas dari ansietas
Kriteria hasil :
a) Keluhan ansietas dan takut berkurang
b) Mengungkapkan pemahaman akan kemungkinan hasil dan rencana tindakan
Intervensi keperawatan :

Intervensi
Jelaskan
bagaimana
terjadinya
trauma susmsum tulang belakang,
terbentuk
edema,
yang
mengakibatkan kompresi lebih
lanjut pada sumsum tulang.
Rujuk pasien untuk konsultasi
psikologi bila kelemahan motorik,
sensorik, dan fungsi seksual terjadi
permanen.

Rasional
Dengan mengetahui tentang apa yang
mungkin akan terjadi, membantu
mengurangi ansietas.

Pasien yang mengalami kehilangan


fungsi tubuh permanen akan merasa
sedih.
Orang-orang
seperti
ini
memerlukan bantuan profesional untuk
mengatasi kehilangan permanen yang
muncul dari situasi mendadak.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 48

Berikan pujian dari keinginan


belajarnya
dalam
memperoleh
kembali kemandiriannya.
Mulai lakukan rehabilitasi dengan
merujuk ke bagian terapi okupasi
dan terapi fisik
Merancang
program
untuk
mengembalikan fungsi gerak pasien

Penguatan secara positif membantu


memotivasi seorang untuk belajar
Meningkatkan kekuatan dan tonus otot
pasien
Rehabilitasi
peningkatan
pasien

dini
harapan

membantu
kesembuhan

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 49

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Tumor Otak
Tumor otak merupakan salah satu tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat,
baik yang bersifat ganas maupun tidak ganas. Tumor ganas di susunan saraf pusat
merupakan semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau di dalam
kanalis spinalis yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses keganasan yang
spesifik, seperti yang berasal dari sel-sel saraf meningen otak termasuk juga tumor yang
berasal dari sel penunjang (neurologis), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak
(Padmosantjojo, 2002). Tumor otak dibedakan menjadi dua yaitu benigna dan maligna,
etiologinya sendiri yaitu akibat herediter, sisa-sisa sel embrional, radiasi, virus, substansisubstansi karsinogenik, dan trauma kepala. Terapi khusus bervariasi menurut jenis
histologik tumor, radiosensitivitas, dan lokasi Untuk tumor otak ada tiga metode utama
yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu terapi steroid, terapi pre-surgery, surgery,
dan radiotherapy.
b. Tumor Medula Spinalis
Tumor medula spinalis merupakan pertumbuhan sel atau massa yang abnormal
didalam atau disekeliling medula spinalis (Dugdale, 2012). Tumor medulla spinalis
dibedakan menjadi intradural intramedulari, intradural ekstramedulari, dan ekstradulari.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan untuk penderita tumor medulla spinalis antara lain
yaitu terapi, radiasi, stabilitasasi : fusi spinal, pengobatan, laminektomie, pemberian
pemormone, radiasi dan kemoterpi merupaknan tambahan, serta pengangkatan dengan
pembedahan
3.2 Saran
a. Tumor Otak
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
perawat, sehingga dalam memberikan perawatan kepada pasien yang menderita tumor
otak dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan hal yang dibutuhkan pasien.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tumor otak yaitu
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 50

dengan jangan mengangap remeh nyeri pada kepala, apabila sering mengalami nyeri
kepala segera periksa ke dokter Sp. Saraf, hindari kebiasaan buruk seperti merokok,
minuman yang beralkohol, paparan dan radiasi, menghindari bahan yang mengandung
kimia, missal MSG, pemenuhan gizi yang seimbanng, olah raga secara teratur, studi telah
menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan ponsel secara teratur kemungkinan
mendapatkan tumor otak, ponsel mengeluarkan gelombang radioaktif yang menyerang
sel-sel otak.
b. Tumor Medula Spinalis
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
perawat, sehingga dalam memberikan perawatan kepada pasien yang menderita tumor
medulla spinalis dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan hal yang dibutuhkan
pasien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tumor
medulla spinalis yaitu pemenuhan gizi yang seimbang, pengankatan tumor atau kanker di
sekitar kepala agar tidak bermetasmase, serta tidak banyak mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung bahan pengawet dan MSG.

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 51

Etiologi

WOC TUMOR OTAK

Pertumbuhan sel

Otak abnormal TUMOR OTAK

Massa dalam otak bertambah


Menggangu fungsi spesifik bagian otak tempat tumor

Obstruksi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke sub ara


Penekanan jaringan otak terhadap sirkulasi darah dan 02
Gejala fokal sesuai fokal tumor
HIDROSEPALUS
Suplai O2 ke jaringan otak akibat obstruksi sirkulasi
otak

Mengenai lobus frontalis

Kerusakan darah otak

Menekan daerah dan lintasan motorik

Perpindahan cairan intravaskuler ke jaringan serebral

Hemiparesis

Volume intrakranial

MK :Hambatan mobilitas
fisikotak butuh berhari sampai berbulan bulan
Kompensasi
TIK
MK
MK: :Nyeri
Gangguan perfusi jaringan Kompensasi
serebral
kurang cepat
Statis vena serebral

Kompresi batang otak

Bergesernya ginus medialis labis temporal ke inferior melalui in


Obstruksi sistem serebral
Iritasi pusat vagal di medulla oblongata

Mual Muntah

Obstruksi drainage vena retina (Papil edema)


Herniasi medulla oblongata
Kompresi saraf optikus

idakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


MK : Pola nafas inefektif
MK : Gangguan persepsi visual
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 52

WOC TUMOR MEDULA SPINALIS

Etiologi

Selmedulla
dari luarspinalis
sebelah medulla spinalis
Sel dari dalam sebelah
asis kanker dari bagian yang dekat dengan medulla spinalis (sekuder)
90 %
10 %

Terbentuknya ruangan yang berisi cairan

TUMOR MEDULLA SPINALIS

Kerusakan pada cervical 1- 4Menekan saraf sakral


Spasme otot paravertebralis
Atas 2 / 3
Kehilangan inervasi otot intercostal
Perasaan nyeri tidak nyaman

Bawah

Tekanan pada saluran piramida atau kortik

kemih
Kehilngan
control usus
Ekspansi paruKehilngan
menuruncontrol kandung
MK :Nyeri
MK : Pola nafas inefektif

Paraplegii paralisis

MK pola
: Gangguan
pola
eliminasi bowel
MK : Perubahan
eliminasi
urine
Penurunan fungsi sendi

Penenkanan setempat
MK : DefisitMK
perawatan
diri mobilitas fisi
: Kerusakan
MK : Kerusakan integritas kulit
Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 53

DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Tutu april. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, Fransisca. B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit : Dengan Implikasi Keperawatan
Ed 2.Jakarta: EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku diagnosis keperawatan Ed 10. Jakarta:
EGC
Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes : Neurology. Jakarta : Penerbit Erlangga
Hakim, A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum
Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Smelltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth Volume 3. Jakarta : EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar perawatan pasien: proses keperawatan, diagnosis,
dan evaluasi Ed. 5. Jakarta: EGC
Dari internet
Dugdale, David. 2012. Spinal Tumors. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus
/ency/article/001403.htm. [Access 23/05/2013]
McBrain, Catherine. 2013. Spinal cord tumours. http://www.macmillan.org.uk
/Cancerinformation/Cancertypes/Spinalcord/Spinalcordtumours.aspx [Access 23/05/2013]
Shapiro,
William
R.
2008.
Spinal
Cord
Tumors.
http://www.merckmanuals.com/home/brain_spinal_cord_and_nerve_disorders/tumors_of_the_ne
rvous_system/spinal_cord_tumors.html. [Access 23/05/2013]
MayoClinic.
2011.
Spinal
tumor.
http://www.mayoclinic.com/health/spinaltumor/DS00594/DSECTION=causes. [Access 23/05/2013]
Neuro Spine Center. 2010. Spinal Cord Tumors. http://www.neurospinewi.com
/newsletters/spinalcordtumors.html. [Access 23/05/2013]

Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula Spinalis Page 54

Anda mungkin juga menyukai