Zainuddin H-Kuliah Rinologi
Zainuddin H-Kuliah Rinologi
Hanafi Zainuddin
PIRAMID HIDUNG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kerangka tulang
Terdiri atas sepasang os nasale (tulang
hidung),
Ditunjang oleh :
- prosesus nasalis os frontal
dan
- prosesus nasalis os maksila
Prosesus nasalis os
maksila
Ditengah :
Kedua os nasale bertemu digaris median
dan meneruskan diri ke bawah untuk
membentuk sebagian septum nasi.
Ada pengecualian : os nasale dapat melebur
menjadi satu di tengah, atau tidak ada sama
sama sekali, sehingga tempatnya diisi oleh
prosesus nasalis os maksila.
OTOT-OTOT HIDUNG
Pada manusia otot-otot hidung sudah
mundur fungsinya. Otot-otot ini bekerja
melebarkan dan menyempitkan lubang
hidung.
Terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
M. Nasalis
M. Dilator nares
M. Depressor septi nasi
M. Procerus
1. M. NASALIS: terletak di
2. M. DILATOR NARES:
terletak pada ala nasi
bagian lateral. Berfungsi
melebarkan ala nasi.
3. M. DEPRESOR SEPTI
NASI: terletak di atas
bibir atas dekat septum
nasi. Berfungsi
menurunkan tip hidung
dan membuka nostril pada
saat inspirasi maksimal.
4. M. PROCERUS:
terletak pada akar hidung.
Menggerakkan kulit di
atas glabella. Bila
kontraksi dapat mengernyitkan dahi, mempunyai
efek memendekkan
hidung.
Ada 4 pasang
konka:
1.Konka suprema
2.Konka superior
3.Konka media
4.Konka inferior
Septum nasi
Anastomosis :
1. A. labialis superior
2. A. sfenopalatina (nasalis posterior &
nasopalatina)
3. A. palatina mayor
4. A. etmoidalis anterior / posterior
di bagian depan septum superfisial disebut :
Pleksus Kiesselbach atau Little Area.
A. KAROTIS INTERNA
A. PALATINA MAYOR
A. SFENOPALATINA
A. LABIALIS SUPERIOR
A. KAROTIS EKSTERNA
PLEKSUS KIESSELBACH
SINUS PARANASAL
Sinus paranasal, kecuali sinus sfenoid, mulai
dibentuk pada bulan ke-3 & ke-4 dari kehidupan
janin, yaitu berupa evaginasi mukosa kavum nasi.
Sinus sfenoid secara embryologik merupakan
bagian kavum nasi postero-superior.
Waktu lahir sinus frontal berupa divertikulum yang
kecil dan selanjutnya berkembang terus mengikuti
perkembangan anak.
Sinus paranasal adalah rongga-rongga dalam
tulang yang terletak sekeliling hidung dan
mempunyai hubungan dengan kavum nasi.
SINUS PARANASALIS
SINUS FRONTAL
TERLETAK DALAM TLG.
FRONTAL
ASIMETRIK, PUNYA SEPTA
DIPISAHKAN TLG YANG
TIPIS DGN. ATAP ORBITA
DAN KAV.KRANIALIS
A. SUPRA ORBITALIS
(CAB.A.OFTALMIKA) LEWAT
CELAH PD. ATAP
SUPRAORBITALIS.
SINUS SFENOIDAL
DALAM OS SFENOID
ASIMETRIK
DIPISAH OLEH SEPTUM
INTERSFENOIDASLIS
DAPAT MELUAS KE SAYAP BESAR
OS SFENOID, PROSESUS
PTERIGOIDEUS, BGN. BASILER OS
OKSIPITAL
BATAS :
Atas
: fosa kranii media + s.
tursica
Bawah : atap nasofaring (tebal)
Lateral : sinus kavernosus + a.
karotis interna.
Belakang: fosa kranii post (pons
serebri)
A. ETMOIDALIS POSTERIOR
SINUS PARANASALIS
3
SINUS MAKSILA
TERBESAR, DALAM OS
MAKSILA
BATAS:
Depan : Tulang pipi (facial maxilla)
Belakang : Pmk. infra temporal
Medial : Dinding lateral kavum nasi
Atap
: Orbita
Dasar
: Prosesus alveolar os
maksila
APEKS SINUS MAKSILA
MELUAS / MASUK KE DALAM OS
ZIGOMATIKUS.
SINUS PARANASALIS
SINUS ETMOID
BATAS :
Lateral: lamina papyracea
dan tulang lakrimal
Medial: konka media + konka
superior
MUKOSA PENCIUMAN
CABANG OFTALMIKUS
N. TRIGEMINUS (V)
CABANG MAKSILARIS
A.
B.
Sensoris Umum
a). Cabang oftalmikus N.V
- N.etmoidalis anterior : mempersarafi sinus etmoidalis, frontalis,
konka media, konka sup, hidung luar.
- N.etmoidalis posterior : mempersarafi s.etmoidalis,
s.sfenoidalis
- N.infra troklearis : mempersarafi hidung luar (dorsum nasi atas,
sisi hidung.
C. Persarafan otonom
Diurus oleh Ganglion Sfenopalatinum dan cabangcabangnya.
Ada 2 jenis serabut saraf otonom :
1. Serabut saraf simfatik.
Bila mendapat rangsangan ----vasokonstriksi
pembuluh darah mukosa.
2. Serabut parasimfatik.
Bila mendapat rangsangan ----vasodilatasi pembuluh
darah, meningkatkan sekresi kelenjar, konstriksi
bronkus.
FISIOLOGI HIDUNG
1. SALURAN NAPAS
2. PENGATURAN
UDARA
3. PENYARINGAN
UDARA
4. PENCIUMAN
5. RESONANSI
SUARA
6. REFLEKS
7. SALURAN DUKTUS
NASOLAKRIMALIS
8. VENTILASI TUBA
EUSTACHIUS
FISIOLOGI HIDUNG
1 SALURAN NAPAS.
Jalan napas paling atas untuk mempertahankan
ventilasi alveoler.
2 PENGATURAN UDARA (AIR CONDITIONING)
Hidung sebagai tahanan terbesar dari udara yang
masuk ke sistem pernapasan : 47% - 54%.
A. Memanaskan udara inspirasi.
Udara dipanaskan sesuai suhu tubuh : 37o C.
Suhu dipertahankan oleh oleh pembuluh
darah yang banyak pada konka.
Bila suhu turun ---- aktivitas silia turun ----- fungsi
epitel alveolus juga turun.
4 PENCIUMAN
Letak : *Atap rongga hidung
*Konka superior
*1/3 atas septum nasi
Bila bernapas normal -- tidak lewat.
Partikel bau -- difusi.
5 RESONANSI SUARA
Rongga hidung dan sinus para nasal merupakan
rongga ----- bertindak sebagai resonator.
6. REFLEKS
*Refleks penciuman mengatur sekresi liur dan
cairan lambung.
*Refleks bersin.
*Refleks penghentian napas.
7. SALURAN DUKTUS NASOLAKRIMALIS
*Menyalurkan sekresi air mata ke meatus inferior
hidung untuk diteruskan ke nasofaring. Bila ada
sumbatan duktus ini, terjadilah epifora (seperti
orang menangis).
8.VENTILASI TUBA EUSTACHIUS
*Menyalurkan sekresi mukosa kavum timpani ke
nasofaring.
TES PEMBAU
Zat yang dipakai :
-Teh
- Kopi
- Tembakau
TES ALIRAN
UDARA
Alat yang digunakan :
- Tongue spatel
- Object glass
PEMERIKSAAN HIDUNG
HIDUNG LUAR
INSPEKSI :
- Deformitas : Saddle nose
- Tanda fraktur
- Selulitis
- Hematoma
- Tumor
- Kolaps ala nasi
- Atresia nares
PALPASI :
- Tanda krepitasi
- Fluktuasi
- Nyeri tekan
HIDUNG DALAM
Rinoskopia anterior
Rinoskopia posterior
RINOSKOPIA
RINOSKOPIA ANTERIOR
RINOSKOPIA POSTERIOR
RINOSKOPIA ANTERIOR
ALAT YANG
DIPERLUKAN :
- LAMPU KEPALA
- KACA KEPALA
- SPEKULUM HIDUNG
PERHATIKAN :
DITELITI :
- Warna mukosa ?
- Adakah tumor ? Polip ?
Benda asing ? Sekret ?
RINOSKOPIA POSTERIOR
1.
2.
3.
4.
5.
ALAT YANG
DIPERLUKAN :
Lampu kepala
Kaca kepala
Kaca reflektor
Penekan lidah (spatel)
Lampu spiritus
Bandingkan dengan
Laringoskopi indirek (LID)
RINOSKOPIA POSTERIOR
RINOSKOPIA ANTERIOR
RINOSKOPIA POSTERIOR
INSPEKSI LUAR
PALPASI
TRANSILUMINASI
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
INSPEKSI
*Bengkak muka
- Pipi : sinusitis maksila akut.
- Kelopak mata atas : sinusitis frontalis akut.
PALPASI
*Nyeri tekan :
- Frontal
- Infra orbita
- Kantus medialis
TRAUMA
FRAKTUR OS NASAL
ETIOLOGI :
Trauma langsung pada hidung atau muka.
Bisa mengakibatkan fraktur basis kranii.
TANDA KLINIS :
1. Deformitas : dapat berupa bengkak, lateral displacement,
depressed.
2. Subconyunctival haemorrhage (black eye).
3. Epistaksis.
4. Obstruksi nasalis.
5. Sakit/nyeri tekan.
Lateral displacement
Epistaksis
DIAGNOSIS :
*Tanda klinis
*Pemeriksaan radiologik
PENGOBATAN :
1. Baru : 1 minggu atau kurang
*Bengkak (-) , langsung reposisi dengan
anestesi umum atau anestesi lokal.
*Bengkak (+), tunggu reda (5 7 hari).
2.
Lama : 7 14 hari
*Anestesi umum
*Fraktur os nasal diluruskan dengan forcep Walsham
*Fraktur septum diluruskan dengan forcep Ash
INFLAMASI
1.
FURUNKEL
* Infeksi akut
* Mengenai glandula sebasea, folikel rambut.
* Bisa pada vestibulum nasi, puncak hidung, kulit
hidung.
* Kumannya biasanya stafilokokus aureus.
* Gejalanya : sakit, bengkak puncak hidung, merah --indurasi ---- fluktuasi.
* Komplikasi : yang paling berbahaya trombosis sinus
kavernosus (penjalaran lewat vena fasialis terus ke
vena oftalmika.
* Pengobatan : -Drainase
-Penisilin atau derivatnya.
2. ERISIPELAS
* Infeksi akut kulit dan jaringan subkutan.
* Kuman penyebab : streptokokus
hemolitikus.
* Gejala : sakit, bengkak, demam
menggigil, lesu. Ditandai dengan kulit
merah, terasa panas, bengkak dengan
bagian tepi menonjol.
* Terapi : Penisilin dan derivatnya.
3. IMPETIGO KONTAGIOSA
* Infeksi akut lapisan superfisial epidermis.
* Kuman penyebab : streptokokus, stafilokokus.
* Gejala : pada kulit timbul vesikel --- pustula --pecah, keluar cairan kuning --- terbentuk krusta.
* Terapi :
- lokal
: oles salep antibiotik
- sistemik : penisilin dan derivatnya.
PENYAKIT LAIN
1. RINOFIMA (RHINOPHYMA)
* Suatu kelainan hidung luar berupa
hipertropi kulit, pembesaran kelenjar
sebasea dan jaringan ikat puncak
hidung.
* Etiologi : lanjutan acne rosasea.
(Acne rosasea adalah kelainan kronik kulit
hidung yang ditandai dengan hiperemia
berulang, kemudian dilatasi yang menetap
pembuluh darah pada puncak hidung)
* Terapi :
- Operasi kosmetik
- Skin graft
2. MENINGOKEL
MENINGOENSEFALOKEL
* Defek embrional, adanya celah pada atap
hidung berupa tonjolan selaput otak yang
membentuk kantong dan menyebabkan
benjolan pada dorsum nasi.
* Dalam kantong bisa berisi jaringan otak.
* Terapi : Operasi bedah saraf (neurosurgery).
GANAS
1. Karsinoma sel basal
* Mula-mula berupa papil kecil, kemudian timbul luka
(kena garuk), terjadi ulserasi dengan krusta ---- tak
sembuh-sembuh.
* Sering pada puncak hidung.
* Diagnosa : Biopsi
* Terapi : Eksisi luas + radioterapi
2.