Anda di halaman 1dari 3

1.

KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN


Dalam Alkitab ditegaskan bahwa tugas pendidikan adalah pertama-tama tugas
orangtua. Ketika sepasang manusia mengucapkan janji nikah, salah satu yang mereka ucapkan
dalam kebaktian pemberkatan nikah adalah kewajiban untuk mendidik dan membesarkan
anak-anak dalam pengetahuan dan ketaatan kepadaNya.
Ada dua lembaga utama yang membahas mengenai pendidikan :
sekolah
Sekolah memainkan peranan penting dalam pembentukan seorang manusia sebagai
makhluk terdidik, terutama secara intelektual dan sosial.
keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidik terutam dan utama. Di dalamnya seorang
anak diperkenalkan pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan kebenaran melalui
pengenalan akan Tuhan (Ul. 6:4-9).
Pembentukan karakter dan intelektual seseorang sangat dipengaruhi oleh pola asuh
dalam keluarga. Menurut alm. Pater Drost, salah seorang tokoh pendidikan di Indonesia,
sekolah hanya melanjutkan proses pendidikan yang telah dimulai dalam keluarga. Jika
keluarga salah mendidik anak-anak, sekolah akan mengalami kesulitan dalam mendidik anakanak itu.
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kerja sama yang saling mendukung
antara pemerintah, sekolah, masyarakat dan keluarga.
2. TUJUAN PENDIDIKAN
a. Membina Watak dan Keahlian
Hakikat atau makna terdalam dari pendidikan adalah mempersiapkan seseorang untuk
memilih keahlian, sikap dan watak serta pikiran yang baik dan maju sebagai bekal
untuk hidup dalam masyarakat.
Makna pembentukan watak dalam prosespendidikan di sekolah mencakup hal-hal
seperti kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan terhadap kritik dari orang lain,
pengampunan, keberanian, berpendapat dan menghargai perbedaan pendapat, dll.
b. Membebaskan
Pendidikan bertujuan membebaskan manusia untuk mampu mengekspresikan apa yang
menjadi pikiran, keputusan dan sikapnya sendiri dan bukan berdasarkan komando atau
perintah orang lain.
Pendidikan yang membebaskan menotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitas
berpikir dan keterampilan yang positif yang dapat dipertanggungjawabkannya. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan seperti itu, sekolah menyiapkan sarana dan prasarana
belajar bagi siswa sebagai bekal mempersiapkan hidupnya kelak dalam masyarakat.
Tidak semua anak Indonesia beruntung bisa memperoleh pendidikan formal. Untuk itu,
bagi kita yang memperoleh kesempatan tersebut haruslah menghargai dan
memanfaatkan kesempatan itu dengan cara belajar sebaik-baiknya demi bekal hidup.

3. HUBUNGAN SINERGIS ANTARA KELUARGA DENGAN SEKOLAH DALAM


PELAKSANAAN PENDIDIKAN
Dalam masyarakat modern, hampir separuh dari kehidupan manusia pada umumnya
dihabiskan di bangku sekolah. Harus diakui bahwa lembaga pendidikan formal, seperti sekolah
memainkan peranan penting dalam pengembangan diri manusia. Mencari pekerjaan juga
membutuhkan pendidikan. Untuk itu, peranan pendidikan yang formal hadir melalui institusi
pendidikan menjadi sangat penting.
Sejalan dengan itu, kampanye peningkatan SDM dilancarkan dimana-mana. Memang
betul bahwa tugas pendidikan tidak dapat diserahkan sepenuhnya hanya kepada sekolah, tetapi
keluarga harus turut serta dalam tanggung jawab itu. Seberapa jauhkah orang tua terlibat dalam
pendidikan anak-anaknya? Keterlibatan orang tua jangan dikaitkan/ dipahami sebagai tindakn
mencampuri pola asuh dan pola didik yang ditetapkan oleh sekolah. Namun, orang tua
menjaga komunikasi dengan guru, serta lembaga sekolah sehingga orang tua dapat mengikuti
perkembangan anaknya. Sebaliknya, anak-anak wajib membicarakan dengan orang tua
berbagai kendala yang dia hadapi di sekolah.
4. PENDIDIKAN DALAM TRADISI YAHUDI
Tradisi Yahudi memberikan tempat utama pada pendidikan. Bagi orang Yahudi
pendidikan dimulai dari keluarga, lalu dilanjutkan oleh sekolah, sejak masa kanak-kanak,
seorang Yahudi telah dididik untuk mengenal, memahami, dan menghayati imannya.
Bercermin dari tradisi Yahudi, keluarga haruslah memikul tanggung jawab utama dalam
proses pendidikan anak-anaknya. Sedangkan sekolah memiliki tanggung jawab yang terbatas.
Dengan demikian perlu adanya pembagian tugas antara sekolah dan keluarga dan masyarakat.
Sayangnya, peran masyarakat/orang tua dalam pendidikan masih kurang tampak. Kontrol
masyarakat kurang diarahkan dalam menunjang pendidikan. Ini terbukti dari sifat konsumtif
masyarakat dan keluarga yang mengalahkan prhatian terhadap pendidikan. Dan juga
kurangnya perhatian dari orang tua terhadap anak.
5. GEREJA DAN PENDIDIKAN
Sejak zaman Gereja mula-mula, pendidikan memperoleh perhatian utama dalam
Gereja. Para biarawan tidak hanya belajar teologi, bahkan juga berbagai ilmu pengetahuan dan
filsafat. Copernicus, yang menemukan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari, adalah
seorang ahli hukum Gereja dari Polandia.
Selain menjalankan tugas spiritual, para teolog dan rohaniwan juga mengembangkan
berbagai pemikiran di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Gereja sendiri banyak terlibat dalam
kegiatan formal maupun informal. Salah satunya ikut mendirikan sekolah-sekolah dari jenjang
yang rendah sampai yang tertinggi.
6. BELAJAR DARI KASUS-KASUS YANG TERJADI DALAM MASYARAKAT
Ada banyak kasus terjadi ketika keluarga tidak menjalankan fungsinya. Keluarga yang
tidak harmonis cenderung menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki rasa percaya diri dan
labil. Anak-anak juga cenderung melarikan diri pada obat terlarang ataupun perbuatan lain

yang merusak hidupnya. Anak-anak merasa tak berdaya, terbuang, dan kesepian. Dalam situasi
seperti ini, sebaiknya si anak perlu teman bicara untuk membantu seperti konselor, guru
kesiswaan, pendeta atau teman yang dipercaya yang tidak menganjurkan ke hal negatif.
Manusia tidak dapat melarikan diri dari pesoalan yang ada. Dengan menghadapi persoalan
dengan tabah dan bijak, terutama menggantungkan diri kepada Tuhan, remaja akan
menyiapkan masa depannya lepas dari pengaruh buruk yang membelenggunya.

Anda mungkin juga menyukai