Anda di halaman 1dari 18

Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan.

Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul dan tidak teratur.
Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan
tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa,
akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu
ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis
dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada
masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Beberapa pengertian Kurikulum :


Adapun beberapa pengertian kurikulum yaitu sebagai berikut.
Pengertian Kurikulum secara Etimologis
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis curriculum berasal dari
bahasa Yunani yaitu curir yang berarti pelari, dan curere yang berarti tempat berpacu.
Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya, istilah kurikulum tersebut pada awalnya digunakan
dalam dunia Olah raga, seperti bisa diperhatikan dari arti pelari dan tempat berpacu, yang
mengingatkan kita pada jenis olah raga Atletik

Pengertian Kurikulum berdasarkan Istilah


Berawal dari makna curir dan curere kurikulum berdasarkan istilah diartikan sebagai Jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memeroleh medali
atau penghargaan. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendididikan
dan diartikan sebagai Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal hingga akhir program demi memeroleh ijazah

Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003


Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Bab I
Pasal 1 ayat 19).

Beberapa definisi Kurikulum


Berikut merupakan beberapa definisi kurikulum menurut para ahli kurikulum, antara lain yaitu
sebagai berikut.
a. J.Galen Saylor dan William M.Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better
Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: The
Curriculum is the sum total of schools efforts to influence learning, whwther in the
classroom , on the playground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau diluar
sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstrakurikuler.
b.

Harold B. Albertsycs dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965)


mengandung kurikulum sebagai all of the activities that are provided for students by the
shcool. Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas
pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, didalam dan diluar
kelas , yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan
dan pengalaman siswa diluar mata pelajaran tradisional.

c. J.Lloyd Trump dan Delmas F.Miller dalam buku SecondarySchool Improvemant (1973)
juga menganut definisi kurikulum yang luas. Menurut mereka dalam kurikulum juga
termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program,

perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan
hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata
pelajaran. Ketiga aspek pokok, program, manusia dan fasilitas sngat erat hubungannya,
sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan tiga-tiganya.

d.

Smith dan kawan-kawan memandangkurikulum sebagai rangkaian pengalaman yang


secara potensial dapat diberikan kepada anak , jadi dapat disebutkan potential curriculum.
Namun apa yang benar-benar dapat diwujudkan pada anak secara individual , misalnya
bahan yang benar-benar diperolehnya, disebut actual curriculum.

Peranan Kurikulum.
Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau
evluatif, dan peranan kreatif
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan
wariswan sosial bagi generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial
dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial
yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.
Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara
siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang
semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi
kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses tersebut. Romine
mengatakan bahwa: In sense the conservative role provides what may be calledsocial
cement. It contributes to like mindedness and provides for behaviour which is consistent with
values already accepted. It deals with what is sometimes known as the core of relevative
universals. Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu
berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar sifatnya.

2. Peranan Kritis dan Evaluatif


Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan
kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang
akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadaka modifikasi dan perbaikan. Dengan
demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.

3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam
artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
masa mendatang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan semua yang ada
padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan
keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain
terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi
tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan.
Prinsip-prinsip Kurikulum
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam,
antara lain:

1.

Prinsip Berorientasi Pada Tujuan


Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik
tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya
untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung
aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan
perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian
dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.

2. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)


Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system penyampaian harus
relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
3. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan
dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang
optimal. Dana yang terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung
pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas
sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran
yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam
mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber
kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang
semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
4. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi
berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau
kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri
dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang
dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa
ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan

masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam
rangka pelaksanaan kurikulum.
5. Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek,
materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama
lain memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak
jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan
fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara
aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara
teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan
perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan
menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan
pribadi.
7. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan
terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya.
Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun
pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat
dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik
dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
8. Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa
pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar

mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan
kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.

Fungsi Kurikulum
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu.
Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918), mengatakan bahwa
kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian , fungsi diferensiasi,
fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
1. Fungsi Penyesuaian ( The Adjutive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah
dan bersifat dinamis, maka masing-masing individupun harus memiliki kemampuan
menyesuaika diri secara dinamis pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan
kondisi perorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga
individu bersifat well-adjusted.
2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu
sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan
memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarkat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara setiap orang di
masyarkat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang-orang berpikir kritis dan
kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya
diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga
dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.
4. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)

Kurikulum befungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut
untuk suatu jangkauan yang lebih jau,misalnya melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi
atau persiapan belajar di dalam masyarakat.Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini
sangat diperlukan,mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan
siswa atau pun yang menarik perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang saling
berkaitan.Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya.Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan
bagi

masyarakat

yang

menganut

sistem

demokratis.Untuk

mengembakanberbagai

kemampuan tersebut,maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function )
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk
mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya.Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimilikinya melalui proses ekspolarasi.Selanjutnya siswa sendiri yang
memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini
merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat
berkembang secara optimal.Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh kurikulum
secara keseluruhan.Fungsi-fungsi tersebut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan siswa,sejalan dengan arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang
diharapkan oleh insitusi pendidikan yang bersangkutan.

Komponen-komponen Dalam Kurikulum


Nana Syaodih. Sukmadinata mengemukakan empat komponen dari anatomi tubuh kurikulum
yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian serta evaluasi.
1. Tujuan
Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum adalah kekuatan-kekuatan fundamental
yang peka sekali, karena hasil kurikuler yang diinginkan tidak hanya mempengaruhi bentuk
kurikulum, tetapi memberi arahan dan fokus untuk seluruh program pendidikan.
2. Materi atau Pengalaman Belajar
Fungsi khusus dari kurikulum pendidikan formal adalah memilih dan menyusun isi
(materi/pengalaman belajar) agar keinginan tujuan kurikulum dapat dicapai dengan cara
paling efektif dan supaya pengetahuan paling penting yang diinginkan pada jalurnya dapat
disajikan secara efektif
3. Organisasi
Menurut (Taba, 1962 : 290), jika kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar
maka isi dan pengalaman belajar membutuhkan pengorganisasian sedemikian rupa sehingga
berguna bagi tujuan-tujuan pendidikan. Menurut pendapar Taba ini, materi dan pengalaman
belajar dalam kurkulum diorganisasikan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah komponen keempat dari kurikulum. Evaluasi ditujukan untuk melakukan
evaluasi terhadap belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan
pembelajaran. Menurut (Zais, 1976 : 378) mengemukakan evaluasi secara luas merupakan
suatu usaha sangat besar yang kompleks yang mecoba menantang mengkodifikasi proses
salah satu dari istilah sekuensi atau komponen-komponen. Kegiatan evaluasi akan
memberikan informasi dan data tentang perkembangan belajar siswa maupun keefektifan
kurikulum dan pembelajaran, sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan pembelajaran dan
pendidikan secara tepat.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Landasan penyusunan KTSP adalah UU RI 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
PP No 19/2005 tentang SNP. Untuk pendidikan dasar dan menengah mengacu pada
Permendiknas 22/2006 tentang Standar isi, Permendiknas 23/2006 tentang SKL, Permendiknas
24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan, Permendiknas 22 dan 23/2006
tentang panduan disusun oleh BSNP. Tujuan KTSP 2006 memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk mengambil keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum. Pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan struktur kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia. Struktur KTSP merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Muatan Lokal dan kegiatan pengembangan
diri merupakan bagian terpadu dari strukutur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, pengembangan stuktur kurikulum dilakukan dengan mengatur alokasi waktu tatap
muka seluruh pelajaran, memanfaatkan waktu 4 jam tambahan untuk pelajaran baru,
mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal.

Kurikulum 2013
Landasan Kurikulum 2013 adalah UU RI 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
PP No 32/2013 tentang SNP. Untuk pendidikan dasar dan menengah mengacu pada
Permendikbud 64/2013 tentang Standar isi, Permendikbud 54/2013 tentang SKL. Pengembangan
Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengantisipasi perkembangan teknologi yang makin
pesat , lonjakan usia produktif , dan perdagangan pasar bebas 2015 maka disusun kurikulum
2013. Menciptakan manusia yang mandiri, mampu memecahkan masalah, mempunyai
kepribadian yang kuat, inovatif dan kreatif dan menguasai teknologi.
Perbedaan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013
Kurikulum sebagai rencana untuk pengalaman siswa di kelas dan di sekolah agar tercapai
tujuan yang disusun secara tertulis pengalaman belajar, program belajar, dan hasilnya. KTSP

2006 adalah kurikulum yang lebih menekankan pada kemandirian sekolah untuk menyusun
kurikulum sendiri bersifat otonomi daerah dan meningkatkan mutu pendidikan yang siap kerja.
Sedangkan Kurikulum 2013 adalah tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004
yang lebih menekankan pada karakter siswa dan kompetensi yang dimiliki siswa setelah lulus
dalam menghadapi globalisasi. Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 akan dikaji pada
tabel berikut.
KTSP
Kurikulum 2013
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari
Standar Isi
kebutuhan masyarakat
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Standar Isi diturunkan

dari

Standar

Lulusan Mata Pelajaran


Kompetensi Lulusan
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk Semua mata pelajaran harus berkontribusi
sikap,

pembentuk

keterampilan,

pembentuk Pengetahuan.
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran.

dan terhadap pembentukan sikap, keterampilan,


dan pengetahuan.
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi

yang ingin dicapai.


Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi
seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah.
inti (tiap kelas).
Pengembangan kurikulum sampai pada Pengembangan kurikulum sampai pada buku
komptensi dasar.
Tematik Kelas I-III (mengacu mapel)

teks dan buku pedoman guru.


Tematik integratif Kelas I-VI (mengacu

Lebih menekankan pada aspek pengetahuan

kompetensi)
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan
soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi

sikap,

keterampilan,

dan

pengetahuan
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah Jumlah jam pelajaran per minggu lebih
mata

pelajaran

lebih

banyak

dibanding banyak dan jumlah mata pelajaran lebih

Kurikulum 2013
TIK sebagai mata pelajaran

sedikit dibanding KTSP


TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
bukan sebagai mata pelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran

Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Proses pembelajaran setiap tema di jenjang
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi

SD dan semua mata pelajaran di jenjang

SMP/SMA/SMK

dilakukan

dengan

pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu


standar proses dalam pembelajaran terdiri
dari
Penilaiannya

lebih

dominan

pada

Mengamati,

Menanya,

Mengolah,

Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.


aspek Standar penilaian menggunakan penilaian

pengetahuan

otentik, yaitu mengukur semua kompetensi


sikap,

keterampilan,

dan

pengetahuan

Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib


Penjurusan mulai kelas XI

berdasarkan proses dan hasil.


Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk

BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

jenjang SMA/MA
BK lebih menekankan

mengembangkan

potensi siswa

Penerapan KTSP dan Kurikulum 2013 di sekolah memiliki kelebihan dan kelemahan yang
berbeda. Berikut merupakan beberapa kelebihan maupun kelemahan dari kedua kurikulum
tersebut.

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


- Kelebihan :
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum
di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak
melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi
keunggulan lokal.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling

dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat


mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut
ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan psikologis
anak.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
6. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
7. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah,
kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
8. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman,
kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan
pekerjaan masyarakat sekitar.
9. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan,
kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
10. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan
yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.
11. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat
pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan
standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.

12. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menyususn dan mengembangkan


silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah
kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar
sekolah.
13. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
14. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
15. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
16. kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan

Kelemahan
1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP .
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan
profesi.

Kurikulum 2013
- Kelebihan
1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang mereka hadapi di sekolah.
2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya
didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi,
praktek, sikap dan lain-lain.
3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan.
6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,
kewirausahaan.
7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap
fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti
sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogi, sosial dan personal.
12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(buku induk)

13. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana
buku sudah disiapkan dari pusat.
14. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi
dan supervise dari daerah.
15. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran
yang lebih bervariasi
16. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi.
17. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

Kelemahan
1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru
tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata
pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013
ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat
sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang
agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihanpelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi
menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific.
4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP.
5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam
kasus ini.
7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa
mempunyai kapasitas yang sama.

8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa
tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi
terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah
terlalu lama.
11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI,
IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14. Guru tidak tiap dengan perubahan
15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara holistic.
16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
22. Menambah beban kerja guru.

23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum
2013
24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada
unsur keterpaksaan.

Anda mungkin juga menyukai