Anda di halaman 1dari 19

PATHWAY DHF

MK:Peningkatan suhu
tubuh
Demam
dehidrasi

Nyamuk Aedes aegypti


pembawa virus dengue

MK:Cairan & elektrolit <


Mual,muntah
dehidrasi

menggigit manusia
virus dengue masuk
sirkulasi darah / VIREMIA
+
Antibodi ( Ab )

DF ( Dengue
Fever )

Kompleks virus antibodi


dalam sirkulasi darah
Trombosit
melepaskan
histamin
dan serotonin
Permeabilitas
F.trombosit III
membran kapiler dilepaskan
pemakaian
koagulopati
F.pembekuan

Perdarahan sal.GI
Hematemesis,melena

Fungsi trombosit

MK:Nye
ri

trombositopenia
hebat

anemia

petekie

ekimosis
perdarahan
di hidung

epistaksis

Rua
m
Aktivasi
koagula
si
Aktivasi
F.Hageman(F.

Sistem
Kini

perfusi jar.tdk adekuat MK:Perubahan perfusi


penurunan kesadaran MK:Gg.Penurunan

tdk enak u/

ri
t/g: -Nyeri
-Mual,muntah
MK:Nutrisi <

Trombosit dimusnahkan
o/ RES

kapiler pecah

Nyeri otot
MK:Nyeri
Sakit
kepala
Rasa
mengecap terganggu
mkn

MK:Resti nutrisi <


kebut.tubuh
Peradangan hati
Hepatomegali
MK:Nye

Kerusakan trombosit

Kulit

MK:nutrisi <

Keb.nutrisi <

Agregasi trombosit

Perdarahan gusi

output ber>

Tdk mau makan

PERDARAHAN
nyeri
ulu

penguapan berlebih

Permeabilit
as
Aktivasi sistem
kolplemen membran
kapiler
( C3 & C5 )

Plasminogenplas
min
Penghancur
anafilaktok
an Fibrin
FD
P

Derajat
DBD :
Derajat I:
t/g:demam,gejala
spesifik,
tourniquet(+)
Derajat II:

uji

t/g:demam,uji
turniket+,perdarahan
spontan(petekie,eki
mosis,epistaksis,perd
arahan
gusi,perdarahn
pd

Derajat III:
t/g:nadi
cepat&halus,hipotensi
,kulit
dingin,anak
gelisah
Derajat IV:
t/g:nadi
teraba,tekanan
darah terukur
Sumber:
Rampengan.Penyakit Infeksi Tropik pada
Anak
Sastoasmoro,Sudigdo.Kedaruratan pada
Anak
Soegijanto,Soegeng.Ilmu Penyakit Anak,
Diagnosa & Penatalaksanaan
Suriadi.Asuhan Keperawatan pada Anak

Melepas
anafilatok
sin ( C3a
& C5a )
Permeabilitas membran
kapiler
Kebocoran
plasma
Merembes masuk ke
Menghilangnya
ruang interstitial
plasma dr
dinding
Rongga
Rongga
pleura
Efusi
Asite
Volume
pleura
s
plasma
Darah
hipovolemi
kental
a
hemokonsentr
MK:
asi
Cairan <
kebut.tub
Ht & Hb
uh

t/g:TD,nadi
syo
cepat&lemah,
k
akral
MK:
Penuruna
dingin,gelisah
ota
Hipoksia
Penuruna
n
k
MK:
n
kesadara
Perfusi
kesadara
DI
Asidosis
jar.adeku
C
metaboli
Perdarah
at
an masif
Kematia
n

Askep DHF

MK:
Gg.suplai O2
ke otak

( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan DHF )


Pengertian DHF / Demam Berdarah
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus
) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty )

nyamuk aides aegepty

Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:


Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan
terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk
aedes aegepty (Seoparman, 1996).
Penyebab DHF

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty )
Patofisiologi DHF
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20
%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen)
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila
tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran
pencernaan dan jaringan adrenal.
Tanda dan Gejala DHF
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
-

Meningkatnya suhu tubuh

Nyeri pada otot seluruh tubuh

Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita

Suara serak

Batuk

Epistaksis

Disuria

Nafsu makan menurun

Muntah

Ptekie

Ekimosis

Perdarahan gusi

Muntah darah

Hematuria masif

Melena

Diagnosis DHF
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik,
seperti anoreksia, lemah, nyeri.
2)
1)
2)
3)
4) Hematemesis, melena.

Manifestasi
Uji
Petekia,
Epistaksis,

perdarahan
tourniquet
purpura,
perdarahan

:
positif
ekimosis
gusi

3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.


4)
Dengan
atau
tanpa
renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat
demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
Klasifikasi DHF menurut WHO
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )
Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah,
hipotensi )
Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur


Pemeriksaan Diagnostik
Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/
mm3 atau kurang )
-

Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )

Rontgen Thorac = Effusi Pleura

Pathways

Askep DHF

Penatalaksanaan

Medik
A.

DHF tanpa Renjatan

Beri minum banyak ( 1 2 Liter / hari )

Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres

Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75
mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak
>1th diberikan 5 mg/ kg BB.
B.

Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat


DHF dengan Renjatan

Pasang infus RL

Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 30 ml/ kg BB )

Tranfusi jika Hb dan Ht turun

Keperawatan
1.

Pengawasan tanda tanda vital secara kontinue tiap jam

Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

Observasi intik output

Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasitanda vital tiap 3


tiap 4 jam beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri kompres

jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit

Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti
nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda tanda vital tiap 15
menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
1. Resiko Perdarahan
-

Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

Catat banyak, warna dari perdarahan

Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

2. Peningkatan suhu tubuh


-

Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

Beri minum banyak

Berikan kompres

Asuhan Keperawatan pada pasien DHF


Pengkajian
Pengkajian Keperawatan DHF
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat.
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data
yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
a).
Data
subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering
ditemukan
menurut
Christianti
Effendy,
1995
yaitu
:
1.)
Lemah.
2.)
Panas
atau demam.
3.)
Sakit
kepala.
4.)
Anoreksia,
mual,
haus,
sakit
saat
menelan.
5.)
Nyeri
ulu
hati.

6.)
Nyeri
pada
otot
dan
sendi.
7.)
Pegal-pegal
pada
seluruh
tubuh.
8.) Konstipasi
(sembelit).
b).
Data
obyektif
:
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai
pada
penderita
DHF
antara
lain
:
1) Suhu
tubuh tinggi,
menggigil,
wajah
tampak
kemerahan.
2)
Mukosa
mulut
kering,
perdarahan
gusi,
lidah
kotor.
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma,
hematemesis,
4)
Hiperemia
pada
5)
Nyeri
tekan
pada
6)
Pada
palpasi
teraba
adanya
pembesaran
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,

hati

melena.
tenggorokan.
epigastrik.
dan
limpa.

gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.


Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3) Waktu perdarahan memanjang.


4) Asidosis metabolik.
5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
Diagnosa Keperawatan DHF
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Christiante Effendy, 1995) yaitu :
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
6) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
7) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
8 ) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
9) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
Perencanaan
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan
Suhu
Pasien
Intervensi :

tubuh normal
bebas

Keperawatan DHF

(36

dari

:
370C).
demam.

1.
Kaji
saat
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

timbulnya

demam.

2.
Observasi
tanda
vital
(suhu,
nadi,
tensi,
pernafasan)
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

setiap

jam.

3.
Anjurkan
pasien
untuk
banyak
minum
(2,5
liter/24
jam.7)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan
cairan yang banyak.
4.
Berikan
kompres
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
5.
Anjurkan
untuk
tidak
memakai
selimut
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

dan

6.
Berikan
terapi
cairan
intravena
dan
obat-obatan
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

pakaian
sesuai

hangat.

yang

tebal.

program

dokter.

2). Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.


Tujuan
Rasa
Nyeri
Intervensi :

nyaman
berkurang

1.
Kaji
tingkat
nyeri
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.
Berikan
posisi
yang
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

nyaman,

:
terpenuhi.
hilang.

pasien
atau

usahakan

yang
situasi

dialami
ruangan

pasien
yang

3.
Alihkan
perhatian
pasien
dari
rasa
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

tenang.
nyeri.

4.
Berikan
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

obat-obat

analgetik

3). Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual,
muntah,
anoreksia.
Tujuan
:
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan
/dibutuhkan.
Intervensi :
1.
Kaji
keluhan
mual,
sakit
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

menelan,

dan

muntah

yang

2.
Kaji
cara
/
bagaimana
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.

makanan

3.
Berikan
makanan
yang
mudah
ditelan
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .
4.
Berikan
makanan
Rasional : Untuk menghindari mual.

dalam

porsi

5.
Catat
jumlah
/
porsi
makanan
yang
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

kecil

dan

dihabiskan

oleh

dialami

pasien.
dihidangkan.

seperti

bubur.

frekuensi

sering.

pasien

setiap

hari.

6.
Berikan
obat-obatan
antiemetik
sesuai
program
dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien
meningkat.
7.
Ukur
berat
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

badan

pasien

4). Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

setiap

minggu.

dinding
Tujuan
Volume
Intervensi :

plasma.
:
terpenuhi.

cairan

1.
Kaji
keadaan
umum
pasien
(lemah,
pucat,
takikardi)
serta tanda-tanda
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.
2.
Observasi
tanda-tanda
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

vital.
syock.

3.
Berikan
cairan
intravena
sesuai
program
dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh
karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
4.
Anjurkan
pasien
untuk
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
5.
Catat
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

intake

banyak

minum.

dan

output.

5). Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan
Pasien
Kebutuhan
Intervensi :

mampu

mandiri
aktivitas

1.
Kaji
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.

setelah
sehari-hari

:
bebas demam.
terpenuhi

keluhan

2.
Kaji
hal-hal
yang
mampu
atau
yang
tidak
mampu
dilakukan
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

pasien.
oleh

pasien.

3. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai
tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat.
4.
Letakkan
barang-barang
di
tempat
yang
mudah
terjangkau
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

oleh

pasien.

6). Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
Tubuh
Tujuan
Tidak
Tanda-tanda
Keadaan
Intervensi :

terjadi
vital dalam

:
hipovolemik.
normal.
baik.

syok
batas
umum

1.
Monitor
keadaan
umum
pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera
diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
2.
Observasi
tanda-tanda
vital
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

tiap

sampai

3.
Monitor
tanda
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.

jam.
perdarahan.

4.
Chek
haemoglobin,
hematokrit,
trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan
lebih lanjut.
5.
Berikan
transfusi
sesuai
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
6.
Lapor
dokter
bila
tampak
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.

program
syok

dokter.
hipovolemik.

7). Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).


Tujuan :
Tidak
Intervensi :

terjadi

infeksi

pada

pasien.

1.
Lakukan
teknik
aseptik
saat
melakukan
tindakan
pemasangan
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.

infus.

2.
Observasi tanda-tanda
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.

vital.

3.
Observasi
daerah
Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.

infus.

pemasangan

4.
Segera
cabut
infus
bila
tampak
adanya
pembengkakan
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.

atau

plebitis.

8). Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan
Tidak
Jumlah
Intervensi :

terjadi

tanda-tanda
trombosit

perdarahan

1.
Monitor
tanda
penurunan
trombosit
yang
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

lebih

disertai

2.
Anjurkan
pasien
untuk
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.

banyak

3.
Beri
penjelasan
untuk
segera
melapor
bila
ada
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

perdarahan

tanda

:
lanjut.
meningkat.
gejala

klinis.
istirahat

lebih

lanjut.

4.
Jelaskan
obat
yang
diberikan
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.

dan

manfaatnya.

9). Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan
yang
Tujuan :

dialami

pasien.

Kecemasan
Intervensi :

berkurang.

1.
Kaji
rasa
cemas
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

yang

2.
Jalin
hubungan
Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.

percaya

saling

dialami
dengan

3.
Tunjukkan
sifat
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.
4.
Beri
kesempatan
pada
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.

pasien

untuk

pasien.
pasien.
empati

mengungkapkan

5.
Gunakan
komunikasi
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.

perasaannya
terapeutik

4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan.
Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini
didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

1) Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.
2) Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
3) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau
dibutuhkan.
4) Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
5) Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
6) Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.
7) Infeksi tidak terjadi.
8 ) Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
9) Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.
Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
-

Rumah selalu terang

Tidak menggantung pakaian

Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali

Kubur barang barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan

Tutup tempat penampungan air

Perencanaan pemulangan dan pendidikan kesehatan


anak

Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik

Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping

Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala

Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Daftar Pustaka
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag
IKA FKUI jkt 2002.
Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
Prinsip Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 267

Anda mungkin juga menyukai