Anda di halaman 1dari 42

AUSTEN INTEGUMEN KULIT

TUGAS

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I A


Dosen Pengampu: Ns. Nurfika Asmanigrum, M.Kep

Oleh:
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

AUSTEN INTEGUMEN KULIT


TUGAS

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I A


Dosen Pengampu: Ns. Nurfika Asmanigrum, M.Kep

Oleh:
Aldila Kurnia Putri
Ria Aridya Liarucha
Haidar Dwi Pratiwi
Kustantina Alfatie Meydina
Eka Yuli Ana
Listya Pratiwi
Lina Nur Khumairoh
Ary Januar Pranata Putra
Raditya Putra Yuwana
Nikmatul Khoiriyah
Yeheskiel Febria Nuarta
Rizal Amirullah

NIM 112310101006
NIM 112310101011
NIM 112310101012
NIM 112310101019
NIM 122310101013
NIM 122310101017
NIM 122310101029
NIM 122310101039
NIM 122310101067
NIM 122310101075
NIM 122310101061
NIM 142310101141

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

AUSTEN INTEGUMEN KULIT

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan
dalam tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan
membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang
segar, lembab, halus, lentur dan bersih. Kulit merupakan organ tubuh paling besar
yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang
ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat
10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya
sekitar 16 % dari berat badan seseorang.

A. Struktur kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis). Berikut
merupakan penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut.

Gambar 1. Skema Bagian-bagian Kulit

1.

Kulit Ari (Epidermis)


Epidermis merupakan bagian kulit paling luar, yang dapat berfungsi

melindungi, berupa gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan


sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/ bakteri maupun jamur.
serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Ketebalan epidermis
berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1
milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel
epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara
fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari
plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam
epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermisyang
paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan
tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris
keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh
lebih tebal.Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu
sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari
milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru
setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari Pada saat
terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan
baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang
hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau
kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan
proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60
tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari,
akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering,
lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja

dan penyebaran melanintidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan
oleh lapisan tanduk baru.

b. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak


tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagaipenyambung lapisan
tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisanbening terdiri dari protoplasma
sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipisdan bersifat translusen sehingga dapat
dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada
telapak tangan dantelapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan
bening.

c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit


berbentuk

kumparan

yang

mengandung

butir-butir

di

dalam

protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak


paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.

d. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan


lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel
torak ini bergerigi dan bersatu dengan laminabasalis di bawahnya. Lamina
basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis.
Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme
demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel
epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke
lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan
benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.

Gambar 1.1. Penampang Lapisan Kulit Ari (Epidermis)

2.

Kulit Jangat (Dermis)


Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang

terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu
sekitar 2,5 mm dimana bagian paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang
paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dermis dipisahkan dari
lapisan epidermis dengan adanya membrane dasar atau lamina. Membran ini
terusun dari dua lapisan jaringan ikat yaitu lapisan papilaris dan lapisan
retikularis. Lapisan ini mengikat epidermis dengan struktur yang ada di
bawahnya. Lapisan papilaris dermis berada langsung di bawah epidermis dan
tersusun

dari

sel-sel

fibroblast

yang

dapat

menghasilkan

salah

satu

bentuk kolagen yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.


Lapisan retikularis terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi
kolagen serta berkas-berkas serabut elastik., Kolagen merupakan suatu jenis
protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsurangsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang
yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di
bawah lapisan epidermis. Kelenjar dermis ini menjadi tempat ujung saraf
perasa,tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjarkelenjar
palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot

penegak rambut (muskulus arektor pili). Dimana susunan paling dasar kulit jangat
dibentuk oleh dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai
selai dan sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,memungkinkan
membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing- masing

saraf perasa

memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera
bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita, Susunan saraf yang
terdapat pada kulit dibagi 5 yaitu reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini),
dingin (krause), rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan
(meissner). Permukaan kulit mengandung saraf-saraf yang memiliki bentuk dan
fungsi yang berbeda-beda. Ujung saraf tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Korpuskula Pacini (vater pacini)
Merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan berupa
tekanan, letaknya di sekitar akar rambut. Ditemukan di jaringan subkutan
pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium,
tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong,
dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 1 mm). Bentuk yang paling
besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip
bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang
besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi
korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini
dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel
gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.

b. Korpuskula Ruffini
Merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan panas.
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan
kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang
mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini
merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.

Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal)
yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang
bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang
oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima
rangsangan panas.

c. Korpuskula Meisner
Merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap sentuhan.
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya
pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu
panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron
dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu
dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian
tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal.
Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini
mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun
yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan
memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan
rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).

d. Korpuskula Krause
Merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan
dingin. Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis
(bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan
rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar
50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan
endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin
dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya
mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf
yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin

berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai


mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

e. Lempeng Merkel
Merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan, terletak dekat
permukaan kulit.

f. Ujung saraf tanpa selaput


Merupakan ujung saraf perasa nyeri. Serat saraf sensorik aferen berakhir
sebagai ujung akhir saraf bebas padabanyak jaringan tubuh dan merupakan
reseptor sensorik utama dalam kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan
serat saraf yang tak bermielin, atau seratsaraf bermielin berdiameter kecil,
yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir,
dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis.
Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin
berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat
yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu.
Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang
berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.

Selain terdapat Ujung syaraf peraba di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua
macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet
yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit
membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan,
telapak

kaki,

kening

dan

di

bawah

ketiak.

Kelenjar

keringat

diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan struktur dan lokasinnya


yaitu kelenjar keringat ekrin dan kelenjar keringat apokrin.

1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih,


yaitu keringat yang mengandung 95 97 persen air dan mengandung
beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak,
glusida dan sampingan dari metabolisma seluler. Saluran keluarnya
bermuara langsung ke permukaan kulit. Kelenjar keringat ekrin adalah
kelenjar tubuar simpel dan berpilin serta tidak berhubungan dengan
folikel rambut. Kelenjar ini penyebarannya menyebar ke seluruh
tubuh, terutama pada telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Sekresi
dari kelenjar ini (keringat mengandung air dan membantu pendinginan
evaporatif tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting
susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital)
menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta
berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan
sifatnya alkali serta memilki warna keruh seperti susu dan diuraikan
oleh bakteri untuk menghasilkan bau ketiak yang khas.

b. Kelenjar Palit
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara
ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak
yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit
membentuk sebum atau urap kulit. kelenjar palit terdapat di semua bagian
tubuh terutama pada bagian muka.. Bentuknya seperti botol dan bermuara
di dalam folikel rambut. Kelenjar ini banyak terdapat di atas kepala dan
muka, sekitar hidung, mulut, telinga, tetapi sama sekai tidak terdapat
dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki. Kelenjarnya dan saluranya
dilapisi epitel. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya
dialirkan ke folikel rambut. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah,
jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan,

maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya


jerawat.

Gambar 2.1 Penampang Syaraf pada Kulit

Gambar 2.2 Penampang Struktur Dermis

3.

Jaringan Penyambung (Jaringan Ikat) Bawah Kulit (Hipodermis)


Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,

saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari


pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ
tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh,
paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia
menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit
akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

Gambar 3.1 Penampang Jaringan Ikat Bawah Kulit (Hypodermis)

Gambar 3.2 Visualisasi Jaringan Ikat Bawah Kulit (Hypod

B. Fungsi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah
lingkungan,

memungkinkan

sebagai

bertahan

dalam

berbagai

kondisi

barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),

sensasi, eskresi dan metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari


kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai
barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi

telah

diketahui

merupakan

salah

satu

fungsi

kulit dalam

merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah
bibir,

puting dan

ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu dan

keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.


Temperatur

perifer

mengalami

proses

keseimbangan

melalui

keringat,

insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit
dikontrol

dengan

dilatasi

atau

kontriksi

pembuluh

darah

kulit.

Bila

temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh


akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada
temperatur

yang

menurun, pembuluh

darah kulit akan vasokontriksi yang

kemudian akan mempertahankan panas. Fungsi masing-masing lapisan kulit


diantaranya sbagai berikut:
1.

Epidermis
Sebagai proteksi

barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,

pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen


(sel Langerhans).
2.

Dermis
Sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan

shearing forces dan respon inflamasi


3.

Subkutis atau Hipodermis


Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.melekat ke

struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.

C. Warna Kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang
jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit
terutama ditentukan oleh:
1.

oxyhemoglobin yang berwarna merah;

2.

hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan;

3.

melanin yang berwarna coklat;

4.

keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit; serta

5.

lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabuabuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan

warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit
ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari
tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir
melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya enzim
tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih lancar
pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran
dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai
golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen melanin kulit
terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang
terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.

D. Jenis-jenis Kulit
Kulit yang sehat memiliki ciri :
1.

Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun

2.

Kulit senantiasa kenyal dan kencang

3.

Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya

4.

Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur

5.

Kulit terlihat segar dan bercahaya

6.

Memiliki sedikit kerutan sesuai usia

Kulit manusia dapat dikelompokka menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai


berikut.
1.

Kulit Normal
Ciri-ciri: kulit lembut, lembab berembun, segar dan bercahaya, halus dan

mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan juga
tidak terlihat kering. Meskipun jika dilihat sepintas tidak bermasalah, kulit normal
tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika tidak dirawat, kekenyalan
dan kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan
kotoran dapat menyebabkan timbulnya jerawat.

2.

Kulit Berminyak
Pada kulit jenis berminyak, banyak dijumpai pada wanita di daerah tropis

khususnya dalam rentang usia sekitar 20 tahunan, meskipun begitu pada usia 3040 tahun masih ada yang mengalami. Penyebab kulit berminyak adalah karena
kelenjar minyak (sebaceous gland) yang terdapat pada lapisan dermis sangat
produktif, lapisan ini mudah terpicu sehingga tidak mampu mengontrol jumlah
minyak (sebum) yang harus dikeluarkan. Pemicunya dapat berupa faktor yang
berasal dari dalam (internal) maupun luar (eksternal):
a. Faktor internal
Faktor internal dapat berupa genetik dan hormonal. Pada faktor
genetik, anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit berminyak,
cenderung akan memiliki kulit berminyak pula. Sedangkan pada faktor
hormonal, hormon manusia sangat mempengaruhi produksi keringat.
Karena itulah pada wanita yang sedang menstruasi atau hamil akan lebih
sering berkeringat. Selain itu stres dan banyak gerak juga dapat menjadi
pemicu keringat berlebihan.
b. Faktor eksternal
Udara panas atau lembab, Makanan yang dapat merangsang keluarnya
keringat seperti makanan yang terlalu pedas, terlalu asin, terlalu

berminyak makanan yang berbumbu menyengat (seperti: bawang putih),


serta makanan dan minuman yang terlalu panas.

Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di daerah T tampak


berlebihan, tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga mudah
menyerap kotoran, mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan
wajah seringkali tidak dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta
tidak mudah timbul kerutan.
Penanganan untuk kulit yang berminyak, tidak lain dengan menjaga
agar kadar sebum tetap seimbang dan kulit tetap dalam keadaan bersih
agar bakteri penyebab jerawat dapat terhambat. Namun, yang harus
dipahami adalah merawat kulit berminyak bukan berarti membuat kulit
benar-benar bebas minyak, karena minyak pada kulit tetap diperlukan
sebagai alat pelindung alami dari sengatan sinar matahari, bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam kosmetika maupun terhadap polusi. Selain
itu, kulit berminyak memiliki kelebihan yaitu membantu menjaga
kelembaban lapisan dermis hingga memper-lambat timbulnya keriput.

3.

Kulit Kering
Kulit kering sering terdapat pada orang dewasa dan orang-orang yang telah

lanjut usia. Kulit kering merupakan bentuk lain dari tanda tidak aktifnya kelenjar
thyroid dan komplikasi pada penderita diabetes. Kulit jenis ini memiliki ciri-ciri:
a. Kulit terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda
setelah dilapisi dengan krim pelembab

b. Kulit halus tetapi mudah menjadi kasar, mudah merekah dan terlihat
kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit ari,
c. Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan
mudah disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit dan berkurangnya
daya kerut otot-otot
d. mudah timbul noda hitam, mudah bersisik
e. riasan yang dikenakan tidak mudah luntur
f. reaktivitas dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsangan
berkurang sehingga peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan tampak
pucat, suram dan lelah.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya:
a. Faktor genetik, merupakan kondisi bawaan seseorang, termasuk kondisi
kulit wajah yang kering.
b. Kondisi struktur kulit, kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu
memberi cukup lubrikasi untuk kulit, menimbulkan dehidrasi pada kulit.
c. Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti vitamin A dan
vitamin B merupakan salah satu pemicu kulit menjadi kering.
d. Faktor lingkungan, seperti terpapar sinar matahari, angin, udara dingin,
radikal bebas atau paparan sabun yang berlebihan saat mandi atau mencuci
muka pun akan sangat berpengaruh pada pembentukan kulit kering
e. Penyakit kulit, kondisi lainnya yang sangat berpeluang menjadi penyebab
kulit kering adalah karena kulit terserang penyakit tertentu seperti eksim,
psoriasis dan sebagainya.
Kulit kering memerlukan perawatan yang bersifat pemberian nutrisi agar
kadar minyak tetap seimbang dan kulit dapat selalu terjaga kelembabannya. Kulit
kering juga memiliki keuntungan yaitu dalam hal riasan wajah dapat lebih awet,
karena kadar sebum dalam lapisan dermis tidak berlebihan hingga riasan tidak
mudah luntur.

4.

Kulit Sensitif
Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat peka

terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi (allergen). Pembuluh darah


kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak sangat dekat dengan permukaan
kulit. Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif yang sering dijumpai: bercak
merah, gatal, iritasi hingga luka yang apabila tidak dirawat secara baik dan benar
akan berdampak serius. Perawatan kulit sensitif ditujukan untuk melindungi kulit
serta mengurangi dan menanggulangi iritasi.
Ciri-ciri kulit sensitif: mudah alergi, cepat bereaksi terhadap allergen, mudah
iritasi dan terluka, tekstur kulit tipis, pembuluh darah kapiler dan ujung saraf
berada sangat dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit mudah terlihat
kemerahan. Sedangkan faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit
sensitif antara lain: makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan
minuman beralkohol, niasin atau vitamin B3, kandungan parfum dan pewarna
dalam kosmetika, sinar ultraviolet dan gangguan stres.
Kulit sensitif berbeda dengan kulit reaktif. Meski timbul bercak kemerahan
atau gatal-gatal akibat penggunaan kosmetika tertentu, belum tentu menjadi gejala
atau tanda kulit sensitif. Kemungkinan bercak kemerahan tadi hanya menandakan
iritasi ringan, yang akan hilang sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat menjadi
sensitif jika iritasi kemudian meluas dan sukar sembuh. Untuk membedakannya
perlu dilakukan tes alergi-imunologi oleh dokter kulit.

5.

Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran


Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia.

Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi
(kering-berminyak atau normal-berminyak). Pada kondisi tertentu kadang
dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di
wajah tidak merata. Pada bagian tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan
daerah lain tidak, karena itu perawatan kulit kombinasi memerlukan perhatian
khusus. Area kulit berminyak dirawat dengan perawatan untuk kulit berminyak
dan di area kulit kering atau normal dirawat sesuai dengan jenis kulit tersebut.

Kulit kombinasi atau kulit campuran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kulit
di daerah T berminyak sedangkan di daerah lain tergolong normal atau justru
kering atau juga sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya yakni di
area kulit berminyak akan terjadi penebalan dan di area normal atau kering akan
lebih tipis.

E. Proses Penyembuhan Luka (Integritas Kulit)


Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi
dan maturasi. Satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan
yang tidak dapat dipisahkan. Berikut tahapan-tahapan penyembuhan luka menurut
Nafarin (2012).
1.

Fase Inflamasi
a. Berlangsung segera setelah jejas terjadi dan berlanjut hingga 5 hari.
Merupakan respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan
jaringan lunak yang bertujuan untuk mengontrol perdarahan, mencegah
koloni bakteri, menghilangkan debris dan mempersiapkan proses
penyembuhan lanjutan. Fase ini disebut juga dengan fase lamban karena
reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh
fibrin yang lemah.
b. Awal fase, kerusakan jaringan menyebabkan keluarnya platelet yang akan
menutupi vaskuler yang terbuka dengan membentuk clot yang terdiri dari
trombosit dengan jala fibrin dan mengeluarkan zat yang menyebabkan
vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan
reaksi hemostasis. Fase ini biasanya terjadi selama 5 sampai 10 menit.
c. Setelah itu, sel mast akan menghasilkan sitokin, serotonin dan histamin
yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan,
pengumpulan sel radang, disertai vasodilatasi lokal. Tanda dan gejala
klinik radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler
melebar

(rubor),

suhu

pembengkakan (tumor).

hangat

(kalor),

rasa

nyeri

(dolor),

dan

d. Eksudasi mengakibatkan terjadinya pergerakan leukosit menembus


dinding pembuluh darah (diapedesis) terutama neutrofil menuju luka
karena daya kemotaksis mengeluarkan enzim hidrolitik berfungsi untuk
fagositosis benda asing dan bakteri selama 3 hari yang kemudian
digantikan fungsinya oleh sel makrofag yang berfungsi juga untuk sintesa
kolagen,

pembentukan

memproduksi

Growth

jaringan
Factor

granulasi

untuk

bersama

re-epitelialisasi,

makrofag,
dan

proses

angiogenesis.

2.

Fase Proliferasi
Fase ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fase proliferasi

disebut juga fase fibroplasias karena fase ini didominasi proses fibroblast yang
berasal dari sel mesenkim undifferentiate, yang akan berproliferasi dan
menghasilkan kolagen, elastin, hyaluronic acid, fifbronectin, dan proteoglycans
yang berperan dalam rekonstruksi jaringan baru. Fase ini terdiri dari proses
proliferasi, migrasi, deposit jaringan matriks, dan kontraksi luka.
a. Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian
dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama
dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka.
Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan
normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen
bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul.
b. Luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya
dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh
sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa
terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat
bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel
saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan
tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan
jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses maturasi.

3.

Fase Maturasi
Berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-

bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Pada fase ini terjadi proses
maturasi yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan
sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya remodelling jaringan yang baru
terbentuk. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal
karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi
matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap
dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini
dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari
dasar. Pada fase maturasi ini akan terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada
akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan sekitar 80%
kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai sekitar 3-6 bulan setelah penyembuhan..

F. Gangguan-gangguan pada Kulit


1.

Akne
a. Pengertian
Jerawat atau akne adalah suatu penyakit radang yang mengenai susunan
pilosebaseus yaitu kelenjar palit dengan

folikel rambutnya. Jerawat

sangat umum terdapat pada anak-anak masa pubertas dan dianggap


fisiologis oleh karena perubahan hormonal. Timbunan lemak di bawah
kulit ini selain membuat kulit kasar, tidak rata juga tidak enak dipandang
mata. Penderita umumnya mempunyai jenis kulit berminyak. Kulit kasar
akan makin menjadi, pada kulit yang kurang memproduksi minyak,
seperti mereka yang termasuk kategori berkulit kering. Selain perubahan
hormonal, kesalahan memilih kosmetik juga dapat menyebabkan
timbulnya jerawat.

b. Klasifikasi
Menurut Plewig dan Kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne
diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu:
1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan,
pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.
2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne
kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne
diterjen.
3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar
comedones dan akne radiasi.

c. Etiologi
Akne adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha
(dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:
1) Faktor Genetik. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne
terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya
menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak
menderita akne.
2) Faktor Ras. Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita
akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita
lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.
3) Hormonal. Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh
perkembangan dan atau keparahan dari jerawat. Beberapa faktor
fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne.
4) Diet. Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan
total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita
menyatakan akne bertambah parah setelah mengkonsumsi beberapa
makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.

5) Iklim. Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi


pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne.
Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.
6) Lingkungan. Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di
daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
7) Stres. Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres
emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak
sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum
berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan.
Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam
proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008).

Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah:


1) Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan
pengaruh pada sel berkeratin di dalam lumen.
2) Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan
akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan
biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum (Pindha
dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004).
3) Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel.
4) Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000).

Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus
yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan
akne adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi
berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan bakteri. Komedo sendiri terdiri
atas dua jenis yaitu:
1) Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium
pilosebasea patulosa yang member gambaran sumbatan. Komedo
terbuka lebih jarang mengalami radang.

2) Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula tumbuh
dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan isi folikel ke
dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika reaksi radang
mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrate
radang terjadi pada dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi
dan reaksi sel raksasa yang kadang-kadang terjadi pada keratin dan
rambut di sebabkan oleh lesi nodulokistik. Nodulokistik bukan
merupakan kista yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang
yang mencair (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson, 1999).

d. Gejala Klinis
Akne ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan
tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi
dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat
pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah
wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah deltoid.
Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering
disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade).
Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh
dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik
berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung
keparahan, kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane
dalam Nelson 1999).
Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita
adalah keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne
berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila
berawarna hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau
komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna
putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure
melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close
comedo) (wasitaatmadja, 2007).

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya akne diperlukan untuk


pengobatan. Ada

berbagai

pola

pembagian gradasi

akne

yang

dikemukakan. Menurut wasitaatmadja (1982) dalam Djuanda (2003) di


Bagian Imu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto
Mangun Kusumo membuat gradasi sebagai berikut:
1) Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit
lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi
beradang pada satu predileksi.
2) Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa
lesi tak beradang lebih dari satu predileksi, beberapa lesi beradang
pada satu predileksi, sedikit lesi beradang pada lebih dari satu
predileksi.
3) Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi,
banyak lebih beradang pada satu atau lebih predileksi.

e. Penatalaksanaan
1) Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,
menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat
topical terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit;
antibiotika topical yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
folikel akne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya seperti atil
laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
2) Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan
jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan
produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan hormonal.
Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat
hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif
menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan

retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti


inflamasi non steroid.
3) Bedah Kulit

2.

Eksema
a. Pengertian
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan
hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil
(vesikel)

pada kulit hingga

akhirnya

pecah

dan

mengeluarkan

cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang


menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan
spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang
berarti 'mendidih atau mengalir keluar (Mitchell dan Hepplewhite, 2005).
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa eflo-resensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal) (Djuanda, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa eksema
atau dermatitis merupakan suatu peradangan pada bagian kulit epidermis
dan dermis berupa pembentukan lepuh dan gelembung kecil yang disebut
vesikel yang disebabkan oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari
luar tubuh penderita.

b. Klasifikasi
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala berbeda.
1) Dermatitis Kontak
Dermatitis

kontak

adalah

dermatitis

yang

disebabkan

oleh

bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul


dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat
pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit

memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentolbentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen,
sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet,
logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2) Neurodermatitis
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip,
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau
gosokan

yang

berulang-ulang

karena

berbagai

ransangan

pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa


berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan
menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk
menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang
dari leher.
3) Dermatitis Seborrheich
Dermatitis jenis ini ditandai dengan kulit terasa berminyak dan licin;
melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga
serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang
yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4) Dermatitis Statis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau
hipertensi vena) tungkai bawah. Muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna
menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul
ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan
kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.

5) Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik merupakan merupakan keadaan peradangan kulit
kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama
masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita
(DA, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul
gatal

yang kemudian mengalami

ekskoriasi

dan likenifikasi,

distribusinya dilipatan (fleksural). Dengan indikasi dan gejala antara


lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di
lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi
dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga
memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa
bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan
dewasa (Djuanda, 2005).

c. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar tubuh (eksogen), misalnya
bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan
suhu), mikroorganisme (contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam
tubuh (endogen), misalnya dermatitis atopik (Djuanda, 2005).
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan
iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim,
biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecahpecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit
tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena
peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan
dan terasa panas saat disentuh. Selulit muncul pada seseorang yang sistem
kekebalan tubuhnya tidak bagus.

d. Manifestasi Klinis
Adanya tanda-tanda radang akut, terutama pruritus (sebagai pengganti
dolor). Selain itu, terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor),
edema atau pembengkakan, dan gangguan fungsi kulit (fungsiolesa).
Biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat
timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritema
dan edema. Edema sangat jelas pada kulit yang longgar, misalnya wajah
(terutama palpebra dan bibir) dan genitalia eksterna. Infiltrasi biasanya
terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Di beberapa
tempat terdapat dermatitis, artinya terdapat vesikel-vesikel pungtiformis
yang berkelompok dan kemudian membesar. Kelaianan tersebut dapat
disertai bula atau pustule jika disertai infeksi. Dermatitis sika (kering)
adalah apabila gelembung-gelembung mengering maka akan terlihat erosi
atau ekskoriasi dengan krusta. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi
artinya timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi kronis maka tampak
likenifikasi

dan

sebagai

sekuele

terlihat

hperpigmentasi

atau

hipopigmentasi (Mansjoer, 2000).

e. Penatalaksanaan
1) Terapi Sitemik
2) Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin,
antiserotonin, antigraditinin, aritSRSA dan pada kasus berat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
3) Terapi Topikal
Dermatitis akut diberi kompres, bila subakut cukup diberi bedak kocok,
bila kronik diberi salep (Mansjoer, 2000).
4) Diet
Tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) Contoh: daging, susu, ikan,
kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

3.

Psoriasis
a. Pengertian
Psoriasis merupakan penyakit yang tampak sebagai plak tebal eritematosa
dan papula-papula yang tertutup oleh sisik putih seperti perak. Plak ini
biasanya terdapat di sisi lutut, siku, dan kulit kepala. Tetapi erupsi kulit ini
dapat menyerang bagian tubuh manapun kecuali selaput lendir. Kuku
sering tampak tebal dan kekuning-kuningan. Timbul lekukan mutipel dan
terpisah dari jaringan dasar kuku. Penyakit kulit ini dapat juga disertai
artritis dan secara klasik menyerang sendi interfalang distal.

b. Tipe Psoriasis
1) Psoriasis Plaque (Psoriasis Vulgaris)
Merupakan bentuk yang paling umum dari psoriasis dan sering
ditemukan 80%). Psoriasis ini tampak berupa plak yang berbentuk
sirkumskrip. Jumlah lesi pada psoriasis vulgaris dapat bervariasi dari
satu hingga beberapa dengan ukuran mulai 0,5 cm hingga 30 cm atau
lebih. Lokasi psoriasis vulgaris yang paling sering dijumpai adalah
ekstensor siku, lutut, sakrum dan scalp. Selain lokasi tersebut diatas,
psoriasis ini dapat juga timbul di lokasi lain.

Gambar 5.3.1 Psoriasis Vulgaris

2) Psoriasis Fleksural (Inverse Psoriasis)


Psoriasis fleksural dapat menyertai lesi plak yang khas, namun juga
terlihat tersendiri, atau berkaitan dengan kelainan-kelainan pada kulit
kepala dan kuku. Lesi dapat ditemukan di daerah lipatan paha, celah

pada bayi sumbing (natal cleft), aksila, umbilikus dan lipatan bawah
payudara.

Gambar 5.3.2 Psoriasis Fleksural

3) Psoriasis Guttata
Tampak sebagai papul eritematosa multipel yang sering ditemukan
terutama pada badan dan kemudian meluas hingga ekstremitas, wajah
dan scalp. Lesi psoriasis ini menetap selama 2-3 bulan dan akhirnya
akan mengalami resolusi spontan. Pada umumnya terjadi pada anakanak dan remaja yang seringkali diawali dengan radang tenggorokan.

Gambar 5.3.3 Psoriasis Guttata

4) Psoriasis Pustular (von Zumbusch)


Pasien dengan atau tanpa psoriasis sebelumnya tiba-tiba terserang
eritema yang menyebar luas dan ditumpangi dengan adanya pustula.
Pustula ini bisa bergabung membentuk danau-danau yang berisi pus.

Gambar 5.3.4 Psoriasis Pustular

5) Psoriasis Kuku
Psoriasis kuku ditandai dengan berbagai perubahan dalam penampilan
kuku jari tangan dan kaki. Perubahan ini termasuk perubahan warna di
bawah lempeng kuku, lekukan (pitting) kuku, garis kuku, penebalan
kulit di bawah kuku, dan onikolisis (terangkatnya lempengan kuku).

Gambar 5.3.5 Psoriais Kuku

6) Psoriasis Artritis
Psoriasis arthritis menyebabkan peradangan jaringan dan sendi.
Psoriasis arthritis dapat mempengaruhi setiap sendi tetapi paling sering

terjadi pada sendi jari tangan dan kaki. Hal ini dapat mengakibatkan
pembengkakan jari tangan dan kaki yang dikenal sebagai dactylitis.
Psoriasis arthritis juga dapat mempengaruhi pinggul, lutut dan tulang
belakang (spondylitis). Sekitar 10-15% dari orang yang memiliki
psoriasis juga memiliki psoriasis arthritis.

Gambar 5.3.6 Psoriasis Arthritis

7) Psoriasis Eritrodermik
Apabila plak-plak poriasis menyatu dan mengenai sebagian besar atau
seluruh kulit, maka akan timbul eritroderma.

Gambar 5.3.7 Psoriasis Eritrodermik

c. Etiologi
Psoriasis merupakan penyakit yang diturunkan, meskipun cara penurunan
penyakit ini belum dimengerti sepenuhnya. Riwayat keluarga dapat
ditemukan pada 66% pasien psoriasis. Antigen leukosit manusia
histokompabilitas HLA-B13, HLA-B17, dan HLA Cw 6 meningkat empat
kali lipat pada pasien psoriasis. Faktor lingkungan juga memegang
peranan penting pada penyakit ini. Trauma pada kulit dapat menimbulkan

lesi baru psoriasis, terutama di tempat kulit tertusuk, tergores, atau


tersayat.

d. Manifestasi Kllinis
Keluhan utama pasien psoriasis adalah lesi yang terlihat, rendahnya
kepercayaan diri, gatal dan nyeri terutama jika mengenai telapak tangan,
telapak kaki dan daerah intertriginosa. Selain itu psoriasis dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari bukan hanya oleh karena keterlibatan
kulit, tetapi juga menimbulkan arthritis psoriasis. Gambaran klinis
psoriasis adalah plak eritematosa sirkumskrip dengan skuama putih
keperakan diatasnya dan tanda Auspitz. Warna plak dapat bervariasi dari
kemerahan dengan skuama minimal, plak putih dengan skuama tebal
hingga putih keabuan tergantung pada ketebalan skuama. Pada umumnya
lesi psoriasis adalah simetris (Gudjonsson dan Elder, 2012).

4.

Kanker Kulit
a. Pengertian
Kanker atau tumor ganas ialah suatu penyakit dimana terjadi
pertumbuhan sel yang abnormal, sel terus membelah di luar mekanisme
pengaturan pembelahan sel secara umum (Annisa, 2010).
Kanker kulit merupakan kondisi perubahan dari sifat kulit sebagai sel
pelindng tubuh yang normal menjadi ganas. Terjadi pembelahan dari sel
secara terus menerus dan menjadi bentuk yang abnormal dan tidak
terkontrol. Secara histopatologik terlihat struktur yang tidak teratur
dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus,
dan sitoplasma (Hendaria et al, tanpa tahun).
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kanker kulit adalah
kondisi keganasan diman terjadi pembelahan sel kulit yang abnormal dan
tidak terkendali.

b. Klasifikasi
Menurut Annisa (2010), kanker kulit dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu melanoma (melanoma malignum) dan non-melanoma.
Ketuanya dibedakan berdasarkn sifatnya yang berlainan. Sedangkan
menurut jenisnya kanker kulit dibedakan atas :
1) Karsinoma sel basal yaitu kanker kulit yang sering diteukan pada orag
dengan warna kulit cerah yang sehari-hari banyak berhubungan
dengan sinar matahari. Kanker jenis ini tumbuh lambat dan jarang
bermetastasis. Meski demikian, kanker ini sering menimbulkan
kerusakan jaringan setempat yang luas dan lambat laun akan
menimbulkan kematian jika tidak diobati atau diobati dengan kurang
baik. Kanker ini berasal darisel epitel pluripotensial pada epidermis
kulit.
2) Karsinoma sel squamosa merupakan kanker yang berasal dari sel
epitel pembentuk keratinin pada epidermis. Sering kali kanker jenis ini
terjadi pada kulit yang terena sinr matahari terutama kepala dan
tangan. Kanker ini mempunyai resiko bermetastasis, sehingga
mempunyai kecenderungan residif local dan bermetastasis.
3) Melanoma malignan adalah sel kanker yang berasal dari melanosit
(sel pembentuk pigmen kulit) pada epidermis. Kanker jenis ini
merupakan kanker yang jarang terjadi namun pertumbuhannya sangat
cepat dan membutuhkan penanganan yang paling intensif.

c. Etiologi
Brunner dan Suddarth (2000) mengatakan, penyebab utama kanker
kulit adalah pajanan sinar matahari (baik karena sinar ultraviolet A
ataupun B). Selain itu ada faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian
kanker kulit yaitu orang dengan warna kulit cerah (tidak ada atau sedikit
pigmen kulit), terpapar preparat kimiawi (arsenic, koal, tar). Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan jaringan parut atau iritasi kronis mungkin
juga mengarah pada kanker.

d.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari kanker kulit adalah sebagai berikut ( Brunner &
Suddarth, 2000) :
1) Berada di daerah yang terpajan sinar atahari
2) Tampak sebagai nodul kecil dengan batas (lesilainnya mungkin
tampak seperti plak berwarna abu-abu, kekuningan, datar, atau
mengkilap).
3) Kadang kulit tampakseperti terbakar
4) Kulit kasar dan mengalami penebalan
5) Asimtomatik
6) Mungkin juga terjadi perdarahan.

e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kanker kulit dapat berupa pembedahan dan non
pembedahan. Terapi pembedahan terdiri dari pembedahan eksisi,
pembedahan dengan menggunakan teknik Mohs Micrographic Surgery
(MMS), curettage and cautery, dan cryosurgery. Tera non bedah dapat
dilakukan dengan radiasi dan kemoterapi ( Hendaria et al, tanpa tahun).

5.

Infeksi Kulit
a. Infeksi Kulit Akibat Virus
1) Penyakit Cacar (Herpes)
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan
medis

adalah

penyakit

radang

kulit

yang

ditandai

dengan

pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok.


Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes
Genetalis dan Herpes Zooster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung
lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk
dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang
disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zooster

atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan
oleh virus varicella-zooster yang menimbulkan gelembung cairan
hampir pada bagian seluruh tubuh.
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang
merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus
yang menyerang adalah sama, hanya terdapat perbedaan dengan cacar
air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan
berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung,
dahi atau dada.
2) Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular
melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang
terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa
melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas
gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis
(genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit
Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex.
Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang
mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.
3) Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)
Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara
umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau
pegal di satu bagian rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit
yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang
kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.
4) Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes)
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga
gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan
menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain
dengan pemberian bedak talc yang membantu melicinkan kulit.
Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan

untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock. Obat-obatan yang


diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi
keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan
paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir,
valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk
mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang
dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes.
Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau
rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya
gelembung cairan (blisters).

b. Infeksi kulit akibat Bakteri


1) Selulitis
Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit
dan jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat
masuk ke dalam pembuluh getah beningdan aliran darah. Jika hal ini
terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.Selulitis bisa
disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang
palingsering

adalah

Streptococcus.

Staphylococcus

juga

bisa

menyebabkan selulitis, tetapi biasanya terbatas didaerah yang lebih


sempit. Selulitis paling sering menyerang wajah dan tungkai bagian
bawah.
Akibat dari infeksi bakteri antara lain seperti :
a) kemerahan
b) nyeri tekan
c) panas, bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas ().
d) demam, menggigil, dan sakit kepala (pada kasus-kasus tertentu) peau
d'orange
e) peningkatan denyut jantung
f) tekanan darah menurun

g) pemeriksan fisik akan ditemukan daerah pembengkakan yang


terlokalisir (edema), kadang ditemukan pembengkakan kelenjar getah
bening.
Pengobatan untuk selulitis yang disebabkan oleh streptokokus
biasanya diberikan penisilin per-oral (melalui mulut). Pada kasus yang
berat, penisilin bisa diberikan secaraintravena (melalui pembuluh darah),
dan bisa ditambahkan klindamisin. Jika penderita alergi terhadap
penisilin bisa diganti dengan eritromisin untuk kasus yang ringan atau
klindamisisn untuk kasus yang berat. Selulitis yang disebabkan oleh
stafilokokus bisa diobati dengan dikloksasilin. Untuk kasus yang berat
bisa diberikan oksasilin atau nafsilin. Gejala-gejala selulitis biasanya
menghilang beberapa hari setelah pemberian antibiiotik. Kepada
penderita selulitis berulang bisa diberikan suntikan penisilin setiap bulan
atau penisilin per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu setiap bulan.

2) Impetigo
Impetigo adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhanlepuhan kecil berisi nanah (pustula). Penyebab Impetigo merupakan
infeksi bakteri pada kulit yang paling sering ditemukan. Infeksi ini
disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus, dan berpindah dari
manusia ke manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak.
Tanda dan gejala infeksi akibat Impetigo antara lain seperti :
a) luka merah yang dengan cepat pecah, cairan selama beberapa haridan
kemudian membentuk kerak berwarna cokelat kekuningan.
b) gatal
c) kulit melepuh berisi cairan.
d) dalam bentuk yang lebih serius, menyakitkan cairan atau nanah penuh
luka yang berubah menjadi borok dalam.
Pengobatannya dengan antibotik topikal (polimisin, neomisin,
basitrasin) dan antiseptik (betadine) dapat dipakai. Mupirosin (bactroban)

salep dioleskan tiga kali sehari merupakan obat topikal yang peling
efektif.

c. Infeksi Kulit Akibat Jamur


Kelainan kulit karena infeksi jamur antara lain disebabkan oleh
segolongan jamur dermatofita (dermatofitosis), ragi candida (kandidosis
kulit) dan jamur malassezia furtur. Kelainan kulit karena infeksi jamur
dapat berupa:
1) Panu
Panu adalah bentuk lain dari dermatofitosis yaitu infeksi jamur
dangkal yang disebabkan oleh fungus mallasezia furtur. Penyakit ini
tampak sebagai bercak-bercak yang kadang tersebar di seluruh tubuh.
Bercak ini dapat berwarna putih kelabu, kecoklat-coklatan atau
kehitam-hitaman yang disertai pengelupasan sisik-sisik halus. Panu
banyak ditemukan di Indonesia terutama pada mereka yang kurang
memperhatikan kebersihan badan. Penyakit ini dapat menyebabkan
rasa gatal.
2) Kurap
Kurap merupakan dermatofitosis yang berupa infeksi kulit berbentuk
bulat-bulat besar dengan diameter 3 - 4 cm, pinggirnya meninggi, dan
berwarna merah sedang di bagian tengahnya bersisik halus
menimbulkan rasa gatal. Kelainan ini dapat terjadi pada anak-anak,
remaja, hingga dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Kurap bisa
menular.
3) Tinea Pedis (athletesfoot)
Tinea pedis adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh jamur pada
kaki terutama pada telapak kaki dan sela-sela jari kaki. Tinea pedis
banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Gambaran
klinis yang terlihat, berbeda, dari perlunakan kulit di sela-sela jari,
pertandukan yang berlebihan, reaksi eksim, gelembung-gelembung
sampai retak-retak kulit yang diiringi rasa sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Citra. 2010. Deteksi Tepi Citra Kanker Kulit Menggunakan Metode
Laplacian
of
Gaussian.
[Serial
Online].
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2158/1/CITRA
%20ANNISA-FST.pdf [ diunduh, 21 Januari 2015]
Baranoski A, Ayello EA, 2004. Skin : An Essential Organ. In (Baranoski S,
Ayello
EA, eds). Wound Care Essentials Practise Principles.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Basuki, Kinkin S. 2001. Pedoman untuk Merawat dan Merias Wajah ala Salon
Kecantikan: Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri. Jakarta: Gramedia
Pustaka Mandiri.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Djuanda, Adhi. 2003. Ilmu Penyakit Kulita dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FK-UI.
Djuanda, Sularsito. 2005. Dermatitis In: Djuanda A, ed. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: FKUI.
Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Graham, Robin & Brown. 2005. Lecture Notes Dermatologi, E/8. Jakarta:
Erlangga.
Gudjonsson J. dan Elder J. 2012. Psoriasis Vulgaris. In: Wolff K., Goldsmith L.,
Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors Fitzpatricks.
Dermatology in General Medicine 8th ed. New York: McGraw-Hill.
Hendaria
et
al.
tanpa
tahun.
Kanker
Kulit.[
Serial
Online]
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14469&val=970
[diunduh, 21 Januari 2015]
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.

Nafarin,
Michael.
2012.
Penyembuhan
https://www.academia.edu/8095315/Penyembuhan_Luka [21
2014]

Luka.
Januari

Nelson, Woldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.


Pindha, S. 2004. Akne Vulgaris. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
Plewig dan Kligman. 1975. Acne Morphogenesis and Treatment. New York:
Apringer Verlag Heidelberg.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, E/6, Vol.2. Jakarta: EGC.
Simon & Schuster. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology, 4th ed. New
Jersey: Prentice Hall.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Thiboutot, DM. 2008. Acne: Hormonal Concepts and Therapy. Clinic in
Dermatology.
Wasitaadmadja. 2007. Akne, Erupsi Akneiformis, Rossasea, Rinofima. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI.
Widhya.
2011.
Askep
Dermatitis.
[Serial
Online].
http:///D:/LAPORAN%20POROFESI%20NERS%202012/MEDICAL%20
BEDAH/SUMBER%20DERMATITIS/askep-dermatitis.html
[Diakses
pada 21 Januari 2015].

Anda mungkin juga menyukai