Senyawa Lain
18.1 Sitokinin
Pada sekitar tahun 1913, Gottlieb Habrlandt di Austria menemukan suatu senyawa tak
dikenal yang memacu pembelahan sel yang menghasilkan kambium gabus dan memulihkan luka
pada umbi kentang yang terpotong. Senyawa tersebtu terdapat di jaringan pembuluh berbagai
jenis jenis tumbuhan. Temuan ini tampaknya merupakan ungkapan pertama tentang senyawa
yang diakndung tumbuhan, yang sekarang dinamakan senyawa sitokinin. Fungsi sitokinin yaitu
memacu pembelahan sel pada tumbuhan.
Metabolisme sitokinin
Sitokinin di tingkat sel juga ditentukan oleh perusakannya dan mungkin oleh
perubahannya menjadi berbagai turunan yang bersifat tidak aktif, selain nukleosida dan
nukleotida. Perusakan sebagian terjadi oleh sitokinin oksidase, yaitu sistem enzim yang
merenggut cincin samping 5karbon dan menghasilkan adenin bebas. Pembentukan turunan
sitokinin lebih rumit sebab dapat terbentuk banyak konjugat. Konjugat yang paling lazim
mengandung glukosa atau alanin yang mengandung glukosa disebut sitokinin glukosida.
Sitokinin memacu pembesaran sel pada kotiledon dan daun tumbuhan dikotil
Jika kotiledon dipisahkan dan dipelihara dengan diberi sitokinin, laju pertumbuhannya
meningkat dua atau tiga kali lipat dibandingkan dengan kotiledon pembanding yang tak
mendapat tambahan hormon, baik dalam gelap maupun dalam terang. Pertumbuhan itu
seluruhnya akibat pengambilan air yang mengembangkan sel, sebab bobot keirng jaringan tidak
bertambah.
Efek pemacuan yang jelas pada daun uth tumbuhan dkotil dari beberapa species terlihat
setelah sitokinin diberikan berulang-ulang, namun biasanya efeknya kecil dna mungkin timbul
secara tak langsung melalui pengambilan metabolit dari organ lain. Jika sejumlah cakram
diambil dari daun dikotil dengan alat pelubang gabus dan diupayakan tetap lembab, maka
sitokinin dapat meningkatkan pemelaran dengan cara memacu pertumbuhan sel. Ini pun
menunjukkan fungsi normal sitokinin yang datang dari organ lain, misalnya akar, pada
pertumbuhan daun.
berlangsung sangat lambat. Kemudian sintesis etilen terhambat sebab oksigen dibutuhkan
untuk mengubah ACC menjadi etilen, namun etilen yang disintesis terperangkap di akar
karena pergerakannya meleati air juga berkurang.
Cara kerja etilen
Banyak efek etilen disertai meningkatanya sintesis enzim, jenis enzimnya
bergantung pada jaringan sasaran. Saat etilen memacu gugur daun, selulase dan enzim
pengurai dinding sel lainnya, enzim muncul di lapisan abisi. Jika terjadi pemasakan buah
atau penuaan bunga, beberapa jenis enzim perlu dihasilkan. Jika sel terluka, fenilalanin
amonia liase muncul ini penting dalam pembentukan senyawa fenol yang diperkirakan
berperan dalam pemulihan luka. Jika cendawan tertentu menyerang sel, etilen menginduksi
tumbuhan untuk membentuk dua macam enzim yang menguraikan dinding sel cendawan.
Banyak ilmuan yang menyimpulkan bahwa etilen merupakan isyart bagi tumbuhan untuk
mengaktifkan mekanisme melawan serangan cendawan. Pada beberapa kasus, peningkatan
jumlah mRNA yang menjadikan enzm ini disebabkan oleh perlakuan etilen. Hampir
dipastikan bahwa etilen meningkatkan transkripsi berbagai gen inti yang jenisnya
ditentukan oleh species, organ, jaringan, dan beberapa faktor lain.
18.3 Triakontanol, brasin, asam salisilat, dan turgonin
Triakontanola adalah alkohol primer jenuh yang terdiri dari 2o karbon, dan pertama
kali diisolasi dari tajuk alfalfa. Senyawa tersebut sangat tak larut dalam air. Zat ini
memiliki potensial untuk meningkatkan hasil tanaman. Brasin atau brasinosteroid baru
dikenal sebagai steroid pemacu pertumbuhan. Senyawa tersebut memberikan berbagai efek
pada pertumbuhan dan bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan terhadap auksin. Asma
salisilat merupakan hormon tumbuh yang penting bagi beberapa respon fisiologis. Asam
salsilat mendorong aktivitas respirasi yang tahan sianida dan megakibatkan produksi
bahang serta penguapan senyawa yang menarik serangga penyerbuk. Efek lian asa salisilat
yaitu meningkatkan ketahanan terhadap patogen tumbuhan tertentu. Kelompok zat
pengatur tumbuh lainnya yaitu turgonin.
18.4 Poliamin
Senyawa ini merupakan kation polivalen yang mengandung dua gugus amino atau
lebih termasuk asam amino lisin dan arginin. Beberapa efek fisiologisnya antara lain yaitu
mendorong pembelahan sel, memantapkan membran, memantapkan protoplas yang
dipisahkan, mendorong perkembangan beberapa buah, memperecil gangguan akibat rawan
air pada berbagai macam sel, serta menunda penuaan pada daun yang dipetik.
18.5 Asam Absisat
Asam absisat memberi isyarat kepada organ tumbuhan akan datangnya keadaan
rawan fisiologis. Keadaan rawan tersebut antara lain seperti kekurangan iar, tanah
bergaram, suhu dingin atau panas, cuaca beku.
18.6 Zat pengatur tumbuh lain yang bersifat menghambat
Telah ditemukan pula banyak senyawa lain yang biasa menghambat pertumbuhan.
Antara lain yaitu sebagai berikut. Asam lanurat menghambat perkecambahan gema sampai
gema gugur dari talus tumbuhan induknya dan asamnya tercuci. Batasin adalah senyawa
yang ditemukan pada tumbuhan gadung yang diduga menyebabkan dormansi pada siungan
(struktur reproduksi vegetatif) yang muncul dari pembengkakan kuncup samping yang
terletak diudara. Asam jasmonat dan metil esternya (metil jasmonat) diketahui
menghambat pertumbuhan beberapa bagian tumbuhan tertentu dan sangat kuat mendorong
terjadinya penuaan daun.