Anda di halaman 1dari 12

Laporan Fisiologi

Pengujian Penglihatan pada Mata


Kelompok B5 :

Elly sonny (102011253 )


Maria Yuliva Ndua ( 102012230 )
Maria Yulia Herawati Putri Epu ( 102013130 )
Gabriel C. Harefa ( 102013165 )
Hosea Supirman ( 102013178 )
Imelda ( 102014030 )
Andi Akhmad Riskal ( 102014067 )
Andry Larsen Manurung ( 102014256 )
Linda Gunawan ( 102014258 )

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061
Fax.(021) 5631731

I.
1

Tujuan Percobaan
Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco-Ingersoll yang

menirukan mata sebagai susunan optik.


Mendemonstrasikan pelbagai keadaan di bawah ini dengan menggunakan model mata

3
4
5

Cenco-Ingersoll:
Mata miop serta tindakan koreksi.
Peristiwa aberasi sferis serta tindakan koreksi
Mata emetrop tanpa atau dengan akomodasi
Mata hipermetrop serta tindakan koreksi.
Mata astigmat serta tindakan koreksi.
Mata afakia serta tindakan koreksi
Menentukan waktu reaksi.
Menghitung luas lapang pandang.
Melihat ada atau tidaknya buta warna.

II.

Alat- alat yang Digunakan


A. Alat Perimeter
B. Lidi dengan ujung diberi bulatan berwarna-warni (putih, kuning, merah, hijau, dan
C.
D.
E.
F.

biru)
Buku Pseudoisokromatik Ishihara
Mistar pengukur waktu reaksi
Pengukur waktu mekanik (otomatis), untuk rangsang bunyi dan cahaya
Formulir untuk pengumpulan data.

Alat dan Bahan


Mata
1 Model mata Cenco-Ingersoll dengan perlengkapannya.
2 Seperangkat lensa.
3 Mistar.
Pemeriksaan buta warna:
1 Buku pseudoiseokromatik Ishihara
Waktu reaksi
1 Mistar pengukur waktu.

Cara Kerja
Miopi

Tingkat lensa sferis positif dari S1 dan S2. Kembalikan retina ke R. Perhatikan bayangan

2
3

yang tetap tegas.


Pindahkan retina ke Rm. Perhatikan bayangan menjadi kabur.
Perbaiki kelainan dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 sebagai kacamata

sehingga bayangan menjadi tegas.


Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.

Hipermetropia
1

Arahkan model mata tetap ke jendela dan tetap gunakan sferis +7D sebagai lensa

kristalina.
Setelah diperoleh bayangan tegas pindahkan retina ke Rh. Perhatikan bayangan menjadi

kabur lagi.
Koreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1 atau S2 sebagai

kacamata sehingga bayangan menjadi tegas kembali.


Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di S1 atau S2.

Astigmatisme
1
2
3

Angkat lensa sferis negatif dari S1/S2 dan pindahkan retina ke R.


Letakkan lensa silindris -5.5 di G2. Perhatikan sebagian bayangan menjadi kabur.
Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1/S2 dan mengatur arah

sumbunya sehingga seluruh bayangan menjadi tegas.


Catat jenis, kekuatan, dan arah sumbu lensa yang saudara pasang di S1/S2.

Catatan: Untuk percobaan hipermetropia, miopia, dan astigmatisme model mata CencoIngersoll disusun sebagai mata dalam keadaan tidak berakomodasi.
Perimetri
1
2
3

Suruh OP duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.


Tutup mata kiri OP dengan sapu tangan.
Letakkan dagu OP di tempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi

4
5

bawah mata kanannya terletak setinggi bagian atas batang vertikal sandaran dagu.
Siapkan formulir.
Suruh OP memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi di tengah perimeter. Selama

pemeriksaan, penglihatan OP harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.


Gunakan benda yang dapat digeser (lidi yang ada bulatan warna-warni) pada busur
perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan

diameter sedang pada benda tersebut.


Gerakkan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri orang
percobaan ke tengah. Tepat pada saat OP melihat bulatan putih tersebut penggerseran
dihentikan.
3

8
9

Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
Ulangi tindakan no.7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi

busur.
10 Ulangi tindakan no. 7,8,9 pada sisi busur tiap kali diputar 30 0 sesuai arah jarum jam dari
pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.
11 Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak perlu
dilakukan pencatatan lagi.
12 Ulangi tindakan no. 7,8,9 setelah memutar busur tiap kali 300 berlawanan arah jarum jam
dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 600dari bidang horizontal.
13 Periksa juga lapang pandang OP untuk berbagai warna lain: merah, hijau, kuning, dan
biru, dengan cara yang sama seperti di atas.
14 Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan
berwarna putih.
Pemeriksaan Buta Warna:
1 Suruh orang percobaan mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku
2

pseudoisokromatik Ishihara.
Catat hasil pemeriksaan saudara dalam formulir yang tersedia.

Waktu Reaksi
1

Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kanan nya di

tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap untuk menjepit.
Pemeriksa memegang mistar mengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan
menempatkan garis tebal di amtara dan setinggi ibu jari dan telunjuk OP tanpa

menyentuh jari-jari OP
Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan OP harus menangkapnya

selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali.


Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)

Pembahasan

I Emetropia

Emetropia berasal dari kata Yunani, emetros yang berarti ukuran normal atau dalam
keseimbangan wajar, sedang arti opsis adalah penglihatan. Mata dengan sifat emetropia
adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi. Pada mata ini daya bias mata adalah normal,
dimana sinar yang sejajar atau jauh difokuskan oleh system optik mata tepat di daerah
4

macula lutea tanpa mata melakukan akomodasi. Pada mata emetropia terdapat
keseimbangan antara kekuatan pembiasan sinar dengan panjangnya bola mata.
Kesimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan
kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan
sinar terkuat dibanding media refraksi lain. Lensa memegang peranan terutama pada saat
melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat.
Pada percobaan di temukan hasil, bayangan normal teerbalik dan jatuh tepat di retina
(nyata).

II Afakia
Afakia adalah satu keadaan di mana mata telah kehilangan kanta kristalin yang asal
(ketiadaan kanta mata), sama ada melalui pembedahan disebabkan oleh katarak (kanta
kristalin berkabut) atau trauma. Keadaan ini juga boleh berpunca sejak lahir, ataupun bila
bayi mempunyai penyakit sistemik. Kebiasannya jika dikesan semasa lahir, ia dikenali
sebagaikatarak kongenital. Katarak kongenital merupakan opasti atau kekabutan pada
kanta kristalin yang boleh menghalang penglihatan. Ia boleh mengakibatkan kekaburan
penglihatan yang nyata ataupun secara total. Katarak kongenital biasanya berlaku pada
kedua-dua belah mata (bilateral) manakala katarak yang disebabkan oleh trauma selalunya
berlaku pada satu mata (unilateral).
Pada percobaan di temukan hasil, lensa kristalinanya di angkat koreksi dengan lensa
+7.
III Miopia
Penderita miopi atau rabun jauh memiliki titik jauh terbatas di depan matanya
sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang jauh dengan jelas. Bayangan benda yang
jauh pada miopi jatuh di depan retina. Cacat mata ini disebabkan karena mata terlalu
cembung (jarak fokus lensa terlalu pendek).Agar bayangan benda jatuh tepat pada retina
digunakan kaca mata berlensa negatif atau lensa cekung.
Pada percobaan, dibutuhkan lensa -1,75 dioptri agar bayangan dapat terlihat dengan
jelas.

IV Hipermetropi
Rabun dekat adalah kelainan mata karena bayangan benda-benda yang dekat jatuh di
belakang retina. Hal ini disebabkan karena lensa mata tidak dapat menebal dengan baik.
Rabun dekat dapat dibantu dengan lensa positif.
Pada percobaan, dibutuhkan lensa +2 agar bayangan dapat terlihat jelas.
V Astigmatisme
Astigmatisme atau mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan
oleh karena lengkung kornea mata yang tidak merata.Kelainan refraksi ini bisa mengenai
siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin.
Bola mata dalam keadaan normal berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan
yang masuk dapat ditangkap pada satu titik di retina (area sensitif mata).Pada orang
astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan
yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini menyebabkan
bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping
itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang.
Hampir semua derajat astigmatisme dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa
kontak. Pada penderita derajat ringan bahkan tidak memerlukan koreksi sama sekali
selama astigmatisme itu tidak disertai dengan rabun jauh atau rabun dekat.
Kaca mata untuk penderita astigmatisme menggunakan lensa silinder. Pilihan lain
untuk mengobati astigmatisme adalah dengan operasi, namun tindakan ini sangat
terggantung dari kondisi pasien. Operasi dilakukan dengan menggunakan laser untuk
memperbaiki lengkung kornea.
Pada percobaan didapatkan bahwa untuk melihat dengan jelas, diperlukankekuatan
lensa silinder -2 dioptri dan silinder +2 dioptri.

VI

Perimetri

Pemeriksaan Luas Lapang Pandang


1
2
3

Suruh orang percobaan duduk membelakangi cahaya mengahadap alat perimeter.


Tutup mata kiri orang percobaan dengan sapu tangan.
Letakkan dagu orang percobaan di tempat sandaran dagu yang dapat di atur
tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian atas batang
vertikal sandaran dagu.
6

4
5

Siapkan formulir.
Suruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi di tengah
perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan orang percobaan harus tetap

dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.


Gunakan benda yang dapat di geser (lidi yang ada bulatan berwarna-warni) pada
busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna

putih dengan diameter sedang ( 5 mm) pada benda tersebut.


Gerakkan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri orang
percobaan ke tengah. Tepat pada saat orang percobaan melihat bulatan putih

8
9

tersebut, pergeseran benda dihentikan.


Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
Ulangi tindakan no. 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah

posisi busur.
10 Ulangi tindakan no. 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30o sesuai arah jarum
jam dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.
11 Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak perlu
dilakukan pencatatan lagi.
12 Ulangi tindakan no. 7, 8 dan 9 setelah memutar busur tiap kali 30 o berlawanan
arah jarum jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60 o dari bidang
horizontal.
13 Periksa jua lapang pandang orang percobaan untuk berbagai warna lain : merha,
hijau,kuning dan biru, dengan cara yang sama seperti diatas.
14 Lakukan juga pemeriksaan lapang pndang untuk mata kiri hanya dengan bulatan
berwarna putih.

Hasil Percobaan
Mata kiri
0

T 180
N 00
T 2100
N 300
T 2400
N 600
D 2700
U 900
N 3000
T 1200
N 3300
T 1500

Putih
500
650
700
550
730
500
500
650
550
550
600
600

Mata kanan
Putih
0
N 180
550
0
T0
600
N 2100
600
T 300
500
0
N 240
700
T 600
500
0
D 270
650
U 900
450
0
T 300
600
N 1200
370
T 3300
550
0
N 150
560

Merah
590
550
550
650
340
530
320
550
350
450
430
520

Biru
580
680
400
620
380
620
550
400
450
530
630
500

Hijau
670
550
720
500
550
500
500
550
580
440
500
590

Kuning
500
730
400
600
320
600
550
350
500
350
450
650

Luas lapang pandang:


1

Mata kiri Putih


Temporal
Temporal bawah
Bawah
Nasal bawah
Luas pandang total

:
:
:
:
:

Nasal
Nasal atas
Atas
Temporal atas

:
:
:
:

Mata kanan Putih


Temporal
Temporal bawah
Bawah
Nasal bawah
Luas pandang total

:
:
:
:
:

Nasal
Nasal atas
Atas
Temporal atas

:
:
:
:

Mata kanan Merah


Temporal
:
Temporal bawah
:
Bawah
:
Nasal bawah
:
Luas pandang total :

Nasal
Nasal atas
Atas
Temporal atas

:
:
:
:

Mata kanan Biru


Temporal
Temporal bawah
Bawah
Nasal bawah
Luas pandang total

:
:
:
:
:

Nasal
Nasal atas
Atas
Temporal atas

:
:
:
:

Mata kanan Hijau


Temporal
Temporal bawah
Bawah
Nasal bawah
Luas pandang total

:
:
:
:
:

Nasal
Nasal atas
Atas
Temporal atas

:
:
:
:

Nasal
Nasal atas
Atas
Temporal atas

:
:
:
:

Mata kanan Kuning


Temporal
:
Temporal bawah
:
Bawah
:
Nasal bawah
:
Luas pandang total :

Lapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata
pada suatu jarak tertentu.Dibagi menjadi bagian nasal (medial) dan bagian temporal (lateral).
8

Proses pemetaan lapang pandang disebut perimetri, dengan menggunakan alat yang disebut
perimeter. Perimetri dilakukan dengan menutup satu mata, dengan mata lain melihat pada
suatu titik sentral di depan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil
digerakkan ke arah titik sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal dan lateral
serta ke atas dan ke bawah, dan orang yang diperiksa memberitahu jika bintik cahaya atau
benda tersebut sudah terlihat dan bila tidak terlihat. Pada saat yang sama, dibuat peta lapang
pandang mata yang diperiksa, yang menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat
melihat target. Dengan memperhatikan lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat
lagi, bintik buta juga dapat dipetakan.
Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta
(blind spot).Titik buta di bagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis
pigmentosa, bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan
pigmen melanin di bagian-bagian ini. proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian
meluas kearah tengah.

Lapangan Pandang Normal


Temporal
Temporal Bawah
Bawah
Nasal Bawah
Nasal
Nasal Atas
Atas
Temporal Atas
Total

85o
85o
65o
50o
60o
55o
45o
55o
500o

Tabel di atas menunjukkan lapang

pandang yang normal. Dari hasil percobaan yang kami dapatkan, terlihat bahwa orang
percobaan sepertinya memiliki masalah dengan matanya, karena luas pandangannya tidak
sesuai dengan luas pandang minimum yaitu 500 0 sedangkan luas pandang orang percobaan
kurang dari 5000. Kemungkinan kedua bisa dikarenakan adanya faktor pergerakan lidi yang
terlalu cepat oleh asisten percobaan sehingga titik penglihatan orang percobaan tidak tepat.
Misalnya, seharusnya ia telah melihatnya pada derajat 85 dan mengatakan stop, namun
karena terlalu cepat, maka lidi ada sedikit lebih maju daripada yang seharusnya, kemudian
yang terbaca adalah 80o. Skala yang tidak pasti dari pembacaan dari meteran pada perimetri
oleh asisten percobaan juga merupakan salah satu faktor ketidakakuratan pengukuran.Namun,
dari kedua faktor di atas, dapat diperkirakan ketidakakuratan sekitar 10 20 derajat, maka
9

pada luas pandang warna merah, hijau, kuning, dan biru tetaplah kecil.Itu menandakan bahwa
memang ada masalah dengan luas pandang mata orang percobaan, yang menurut teori
masalah pada nervous optikusnya.
Tetapi bila dilihat, besarnya lapang pandang warna putih lebih besar dibandingkan
dengan lapang pandang dari warna lain, baik pada mata kanan maupun mata kiri, dimana luas
pandang pada warna putih di atas 5000 sedangkan pada warna lain kurang dari 5000. Hal ini
disebabkan karena warna putih sebenarnya merupakan suatu kombinasi dari semua panjang
gelombang cahaya. Selanjutnya, sensasi putih ini akan dapat ditimbulkan bila retina
dirangsang oleh kombinasi tiga warna terpilih yang akan merangsang sel kerucut tersebut
secara hampir sama. Hal ini menyebabkan mata mampu menerima rangsangan warna ini
dengan baik.
Besarnya lapang pandang pada warna yang lain selain warna putih dipengaruhi oleh
masing-masing panjangnya gelombang dari masing-masing warna tersebut. Secara berurutan
dari lapang pandang yang terbesar hingga terkecil adalah warna merah, kuning, biru dan
hijau.Hal ini menunjukkan bahwa panjang gelombang dari warna merah ini memberikan
rangsangan pada sel kerucut merah, begitu pula dengan warna-warna lain sebagaimana telah
disebutkan pada landasan teori yang disebutkan di atas.
VII Pemeriksaan Buta Warna
Retina mata memiliki fotoreseptor yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut.Sel
batang sangat sensitif terhadap cahaya dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti
cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna.Dengan
sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam
nuansa hitam, abu-abu, dan putih.
Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi
hanyabereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling
melengkapi sehinggakita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka
warna.
Pada sel kerucut ada 3 jenis reseptor warna.Protos merupaka reseptor sel kerucut
yang peka terhadap warna merah, Deuteros merupakan reseptor yang peka terhadap
warna hijau, dan Trios merupakan reseptor yang peka terhadap warna biru.
Klasifikasi buta warna:
1

Trichromacy Anomali : gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan


oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa.
10

Protoanomalia : kelainan pada pigmen merah (long wave length),

sehingga mata kurang peka terhadap warna merah.


Deuteroanomalia : kelainan pada pigmen hijau ( middle wave length),

sehingga mata kurang peka terhadap warna hijau.


tritanomalia : kelainan pada pigmen biru (short wave length), sehingga

mata kurang peka terhadap warna biru.


Dichromacy : gangguat penglihatan warna dimana salah satu sel kerucut tidak
ada atau tidak berfungsi.
a Protanopia : tidak adanya reseptor pigmen merah, sehingga tidak dapat

melihat warna merah.


Deutranopia : tidak adanya reseptor pigmen hijau, sehingga kesulitan

dalam membedakan warna merah dan hijau.


Tritanopia : tidak adanya reseptor pigmen biru, sehingga kesulitan

membedakan warna biru dan kuning.


Monochromacy: keadaan dimana seseorang hanya memiliki satu sel pigmen
kerucut.

Number of plate
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

normal person
12
8
5
29
74
7
45
2
X
16
Traccable

Person with Red-

Person with total

Green deficiences

colour

12
8
5
29
74
7
45
2

16

blindness

and weakness
12
8
5
29
74
7
45
2

16

Pada percobaan, OP tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti plate dan alur buku Ishihara,
mata OP normal, tidak mengalami buta warna.

11

Kesimpulan
1
2

Miopi disebabkan karena mata terlalu cembung dan dapat dikoreksi dengan lensa negatif.
Hipermetropi disebabkan karena lensa tidak dapat menebal dengan baik dan dapat

dikoreksi dengan lensa positif.


Astigmatisme disebabkan karena lengkung kornea mata yang tidak merata dan dapat

4
5
6

dikoreksi dengan lensa silinder positif dan silinder negatif.


Luas lapang pandang warna putih paling besar dan hijau paling kecil.
Buta warna disebabkan adanya kerusakan ataupun tidak adanya reseptor pigmen.
Waktu reaksi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan kesiapan bertindak.

Daftar Pustaka
1

Satyanegara, editor. Ilmu bedahs saraf. Edisi ke-4. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama;

2010.
2 Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2001.
3 Ganong WF. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2002.

12

Anda mungkin juga menyukai