Anda di halaman 1dari 37

Prakata

Puji dan puja ku persembahkan pada ALLAH, karena kemuliaan dan kebesaran-Nya. Doa keselamatan
kuutuskan khusus pada Rasul termulia, Muhammad SAW yang mati-matian bekerja untuk Islam.
Demikian juga seluruh keluarga dan sahabat baginda. Semoga ALLAH juga menyelamatkan kita
semua di dunia dan di akhirat.
Kegairahan umat nampaknya bertambah dalam menyatakan dan memperjuangkan Islam. Dan kalau
trend ini dibenarkan berjalan terus nanti kita akan sampai ke satu era kehidupan yang mulia dan agung,
yakni terbinanya jemaah dan ummah Islamiah, sebuah masyarakat yang ahlinya tunduk patuh dalam
menerima dan mempraktekkan Islam. Namun satu hakikat mesti diakui, bahwa untuk mencapai hal itu
tidaklah semudah yang kita rasakan dan gambarkan. Di samping penentang dan musuh yang pasti tidak
akan mengalah dengan kita, juga genggaman faham sekulerisme yang kuat dalam sanubari umat. Kita
sendiri sebenarnya sangat kabur tentang jalan-jalan yang dapat menyampaikan kita kesana.
Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya di akhir zaman (termasuk zaman kita), umat Islam
senantiasa berpecah dan berselisih. Karenanya perpaduan sangat sukar untuk ditegakkan. Bila
perpaduan tidak ada, bagaimana jemaah dapat kuat dan tahan?
Apakah yang menjadi sebab perselisihan dan perpecahan yang berlaku di kalangan umat Islam? dan
bagaimana pula caranya untuk menyelesaikan masalah perpecahan dan perselisihan itu? Dua persoalan
itulah yang gagal dijawab oleh pencinta-pencinta Islam dengan jawaban yang tepat. Masing-masing
bersandar pada teori masing-masing. Maka terjadilah berbagai cara dalam usaha menyelesaikan
masalah perpecahan umat itu. Tanpa ingin membuat komentar, di sini saya uraikan sebuah sabda
Rasulullah SAW yang bermaksud:
Hampir tiba masanya kamu akan diserbu beramai-ramai oleh musuh-musuh kamu sebagaimana orang
menyerbu makanan dalam suatu hidangan. Seorang sahabat bertanya, "Apakah disebabkan jumlah
kami ketika itu sedikit?" Rasulullah SAW menjawab,"Bahkan jumlah kamu banyak. Tapi kamu tidak
ubahnya seperti buih-buih di permukaan air sewaktu musim banjir. Ketakutan akan dicabut dari hati
musuh-musuhmu, sebaliknya akan dicampakkan ke dalam hatimu penyakit Al wahan. Seorang sahabat
bertanya, "Apakah Al wahan itu ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab, "Yaitu cinta dunia dan
takut mati “ (Riwayat Abu Daud dari Sauban).
Ya, sebab utama terjadi perselisihan di kalangan umat Islam ialah karena jiwa mereka telah diserang
penyakit cinta dunia dan takut mati. Dengan penyakit itu umat Islam bukan saja telah berselisih sesama
mereka, tapi kemiskinan dan kehinaan melanda di mana-mana! Musuh-musuh pun telah menyerbu
umat Islam sekehendak mereka.
Umat Islam hari ini telah menjadi suatu umat yang paling lemah, paling miskin dan paling hina.
Kenapa? Sebabnya tiada lain adalah karena umat Islam telah melupakan ALLAH, karena itu ALLAH
melupakan mereka dan membiarkan mereka diapa-apakan oleh musuh.
Kalau penyakit-penyakit jiwa umat Islam dapat diobati, kemudian diganti dengan jiwa yang cinta
akhirat dan cinta ALLAH serta sanggup mati, saya kira itulah satu penyelesaian untuk masalah yang
dihadapi umat Islam. Dan detik itu adalah detik awal dimulainya perpaduan dan kekuatan umat Islam,
yang mencatat satu era baru bagi kehidupan mereka. Mudah-mudahan kita akan tergolong dalam
golongan yang dimaksud oleh Rasulullah SAW dalam hadist baginda:
“Senantiasa ada satu golongan yang dapat melahirkan kebenaran, orang-orang yang menentang tidak
akan memberi mudharat kepada mereka, hingga datanglah perintah ALLAH (hari kiamat). “
Saya berkeyakinan bahwa di zaman kerusakan ini, rusak akidah, rusak akhlak, rusak pergaulan dan
tegangnya krisis nilai di kalangan ilmuwan-ilmuwan yang berkaliber, maka prioritas perjuangan
hendaklah diarahkan pada pembentukan jiwa dan pembinaan perpaduan di kalangan umat Islam.
Kefahaman, keyakinan dan sikap umat Islam hendaklah diarahkan kepada cara-cara yang dikehendaki
oleh Islam. Keselarasan dalam bagian-bagian itu adalah modal terbesar untuk lahirnya Toifah atau
'golongan' yang dimaksudkan dalam hadist di atas.
Buku ini saya harapkan dapat memandu anda! Meski kekurangannya banyak dan nyata, karena
kemampuan dan pengalaman saya sendiri sangat kurang. Saya cukup yakin bahwa dalam
mempraktekkannya nanti anda akan bertemu dan dapat memperbaiki atau menambah kekurangan yang
ada.
Anda yang sadar akan tanggung jawab kita sebagai khalifah ALLAH, kemudian bercita-cita sungguh-
sungguh untuk menunaikannya, maka INILAH JALAN KITA. Kita Islamkan dulu diri kita, anak isteri
kita, rumah tangga kita, surau dan masjid kita, serta kampung kita. Kita pikirkan dulu tentang shalat,
aurat, pergaulan, pendidikan, perpaduan, ekonomi, dan aspek hidup harian yang lain, apakah sudah
Islam atau belum? Kalau sudah, bersiaplah! ALLAH akan serahkan negeri dan negara ini pada kita.
Kita akan menjadi tuan nantinya. Tapi kalau belum, tidak usah bermimpi untuk mendapat negara Islam.
Sebaliknya anda akan gagal segagal-gagalnya. Laksana orang yang membawa sebatang cangkul untuk
meratakan sebuah bukit. Bukit tidak akan roboh, cangkul mungkin patah dan saudara akan letih,
mungkin mati kering sebelum memperoleh apa-apa.
Jadi marilah kita daki tangga kejayaan itu dari anak tangga yang pertama, kedua dan seterusnya. Biar
lambat asal metodenya benar, daripada cepat tapi caranya salah. Apa artinya cepat kalau tidak berhasil,
bukankah lebih baik lambat tapi hasilnya besar?
Wabillahittaufik wal hidaayah. Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Bab 1
Takrif Jemaah Islamiah

Jemaah Islamiah ialah kesatuan umat Islam yang benar-benar menghayati Islam. Jemaah itu
merupakan kumpulan individu-individu muslim yang bersatu di bawah panji-panji Islam.
Kalau jumlah individu-individu yang menjadi anggotanya agak kecil, perkumpulan itu disebut Toifah.
Gabungan toifah-toifah itu akan membentuk Jemaah. Jemaah Islamiah yang banyak jumlah anggotanya
disebut UMMAH ISLAMIAH.

Bab 2
Hukum Membangun Jemaah Islamiah

mEMbangun Jemaah Islamiah ialah mendirikan persatuan umat Islam. Hukumnya ditentukan oleh
ayat-ayat Al Quran dan Al Hadist. Ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan Jemaah Islamiah di
antaranya ialah sebagaimana firman Allah :

“Dan berpegang teguhlah kamu semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.
Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu(semasa jahiliah) bermusuh-musuhan maka Allah
menjinakkan hati-hati kamu lalu menjadilah kamu dengan nikmat Allah orang-orang yang bersaudara
dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu."
(Ali Imran : 103-104)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan menyuruh
kepada makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. “
Sabda Nabi SAW yang bermaksud:
“Wajib atas kamu bersama jemaah. Sesungguhnya jemaah (bersatu dan berpadu) itu adalah rahmat dan
berpecah belah itu adalah azab. “
(Riwayat Muslim).
Sabda Nabi lagi, yang bermaksud:
“Barang siapa yang berpecah belah, maka ia bukan dari golongan kami (bukan umat Nabi
Muhammad). Rahmat Allah berada bersama-sama dengan jemaah. Dan sesungguhnya srigala hanya
mau memakan kambing yang mengasingkan diri. “
(Hadist riwayat Imam Tabrani).
Sebuah hadist lagi, Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Barang siapa yang mati dalam keadaan memisahkan diri dari Jemaah Kaum Muslimin, maka
sesungguhnya ia mati sebagai mati jahiliah. “
(Riwayat Imam Muslim)
Berdasarkan ayat-ayat Al Quran dan hadist-hadist tersebut di atas jelaslah bahwa perintah membangun
Jemaah Islamiah itu hukumnya wajib, meninggalkannya berarti berdosa.
Perlu diketahui bahwa maksud wajib di sini adalah wajib kifayah. Artinya bila ada sebagian manusia
muslim membangunnya maka akan gugur kewajiban dan dosa manusia muslim yang lain.

Bab 3
Tujuan Membangun Jemaah Islamiah

Setelah memerintahkan manusia membangun Jemaah Islamiah, ALLAH SWT juga menerangkan
tujuan perintah-Nya itu.
Dalam Al Quran ALLAH menegaskan :

Maksudnya : "Akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali mereka yang mengadakan
hubungan dengan ALLAH dan hubungan dengan sesama manusia."
(Ali Imran : 112)
Dalam ayat ini ALLAH membagi perintah-Nya menjadi dua:
1. Perintah agar manusia menghubungkan diri denganAllah (hablumminallah).
2. Perintah agar manusia menghubungkan diri dengan sesama manusia (hablumminannas).
Untuk tujuan atau tanggung jawab manusia dalam menghubungkan diri dengan ALLAH seperti shalat,
puasa, haji dan lain-lain, setiap orang mudah melaksanakannya secara sendirian, tanpa jemaah pun
dapat dilakukan.
Akan tetapi untuk mengadakan hubungan dengan manusia dan alam sejagat seperti membangun
masyarakat, ekonomi, pendidikan, dan seterusnya hingga politik bernegara dan dunia internasional,
manusia memerlukan Jemaah Islamiah yang kuat dan sistematik. Tanpa Jemaah tidak mungkin
program-program seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan sebagainya dapat ditegakkan dan
dijayakan. Hal itu sesuai dengan kata-kata hukama’:
Artinya: “Kebenaran tanpa organisasi akan dikalahkan oleh yang batil yang terorganisasi. “

Jadi tujuan membangun Jemaah Islamiah itu adalah untuk menjadi wadah atau wasilah melaksanakan
semua program-program hidup yang ada hubungannya dengan tuntutan fardhu kifayah.

Bab 4
Konsep Bersatu Menurut Islam

Konsep bersatu dalam Islam telah ditetapkan bentuknya. Dalam Al Quran ALLAH berfirman:
Maksudnya: “Berpegang teguhlah kamu dengan tali ALLAH dan janganlah kamu berpecah-belah.”
(Ali Imran : 103)
Tali ALLAH yang dimaksudkan oleh ALLAH dalam ayat ini ialah Agama ALLAH (Syariat Islam)
sebagaimana yang telah digariskan oleh ALLAH dalam Al Quran dan Rasul dalam Sunnahnya.
ALLAH telah memerintahkan kita bersama-sama berpegang teguh dan bersatu kukuh dalam Islam dan
Dia melarang kita berbecah belah.
Secara terperinci (tafsil) dapat diuraikan konsep bersatu itu menjadi lima perkara :
1. Bersatu Akidah
Keyakinan dan pegangan kita mesti tepat sebagaimana yang dikehendaki dalam iktikad Ahlus Sunnah
Wal Jamaah, yaitu meyakini keenam rukun Iman dengan sebenarnya. Yakin kepada ALLAH dan
semua sifat-sifat-Nya yang wajib, mustahil serta yang jaiz bagi ALLAH. Yakin kepada 10 malaikat
sebagaimana yang diceritakan dalam Al Quran. Yakin kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada
Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul. Yakin kepada 25 Rasul yang disebutkan dalam Al Quran. Yakin kepada
hari akhirat dan yakin kepada qada' dan qadar (untung baik dan untung jahat) semuanya datang dari
ALLAH Taala.
2. Bersatu syariat
Bersatu syariat itu ialah bersatu dalam menerima lima hukum ALLAH, yaitu wajib, sunat, haram,
makruh dan mubah. Dalam kegiatan hidup kita sehari-hari, kita tidak dapat melepaskan diri dari salah
satu hukum tersebut melalui kerja apa pun baik kerja yang kecil maupun kerja yang besar.
Adapun takrif rukun-rukun tersebut adalah seperti berikut:
i) Wajib: Dilaksanakan mendapat pahala dan ditinggalkan berdosa, maka dalam hal ini wajib
dilaksanakan.
ii) Sunat: Dilaksanakan diberi ganjaran pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa, maka
kedudukannya elok dilaksanakan.
iii) Haram: Dilaksanakan berdosa dan ditinggalkan mendapat pahala, maka kedudukannya wajib
ditinggalkan.
iv) Makruh: Jika dilaksanakan(larangannya) tidak berdosa (tapi ALLAH benci) dan jika
ditinggalkan mendapat pahala, maka kedudukannya elok ditinggalkan.
v) Mubah: Suatu perbuatan yang kedudukannya tidak berdosa dan tidak mendapat pahala jika
dilaksanakan atau ditinggalkan, maka perbuatan tersebut boleh dilaksanakan dan boleh ditinggalkan,
sesuai pilihan hati.
Walau bagaimanapun dalam Islam perbuatan yang mubah itu, dapat memberi manfaat kepada kita atau
dengan kata lain dapat menjadi ibadah dan mendapatkan pahala kalau kita laksanakan dengan
mengikuti rukun- rukun yang tertentu yaitu lima perkara :
Niat harus tepat (karena ALLAH), pelaksanaannya mengikuti syariat, perbuatan yang dilaksanakan itu
dibolehkan oleh syariat (tidak bertentangan dengan syariat), natijahnya(hasilnya) mesti betul (untuk
tujuan meninggikan syiar Islam) dan tidak meninggalkan atau mengabaikan rukun fardhu ain. Untuk
uraian lebih lanjut silahkan merujuk buku IBADAH MENURUT ISLAM.
Jadi, bila kita diperintahkan bersatu dalam syariat, berarti kita diperintahkan menerima segala ketetapan
lima hukum tersebut. Menerima di sini maksudnya memahami, mengamalkan dan
memperjuangkannya. Maksudnya yang lebih jelas ialah perbuatan yang wajib dan sunat itu hendaklah
difahami, diyakini, diamalkan dan diperjuangkan. Semua perbuatan yang haram dan makruh hendaklah
difahami, diyakini dan ditinggalkan serta diperjuangkan untuk menghapuskannya. Dan selanjutnya
semua perbuatan yang mubah, difahami, diusahakan serta digalakkan supaya menjadi ibadah.
Supaya lebih jelas lagi, perhatikan contoh berikut ini: Hal-hal yang berhubungan dengan akidah,
ibadah, akhlak, jihad, tarbiah, siasah (politik) dan lain-lain adalah perbuatan wajib, maka umat Islam
harus menerimanya sebagai hukum wajib serta berusaha memahami, mengamalkan dan
memperjuangkannya supaya ditegakkan secara bersama-sama dan bersungguh-sungguh.
Sebaliknya, hal-hal yang berhubungan dengan arak, zina, korupsi, judi, buka aurat, pergaulan bebas,
riba dan lain-lain adalah perbuatan haram, maka seluruh umat Islam harus bersama-sama meyakininya
sebagai hukum haram dan berusaha meninggalkannya serta memperjuangkannya supaya tidak
diamalkan oleh masyarakat dan berusaha menghapuskannya secara bersama-sama dan bersungguh-
sungguh.
3. Bersatu akhlak
Bersama-sama berusaha memiliki akhlak yang baik. Mencontoh akhlak Rasulullah SAW dalam segala
hal, seperti cara makan, pakaian, sifat sabarnya, ikhlasnya, tawadhuknya, zuhudnya, dermawannya,
pemaafnya, bicaranya, bergaulnya, kebersihannya, ibadahnya dan lain-lain yang menjadi sunnah
hidupnya.
Di samping itu hendaklah kita bersama-sama berusaha membuang semua akhlak yang buruk dan keji
seperti sombong, bakhil, penakut, cinta dunia, pemarah, hasad dengki, keluh-kesah dan mazmumah lain
yang bersarang dalam hati manusia.
4. Bersatu dalam Perkara-perkara Khilafiah
Bersikap terbuka, lapang dada dan tenggang rasa dalam masalah khilafiah. Hendaklah kita fahami
bahwa Islam memperbolehkan dan membenarkan adanya perbedaan pendapat dalam masalah furu'iyah
tanpa mengganggu atau merusak persoalan asas (pokok) Islam itu sendiri. Nabi SAW pernah bersabda:
Maksudnya: “Perbedaan pendapat di antara umatku adalah mendatangkan rahmat. “
(Riwayat A1 Baihaqi)

Dalam hadits yang lain dari Ibnu Abbas berbunyi:


Maksudnya: “Perbedaan di antara sahabatku bagi kamu adalah suatu rahmat. “
(Ehya’).
Karena itu sikap kita terhadap hal-hal khilafiah hendaklah sama-sama kita terima dan jangan dijadikan
isu sensitif dan sebab persengketaan.
5. Bersatu Dalam Menilai Kawan Dan Lawan
Islam telah menetapkan siapakah kawan dan lawan, sahabat dan musuh. Maka hendaklah kita sama-
sama dapat mengenali nya. Yang menjadi musuh sama-sama kita jadikan sebagai musuh dan
menolaknya tanpa ada tenggang rasa sedikitpun. Kawan dan sahabat hendaklah kita jadikan sebagai
sahabat dan sama-sama menerima sebagai sahabat, bergaul dengannya, mempertautkan kasih sayang
dengannya serta bermuafakat dalam urusan agama. Sekiranya ada pihak yang mencoba untuk
menghancurkannya, harus kita pertahankan.
Dalam Al Quran ALLAH menjelaskan kepada kita siapa musuh dan siapa sahabat atau saudara kita
sebagai orang mukmin. Firman ALLAH tentang musuh:

Maksudnya: “Dan tidak akan redha oleh orang-orang Yabudi dan Nasrani itu selama-lamanya kepada
kamu hingga kamu mengikuti millah (cara hidup) mereka. “
(Al Baqarah : 120)
Firman ALLAH tentang sahabat dan saudara:

Maksudnya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara satu sama lain, oleh karena itu
berusahalah mendamaikan kedua saudaramu yang bertikai dan bertakwalah kepada ALLAH supaya
kamu mendapat rahmat.“
(A1 Hujuraat : 10)
Demikianlah pengertian dan konsep bersatu dalam lslam. Dengan konsep itu Islam memanggil dan
menyeru seluruh bani insan bernaung di bawahnya tanpa melihat bangsa, warna kulit, bahasa,
keturunan, daerah, negara dan perbedaan lahiriah lain yang palsu, yang direka oleh manusia untuk
mempertahankan statusnya yang bersifat sementara itu. Walaupun pada lahirnya ada perbedaan bangsa,
bahasa dan warna kulit di antara manusia itu, tapi apa yang ALLAH jadikan itu semata-mata
mempunyai hikmah yang amat besar untak manusia itu sendiri, yaitu untuk tujuan saling kenal-
mengenal. Firman ALLAH:

Maksudnya: “Hai manusia! sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal dan mengadakan hubungan."
(Al Hujuraat : 13)
Islam menyatukan seluruh manusia sedunia di bawah namanya dengan lima ikatan yang kukuh dan
sejati sambil membebaskan mereka dari segala kungkungan keduniaan yang sempit dan pura-pura.
Kalau semua umat Islam menerima konsep itu serta mempraktekkannya, maka itulah kekuatan hakiki
yang menjamin kejayaan perjuangan yang sedang kita usahakan dan lalui ini.

Sudahkah Umat Islam hari ini bersatu

Sebagian orang hari ini menyifatkan individu-individu Islam yang bernaung dan menjadi anggota
sebuah organisasi atau badan itu telah bersatu dan berpadu. Sebenarnya belum bersatu.
Untuk lebih memahami arti dan maksud bersatu, marilah kita renungkan sekali lagi ayat Al Quran
Surah Ali Imran ayat 103 sebagaimana telah disebutkan pada bab yang lalu.
Firman ALLAH itu berbunyi:

Maksudnya :“Berpegang teguhlah kamu dengan Tali ALLAH dan janganlah kamu berpecah belah. “
(Ali Imran : 103)
Bersatu yang dimaksudkan di sini ialah bersama-sama dalam menerima hukum-hukum ALLAH. Itu
berarti kalaupun berada dalam satu organisasi atau persatuan kalau masih berbeda atau tidak sama-
sama menerima hukum-hukum ALLAH yang wajib dan sunat serta menolak yang haram dan makruh,
maka hakikatnya belum bersatu.
Contohnya menutup aurat hukumnya wajib. Kalau dalam satu persatuan itu ada anggotanya yang tidak
menutup aurat dan yang lain menutup aurat, maka di antara anggota-anggotanya masih dianggap belum
bersatu. Riba hukumnya haram. Kalau masih ada anggotanya makan riba atau pun mendukung institusi
riba dengan memberikan riba, sementara yang lainnya tidak makan riba atau menentang riba, maka
anggota-anggotanya masih dianggap belum bersatu. Demikian juga dengan persoalan-persoalan yang
lain.
Berdasarkan contoh di atas, jelaslah kepada kita bahwa umat Islam yang ada hari ini belum lagi bersatu
termasuk anggota atau mereka yang menjadi aggota organisasi atau badan baik politik, kebajikan
sampai badan dakwah sekalipun masih belum bersatu.
Kita dapat melihat sekarang ini mereka sama-sama tidak shalat, masih menerima pendidikan sekuler,
tidak menutup aurat, terlibat dengan sistem ekonomi riba, terlibat dengan perzinahan, arak, judi,
pergaulan bebas dan segala macam maksiat. Secara tidak langsung mereka itu menentang ALLAH
walaupun kadang-kadang lidahnya berbicara tentang Islam. Sesama Islam mereka juga bermusuhan,
sebaliknya dengan musuh mereka saling menolong dan bersahabat baik. Musuh dianggap kawan dan
kawan dianggap musuh. Kebaikan dianggap kejahatan dan kejahatan dianggap baik.
Kalau pun kelihatan mereka itu bersatu tetapi mereka itu bersatu adalah sebagaimana yang
digambarkan oleh ALLAH dalam Al Quran:
Maksudnya : "........... mereka itu sebagian di antara sebagian yang lain saling membantu menyuruh
membuat kemungkaran dan melarang dari berbuat ma'ruf......"
(At Taubah : 67)
Ataupun bersatu seperti yang digambarkan oleh ayat Al Quran :

Artinya : "Kamu lihat mereka itu bersatu padu, tetapi hati mereka berpecah belah".
(Al Hasyr : 14)
Itulah hakikatnya yang terjadi sekarang ini, bahwa sesungguhnya umat Islam belum lagi bersatu secara
total. Apa yang terjadi ialah perpecahan di segala aspek hingga timbul peperangan dan pertumpahan
darah.

Bab 5
Bagaimana Membangun Jemaah Islamiah

Sebagai langkah untuk menyatukan seluruh umat Islam sedunia, maka tindakan kita yang pertama ialah
membangun Toifah atau jemaah-jemaah kecil. Bermula dan bertolak dari itulah kita mencoba
menghidupkan dan membangunkan cara hidup Islam di kalangan anggota-anggota toifah itu serta
memupuk dan memperkuat tali silaturrahim (ukhuwah Islamiah) yang benar sebagaimana yang
dikehendaki oleh Islam.
Perlu dijelaskan bahwa di zaman Rasulullah SAW, ada rancangan membangun toifah (jemaah)
Islamiah sebagaimana yang telah disebutkan. Karena di zaman itu seorang yang menerima Islam dan
mengucapkan syahadah langsung bersatu di bawah pimpinan Rasulullah SAW sendiri sekaligus
mereka telah bersedia mematuhi setiap yang diperintahkan dan meninggalkan setiap yang dilarang oleh
ALLAH dan Rasulullah SAW. Siapa yang tidak atau enggan mengucap syahadah dianggap musuh dan
ditentang habis-habisan. Keadaan itu jauh berbeda dengan keadaan hari ini. Hari ini orang Islam yang
sama-sama shalat, puasa, mengeluarkan zakat, menunaikan haji belum bersatu dalam arti kata yang
sebenarnya. Apa lagi yang tidak shalat, tidak berpuasa dan sebagainya itu ?
Secara tegas berani dikatakan bahwa umat Islam hari ini sama saja dengan musuh Islam. Musuh Islam
tidak shalat, mereka pun tidak shalat. Musuh Islam mengamalkan sistem ekonomi riba, mereka juga
terlibat. Musuh Islam menegakkan sistem pendidikan sekuler, mereka turut serta mengirimkan anak-
anak mereka untuk belajar di sana. Musuh Islam ke kasino, klubmalam, taman bunga, bergaul bebas
dan sebagainya, mereka pun tidak melepaskan peluang untuk menyertainya.
Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut sekali lagi kita berani menegaskan bahwa sebenarnya secara
langsung dan tidak langsung umat Islam telah menjadi 'tali barut' atau 'agen' musuh-musuh Islam
untuk menjerumuskan dan merusak kehidupan beragama umat Islam. Sebab itu tidak heran bila terjadi
seperti di Afghanistan, ketika musuh-musuh Islam menyerang, tidak sedikit dari umat Islam sendiri
yang berpihak dan membantu musuh memukul saudara- saudara mereka.
Itulah akibat keadaan umat Islam yang tidak bersatu dalam memahami, mengamalkan dan
memperjuangkan Islam. Itulah hakikatnya tidak adanya perpaduan, di samping lemahnya iman umat
masa kini.
Di negara kita besar kemungkinan akan berhadapan dengan masalah yang sama sebagaimana yang
terjadi di Afghanistan. Sebab gejala-gejala perpecahan di kalangan umat Islam nampaknya sudah tidak
terbendung lagi. Mayoritas umat lslam di negara kita lebih simpati kepada sistem hidup
jahiliah(musuh) daripada sistem hidup Islam. Sekiranya suatu masa nanti musuh menyerang,
kemungkinan besar mereka akan berpihak pada musuh sebab mereka dapat menyesuaikan diri dengan
perjuangan musuh karena mereka lebih faham konsepnya daripada konsep Islam.
Itu bukanlah suatu kajian yang membabi buta, tetapi merupakan hakikat sebenarnya yang telah ada
tanda- tandanya. Contohnya sekarang ini terjadi sindir-menyindir, cemooh-mencemooh, fitnah-
menfitnah dan melabelkan dengan berbagai label, seperti sesat, ketinggalan zaman dan sebagainya
terhadap kelompok-kelompok atau perseorangan yang memperjuangkan Islam. Semuanya datang dari
orang yang mengakui dirinya Islam. Dan bila ada usaha atau gerakan untuk membangun yang makruf
dan membasmi kemungkaran, yang menghalang dan menentang itu adalah orang Islam diantaranya
terdiri dari para ahli ilmu Islam.
Tidakkah itu suatu pertanda, suatu masa nanti kalau datang ancaman dari musuh yang dapat
menyebabkan tergadainya nyawa, karena hendak menyelamatkan nyawa sendiri, mereka sanggup
diperalat untuk memukul saudara mereka sendiri asalkan mereka selamat. Kalau dalam keadaan yang
tenang seperti sekarang mereka sanggup menghantam, mencemooh dan sebagainya terhadap sahabat
sesama Islam, apalagi dalam saat-saat genting?
Tunggulah waktunya dan dapat kita saksikan sama-sama, kalau sekiranya tidak bangun suatu kelompok
atau toifah yang berusaha menanamkan kembali keimanan dan dapat mencetuskan kembali perpaduan
dalam arti kata yang sebenarnya di kalangan umat Islam yang ada di negara kita ini, maka lambat laun
akan terjadi sebagaimana tragedi-tragedi yang kita saksikan berlaku di beberapa negara Islam di dunia
ini.
Perpaduan yang sebenarnya adalah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Umat Islam di zaman itu
seia-sekata dalam mengerjakan segala perintah ALLAH dan Rasul-Nya. Di bawah ini diturunkan dua
potong ayat Al Quran yang menjadi teras pegangan para sahabat dan umat Islam di zaman Rasulullah
SAW dalam mewujudkan dan memupuk perpaduan di antara mereka. Firman ALLAH:

Maksudnya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa dan janganlah
kamu tolong menolong dalam membuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada
ALLAH. Sesungguhnya ALLAH amat keras siksa-Nya."
(Al Maidah : 2)
Firman ALLAH lagi :

Maksudnya: “Dan dirikan shalat, tunaikan zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk. “
(Al Baqarah : 43)
Kedua ayat di atas ialah perintah supaya umat Islam tolong menolong dalam menegakkan kebaikan dan
kemuliaan di kalangan masyarakat manusia. Perintah tersebut membuat umat Islam di zaman
Rasulullah begitu teguh menyatukan hati mereka dalam mentaati perintah yang datang ke atas mereka
dari ALLAH dan Rasul-Nya.
Sebagai bukti dibawakan sebuah kisah kejayaan kegemilangan yang telah mereka peroleh sebagai hasil
perpaduan dan taat setia :
Sebelum hijrah, Pasar Madinah dikuasai sepenuhnya oleh orang-orang Yahudi. Segala urusan
perniagaan dan perdagangan serta urusan ekonomi di Madinah dimonopoli oleh mereka. Maju
mundurnya masyarakat Madinah secara tidak langsung ditentukan dan diatur oleh para kapitalis
Yahudi. Penindasan dan kezaliman sudah menjadi tradisi perekonomian dalam masyarakat Madinah di
waktu itu. Suasana demikian berlangsung hingga peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah.
Selaku pemimpin, Baginda Rasulullah SAW tidak berdiam diri dan menganggap kecil pergolakan yang
berlaku dalam masyarakat Madinah yang disebabkan oleh eksploitasi dalam sistem ekonomi Yahudi.
Sebagai langkah untuk mengatasinya Rasulullah SAW telah mengarahkan Abdul Rahman bin Auf
mengetuai urusan perniagaan Islam di sebuah pasar yang dibina sendiri oleh umat Islam yang letaknya
tidak jauh dengan pasar orang-orang Yahudi itu, dan diberi nama Pasar Ansar.
Semua orang Islam diarahkan supaya hanya membeli dan berniaga di pasar orang Islam yang bernama
Suqul Ansar (Pasar Ansar), tanpa bertenggang rasa dengan orang-orang Yahudi bahkan berniaga
dengan mereka melalui segala jenis bentuk barang-barang mereka.
Dengan semangat perpaduan dan ketaatan umat-umat Islam ketika itu, mereka semua menumpukan
perhatian semata- mata di pasar Islam di mana Abdul Rahman bin Auf dilantik oleh Rasulullah SAW
sebagai pengurusnya. Bukan itu saja, karena dalam sistem ekonomi Islam tidak terjadi penindasan serta
memberi kemudahan kepada masyarakat, orang-orang bukan Islam dari dalam dan luar negeri juga
turut tertarik dengan pasar tersebut. Mereka tertarik berniaga dengan peniaga-peniaga Islam.
Hasilnya kekuasaan ekonomi Madinah beralih ke tangan umat Islam, perniagaan dan ekonomi orang-
orang Yahudi bukan saja sekedar merosot, bahkan menjadi muflis dan bangkrut. Mereka terpaksa
menutup pasar mereka dan semuanya gulung tikar meninggalkan kota Madinah.
Demikianlah kesan dari perpaduan yang ditunjukkan oleh umat Islam di zaman Rasulullah SAW.
Mereka bersatu dalam menerima perintah ALLAH dan Rasul. Mereka bersatu dalam menegakkan
syariat Islam. Mereka bersatu dalam perjuangan menegakkan dan membangun sistem hidup secara
Islam. Bersatu dalam mengucilkan barang-barang keluaran serta sistem ekonomi Yahudi. Hasilnya,
masyarakat Madinah merdeka dari kungkungan dan eksploitasi orang-orang bukan Islam.
Sebab kemenangan umat Islam di Madinah dalam mengatasi orang- orang Yahudi(musuh Islam) tanpa
pertumpahan darah di antaranya ialah karena mereka mempunyai identitas dan personalitas yang
tersendiri pada pribadi dan dalam segala bentuk cara hidup mereka sehari-hari. Itu membuat mereka
dihormati dan disegani oleh kawan dan sahabat serta ditakuti oleh musuh dan lawan.
Untuk mewujudkan perpaduan di kalangan masyarakat Islam mengikuti bentuk yang digambarkan
dalam sejarah di atas, beberapa langkah penting perlu diberi perhatian dan diambil tindakan. Langkah-
langkah yang akan dikemukakan di bawah ini walaupun tidak terdapat di dalam Al Quran dan As
Sunnah, tapi tidak bertentangan dengan ruh ajaran Islam. Teori yang dikemukakan itu semata-mata
berdasarkan perkembangan masyarakat Islam masa kini yang dalam beberapa hal mempunyai banyak
perbedaan dengan masyarakat Islam di zaman Rasulullah SAW :
Dari pengalaman-pengalaman penulis melaksanakan dan mengikuti garis panduan dan teori perjuangan
yang dicanangkan itu sedikit banyak telah menampakkan kesan dan hasil yang memuaskan.
Berikut ini ialah beberapa langkah yang mesti kita laksanakan untuk membina perpaduan di kalangan
umat Islam masa kini:
1. DAKWAH
Susun acara dakwah sebanyak-banyaknya di semua tempat di seluruh pelosok tanah air. Adakan
perhubungan dengan segala peringkat dan jenis masyarakat serta beri kefahaman kepada mereka
tentang Islam (secara tepat). Ajak mereka sama- sama mengamalkan dan memperjuangkannya.
Agar dakwah itu memberi kesan, lakukanlah berulang kali tanpa rasa jemu dan putus asa. Apabila ada
yang telah faham dan menerima konsep perjuangan kita (Islam) namakanlah mereka simpati biasa.
2. USRAH UMUM
Setelah mereka itu melalui tahap dakwah tentu ada mereka yang sadar dan ingin membuat perubahan
serta ingin bersama-sama kita, maka bawalah mereka ke usrah umum. Mereka yang ikut di majelis
usrah umum itu namakanlah sebagai simpati kuat. Tujuan mengadakan usrah umum itu adalah untuk
meningkatkan lagi kefahaman mereka tentang tujuan perjuangan Islam yang sedang kita perjuangkan.
Di samping menilai komitmen mereka dalam memperkuat serta meningkatkan keikutsertaan dan
kesediaan mereka dalam berjuang dan berkorban untuk perjuangan.
Secara tidak langsung usrah umum itu memberi kesempatan dan masa kepada kita menyaring siapa di
antara mereka yang mempunyai kesungguhan dalam menghayati seluruh aspek kehidupan Islam.
Kesungguhan yang dimaksudkan itu ialah tentang minat dan kesungguhan mereka menyertai kegiatan
yang telah kita rancang serta kecenderungan menyertai dan menyeragamkan cara beribadah, bergaul,
berpakaian, belajar, berekonomi dan semua yang dituntut oleh Islam.
Apabila perkembangan mereka baik dan istiqamah, maka mereka layak kita ajak ke majelis yang lebih
khusus yang kita namakan Usrah Khusus. Bagaimanapun mereka itu belum layak diberi tugas di dalam
gerakan kita, karena hakikatnya mereka belum dapat dianggap telah bersatu dengan kita, karena
kefahaman dan amalan Islam mereka itu perlu dinilai lagi serta ditingkatkan dari masa ke masa.
Tentang majelis usrah umum ini tidak sama dengan majelis ceramah umum atau majelis dakwah. Kalau
majelis dakwah seharusnya ada di seluruh tempat dalam satu daerah, maka usrah umum ini hendaklah
diadakan satu tempat saja pada setiap daerah.
3.USRAH KHUSUS
Setelah melihat peningkatan kefahaman, keyakinan, pengorbanan, akhlak dan penyertaan mereka
terhadap Islam, maka saat itu mereka boleh diajak ke dalam Usrah Khusus. Mereka yang hendak diajak
ke dalam usrah khusus hendaklah setelah diteliti persediaan mereka dalam menerima arahan,
tanggungjawab dan tugas-tugas tertentu dalam perjuangan kita, seperti soal-soal pelajaran, ekonomi,
perobatan, pabrik, penerbitan dan lain-lain yang sudah dicanangkan dan diaturkan sebelumnya. Sebab
mengapa kita berikan dan bebankan mereka dengan tugas dan tanggung jawab tersebut ialah karena
melihat mereka telah bersedia hendak bersatu dengan kita. Walau bagaimanapun bersatu itu tidak
setepat sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam cuma baru dalam arti kata pandangan kita saja.
Untuk mencapai hakikat bersatu menunut Islam, masih jauh lagi dan memerlukan jalan yang rumit,
menempuh berbagai ujian dan tidak mungkin dapat di praktekkan sekaligus dalam masa yang singkat.
Mereka yang kita masukkan ke dalam usrah khusus terutama peringkat permulaan, perlu di beri tarbiah
untuk menigkatkan kefahaman, amalan, pengorbanannya serta hal lainnya dari masa ke masa.
Sementara yang sudah lama perlu juga dipupuk dan ditarbiah dari masa ke masa untuk membendung
kemerosotan jiwa oleh pengaruh alam sekeliling yang selalu menantang ini.
Perlu diingat bahwa tidak semua dari mereka yang hadir ke usrah umum atau ceramah umum (dakwah)
kita, dapat kita ajak bersama-sama kita. Kalau dalam majelis dakwah atau ceramah umum kita berhasil
menarik 500 orang hadir, maka untuk usrah umum kita berhasil menarik 100 orang saja dan seterusnya
dalam usrah khusus dari jumlah itu mungkin lebih sedikit lagi. Mungkin hanya 5 orang saja atau
kurang dari itu. 5 orang itu sajalah anggota jemaah kita yang dianggap benar-benar mau bersatu di
bawah panji-panji perjuangan kita dan yang benar-benar bersedia memikul segala tanggung jawab yang
diberikan dan mematuhi segala program-program yang kita susun.

Bab 6
Tanggung Jawab PEmimpin dan Pengikut

Dalam sebuah jemaah mesti ada pemimpin dan pengikut. Tidak dinamakan jemaah kalau tidak ada
pemimpin dan pengikut. Islam sangat memberatkan tentang adanya pemimpin dan pengikut :
Nabi SAW pernah bersabda :
Maksudnya: “Apabila kamu bertiga dalam musafir, maka lantiklah salah seorang dari kamu sebagai
pemimpin. “
(Riwayat At Tabrani dari Ibnu Mas’ud
dengan sanadnya Hasan).
Dalam hadist di atas, betapa Nabi SAW memerintahkan melantik pemimpin dan pengikut walaupun
dalam perjalanan, apalagi dalam suatu jemaah, kampung, daerah dan selanjutnya negara.
Hukum melantik pemimpin dalam sebuah jemaah adalah wajib. Kalaulah demikian bila ada sebuah
kampung, daerah atau seterusnya negara, yang tidak melantik pemimpin di kalangan masyarakatnya,
berdosalah penghuninya.
Perlu sekali diketahui bahwa kewajiban melantik pemimpin dan pengikut dalam sebuah jemaah
tidaklah selesai sekedar melantik saja, tetapi mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih penting
lagi.
Sebagai pemimpin, telah ditentukan kewajiban- kewajiban yang mesti dipikul dan dilaksanakan.
Demikian juga para pengikut, mereka juga mempunyai beberapa kewajiban dan tanggung jawab yang
wajib ditunaikan. Kalau segala kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tidak ditunaikan oleh
salah satu pihak baik pihak pemimpin atau pihak pengikut, maka pelantikan tadi menjadi sia-sia dan
keseluruhan jemaah itu akan hancur dan terkubur dengan sendirinya.
Oleh itu, selaku pemimpin dan pengikut sebuah jemaah, tidak perlu bangga dengan banyaknya jumlah
anggota dan hebatnya pemimpin, tapi berusahalah supaya kedua pihak itu benar-benar memikul
tanggung jawab dan melaksanakan tugas masing-masing. Saya tegaskan lagi bahwa kedua pihak,
pemimpin dan pengikut mesti bekerja. Tanpa andil kedua pihak memainkan peranan atau salah satu
bekerja tidak serius, maka belum berarti apa-apa berada di dalam jemaah.
TANGGUNGJAWAB PEMIMPIN
Tanggung jawab seseorang pemimpin itu di antaranya :
1. Mempunyai ilmu pengetahuan syariat (hukum-hukum dalam Islam) dan juga tahu cara-cara
untuk memperjuangkan ke tengah masyarakat. Seorang yang mahir dalam membahas dan mengatakan
hukum-hukum Islam, tapi jahil tentang bagaimana hendak menegakkan dan memperjuangkan hukum-
hukum itu ke tengah masyarakat, ia belum boleh dikatakan pemimpin yang sebenarnya.
2. Berkebolehan menyampaikan ilmu pengetahuan dan teknik perjuangan kepada pengikut (orang
yang di bawah pimpinan nya). Seorang pemimpin yang gagal menyampaikan message perjuangan atau
doktrin perjuangan kepada pengikut atau anggotanya berarti ia gagal dalam perjuangannya.
3. Mampu menyelesaikan masalah pengikut (orang yang di bawah pimpinannya). Masalah apapun
yang timbul di kalangan pengikutnya adalah masalah pemimpin sendiri. Kalaupun tidak semua,
sebagian besar dari masalah yang timbul itu mesti dapat diselesaikan. Kalau pemimpin itu gagal
menyelesaikannya, maka akan timbul rasa ragu atau merusak keyakinan pengikut terhadapnya dan
kewibawaan kepemimpinannya.
4. Mempunyai personalitas (syahsiah Islamiah) yang baik, dalam ibadah, akhlak, tarbiah dan
pergaulan. Bersifat tawadhuk, sabar, zuhud, redha, lemah lembut, tenggang rasa, kasih sayang, pemaaf,
pemurah dan sifat mahmudah yang lain Segala sifat-sifat tersebut adalah cermin untuk pengikutnya.
Pimpinan secara praktis (melalui contoh pribadi) lebih berkesan daripada syarahan dan arahan
berbentuk teori
5. Pandai mengatur program yang perlu untuk jemaah. Pemimpin mestilah mengikuti
perkembangan isu semasa supaya dapat disesuaikan dengan program jemaah.
6. Mengeluarkan arahan dari masa ke masa kepada pengikutnya supaya mematuhi semua
program-program jemaah sebagaimana yang telah ditetapkan dan memastikan pengikutnya mencapai
prestasi.
7. Memahami perkembangan pengikut dan masalah-masalah yang dihadapi. Hal itu akan
melahirkan kesefahaman dan perpaduan yang lebih erat lagi.
8. Dapat mendidik anggota hingga benar-benar mencintai akhirat lebih daripada mencintai dunia.
Itulah di antaranya peranan penting yang mesti dilaksanakan oleh seorang pemimpin baik pemimpin
kecil maupun pemimpin besar. Kewibawaan dan ketokohan seorang pemimpin itu hanya akan terbukti
sekiranya tugas dan tanggung jawabnya ditunaikan dengan sempurna. Kejayaan dan kemulian akan
diperoleh sekiranya segala tugas dan tanggung jawabnya diselesaikan dengan baik.
Sementara itu untuk pihak pengikut, masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang wajib
dilaksanakan di antaranya ialah :
1. Taat kepada pemimpin. Mentaati pemimpin bukanlah kehendak pemimpin tapi merupakan
kehendak ALLAH, sebagaimana firman ALLAH :

Maksudnya: “Taatlah kepada ALLAH dan taatlah Rasulullah dan pemimpin di kalangan kamu.
(An Nisa’: 59)
Para ulama mufassirin banyak yang memberi takrif tentang pemimpin dalam ayat tersebut sebagai alim
ulama dan ketua-ketua negara Islam yang benar-benar melaksanakan hukum-hukum ALLAH.
Sementara itu secara umum masing-masing mentakrifkan bahwa arti pemimpin itu ialah semua
pemimpin dalam masyarakat hingga rumah tangga selagi mereka mengikuti perintah ALLAH.
Akan tetapi sekiranya para pemimpin itu tidak lagi taat kepada ALLAH atau memerintahkan supaya
pengikutnya melakukan perkara mungkar, maka ketika itu tidak lagi wajib taat kepadanya.
Sebagaimana Nabi SAW sendiri telah mengeluarkan arahan dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan Al Hakim.
Maksudnya: “Tidak boleh takut kepada makhluk yang durhaka kepada ALLAH. “
(Rujuk Al Jami’us Saghir, Imam Sayuti).
Dan dalam hadis yang lain, Nabi SAW bersabda lagi :
Maksudnya: “Ibnu Umar RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda seorang muslim wajib mendengar
dan taat kepada pemimpinnya dalam hal yang ia setujui atau yang ia tidak setujui, kecuali kalau
pemimpinnya memerintahkan perkara maksiat. Maka apabila ia menyuruh perkara maksiat, di waktu
itu tidak lagi wajib mendengar dan tidak lagi wajib mentaatinya. “
(Bukhari dan Muslim)
2. Mengikuti semua program yang dibuat oleh jemaah.
3. Hormat dan taat menunaikan perintah Al Quran dan As Sunnah.
4. Bertanya dan memberitahu pemimpin masalah apapun yang dihadapi serta tindakan yang akan
atau telah diambil. Setiap anggota dilarang merujuk masalahnya kepada orang lain, karena yang benar-
benar mengetahui masalah pengikut dalam suatu jemaah itu ialah pemimpinnya sendiri.
5. Berkorban. Sikap sanggup berkorban adalah modal penting untuk taat kepada pemimpin. Setiap
anggota sebuah jemaah itu hendaklah sanggup berkorban waktu, tenaga, fikiran, harta dan apapun yang
mampu dibuat demi menguatkan jemaah.
Demikianlah diantara lima tuntutan pokok tanggung jawab sebagai pengikut. Sekiranya lima tuntutan
itu tidak dipenuhi pasti jemaah akan lemah dan lumpuh.

Bab 7
Asas Kekuatan Jemaah

Untuk membangun sebuah jemaah kita perlu tahu, apakah asas atau tapak untuk membina kekuatan dan
ketahanan asas pada sebuah jemaah. Sebagaimana juga kita hendak membina rumah, hal utama yang
perlu kita fikirkan ialah sebidang tanah yang mantap, tiang kayu serta batu yang kuat dan tahan lama.
Tanpa perkara penting itu, dinding dan atap cantik yang dibina dari luar itu tidak akan dapat menjamin
rumah itu dapat ditegakkan dengan kukuh dan mampu menghadapi pukulan angin ribut dan topan.
Asas yang penting untuk kekuatan sebuah jemaah, sekurang-kurangnya adalah tiga perkara
yang perlu ada pada setiap individu dan anggota jemaah :
1. Iman yang sempurna.
2. Ukhuwah yang kuat.
3. Kesefahaman dan keselarasan di antara anggota dengan anggota, anggota dengan pemimpin dan
pemimpin dengan pemimpin yang lain.
Iman yang sempurna yang dimaksudkan itu sekurang kurangnya iman bertaraf orang soleh atau disebut
juga sebagai ‘Iman Ayan'.
Setiap individu yang ingin menyertai perjuangan mesti melengkapkan diri dengan iman, sekurang-
kurangnya iman bertaraf Ayan. Sifat-sifat orang yang mempunyai iman ayan ialah hatinya senantiasa
mengingati ALLAH, senantiasa memikirkan ciptaan ALLAH dan senantiasa merasa dirinya diawasi
oleh ALLAH. Cetusan dari iman itu akan timbullah dalam hatinya rasa malu terhadap ALLAH, rasa
hebat terhadap ALLAH, rasa redha kepada ALLAH, rasa syukur kepada ALLAH, rasa tawakal kepada
ALLAH, rasa kasih dan sayang kepada ALLAH, rasa sabar terhadap ujian-ujian ALLAH dan sifat
mahmudah yang lain.
Dengan cetusan rasa tersebut di dalam hati seseorang, maka orang itu benar-benar akan memperoleh
kemerdekaan dan kekuatan yang sebenarnya. Kekuatan dan kemerdekaan yang tidak dapat dikalahkan
oleh kuasa apapun selain ALLAH. Demikianlah, betapa penting dan mustahak nya 'IMAN' dalam diri
seseorang. Kalau diibaratkan sebagai mobil, maka iman merupakan mesinnya. Mesin yang baik tidak
akan menjadi sebab melemahkan perjalanan sebuah mobil itu melainkan ALLAH saja yang dapat
melemahkannya. Sebaliknya kalau mesin lemah, maka sebuah mobil itu akan mudah lemah
perjalanannya walaupun tidak menempuh halangan, apa lagi kalau menempuh halangan, mobil itu
akan langsung mati.
Sebuah perjuangan yang dibangun oleh pejuang-pejuangnya yang kuat iman, maka perjuangan itu
dianggap kuat walaupun anggotanya sedikit (minoritas). Sebaliknya perjuangan yang dibangun oleh
pejuang-pejuang yang lemah iman dianggap perjuangan yang lemah sekalipun anggotanya banyak.
Kedudukan itu telah ALLAH jelaskan di dalam Al Quran:

Maksudnya: “Jika ada di kalangan kamu 20 orang yang sabar akan dapat mengalahkan 200 orang
musuh. “
(Al Anfal : 65)
Yang dimaksud oleh ALLAH 20 orang itu ialah 20 orang yang seperti apa? Dua puluh orang sabar
yang dimaksudkan itu ialah yang berjiwa tauhid, yang imannya kuat hingga menaikkan semangat
berani berjuang dan cinta mati. Itulah kekuatan unggul yang tidak akan dapat dibina dengan sumber
apa pun, kecuali melalui iman yang sebenarnya. Kalau setiap pejuang dapat menyiapkan diri dengan
kekuatan itu, sesungguhnya sebagian dari kejayaan telah dapat kita capai.
Untuk mendapatkan iman kita perlu berusaha. Usaha yang dapat dilaksanakan di antaranya ialah
melalui :
1. Melawan hawa nafsu jahat(mujahadatunnafs).
2. Memperbanyak shalat sunat.
3. Berfikir(tentang kebesaran ALLAH).
Sebagai penjelasan lebih lanjut mengenai cara untuk mendapatkan iman silahkan merujuk buku 'IMAN
DAN PERSOALANNYA'. Untuk memupuk kekuatan iman, maka setiap individu perlu memahami dan
melaksanakan ketiga tugas tersebut.
Ukhuwah dan persaudaraan yang kuat di antara anggota jemaah juga merupakan unsur terpenting
sebagai tapak dalam perjuangan. Ukhuwah juga turut menentukan kuat atau lemahnya sebuah jemeah
atau perjuangan itu.
Oleh karena itu bagi setiap pejuang hendaklah masing-masing merasa bertanggung jawab untuk
membina ukhuwah sekaligus mempraktekkannya dalam kehidupan serta berkorban bersungguh-
sungguh dalam membina dan mengukuhkannya. Setiap orang mesti melibatkan diri dalam membina
dan mengukuhkan ukhuwah. Hal itu bukan tugas orang-orang tertentu saja. Kalau sebagian saja yang
berusaha sedangkan yang lain tidak atau terdapat satu orang saja yang berusaha untuk memecahkan
ukhuwah, artinya ukhuwah di kalangan anggota jemaah telah pincang. Pincang berarti akan membawa
kelemahan. Lemah ukhuwah akan membawa lemahnya perjuangan. Jika perjuangan telah lemah, maka
perjuangan itu akan menuju kepada kegagalan dan kehancuran.
Oleh karena itu marilah kita berusaha membina ukhuwah di kalangan sesama kita, setelah kita
sadar bahwa ukhuwah merupakan asas kekuatan yang penting. Langkah- langkah kearah pembinaan
ukhuwah ialah :
1. Mentaati dan melaksanakan syariat Islam. Setiap anggota mesti menunaikan tanggung jawab
itu, sebab hal itu merupakan sebab tercetusnya rasa persamaan dan kesatuan. Sekiranya ada anggota
yang lalai melaksanakan syariat dengan sendirinya hilang persamaan dan rasa kasih sayang terkorban,
lenyaplah perpaduan.
2. Mengikuti semua program jemaah. Itu juga merupakan tugas anggota. Sekiranya ada di antara
anggota yang lalai atau selalu tidak hadir di majelis-majelis resmi jemaah yang telah ditetapkan, hati
anggota-anggota lain akan menjadi tawar dan dapat menimbulkan sangka buruk kepada anggota yang
lain serta akan merenggangkan persaudaraan. Oleh karena itu anggota manapun yang uzur, hendaklah
diberitahukan segera kepada pemimpin atau kepada anggota yang lain supaya berita perkembangan
pribadinya dapat diumumkan kepada anggota lain yang hadir di majelis-majelis berkenaan untuk
mengelakkan timbulnya salah sangka yang negatif.
3. Mengadakan perimbangan hidup. Kedudukan anggota dalam jemaah hendaklah ada
keseimbangan. Jangan ada diantaranya yang terlalu miskin atau sebaliknya. Keadaan anggota
hendaklah senantiasa diberi perhatian jangan sampai keperluan hidup keluarga yang tidak mencukupi.
Karena itu akan merusak perasaannya yang mungkin akan membuat keretakan hati. Demikian juga
dengan anggota yang hidupnya lumayan, mereka hendaklah tidak menampakkan kesenangan diri dan
menyelesaikan sendiri keperluan keluarga hingga mengabaikan masalah sesama sahabat dalam satu
jemaah. Itu akan menyentuh perasaan anggota-anggota yang berada dalam kesempitan hidup. Bila
jurang hidup berlaku, itu akan membawa keretakan hati dan tersinggung perasaan. Hendaklah wujud
keadaan dan suasana perimbangan dalam hidup di antara setiap anggota.
Sabda Nabi SAW:
Maksudnya: “Sampaikanlah hajat orang yang tidak berdaya memenuhi hajatnya sendiri. Maka
sesungguhnya orang yang menyampaikan hajat seseorang yang tidak mampu menyampaikan hajatnya
kepada pemenntah, ALLAH akan menetapkan dua kakinya di atas sirat (di akhirat) pada waktu
manusia tergelincir."
(Hadis riwayat oleh Hindun bin Abi Halah yang diterima dari Nabi SAW).
Dalam hadis yang lain diriwayatkan oleh Abu Nu’aim bahwa Nabi SAW bersabda :
Maksudnya: “Barangsiapa yang tidak mengambil berat urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah dari
golongan mereka.”

Ibnu Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda


“....Siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, niscaya ALLAH akan menyampaikan hajat
saudaranya, niscaya ALLAH akan menyampaikan hajatnya dan siapa yang melepaskan kesukaran
(kesusahan) seorang muslim di dunia, niscaya ALLAH akan melepaskan kesukarannya di
akhirat.........“

Sabda Nabi SAW:


Maksudnya : “Seorang yang berjalan karena menolong saudaranya lebih baik daripada beriktikaf
selama sebulan di mesjidku (mesjid Nabawi).”
4. Meminta dan memberi maaf. Sebagai manusia biasa kita tidak dapat mengelakkan diri dari
melakukan kesalahan. Mustahil di antara kita tidak berlaku kesalahan. Nabi SAW sendiri bersabda :
Maksudnya : “Tidak ada anak Adam, melainkan mempunyai dosa.”
(Riwayat Tarmizi dari Anas)
Oleh karena itu hendaklah jangan ada di antara kita yang berani dan sanggup mengaku tidak
pernah bersalah. Hendaklah di kalangan kita semuanya senantiasa menyadari bahwa kita senantiasa
tidak dapat mengelak dari bersalah. Sebab itu hendaklah bersedia mengaku salah dan meminta maaf.
Bagi yang tidak bersalah pula hendaklah bersedia untuk memaafkan kesalahan orang yang memohon
maaf kepadanya.
Hanya dengan cara yang demikian kasih sayang akan dapat terjalin dengan erat di samping
dapat mengelakkan perpecahan baik yang disebabkan oleh sesama kita atau melalui orang tengah yang
mencoba hendak mengadu domba kita.
5. Saling menasehati dan tegur-menegur. Apabila salah seorang anggota melakukan kesalahan,
maka ia perlu ditegur dan dinasihati. Dalam kita menegur dan menasehati mesti melalui beberapa
peraturan dan adab-adabnya.
(i) Memahami kedudukan kesalahan itu; kecil atau besar, sengaja atau tidak sengaja, dengan
manusia atau dengan ALLAH, dalam jemaah atau di luar jemaah, dan lain-lain.
(ii) Jangan segera menegur. Tunda untuk beberapa waktu. Dalam masa itu hendaklah kita mendoakan
orang yang melakukan kesalahan agar ia insaf dan berusaha melakukan perubahan dengan sendirinya,
sebab orang sadar dan melakukan perubahan sendiri lebih baik daripada ditegur dan dinasehati oleh
orang lain secara langsung.
(iii) Kalau setelah diberi tempo, namun tidak juga berubah, maka barulah ia dipanggil berhadapan
secara empat mata (tanpa ada orang lain), menasehatinya dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi
kalau difikirkan kita tidak mampu menasihatinya atau kita bimbang nasihat kita tidak berkesan, lebih
baik diserahkan kepada orang lain yang dianggap mampu dan dapat memberi kesan. Ketika itu barulah
membawa kasusnya kepada pucuk pimpinan jemaah.
Perlu diingatkan bahwa menegur orang secara membabi buta, tanpa disiplin dan hikmah, bukan
saja akan merusak hati orang yang melakukan kesalahan, bahkan akan memecahkan perpaduan dan
mencacatkan kasih sayang (ukhuwah Islamiah).
6. Berlibur dan bertamasya. Itu boleh dilakukan asal mengikut peraturan syariat Islam yang
membenarkan hal tersebut karena fitrah manusia suka pada hiburan. Jiwa yang sunyi dari hiburan akan
merasa jemu dan malas beribadah. Karena itu supaya jiwa segar dan subur lebih baik jika sekali-sekali
dibawa bertamasya, melihat alam Tuhan yang indah dan tenang, sambil bergaul, makan dan shalat
bersama.
7. Memperbanyak perjumpaan dan ziarah. Untuk mendekatkan hati, hendaklah selalu berjumpa
dan berziarah. Tapi perlu diingat, bahwa ALLAH yang dapat menyatukan hati manusia. Oleh itu
yakinlah bahwa kejayaan kita hanya di tangan ALLAH.
Itulah 7 perkara yang dianggap dapat membina ukhuwah. Ikutilah langkah-langkah itu dengan teliti dan
hati-hati, insya ALLAH akan terbuka pintu ukhuwah untuk kita memasukinya dan mendapatkan
intipatinya. Yaitu rasa persaudaraan yang membuat seseorang dapat merasakan kesusahan orang lain
sebagai kesusahannya sendiri. Juga dapat merasakan kesenangan orang lain sebagai kesenangannya
pula.
Dengan merasakan itu sekaligus akan terhapuslah mazmumah, penyakit dan perusak jiwa manusia
yang sangat berbahaya yaitu hasad dengki dan dendam kesumat. Dengan terhapusnya mazmumah itu
berarti bersemailah benih perpaduan, keamanan dan keharmonian di kalangan pejuang.
Sebagaimana kita fahami, perpaduan adalah kekuatan. Kekuatan yang kedua sesudah iman yang akan
melindungi dan menyelamatkan perjuangan dari serangan musuh lahir dan batin. Selain dari itu,
ukhuwah yang sebenarnya, akan membuat manusia sanggup merasa bersalah, sanggup pula mengaku
bersalah serta memohon maaf di atas kesalahannya. Di pihak lain, karena menginsafi kelemahan kawan
maka sejak awal lagi sudah bersedia untuk memberi maaf. Tidak ada saling mengungkit atau
menantang sesama mereka.
Ukhuwah juga melahirkan rasa kasih sayang, karena setiap kesalahan kawan ditegur dengan penuh
tanggung jawab dan kasih mesra. Tidak ada perkataan atau perbuatan yang dapat menyakitkan hati atau
memanaskan telinga. Bahkan teguran akan menambah perkenalan dan kesefahaman serta persaudarsan
antara mereka.
Dengan ukhuwah manusia juga akan senantiasa memelihara harga diri kawan serta rahasia kawan.
Karena mengasihi orang lain sebagaimana mengasihi dirinya maka setiap keburukan dan kelemahan
kawan dipelihara rapi agar tidak diketahui oleh orang lain. Dan sewaktu-waktu sengaja pula
menyebarkan kehebatan dan keistimewaan kawannya itu untuk meninggikan harga diri dan kehormatan
kawannya itu.
Demikianlah ukhuwah dapat membentuk pribadi bersih dan mulia. Juga dapat membersihkan segala
kejahatan penyakit hati, di samping menyapu bersih tindakan buruk yang mungkin diakibatkan dari
mazmumah itu. Dan kalau kejahatan sudah dapat dihapuskan, itulah saatnya kita akan menerima
kebahagiaan yang menjadi pendorong kita untuk terus berjuang.
Kekuatan asas yang ketiga ialah kesefahaman dan keselarasan antara anggota-anggota jemaah. Perkara-
perkara yang mesti mendapat rasa kesefahaman dan keselarasan, ialah:
1. MENEGAKKAN HUKUM
Anggota-anggota mesti sefaham dan selaras dalam menerima dan mengamalkan hukum. Hukum yang
wajib diterima sebagai wajib, maka sama-sama mengamalkannya. Yang sunat sama-sama diterima
sebagai sunat dan sama-sama mengamalkan. Perkara yang haram sama-sama diterima sebagai haram
dan sama-sama meninggalkan. Yang makruh dikatakan makruh, sama-sama pula ditinggalkan. Untuk
perkara-perkara mubah, sama-sama mengatakan mubah dan mencoba mengamalkan sebagai ibadah
pada ALLAH SWT.
Kalau terjadi dalam sebuah jemaah anggotanya tidak sefaham dan selaras dalam menegakkan hukum,
ada yang membuat perkara wajib ada yang tidak, ada yang membuat perkara sunat, ada yang tidak, ada
yang meninggalkan perkara haram ada yang tidak, ada yang meninggalkan perkara makruh ada yang
tidak, ada yang meninggalkan perkara syubhat ada yang tidak maka jemaah itu adalah jemaah lslam
yang lemah dan kusut sekali. Coba gambarkan satu suasana dalam sebuah jemaah di mana anggotanya
ada yang shalat, ada yang tidak, ada yang puasa, ada yang tidak, ada yang tutup aurat, ada yang tidak,
ada yang berjuang dan berjihad, ada yang tidak, ada yang meninggalkan riba, ada yang tidak, ada yang
menjalankan ekonomi Islam, ada yang tidak, ada yang berkorban, ada yang tidak.
Bukan saja jemaah itu tidak menjurus kepada Islam tapi juga sedang mendapatkan kemurkaan ALLAH.
Firman ALLAH :

Maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
Sangat besar kemurkaan di sisi ALLAH bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat
(lakukan)."
(As Saf: 2-3)
2. MEMAHAMI TUJUAN PERJUANGAN
Kita mesti sefaham dan selaras terhadap tujuan perjuangan. Tanpa kesefahaman tentang perkara itu,
jemaah kita akan pontang-panting dan riuh rendah. Contohnya begini:
Misalnya tujuan kita ialah ke Singapura. Jadi sepatutnya semua anggota memandang Singapura itu
Singapura dan sama-sama mengarah ke sana. Tapi kalau ada yang menganggap Bangkok itu Singapura
atau ada yang menganggap Kuala Lumpur itu Singapura, apa yang akan terjadi? Kalaulah semua
anggota berada dalam satu kapal, apakah kapal itu dapat sampai ke Singapura? Tentu tidak, ke mana
pun tidak. Singapura tidak, Bangkok tidak, Kuala Lumpur pun tidak. Sebab anggota-anggota asyik
bertengkar, berebut arah, maka bukan saja kapal dapat berjalan bahkan mungkin pecah sebelum sampai
ke mana-mana. Begitulah kusutnya keadaan jemaah kalau anggota-anggotanya tidak sefaham dan
selaras tentang tujuan perjuangan.
Tujuan perjuangan kita ialah menegakkan kalimah ALLAH dalam diri, keluarga, rumah tangga,
jemaah, kampung halaman, dalam masyarakat, dalam pergaulan, pendidikan, dakwah, ekonomi,
pengobatan, politik, dalam cara hidup harian, dalam kenduri, dalam pertanian dan peternakan. Dalam
ketentaraan, dalam perusahaan makanan dan pakaian dan lain-lain. Kalimah ALLAH ialah hukum-
hukum ALLAH (ahkamullah). Hukum ALLAH terbagi lima, yaitu wajib, haram (syubhat), sunat,
makruh dan mubah.
Jadi menegakkan kalimah ALLAH ialah menegakkan kelima hukum ALLAH dalam seluruh aspek
kehidupan kita. Yang wajib dan sunat dilaksanakan dan diperjuangkan, yang haram (syubhat) dan
makruh ditinggaIkan dan diperjuangkan, sedangkan yang mubah diusahakan menjadi ibadah pada
ALLAH SWT.
Jadi tujuan perjuangan kita ialah perjuangan menegakkan perkara-perkara yang wajib dan sunat dalam
diri, rumah tangga kita, dan jemaah kita. Juga berjuang untuk meninggalkan yang haram (syubhat) dan
makruh dalam diri, rumah tangga dan jemaah kita. Artinya jangan ada perkara haram dalam rumah
tangga dan jemaah kita. Dan berjuang untuk membuat perkara-perkara yang mubah sebagai ibadah
pada ALLAH SWT
Itulah tujuan perjuangan kita. Tiap anggota mesti memahami perkara itu dengan yakin dan praktis.
Jangan ada walau seorangpun dari kita yang mencoba mencari tujuan lain selain dari itu. Kalau terjadi
juga, itu tandanya dia bukan lagi anggota perjuangan. Orang yang mencari nama, harta, pangkat dan
kepentingan diri yang lain melalui perjuangan ini adalah musuh kita dan musuh ALLAH SWT. Firman
ALLAH :

Maksudnya: “Katakanlah jika ayah, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta
yang kamu miliki, perniagaan yang kamu takuti kerugiannya dan rumah yang kamu sayangi itu lebih
kamu cintai dari ALLAH dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah, ALLAH akan
mendatangkan siksa-Nya. Dan ALLAH tidak akan memberi petunjuk pada orang yang fasik. “
(At taubah : 24)
Untuk mencapai tujuan ini kita mesti menegakkan kalimah ALLAH dalam diri kita, anggota rumah kita
dan anggota jemaah kita. Itu adalah tindakan yang wajib. Jangan kita suruh orang lain menegakkannya
sebelum kita sendiri membuktikan bahwa kita dapat menegakkan kalimah ALLAH itu. Orang lain akan
mengikuti dan mentaati kita setelah kita laksanakan kata-kata kita, Insya-ALLAH.
3. MENILAI AMALAN LAHIR DAN BATIN
Kita wajib sefaham dan selaras dalam menilai amalan lahir dan amalan batin. Amalan lahir ialah
amalan yang dapat kelihatan dengan mata kasar, amalan batin ialah amalan hati yang tidak nampak
oleh mata kasar, tapi dapat dirasakan keberadaannya oleh masing-masing diri. Tentang amalan-amalan
itu kita mesti sefaham dan selaras. Kalau baik, sama-sama kita katakan baik, kalau buruk sama sama
kita katakan buruk. Jangan terjadi di kalangan kita ada yang mengatakan perkara-perkara buruk itu baik
dan yang baik itu buruk. Kalau begitu, artinya sudah terjadi pergeseran dan perpecahan dalam jemaah
kita. Tidak ada lagi kesefahaman dan keselarasan antara kita. Dan lemahlah kekuatan kita.
4. MELAKSANAKAN TEKNIK PERJUANGAN
Untuk mencapai satu tujuan, kita wajib memilih dan mentaati satu saja teknik perjuangan, di samping
alat-alat yang dapat mempercepat pencapaian tujuan tersebut. Misalnya kalau kita hendak ke
Singapura, maka teknik yang kita pilih ialah menyediakan kendaraan untuk membawa kita di samping
alat yang akan kita gunakan di sana. Kendaraan yang memungkinkan ialah mobil, bus, kereta api, kapal
terbang dan kapal laut. Jika tidak dengan kendaraan-kendaraan itu kita bukan saja susah untuk sampai
ke sana mungkin juga tidak sampai sama sekali. Misalnya kalau kita bersepeda atau jalan kaki,
alangkah susahnya dan lambatnya untuk sampai. Atau kalau kita naik pesawat jet, karena susahnya
untuk mendapatkan pesawat jet dari Kuala Lumpur ke Singapura, kita mungkin tidak sampai sama
sekali. Begitulah bahayanya kesalahan memilih teknik perjuangan. Kita mungkin tidak sampai ke
tujuan perjuangan yang diharapkan.
Jadi teknik perjuangan kita mesti sesuai dengan tujuan. Boleh sedikit berbeda karena berbeda suasana,
asal perbedaan itu jangan sampai menyeleweng dari tujuan perjuangan kita.
5. MENILAI ISU SEMASA
Apa saja tindak balas, pandangan, pertentangan luar terhadap perjuangan kita atau kejadian-kejadian
yang berkaitan dengan jemaah kita, mesti kita terima dan beri penilaian yang sama, sefaham dan
selaras. Kita tidak boleh berbeda dalam menilai dan memberi hukum pada suatu isu, sebab
memungkinkan tindakan kita yang berbeda dan berbahaya.
Kalau isu itu bentuknya haram, kita semua mesti mengatakan haram, kalau sunat kita katakan sunat dan
kalau wajib kita katakan wajib. Demikian juga kalau baik kita katakan baik, yang buruk kita katakan
buruk dan kalau bahaya kita katakan bahaya tapi kalau tidak bahaya, kita katakan tidak. Jangan terjadi
ketidaksefahaman di antara kita terhadap isu semasa. Ada yang berkata benar dan ada yang berkata
tidak, ada yang berkata batil ada yang berkata tidak. Itu sangat berbahaya, kita mungkin bersengketa
dan kekuatan kita akan rusak dan lemah kembali. Wal’iyazubillah.
6. MENILAI SESUATU IDEOLOGI (ISME)
Banyak sekali pertumbuhan ideologi terjadi dalam masyarakat manusia, seperti komunis, sosialis,
kapitalis dan nasionalis. Mereka semua adalah pejuang ideologi masing-masing. Perjuangan mereka
bahkan lebih besar dan lebih gigih lagi dari kita. Oleh itu kita mesti hati-hati dan punya satu pandangan
terhadap mereka supaya kita dapat menghadapi mereka dengan lebih bersedia. Ketahuilah bahwa selain
Al Quran dan Sunnah, ideologi lain adalah sesat dan ditolak.
Bersabda Rasulullah SAW:
"Bukan dari golongan kami orang-orang yang memperjuangkan bangsanya (nasionalisme). “

Kita mesti sefaham bahwa hanya Islam (bersumberkan Al Quran, Hadis, Ijma' ulama dan Qias) yang
benar dan diredhai ALLAH, yang menjamin keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Selain Islam
semuanya palsu, buatan otak manusia yang akan membuat manusia kocar-kacir sesamanya, dan yang
akan mengantar manusia ke neraka dunia dan akhirat. wal’iyazu billah.
Kita mesti yakin dengan Islam. Itu prinsip kita dan pegangan kita. Karenanya kita tetap akan
berjuang sekalipun yang tinggal hanya kita seorang.
7. MENILAI KAWAN ATAU LAWAN
Dalam perjuangan, mengenal kawan dan lawan adalah penting. Dan kita mesti sefaham terhadap
perkara penting itu. Jangan terjadi di kalangan kita ada yang menilai satu golongan itu kawan tapi ada
yang mengatakan lawan. Nanti akan terjadi dalam jemaah kita anggota yang bermusuhan dengan
kawan dan berbaikan dengan lawan, itu sangat berbahaya. Kita mengelakkan perkara itu. Untuk itu
ketahuilah bahwa siapa saja yang berjuang atau membantu perjuangan menegakkan kalimah ALLAH
adalah kawan kita. Dan siapa saja yang keluar dari maksud itu adalah musuh kita. Kepada kawan kita
mesti memberi kasih sayang dan simpati, kepada lawan hadapilah dengan bijaksana.
Firman ALLAH :

Maksudnya: “Serulah (semua manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah bijaksana dan pelajaran yang
baik serta berbahaslah dengan mereka dengan cara yang paling baik. “
(An Nahl : 125)
8. BERJUANG DAN BERKORBAN
Kita mesti sama-sama berjuang dan berkorban. Itu adalah tanggung jawab kita. Itu permintaan ALLAH
pada tiap-tiap orang Islam. Dan inilah sumbangan kita pada Islam agama kita. Berjuang dan
berkorbanlah dengan apa saja yang mampu, dengan tenaga kalau ada tenaga, dengan uang dan harta
kalau ada keduanya, dengan fikiran kalau ada fikiran, dengan ilmu pengetahuan kalau ada ilmu
pengetahuan. ALLAH melihat pengorbanan kita dan akan memberi ganjaran yang setimpal. Oleh itu
janganlah bimbang untuk berkorban. Jangan kita biarkan orang lain saja berkorban sedangkan kita
tidak.
Apa kita tidak iri hati nanti di akhirat bila sahabat kita diletakkan di singgasana tinggi dikelilingi
bidadari dalam syurga yang penuh kenikmatan karena pengorbanannya itu? Sedangkan kita karena
tidak kuat berjuang, berada dalam kedudukan yang rendah dan susah. Kalau begitu lebih baik
segerakan berjuang dan berkorban karena ALLAH. Mudah- mudahan kita mati sesudah kita sudah puas
berjihad fisabilillah.
ALLAH SWT berfirman :

“Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang berjuang pada jalan-Nya dalam satu barisan yang
tersusun kukuh. “
(As Saff : 4)
Apa yang dimaksudkan dengan kesefahaman dan keseragaman ialah tentang kesediaan bersama untuk
menerima dan mengamalkan hukum-hukum Islam. Kita maklum bahwa Islam telah mengkategorikan
semua perkara menjadi lima hukum yaitu wajib, sunat, haram, makruh dan harus. Apa saja yang kita
buat tidak akan keluar dari salah satu hukum tersebut. Kesefahaman antara kita hanya tercapai kalau
kita semua bersedia dan sanggup untuk menerima perkara yang wajib sebagai wajib, lalu sama-sama
diamalkan dan diperjuangkan. Yang sunat juga diterima sebagai sunat, lalu sama-sama berusaha untuk
mengamalkannya serta memperjuangkannya.
Tentang perkara yang haram, sama-sama pula menerima sebagai haram, sebab itu mesti ditolak serta
diperjuangkan agar tidak berlaku dalam masyarakat. Yang makruh pun sama-sama dikatakan makruh,
lalu coba ditinggalkan. Kemudian yang mubah kedudukannya sesuai selera. Hendak dibuat boleh, tidak
buat pun tidak apa-apa. Yang baik adalah menjadikannya sebagai ibadah pada ALLAH SWT (dengan
menempuh lima syarat yang sudah dibahas sebelumnya). Untuk lebih detail saya uraikan beberapa
contoh:
1. Shalat, puasa, menutup aurat, belajar fardhu ain, melakukan mujahadatunnafsi, menghubungkan
silaturrahim, sabar, baik sangka, tawakal dan berkasih sayang adalah perkara-perkara yang diwajibkan
untuk kita. Artinya kita wajib melakukan perintah itu. Anggota-anggota yang sefaham ialah anggota-
anggota yang menerima perkara wajib tersebut sebagai wajib lalu sama-sama berusaha mengamalkan
serta memperjuangankannya. Dari situ lahirlah sikap 'seragam' dalam tindakan lahiriah seperti ibadah,
pakaian, cara menghadapi ujian, teknik perjuangan dan lain-lain.
Kalau anggota dalam suatu jemaah tidak menunjukkan kesefahaman terhadap perkara wajib, yakni ada
yang buat, ada yang tidak, ada yang shalat, ada yang tidak, ada yang tutup aurat, ada yang tidak, ada
yang baik sangka dan ada yang jahat sangka, ada yang berusaha melawan hawa nafsu ada yang tidak,
itu maknanya anggota-anggota jemaah itu belum sefaham dan tidak seragam dalam tindakan. Jemaah
itu walaupun banyak anggotanya tapi merupakan sebuah jemaah yang lemah.
2. Bersugi, memakai serban, memberi salam, pakaian warna putih dan hijau, shalat witir, dhuha, puasa
tiap hari Senin dan Kamis, makan daging seminggu sekali dan menikah adalah perkara-perkara yang
sunat hukumnya, artinya elok dibuat. Sepatutnya tiap-tiap anggota yang sefaham ialah yang sama-sama
berusaha melakukan semua perkara sunat. Anggota yang faham dan sefaham tidak menganggap kecil
perkara-perkara sunat. Mereka sama-sama berusaha untuk mengamalkan dan memperjuangkannya ke
tengah masyarakat.
3. Riba, narkotika, korupsi, pergaulan bebas, menipu, mubazir, hasad dengki, memfitnah, pecah-belah,
lari dari jemaah Islam, durhaka pada ibu bapak dan guru, mengikuti hawa nafsu adalah perkara-perkara
yang haram. Karena itu tiap orang mesti meninggalkannya. Anggota-anggota dalam satu jemaah Islam
mesti berusaha untuk meninggalkannya, barulah mereka dapat membina jemaah yang anggota-
anggotanya sefaham dan seragam. Barulah jemaah itu akan menjadi penegak kalimah ALLAH dan
berjuang untuk itu. Kalau anggota jemaah Islam tidak menolak segala yang haram, sebaliknya masih
senang mengamalkannya, itu tandanya jemaah itu tidak mempunyai anggota-anggota yang sefaham dan
seragam. Itu memungkinkan jemaah itu lemah dan tidak berkesan.
4. Rokok adalah makruh, artinya sebaiknya ditinggalkan dan kita patut berusaha meninggalkannya.
Semua anggota mesti sama-sama meninggalkannya. Anggota-anggota tidak patut mempertikaikan lagi
apakah patut ditinggalkan atau tidak. Kita patut sefaham bahwa yang makruh itu tidak baik dibuat,
maka tidak usah dibuat. Hanya dengan bersikap begitu kita dapat mempertahankan hukum ALLAH itu
tetap terpelihara. Dan dengan itu baru jemaah Islam terpelihara dan bertenaga ke arah memperjuangkan
kalimah ALLAH.
5. Makan, minum, tidur, istirahat adalah perkara-perkara yang harus hukumnya. Tapi dapat dijadikan
ibadah pada ALLAH kalau dengan memenuhi 5 syarat:
1. Niat betul.
2. Perkara yang dibuat sah mengikuti syariat.
3. Pelaksanaan mesti mengikuti syariat.
4. Natijah mesti betul.
5. Tidak meninggalkan ibadah-ibadah asas.
Satu perkara lagi yang patut difahami oleh anggota-anggota dalam jemaah Islam ialah tentang cara
menilai kawan dan lawan. Bukan semua orang kawan kita dan bukan semua orang lawan kita. Panduan
kita ialah Al Quran. Al Quran memuliakan orang-orang beriman dan memusuhi golongan kafir dan
munafik. Karena itu, orang beriman semuanya adalah sahabat kita. Dan selain orang beriman bukan
sahabat kita. Jadi kita mesti menghadapi mereka secara paling bijaksana.

Maksudnya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmahdan pelajaran yang baik serta
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
pertunjuk. “
(An Nahl:125)
Itulah secara ringkas konsep kesefahaman dan keseragaman yang dituntut oleh periuangan Islam.
Yakni sefaham dalam menerima dan mengamalkan serta memperjuangkan hukum-hukum ALLAH.
Kalau dalam sebuah partai atau jemaah Islam, konsep itu dapat dilaksanakan secara beramai-ramai dan
berkelanjutan, maknanya jemaah itu mempunyai anggota-anggota yang sefaham dan itulah asas
kekuatan jemaah itu.
Sebaliknya kalau dalam sebuah partai atau jemaah Islam, anggota-anggotanya tidak sefaham terhadap
hukum-hukum ALLAH, ada yang tidak shalat, ada yang tidak tutup aurat, ada yang terlibat dengan
riba, pergaulan bebas dan masih merokok, itu maknanya anggota-anggota jemaah itu belum sefaham
dan tidak seragam. Kalau begitu jemaah itu masih lemah dan gagal untuk menegakkan kalimah
ALLAH di kalangan sesama anggota. Dalam keadaan itu kalaupun anggota sudah ramai tapi belum
menjamin ketahanan perjuangan karena asas kekuatan perjuangan sesudah iman dan ukhuwah ialah
kesefahaman dan keseragaman anggota-anggota dalam jemaah itu.
Coba gambarkan sejenak bagaimana bentuk dan suasana satu barisan tentara yang siap sedia untuk
berjuang. Mereka terdiri dari manusia-manusia yang mempunyai kesefahaman serta keseragaman lahir
dan batin. Bertolak dari akidah, ibadah, akhlak, cita-cita dan tujuan yang satu, mereka maju ke medan
perjuangan dengan langkah dan gerakan serta pakaian yang seragam. Mereka membangun benteng
pertahanan yang kukuh, melalui rasa kesefahaman dan keseragaman yang dapat mereka buktikan.
Itulah tentara ALLAH. Tentara yang terdiri dari pemimpin dan pengikut yang tahu dan mau
menjalankan tugas masing-masing. Tentara yang anggota-anggotanya mempunyai iman dan ukhuwah
yang kuat. Juga mempunyai kefahaman, kejiwaan serta tindakan yang selaras dan satu tujuan. Tentara
yang anggotanya mempunyai kesediaan dan kesanggupan untuk berkorban (sesuai kemampuan) demi
menjayakan cita-cita perjuangan. Sikap itulah yang kita maksudkan mampu menjadi tapak perjuangan.
Tapak yang kuat dapat pula menguatkan perjuangan.
Itulah tiga sumber kekuatan yang asas bagi sebuah jemaah. Tanpa jemaah akan mudah hancur. Perkara-
perkara lain seperti uang ringgit, tenaga, kemahiran, kepandaian dan lain-lain hanyalah berupa
kekuatan tambahan, yang hanya akan berfungsi bila kekuatan yang asasi itu telah ada. Jika kekuatan
yang asasi itu tidak ada, uang dan jumlah anggota yang banyak hanya akan menambah kocar-kacir
keadaan. Ilmu pengetahuan dan kepandaian anggota juga tidak penting lagi. Kalau kekuatan iman dan
ukhuwah tidak ada, semakin banyak orang yang pandai semakin cepat perpecahan dan persengketaan
terjadi sebagaimana firman ALLAH :

Maksudnya: “Kamu lihat mereka itu bersatu padu, tetapi hati mereka berpecah-belah.”
(Al Hasyr : 14)
Dan Nabi SAW bersabda :
Maksudnya: “Hampir tiba masanya bahwa kamu akan diserbu oleh bangsa-bangsa lain (musuh-musuh
kamu) sebagaimana orang-orang menghadapi hidangan di dalam jamuan. Seorang sahabat bertanya,
"Apakah karena ketika itu jumlah kami sedikit". Rasulullah.SAW menjawab, "Bahkan jumlah kamu di
waktu itu banyak, tapi kamu tak ubahnya seperti buih-buih di permukaan air sewaktu musim banjir.
ALLAH akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh-musuh kamu dan sebaliknya dimasukkan ke
dalam hati kamu penyakit 'AL WAHAN' ". Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah SAW apakah Al
Wahan itu ?"Jawab Rasulullah SAW, "ialah cinta dunia dan takut menghadapi maut. “
(Hadis riwayat Abu Daud daripada Sauban)
Karena itu demi kekuatan jemaah kita, semua anggota baik dari peringkat pemimpin hingga pengikut
mesti menyiapkan diri dengan kekuatan iman, ukhuwah dan keselarasan dalam mengisi motif
perjuangan.

Bab 8
Tujuan Perjuangan

Setelah tapak-tapak perjuangan dibina kukuh, barulah layak dan dapat kita mengayunkan langkah
menuju tujuan perjuangan yang sebenarnya. Maknanya dengan tiga kekuatan asas tadi yaitu iman,
ukhuwah dan kesamaan, keseragaman, barulah perjuangan dapat dimulai. Tujuan yang menjadi cita-
cita perjuangan Islam ialah :
1. Menegakkan kebaikan-kebaikan (Ma’rufat)
Segala bentuk kebaikan yang dianjurkan Islam akan kita tegakkan dalam jemaah kita dan masyarakat
manusia seluruhnya sesuai dengan lima hukum untuk keredhaan ALLAH. Itulah perjuangan kita.
Kebaikan-kebaikan itu secara umum terbagi menjadi dua yaitu:
i) Hablumminallah
ii) Hablumminannas.
Kedua bagian itu dikategorikan pada beberapa peringkat hukum, yaitu fardhu ‘ain, fardhu kifayah,
sunat muakkad, sunat ghairi muakkad.
Apa saja aspek hidup seperti akidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, dakwah, tarbiah, iktisad, siasah dan
daulah Islamiah semuanya akan kita perjuangkan sebagaimana yang dikehendaki ALLAH dan Rasul-
Nya. Corak kehidupan jahiliah dan yang tidak Islami akan kita ganti dengan kehidupan yang lebih
mulia dan Islami.
2. Menghapuskan kejahatan (Mungkar)
Bentuk kejahatan apapun, mungkar dan maksiat menurut nilai Islam akan kita hapuskan dari jemaah
kita dan masyarakat manusia seluruhnya. Kejahatan-kejahatan itu berbagai bentuknya. Secara ringkas
dapat dikategorikan kepada hukum haram dan makruh.
Kejahatan manusia terhadap ALLAH dan terhadap sesama makhluk dalam aspek-aspek akidah, ibadah,
akhlak, tarbiah, iktisad, masyarakat, siasah dan lain-lain baik haram atau makruh adalah musuh kita
yang wajib kita hapuskan dari masyarakat kita.
3. Melawan musuh
Kejayaan perjuangan kita sangat tergantung pada kemampuan kita berhadapan dan berlawanan dengan
musuh. Oleh itu sangat penting bagi kita bersedia untuk menghadapi kejahatan musuh-musuh kita. Kita
mesti menyelidiki taktik dan gerakan musuh supaya kita dapat mengelakkan kemungkinan bahaya,
bahkan kalau perlu kita bertindak balas. Tugas itu penting dan berat. Kalau kita lalai berarti kita lemah
dan kalah. Tapi kalau kita senantiasa bersedia dan berjaga-jaga, itulah pintu-pintu kejayaan perjuangan
kita.
Musuh kita yang utama dan cukup berbahaya ialah syaitan dan hawa nafsu kita sendiri.
Firman ALLAH SWT :

“Sesungguhnya syaitan itu bagi kamu adalah musuh yang sangat nyata. “
(Al A’raf : 22)
“Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan.”
(Yusuf : 53)
Musuh-musuh lain ialah orang-orang kafir (komunis, Yahudi, Majusi dan Kristen) dan orang-orang
munafik. Musuh-musuh kita ini sebagaimana yang ALLAH nyatakan, tidak pernah jemu berjuang
untuk mengalahkan umat Islam. Firman ALLAH:

“Tidak akan redha akan Yahudi dan Nasrani selagi kamu tidak mengikuti mereka.”
(Al Baqarah : 120)
Kalau kita tidak melawan mereka berarti kita sudah dikuasai mereka. Dan kalau kita melawan atau
berniat untuk melawan, maka ketahuilah bahwa kita sedang berhadapan dengan musuh yang kuat dan
cukup bersedia. Karena itu mesti menggandakan kekuatan dan kelincahan perjuangan kita, sesuai
dengan cara-cara perjuangan Rasulullah. Semoga berkat kebenarannya dan dengan pertolongan
ALLAH, kita dapat mematahkan niat dan rencana jahat musuh kita dan musuh ALLAH itu.
Menyediakan tapak-tapak perjuangan yaitu iman, ukhuwah dan keselarasan untuk tujuan menegakkan
ma’rufat (kebaikan), menghapus kemungkarab dan melawan musuh, kalau dapat dilaksanakan
seluruhnya secara terperinci sebagaimana yang dikehendak Islam, itulah IBADAH dalam Islam (yakni
amal soleh, pengabdian, penyerahan dan TAKWA kepada ALLAH SWT), atau itulah kebaikan.
Artinya seorang manusia yang dapat melaksanakan semua perkara-perkara yang disebutkan di atas,
adalah orang telah sempurna ibadahnya menurut pandangan Islam. Manusia itulah yang dapat
memahami dan mempraktekkan lslam secara keseluruhan. Manusia itulah yang dapat hidup dengan
berjaya, merdeka dan bahagia. Dan untuk merekalah syurga itu ALLAH siapkan. Manusia yang
menjadikan seluruh hidupnya untuk ibadah atau berbakti pada ALLAH sebagaimana yang ALLAH
kehendaki. Firman-Nya:

“Tidaklah aku jadikan jin dan manusia itu melainkan untuk berbakti menyembah Aku. “
(Az-Zaariyat : 56)
Adapun tujuan akhir dari ibadah itu ialah untuk memperoleh buahnya, yakni akhlak. Sama seperti kita
menanam pohon, tujuan akhirnya ialah untuk mendapatkan buahnya. Sia-sia sajalah kalau kita
menanam pohon tapi tidak berbuah. Begitu jugalah sia-sia ibadah yang kita lakukan kalau tidak
memberi hasil yang sepatutnya yakni akhlak. Orang yang nampaknya sudah beribadah tapi tidak
berakhlak sebenarnya sama saja dengan orang yang tidak melakukan ibadah. Sebab ibadahnya tidak
membuahkan hasil, maka dia tidak memperoleh faedah atau keuntungan apa-apa dari kerjanya itu.
Sebaliknya ia akan mengalami kerugian di dunia dan di akhirat. Di dunia akan hidup gelisah dan
sengsara, di akhirat disiksa dalam api neraka.
Dari itu perlu diambil perhatian tentang bagaimana ibadah dapat membentuk akhlak. Supaya dapat
diusahakan agar tiap-tiap ibadah membuahkan akhlak. Akhlak yang baik adalah sumber kebahagian di
dunia dan di akhirat. Di dunia dapat menikmati ketenangan dan kebahagian, di akhirat dapat mengecap
nikmat syurga yang abadi.
Adapun akhlak yang baik menurut ukuran Islam terbagi dua:
1. Akhlak pada ALLAH.
2. Akhlak pada makhluk khususnya manusia.
Bentuk-bentuk akhlak dengan ALLAH di antaranya ialah:
1. Sabar atas kesusahan yang ALLAH timpakan. Kesusahan itu mungkin berbentuk sakit, miskin,
kematian orang yang dikasihi, bencana seperti kebakaran, banjir, angin topan atau kemarau dan lain-
lain.
Semua itu adalah takdir yang mustahil dapat kita elakkan. ALLAH rasakan pada kita sebagai ujian
hidup yang tidak boleh tidak mesti kita hadapi. Maka hendaklah kita menerima dengan sabar.
2. Redha dengan ketentuan ALLAH. Kita semua berharap untuk menjadi senang, pandai, cantik,
berjaya dan bermacam-macam kesenangan hidup, tapi tidak selalu dapat dicapai. Itulah kehendak
ALLAH. Dia berbuat mengikuti kehendak-Nya. Maka hendaklah kita redha dengan pemberian dari Zat
yang maha bijaksana itu.
3. Tawakal pada ALLAH. Sebenarnya kerja dan usaha atau ikhtiar kita bukanlah penentu kejayaan
yang kita harapkan. ALLAH memerintahkan kita berusaha atau berikhtiar hanya sebagai jalan atau
sebab untuk mencapai kejayaan. Yang menentukan jaya atau gagalnya ialah kuasa dan kehendak
ALLAH. Sebab itu usaha dan ikhtiar kita mestilah diiringi dengan rasa tawakal atau menyerahkannya
pada ALLAH tanpa ragu dan bimbang.
4. Baik sangka dengan ALLAH. Sudah diketahui bahwa nasib apa saja yang menimpa kita atau orang
lain adalah pemberian ALLAH. Buruk atau baik semuanya takdir dari ALLAH. Kita sebagai hamba
yang lemah dan bodoh mesti menerima baik setiap yang ditakdirkan dan berbaik sangka dengan
ALLAH bahwa ALLAH yang Maha Bijaksana itu, mustahil akan melakukan sesuatu yang tidak
berguna (sia-sia) atau merugikan hambanya. Bukanlah sifat ALLAH suka menyiksa hamba ciptaan-
Nya. Ia cuma menguji dan mengajar hamba-Nya.
Kalau kita mempunyai sangka jahat pada ALLAH, itu adalah dosa besar, sebagaimana firman-Nya :

“Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.“


(Al-Hujurat : 12)
5. Malu dengan ALLAH. Kalau kita melakukan satu kesalahan dan kesalahan itu kelihatan oleh orang
lain, akan timbul rasa malu dan kesal di hati kita. Begitulah sepatutnya perasaan kita dengan ALLAH.
Kita malu pada ALLAH untuk membuat dosa dan kesalahan, sebab ALLAH senantiasa melihat dan
memperhatikan setiap pekerjaan yang kita lakukan. Dan kalau tanpa sengaja membuat dosa hendaklah
timbul rasa kesal yang teramat dalam dan malu yang sebenarnya di samping segera bertobat, memohon
ampun pada ALLAH SWT.
6. Syukur pada nikmat pemberian ALLAH. Setiap kali kita mendapat kejayaan, keuntungan dan nikmat
hidup apapun hendaklah kita rasa bahwa itu adalah pemberian ALLAH, bukan buatan kita sendiri. Oleh
karena itu berterima kasih atau bersyukurlah pada ALLAH. Dan banyakkanlah sembah sujud, tasbih
dan tahmid kita padanya serta menggunakan nikmat itu sebagai alat untuk lebih berbakti dan bertakwa
padanya. Jangan sayang untuk mengorbankan sedikit dari nikmat itu untuk agama, mesjid, rumah
ibadah, pengajian atau fakir miskin.
7. Takut pada ALLAH. Semua manusia mempunyai rasa takut. Takut pada segala hal yang berbahaya
dan mengancam keselamatan dirinya. Bagi orang yang berakhlak dengan ALLAH, dia hanya takut
pada ALLAH, sebab hanya ALLAH yang dapat menentukan nasib dirinya. Sedangkan yang lain,
walaupun sekuat dan sehebat apapun, adalah makhluk ALLAH yang tidak memiliki kebolehan dan
kekuasaan apa-apa kalau tidak dengan izin ALLAH. Dengan keyakinan itu manusia tidak pernah gentar
untuk memperjuangkan hukum-hukum ALLAH. Tidak takut pada ancaman, cemoohan, fitnah dan
penghinaan dari manusia. Dia hanya takut pada ancaman ALLAH atau penghinaan dan hukuman dari
ALLAH.
8. Rendah diri, merasa diri hina, dan lemah. Yang kuat dan hebat ialah ALLAH.
9. Rasa qana’ah, merasa cukup dan memadai dengan apa yang ada. Itulah salah satu bentuk-bentuk
akhlak dari manusia kepada ALLAH. Akhlak itu terpancar dari hati yang beriman dan kuat beribadah
pada ALLAH. Akhlak adalah tanda menunjukkan pribadi seseorang. Tanpa akhlak itu manusia
dikatakan biadab dengan ALLAH. Atau dengan kata lain manusia itu telah kurang ajar dengan
ALLAH. Alangkah hinanya seseorang yang mendapat gelar itu.
Akhlak sesama manusia.
Islam tidak saja mengatur hubungan seorang hamba dengan Khaliknya, tapi juga telah menyusun satu
bentuk hubungan sesama manusia yang bertujuan supaya manusia hidup aman damai dan saling
membahagiakan. Seorang Islam yang lalai menunaikan tanggung jawab terhadap saudara seIslam akan
menerima penghinaan ALLAH dari dunia hingga ke akhirat. Sekalipun banyak ibadahnya atau kuat
hubungannya dengan ALLAH, tapi selagi hubungan dengan manusia masih pincang, selama itulah dia
berada dalam kemurkaan dan kebencian ALLAH. Ibadahnya akan tertolak dan dia akan tersiksa di
dunia dan di akhirat. Ini adalah karena ibadahnya tidak berbuah, yakni tidak menghasilkan akhlak yang
sepatutnya. Bentuk-bentuk akhlak manusia terhadap ALLAH telah saya uraikan, maka sekarang kita
lihat pula apakah bentuk akhlak sesama manusia.
1. Pemurah
Hak apapun yang ada pada kita baik ilmu, harga, tenaga, fikiran, masa dan lain-lain yang telah ALLAH
pinjamkan menjadi milik kita, janganlah kita kumpulkan untuk kegunaan dan kepentingan kita saja.
Ada orang lain, khususnya orang mukmin, sedang berada dalam kekurangan atau sangat memerlukan
pertolongan kita, maka korbankanlah sebagian hak kita itu untuk mereka, mudah-mudahan ALLAH
menggantikan yang lebih baik dari apa yang dikorbankan itu.
2. Meminta maaf
Sebagai manusia yang lemah, mustahil kita tidak pernah bersalah. Jadi sangat patut kita sadari
kekurangan kita serta bersedia untuk meminta maaf bila kita bersalah pada siapa saja.
3. Merendahkan diri
Setiap keistimewaan yang ALLAH anugerahkan pada seorang manusia, selalu menjadi sebab orang itu
merasa tinggi diri, sombong dan dengki sesamanya. Agar perasaan itu tidak menguasai hati kita
hendaklah kita senantiasa insaf bahwa semua manusia adalah hamba-hamba ALLAH. ALLAH jadikan
pada tiap diri kelebihan dan kekurangan. Jadi tidak ada sebab seseorang itu merasa lebih dari yang lain.
Maka untuk apa meninggikan diri ?
4. Memberi maaf
Di waktu orang lain bersalah dengan kita, perlu kita insaf bahwa kita juga banyak bersalah dengan
orang lain. Sebagaimana kita mengharapkan kemaafan, maka begitulah orang, mengharapkan maaf dari
kita. Oleh itu jangan sombong untuk memaafkan orang yang bersalah pada kita. Firman ALLAH SWT:

"..... orang mukmin itu, memberi kemajuan pada manusia..."


(Ali Imran : 134)
5. Lemah lembut
Dalam pergaulan sehari-hari walau siapapun manusia yang kita hadapi, mestilah dengan cara yang
sebaik-baiknya. Jangan sombong, bengis, kasar dan terlalu serius. Terjalinnya hubungan persaudaraan
sesama manusia bermula dari kemesraan yang datang dari kedua belah pihak. Dan keretakan dari
hubungan itu adalah karena sebaliknya.
6. Tenggang rasa (lapang dada)
Apabila berhadapan antara dua keinginan yang berbeda, orang yang berakhlak dapat bertenggang rasa
dan lapang dada, yakni sanggup mengorbankan keinginannya (selagi tidak melanggar syariat) untuk
mendahulukan kehendak lawan. Dia rela, sekalipun kepentingan dan kebijaksanaannya tergugat.
7. Ramah mesra
Kasihilah orang lain sebagaimana kita mengasihi diri kita. Maka hendaklah bersikap ramah dan mesra
yang sebenarnya dengan siapa saja.
Itulah akhlak penting yang sepatutnya lahir dari ibadah kita, Memang semuanya agak berat dan susah
untuk diperoleh. Tapi dengan iman yang sempurna, ibadah yang benar dan khusyuk, maka akhlak itu
akan lahir dengan sendirinya. Laksana pohon, kalau cukup subur dan cukup matang, maka bunganya
akan lahir dengan sendirinya.
Akhlak laksana bunga yang dapat menawan hati siapa saja yang memandangnya. Bukan saja ALLAH
dan Rasul serta orang mukmin, orang jahat bahkan orang kafir pun turut memuji akhlak yang baik. Itu
adalah karena fitrah manusia senang dengan kebaikan. Sebab itu tidak heran telah terjadi di dalam
sejarah bagaimana akhlak yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW telah menarik ribuan Musyrikin
Mekkah masuk ke dalam Islam. Orang kafir itu menjadi malu dan terharu dengan kebaikan akhlak
Rasulullah hingga mereka yakin dengan kebenaran, lalu memeluk Islam. Satu contoh saya sebutkan di
sini sebagai bukti bahwa akhlak adalah daya tarik yang dapat melembutkan kekerasan dan kejahatan
manusia sekaligus menariknya kepada kebenaran.
Sewaktu Rasulullah mula-mula melancarkan dakwahnya di Mekkah, banyaklah orang-orang yang
menentangnya. Di antara mereka itu ialah seorang perempuan tua yang tinggal dengan Rasulullah.
Setiap pagi ketika Rasulullah keluar untuk berdakwah, perempuan itu meletakkan duri dan najis di
jalan yang dilalui oleh baginda Rasulullah. Begitulah penghinaan yang diberikan. Terpaksa Rasulullah
berjingkat dan menyusup di celah-celah kotoran dan bahaya di jalan itu. Setiap pagi kesulitan itulah
yang mula-mula baginda hadapi. Tapi Rasulullah tabah dan membiarkan hal itu terjadi sekian lama.
Suatu pagi Baginda terkejut, duri-duri itu tidak ada dan jalan yang biasanya kotor, nampaknya bersih.
“Kemana perempuan itu?”, terdetik pertanyaan di hati Baginda. Karena ingin tahu Baginda sengaja
menghampiri rumah perempuan itu. Kedengaran oleh Baginda suara orang mengerang kesakitan.
Ketika mengintai ke dalam dan melihat perempuan itu terlantar sakit, Baginda masuk menghampiri
perempuan tua itu dan bertanya, “Nenek sakit?”
Mendengar suara orang perempuan tua itu membuka matanya dan alangkah terperanjatnya dia bila
dilihatnya orang itu ialah orang yang paling dibencinya selama ini. Dengan gemetar dia berkata,
“Engkau datang ya Muhammad? Akan engkau apakan aku yang telah terlalu banyak menyusahkan
engkau?” Rasulullah tersenyum dan menjawab, “Saya hendak menolong mengobati nenek.” Mengalir
air mata orang tua itu dan waktu itulah kejahatan hatinya lenyap. “Ada rupanya di dunia ini orang
sebaik engkau Muhammad, engkau balas kejahatan aku dengan kebaikan yang besar. Sesungguhoya
engkau benar. Dan mulai detik ini aku beriman dengan apa yang engkau bawa.”
Rasulullah pun mengajar perempuan tua itu mengucap kalimah syahadat. Maka Islam lah seorang
manusia melalui kebaikan akhlak Rasulullah. ALLAH SWT pun turut memuji Baginda dengan firman-
Nya :

“Sesungguhnya engkau ya Muhammad mempunyai akhlak yang agung “


(Al Qalam : 4)
Sebaliknya seorang yang tidak berakhIak bukan saja dibenci manusia, ALLAH dan Rasul pun turut
menghina dan menolak semua amalannya. Hal itu dapat kita fahami dari satu riwayat dari Imam
Ahmad dan Al hakim, maksudnya:
“Bagaimana pendapat engkau ya Rasulullah tentang seorang perempuan yang kuat ibadahuya. Malam
bersembahyang tahajjud dan siang berpuasa sunat, tapi ia selalu menyakiti hati tetangganya dengan
lidahnya? Rasulullah menjawab, "Tidak ada lagi kebaikan pada perempuan itu. Dan dia adalah ahli
neraka.”
(Riwayat Imam Ahmad da Al Hakim)
Itu menunjukkan bahwa amal ibadah seseorang yang tidak berakhlak tidak diterima oleh ALLAH. Apa
artinya ibadah yang banyak kalau tidak membentuk akhlak. Apa artinya tunduk, rukuk dan sujud pada
ALLAH kalau masih melanggar perintah ALLAH? Apa artinya pengakuan taat setia dan pengabdian
pada ALLAH kalau masih mendurhakai ALLAH. Sebenarnya orang seperti itu bukan beribadah tapi
menipu. Dan yang ditipu bukan ALLAH tapi dirinya sendiri.
Ibadah dalam arti yang luas (yang telah saya takrifkan sebelum ini) kalau dapat ditegakkan sepenuhnya
hingga menghasilkan buah akhlak yang mulia lagi bersih, maka itulah amalan yang sebaik-baiknya.
ALLAH SWT mengistiharkan ini dengan firman-Nya :

“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk faedah umat manusia karena kamu menyuruh
berbuat segala yang baik dan melarang dari segala yang salah, serta kamu beriman pada ALLAH
dengan iman yang sebenar-benarnya. “
(Ali Imran : 110)
Ayat itu ALLAH tujukan kepada umat sezaman Rasulullah SAW yang telah melaksanakan perintah
ALLAH dengan jayanya. Juga ditujukan pada umat Islam yang mau dan sanggup melakukan amar
makruf nahi mungkar secara menyeluruh dan sempurna, umat yang dapat menjadi contoh dan ikutan
bagi seluruh manusia.
Kita, umat yang sedang berjuang, sepatutnya mencoba untuk menunaikan tugas dan tuntutan itu,
sebagaimana yang dikehendaki ALLAH dan Rasul-Nya. Itulah tugas yang mesti kita tunaikan
sepenuhnya sebelum hidup di dunia ini tamat dan berakhir.

Bab 9
Penghalang-penghalang GErakan

Dalam melicinkan gerakan, kita mesti mengenal apa rintangan atau halangan yang dapat melemahkan
atau mematikan gerakan kita. Kalau rintangan itu ialah jurang yang dalam, dapatlah kita turuni. Kalau
berupa gunung yang tinggi, dapat pula kita mendaki. Dan kalau berupa lautan yang luas, mesti kita
seberangi. Itulah tujuan kita mengenal penghalang-penghalang gerakan kita. Kalau tidak kenal, kita
laksana orang buta yang kegelapan, meraba-raba bila berjalan, kadang menabrak pagar, terjatuh ke
sungai, terinjak duri dan berbagai kesulitan yang kesemuanya membawa bahaya pada dirinya. Pejuang-
pejuang yang tidak mengenal apa dan siapa musuh yang menanti di hadapan, akan mudah ditipu dan
dipermainkan.
Bahkan perjuangannya pun mungkin kandas dan mati di tengah jalan, baik ia sadar atau tidak. Dari itu
mari sama-sama kita kaji dan teliti apa dan siapa penghalang kita. Dari situ nanti kita akan sama-sama
waspada. Penentang-penentang kepada perjuangan Islam di antaranya ialah:

1. Orang kafir
Itu jelas sebagaimana firman ALLAH:

“Tidak akan redha orang-orang Yahudi dan Nasrani sehingga kamu (Muhammad) mengikuti agama
mereka.“

Oleh itu kita mesti berjaga-jaga. Di samping kita boikot sikap dan apapun cara hidup mereka, kita
mesti mengawasi juga kemungkinan adanya serangan dari depan atau belakang yang dilakukan pada
kita.
2. Partai-partai politik
Partai-partai politik mungkin saja menghalangi gerakan kita. Barangkali karena dasar perjuangan kita
tidak sama dengan dasar perjuangan mereka, yang membawa perbedaan tindakan dan matlamat
perjuangan, atau mungkin juga karena salah satu partai menyangka kita mendukung partai lawan, maka
terpaksa ia memusuhi kita walaupun bukan dasarnya untuk menentang kita.
3. Faham syahsiah atau kepentingan diri
Itu adalah perseorangan yang memiliki kedudukan dan pengaruh di tengah masyarakat. Kadang-kadang
karena kekayaan, kepandaian, jawatan atau karena keturunan, dia berjuang mempertahankan nama dan
kepentingan diri. Karena bimbang kalau-kalau kita dapat memikat hati rakyat melalui Islam yang kita
perjuangkan yang akan menjatuhkan namanya serta membunuh kepentingannya, maka dia berusaha
menghalangi kita.
4. Aliran-aliran Mazhab yang anti Islam
Baik berbentuk agama atau tidak seperti sosialisme, nasiolisme, kapitalisme, komunisme, qadiani,
bahai dan lain-lain
Semua mazhab-mazhab itu berjuang mencari pengaruh di tengah masyarakat. Karena bimbang
kebenaran Islam mengambil alih kepalsuan yang mereka canangkan maka mereka sanggup berusaha
dengan cara apa saja untuk menyekat kemajuan kita.
5. Perusahaan (pemodal) asing
Mereka menanam modal dengan membuka pabrik. Pemuda-pemudi menjadi pekerjanya dan menjadi
alat-alat yang menjayakan program mereka. Mereka bimbang gerakan Islam akan mengganggu
kebebasan dan keruntuhan moral yang mereka perjuangkan, maka mereka berusaha menyekat kita.
Berbagai hasutan dan fitnah yang mereka reka untuk maksud itu.

6. Faham ekonomi riba


Banyak manusia hari ini berkeyakinan bahwa sistem ekonomi riba (bunga) dapat membantu
mempercepat kemajuan ekonomi, sebab itu mereka mendukung, membantu bahkan memperjuangkan
sistem ini.
Sebab itu bila kita canangkan sistem ekonomi Islam, yang secara terus terang dan tegas menentang
riba, maka mereka akan bertindak menghalang kita.
7. Kebudayaan kuning dan liar
Hampir semua umat manusia kini menerima dan mengamalkan budaya kuning dari barat. Sebagiannya
juga sengaja menganjurkan dan membesarkan sistem hidup jahiliah itu. Mereka senang bahkan bangga
dengan pergaulan bebas lelaki perempuan, pakaian separuh bugil, blue film, pelacuran, perjudian dan
penjajaan sex serta berbagai hal lainnya. Bila mereka itu berhadapan dengan Islam yang menentang
semua kejahatan dan keruntuhan akhlak, mereka akan berusaha menentang untuk menghancurkan
gerakan kita.
8. Undang-undang buatan manusia
Kebanyakan undang-undang yang dilaksanakan di mahkamah kehakiman kita hari ini adalah undang-
undang yang diciptakan oleh manusia. Cara-cara pengadilan dan bentuk-bentuk hukuman yang
dijalankan tergantung pada kelas dan derajat manusia. Si lemah menjadi makanan si kuat dan si bodoh
menjadi mainan si pintar. Keadilan menurut definisi yang sebenarnya tidak wujud lagi. Undang-
undangTuhan tidak mendapat tempat sama sekali. Kalaupun ada sudah diubah dan dirusak. Mereka
menganggap petunjuk Al Quran dan sunnah itu sudah lapuk, tidak sesuai dan ketinggalan zaman.
Sebab itu bila mereka dapati kita memperjuangkan undang-undang Islam maka mereka akan bangun
menentang kita.
9. Faham tidak bertuhan
Itulah penentang utama kita, yaitu komunis. Mereka mau menguasai dunia, mau meyakinkan seluruh
manusia bahwa Tuhan tidak ada. Jadi bila mereka mendapatkan Islam diperjuangkan, maka tergugatlah
mereka. Sebab itu tidak heran bila mereka akan menentang kita.
10. Fikiran bebas (bebas hawa nafsu)
Golongan itu adalah mayoritas. Mereka tidak mau diganggu, disekat dan diberi pengajaran. Mereka
mau berbuat apa saja yang mereka sukai. Baik buruk soal belakangan. Ingin kawin, kawin! Tak kawin
pun tak apa, janji ketemu perempuan. Itulah salah satu falsafah mereka. Itu jelas bertentangan dengan
Islam. Mereka tahu. Sebab itu bila kita berjuang atas nama Islam, mereka faham bahwa mereka
terancam. Maka mereka pun menentang kita.

11. Kepemimpinan lemah


Kestabilan dan keamanan masyarakat tergantung sekali pada pemimpin. Kalau pemimpin lemah, dari
segi daya kepemimpinan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, maka masyarakat kocar-kacir dan
tidak terlindungi. Islam sangat menentang ini. Sebab itu pemimpin yang menyadari hakikat ini, dan
merasa terancam dengan Islam, akan berusaha menentang perjuangan kita.
12. Sistem pendidikan sekuler
Pusat-pusat pengajian baik sekolah, akademi, maktab dan universitas adalah seperti pabrik yang
memproses manusia. Baik pabriknya maka baiklah hasilnya. Buruk pabriknya maka jahatlah hasilnya.
Hari ini sekolah yang ada tidak mengamalkan sistem kehidupan Islam. Kalaupun ada tidak menyeluruh
dan tidak berkesan. Sebab itu manusia yang lahir dari sana kebanyakan tidak faham Islam, dan
mempunyai pribadi yang bertentangan dengan Islam. Kalaupun mereka itu tidak menghalangi kita,
tapi sikap dan keadaan sudah cukup untuk menyulitkan kita.
Itulah ribuan perkara yang mesti kita hadapi. Tidak keterlaluan kalau saya katakan bahwa hampir
seluruh isi bumi tidak setuju dengan kita. Bukan karena kita bersalah tapi mereka takut untuk
berhadapan dengan kebenaran. Cahaya Ilahi yang terang benderang akan menyuluh dan
memperlihatkan semua kejahatan dan penipuan yang mereka lakukan. Sebab itu mereka akan bersatu
padu di bawah slogan ‘menentang kita'.
Mereka akan merayu, membujuk, mengumpan, mengancam, menyiksa bahkan mungkin membunuh
kita karena Islam yang kita bawa. Mereka akan sanggup berkorban apa saja untuk kita, sekiranya kita
mau meninggalkan tugas itu. Harta, wanita, kuasa dan lain-lain adalah modal mereka untuk
mengalahkan kita. Sewaktu musuh begitu nekad memaksa Rasulullah SAW meninggalkan seruan suci
itu, Beliau telah bersabda:
“Sekalipun matahari diletakkan di kananku dan bulan di kiriku supaya aku meninggalkan seruan ini,
pasti tidak aku tinggalkan hingga ALLAH mematikan aku atau memberi kejayaan padaku.”
(Riwayat oleh Baihaqi)
Itulah panduan kita. Tidak akan kita relakan kenikmatan-kenikmatan hidup di dunia
menggantikan kenikmatan hidup di syurga. Sebaliknya biarlah kita relakan siksaan di dunia
menggantikan siksaan api meraka. Karena itu Islam mesti diperjuangkan. Sekalipun yang tinggal hanya
kita seorang, namun tanggung jawab itu mesti diteruskan. ALLAH bersama kita. Dan kalau ALLAH
membantu kita maka seluruh kekuatan langit dan bumi terpaksa menyungkur sujud di kaki kita. Itulah
keyakinan kita. Dan kalau keyakinan dan harapan itu dapat dipertahankan sepanjang masa maka
separuh dari kejayaan sudah berada dalam tangan kita. Insya ALLAH.
Firman-Nya:

“Jika kamu menolong ALLAH, ALLAH akan menolong kamu dan menetapkan kedudukanmu. “
(Muhammad : 7)

Bab 10
Sifat-sifat Pemimpin

Dalam melicinkan gerakan, kita mesti mengenal apa rintangan atau halangan yang dapat melemahkan
atau mematikan gerakan kita. Kalau rintangan itu ialah jurang yang dalam, dapatlah kita turuni. Kalau
berupa gunung yang tinggi, dapat pula kita mendaki. Dan kalau berupa lautan yang luas, mesti kita
seberangi. Itulah tujuan kita mengenal penghalang-penghalang gerakan kita. Kalau tidak kenal, kita
laksana orang buta yang kegelapan, meraba-raba bila berjalan, kadang menabrak pagar, terjatuh ke
sungai, terinjak duri dan berbagai kesulitan yang kesemuanya membawa bahaya pada dirinya. Pejuang-
pejuang yang tidak mengenal apa dan siapa musuh yang menanti di hadapan, akan mudah ditipu dan
dipermainkan.
Bahkan perjuangannya pun mungkin kandas dan mati di tengah jalan, baik ia sadar atau tidak. Dari itu
mari sama-sama kita kaji dan teliti apa dan siapa penghalang kita. Dari situ nanti kita akan sama-sama
waspada. Penentang-penentang kepada perjuangan Islam di antaranya ialah:

1. Orang kafir
Itu jelas sebagaimana firman ALLAH:

“Tidak akan redha orang-orang Yahudi dan Nasrani sehingga kamu (Muhammad) mengikuti agama
mereka.“
Oleh itu kita mesti berjaga-jaga. Di samping kita boikot sikap dan apapun cara hidup mereka, kita
mesti mengawasi juga kemungkinan adanya serangan dari depan atau belakang yang dilakukan pada
kita.
2. Partai-partai politik
Partai-partai politik mungkin saja menghalangi gerakan kita. Barangkali karena dasar perjuangan kita
tidak sama dengan dasar perjuangan mereka, yang membawa perbedaan tindakan dan matlamat
perjuangan, atau mungkin juga karena salah satu partai menyangka kita mendukung partai lawan, maka
terpaksa ia memusuhi kita walaupun bukan dasarnya untuk menentang kita.
3. Faham syahsiah atau kepentingan diri
Itu adalah perseorangan yang memiliki kedudukan dan pengaruh di tengah masyarakat. Kadang-kadang
karena kekayaan, kepandaian, jawatan atau karena keturunan, dia berjuang mempertahankan nama dan
kepentingan diri. Karena bimbang kalau-kalau kita dapat memikat hati rakyat melalui Islam yang kita
perjuangkan yang akan menjatuhkan namanya serta membunuh kepentingannya, maka dia berusaha
menghalangi kita.
4. Aliran-aliran Mazhab yang anti Islam
Baik berbentuk agama atau tidak seperti sosialisme, nasiolisme, kapitalisme, komunisme, qadiani,
bahai dan lain-lain
Semua mazhab-mazhab itu berjuang mencari pengaruh di tengah masyarakat. Karena bimbang
kebenaran Islam mengambil alih kepalsuan yang mereka canangkan maka mereka sanggup berusaha
dengan cara apa saja untuk menyekat kemajuan kita.
5. Perusahaan (pemodal) asing
Mereka menanam modal dengan membuka pabrik. Pemuda-pemudi menjadi pekerjanya dan menjadi
alat-alat yang menjayakan program mereka. Mereka bimbang gerakan Islam akan mengganggu
kebebasan dan keruntuhan moral yang mereka perjuangkan, maka mereka berusaha menyekat kita.
Berbagai hasutan dan fitnah yang mereka reka untuk maksud itu.

6. Faham ekonomi riba


Banyak manusia hari ini berkeyakinan bahwa sistem ekonomi riba (bunga) dapat membantu
mempercepat kemajuan ekonomi, sebab itu mereka mendukung, membantu bahkan memperjuangkan
sistem ini.
Sebab itu bila kita canangkan sistem ekonomi Islam, yang secara terus terang dan tegas menentang
riba, maka mereka akan bertindak menghalang kita.
7. Kebudayaan kuning dan liar
Hampir semua umat manusia kini menerima dan mengamalkan budaya kuning dari barat. Sebagiannya
juga sengaja menganjurkan dan membesarkan sistem hidup jahiliah itu. Mereka senang bahkan bangga
dengan pergaulan bebas lelaki perempuan, pakaian separuh bugil, blue film, pelacuran, perjudian dan
penjajaan sex serta berbagai hal lainnya. Bila mereka itu berhadapan dengan Islam yang menentang
semua kejahatan dan keruntuhan akhlak, mereka akan berusaha menentang untuk menghancurkan
gerakan kita.
8. Undang-undang buatan manusia
Kebanyakan undang-undang yang dilaksanakan di mahkamah kehakiman kita hari ini adalah undang-
undang yang diciptakan oleh manusia. Cara-cara pengadilan dan bentuk-bentuk hukuman yang
dijalankan tergantung pada kelas dan derajat manusia. Si lemah menjadi makanan si kuat dan si bodoh
menjadi mainan si pintar. Keadilan menurut definisi yang sebenarnya tidak wujud lagi. Undang-
undangTuhan tidak mendapat tempat sama sekali. Kalaupun ada sudah diubah dan dirusak. Mereka
menganggap petunjuk Al Quran dan sunnah itu sudah lapuk, tidak sesuai dan ketinggalan zaman.
Sebab itu bila mereka dapati kita memperjuangkan undang-undang Islam maka mereka akan bangun
menentang kita.
9. Faham tidak bertuhan
Itulah penentang utama kita, yaitu komunis. Mereka mau menguasai dunia, mau meyakinkan seluruh
manusia bahwa Tuhan tidak ada. Jadi bila mereka mendapatkan Islam diperjuangkan, maka tergugatlah
mereka. Sebab itu tidak heran bila mereka akan menentang kita.
10. Fikiran bebas (bebas hawa nafsu)
Golongan itu adalah mayoritas. Mereka tidak mau diganggu, disekat dan diberi pengajaran. Mereka
mau berbuat apa saja yang mereka sukai. Baik buruk soal belakangan. Ingin kawin, kawin! Tak kawin
pun tak apa, janji ketemu perempuan. Itulah salah satu falsafah mereka. Itu jelas bertentangan dengan
Islam. Mereka tahu. Sebab itu bila kita berjuang atas nama Islam, mereka faham bahwa mereka
terancam. Maka mereka pun menentang kita.

11. Kepemimpinan lemah


Kestabilan dan keamanan masyarakat tergantung sekali pada pemimpin. Kalau pemimpin lemah, dari
segi daya kepemimpinan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, maka masyarakat kocar-kacir dan
tidak terlindungi. Islam sangat menentang ini. Sebab itu pemimpin yang menyadari hakikat ini, dan
merasa terancam dengan Islam, akan berusaha menentang perjuangan kita.
12. Sistem pendidikan sekuler
Pusat-pusat pengajian baik sekolah, akademi, maktab dan universitas adalah seperti pabrik yang
memproses manusia. Baik pabriknya maka baiklah hasilnya. Buruk pabriknya maka jahatlah hasilnya.
Hari ini sekolah yang ada tidak mengamalkan sistem kehidupan Islam. Kalaupun ada tidak menyeluruh
dan tidak berkesan. Sebab itu manusia yang lahir dari sana kebanyakan tidak faham Islam, dan
mempunyai pribadi yang bertentangan dengan Islam. Kalaupun mereka itu tidak menghalangi kita,
tapi sikap dan keadaan sudah cukup untuk menyulitkan kita.
Itulah ribuan perkara yang mesti kita hadapi. Tidak keterlaluan kalau saya katakan bahwa hampir
seluruh isi bumi tidak setuju dengan kita. Bukan karena kita bersalah tapi mereka takut untuk
berhadapan dengan kebenaran. Cahaya Ilahi yang terang benderang akan menyuluh dan
memperlihatkan semua kejahatan dan penipuan yang mereka lakukan. Sebab itu mereka akan bersatu
padu di bawah slogan ‘menentang kita'.
Mereka akan merayu, membujuk, mengumpan, mengancam, menyiksa bahkan mungkin membunuh
kita karena Islam yang kita bawa. Mereka akan sanggup berkorban apa saja untuk kita, sekiranya kita
mau meninggalkan tugas itu. Harta, wanita, kuasa dan lain-lain adalah modal mereka untuk
mengalahkan kita. Sewaktu musuh begitu nekad memaksa Rasulullah SAW meninggalkan seruan suci
itu, Beliau telah bersabda:
“Sekalipun matahari diletakkan di kananku dan bulan di kiriku supaya aku meninggalkan seruan ini,
pasti tidak aku tinggalkan hingga ALLAH mematikan aku atau memberi kejayaan padaku.”
(Riwayat oleh Baihaqi)
Itulah panduan kita. Tidak akan kita relakan kenikmatan-kenikmatan hidup di dunia
menggantikan kenikmatan hidup di syurga. Sebaliknya biarlah kita relakan siksaan di dunia
menggantikan siksaan api meraka. Karena itu Islam mesti diperjuangkan. Sekalipun yang tinggal hanya
kita seorang, namun tanggung jawab itu mesti diteruskan. ALLAH bersama kita. Dan kalau ALLAH
membantu kita maka seluruh kekuatan langit dan bumi terpaksa menyungkur sujud di kaki kita. Itulah
keyakinan kita. Dan kalau keyakinan dan harapan itu dapat dipertahankan sepanjang masa maka
separuh dari kejayaan sudah berada dalam tangan kita. Insya ALLAH.
Firman-Nya:

“Jika kamu menolong ALLAH, ALLAH akan menolong kamu dan menetapkan kedudukanmu. “
(Muhammad : 7)

Bab 11
Sebab-sebab Perpecahan dalam jemaah
Sesuatu yang paling ditakuti oleh anggota-anggota sebuah jemaah ialah terjadinya perpecahan dalam
jemaah tersebut. Bila perpecahan terjadi keadaan selalu tidak dapat dikendalikan, maka itulah
permulaan runtuh dan matinya sebuah jemaah. Dalam menganalisa sebab perpecahan itu banyaklah
anggota-anggota fikir yang telah memberi pendapat.
Pendapat-pendapat mereka di antaranya ialah:
1. Perpecahan berlaku karena anggota jemaah tidak faham tujuan perjuangan. Ketidakfahaman itu
bagi mereka akan menyebabkan perselisihan faham dan petentangan tindakan antara masing-masing
anggota. Akhirnya akan membawa perpecahan.
2. Pendapat kedua mengatakan sebab-sebab perpecahan ialah terjadinya kesalahan-kesalahan
pribadi oleh anggota jemaah. Kesalahan akibat kelemahan-kelemahan manusia biasa yang tidak boleh
tidak akan memaksa mereka mencari jalan keluar yang sering membawa perpecahan.
3. Pendapat yang juga sering diketengahkan ialah perpecahan terjadi karena tekanan musuh dari
dalam dan luar. Musuh mengatakan mereka menghasut dan menfitnah anggota- anggota dengan
berbagai cara. Bila ada di antara anggota yang termakan umpan musuh maka dia akan bertindak
merusak kestabilan jemaah dan terus memecahbelahkan jemaah itu.
Kita setuju dengan pendapat-pendapat itu karena memang nyata kebenarannya. Tapi saya tidak dapat
menerima sebagai kebenaran mutlak sebab sebenarnya masih ada satu sebab yang lebih penting, yang
mendahului sebab-sebab lain dalam mengawali keretakan dan perpecahan sebuah jemaah Islam. Saya
katakan begitu karena kalau kita teliti tiga sebab yang diuraikan di atas, semuanya tidak terlalu serius,
karena semuanya masih dapat diatasi dan diselesaikan. Sedangkan satu faktor yang saya maksudkan
itu, sungguh terlalu rumit untuk dihadapi, bahkan mungkin mustahil untuk diobati. Laksana penyakit,
kalau ringan mudah saja diobati, sedangkan kalau berat dan kronis, sukar sembuhnya.
Misalnya perpecahan terjadi karena anggota tidak faham. Itu dapat diatasi dengan usaha memberi
kefahaman pada mereka. Orang yang melakukan kesalahan karena tidak faham, pasti tidak akan
mengulangi lagi kesilapannya bila ia sudah faham. Kalau kesalahan itu karena kesalahan pribadi
anggota jemaah, hal itu dapat juga diselesaikan bila kesalahan itu dibetulkan dan dijelaskan pada
pribadi itu dan anggota jemaah seluruhnya. Selanjutnya bila perpecahan terjadi karena musuh, juga
masih dapat diatasi dengan menggunakan kefahaman dan kesatuan anggota hingga musuh tidak ada
ruang untuk memecahbelahkan jemaah. Jemaah Islam yang padu, tidak pernah dapat dipecahkan oleh
musuh. Musuh mendapatkan kesempatan hanya bila perpecahan telah dimulai oleh pendukung dan
pejuang jemaah itu sendiri.
Jadi sebab sebenarnya perpecahan jemaah yang sering terjadi, yang menyebabkan kelemahan dan
lenyapnya kekuatan dan kehebatan jemaah itu, bukan disebabkan oleh faktor yang disebutkan di atas.
Ada faktor lain yang dengan dukungan 3 faktor di atas, dapat menimbulkan pukulan maut pada sebuah
jemaah. Faktor itu ialah sifat mazmumah yang ada dalam hati tiap individu. Dengan kata lain, anggota
jemaah tidak berjiwa sufi (tasawuf). Tegasnya perpecahan itu berawal dari jiwa yang kotor dan jahat.
Dengan hati yang jahat atau dengan sifat mazmumah seorang manusia sangat sukar untuk
diperbaiki. Bukan saja sukar untuk memberi kefahaman kepadanya tentang apa-apa yang dia kurang
mengerti, juga sukar untuk membetulkan kesalahan yang dibuatnya bahkan dia sanggup memihak
musuh kalau dirasakan musuh lebih simpati pada kejahatan atau mazmumah yang ada dalam hatinya
itu.
Di sini akan saya uraikan beberapa masalah yang selalu timbul dalam jemaah yang anggotanya masih
mempunyai sifat-sifat mazmumah:
1. Dengan mazmumah, seorang anggota yang bersalah enggan merendahkan diri untuk memohon
maaf. Sebaliknya anggota yang tidak bersalah, sombong untuk memberi maaf. Akibatnya salah faham
dan perselisihan sukar untuk diselesaikan dan akan terus menyebar dan berjangkit kepada anggota-
anggota lain.
2. Dengan mazmumah anggota yang tidak aktif dan serba kurang, akan iri hati pada anggota yang
aktif dan maju. Sebalikuya anggota yang aktif dan maju memandang hina dan mengenepikan anggota
yang lemah. Akibatnya timbul jurang antara kedua kelompok dalam sebuah jemaah itu.
3. Dengan mazmumah, anggota yang banyak berkorban benci pada yang kurang berkorban.
Sedangkan yang kurang berkorban menuduh pihak lain mencari kemegahan, mencari publisitas dan
lain-lain. Benci dan tuduh menuduh itu seterusnya akan menyebabkan perselisihan yang sukar untuk
didamaikan.
4. Anggota yang pemarah selalu bertindak tergopoh-gopoh hingga keluar dari syariat. Ditambah
dengan hasutan orang, dia mungkin akan dihinggapi jahat sangka dan bertindak jahat pada anggota
yang lain. Sebaliknya anggota yang kena marah akan dendam dan sakit hati. Hal itu akan
berkepanjangan dengan saling mencaci, sindir-menyindir dan saling mengumpat.
5. Anggota yang lemah jiwa akan cepat putus asa dan tidak sabar ketika berhadapan dengan ujian.
Dia akan selalu bertindak keluar dari jemaah sambil mengaitkan dan mengikutsertakan anggota yang
lain.
6. Anggota yang agak cerdik, berada dan memiliki kebolehan dalam satu atau banyak bidang
dipenuhi rasa riya' dan ujub. Sebaliknya anggota yang kurang kebolehan (tapi tidak sadar akan
kekurangan dirinya) ingin sebanding dengan orang 1ain dan tidak puas hati serta tidak mau mentaati
dan susunan pemimpin. Dia merasa dan berharap untuk sebanding dengan orang-orang yang memiliki
kebolehan.
7. Anggota yang cinta dunia selalu tamak dengan nikmat dan dengki dengan kejayaan orang lain.
Maka terjadi fitnah dan hasutan yang melibatkan banyak anggota. Terjadi pertentangan dan pergeseran
antara satu sama lain.
8. Anggota yang ego tidak dapat taat pada pimpinan atau teguran. Kalau dia pemimpin, akan
banyak anggota yang tersinggung dan dibiarkan. Hal itu menyebabkan sikap suka membantah, berdebat
dan bertengkar yang akan menyebabkan pecahnya ukhuwah.
Itulah sebagian dari sifat mazmumah yang menyebabkan perpecahan sebenarnya suatu jamaah. Kalau
seorang anggota memiliki hanya satu sifat mazmumah, itupun sudah menyebabkan mereka saling
berselisih faham dan berpecah. Apalagi kalau tiap anggota memiliki segala sifat mazmumah yang kotor
dan jahat, bukan orang lain yang akan menjerumuskan jemaah tapi pendukung dan pejuang itu
sendirilah yang akan melakukannya baik mereka sadar atau tidak.
Dari itu menjadi tugas tiap-tiap orang dari kita untuk mengikis kekotoran di hati masing-masing. Tidak
ada dokter dan tidak ada obat yang dapat digunakan untuk tujuan itu. Dan juga tidak ada seorang
manusia pun yang dapat kita harapkan untuk membantu kita melaksanakan tugas tersebut. Itu adalah
tugas kita masing-masing.
Hati yang tidak memiliki iman, karena dipenuhi mazmumah, pasti tidak diterima oleh ALLAH
sekalipun dia berilmu dan beramal, apalagi kalau tidak memiliki ilmu sama sekali dan tidak beramal.
Apa yang dapat dibuat untuk mengikis mazmumah adalah dengan melakukan mujahadatunnafsi, yakni
melawan hawa nafsu. Riadah itu dibuat melalui tiga tahap :
1. Takhalli
2. Tahalli
3. Tajalli
Saya tidak mau menguraikan maksud satu persatu karena telah saya uraikan dengan terperinci dalam
buku IMAN DAN PERSOALAN. Di sini saya hanya mau mengulang janji yang ALLAH janjikan pada
orang-orang yan mau dan sanggup melakukan mujahadah.
Firman-Nya:

“Mereka yang bermajahadah pada jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan jalan Kami itu !"
(Al-Ankabut : 69)
Yakinlah akan kepastian tertunainya janji ini dan kemudian berusahalah untuk membersihkan hati yang
masih kotor. Hanya itulah caranya yang dapat menyelamatkan jemaah dari penyakit perpecahan. Kalau
kita lalai melaksanakan tugas, itulah tanda kita rela menjadi alat perpecahan pada jemaah yang telah
sama-sama kita bangun !
Untuk penutup bab ini mari kita ikuti ayat-ayat Al Quran dan hadist yang dapat menuntun kita dalam
mengenal dan menghapuskan mazmumah.
Firman ALLAH SWT:
1.

“Janganlah satu kaum mencerca satu kaum karena boleh jadi kaum yang dicerca lebih baik dari kaum
yang mencerca. Dan janganlah wanita mencerca wanita lain karena boleh jadi wanita yang dicerca
lebih baik dari wanita yang mencerca. “
(Al Hujuraat : ll)
2.

“Dan janganlah sebagian kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah suka kamu memakan daging
saudaramu yang telah mati?”
(Al-Hujuraat : 12)
3.

“Ingatlah telah dijadikan oleh ALLAH SWT dalam hati orang kafir itu sifat pemarah. Dan diturunkan
ketenangan ke atas Rasul-rasul-Nya dan orang-orang mukmin. “
(Al Fath : 26)
4.

“Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke timur atau ke barat itu satu kebaktian, akan tetapi
sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada ALLAH, hari kemudian, Malaikat- malaikat, Kitab-
kitab, Nabi-nabi dan memberi harta yang dicintai kepada kerabat-kerabatnya, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, musafir(yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta,
dan(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan, mereka itulah orang yang benar(imannya) dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. “
(Al Baqarah : 177)
5.

“Dan taatilah kepada ALLAH dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya ALLAH
beserta dengan orang-orang yang sabar. “
(Al Anfaal : 46)
6.
“Hai manusia, sesungguhnya janji ALLAH adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdaya kamu dan janganlah sekali-kali orang yang pandai menipu, memperdaya kamu tentang
ALLAH. “
(Faathir : 5)
7.

“Ingatlah suatu hari(yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa
yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka akan membaca kitabnya itu, dan
mereka tidak dianiaya sedikit pun, dan barang siapa yang buta(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat
nanti ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan yang benar. “
(Al Isra’ : 71,72)
Sabda Rasulullah SAW :
1. "Tidak akan masuk syurga orang yang membawa kata- kata dengan niat jahat. “
2.“Yang paling handal di antara kamu ialah orang yang dapat melawan hawa nafsunya ketika marah.
Dan yang paling lemah lembut ialah orang yang dapat memaafkan ketika berkuasa. “
3.“Sesungguhnya seorang lelaki muslim itu akan mendapatkan sifat lemah lembut itu sama derajatnya
dengan orang yang berpuasa siang hari dan bangun malam karena beribadah. “
4. “Sifat hasad dengki itu akan memakan segala kebaikan sebagaimana api memakan kayu. “
5.“Tidak akan masuk syurga orang yang bakhil dan orang sombong. “
6.“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kamu ialah syirik kecil(riya'). “

Bab 12
Hikmah dalam berdakwah

ALLAH SWT berfirman :

“Hendaklah(wajiblah) ada di kalangan kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Merekalah orang-orang yang memperoleh kemenangan (kebahagiaan).”
(Ali Imran : 104)
Jelas dalam ayat di atas bahwa kemenangan hidup yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan
melakukan jihad fisabilillah. Jihad yang dimaksudkan ialah menyeru (berdakwah) kepada manusia
supaya melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Bila kerja itu dilakukan dengan
betul,sebagaimana yang ditunjukkan ALLAH dan Rasul, maka sebagai hasilnya akan diperoleh
kejayaan dan kemenangan hidup.
Sebaliknya kalau jihad itu dikerjakan tapi tidak mengikuti syarat dan peraturan yang dikehendaki Islam
maka bukan saja tidak memperoleh kemenangan, tapi akan rugi dan sia-sia. Jadi kita mesti berhati-hati.
Kita mesti tahu bagaimana caranya hendak berdakwah.
Untuk itu ada sepotong ayat Al Quran yang dapat dijadikan panduan :

“Serulah(semua manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah (bijaksana) dan pelajaran yang baik dan
bantah(berbahaslah) dengan mereka dengan cara yang paling baik. “
(An Nahl : 125)
ALLAH memerintahkan kita bersikap hikmah dalam berdakwah. Dan dalam mempraktekkannya
Rasulullah telah melakukan perintah itu sepenuhnya. Apa dan bagaimanakah hikmah yang
dimaksudkan oleh ALLAH dan Rasul-Nya itu?
Ada orang yang berkata, hikmah ialah pandai mengambil hati. Untuk itu kita mesti mengikuti lebih
dahulu apa kemauan mereka. Kalau mereka suka main bola kita main bola juga. Kalau mereka gemar
menonton, kita ikut juga. Konon lama kelamaan orang itu akan ikut pada Islam. Betulkah cara
demikian? Bagaimana kalau orang yang hendak didakwahi itu gemar minuman keras dan main
perempuan? Apakah kita boleh ikut minum dan berzina?
wal’iyazubillah.
Sebenarnya hikmah mempunyai pengertian yang tersendiri dan mencakup banyak bidang, seperti yang
ditunjukkan oleh Rasulullah SAW semasa hayat baginda. Secara ringkas kita petik sepotong hadist
untuk menjelaskan maksud keseluruhan dari perkataan hikmah itu.
Bersabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Hai Mu’adz, saya berwasiat padamu, agar kamu bertakwa kepada ALLAH, benar dalam berkata-kata,
menepati janji, menunaikan amanat, meninggalkan khianat, menjaga tetangga, belas kasihan kepada
anak yatim, manis dalam berbicara, menyebarkan salam, bagus dalam bekerja, sedikit berangan-angan,
mempertahankan keimanan, berusaha untuk menjadi pandai (dalam memahami) Al Quran, cinta
akhirat, takut hari hisab (perhitungan amal pada hari kiamat) dan merendahkan diri.
Saya melarang mu memaki-maki orang yang bijaksana, mendustakan orang yang benar, mengikuti
orang yang berdosa, melawan pemimpin yang adil atau membuat kerusakan di bumi.
Saya berwasiat lagi padamu supaya kamu bertakwa kepada ALLAH dengan menjauhkan diri dari
menyembah batu, pohon dan benda apapun.
Hendaklah kamu memperbaharui taubat setiap melakukan dosa. Dosa yang rahasia hendaklah bertaubat
dengan rahasia dan dosa yang terang-terangan, hendaklah bertaubat secara terang-terangan. “
(Diriwayatkan oleh Abu Na’im dan Baihaqi)

Secara terperinci, hikmah sebenarnya perlu dipraktekkan dalam berbagai peringkat dakwah. Di
antaranya ialah hikmah dalam :
1. Berbicara/berdakwah/ berceramah.
2. Memilih judul.
3. Memahami kedudukan masyarakat.
4. Mengamalkan Islam.
5. Bergaul dengan masyarakat.
Supaya satu bidang itu difahami dan dapat dilaksanakan dengan betul, rasanya perlu diuraikan secara
ringkas :
1. Berbicara
Ketika berdakwah kepada manusia, baik dalam bentuk berbicara, berceramah atau bertanya jawab
tentang Islam maka sikap hikmah yang mesti ada ialah:
Bahasanya jelas, mudah, lembut, lancar dan enak didengar. Elakkan dari perkataan yang kotor, keras
dan kasar. Bagaimanapun kita diperbolehkan menegur atau mengajar dengan nada yang kasar, terutama
pada orang fasik yang suka mentertawakan, mempermainkan atau menentang kita. Itu pernah dilakukan
oleh Nabi Ibrahim pada kaumnya. Ucapannya itu diabadikan ALLAH dalam Al Quran :

“Cis, kamu semua ini, mengapa menyembah sesuatu selain ALLAH. Apakah kamu tidak mempunyai
akal fikiran?
(Anbiyaa’ : 67)
Jangan melaknat (mengutuk), memarahi atau mengumpat seorang individu atau suatu kelompok
sekalipun jelas bersalah. Pernah terjadi seorang khalifah bernama Ma’mun dinasehati dengan keras dan
kasar sekali. Dengan tenang beliau menjawab, “Berlemah lembutlah wahai kawan. Sebenarnya
ALLAH telah mengutus seorang yang lebih baik darimu kepada orang yang lebih buruk kelakuannya
dari kelakuanku ini.”
ALLAH berpesan:

“Maka katakanlah (hai Musa dan Harun) kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat dan takut. “
(Thaha : 44)
Dalam berdakwah kita hendaknya menyebut kabar gembira (syurga) dan kabar duka (neraka) serta
kubur dan hari kiamat. Juga menyebut tamsil (kiasan). Dalam Al Quran ALLAH sering menyebutkan
tamsil, di antaranya Kalimah Tayibah dikiaskan sebagai pohon. Orang yang mengambil pemimpin
selain ALLAH dikiaskan seperti laba-laba membuat rumah, yakni terlalu lemah. Sebutkan juga cerita-
cerita yang sesuai, sebagaimana Al Quran juga banyak bercerita. Tinggalkan soal-soal khilafiah.
2. Hikmah dalam memilih tajuk (judul) yang sesuai untuk berdakwah
Kita dapat memahami dan dapat menyampaikannya sesuai dengan fikiran dan alam kehidupan
pendengar. Isi mesti tepat dan sesuai dengan tajuk dan Islam. Jangan sampai bertentangan dan
menyalahi syariat.
3. Hikmah dalam memahami kedudukan masyarakat
Caranya ialah mengetahui psikologi masyarakat, yakni tahu kegemaran, kebencian, kelemahan,
keistimewaan dan lain-lain tentang keadaan lahir batin masyarakat yang kita hadapi. Tahu penyakit
masyarakat sebagai sasaran utama untuk kita mengobatinya.
4.Beramal
Satu sikap yang mesti ada pada setiap pendakwah ialah beramal dengan apa yang dikatakan dan yang
dikehendaki lslam. Seorang yang ikhlas berdakwah karena ALLAH, tidak akan berkata sebelum ia
sendiri melaksanakannya. Sebaliknya seorang yang berdakwah karena suka-suka, itulah yang bersikap,
‘bicara tidak serupa dengan perbuatan’. Hal itu akan mendapat kemurkaan dari ALLAH SWT. Firman-
Nya dalam Al Quran bermaksud:

“Hai orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Amat besar
kebencian ALLAH bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan.”
(As Shaf: 2)
Karena itulah Rasulullah SAW memperingatkan Sayidina Ali dengan sabda baginda:
“Hai Ali, apabila seorang alim itu tidak bertakwa, bicaranya di hati manusia bagai air hujan yang jatuh
ke atas batu yang licin atau ke atas telur burung kasuwari (tidak berbekas ).

Karena itu setiap pendakwah mesti memastikan bahwa dia telah beramal. Jika tidak, hendaklah ia
bimbang dan takut akan kemurkaan ALLAH.
5. Bergaul dengan masyarakat
Hikmah bergaul ialah berakhlak, yakni sopan-santun, lemah lembut, dan ramah-mesra. Untuk
menawan hati orang, bukan dengan kelakuan jahat, perangai buruk, bengis dan marah-marah. Orang
akan benci dan menghina kita, sekalipun banyak ilmu dan kuat ibadah. Sebaliknya dengan kasih
sayang, kemesraan, budi bahasa dan akhlak mulia, kekerasan, keangkuhan dan kemungkaran akan
tunduk, mengalah dan menyerah. Rasul dan nabi semuanya dihias dengan akhlak dan budi pekerti,
sebagai senjata untuk mematahkan kekerasan umat. Sebab itu kita juga mesti mengikuti jejak langkah
mereka.
Sebagai panduan untuk mengingatkan kita tentang sikap dan perkataan Rasulullah SAW ketika baginda
berjuang menghadapi kaumnya. Dalam satu medan perjuangan seorang musyrikin mendapat peluang
untuk membunuh Rasulullah. Dia berdiri tepat di atas kepala Baginda Rasul dan dengan pedang
terhunus. Kemudian dia mengejek, “Siapa lagi yang dapat menghalangi aku dari membunuh engkau?
Rasulullah dengan tenang menjawab, “ALLAH!” Gemetar tangan musuh ALLAH itu ketika
mendengar jawaban Rasulullah hingga terlepaslah pedang yang dipegangnya. Rasulullah mengambil
pedang itu sambil berdiri, baginda bertanya, “Siapa yang akan menyelamatkan kamu sekarang?”
Dengan penuh ketakutan lelaki itu menjawab, “Bunuhlah aku!” Rasulullah membalas, “Katakan
olehmu Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah.” “Tidak!” jawab lelaki
itu. “Tetapi percayalah mulai hari ini aku tidak akan memerangi tuan dan tidak akan membantu orang-
orang yang memerangi tuan”.
Dengan kasih sayang Rasulullah melepaskan orang itu. Dia pergi pada kaumnya yang menyaksikan
kejadian itu. Ketika dia dikerumuni, lahirlah kata-kata ini dari mulutnya, “Tuan-tuan, saya baru saja
bertemu dengan seorang manusia yang paling baik di antara seluruh manusia.”
Itulah pengakuan musuh. Dengan perkataan itu saya kira kaum muslimin telah mendapat dukungan
moral yang besar nilainya. Hati musuh telah diganggu dengan persoalan, "Kenapa aku mesti memusuhi
dan membunuh orang-orang yang sebaik mereka?" Itu sebenarnya akan melemahkan kesungguhan
berperang, dan akan manjadi satu sebab kekalahan mereka.
Demikianlah peranan akhlak. Merupakan kekuatan utama yang ketajamannya melebihi mata pedang.
Sebab itu Rasulullah membawa dan menggunakannya dimana-mana dan kapan saja. Bukan hanya
sekali baginda diancam, dihina, dan diperlakukan secara kasar oleh musuh. Dan setiap kali itu terjadi,
baginda sabar. Sahabat yang menyayangi baginda mau membelanya dan selalu minta izin untuk
bertindak, “Izinkan kami ya Rasulullah untuk memenggal leher mereka.” Apa jawab baginda?
“ALLAH merahmati saudaraku Musa. Karena dia lebih banyak disakiti dari yang ku alami ini, tapi dia
tetap bersabar. “

Anda mungkin juga menyukai