I.
Pendahuluan
Pengukuran tekanan darah merupakan pengujian klinik yang umum. Pengukuran ini
selalu diwujudkan sebagai suatu pecahan, misalnya 120/80. Angka dari pembilang tersebut
merupakan tekanan darah arteri selama sistole. Unit ukuran adalah torr, pada contoh ini
tekanan sama dengan tekanan yang dihasilkan oleh kolom air raksa dengan tinggi 120 mm.
Angka sebutan merupakan tekanan selama diastole. Meskipun tekanan darah dalam waktu
yang berbeda sangat bervariasi pada orang tertentu, tekanan yang terus menerus tinggi,
mungkin suatu gejala atau sebab dari macam-macam penyakit (Kimball, 1983: 154).
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk
ke dalam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena
tahanan periferi dari arteriole-arteriole menghalangi semua darah mengalir ke dalam jaringan.
Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung kepada kekuatan dan volume darah
yang dipompa oleh jantung dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriole.
Kontraksi ini dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor dan dikendalikan oleh pusat
vasomotorik dalam medula oblongata. Pusat vasomotorik mengatur tahanan periferi untuk
mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan. Tekanan darah mengalami sedikit
perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerakan yang fisiologik, seperti sewaktu
latihan jasmani, waktu adanya perubahan mental karena kecemasan dan emosi, sewaktu tidur
dan sewaktu makan. Karena itu sebaiknya tekanan darah diukur sewaktu orangnya tenang,
istirahat dan sebaiknya dalam sikap rebahan (Pearce, 1995: 151).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.
Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara
pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari.
Sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan
mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Pada umumnya, pengukuran
denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri
carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis,
arteri apical, arteri tibialis posterior (Saladin, 2003: 94).
II. Tujuan :
1. Memeriksa denyut nadi dan tekanan darah.
2. Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah.
3. Mengamati dan mempelajari pengaruh aktivitas
4. Mengamati dan mempelajari pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah.
III.
IV.
Prosedur Kerja
IV.1
Pemeriksaan Denyut Nadi dan Mengukur Tekanan Darah
4.1.1 Memeriksa Denyut Nadi secara Palpasi
1. Memilih satu mahasiswa coba (MC).
2. Memberi instruksi MC1 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit di meja
periksa atau tempat tidur, dengan kedua lengan di sisi tubuh dengan kedudukan
volar.
3. Memeriksa denyut nadi arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari
II, III, IV yang diletakkan sejajar satu terhadap lain diatas arteri radialis
tersebut.
4. Menentukan: (a) frekuensinya : jumlah denyut/menit , dan (b) iramanya:
teratur/tidak teratur.
5. Mencatat data.
4.1.2
udara
dalam
manchet
secara
perlahan
dan
4.2 Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
1. Memberi instruksi pada MC untuk duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian
tentukan: frekuensi, irama, denyut arteri radialis, dan tekanan darah pada lengan
kanan secara auskultasi, masing-masing diukur tiga kali berturut-turut serta hitung
nilai rata-ratanya.
2. Memberi instruksi pada MC untuk berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3
menit, kemudian tentukan: frekuensi, irama denyut arteri radialis sinistra dan tekanan
darah lengan kanan secara auskultasi, masing-masing diukur tiga kali berturut-turut
serta hitung nilai rata-ratanya.
3. Mencatat semua data pada tabel.
4.3 Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
1. Member instruks pada MC untuk duduk tenang selama 2-3 menit , kemudiann
periksa denyut nadi dan tekanan darah masing-masing sebanyak tiga kali berturutturut. Mencatat frekuensi, irama denyut nadi, dan tekanan darah sistolik dan
diastolik.
2. Dengan manchet yang tetap terpasang di lengan atas kanan, MC melakukan latihan
fisik dengan cara step tes (naik-turun bangku) 20 kali/ menit selama dua menit.
3. Setelah step test berakhir, memberi instruksi pada MC untuk segera duduk, kemudia
mengukur frekuensi nadi dan tekanan darahnya masing-masing satu kali saja. Data
ini diharapkan tercatat tepat satu menit setelah step tes berakhir.
4. Terus mengukur frekuensi denyut nadi dan tekanan darah dengan interval waktu dua
menit (menit ke 3..., menit ke 5, menit ke 7, dan seteruskan) sampai nilainya
kembali seperti keadaan sebelum latihan. Untuk setiap interval, pengukuran cukup
satu kali.
5. Mencatat semua data pada tabel.
V.
Hasil
Tabel E1. Data denyut nadi dan tekanan darah
Mhs coba
Dewa
Sukma
MC1
Rata-rata
Mhs coba
Ratih
MC2
Pemeriksaan
I
II
III
Pemeriksaan
I
II
Denyut nadi
64
59
59
60,67
Denyut nadi
67
67
Tek.Sistole
100
100
100
100
Tek.Sistole
90
100
Tek.Diastole
70
70
70
70
Tek. Diastole
70
70
III
63
65,67
Rata-rata
100
96.67
70
70
Tabel E2. Data pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah
Denyut Nadi
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik
Dewa
Dewa
Dewa
Ratih
Ratih
Ratih
Sukma
Sukma
Sukma
62
62
100
90
80
70
Berbarin
64
60
100
90
80
70
g
64
63
100
90
80
70
terlentan Rata-rata : Rata-rata : Rata-rata : Rata-rata : Rata-rata : Rata-rata :
g
70
63,33
61,67
100
90
80
77
60
90
100
80
80
86
63
100
100
80
70
76
66
100
102
70
70
Duduk
RataRataRataRataRataRata-rata :
rata :
rata :
rata :
rata :
rata :
73,33
63
79,67
96,67
100,67
76,67
72
73
110
104
80
75
70
75
106
102
80
70
89
77
103
100
80
70
Berdiri
RataRataRataRataRataRata-rata :
rata :
rata : 75
rata :
rata:
rata : 80
71,67
77
102
106,33
Posisi
Tubuh
Tabel E3.1. Hasil pengukuran denyut nadi dan tekanan darah secara auskultasi sebelum
melakukan kegiatan latihan fisik
Denyut nadi
MC
Waktu
Arham
(L)
Pra Latihan
Rata-rata
MC
Waktu
I
80
II
81
80
III
77
Denyut nadi
Dewa
Pra Latihan
I
66
II
62
III
68
Tekanan
Sistolik
I
II
III
125 110 110
115
Tekanan
diastol
I
II
III
65
60
65
63
Tekanan
Sistolik
I
II
III
130 130 125
Tekanan
diastol
I
II
III
70
70
70
Surya
(L)
Rata-rata
MC
Waktu
Nita (P)
Pra Latihan
Rata-rata
MC
Waktu
Gunia
(P)
Pra Latihan
Rata-rata
65
128
Denyut nadi
I
88
II
76
81
III
79
Denyut nadi
Tabel
I
54
II
61
58
III
59
70
Tekanan
Sistolik
I
II
III
92
92 100
95
Tekanan
diastol
I
II
III
80
82
92
85
Tekanan
Sistolik
I
II
III
110 110 110
110
Tekanan
diastol
I
II
III
70
70
75
70
E3.2. Hasil pengukuran denyut nadi dan tekanan darah secara auskultasi sesudah
melakukan kegiatan latihan fisik
Pasca
Latiha
n1
MC
Ratarata pra
latihan
Menit
ke- 1
Menit
ke- 3
Menit
ke- 5
Menit
ke- 7
Menit
ke- 9
Pasca
Latiha
n2
MC
Menit
ke- 1
Menit
Denyut Nadi
A
80
B
65
C
81
Tekanan Sistolik
A
115
B
128
58
D
110
Tekanan Diastol
A
63
B
70
C
85
95
D
70
96
74
102
90
160
170
130
170
80
60
121
120
86
89
89
89
140
145
119
150
65
50
89
70
82
70
80
73
120
130
94
120
65
70
83
70
79
65
120
110
60
80
59
110
70
Denyut Nadi
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastol
A
99
B
98
C
100
D
141
A
150
B
160
C
176
D
150
A
70
B
60
C
132
D
80
82
111
89
111
130
135
150
130
65
60
130
70
ke- 3
Menit
ke- 5
Menit
ke- 7
Menit
ke- 9
Menit
ke- 11
Pasca
Latiha
n3
MC
Menit
ke- 1
Menit
ke- 3
Menit
ke- 5
Menit
ke- 7
Menit
ke- 9
78
99
81
81
110
130
93
110
60
60
85
70
70
70
60
55
Denyut Nadi
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastol
A
92
B
104
C
97
D
133
A
160
B
170
C
143
D
150
A
90
B
60
C
122
D
80
86
99
82
110
140
140
102
160
80
60
89
70
78
90
80
86
120
130
93
130
65
60
83
80
70
60
120
130
60
90
59
110
70
Keterangan:
A: Arham
B: Dewa Surya
C: Nita
D: Gunia
Tabel E3.3. Hasil rata-rata pengukuran denyut nadi dan tekanan darah secara auskultasi
sesudah melakukan Kegiatan latihan fisik
No
.
Nama/Jenis Kelamin
1.
2.
Waktu
Menit ke- 1
Menit ke- 3
Menit ke- 5
Menit ke- 1
Menit ke- 3
Menit ke- 5
Menit ke- 7
VI.
3.
4.
Menit ke- 1
Menit ke- 3
Menit ke- 5
Menit ke- 7
Menit ke- 1
Menit ke- 3
Menit ke- 5
Menit ke- 7
Menit ke- 9
Menit ke-11
96
85
79
79
121
70
80
65
59
55
157
137
116
120
157
99
120
117
110
-
80
70
63
60
93
70
73
80
70
-
Pembahasan
4.1 Pemeriksaan denyut nadi dan Mengukur tekanan darah
Denyut nadi adalah berapa kali arteri (pembuluh darah bersih) mengembang dan
berkontraksi dalam satu menit sebagai respon terhadap detak jantung. Jumlah denyut nadi
sama dengan detak jantung. Ini karena kontraksi jantung menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi di arteri. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan
oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan
elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume
darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan
menurunkan tekanan darah. Tekanan darah pada orang dewasa normal, yaitu 120/80
mmHg. (sistole =120 mmHg dan diastole= 80 mmHg) dengan selisih sebesar 40 mmHg.
Tekanan sistole terjadi akibat periode kontraksi dari ventrikel dan tekanan diastole ini
muncul akibat periode relaksasi dari ventrikel.
Pada percobaan mengukur denyut nadi kami menggunakan cara palpasi, yaitu
kemampuan jari tangan untuk merasakan denyut nadi pada arteri radialis. Sedangkan
untuk mengukur tekanan darah kami menggunakan cara auskultasi, yaitu suatu
pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan dengan alat sphygmomanometer dan
stetoskop pada lengan kanan arteri radialis dextra. Pada praktikum ini dilakukan dua
orang mahasiswa sebagai sampel yaitu mahasiswa laki-laki (Dewa Sukma) dan
perempuan (Ratih). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap
jumlah denyut nadi dan tekanan darah. Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan
bahwa terdapat perbedaan jumlah denyut nadi dan tekanan darah pada laki laki dan
perempuan. Dimana mahasiswa coba laki-laki mempunyai tekanan darah yang lebih
tinggi daripada mahasiswa coba perempuan hal ini dikarenakan oleh kondisi dan aktivitas
fisik yang berbeda. Tekanan darah pada seorang laki-laki maupun perempuan sebenarnya
tidak ada perbedaan yang signifikan, namun ketika lanjut usia seorang perempuan yang
telah mengalami menopause yaitu usia di atas 45 tahun cenderung menderita hipertensi
daripada laki-laki. Perempuan yang telah menopause akan mengalami defisiensi hormone
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein)
kadar
HDL
yang
rendah
ini
akan
mempengaruhi
terjadinya
aterosklerosis.
sistolik dan diastolik pada Dewa Sukma, yaitu 90/80 mmHg sedangkan pada Ratih
sebesar 100/70 mmHg. Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil.
Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan
sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otototot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus
dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu
mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat
jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan
respon ini disebut refleks kompresi abdomen.
Posisi tubuh yang terakhir, yaitu berdiri di mana hasil menunjukkan denyut nadi
serta tekanan darah pada Dewa Sukma dan Ratih saat posisi duduk menunjukkan hasil
rata-rata 77kali/menit dan 75kali/menit. Untuk tekanan tertinggi sistolik dan diastolik
pada Dewa Sukma, yaitu 106/80 mmHg sedangkan pada Ratih sebesar 104/75 mmHg.
Dan tekanan terendah sistolik dan diastolik pada Dewa Sukma, yaitu 103/80 mmHg
sedangkan pada Ratih sebesar 100/70 mmHg. Detak jantung akan meningkat saat
seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini
yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika
seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Sebanyak 300-500
ml pada posisi berdiri, darah pada pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian
bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan (Ganong, 2008). Pengumpulan darah di
vena lebih banyak pada posisi berdiri,. Mengakibatkan volume darah yang kembali ke
jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan
tekanan darah akan turun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah
sampai ke bagian tubuh yang dituju.. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar
dan tekanan menjadi berkurang (Guyton, 2002).
4.3 Pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah
Pada praktikum pengaruh fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah, kami
menggunakan 4 mahasiswa coba yang berbeda yakni, 2 mahasiswa coba perempuan
(Gunia dan Nita) dan 2 mahasiswa coba laki-laki (Arham dan Dewa Surya). Hal tersebut
untuk membandingkan keadaan fisik laki-laki dengan perempuan serta keadaan fisik
seseorang yang bertubuh kurus (Nita dan Arham) dengan yang bertubuh berisi (Gunia
dan Dewa Surya) setelah melakukan latihan fisik. Pada praktikum ini, mahasiswa coba
terlebih dahulu diukur denyut nadi pada arteridialis sinistra, tekanan darah pada lengan
kanan secara auskultasi sebanyak tiga kali berturut-turut setelah duduk tenang selama 2-3
menit. Setelah itu mahasiswa melakukan latihan fisik dengan naik turun tangga selama 2
menit dengan manchet masih terpasang pada lengan kanan. Setelah itu mahasiswa coba
duduk dengan tenang dan tunggu 1 menit untuk nantinya diukur denyut nadi dan tekanan
darah dengan interval waktu dua menit sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum
latihan.
Hasil yang diperoleh pada praktikum pengaruh fisik terhadap denyut nadi dan
tekanan darah berbeda setiap mahasiswa coba. Hal tersebut dikarenakan adanya faktorfaktor yang mempengaruhi yakni jenis kelamin dan keadaan fisik pada masing-masing
mahasiswa coba. Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah
pada laki-laki atau perempuan. Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah
dari pada pria yang berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon. Setelah
menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya. Pada
hasil praktikum yang diperoleh, tekanan darah pada perempuan memang lebih rendah
dengan tekanan darah laki-laki. Namun setelah aktivitas, beberapa data yang diperoleh
wanita memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari laki-laki.
Orang yang memiliki tubuh berisi cenderung memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mereka yang kurus. Hal ini disebabkan karena tubuh orang
yang berisi harus bekerja lebih keras untuk membakar kelebihan kalori yang mereka
konsumsi. Sebagian besar orang berpendapat bahwa berat badan yang berlebihan dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat. Hal itu belum tentu benar, penggunaan alat
pengukuran tekanan darah konvensional dengan probabilitas kurang akurat. Semakin
besar lilitan manset karet pada lengan, semakin besar kelebihan penilaian terhadap
tekanan darah. Meski terdapat kecenderungan untuk menilai tekanan darah lebih dari
yang sebenarnya masih terdapat hubungan yang meyakinkan antara berat badan dan
tekanan darah (Beevers, 2002). Pada hasil yang diperoleh, mahasiswa yang memiliki
ukuran tubuh yang berisi (Gunia) dengan yang kurus (Nita) tidaklah mengalami
perbedaan yang signifikan. Begitu pula dengan mahasiswa coba laki-laki yang kurus
(Arham) dengan yang berisi (Dewa Surya) tidak mengalami perbedaan yang signifikan
pula karena hasil yang diperoleh berbeda-beda pada setiap waktu.
Suhu yang tinggi dapat mempengaruhi tekanan darah karena secara fisiologi saat
suhu yang panas, keringat akan banyak keluar dan cairan tubuh berkurang sehingga
tekanan darah menjadi rendah. Usia sudah pasti akan mempengaruhi tekanan darah
karena pada usia lanjut kinerja organ jantung dan pembuluh darah dalam mengalirkan
darah semakin melemah. Selain itu terdapat juga faktor dalam yang dapat mempengaruhi
tekanan darah seperti, elastisitas vasa, resistensi perifer, viskositas darah, dan fungsi
hormon.
Pada saat melakukan latihan atau olahraga menyebabkan perubahan besar dalam
sistem sirkulasi dan pernapasan, dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai bagian
dari respon homeostatik, denyut nadi dan tekanan darah seseorang akan mengalami
peningkatan. Hal ini dikarenakan saat berolahraga, otot akan berkontraksi. Kontraksi otot
membutuhkan banyak oksigen untuk energi sehingga darah sebagai penyuplai oksigen
harus memenuhinya. Curah jantung pun menjadi meningkat untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tersebut. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan tekanan darah. Selain
itu, aktivitas yang dilakukan akan merangsang saraf simpatik dan akhirnya mempercepat
denyut jantung. Konsekuensi peningkatan denyut jantung menyebabkan waktu pengisian
diastolic memendek dan terjadi penurunan kapasitas jantung. Setelah beristirahat
beberapa menit, jantung perlahan-lahan akan kembali normal karena tubuh tidak lagi
membutuhkan energi yang banyak sehingga kebutuhan oksigen juga akan berkurang,
penurunan ini juga terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi.
Tekanan darah dan denyut nadi pun kembali normal. Perbedaan waktu yang dibutuhkan
untuk menurunkan tekanan darah dan denyut nadi berbeda, hal tersebut dikarenakan
mahasiswa coba ketika pada saat di ukur tidak dalam keadaan tenang, seperti berbicara,
melakukan pergerakan ataupun kondisi duduk yang tidak nyaman sehingga tubuh
memerlukan energi untuk melakukan aktivitas tersebut yang menyebabkan lamanya
waktu yang diperlukan untuk menurunkan tekanan darah dan denyut nadi kembali
normal.
VII.
Kesimpulan
Bedasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang kami buat, kesimpulan yang kami
dapatkan dari praktikum ini yaitu:
1. terdapat perbedaan jumlah denyut nadi dan tekanan darah pada laki laki dan perempuan
pada saat posisi berbaring. Dimana mahasiswa coba laki-laki mempunyai tekanan darah
yang lebih tinggi yaitu 63,33/menit daripada mahasiswa coba perempuan yaitu
61,67/menit.
2. Tekanan darah diastolik Dewa Sukma menunjukkan tekanan diastolik terendah 80 mmHg
dan yang tertinggi 80 mmHg dengan rata-rata 80 mmHg pada saat posisi berbaring.
Sedangkan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada Ratih juga menunjukkan
tekanan sebesar 90/70 mmHg pada saat posisi berbaring.
3. Untuk Penghitungan dan pengukuran denyut nadi serta tekanan darah pada Dewa Sukma
dan Ratih saat posisi duduk menunjukkan hasil rata-rata 79,67kali/menit dan
63kali/menit. Untuk tekanan tertinggi sistolik dan diastolik pada Dewa Sukma, yaitu
100/80 mmHg sedangkan pada Ratih sebesar 102/70 mmHg. Dan tekanan terendah
sistolik dan diastolik pada Dewa Sukma, yaitu 90/80 mmHg sedangkan pada Ratih
sebesar 100/70 mmHg.
4. Saat posisi berdiri Detak jantung akan meningkat, karena darah yang kembali ke jantung
akan lebih sedikit. Sehingga di dapat tekanan darah pada Dewa Sukma dan Ratih saat
posisi duduk menunjukkan hasil rata-rata 77kali/menit dan 75kali/menit. Untuk tekanan
tertinggi sistolik dan diastolik pada Dewa Sukma, yaitu 106/80 mmHg sedangkan pada
Ratih sebesar 104/75 mmHg. Dan tekanan terendah sistolik dan diastolik pada Dewa
Sukma, yaitu 103/80 mmHg sedangkan pada Ratih sebesar 100/70 mmHg.
5. Hasil yang diperoleh pada praktikum pengaruh fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah berbeda setiap mahasiswa coba. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi yakni jenis kelamin dan keadaan fisik pada masing-masing
mahasiswa coba. tekanan darah pada perempuan memang lebih rendah dengan tekanan
darah laki-laki. Namun setelah aktivitas, beberapa data yang diperoleh wanita memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi dari laki-laki. Karena orang yang memiliki tubuh
berisi cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka
yang kurus.
Daftar Pustaka
Beevers, D. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Dian Rakyat:
Jakarta.
Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC.
Kimbal. 1983. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Pearce, R.B. 1995.Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: EGC.
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Edisi ke 3.
Jakarta: Erlangga.