Gambar-4-Teknik-pungsi-Lumbal-untuk-menegakkan-diagnose-ensefalitis.
Pemeriksaan cairan serebrospinal yang diperoleh melalui prosedur pungsi lumbal menjadi
pemeriksaan yang sangat penting dalam menegakkan diagnose ensefalitis. Biasanya dalam
pemeriksaan ini, akan mengungkapkan jumlah protein dan sel darah putih yang meningkat
dengan glukosa normal, meskipun dalam persentase yang signifikan dari pasien, cairan
serebrospinal mungkin normal. (Gambar 4: Teknik pungsi Lumbal untuk menegakkan diagnose
ensefalitis)
CT scan sebagai pemeriksaan penunjang dan melihat berbagai efek samping akibat ensefalitis,
seperti abses otak yang lebih sering terjadi pada pasien dengan meningitis dibanding ensefalitis.
Magnetic resonance imaging menawarkan resolusi yang lebih baik.
Pada pasien dengan herpes simpleks ensefalitis, electroencephalograph dapat menunjukkan
gelombang yang khas dalam satu atau kedua lobus temporal otak.
Dan terakhir, Diagnosis sering ditegakkan dengan mendeteksi antibodi dalam cairan
serebrospinal terhadap virus tertentu (seperti herpes simplex virus) atau dengan polymerase
chain reaction yang menguatkan RNA atau DNA virus yang bertanggung jawab (seperti varicella
zoster virus).
Pengobatan
Pengobatan ensefalitis, didasarkan pada jenis penyebabnya. Misalnya, Antivirus dengan nama
acyclovir untuk herpes simplex virus, jika penyebabnya adalah infeksi virus. Atau jika
disebabkan oleh infeksi bakteri, makan diberikan antibiotic jenis quinolon, bahkan bisa diberikan
anti parasit, jika penyebabnya adalah parasit.
Selain dengan pengobatna kausal anti virus, anti biotic, dan antiparasit, pada penderita
ensefalitis, sebaginya dilanjutkan dengan pengobatan penunjang atau supportif, berupa: terapi
suportif, seperti ventilasi oksigen. Kortikosteroid (misalnya, metilprednisolon) digunakan untuk
mengurangi pembengkakan otak dan peradangan dan ditambah dengan Obat penenang yang
diperlukan untuk menenangkan penderita yang sangat gelisah