Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38 0C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejan
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan
dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang
anpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang
ua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan
kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurens
kekambuhan), dan kira kira 9 % anak mengalami recurensi 3 kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia
dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat kejang, riwayat keluarga
kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan
atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
inggi. Kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2%
hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih
erdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat in
kejang pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk
menghentikan kejang secepat mungkin
Anak yang menderita kejang demam mungkin berkembang menjadi penderita epilepsi. Penelitian yang dilakukan oleh Th
American National Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3 faktor resiko, yaitu :
1. Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
2. Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama
3. Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau multipel selama 1 hari
Mereka yang memiliki salah satu faktor resiko diatas kemungkinan menjadi epilepsi adalah 2%. Bila terdapat 2 atau lebih
kemungkinan menjadi epilepsi adalah 10% . Bila tanpa faktor resiko diatas kemungkinannya adalah 1,6%. (lian, dar
berbagai sumber)
Simple febrile seizures : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan
tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif
normal
Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor
risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan 3 faktor risiko.
Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau
penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke
fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber
yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin
tanpa menyatakan batasan menit (4).
Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter
untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntahmuntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poinpoin di atas adalah sebagai berikut (3,4):
Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika
telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan
pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1).
Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :
Terapi awal dengan diazepam
Usia
Dosis IV (infus)
(0.2mg/kg)
(0.5mg/kg)
< 1 tahun
12 mg
2.55 mg
15 tahun
3 mg
7.5 mg
510 tahun
5 mg
10 mg
> 10 years
510 mg
1015 mg
Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang
infus, 0,5 mg/kg per rektal
Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 1520 mg/kg per infus dalam 30 menit.
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan
setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam
pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai
prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang
abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang :
Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda
peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem
saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik
sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi
lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.
Neuroimaging (1)
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI
kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk
pertama kalinya.
Antipiretik
Antipiretik tidak mencegah kejang demam (5,6). Penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian
asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara sporadis. Demikian
pula dengan ibuprofen.
Diazepam
Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset
demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang
demam yang berat (2,6). Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam
pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan),
letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak selalu
efektif karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat
diberikan (5). Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi
gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat.
Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya
(hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh (5).
Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah
berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang
demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama pada
anak berusia < 3 tahun), trombositopenia (menurunnya jumlah keping darah yang
DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan
menurun setelahnya.
MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah
imunisasi.
Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih
besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi
kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam
bukan merupakan kontra indikasi imunisasi.
Sumber
www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf
Committee on Quality Improvement and Subcommittee on Febrile Seizures.
1039 klik
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak2.
Defenisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38C) yang disebab
suatu proses ejstra kranium.
Sering pada anak golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Tergantung pada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat.
Faktor herediter menentukan.
Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yangd idapat dari metabolisme. Bah
yang digunakan berupa glukosa yang akan dipecah menjadi CO2 dan air.
Dalam keadaan normal membran neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sulit oleh ion Natrium (N
Clorida (Cl-). Akibatnya K+ tinggi dalam sel dan Na+ rendah, sedangkan di luar sel sebaliknya. Perbedaan ini yang mem
potensial membran sel neuron.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh:
-Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
-Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis
-Perubahan patofisiologi membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan o
meningkat 20%.
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu akan terjadi perubahan keseimbangan dari membran potensial neuron dan dalam w
akan terjadi difusi dari K+ dan Na+ melalui membran tadi dengan akibat lepasnya muatan listrik yang sedemikian besar
meluas ke seluruh sel neurotransmitter pada tubuh dan terjadilah kejang.
Tiap anak empunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang rendah, kejang telah terjadi pad
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C.
Bangkitan kejang tergantung pada ambang kejang tersebut yaitu lebih banyak pada anak dengan ambang kejang renda
Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada ke
lama (> 15 menit) biasanya dapat disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot ske
dapatterjadi juga hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi dan denyut jantu
tidak teratur, meningkatnya suhu tubuh juga dapat terjadi.
Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga timbul
yang mengakibatkan rusaknya sel neuron otak.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.
Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang dapat terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat karena infeksi di luar sus
pusat seperti: tonsillitis, OMA, bronchitis, dll.
Serangan berlangsung singkat dengans ifat bangkitan berbentuk: tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumny
berhenti sendiri.
Livingston membagi kejang demam atas dua golongan:
1.Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
2.Epilepsi yangd iprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)
Sub. Bagian Pediatric RSCM membagi lagi criteria tersebut dengan: (untuk pedoman diagnostik kejang demam sederha
-Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
-Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
-Kejang bersifat umum
-Kejang timbul dalam 16 jam pertama, setelah timbulnya demam.
-Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang: normal.
-Pemeriksaan EEG yangd ibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak meunjukkan kelainan.
-Frekwensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh criteria di atas digolongkan pada: epilepsy yang
oleh demam.
Diagnosis Banding
Infeksi pada SSP seperti: meningitis, ensefalitis, abses otak dll.
Prognosis
Dengan penanggulangan cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian.
Kemungkinan bangktan kejang: sekitar 25-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada anak perempuan 50%, laki2 33%
Pada anak beumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang, kemungkinan bangkitan 50%
tanpa riwayat keluarga kejang 25%
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor:
Kemungkinan komplikasi hemiparesis dapat terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama yaitu yang berlangsun
setengah jam, baik yang bersifat umum atau fokal.
Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental dapat terjadi dengan kemung
lebih besar.
Penanggulangan
Dalam penanggulangan perlu diperhatikan 4 faktor yaitu:
1.Memberantas kejang secepat mungkin
2.Pengobatan penunjang
3.Memberikan pengobatan rumat
4.Mencari dan mengobati penyebab.
Ad 1. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita dating dengan status convulsifus, obat pilihan pertama adalah diazepam intravena.
Dosis tergantung berat badan, yaitu: kurang dari 10 kg: 0,5-0,75 mg/kgBB
Biasanya dosis yang dipakai rata2 sekitar 0,3 mg/kgBB dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahu
mg pada anak lebih besar.
Ad 2. Pengobatan penunjang
Profilaksis intermitten (sementara)
Untuk mencegah terjadinya bangkitan kejang dikemudian hari, penderita kejang demam sederhana dapat diberikan oba
antikonvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kalau anak menderita demam lagi.
Antikonvulsan yang diberikan adalah fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari. (efek samping fenobarbital paling kec
Antipiretikan yang dipakai adalah aspirin 60 mg/tahun/kali (sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah 6 bulan 10
mg/bulan/kali, sehari 3 kali).
Kejang Demam
Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang
keras atau tajam
Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat
mengalir keluar dari mulut
Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya
sendiri.
Hubungi dokter anak anda
menderita epilepsi pada usia 7 tahun dibandingkan dengan anak yang tidak pernah
mengalami kejang demam.
Apakah kejang demam membahayakan?
Kejang demam mungkin menakutkan tetapi tidak membahayakan untuk anak anda.
Kejang demam tidak menyebabkan kerusakan otak, masalah sistem saraf, kelumpuhan,
retardasi mental atau kematian.
Bagaimana menangani kejang demam?
Jika anak anda mengalami kejang demam, hubungi segera dokter anak anda. Dokter anda
akan segera memeriksa anak anda untuk menentukan penyebab demamnya. Lebih
penting untuk mencari penyebab demam dan mengobatinya dibandingkan kejangnya
sendiri. Pengambilan cairan otak mungkin dilakukan untuk memastikan anak anda tidak
mengalami infeksi serius seperti meningitis, terutama pada anak yang berusia kurang
dari 1 tahun.
Secara umum, dokter tidak akan menyarankan untuk mengobati kejang demam
sederhana dengan obat-obat preventif (pencegah). Akan tetapi hal ini tetap harus
didiskusikan dengan dokter anak anda. Jika terjadi kejang lama atau kejang berulang,
pengobatan mungkin akan berbeda.
Obat pereda demam seperti acetaminophen dan ibuprofen dapat menolong menurunkan
demam, tetapi tidak mencegah kejang demam. Dokter anak anda akan memberitahu
anda mengenai cara terbaik mengatasi demam anak anda.
Jika anak anda mengalami kejang demam, jangan takut akan hal yang buruk. Kejang ini
tidak membahayakan anak anda dan tidak mengganggu kesehatan jangka panjang. Jika
anda tertarik dengan masalah ini atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan anak,
bicarakan dengan dokter anak anda.
www.idai.or.id.hottopics/detil.asp?q=88-19k-
ygpernahngalaminwaktuanakkejang*
http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=62
If the seizure is still occurring when your child arrives at the emergency room, a doctor may order medication
administered either through your child's rectum or intravenously to stop the seizure.
It's possible that the doctor will want your child to stay in the hospital briefly for further observation. But a hospital
stay isn't always necessary.
Prevention
If your child is susceptible to febrile seizures, it may be possible to prevent these seizures by taking quick action to
control fever when your child has an illness.
Most of the time, a febrile seizure occurs during the first day of an illness. By giving your child acetaminophen
(Tylenol, others) or ibuprofen (Advil, Motrin, others) at the first indication of fever, you may reduce the chance of a
febrile seizure. But don't give aspirin to children. Aspirin may trigger a rare but potentially fatal disorder known as
Reye's syndrome. Also, don't bundle up your child too much at night, and make sure your child drinks plenty of
fluids.
It also is possible to prevent febrile seizures by having your child take a prescription anticonvulsant medication until
age 3 or 4. However, doctors rarely prescribe these medications because most febrile seizures are harmless and
most children outgrow them without any problems.
Medications that prevent seizures have drawbacks. Anticonvulsant medications such as valproic acid (Depakene)
and divalproex (Depakote) are effective in preventing febrile seizures, but they carry a significant risk of serious
side effects in young children. Children who have frequent or prolonged febrile seizures might benefit from
preventive treatment with oral or rectal diazepam (Valium, Diastat).
Self-Care
Although febrile seizures are usually harmless, these steps can help your child avoid injury during the seizure:
a.. Place your child on his or her side, somewhere where they won't fall.
b.. Stay close beside to watch and comfort your child.
c.. Remove any hard or sharp objects near your child.
d.. Loosen tight or restrictive clothing.
e.. Don't restrain your child or interfere with your child's movements.
f.. Don't attempt to put anything in your child's mouth.
Within 1 to 2 hours of a febrile seizure, many children are back on their feet, running around the doctor's office or
playing safely at home. By staying calm, observing your child and knowing when to call the doctor, you're doing
everything that's needed to take care of your child.
By Mayo Clinic staff
DS00346
April 15, 2002
1998-2004 Mayo Foundation for Medical Education and