Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik Berdasarkan Permenkes
Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik Berdasarkan Permenkes
Oleh :
AHMAD YUSUF
D1A 008 067
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2013
Halaman Pengesahan
PELAKSANAAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK BERDASARKAN PERMENKES
NO. 269/MENKES/PER/III TAHUN 2008 DI RSUD. PRAYA
OLEH :
AHMAD YUSUF
D1A 008 067
Menyetujui,
Pembimbing pertama
PENDAHULUAN
Dengan diterbitkannya PERMENKES no. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis, maka
para pelaksana rekam medis elektronik harus memperhatikan regulasi yang terkait dengan
pelaksanaan rekam medis elektronik. Meskipun dalam Peraturan Menteri tersebut tidak
membahas secara jelas tentang rekam medis elektronik, akan tetapi sebenarnya rekam medis
elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Sebelum diterbitkannya
PERMENKES no. 269 tahun 2008, rekam medis elektronik sudah memiliki dasar hukum yang
kuat, yaitu Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dalam undangundang ini telah mengakomodir bagaimana pelaksanaan teknis dan akibat-akibat dan kekuatan
hukumnya.
Dari uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan-permasalahan yang timbul
adalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah implementasi rekam medis elektronik berdasarkan
Permenkes No. 269/Menkes/per/III/2008 di RSUD Praya? (2) Apa saja faktor pendorong dan
penghambat dalam implementasi rekam medis elektronik berdasarkan Permenkes No.
269/Menkes/Per/III/2008 di RSUD Praya?
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi
rekam medis elektronik berdasarkan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 di RSUD Praya
dan mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi rekam medis
elektronik berdasarkan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 di RSUD Praya.
Manfaat penelitian ini yaitu: (1) Secara teoritis adalah penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu tambahan pada khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian
ilmu hukum dan khususnya pada pelaksanaan rekam medis elektronik dan diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian
mengenai rekam medis elektronik. (2) Secara praktis adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi semua pihak baik pada tataran akademis maupun pada masyarakat
pada umumnya tentang pelaksanaan rekam medis elektronik berdasarkan Permenkes no.
269/Menkes/Per/III/2008 khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit dan informasi yang didapat diharapkan dapat mengembangkan pemikiran baru bagi peneliti
khususnya dan merangsang peneliti yang selanjutnya untuk mengangkat masalah yang berkaitan
dengan pelaksanaan rekam medis elektronik di rumah sakit.
Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif empiris, bahan hukum yang digunakan
adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan
tehnik studi dokumen. Observasi atau pengamatan serta wawancara yang dilakukan dengan cara
terarah, guna menghasilkan data yang jelas sehingga penulis lebih mudah untuk menganalisis
dan mengembangkan data yang dihasilkan dari wawancara tersebut.
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik di RSUD Praya
Pengelolaan data di rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting
dalam mewujudkan suatu sistem informasi di rumah sakit. Pengelolaan data secara
manual, mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama,
keakuratannya juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar.
Dengan dukungan teknologi informasi yang ada sekarang ini, pekerjaan pengelolaan data
dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan
menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi
lebih akurat.
Pada prinsipnya penggunaan sistem rekam medis elektronik tidak bebeda jauh
dengan sistem rekam medis biasa atau manual yaitu dalam bentuk berkas, seperti data
sosial harus ada, catatan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa,
tindakan, terapi, rencana tindakan lanjut, baik dalam bentuk berkas maupun dalam bentuk
elektronik harus ada, dan isinya semua ini adalah milik pasien serta harus dijaga
kerahasiaannya.
Letak perbedaannya terdapat pada penuangan isi rekam medis, jika dalam isi
rekam medis manual dalam bentuk berkas, sedangkan rekam medis elektronik tersimpan
dalam komputer dengan bentuk data namun ada beberapa yang harus tetap dalam bentuk
berkas yaitu data identitas, informed consent, hasil konsultasi, hasil radiologi, dan
imaging.
Hasil wawancara dengan M. Rizal Efendy Programmer Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah
Praya, tanggal 10 november 2012
6. Apabila pasien membutuhkan perawatan lebih lanjut, data rekam medis akan
dikirimkan ketempat perawatan pasien.
7. Semua hasil pemeriksaan, pengobatan selama ditempat perawatan rawat inap akan
diisikan kedalam komputer.
8. Setelah pasien selesai dirawat inap, maka data akan dikirim keserver untuk disimpan.
B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik di
RSUD Praya
1. Faktor Yuridis
Semenjak disahkannya Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE), sebagai undang-undang pertama yang mengatur bidang teknologi
informasi, banyak aspek dalam bidang IT menjadi tunduk pada undang-undang
tersebut, termasuk penggunaan IT dalam dunia kesehatan.
Salah satu penggunaan IT dalam dunia kesehatan yang telah menjadi trend
pada bidang pelayanan keseatan secara global adalah rekam medis elektronik, yang
sebenarnya sudah mulai banyak digunakan di kalangan pelayanan kesehatan
Indonesia, namun banyak tenaga kesehatan dan pengelola sarana pelayanan kesehatan
masih ragu untuk menggunakannya, karena masih belum ada peraturan perundangundangan secara khusus penggunaannya.
Selama ini rekam medis mengacu pada pasal 46 47 Undang-undang No. 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Permenkes no. 269 tahun 2008 tentang
Rekam Medis. Undang-undang No. 29 tahun 2004 sebenarnya diundangkan saat
rekam medis elektronik telah banyak digunakan, namun tidak mengatur mengenai
rekam medis elektronik, tetapi dengan adanya Undang-undang tentang Informasi dan
Sayuti Hasbi, Management Rekam Medis Elektronik, Tugas Makalah Kuliah Magister, Universitas
Udayana. 2009
Ibid,,
Hermin Hadiati Koeswadji . Hukum Untuk Perumahsakitan, Surabaya, Citra Aditya Bakti,
2002,hal. 21
4
3.
4.
5.
6.
Gemala. H, Rancangan Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta, Sub. Dit. Keterapian Fisik
Direktorat Keperawatan Dan Keteknisan Medik Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
RI. hal. 27
6
Hermin Hadiati Koeswadji, opcit, hal. 20
itu
dengan
adanya
rekam
medis
elektronik
memungkinkan
Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medis kertas, untuk
1.
2.
Konversi rekam medis kertas ke rekam medis elektronik membutuhkan waktu, sumber
3.
5.
6.
Beberapa permasalahan yang akan muncul pada sistem rekam medis elektronik,
yaitu9 :
Pemasukan data (data entry), meliputi: pengambilan data (data capture), input data,
1.
2.
3.
Ibid, hal. 49
Ibid
10
1. Teknologi dan Kualitas Data; teknologi dan database serta manajemen basis data,
seperti :
a. Aplikasi
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan rawat inap
d. Penunjang diagnostik
e. Lain-lain: registrasi, statistik kesehatan, riset dan epidemiologi dll
ibid
Ibid, hal. 49
d. Lain-lain.
Hasil survey Capgemini seperti dijelaskan pada jurnal American Health
Information Management Association (AHIMA) Januari 2011 bahwa 90% pimpinan
dari sarana pelayanan kesehatan merencanakan untuk menerapkan rekam medis
elektronik dalam enam bulan yang akan datang. Lebih dari 50% responden
mengatakan sudah melakukan diskusi internal atau rapat yang membahas tentang
penerapan rekam medis elektronik serta para pimpinan tersebut telah mengembangkan
analisis keuangan terhadap dampak penerapan rekam medis elektronik. Pada survey
tersebut juga diperoleh informasi bahwa lebih dari 70% responden setuju bahwa
penerapan rekam medis elektronik akan memberikan keuntungan finansial.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan rekam medis elektronik pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan rekam
medis manual yang dalam bentuk berkas, yang semua isinya adalah milik pasien serta
harus dijaga kerahasiaannya.letak perbedaannya hanya terdapat pada penuangan isi
rekam medis, jika dalam isi rekam medis manual dalam bentuk berkas, sedangkan
rekam medis elektronik tersimpan dalam komputer dengan bentuk data.
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan rekam medis elektronik secara
yuridis yaitu :
a. Informasi elektronik apabila dubutuhkan sebagai alat bukti di pengadilan maka itu
adalah sah berdasarkan undang-undang ini.
b. Tanda tangan elektronik yang tertera dalam informasi elektronik memiliki kekuatan
hukum dan akibat hukum yang sah.
c. Informasi elektronik yang terkandung dalam rekam RME telah dinyatakan sah
karena telah menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang
telah diatur dalam undang-undang.
d. Belum adanya aturan khusus (legs spesialis) yang mengatur rekam medis
elaektronik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pelaksana RME.
e. Banyaknya tenaga medis yang belum menguasai atau memaahami peraturanperaturan yang terkait dalam pelaksanaan rekam medis elektronik, sehingga
mengakibatkan tidak optimalnya terhadap pelaksanaan rekam medis elektronik
B. Saran
1. Walaupun RME memiliki dasar hukum yang kuat dengan adanya PERMENKES No.
269 Tahun 2008 dan Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
akan lebih baik pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur secara khusus
RME ini supaya tidak membingungkan para pelaksana RME.
2. Dengan adanya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik nomor 11 tahun
2008 dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis,
diharapkan pihak rumah sakit sebagai lembaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat agar lebih waspada dalam menjaga kerahasiaan rekam medis dari
kebocoran dan penyalah gunaan pihak-pihak atau oknum yang tidak bertanggung
jawab, yang nantinya menimbulkan kerugian-kerugian, baik kerugian-kerugian yang
menimpa pasien, maupun kerugian-kerugian bagi pihak rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Hatta Gemala. Rancangan Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta, Sub. Dit. Keterapian
Fisik Direktorat Keperawatan Dan Keteknisan Medik Direktur Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan RI.
Hadiati. K.Hermin. Hukum Untuk Perumahsakitan, Surabaya, Citra Aditya Bakti, 2002
Hasbi Sayuti, Management Rekam Medis Elektronik, Tugas Makalah Magister,
Universitas Udayana. 2009
J. Guandi, Hukum Medik, Jakarta, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, 2004.
Soekanto Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
1984.
Depkes. RI, Pedoman Umum Pelayanan kesehatan Rumah Sakit, (Jakarta: Depkes 1987)
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU. No. 11
tahun 2008
Indonesia, Undang-Undang Tentang Kesehatan. UU No 36 Tahun 2009
Indonesia, Undang-Undang Tentang Rumah Sakit. UU No 44 Tahun 2009
Indonesia,Peraturan Pemerintah Tentang Tenaga Kesehatan. UU No. 32 Tahun 1966
Indonesia, Peraturan Mentri Kesehatan Tentang Rekam Medis. PERMENKES No.
269/MENKES/PER/III/ 2008