Anda di halaman 1dari 18

Meningioma

Pengertian
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan
selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis.
Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak
maupun, medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak
di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign).
Meningioma malignant jarang terjadi.
Meningioma merupakan neoplasma intracranial nomor 2 dalam
urutan frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Ia lebih sering
dijumpai pada wanita daripada pria terutama pada golongan umur
antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan untuk
ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga. Korelasi dengan
trauma kapitis kurang meyakinkan. Pada umumnya meningioma
dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili
arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut
ialah sel yang terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid
dengan dura yang menutupi radiks.
Tempat predileksi di ruang cranium supratentorial ialah daerah
parasagital. Yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan basofrontal biasanya gepeng atau kecil bundar. Bilamana meningioma
terletak infratentorial, kebanyakan didapati di samping medial os
petrosum di dekat sudut serebelopontin. Meningioma spinalis
mempunyai kecenderungan untuk memilih tempat di bagian T.4
sampai T.8. Meningioma yang bulat sering menimbulkan penipisan
pada tulang tengkorak sedangkan yang gepeng justru menimbulkan
hyperostosis.
Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen
dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi
sesuai dengan bagian otak yang terganggu. Sekitar 40% meningioma

berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma


lobus frontalis. Sindroma lobus frontalis sendiri merupakan gejala
ketidakmampuan mengatur perilaku seperti impulsif, apati,
disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan
ketidakmampuan mengatur mood.

Epidemologi dan Insiden


Tumor ini mewakili 20% dari semua neoplasma intracranial dan 12 %
dari semua tumor medulla spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi
bisa kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih sering ditemukan pada
wanita dan biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi tidak
tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia
yang lebih lanjut.Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign)
dan 10 % malignant. Meningioma malignant dapat terjadi pada wanita
dan laki-laki,meningioma benign lebih banyak terjadi pada wanita.
Etiologi
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma,
namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui
bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma.
Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan
asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi
kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2
(NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan
tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan
beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang
menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda.
Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma.
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan
tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering
memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor
pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan
(EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan
tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker,
atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk

mengembangkan meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5%


sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis
tipe 2. Beberapa meningiomas memiliki reseptor yang berinteraksi
dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen.
Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak
meningiomas, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum
sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi
dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang
penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma.
Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum
ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin
meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.

Anatomi
Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus
enchepalon dan medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan
piamater, yang letaknya berurutan dari superficial ke profunda.
Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut leptomening.
Dura mater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna
putih, terdiri dari lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada
medulla spinalis lamina endostealis melekat erat pada dinding canalis
vertebralis, menjadi endosteum(=periosteum),sehingga di antara
lamina meningialis dan lamina endostealis terdapat spatium
extraduralis(spatium epiduralis) yang berisi jaringan ikat longgar,
lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid terdapat
spatium subdurale yang berisi cairan lymphe. Pada enchepalon lamina
endostealis melekat erat pada permukaan interior cranium, terutama
pada sutura, basis crania dan tepi foramen occipital magnum. Lamina
meningialis mempunyai permukaan yang licin dan dilapisi oleh suatu
lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu;

1. Falxcerebri
2. Tentoriumcerebella
3. Falxcerebella
4. Diaphragmsellae
Arachnoid bersama-sama dengan piamater disebut
leptomeninges. Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh
trabekula arachnoideae. Arachniod adalah suatu selubung tipis,
membentuk spatium subdurale dengan duramater. Antara archnoid
dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum yang berisi liquor
cerebrospinalis. Arachnoid yang membungkus basis serebri berbentuk
tebal sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan
transparant. Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut
granulation arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama
sinus sagitallis superior.
Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan
diantara folia cerebri.Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk
oleh serabut-serabut reticularis dan elastic,ditutupi oleh pembuluhpembuluh darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis
seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini ini
menutupi semua permukaan otak dan medulla spinalis.
Patofisiologi
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang
belum diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini
secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid
(arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan
bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih
belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan dalam
tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.
Klasifikasi

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor


yang telah diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan
melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah
mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak
menimbulkan gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika
diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor semakin
bverkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala,
kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan.
Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah
dan observasi yang continue.
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan
mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga.
Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi
setelah pembedahan.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut
meningioma malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma
malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian
meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang
pertama untuk grade III diikuri dengan terapi radiasi. Jika terjadi
rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.
Meningioma

juga

diklasifikasikan

berdasarkamn lokasi dari tumor 8.

ke

dalam

subtype

1. Meningioma

falx

dan

parasagital

(25%

dari

kasus

meningioma). Falx adalah selaputyang terletak antara dua


sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx
cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital
meningioma terdapat di sekitar falx
2. Meningioma

Convexitas

(20%).

Tipe

meningioma

ini

terdapat pada permukaan atas otak.


3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi
pada daerah belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.
4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang
nervus yang menghubungkan otak dengan hidung.
5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di
permukaan bawah bagian belakang otak.
6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella
tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana
terdapat kelenjar pituitary.
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada
wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu
terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat
menekan

spinal

cord.

Meningioma

spinalis

dapat

menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling


dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
8. Meningioma

Intraorbital

(kurang

dari

10%).

Tipe

ini

berkembang paa atau di sekitar mata cavum orbita.


9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan
yang berisi cairan di seluruh bagian otak.

Diagnosa
1. Manifestasi klinik

Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh


tekanan tumor pada otak dan medulla spinalis) atau bisa
bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunay fungsi normal
dari bagian khusus dari otak atau btekanan pada nervus atau
pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa
didiagnosa pada gejala awal.
Gejala umumnya seperti;
Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat
beraktifitas atau pada pagi hari.
Perubahan mental
Kejang
Mual muntah
Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor;
Meningioma falx dan parasagittal; nyeri tungkai
Meningioma Convexitas; kejang, sakit kepala, deficit
neurologis fokal, perubahan status mental
Meningioma Sphenoid; kurangnya sensibilitas wajah,
gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan
ganda.
Meningioma Olfactorius; kurangnya kepekaan penciuman,
masalah visus.
Meningioma fossa posterior; nyeri tajam pada wajah, mati
rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya
pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,
Meningioma suprasellar; pembengkakan diskus optikus,
masalah visus
Spinal meningioma ; nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

Meningioma Intraorbital ; penurunan visus, penonjolan bola


mata
Meningioma Intraventrikular ; perubahan mental, sakit
kepala, pusing
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari
meningioma pada foto polos. Dinidikasikan untuk tumor
pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.
Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan
dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor.
Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal
maupun difus.
b. CT-Scan
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan
paling banyak meningioma. Tampak gambran isodense
hingga hiperdense pada foto sebelum kontras, dan
gambaran peningkatan densitas yang homogeny pada foto
kontras. Tumor juga memberikan gambaran komponen
cystic dan kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem
peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan
cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
c. MRI
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan
untuk mengevaluasi meningioma. MRI memperlihatkan lesi
berupa massa, dengan gejala tergantung pada lokasi tumor
berada.

Angiograf
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat
menimbulkan gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri
dan kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan
prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningioma tergantung daril okasi dan ukuran
tumor itu sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi
operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi
operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan
konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada
kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi.
Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan
faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya
mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak,
dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi 12.
Rencana preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian
antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan
dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi
dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai
profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan
pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap
organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk
organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan
dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau
mastoid.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial.

a. Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang


abnormal
b. Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
c. Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari
perlekatan dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya
sinus yang terserang atau tulang yang hiperostotik)
d. Grade IV Reseksi parsial tumor
e. Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)
Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma
semakin banyak dipakai untuk terapi. External beam irradiation
dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi
operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang
didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus
meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit,
keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan
operasi, external beam irradiation masih belum menunjukkan
keefektivitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi external beam
irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma yang
agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori
ini belum banyak dikemukakan.
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan
pertimbangan komplikasi yang ditimbulkan terutama pada
meningioma. Saraf optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat
radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi
pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi.
Radiasi Stereotaktik

Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali


diperkenalkan pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton
beam. Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin
banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan
didapat melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan
adalah sinar foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau
linear accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari
cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat
mengurangi komplikasi, terutama pada lesi dengan diameter kurang
dari 2,5 cm.
Steiner dan koleganya menganalisa pasien meningioma yang
diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka
menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol.
Kondziolka dan kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan
pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini
peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien yang
diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan
pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor
mengecil. Kejadian defisit neurologis baru pada pasien yang diterapi
dengan stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5 %.
Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih
belum banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak
maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren
meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada
pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena
atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan adriamycin)
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung),
walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor

jaringan lunak. Laporan dari Chamberlin pemberian terapi kombinasi


menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan vincristine dapat
memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun.
Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam
penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S
dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan
pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian
hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi
dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon
dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada
kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang
menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada
kasus dengan meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen
(anti estrogen) dan mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40
mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari)
telah digunakan oleh kelompok onkolologi Southwest pada 19 pasien
dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan refrakter.
Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara
pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial
pada tiga pasien.
Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone
(RU486) 200 mg perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang
pertama didapatkan 5 dari 14 pasien menunjukkan perbaikan secara
objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor pada empat pasien
dan satu pasien gangguan lapang pandangnya membaik walaupun
tidak terdapat pengurangan massa tumor; terdapat pertumbuhan
ulang pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari
kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan

pertumbuhan tumor berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga


pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada tiga pasien. Tiga
jenis obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih besar pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada
terapi yang menjadi prosedur tetap untuk terapi pada tumor ini.
Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena
pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan
yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi
dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun
adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi
keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada
penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma
akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi 13.
Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan
bila letaknya mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi
keganasan tampak bila ada13: invasi dan kerusakan tulang tumor
tidak berkapsul pada saat operasi invasi pada jaringan otak. Angka
kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan,
dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah
maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka
kematian post operasi selama lima tahun (19421946) adalah 7,9%
dan (19571966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut
laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak.

SUMBER
1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas
Kedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.
2. Focusing on tumor meningioma[ cited 2009 November 20]. Availble
from: http://www.abta.org/meningioma.pdf
3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma[cited 2009
November 20]. Availble from:
http://www.neuroonkologi.com/articles
4. Berikut ini adalah cara-cara pencegahan kanker otak.
5.
6.

7. 1.Menghindari Zat-zat Karsinogenik


8. Cara mencegah terjadinya kanker otak yang pertama adalah menghindari
zat karsinogenik. Zat karsinogenik adalah zat penyebab kanker, zat ini
juga bisa dihasilkan dari proses pemasakan dengan cara digoreng, ditumis
atau dibakar. Akan jauh lebih baik memasak dengan cara mengukus atau
merebus. Buah dan sayuran non-organik juga kemungkinan bersifat
karsinogen. Jadi, tetap waspada!
9.
10.

11.

2.Menghindari Radiasi

12.
Menghindari radiasi juga termasuk upaya pencegahan kanker otak.
Salah satu contohnya adalah radiasi pada ponsel. Badan kesehatan
internasional, WHO mengungkapkan bahwa radiasi pada ponsel dapat
menyebabkan kanker otak. Berkomunikasi melalui telepon lebih dari 15
menit tanpa menggunakan headhone dapat meningkatkan resiko kanker
otak. Jadi, ada baiknya menggunakan alat bantu bila mau menelpon dalam
waktu lama.
13.
14.

15.

3.Hindari Stress yang Berat

16.
Stres juga berbahaya dan dapat menyebabkan risiko kanker otak.
Jadi, anda sebaiknya menghindarinya. Jika Anda sudah merasa lelah telah
bekerja maka beristirahatlah atau sisihkan waktu Anda untuk melakukan
refreshing. Jangan lupa juga untuk menerapkan pola tidur yang baik.

Sebuah penelitian yang dilakukan di University of cologne menyimpulkan


bahwa begadang dapat menyebabkan penyakit kanker.
17.
18.

19.

4.Berolahraga rutin

20.
Berolahraga jelas akan menyehatkan. Selain menyehatkan olahraga
juga mampu mencegah kanker dan berbagai jenis penyakit lainnya.
Lakukan olahraga rutin setiap hari meskipun hanya beberapa menit saja.
21.
22.

23.

5. Makan makanan anti kanker

24.
Banyak makanan yang bisa mencegah kanker. Sebagai contoh
adalah bawang putih dan makanan yang mengandung omega 3.
Kandungan anti kanker dalam bawang putih efektif mengontrol
kecenderungan kanker dalam sel-sel tubuh. Sementara makanan yang
mengandung omega 3 lainnya yaitu minyak biji rami dan kenari. Biji rami
kaya akan serat dan asam linolenic alfa (ALA) yang efektif melindungi
tubuh dari serangan kanker. Pada kacang kenari, kandungan
antioksidannya dua kali lipat lebih besar dari jenis kacang lainnya. Sumber
asam lemak omega 3 diantaranya adalah kenari dan minyak biji rami. Ini
membantu tubuh dalam meningkatkan kekebalan dan kemampuan untuk
melawan kanker.
25.
26.

27.

6. Hindari rokok dan alkohol

28.
Pola hidup yang tidak sehat akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit, termasuk kanker. Salah satu penyebab utama semua jenis kanker
adalah kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol.
Untuk hal di luar makanan, kebiasaan merokok menjadi penyebab
terserangnya berbagai jenis kanker. Pengidap kanker paru-paru yang
disebabkan oleh rokok dapat menyebar ke organ lain seperti otak dan
akhirnya juga menderita kanker otak.
29.
30.

31.

7. Konsumsi Obat Herbal

32.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah kanker saat ini
adalah dengan mengkonsumsi obat herbal. Ada banyak obat herbal yang
bagus, namun yang paling kami rekomendasikan adalah obat herbal Green
Palapa yang sudah terbukti berkhasiat mencegah pertumbuhan kanker.

Selain sangat efektif juga sangat aman dan terlebih lagi obat herbal ini
halal dikonsumsi. Untuk info lebih lengkap, silahkan baca artikel berjudul
pencegahan
kanker
atau
klik
di
sini!
Itulah beberapa cara mencegah kanker otak. Anda juga bisa mencegah
kanker otak ini dengan cara menghindari apa saja yang menjadi penyebab
kanker otak ini. Semoga bermanfaat dan bisa menjawab pertanyaan anda
seputar pencegahan kanker otak ini

Anda mungkin juga menyukai