Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI

PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL


Rumusan Masalah:
1. Bagaimanakah kesiapan Pemkot batu dalam mengimplementasikan SAP
berbasis akrual bila dilihat dari kesiapan pemkot dalam hal komitmen, SDM,
sarana prasarana dan sistem informasi dan kendala-kendala apa yang masih
dihadapi selama persiapan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
berbasis akrual?
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan pemerintah kota batu dalam
menerapkan system akuntansi pemerintahan berbasis akrual
2. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah kota batu dapat mengatasi
kendala yang muncul pada saat implementasi system akuntansi pemerintah
berbasis akrual.
Tinjauan Pustaka
1. SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP merupakan
persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan
kualitas laporan keuangan di Indonesia (Peraturan Pemerintah RI no 24 tahun
2005).
2. Basis Akrual Permendagri No.64 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (10) menjelaskan
bahwa Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar
3. PP RI No.71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar akuntansi
pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas
dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Basis Akrual untuk
neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan di catat
pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi
lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas di terima atau di bayar. SAP berbasis akrual di
terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah, jika
menurut peraturan perundangundangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan. SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan
dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah.

Reviu penelitian terdahulu


1. Dora (2014) dengan judul ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM
MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL ( STUDI
KASUS PADA BPKD KOTA MEDAN ). Tujua penelitian ini adalah Untuk
mengetahui kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Medan dalam
implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual.
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa Pemerintah kota medan dikategorikan sangat siap untuk
melaksanakan SAP berbasis akrual berdasarkan PP No.71 Tahun 2010. Hal ini
di dasarkan pada masing-masing parameter yang pada umumnya
menyatakan siap dan sangat siap. Pengukuran kesiapan dilihat dari
parameter integritas dan komitmen.
2. Kusuma (2013) dengan judul Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam
Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Kasus Pada
Kabupaten Jember). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesiapan
Pemda Kabupaten Jember , mengetahui kendala dalam implementasi PP
No.71 Tahun 2010 dan untuk mengetahui model strategis akselerasi
implementasi PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP. Metode yang digunakan
adalah metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari parameter integritas
adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan sistem informasi dan
sarana prasarana adalah kategori cukup siap.
3. Arif(2014) dengan judul ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (Studi
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso). Tujuan dari penelitian
adalah
mengetahui kesiapan Pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam
menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual jika dilihat dari
perspektif komitmen, SDM, sarana prasarana, serta sistem informasi. ,etode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Hasil analisis kesiapan elemen-elemen kunci dalam penerapan SAP
akrual menujukkan hasil yang cukup untuk menyimpulkan bahwa secara
umum Pemkab Bondowoso cukup siap untuk melaksanakan SAP berbasis
akrual, meskipun memang masih ada beberapa persiapan yang harus
dilakukan untuk mencapai pelaksanaan pada 2015 mendatang.

Jenis data
1. Data primer
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
dengan pihak-pihak terkait yang bertujuan untuk mendalami informasi yang
belum didapat.

2. Data sekunder
Data sekunder umumnya merupakan bukti, catatan, atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi) yang di publikasikan dan
yang tidak di publikasikan yang diperoleh dari perusahaan seperti sejarah
ringkas dan struktur organisasi pada Pemerintah Kota Batu

Teknik pengumpulan data


1. wawancara di berikan kepada Kepala setiap bagian yang ada dalam BPKD.
Wawancara itu digunakan untuk mengungkapkan data atau menambah
informasi tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di Pemerintah Kota
Batu, apakah sudah sesuai dengan PP No 71 Tentang SAP Berbasis Akrual.

Identifikasi Konsep :
1. Variabel penelitian diukur dengan komitmen, sumber daya manusia,
infrastruktur, sistem informasi yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Komitmen Menurut Porter et.al. dalam Miner, (1992:124), komitmen
adalah dukungan yang kuat dari pimpinan dan bawahan satuan.
Instrumen dalam variabel ini adalah 12 pertanyaan
b. Sumber daya manusia Menurut Hasibuan (2000:3), sumber daya
manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam pembuatan
laporan keuangan daerah. Instrumen dalam variabel ini teridiri dari 13
c. Infrastruktur adalah pendukung utama penerapan sistem akuntansi
Pemerintah berbasis akrual yang diukur dengan aset fisik yang penting
dalam kelancaran penerapan SAP berbasis akrual (Grigg, 2000).
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 6 pertanyaan yang harus di
jawab oleh responden.
d. Sistem informasi Menurut Mukhtar (2002: 4), sistem informasi adalah
sistem pengendalian intern yang memadai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien. Instrumen dalam variabel ini terdiri
dari 6 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden.
Tahapan analisis data :
1. Uji Instrumen Data
a. Uji Validitas Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana validitas data diperoleh dari penyebaran kuisioner. Uji
validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antar masingmasing pertanyaan ataupun pernyataan dengan skor total
pengamatan (Arikunto, 2006:202).
2. Analisis Deskripstif

Kualitatif Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adalah analisis


kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif
menurut Indriantoro dan Supomo (2002:26), merupakan penelitian terhadap
masalah-masalah yang berupa fakta saat ini dari suatu populasi.
1. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban Pada
tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang
muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan hasil kuisioner,
peneliti melakukan pengelompokan atau distribusi tentang
karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin,pendidikan dan
jabatan. Selanjutnya juga dilakukan pengelompokan jawaban
responden kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.
2. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data Setelah kaitan antara
kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke
dalam tahap penejelasan. Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dan
wawancara maka pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif
lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat
berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
3. Menulis Hasil Penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil
dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk
memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai.
Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase
data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian
berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek.
Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek, dibaca
berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya,
kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai
penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan
interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup
keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

PENGARUH SOSIALISASI, MOTIVASI, DAN PEMAHAMAN WAJIB PAJAK TERHADAP


KEPATUHAN WAJIB PAJAK di KPP pratama Batu
PENGARUH PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM, PENGETAHUAN PAJAK DAN
PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN
SURAT PEMBERITAHUAN
PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
WAJIB PAJAK BADAN PADA KPP DKI JAKARTA KHUSUSNYA JAKARTA PUSAT
Pengaruh pelaksanaan self assessment, sosialisasi dan motivasi
kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan surat pemberitahuan.

terhadap

Rumusan masalah
1. Apakah sosialisasi dan motivasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
di kpp pratama batu?
2. Apakah pelaksanaan self asessment system berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama batu ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah sosialisasi,
assessment
berpengaruh
terhadap
menyampaikan surat pemberitahuannya.

motivasi dan pelaksanaan self


kepatuhan
wajibpajak
dalam

Landasan Teori
1. Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Zain (2004) seperti yang dikutip
Rahayu (2010) sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan
kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:
a) Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
c) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
d) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
2. Menurut Diana dan Setiawati (2010) yang dimaksud dengan self assessment
system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggungjawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus dibayar.

3. Undang-undang No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pasal 1 angka 11 bahwa pengertian SPT adalah surat yang
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek
pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
4. Basalamah (2004:196) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sosialisasi
adalah suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma
dan pola prilaku yang diharapkan oleh kelompok suatu bentuk transformasi
dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi yang efektif.
Pengertian sosialisasi yang berkaitan dengan perpajakan adalah suatu upaya
dari DJP untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada
masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan (Puspitasari 2013).
5. Syah (1997) mengemukakan, bahwa motivasi dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Motivasi Intrinsik adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar.
b. Motivasi Ekstrinsik adalah motif yang menjadi aktif karena adanya
rangsangan dari luar. Kedua motivasi ini sangat berkaitan dalam dunia
perpajakan, DJP dapat memotivasi para wajib pajak dengan memahami
kebutuhankebutuhan sosial mereka dengan pengadaan public goods and
service dan membuat mereka penting bagi pelaksanaan pembangunan
(Dianawati, 2008:40)
6. Ongkowijoyo (2010:33) berpendapat, yang menjadi masalah utama
perpajakan adalah minimnya pengetahuan wajib pajak mengenai hak dan
kewajibannya sebagai wajib pajak. Diperlukan pemahaman yang tinggi dari
wajib pajak untuk mewujudkan self assesment system, karena dalam sistem
ini wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggungjawab sepenuhnya mengisi
SPT, yaitu untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak
terhutang

Reviu penelitian terdahulu


1. Widiastuti (2013) dengan judul PENGARUH SOSIALISASI, MOTIVASI, DAN
PEMAHAMAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh dari variabel
sosialisasi, motivasi, dan pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak di KPP Pratama Malang Utara. Menggunakan metode penelitian survey
dengan kesimpulan peran sosialisasi, Peran motivasi sangat berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Wahyuni (2013) dengan judul PENGARUH KESADARAN, PENERAPAN SELF
ASSESMENT SYSTEM DAN PEMERIKSAAN TERHADAP KEWAJIBAN MEMBAYAR
PAJAK ORANG PRIBADI. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui

kesadaran, penerapan self assessment system dan pemeriksaan


berpengaruh secara simultan terhadap pemenuhan kewajiban membayar PPh
orang pribadi. Dengan hasil akhir dapat dikatakan responden dalam
penelitian ini setuju apabila kesadaran perpajakan, penerapan self assesment
system dan pemeriksaaan pajak dapat mempengaruhi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban membayar PPh orang pribadi.
3. Sari (2013) dengan judul PENGARUH PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT
SYSTEM, PENGETAHUAN PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan self asessment system
berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Padang. Dengan hasil akhir adalah secara parsial self assessment
system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Pengembangan Hipotesis
H 1 : pelaksanaa self assessment berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak.
Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu dari sar (2013).
H 2 : sosialisasi berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak.
H 3: motivasi berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak.

Kerangka pemikiran :
Self
assessment
Sosialisasi

Kepatuhan
wajib pajak

motivasi

Populasi dan Sampel


Peneliti menggunakan 2.000 PKP sebagai populasi, jumlah tersebut
merupakan jumlah keseluruhan dari PKP yang ada di KPP Pratama Batu.
Mengingat anggota populasi bersifat homogen, yaitu seluruh PKP yang
terdaftar pada KPP Pratama Malang Utara, maka peneliti menggunakan

teknik probability sampling dengan metode simple random sampling.


Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin, sehingga
didapatkan 100 PKP sebagai sampel penelitian yang nantinya akan diberikan
kuesioner. Kuesioner dan dokumentasi dalam penelitian ini digunakan
sebagai sarana dalam pengumpulan data penelitian.
Jenis dan sumber data
Peneliti menggunakan 1.051 PKP sebagai populasi, jumlah tersebut merupakan
jumlah keseluruhan dari PKP yang ada di KPP Pratama Malang Utara. Mengingat
anggota populasi bersifat homogen, yaitu seluruh PKP yang terdaftar pada KPP
Pratama Malang Utara, maka peneliti menggunakan teknik probability sampling
dengan metode simple random sampling. Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus slovin, sehingga didapatkan 100 PKP sebagai sampel
penelitian yang nantinya akan diberikan kuesioner. Kuesioner dan dokumentasi
dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana dalam pengumpulan data penelitian
dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial.

Teknik Perolehan Data

Anda mungkin juga menyukai