Anda di halaman 1dari 29

COPD

(Chronic Obstructive Pulmonary


Disease)

Apa itu COPD?


COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
adalah:
penyakit yang dicirikan oleh adanya
obstruksi (sumbatan) saluran pernafasan
yang tidak sepenuhnya reversibel.
Sumbatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berkaitan

dengan

respon

inflamasi

yang

abnormal dari paru terhadap partikel atau gas


berbahaya.

Dua Gangguan Utama Pada


CPOD
Bronkitis kronis, yang dicirikan dengan:
Inflamasi
kronis
dan
produksi
berlebihan
Terdapatnya batuk berdahak kronis

mukus

Emphysema, yang dicirikan dengan:


Pembesaran rongga udara bagian distal
sampai ke ujung bronkiolus yang abnormal &
permanen
Kerusakan dinding alveolus

Epidemiologi
Di
Indonesia
merupakan
pembunuh no 2 setelah penyakit
kardiovaskular
Prevalensi
meningkat
seiring
bertambahnya usia
Lebih sering menyerang pria
daripada wanita

Etiologi
Faktor Paparan
Lingk.
Merokok
Penyebab utama
CPOD. Tingkat resiko
30x > bukan
perokok
Pekerjaan
Tambang, konveksi,
indus-tri keramik dsb.
Polusi Udara
Asap dapur, asap
pabrik dsb.

Faktor Host
Usia
Jenis Kelamin
Gangguan Fungsi
Paru yang sudah
terjadi
Predisposisi genetik
Defisiensi AAT (1 antitripsin) terutama
dikaitkan dgn emphysema

Bronki Pada Kondisi Normal vs


Bronkitis

Emphysema

PATOFISIOLOGI
BRONKITIS KRONIS
Pada kondisi normal, silia dan mukus
melindungi bronkus dari iritan
Iritasi berkelanjutan respon berlebihan
Gagalnya pembersihan mukosiliar disebabkan:
proliferasi sel goblet dan penggantian epitel
bersilia dengan yg tidak bersilia
Iritasi juga dapat menyebabkan bronkiolitis
dan alveolitis makrofag & neutrofil
berinfiltirasi ke epitel semakin
memperparah kerusakan

PATOFISIOLOGI
Peningkatan jumlah mukus & penurunan
pembersihan mukosiliar rentan
mengalami infeksi (S. pneumoniae, H.
influenzae)
Tanda-tanda infeksi: perubahan sputum
seperti meningkatnya volume, viskositas,
dan perubahan warna
Inflamasi dapat diikuti dengan fibrosis
yang semakin mempersempit saluran
nafas (pada pemeriksaan post-mortem,
< 0,4 mm)

PATOFISIOLOGI
EMPHYSEMA
Emphysema pada CPOD umumnya
melibatkan daerah asinus dari paru (bagian
dari paru yang bertanggungjawab untuk
pertukaran gas, meliputi: respiratory
bronkiolus, duktus alveolus, dan kantong
alveolar)
Terjadi kerusakan dinding dalam asinus
sehingga permukaan untuk pertukaran gas
Rusaknya daerah permukaan hilangnya
elastisitas pengempisan tertekannya jalan
udara selama ekspirasi

PATOFISIOLOGI
EMPHYSEMA
Hilangnya dinding alveolar
berkurangnya jaringan kapiler yang
penting untuk perfusi sehingga pasien
emfisema lebih sering mengalami sesak
daripada penderita bronkitis

PATOFISIOLOGI

PATOGENESIS

Klasifikasi COPD
Tingkat

Nilai FEV1 dan Gejala

0 (beresiko)

Memiliki satu atau lebih gejala


batuk kronis, produksi sputum, dan
dispnea. Spirometri normal

I (ringan)

FEV1/FVC < 70%, FEV1 80%. Dapat


atau tidak disertai adanya batuk
kronis

II (sedang)

FEV1/FVC < 70%, 50%< FEV1<80%,


gejala mulai memburuk dengan
nafas pendek-pendek

III (berat)

FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1<50%,


terjadi eksaserbasi berulang. Pada
tahap ini pasien mulai mencari
pengobatan karena mulai merasa
sesak

IV (sangat berat)

FEV1/FVC < 70%, FEV1< 30% atau <


50%, plus kegagalan respirasi
kronis. Pasien dengan FEV1> 30%
dapat digolongkan masuk kategori

Tujuan Management CPOD

Terapi Pada Berbagai Tingkat


Keparahan

Pilihan Terapi Pada Ex. Akut

STUDI KASUS
Nama Pasien :
Umur
Keluhan Utama:
Diagnosa
:
pneumonia
MRS
:

Ny. Sri Mukti


: 74 tahun
Sesak nafas
COPD Ex. Akut +
25/08/08

DATA KLINIK

Data klinik

Nilai
norma
l

Tanggal
25

26

27

28

29

30

31

01

02

03

Tekanan
darah

130/
80

130/
80

140/
80

130/
90

130/
80

130/
90

140/
80

150/
70

140/
80

140/
80

Nadi
(kali/mnt)

106

96

96

96

100

110

100

88

90

80

RR
(kali/mnt)

24

24

24

24

32

40

32

24

28

20

DATA LABORATORIUM
Data laboratorium

Nilai Normal

Tanggal
25/09

GDA

26/09

28/09

< 200 mg/dl

194

11 16,5

12,3

12

3500 10.000

7600

6700

150.000 390.000

411.000

243.000

Hct

35 50 %

36,9

SGOT (AST)

1147 IU/L

41,6

SGPT (ALT)

753 IU/L

16

10 50 mg/dl

12,2

0,7 1,5 mg/dl

0,63

3,5 5 meq/l

3,49

Na+

136 145 mq/l

137

Cl-

98 106 meq/l

105

Hemoglobin
Leukosit
Trombosit

Ureum
Kreatinin
K+

LED
Albumin

< 30 mm/jam

22

3.65 g/dl

3,56

21

DATA LABORATORIUM
Blood Gas
Analysis

Nilai Normal

Tanggal 30/08

pH

7,35 7,45

pCO2

35 45 mmHg

35,4

pO2

80 100 mmHg

64,2

HCO3

21 28 mmol/l

27,2

7,490

DATA PENGOBATAN
Tanggal Pemberian Obat
OBAT

25

26

27

28

29

30

31

01

16 tt/mnt

18
tt/mnt

20
tt/mnt
+
amnph

iv

2x1g

//

po

3x626mg

Rute

Dosis

NS

iv

Ceftriaxon
Amoxiclav
Combivent neb.

3x30mg

Ambroxol

po

3x30mg

//

Meth.Prednisolo
n

iv

3x125mg

Meth.Prednisolo
n

po

3x8mg

O2

2 ltr/mnt

GG

po

3x1 tab

DMP

po

3x15mg

Ranitidin

iv

2x1 amp

Gentamisin

iv

2x80mg

Aminofilin

po

3x200mg

3-4

2-3

4-5

2-4

//

02

03

Terapi Farmakologis
NS:
Mengandung NaCl 0,9 %
Digunakan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
pasien
Ceftriaxon:
Sefalosporin generasi ketiga
Aksi: Menghambat sintesis dinding sel bakteri
Aktif terhadap bakteri Gram (K.pneumoniae,
H.influenza) dan beberapa bakteri Gram +
(S.pneumoniae, S.aureus)
Pada uji mikrobiologi diketahui bahwa pasien sensitif
terhadap ceftriaxon

Terapi Farmakologis
Amoxiclav:
Merupakan kombinasi amoksisilin + as.klavulanat
Aksi: menghambat sintesis dinding sel bakteri dan
inhibitor -laktamase (as.klavulanat)
Antibiotik spektrum luas
Combivent
Mengandung ipratropium Br dan salbutamol SO4
Kombinasi bronkodilator dengan target kerja yang
berbeda: ipratropium Br (antikolinergik) dan salbutamol
(agonis 2)
Antikolinergik juga dapat menekan sekresi mukus dan
mengurangi inflamasi neutrofilik pada pasien CPOD

Terapi Farmakologis

Target kerja bronkodilator pada pasien CPOD

Terapi Farmakologis
Ambroxol:
Merupakan golongan mukolitik
Dapat digunakan sebagai terapi simptomatis pada
pasien CPOD yang memiliki peningkatan sekresi mukus
Metil Prednisolon
Berfungsi sebagai antiinflamasi
Penggunaannya pada pasien COPD masih
diperdebatkan
Aksi: mengurangi pereabilitas kapiler mengurangi
sekresi mukus, menghambat pelepasan enzim proteolitik
dari leukosit, dan hambatan produksi prostaglandin

Terapi Farmakologis
Gliseril Guaiakolat:
Merupakan golongan ekspektoran
Aksi: membantu mengeluarkan dahak yang berlebihan
Penggunaannya pada pasien CPOD tidak banyak
membantu
Dekstrometorphan
Merupakan golongan antitusif
Bekerja dengan menekan pusat batuk pada SSP

Terapi Farmakologis
Aminofilin:
Merupakan bronkodilator golongan metilksantin
Aksi: menghambat enzim phosphodiesterase
Ranitidin
Meerupakan H2 bloker yang menekan sekresi asam
lambung
Digunakan untuk mencegah stress ulcer pada pasien
CPOD

Anda mungkin juga menyukai