Anda di halaman 1dari 78

RINOLOGI

Hanafi Zainuddin

PIRAMID HIDUNG
1.
2.
3.
4.
5.

6.

Akar hidung (root of the nose) : bagian atas hidung


yang melekat pada dahi.
Puncak hidung (apex/tip of the nose) : ujung bawah
hidung yang membentuk sudut bebas.
Batang hidung (dorsum nasi) : bagian yang
menghubungkan akar hidung dan puncak hidung.
Jembatan hidung (bridge of the nose) : bagian atas
batang hidung yang ditunjang oleh tulang hidung.
Sayap hidung (ala nasi) : bagian hidung bawah yang
melebar ke samping berbentuk bulat. Bagian ini
membentuk alur dengan bibir atas sebagai sulkus
nasolabialis.
Sisi hidung : permukaan samping hidung.

Bentuk segi tiga :


Atas --- sempit
Bawah --- lebar
Lubang depan disebut:
Nares anterior.
Lubang belakang disebut:
Nares posterior (koana).
Vestibulum nasi dilapisi
kulit dengan vibrissae.

KERANGKA PIRAMID HIDUNG

Kerangka piramid hidung terdiri :


- Osseus (Tulang)
- Kartilago (Tulang rawan)

Kerangka tulang
Terdiri atas sepasang os nasale (tulang
hidung),
Ditunjang oleh :
- prosesus nasalis os frontal
dan
- prosesus nasalis os maksila

KERANGKA PIRAMID HIDUNG


Prosesus nasalis os
frontal

Prosesus nasalis os
maksila

Ditengah :
Kedua os nasale bertemu digaris median
dan meneruskan diri ke bawah untuk
membentuk sebagian septum nasi.
Ada pengecualian : os nasale dapat melebur
menjadi satu di tengah, atau tidak ada sama
sama sekali, sehingga tempatnya diisi oleh
prosesus nasalis os maksila.

Kerangka tulang rawan


Terdiri dari :
1. Lateral nasal cartilage
Merupakan sepasang tlg rawan (kanan-kiri),
bersatu di tengah di bagian atas dengan tlg rawan
septum.
Dibagian atas melekat erat pada os nasale dan os
maksila.

2. Greater alar cartilage


Merupakan sepasang tlg rawan (kanan-kiri),
yang masing-masing terdiri dari :
- Crus medialis -- berjalan ke bawah dan
belakang pada ujung bebas septum nasi.
- Crus lateralis membentuk ala nasi.
3. Septal cartilage : terdiri dari sebuah tlg rawan.
4. Sesamoid : terbentuk di antara lateral nasal
cartilage dan greater alar cartilage.
5. Minor alar cartilage : terletak sebelah lateral
dari greater alar cartilage.

OTOT-OTOT HIDUNG
Pada manusia otot-otot hidung sudah
mundur fungsinya. Otot-otot ini bekerja
melebarkan dan menyempitkan lubang
hidung.
Terdiri dari :
1.
2.
3.
4.

M. Nasalis
M. Dilator nares
M. Depressor septi nasi
M. Procerus

1. M. NASALIS: terletak di

atas ala nasi dan berjalan


dari medial ke lateral.
Paling berkembang.
Mempunyai efek kompresi
hidung, memanjangkan
hidung dan kontraksi
nostril (antagonis m.
procerus).

2. M. DILATOR NARES:
terletak pada ala nasi
bagian lateral. Berfungsi
melebarkan ala nasi.

3. M. DEPRESOR SEPTI
NASI: terletak di atas
bibir atas dekat septum
nasi. Berfungsi
menurunkan tip hidung
dan membuka nostril pada
saat inspirasi maksimal.

4. M. PROCERUS:
terletak pada akar hidung.
Menggerakkan kulit di
atas glabella. Bila
kontraksi dapat mengernyitkan dahi, mempunyai
efek memendekkan
hidung.

PENDARAHAN HIDUNG LUAR


BERASAL DARI BEBERAPA CABANG ARTERI.

CABANG A. FASIALIS : Merupakan cabang a. maksilaris


eksterna, berjalan dari bawah ke atas, mendarahi bagian bawah hidung
luar.
A. NASALIS DORSALIS : Merupakan cabang a. oftalmika.
Mendarahi bagian atas hidung luar.
A. NASALIS EKSTERNA : Merupakan cabang a. etmoidalis
anterior. Mendarahi kulit sepanjang dorsum nasi sampai puncak
hidung.

PERSARAFAN HIDUNG LUAR


1 N. SUPRA TROKLEARIS DAN N. INFRA TROKLEARIS.

Cabang N. Oftalmikus. Mempersarafi kulit dorsum nasi


bagian atas serta sisi hidung.
2 N. INFRA ORBITALIS.

Cabang N. Maksilaris. Mempersarafi kulit sisi hidung


bagian bawah.
3 CABANG LUAR N. ETMOIDALIS ANTERIOR.

Mempersarafi kulit dorsum nasi bagian bawah sampai


puncak hidung.
4 N. FASIALIS.

Mempersarafi otot-otot hidung.

Hidung Bagian Dalam


Terdiri sepasang
kavum nasi (rongga
hidung), bentuk segi
tiga seperti
terowongan.
Dipisahkan oleh
septum nasi (sekat
rongga hidung).

Dinding Lateral Kavum Nasi

Ada 4 pasang
konka:
1.Konka suprema
2.Konka superior
3.Konka media
4.Konka inferior

Dinding Medial Kavum Nasi


Dinding medial kavum nasi dibentuk oleh Septum nasi.
Disusun oleh tulang dan tulang rawan :
1. Lamina quadrangularis (kartilago)
2. Lamina perpendikularis os etmoid (tulang)
3. Kartilago vomeronasal
4. Os vomer (tulang)
5. Krista nasalis os maksila (tulang)
6. Krista nasalis os palatina (tulang)

Septum nasi

Pendarahan hidung dalam


Pendarahan hidung bagian dalam berasal dari
cabang-cabang pembuluh darah :
1).A. sfenopalatina, cabang a. maksilaris int., memberi cabang :
a). Cabang nasalis posterior --- sebagian besar konka.
b). Cabang nasopalatina (cab.septum) --- bagian belakang-bawah
hidung.
2). A. palatina desendens, cabang a. maksilaris int. juga. Berjalan dalam
canalis pterigopalatina (bersama nervus palatina) --- bgn. belakang
kavum nasi. Melalui for.palatinum bercabang ke belakang sebagai
a. palatina minor, ke depan. sebagai a. palatina mayor.
Selanjutnya a. palatina mayor menembus foramen insisivus,
kemudian beranastomosis dgn a. sfenopalatina dan cabang
nasopalatina --- bgn.depan dasar kavum nasi.

3). A. etmoidalis anterior dan posterior.


Cabang a. oftalmika, masuk rongga hidung melalui atap
kavum nasi.
A.etmoidalis anterior (biasanya lebih besar) --- sepertiga
bagian depan dinding lateral kavum nasi dan septum nasi.
A.etmoidalis posterior --- konka superior sebagian septum
nasi.
4). A. labialis superior.
Salah satu cabang a. fasialis --- daerah vestibulum.

Anastomosis :
1. A. labialis superior
2. A. sfenopalatina (nasalis posterior &
nasopalatina)
3. A. palatina mayor
4. A. etmoidalis anterior / posterior
di bagian depan septum superfisial disebut :
Pleksus Kiesselbach atau Little Area.

Pembuluh darah balik (vena)


Pembuluh darah balik hidung bagian dalam mulai dari pleksus
vena yang terdapat pada konka inferior, meatus inferior,
septum nasi bagian belakang selanjutnya pembuluh
darah baliknya sesuai dengan pembuluh nadinya, yaitu :
1. Vena sfenopalatina menyalurkan darahnya melalui for.
sfenopalatina ke dalam pleksus pterigoideus.
2. Vena etmoidalis anterior dan posterior mengalirkan darah
ke dalam vena oftalmika superior.
3. Pembuluh balik kecil lainnya, mengalirkan darahnya ke
dalam vena labialis superior atau melaui hidung luar ke
dalam vena fasialis.

LITTLES AREA = PLEKSUS KIESSELBACH


A. ETMOID ANTERIOR
A. ETMOID POSTERIOR

A. KAROTIS INTERNA

A. PALATINA MAYOR
A. SFENOPALATINA
A. LABIALIS SUPERIOR

A. KAROTIS EKSTERNA

PLEKSUS KIESSELBACH

SINUS PARANASAL
Sinus paranasal, kecuali sinus sfenoid, mulai
dibentuk pada bulan ke-3 & ke-4 dari kehidupan
janin, yaitu berupa evaginasi mukosa kavum nasi.
Sinus sfenoid secara embryologik merupakan
bagian kavum nasi postero-superior.
Waktu lahir sinus frontal berupa divertikulum yang
kecil dan selanjutnya berkembang terus mengikuti
perkembangan anak.
Sinus paranasal adalah rongga-rongga dalam
tulang yang terletak sekeliling hidung dan
mempunyai hubungan dengan kavum nasi.

Ada 4 pasang sinus paranasal :


1. Sinus frontal
2. Sinus maksila (Antrum Highmore)
3. Sinus etmoid
4. Sinus sfenoid

HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS

HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS

SINUS PARANASALIS

SINUS FRONTAL
TERLETAK DALAM TLG.
FRONTAL
ASIMETRIK, PUNYA SEPTA
DIPISAHKAN TLG YANG
TIPIS DGN. ATAP ORBITA
DAN KAV.KRANIALIS
A. SUPRA ORBITALIS
(CAB.A.OFTALMIKA) LEWAT
CELAH PD. ATAP
SUPRAORBITALIS.

SINUS SFENOIDAL
DALAM OS SFENOID
ASIMETRIK
DIPISAH OLEH SEPTUM
INTERSFENOIDASLIS
DAPAT MELUAS KE SAYAP BESAR
OS SFENOID, PROSESUS
PTERIGOIDEUS, BGN. BASILER OS
OKSIPITAL
BATAS :

Atas
: fosa kranii media + s.
tursica
Bawah : atap nasofaring (tebal)
Lateral : sinus kavernosus + a.
karotis interna.
Belakang: fosa kranii post (pons
serebri)

A. ETMOIDALIS POSTERIOR

SINUS PARANASALIS
3

SINUS MAKSILA

TERBESAR, DALAM OS
MAKSILA
BATAS:
Depan : Tulang pipi (facial maxilla)
Belakang : Pmk. infra temporal
Medial : Dinding lateral kavum nasi
Atap
: Orbita
Dasar
: Prosesus alveolar os
maksila
APEKS SINUS MAKSILA
MELUAS / MASUK KE DALAM OS
ZIGOMATIKUS.

BILA DILIHAT DARI RONGGA


MULUT, LETAK SINUS SESUAI
DGN. GIGI MOLAR 1,2,3
AKAR GIGI DAPAT SANGAT
DEKAT DENGAN RONGGA
SINUS.
DASAR SINUS MAKSILA LEBIH
RENDAH DARI DASAR KAVUM
NASI.

SINUS PARANASALIS

SINUS ETMOID

TERDIRI DARI 3 - 18 SEL


TERGANTUNG MUARA
SALURAN :
1. SEL ETMOID ANTERIOR
2. SEL ETMOID POSTERIOR

BATAS :
Lateral: lamina papyracea
dan tulang lakrimal
Medial: konka media + konka
superior

Atas : dinding atas tlg.


etmoid dan tlg. frontal
Depan : prosesus frontalis os
maksila dan os nasal
Belakang: sinus sfenoid

MUKOSA HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


MUKOSA PERNAPASAN

Epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar


epithelium)
Dilengkapi silia dan sel goblet
Mukosa lebih tebal pada yang banyak terkena aliran udara
Warna merah muda
Ada mucous blanket (salut lendir)
Dibawah epithel terdapat tunika propria dengan pembuluh
darah, kelenjar dan jaringan limfoid
Mukosa dilengkapi jaringan kavernosa yang erektil yang
dipengaruhi oleh saraf otonom.

EPITEL MUKOSA PERNAPASAN

MUKOSA PENCIUMAN

Pada atap rongga hidung, konka superior, bagian atas


septum.
Epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar
epithelium)
Tidak dilengkapi silia (nonciliated).
Epitel dibentuk 3 macam sel :
1. Sel penunjang
2. Sel basal
3. Sel reseptor
Mukosa penciuman bewarna coklat kekuningan

PERSARAFAN HIDUNG BAGIAN DALAM

CABANG OFTALMIKUS
N. TRIGEMINUS (V)

CABANG MAKSILARIS

A.

Sensoris khusus ---- N. OLFAKTORIUS (I)


- Penciuman
- Mukosa 1/3 atas, atap kavum nasi, konka sup, septum

B.

Sensoris Umum
a). Cabang oftalmikus N.V
- N.etmoidalis anterior : mempersarafi sinus etmoidalis, frontalis,
konka media, konka sup, hidung luar.
- N.etmoidalis posterior : mempersarafi s.etmoidalis,
s.sfenoidalis
- N.infra troklearis : mempersarafi hidung luar (dorsum nasi atas,
sisi hidung.

b). Cabang maksilaris N.V


- N. infra orbitalis : mempersarafi s.maksilaris,
septum nasi, ala nasi (lateral).
- Ganglion Sfenopalatinum
1. Cabang orbital
- sinus etmoidalis posterior
2. N. Palatinus
- palatum
- konka inferior
3. N. nasalis superior posterior
- atap kavum nasi
- konka superior
- septum

4. N. alveolaris superior anterior


- kanina
- sinus maksilaris
- konka inferior
- dasar kavum nasi
5. N. alveolaris superior medius
- sinus maksilaris
6. N. alveolaris superior posterior
- premolar
- sinus maksilaris

C. Persarafan otonom
Diurus oleh Ganglion Sfenopalatinum dan cabangcabangnya.
Ada 2 jenis serabut saraf otonom :
1. Serabut saraf simfatik.
Bila mendapat rangsangan ----vasokonstriksi
pembuluh darah mukosa.
2. Serabut parasimfatik.
Bila mendapat rangsangan ----vasodilatasi pembuluh
darah, meningkatkan sekresi kelenjar, konstriksi
bronkus.

FISIOLOGI HIDUNG
1. SALURAN NAPAS
2. PENGATURAN
UDARA
3. PENYARINGAN
UDARA
4. PENCIUMAN

5. RESONANSI
SUARA
6. REFLEKS
7. SALURAN DUKTUS
NASOLAKRIMALIS
8. VENTILASI TUBA
EUSTACHIUS

FISIOLOGI HIDUNG
1 SALURAN NAPAS.
Jalan napas paling atas untuk mempertahankan
ventilasi alveoler.
2 PENGATURAN UDARA (AIR CONDITIONING)
Hidung sebagai tahanan terbesar dari udara yang
masuk ke sistem pernapasan : 47% - 54%.
A. Memanaskan udara inspirasi.
Udara dipanaskan sesuai suhu tubuh : 37o C.
Suhu dipertahankan oleh oleh pembuluh
darah yang banyak pada konka.
Bila suhu turun ---- aktivitas silia turun ----- fungsi
epitel alveolus juga turun.

B. Melembabkan udara inspirasi.


Transudasi cairan :
* epitel mukosa
* sel Goblet
Udara inspirasi menjadi lembab (75% - 95%).
Transudasi dalam sehari 1000 cc.
Dipakai untuk melembabkan 700 cc.
3. PENYARINGAN UDARA
Merupakan kerja sistem mukosilier dibantu oleh
mucous blanket (salut lendir).
Bakteri atau debu ---- mucous blanket ----- gerak
silia ----- ke faring.

4 PENCIUMAN
Letak : *Atap rongga hidung
*Konka superior
*1/3 atas septum nasi
Bila bernapas normal -- tidak lewat.
Partikel bau -- difusi.
5 RESONANSI SUARA
Rongga hidung dan sinus para nasal merupakan
rongga ----- bertindak sebagai resonator.

6. REFLEKS
*Refleks penciuman mengatur sekresi liur dan
cairan lambung.
*Refleks bersin.
*Refleks penghentian napas.
7. SALURAN DUKTUS NASOLAKRIMALIS
*Menyalurkan sekresi air mata ke meatus inferior
hidung untuk diteruskan ke nasofaring. Bila ada
sumbatan duktus ini, terjadilah epifora (seperti
orang menangis).
8.VENTILASI TUBA EUSTACHIUS
*Menyalurkan sekresi mukosa kavum timpani ke
nasofaring.

TES FUNGSI HIDUNG


1

TES PEMBAU
Zat yang dipakai :

-Teh
- Kopi
- Tembakau

TES ALIRAN
UDARA
Alat yang digunakan :
- Tongue spatel

- Object glass

PEMERIKSAAN HIDUNG
HIDUNG LUAR
INSPEKSI :
- Deformitas : Saddle nose
- Tanda fraktur
- Selulitis
- Hematoma
- Tumor
- Kolaps ala nasi
- Atresia nares
PALPASI :
- Tanda krepitasi
- Fluktuasi
- Nyeri tekan

HIDUNG DALAM
Rinoskopia anterior
Rinoskopia posterior

RINOSKOPIA

RINOSKOPIA ANTERIOR

RINOSKOPIA POSTERIOR

RINOSKOPIA ANTERIOR
ALAT YANG
DIPERLUKAN :
- LAMPU KEPALA
- KACA KEPALA
- SPEKULUM HIDUNG

PERHATIKAN :

Konka inferior depan


Septum
Dasar hidung
Vestibulum
Meatus medius

DITELITI :
- Warna mukosa ?
- Adakah tumor ? Polip ?
Benda asing ? Sekret ?

RINOSKOPIA POSTERIOR

1.
2.
3.
4.
5.

ALAT YANG
DIPERLUKAN :
Lampu kepala
Kaca kepala
Kaca reflektor
Penekan lidah (spatel)
Lampu spiritus

Bandingkan dengan
Laringoskopi indirek (LID)

RINOSKOPIA POSTERIOR

PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL

RINOSKOPIA ANTERIOR
RINOSKOPIA POSTERIOR
INSPEKSI LUAR
PALPASI
TRANSILUMINASI
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

INSPEKSI
*Bengkak muka
- Pipi : sinusitis maksila akut.
- Kelopak mata atas : sinusitis frontalis akut.

PALPASI
*Nyeri tekan :

- Frontal
- Infra orbita
- Kantus medialis

PENYAKIT HIDUNG LUAR


I. TRAUMA
II. INFLAMASI (RADANG)
III. TUMOR

TRAUMA
FRAKTUR OS NASAL
ETIOLOGI :
Trauma langsung pada hidung atau muka.
Bisa mengakibatkan fraktur basis kranii.
TANDA KLINIS :
1. Deformitas : dapat berupa bengkak, lateral displacement,
depressed.
2. Subconyunctival haemorrhage (black eye).
3. Epistaksis.
4. Obstruksi nasalis.
5. Sakit/nyeri tekan.

Lateral displacement

Epistaksis

Nv, laki-laki, 20 th.

Sh, laki-laki, 24 th.

Post operasi dipasang tampon hidung 5 hari dan


splint dari gip selama 10 15 hari.

DIAGNOSIS :
*Tanda klinis
*Pemeriksaan radiologik
PENGOBATAN :
1. Baru : 1 minggu atau kurang
*Bengkak (-) , langsung reposisi dengan
anestesi umum atau anestesi lokal.
*Bengkak (+), tunggu reda (5 7 hari).
2.

Lama : 7 14 hari
*Anestesi umum
*Fraktur os nasal diluruskan dengan forcep Walsham
*Fraktur septum diluruskan dengan forcep Ash

INFLAMASI
1.

FURUNKEL
* Infeksi akut
* Mengenai glandula sebasea, folikel rambut.
* Bisa pada vestibulum nasi, puncak hidung, kulit
hidung.
* Kumannya biasanya stafilokokus aureus.
* Gejalanya : sakit, bengkak puncak hidung, merah --indurasi ---- fluktuasi.
* Komplikasi : yang paling berbahaya trombosis sinus
kavernosus (penjalaran lewat vena fasialis terus ke
vena oftalmika.
* Pengobatan : -Drainase
-Penisilin atau derivatnya.

2. ERISIPELAS
* Infeksi akut kulit dan jaringan subkutan.
* Kuman penyebab : streptokokus
hemolitikus.
* Gejala : sakit, bengkak, demam
menggigil, lesu. Ditandai dengan kulit
merah, terasa panas, bengkak dengan
bagian tepi menonjol.
* Terapi : Penisilin dan derivatnya.

3. IMPETIGO KONTAGIOSA
* Infeksi akut lapisan superfisial epidermis.
* Kuman penyebab : streptokokus, stafilokokus.
* Gejala : pada kulit timbul vesikel --- pustula --pecah, keluar cairan kuning --- terbentuk krusta.
* Terapi :
- lokal
: oles salep antibiotik
- sistemik : penisilin dan derivatnya.

PENYAKIT LAIN
1. RINOFIMA (RHINOPHYMA)
* Suatu kelainan hidung luar berupa
hipertropi kulit, pembesaran kelenjar
sebasea dan jaringan ikat puncak
hidung.
* Etiologi : lanjutan acne rosasea.
(Acne rosasea adalah kelainan kronik kulit
hidung yang ditandai dengan hiperemia
berulang, kemudian dilatasi yang menetap
pembuluh darah pada puncak hidung)
* Terapi :
- Operasi kosmetik
- Skin graft

2. MENINGOKEL
MENINGOENSEFALOKEL
* Defek embrional, adanya celah pada atap
hidung berupa tonjolan selaput otak yang
membentuk kantong dan menyebabkan
benjolan pada dorsum nasi.
* Dalam kantong bisa berisi jaringan otak.
* Terapi : Operasi bedah saraf (neurosurgery).

3. HIDUNG SILIKON CAIR.

TUMOR KULIT HIDUNG


JINAK
1.
Angioma
- Tumor pembuluh darah
- Sejak lahir atau bayi
- Gambaran berupa warna merah, datar
- Bisa regresi sendiri
- Bila membesar dapat dilakukan eksisi, radiasi, pendinginan atau
sclerosing agent.
2.
Papiloma
- Lesi berbenjol-benjol
- Dapat timbul pada vestibulum nasi
- Terapi eksisi dengan anestesi lokal
3.
Fibroma
- Lesi berupa benjolan, bisa single/multiple
- Teraba kenyal
- Sering timbul pada dorsum nasi

GANAS
1. Karsinoma sel basal
* Mula-mula berupa papil kecil, kemudian timbul luka
(kena garuk), terjadi ulserasi dengan krusta ---- tak
sembuh-sembuh.
* Sering pada puncak hidung.
* Diagnosa : Biopsi
* Terapi : Eksisi luas + radioterapi
2.

Karsinoma sel skuamosa


* Terdapat daerah ulserasi yang meluas dan dalam.
* Dapat metastasis ke kelenjar limfe regional (pre
aurikula, parotis, submaksila.
* Diagnosa : Biopsi

Kelenjar limfe regional

Anda mungkin juga menyukai