Anda di halaman 1dari 3

Setting 2

Pakcik:

: (mengetuk pintu)

Dokter

: Silakan masuk.

Pakcik, ibu, dan anak masuk ke dalam ruangan.


Dokter

: Oh, Pakcik. Selamat pagi. (bersalaman dengan Pakcik, ibu, dan anak)

Pakcik

: Selamat pagi, dokter.

Dokter

: Mari, silakan duduk. Apa kabar, Pakcik? Sudah mendingan sakitnya?

Pakcik

: Belum, dok. Justru tambah parah. Saya bingung. Mungkin hanya kecapekan
jalan. Maklum, sudah tua, tapi biasanya tidak separah ini.Saya jadi
penasaran sebenarnya saya sakit apa. Apa hasil pemeriksaan saya sudah
keluar, dok?

Dokter

: Sudah, Pak. Apakah ibu belum memberitahukannya kepada bapak?

Pakcik

: (bingung, sambil menoleh ke arah ibu)

Anak

: Jadi begini, pak. Sebenarnya kemarin dokter sudah memberitahukan hasil


pemeriksaan kepada saya dan ibu. Tetapi kami rasa, sebaiknya dokter saja
yang memberitahukan dan menjelaskan tentang berita ini karena beliau
sudah pakar dalam bidang ini.

Pakcik

: Memangnya saya sakit apa, dok?

Dokter

: Begini, pak. Menurut hasil pemeriksaan, rasa sakit yang ada di tungkai
bawah kanan bapak disebabkan oleh osteosarkoma atau kanker tulang.

Pakcik

: (terkejut) Apa? Kanker?

Ibu

: Sabar, pak. Kita dengar dulu penjelasan dokter sampai selesai.

Dokter

: Saya minta maaf karena harus menyampaikan berita buruk ini, tapi bapak
positif mengidap osteosarkoma, dan penyakit ini sudah sampai pada stadium
lanjut.

Pakcik

: Apa maksudnya dok dengan stadium lanjut?

Dokter

: Pada stadium lanjut, sel kanker sudah mengalami metastase dan sudah
menyebar hampir ke seluruh tubuh. Harapan untuk hidup sangat kecil. Tapi

meskipun begitu, saya minta bapak jangan putus asa. Tim dokter akan
berusaha semampu kami untuk membantu bapak.
Pakcik

: Jadi apa yang seharusnya saya lakukan, dok?

Dokter

: Ada beberapa alternatif pengobatan, yaitu dengan cara kemoterapi dan


pemberian valium Pemberian valium hanya mengurangi rasa sakit, namun
tidak memberikan penyembuhan sel-sel kanker. Saya anjurkan agar bapak
dikemoterapi. Pada kemoterapi, bapak akan diberikan obat-obatan untuk
membunuh sel kanker. Tetapi efek sampingnya, sel-sel normal pun dapat
ikut mati.

Pakcik

: Saya bingung, dokter. Semuanya serasa mimpi buruk bagi saya.

Dokter

: Jangan putus asa, pak. Di luar sana juga banyak orang yang terkena
penyakit seperti bapak, bahkan lebih parah. Rasa optimis dan kemauan
untuk hidup dari seorang pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan. Oleh karena itu, saya minta agar ibu dan adik selalu
memotivasi bapak.

Anak

: Pasti, dok. Saya dan ibu pasti akan selalu memotivasi bapak dan merawat
bapak dengan tekun dan sabar.

Ibu

: iya, kita pasti akan selalu dukung bapak dalam keadaan apapun. Karenanya
bapak jangan putus asa dan harus selalu kuat menghadapi cobaan ya pak.

Dokter

: Ya, memang sudah seharusnya begitu.

Pakcik

: Untuk biayanya bagaimana, dok? Saya sudah pensiun dan tidak punya
penghasilan lagi untuk membayar semua pengobatan nantinya.

Dokter

: Berapa biaya pengobatannya, saya kurang tahu pasti. Bapak bisa bertanya
di bagian administrasi. Memang, masalah biaya memang berat. Apalagi
untuk kemoterapi. Tapi saya minta hal ini jangan dijadikan alasan untuk
tidak mengikuti terapi pengobatan. Saya bisa minta pihak rumah sakit untuk
memberikan keringanan.

Ibu

: mengenai biaya jangan khawatir pak, ibu dan anak juga akan bantu sebisa
mungkin untuk menutupi kekurangan financial. Disini kita harus saling
membantu.

Anak

: iya pak tenang ya pasti kami bantu. Nah apa masih ada yang perlu kami
ketahui lagi, dok?

Dokter

: Untuk sementara tidak ada. Jika ada, pihak rumah sakit akan menghubungi
bapak lagi.

Ibu

: Baik, dok. Terima kasih atas bantuannya. Kami undur diri.

Dokter

: Iya, bu. Sudah kewajiban saya untuk membantu. Pakcik, saya harap bapak
tidak putus asa. Ingat, mati dan hidup ada di tangan Tuhan.

Pakcik

: Iya, dokter. Terima kasih.

Dokter

: (berdiri sambil menyalami pasien dan keluarga) Iya, sama-sama.

Anda mungkin juga menyukai