Anda di halaman 1dari 5

Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hadirin walhadirat Rahimakumullah
United we stand, devided we fall, bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh. Ungkapan tersebut menggambarkan betapa pentingnya
persatuan dan kesatuan. Sebagaimana menurut Panglima Besar
Jenderal Sudirman: “Karena tidak ada kemenangan tanpa kekuatan
dan tidak ada kekuatan tanpa persatuan dan kesatuan.”
Dengan demikian, untuk meningkatkan citra bangsa kita di
mata dunia serta menyelesaikan berbagai problematika yang
sekarang kita hadapi, syarat utama dan pertamanya yaitu dengan
mempertahankan persatuan dan kesatuan yang selama ini kita bina.
Nuansa perbedaan yang muncul dari keragaman negeri ini, tidak
mustahil menjadi pemicu lahirnya panatisme buta, persaingan tidak
sehat, perselisihan, gontok-gontokkan, perpecahan yang bisa
meluluhlantakkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa ini.
Perpecahan itu ibarat lidi yang keluar dari ikatannya maka hilang pula
ikatannya.
Beranjak dari deskripsi tersebut, menarik hati kami untuk
menyampaikan sebuah syarahan yang berjudul: “Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan Bangsa”. Sebagai landasan awal Allah Swt.

1
Menjelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13, yang akan
dibacakan oleh qari’/ah kami berikut ini:
            

        

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.”

Hadirin walhadirat yang berbahagia


Dari segi balaghah, ayat tersebut bersifat khabari atau suatu
informasi, bahwa manusia diciptakan dari jenis laki-laki dan
perempuan, bercorak suku, berlainan bangsa. Semua memiliki harkat,
derajat dan martabat yang sama di hadapan Allah Swt. Adapun asbab
an-nuzul ayat ini menurut Ibnu Asy-Syakir dalam kitab Mubhamat
bersumber dari Abu Bakar bin Abu Dawud, bahwa ayat ini berkenaan
dengan keinginan Rasulullah Muhammad saw untuk menikahkan Abi
Hindin seorang wanita dari kalangan Bani Baydhah. Bani Baydhah
berkata dengan sinis kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah,
pantaskah kami mengawinkan putri-putri kami kepada budak-budak
kami?.” Rasul belum sempat menjawab pada saat itu Jibril datang
menyampaikan surat al-Hujurat ayat 13, yang pada ayat tersebut
terdapat kalimat li ta’arafu. Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwat at-
Tafasir menjelaskan maksudnya adalah agar kamu saling mengenal,
menjalin komunikasi yang harmoni dan menebarkan cinta kasih serta
kasih sayang yang tiada pilih kasih.
Dengan demikian, untuk membina persatuan dan kesatuan di
negeri tercinta ini langkah awalnya kita harus saling mengenal, saling
menghargai, dan bertoleransi di antara kita. Bukan saling menutup
diri, melecehkan, menghina, membangga-banggakan kelompok, suku

2
bangsa, maupun daerah masing-masing. Sebab sikap seperti itu
hadirin merupakan cikal bakal timbulnya perpecahan, pertikaian dan
tidak mustahil menjadi penyebab terjadinya disintegrasi bangsa,
hingga hancurnya negeri ini.

Hadirin walhadirat rahimakumullah


Rasulullah saw., bersabda: “Bukan golongan kita oranag yang
membangga-banggakan kesukuan, dan bukan golongan kita orang
yang mati karena membela, mempertahankan, memperjuangkan
kesukuan”. Allah Swt., mengisyaratkan agar kita semua memperkokoh
persatuan dan kesatuan serta melarang bercerai berai. Sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 103 yang akan
dibacakan oleh qari’/ah kami berikut ini:
             

           

         

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)


Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.”

Hadirin walhadirat rahimakumullah


Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim secara rinci
menjelaskan maksud dari ayat tersebut: “Allah menyuruh bersatu
padu dan melarang bercerai berai”. Untuk itu, mulai detik ini kita
samakan langkah, seragamkan gerak, satukan persefsi, berat sama

3
dipikul ringan sama dijinjing. Perbedaan jangan melahirkan
perpecahan. Tapi, dengan perbedaan kita harus saling menghargai
dan melengkapi. Kalau demikian halnya, apa yang harus kita lakukan
dan apa yang harus kita hindari? Sebagaimana dijelaskan Allah dalam
Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 46, yaitu:
             



Artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar
dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.”

Hadirin walhadirat rahimakumullah


Jika kita perhatikan dengan seksama, terdapat dua konsep
dalam firman Allah tadi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa ini. Pertama, mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kedua, dilarang bercerai berai wa la
tanaza’u adalah sighat nahy. Kaidah mengatakan al-ashlu fin nahyi
littahrim (suatu larangan pada asalnya menunjukkan haram). Dengan
demikian haram bagi kita menimbulkan keonaran, memicu kerusuhan
dan menebarkan bibit-bibit perselisihan di bumi Indonesia ini.
Mengapa demikian? Ayat tadi menjelaskan jika berpecah belah
dan bertingkai pangkai maka akan gentar dan hilanglah kekuatan kita.
Karena itu hadirin, menurut hujjatul Islam Imam al-Ghazali
menegaskan kun kal yadain wa takun kal uzunain jadilah seperti dua
tangan ini, jangan jadi seperti dua telinga. Artinya, selalu kompak,
guyub dan bersatu.
Dari uraian yang dapat kami sampaikan, akhirnya kami
mengambil kesimpulan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa
merupakan modal kesuksesan bangsa. Untuk mewujudkan persatuan
tersebut langkah awalnya kita harus saling mengenal dan saling
menghargai terhadap perbedaan di antara kita. Jika sikap ini yang

4
kita tumbuh kembangkan, maka persatuan bangsa akan tercipta,
rakyat akan sejahtera. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai