Anda di halaman 1dari 15

KEJANG DEMAM

Dr. Lian Marliana


(Relawan MER-C)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38 0C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejan
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan
dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang
anpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.

Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang
ua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan
kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurens
kekambuhan), dan kira kira 9 % anak mengalami recurensi 3 kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia
dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat kejang, riwayat keluarga
kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.

Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan
atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
inggi. Kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.

Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2%
hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih
erdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat in
kejang pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk
menghentikan kejang secepat mungkin

Anak yang menderita kejang demam mungkin berkembang menjadi penderita epilepsi. Penelitian yang dilakukan oleh Th
American National Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3 faktor resiko, yaitu :
1. Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
2. Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama
3. Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau multipel selama 1 hari

Mereka yang memiliki salah satu faktor resiko diatas kemungkinan menjadi epilepsi adalah 2%. Bila terdapat 2 atau lebih
kemungkinan menjadi epilepsi adalah 10% . Bila tanpa faktor resiko diatas kemungkinannya adalah 1,6%. (lian, dar
berbagai sumber)

Kejang Demam (Guideline)

Apakah kejang demam itu ?


Resiko berulangnya kejang demam
Penanganan kejang demam
Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan

Resiko dan keuntungan penanganan jangka panjang


Imunisasi dan kejang demam
Sumber

Apakah kejang demam itu ?


Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami
demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi
anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan jarang sekali
terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.
Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam (2). Selama anak
mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan
kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya. Kejang demam ini secara umum
dapat dibagi dalam dua jenis yaitu (1,2):

Simple febrile seizures : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan
tidak berulang dalam 24 jam.

Complex febrile seizures / complex partial seizures : kejang fokal (hanya


melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang
dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).

Risiko berulangnya kejang demam


Simple febrile seizures tidak meningkatkan risiko kematian, kelumpuhan, atau retardasi
mental. Risiko epilepsi pada golongan ini adalah 1%, hanya sedikit lebih besar daripada
populasi umum. Risiko yang dimiliki hanyalah berulangnya kejang demam tersebut pada
1/3 anak yang mengalaminya. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah (1,2):

Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif
normal

Riwayat demam yang sering

Kejang pertama adalah complex febrile seizure

Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor
risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan 3 faktor risiko.

Penanganan kejang demam


Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut (2,3):

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.

Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau
penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.

Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan


khusus.

Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke
fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber
yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin
tanpa menyatakan batasan menit (4).

Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter
untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntahmuntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.

Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poinpoin di atas adalah sebagai berikut (3,4):

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask

Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika
telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti


kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan

pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan
pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1).
Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :
Terapi awal dengan diazepam
Usia

Dosis IV (infus)

Dosis per rektal

(0.2mg/kg)

(0.5mg/kg)

< 1 tahun

12 mg

2.55 mg

15 tahun

3 mg

7.5 mg

510 tahun

5 mg

10 mg

> 10 years

510 mg

1015 mg

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang
infus, 0,5 mg/kg per rektal

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 1520 mg/kg per infus dalam 30 menit.

Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan


Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah
penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering), otitis
media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah),
meningitis, dan pasca imunisasi.
Beberapa pemeriksaan lanjutan hanya diperlukan jika didapatkan karakteristik khusus
pada anak.

Pungsi lumbar (1)

Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan
setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam
pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai
prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang
abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang :

Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)

Mengalami complex partial seizure

Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam


sebelumnya)

Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat)

Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga


sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal.

Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda
peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem
saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik
sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi
lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.

EEG (electroencephalogram) (1)

EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang.


Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi
sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang
menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya
atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di
masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang
abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap
risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.

Pemeriksaan laboratorium (1)

Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,


magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama.

Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan


sekedar sebagai pemeriksaan rutin.

Neuroimaging (1)

Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI
kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk
pertama kalinya.

Risiko dan keuntungan penanganan jangka panjang


Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam
jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh
spesialis (2). Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah
sebagai berikut.

Antipiretik

Antipiretik tidak mencegah kejang demam (5,6). Penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian
asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara sporadis. Demikian
pula dengan ibuprofen.

Diazepam

Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset
demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang
demam yang berat (2,6). Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam
pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan),
letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak selalu
efektif karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat
diberikan (5). Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi
gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat.

Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan

Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya
(hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh (5).
Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah
berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang
demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama pada
anak berusia < 3 tahun), trombositopenia (menurunnya jumlah keping darah yang

berfungsi dalam pembekuan darah), pankreatitis (peradangan pankreas yang


merupakan kelenjar penting dalam tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat
penggunaan asam valproat sama sekali tidak dianjurkan sebagai profilaksis kejang
demam.
Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai
profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara berkala
pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang tua. Dan tidak
ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan datang (6).

Imunisasi dan kejang demam


Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti kejang
demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada
beberapa jenis imunisasi sebagai berikut (2):

DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan
menurun setelahnya.

MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah
imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih
besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi
kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam
bukan merupakan kontra indikasi imunisasi.

Sumber

Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile


Seizures. Practice parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a
first simple febrile seizure. AAP Policy 1996; 97:769-775
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/abstract/pediatrics;97/5/769

Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.


http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion

Clinical Practice Guidelines - Febrile Convulsion. Royal Childrens Hospital


Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5132

Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004.

www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf
Committee on Quality Improvement and Subcommittee on Febrile Seizures.

Practice Parameter: Long-term Treatment of the Child With Simple Febrile


Seizures. Pediatrics 1999;103:1307-1309
Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the Child With Simple Febrile

Seizures. Pediatrics 1999; 103:e 86


http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;103/6/e86
Nurul I Hariadi

Kejang Demam (catatan kuliah Pediatric II)


Oleh nina
Jumat, 09-Januari-2004, 19:31:43

1039 klik

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak2.

Kejang Demam (Sub bagian Neurologi dept. Pediatric)

Defenisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38C) yang disebab
suatu proses ejstra kranium.
Sering pada anak golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Tergantung pada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat.
Faktor herediter menentukan.

Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yangd idapat dari metabolisme. Bah
yang digunakan berupa glukosa yang akan dipecah menjadi CO2 dan air.

Dalam keadaan normal membran neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sulit oleh ion Natrium (N
Clorida (Cl-). Akibatnya K+ tinggi dalam sel dan Na+ rendah, sedangkan di luar sel sebaliknya. Perbedaan ini yang mem
potensial membran sel neuron.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh:
-Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
-Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis
-Perubahan patofisiologi membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan o
meningkat 20%.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu akan terjadi perubahan keseimbangan dari membran potensial neuron dan dalam w
akan terjadi difusi dari K+ dan Na+ melalui membran tadi dengan akibat lepasnya muatan listrik yang sedemikian besar
meluas ke seluruh sel neurotransmitter pada tubuh dan terjadilah kejang.

Tiap anak empunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang rendah, kejang telah terjadi pad
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C.

Bangkitan kejang tergantung pada ambang kejang tersebut yaitu lebih banyak pada anak dengan ambang kejang renda

Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada ke
lama (> 15 menit) biasanya dapat disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot ske
dapatterjadi juga hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi dan denyut jantu
tidak teratur, meningkatnya suhu tubuh juga dapat terjadi.
Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga timbul
yang mengakibatkan rusaknya sel neuron otak.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.

Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang dapat terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat karena infeksi di luar sus
pusat seperti: tonsillitis, OMA, bronchitis, dll.

Serangan berlangsung singkat dengans ifat bangkitan berbentuk: tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumny
berhenti sendiri.
Livingston membagi kejang demam atas dua golongan:
1.Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
2.Epilepsi yangd iprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)

Sub. Bagian Pediatric RSCM membagi lagi criteria tersebut dengan: (untuk pedoman diagnostik kejang demam sederha
-Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
-Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
-Kejang bersifat umum
-Kejang timbul dalam 16 jam pertama, setelah timbulnya demam.
-Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang: normal.
-Pemeriksaan EEG yangd ibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak meunjukkan kelainan.
-Frekwensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh criteria di atas digolongkan pada: epilepsy yang
oleh demam.
Diagnosis Banding
Infeksi pada SSP seperti: meningitis, ensefalitis, abses otak dll.
Prognosis
Dengan penanggulangan cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian.
Kemungkinan bangktan kejang: sekitar 25-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.

Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada anak perempuan 50%, laki2 33%
Pada anak beumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang, kemungkinan bangkitan 50%
tanpa riwayat keluarga kejang 25%
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor:

-Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.


-Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam.
-Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Kemungkinan komplikasi hemiparesis dapat terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama yaitu yang berlangsun
setengah jam, baik yang bersifat umum atau fokal.
Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental dapat terjadi dengan kemung
lebih besar.
Penanggulangan
Dalam penanggulangan perlu diperhatikan 4 faktor yaitu:
1.Memberantas kejang secepat mungkin
2.Pengobatan penunjang
3.Memberikan pengobatan rumat
4.Mencari dan mengobati penyebab.
Ad 1. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita dating dengan status convulsifus, obat pilihan pertama adalah diazepam intravena.

Dosis tergantung berat badan, yaitu: kurang dari 10 kg: 0,5-0,75 mg/kgBB
Biasanya dosis yang dipakai rata2 sekitar 0,3 mg/kgBB dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahu
mg pada anak lebih besar.
Ad 2. Pengobatan penunjang
Profilaksis intermitten (sementara)

Untuk mencegah terjadinya bangkitan kejang dikemudian hari, penderita kejang demam sederhana dapat diberikan oba
antikonvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kalau anak menderita demam lagi.

Antikonvulsan yang diberikan adalah fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari. (efek samping fenobarbital paling kec
Antipiretikan yang dipakai adalah aspirin 60 mg/tahun/kali (sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah 6 bulan 10
mg/bulan/kali, sehari 3 kali).

Profilaksis jangka panjang


Diberikan pada keadaan:
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam.
Keadaan kejang demam dengan cirri: terdapatnya gangguan perkembangan saraf, bila kejang berlangsung lebih dari 1
(bersifat fokal atau ada kelainan saraf sementara atau menetap), terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat ge
orang tua atau saudara kandung, pada kasus2 tertentu (missal kejang berulang atau kejang demam pada bayi di bawah
Obat2 untuk profilaksis jangka panjang: fenobarbital, sodium valproat, fenitoin (dilantin).

Ad 4. mencari dan mengobati penyebab


Secara akademis pada anak dengan kejang demam pertama sebaiknya dilakukan pungsi lumal, untuk menyingkirkan k
factor infeksi di dalam otak, misalnya meningitis.

Kejang Demam

Penulis: Rini Sekartini


Pada beberapa anak, demam dapat menimbulkan kejang. Kejang demam terjadi pada 25% anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang merupakan hal yang menakutkan
tetapi biasanya tidak membahayakan. Informasi dari brosur ini akan membantu anda
untuk mengerti kejang demam dan apa yang terjadi jika hal ini terjadi pada anak anda.
Apakah kejang demam?
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif
untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir
kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Kejang demam jarang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang karena sebab lain
(kejang yang tidak disebabkan oleh demam) akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi
pada salah satu bagian tubuh saja dan dapat terjadi berulang.
Apa yang harus saya lakukan jika anak saya mengalami kejang demam?
Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.

Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang
keras atau tajam
Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat
mengalir keluar dari mulut
Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya
sendiri.
Hubungi dokter anak anda

Apakah anak saya akan mengalami kejang lagi?


Kejang demam tampaknya timbul secara familial. Risiko terjadinya kejang pada episode
demam yang lain tergantung dari usia anak anda. Anak yang berumur kurang dari 1
tahun pada saat kejang pertama memiliki risiko 50% untuk mengalami kejang demam
lagi. Anak yang berusia lebih dari 1 tahun pada saat kejang pertama hanya memiliki risiko
30% untuk mengalami kejang demam lagi.
Akankah anak saya menderita epilepsi?
Epilepsi diartikan sebagai kejang berulang dan multipel. Kejang epilepsi tidak disebabkan
oleh demam. Anak dengan riwayat kejang demam mempunyai risiko sedikit lebih tinggi

menderita epilepsi pada usia 7 tahun dibandingkan dengan anak yang tidak pernah
mengalami kejang demam.
Apakah kejang demam membahayakan?
Kejang demam mungkin menakutkan tetapi tidak membahayakan untuk anak anda.
Kejang demam tidak menyebabkan kerusakan otak, masalah sistem saraf, kelumpuhan,
retardasi mental atau kematian.
Bagaimana menangani kejang demam?
Jika anak anda mengalami kejang demam, hubungi segera dokter anak anda. Dokter anda
akan segera memeriksa anak anda untuk menentukan penyebab demamnya. Lebih
penting untuk mencari penyebab demam dan mengobatinya dibandingkan kejangnya
sendiri. Pengambilan cairan otak mungkin dilakukan untuk memastikan anak anda tidak
mengalami infeksi serius seperti meningitis, terutama pada anak yang berusia kurang
dari 1 tahun.
Secara umum, dokter tidak akan menyarankan untuk mengobati kejang demam
sederhana dengan obat-obat preventif (pencegah). Akan tetapi hal ini tetap harus
didiskusikan dengan dokter anak anda. Jika terjadi kejang lama atau kejang berulang,
pengobatan mungkin akan berbeda.
Obat pereda demam seperti acetaminophen dan ibuprofen dapat menolong menurunkan
demam, tetapi tidak mencegah kejang demam. Dokter anak anda akan memberitahu
anda mengenai cara terbaik mengatasi demam anak anda.
Jika anak anda mengalami kejang demam, jangan takut akan hal yang buruk. Kejang ini
tidak membahayakan anak anda dan tidak mengganggu kesehatan jangka panjang. Jika
anda tertarik dengan masalah ini atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan anak,
bicarakan dengan dokter anak anda.

www.idai.or.id.hottopics/detil.asp?q=88-19k-

ygpernahngalaminwaktuanakkejang*
http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=62

Kejang Demam pada Anak


dr. Hardiono Pusponegoro
KEJANG demam adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam. Umumnya, sekitar 2% sampai 5%
anak berumur antara enam bulan sampai lima tahun mengalami demam ini. Namun tidak sampai menginfeksi otak
anak.
Apa yang harus dilakukan bila anak mengalami kejang demam? Walaupun kejang demam terlihat sangat
menakutkan, sebenarnya jarang sekali terjadi komplikasi berat. Yang paling penting (dan paling sulit) adalah untuk
tetap tenang.
Lihat jam untuk menentukan berapa lama kejang berlangsung. Jangan memasukkan sendok atau jari ke dalam
mulut anak untuk mencegah
lidahnya tergigit. Hal ini tidak ada gunanya, justru berbahaya karena gigi dapat patah atau jari luka. Miringkan
posisi anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya. Jangan mencoba menahan gerakan anak. Turunkan demam

dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air sedikit


hangat. Setelah air menguap, demam akan turun. Jangan memberi kompres dengan es atau alkohol karena anak
akan menggigil dan suhu di dalam tubuh justru meningkat, walaupun kulitnya terasa dingin. Bila ada, Anda dapat
memberikan diazepam melalui anus. Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat diberikan obat,
sebagian besar kejang demam akan berhenti sendiri sebelum lima menit.
Apakah anak perlu masuk rumah sakit?
Bila kejang berlangsung kurang dari lima menit, kemudian anak sadar dan menangis, biasanya tidak perlu dirawat.
Bila demam tinggi, kejang
berlangsung lebih dari 10-15 menit, kejang berulang atau anak tidak sadar setelah kejang berhenti. Anda harus
membawanya ke Dokter atau Rumah Sakit.
Untuk membantu menentukan apa yang akan terjadi pada anak dikemudian hari, kejang demam dibagi dalam
kejang demam sederhana dan kejang kompleks.
Kejang demam sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada hari yang
sama, sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi pada datu sisi tubuh, berlangsung lama lebih
dari 15 menit atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.
Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau mengganggu kepandaian. Risiko
untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2% hingga 3%. Risiko terbanyak adalah
berulang kejang demam, yang dapat terjadi pada 30 sampai 50% anak. Risiko-risiko tersebut lebih besar pada
kejang yang kompleks.
Rekaman otak atau electroencephaiografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin, karena tidak berguna
untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali, juga tidak dapat memperkirakan apakah akan terjadi
epilepsi di kemudian hari. Pemeriksaan CT scan atau MRI juga tidak perlu dilakukan.
Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak mengalami kelainan saraf yang nyata, dokter akan
mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka panjang selama 1-3 tahun. Obat
yang digunakan misalnya phenobarbital yang sangat efektif untuk mencegah berulangnya kejang, namun di sisi
lain memiliki efek samping menyebabkan anak menjadi hiperaktif.
Obat lain misalnya asam valproat, sama efektifnya untuk mencegah berulangnya kejang namun mepunyai efek
samping mengganggu fungsi hati, terutama pada anak berumur kurang dari 2 tahun. Dokter akan memberi anda
pilihan yang terbaik.
------------------------------Original Article:
http://www.mayoclinic.com/invoke.cfm?id=DS00346
Febrile seizure
Overview
A febrile seizure is a convulsion that occurs in young children, triggered by a high fever. Febrile means pertaining
to or characterized by a fever. A febrile seizure typically lasts 5 minutes or less, though some may last longer. Most
children who experience a febrile seizure are between the ages of 6 months and 5 years.
Although a febrile seizure may be very alarming to you, it usually is harmless to your child and usually doesn't
indicate a long-term or ongoing problem. Still, a febrile seizure is always a reason to seek medical attention,
especially to determine the cause of the fever.
Febrile seizures are the most common type of seizure during childhood. They occur in about 4 percent of children
before the age of 4 years. Many children never have another febrile seizure. Some children inherit a tendency to
have seizures along with a fever. Febrile seizures usually stop by the time a child is 5 or 6 years old.
Signs and Symptoms

Signs of a febrile seizure include:


a.. Repeated rhythmic jerking or stiffening of your child's arms and legs
b.. Eyes rolled back in your child's head
c.. Lack of consciousness
A febrile seizure usually is due to a rapid rise in your child's temperature, but the above signs don't necessarily
reflect the height of the fever. Most febrile seizures are short, with the signs usually lasting 5 minutes or less. After
the seizure, your child may cry or be quite sleepy.
Causes
A febrile seizure may be triggered by a rapidly developing fever, which could be caused by an infection in any part
of your child's body. The fever is usually from a typical childhood illness, such as a middle ear infection. A less
common but very serious cause of a seizure is an infection of a child's central nervous system (brain and spinal
cord). One such infection is meningitis, a condition in which membranes surrounding the brain become infected.
Another is encephalitis, an inflammation in the brain itself.
Risk Factors
Young age is the strongest risk factor. Most febrile seizures occur between the ages of 6 months and 5 years, and
the highest likelihood of febrile seizures is in children between the ages of 12 months and 18 months. Some
children inherit a family's tendency to have seizures with a fever.
When to Seek Medical Advice
Seek medical attention immediately if your child has a seizure, develops a stiff neck, becomes confused or
delirious, is difficult to wake up or acts very sick. First-time febrile seizures should be evaluated by your doctor as
soon as possible.
Screening and Diagnosis
Your doctor will need to examine your child to determine the possible causes of the fever and seizure. Your doctor
may order blood and urine tests to detect an infection.
If your doctor suspects a central nervous system infection, a spinal tap (lumbar puncture) may be necessary. In
this procedure, approximately one-half teaspoon of spinal fluid is removed with a needle appropriately placed into
the child's lower back. This test can reveal evidence of infection in the fluid that surrounds the brain and spinal
cord.
Complications
Although they may greatly concern you as a parent, the vast majority of febrile seizures produce no lasting effects.
Febrile seizures are classified as simple or complex. Researchers currently believe that simple febrile seizures
cause no higher incidence of subsequent epilepsy, cerebral palsy or mental retardation. A complex febrile seizure
lasts longer than 15 minutes, occurs more than once within 24 hours or is confined to one side of the body.
Complex febrile seizures may carry a somewhat higher risk of subsequent seizures.
If your child experiences a febrile seizure, you might wonder whether he or she has a more serious underlying
disorder, such as epilepsy. However, epilepsy in children is defined as recurring seizures in the absence of fever.
The odds that your child will develop epilepsy after a febrile seizure are small. Between 95 percent and 98 percent
of children who have a simple febrile seizure will never develop epilepsy. However, children with epilepsy are more
likely to have seizures when they have a fever, because fever lowers the seizure threshold.
Treatment
The vast majority of febrile seizures stop on their own within 5 minutes. However, if the seizure lasts for more than
5 minutes or if your child has two or more seizures call for emergency medical attention.

If the seizure is still occurring when your child arrives at the emergency room, a doctor may order medication
administered either through your child's rectum or intravenously to stop the seizure.
It's possible that the doctor will want your child to stay in the hospital briefly for further observation. But a hospital
stay isn't always necessary.
Prevention
If your child is susceptible to febrile seizures, it may be possible to prevent these seizures by taking quick action to
control fever when your child has an illness.
Most of the time, a febrile seizure occurs during the first day of an illness. By giving your child acetaminophen
(Tylenol, others) or ibuprofen (Advil, Motrin, others) at the first indication of fever, you may reduce the chance of a
febrile seizure. But don't give aspirin to children. Aspirin may trigger a rare but potentially fatal disorder known as
Reye's syndrome. Also, don't bundle up your child too much at night, and make sure your child drinks plenty of
fluids.
It also is possible to prevent febrile seizures by having your child take a prescription anticonvulsant medication until
age 3 or 4. However, doctors rarely prescribe these medications because most febrile seizures are harmless and
most children outgrow them without any problems.
Medications that prevent seizures have drawbacks. Anticonvulsant medications such as valproic acid (Depakene)
and divalproex (Depakote) are effective in preventing febrile seizures, but they carry a significant risk of serious
side effects in young children. Children who have frequent or prolonged febrile seizures might benefit from
preventive treatment with oral or rectal diazepam (Valium, Diastat).
Self-Care
Although febrile seizures are usually harmless, these steps can help your child avoid injury during the seizure:
a.. Place your child on his or her side, somewhere where they won't fall.
b.. Stay close beside to watch and comfort your child.
c.. Remove any hard or sharp objects near your child.
d.. Loosen tight or restrictive clothing.
e.. Don't restrain your child or interfere with your child's movements.
f.. Don't attempt to put anything in your child's mouth.
Within 1 to 2 hours of a febrile seizure, many children are back on their feet, running around the doctor's office or
playing safely at home. By staying calm, observing your child and knowing when to call the doctor, you're doing
everything that's needed to take care of your child.
By Mayo Clinic staff
DS00346
April 15, 2002
1998-2004 Mayo Foundation for Medical Education and

Anda mungkin juga menyukai