Dari tiga hubungan kodrat kemanusiaan selengkapnya menjelmalah kelima sila pancasila.
Sila pertama Ketuhan Yang Maha Esa adalah penjelmaan dari hubungan manusia dengan Tuhan,
sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah penjelmaan dari hubungan manusia
dengan manusia termasuk dirinya sendiri, sila ketiga Persatuan Indonesia adalah penjelmaan dari
hubungan manusia dengan sesame manusia, sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalalah penjelmaan dari hubungan manusia
dengan sesamanya, dan sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
penjelmaan dari hubungan manusia dengan sesame manusia dan juga dengan benda.
Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada waktu manusia dan bangsa Indonesia
menyadari dan meyakini bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan yang ada dan sekaligus juga
merupakan realitas ini haruslah diperhitungkan. Jika tidak diperhitungkan, maka tidaklah waras
jiwa orang itu. Orang yang berputus asa, lalu bunuh diri, sebenarnya dia itu adalah orang yang
tidak memperhitungkan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih,
dan Penyayang. Iya mengira bahwa Tuhan sama sekali tidak akan mampu berperan serta didalam
kehidupannya untuk mengatasi persoalan hidup yang dideritanya. Mengapa begitu? Karena ia
memang tidak mengenal Tuhan, ia kurang mengerti tentang Tuhan, apalagi berbakti dan
memuliakan Tuhan sama sekali tidak dilakukannya. Oleh karena itu, Pancasila menasihatkan,
sejak masih kecil peserta didik harus sudah diperkenalkan kepada Tuhan secara benar sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Pancasila juga menasihatkan, para orang tua
hendaknya dapat ber-Ketuhanan Yang Maha Esa secara benar sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing. Barang siapa hidup secara bertentangan dengan realitas atau
menolak realitas, maka kesehatan kejiwaan orang itu pantas diragukan. Orang yang sedang
mabuk asmara sering hidup secara bertentangan dengan realitas, orang yang sedang menderita
ketakutan yang amat sangat sering berbuat secara bertentangan dengan realitas, orang yang
sedang marah luar biasa sering berbuat secara bertentangan dengan realitas, orang yang sedang
dihinggapi dengan dendam kesumat sering berbuat secara bertentangan dengan realitas, orang
yang sedang dipengaruhi prasangka buruk (prejudices) seringkali berpikir dan berbuat secara
bertentangan dengan realitas dan sebagainya. Kalau demikian, benarlah kata orang bahwa hidup
secara benar sebagai manusia itu sungguh tidak mudah. Oleh karena itu, manusia dan juga
bangsa Indonesia memerlukan pedoman atau pegangan dalam menjalani hidup ini. Salah satunya
ialah hidup dengan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Pelaksanaannya antara lain menghormati
Tuhan, menaati Tuhan, memuliakan dan mengagungkan Tuhan dan sebagainya.
Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab. Realitas manusia adalah penjelmaan
hakikatnya. Apabila seorang manusia mempertuhan dirinya, hal itu bertentangan
dengan
realitasnya, apalagi disertai tuntunan bawha orang lain harus tunduk-patuh kepadanya. Orang
lain itu adalah sama dengan dirinya pula, yaitu penjelmaan hakikat kemanusiaannya. Ia adalah
senyawa kodrat monodualis raga jiwa, ia
dihadapan Tuhan Yang Maha Esa ia berkedudukan kodrat monodualis sebagai makhluk Tuhanpribadi mandiri sekaligus. Manusia ,memiliki tridaya jiwa, vegetative, animal. Manusia
memiliki nafsu-nafsu rohaniah dan jasmaniah. Apabila seorang manusia memperbendakan diri,
mematikan perasaannya, mematikan pikirannya, mematikan kehendaknya (walaupun hal ini sulit
dibayangkan), maka hal itu bertentangan dengan realitas kemanusiaannya. Ini pasti bertentangan
dengan sila kedua Pancasila. Sila kedua Pancasila menghendaki hendaklah manusia itu
merealisasikan hakikat kemanusiaannya, bukan memadamkan atau menghapuskan potensipotensi hakiki kemanusiaannya. Manusia jangan menjadi srigala, manusia jangan menjadi buaya,
manusia jangan bekulit badak, artinya tidak punya kepekaan perasaan sekali. Sebaliknya,
Pancasila menghendaki manusia hendaklah manusia merealisasikan pertumbumbuhan dan
perkembangan
intelektualnya,
perasaannya,
kemauannya,
jasmaniahnya,
sosialitasnya,
antarsaudara sendiri. Tuhan sudah tidak lagi ditakuti, tidak lagi disembah untuk dipermuliakan,
melainkan amat sering dengan mengatasnamakan Tuhan manusia melakukan kekerasan terhadap
saudaranya sesame manusia. Nilai-nilai kemanusiaan diinjak-injak dengan kebrutalan,
pemerkosaan, pembunuhan, dan penghancuran. Sungguh tak ada seorangpun yang merasa
diuntungkan dalam situsi demikian. Manusia boleh dikatakan semakin hilang kemanusiaannya.
Seseorang tega menyaksikan kesengsaraan dan kecelakaan sesamanya manusia. Kalau sudah
demikian, bangsa lain dengan kepentingannya sendiri merasa memperoleh kesempatan menindas
bangsa yang terpecah belah dan remuk redam tersebut. Amat mudah mengadu domba suku-suku,
agama-agama, macam-macam ras, dan anggota antargolongan dalam masyarakat yang berbedabeda. Demikianlah, maka sangat diperlukan prinsip yang menjadi pedoman atau pegangan suatu
bangsa, dalam hal ini bangsa Indonesia, yaitu prinsip untuk hidup bersatu sebagai suatu bangsa,
prinsip Persatuan Indonesia. Hubungan yang saling menyayangi, saling memperhatikan demi
kedamaian dan kesejahteraan bersama itulah yang mendatangkan kebahagiaan.
Sila
keempat
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan. Rakyat Indonesia itu banyak dan bermacam-macam. Bermacammacam profesi atau golongannya, bermacam tingkat pendidikannya, bermacam tingkat usianya,
bermacam tingkat peradabannya, dan sebagainnya. Mereka itu berbeda-beda, tetapi mereka itu
sama, yaitu sama-sama rakyat Negara Republik Indonesia, sama-sama subjek hokum dalam
Negara Republik Indonesia, dan sama-sama manusia Indonesia. Memang setiaap orang
mempunyai nama sendiri-sendiri dan unik dengan kepribadiannya sendiri-sendiri, tetapi sebagai
orang mereka adalah sama, yaitu sama-sama rakyat, sama-sama hidup diatas konstitusi Negara
yang sama, dan dikenai peraturan dasar yang sama.
Sila kelima Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah masalah hubungan
manusia dengan benda dan sesamanya manusia. Ini adalah masalah kemilikan material dan
masalah kesejahteraan sekaligus cita-cita yang terkandung dalam sila kelima ini ialah bahwa
seluruh rakyat Indonesia seharusnya dan setepatnya semuanya saja tanpa terkecuali hidup dalam
kecukupan kebutuhan materialnya. Harus diusahakan jangan ada rakyat yang hidup dibawah
garis kemiskinan. Kalaupun ada, itu harushah hanya bersifat sementara sebagai perjalanan proses
untuk menuju kepada kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Secara bersama-sama kita harus
berusaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual sesuai
dengan yang dikehendaki oleh Pancasila. Inilah yang dikehendaki dan dicita-citakan oleh sila
kelima Pancasila dan seluruh rakyat harus berjuang bahu-membahu dengan bekerja keras disertai
penuh pengertian seorang terhadap yang lain.