Anda di halaman 1dari 192

Herdianto Arifien

Bagaimana Sufisme Menjelaskan


Evolusi Makhluk Hidup:

Sebuah Kritik Anti Evolusi
Harun Yahya





















ii

iii

`., < _..-l ,>l


Bacalah dengan nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,
Yang mengajar dengan Qalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas,
karena dia melihat dirinya serba cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).

(Q.S. Al Alaq 96 : 1-8)



iv

v



Harun Yahya, 1956 saat ini
Evolusi lebih merupakan sebuah kepercayaan - atau tepatnya
keyakinan - karena mereka tidak mempunyai bukti satu pun untuk
cerita mereka. Mereka tidak pernah menemukan satu pun bentuk
peralihan seperti makhluk setengah ikan-setengah reptil, atau
makhluk setengah reptil-setengah burung. Mereka pun tidak mampu
membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu molekul asam
amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka
sebut sebagai kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium yang
canggih, mereka tidak berhasil membentuk protein. Sebaliknya,
melalui seluruh upaya mereka, evolusionis sendiri malah
menunjukkan bahwa proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah
terjadi di bumi ini.
http://www.evolutiondeceit.com/indonesian/keruntuhan16.php



vi



vii


Maulana Jalaludin Muhammad Rumi, 1207-1273M


Aku mati sebagai mineral dan menjelma sebagai tumbuhan.
Mati sebagai tumbuhan dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.
Sekali lagi! Aku masih harus mati sebagai manusia dan lahir
di alam para malaikat.
Aku masih harus mati lagi, karena kecuali Tuhan, tidak ada
sesuatu yang kekal abadi.
Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi dalam bentuk yang tak
kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap, memasuki kekosongan,
kesenyapan.
Karena hanya dalam kesenyapan itu tedengar nyanyian
mulia.
Kepada-Nya semua akan kembali.



(Masnawi)

viii

ix






























Untuk
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Dewi, Iman, dan Irham
yang kusayang


x



xi

Pendahuluan



Asal usul manusia atau peristiwa kemunculan manusia pertama,
memang topik yang sangat menarik untuk dibahas. Hal tersebut
karena teori evolusi yang dicetuskan oleh C. Darwin telah
menyentuh masalah sensitif, yaitu masalah ke-Tuhan-an, atau lebih
khusus lagi, bahwa teori tersebut menggugat makna penciptaan.
Implikasinya, teori evolusi menggetarkan sendi-sendi keyakinan
manusia (agama). Hal ini mengakibatkan terjadinya perdebatan
diseputar ilmu pengetahuan dan agama.

Perdebatan tentang teori evolusi tersebut masih berkepanjangan
sampai saat ini dan sepertinya tidak akan pernah usai. Perdebatan
tersebut telah mendunia hingga masuk juga ke dunia Islam.
Kesesuaian teori evolusi dengan akidah Islam yang menjadi tolok
ukur pembahasan dalam perdebatannya. Polemik dengan
menggunakan argumentasi yang berlandaskan AlQuran bagi
pendukung maupun penolak sepertinya tak pernah kunjung habis.

Harun Yahya seorang penulis dari Turki, sangat meyakini bahwa ide
evolusi adalah ide atheis, sedangkan anti evolusi (penciptaan secara
langsung) adalah ide religius seperti tertuang dalam bukunya
Keruntuhan Teori Evolusi (2001). Keyakinan tersebut berlanjut
seperti dalam terjemahan bukunya yang berjudul Runtuhnya Teori
Evolusi dalam 20 Pertanyaan (2003) terbitan Risalah Gusti. Dalam
buku tersebut, dia bahkan sangat meyakini argumennya bahwa
apabila Tuhan menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi
merupakan argumen yang salah.

Penolakan mentah-mentah teori evolusi oleh Harun Yahya, karena
didasari keyakinannya bahwa Adam terjadi langsung dalam bentuk

xii
akhirnya sebagai manusia. Maka dengan menerima teori evolusi
tersebut, sama halnya dengan menerima bahwa Adam itu
dilahirkan, berarti peran Tuhan sebagai Pencipta tidak ada. Hal
tersebutlah yang membuat Harun Yahya menuding langsung bahwa
teori Evolusi adalah hasil pemikiran atheis.

Sebenarnya, semangat Harun Yahya dalam menentang atheisme
dan materialisme sangatlah patut dipuji. Dia menyebut dirinya
Kreasionis. Kreasionis yang dimaksud dalam hal ini adalah orang
yang mempunyai pandangan bahwa penciptaan Tuhan itu adalah
peristiwa penciptaan yang terjadi secara langsung ke bentuk akhir
(dari tidak ada langsung menjadi ada atau ex nihilo). Dalam hal ini,
umat Islam sebagian besar diyakini memiliki pandangan kreasionis
seperti ini.

Sedikit berbeda dengan Harun Yahya, Maurice Bucaille (1987)
mencoba menawarkan teori yang kompromis. Tulisannya
menjelaskan bahwa evolusi hanya terjadi pada binatang, sedangkan
manusia hanya mengalami transformasi bentuk saja. Lebih
tepatnya, perubahan hominid - hominid menuju Homo Sapiens
adalah evolusi sendiri diluar evolusi binatang yang disebutnya
transformasi. Tetapi teori Bucaille tersebut tidak menjelaskan arti
penciptaan dan mengapa transformasi hominid menjadi manusia
harus terjadi, karena dengan adanya transformasi ini menunjukkan
bahwa seolah-seolah bentuk hominid awal adalah tidak sempurna
hingga menuju kesempurnaan (manusia saat ini). Hal tersebut sama
saja mengartikan penciptaan awal Tuhan tidaklah sempurna,
walaupun akhirnya disempurnakan juga dilain zaman.

Lain halnya dengan Bucaille, Abdul Shabur Syahin (2004)
menerjemahkan makhluk pra manusia (sebelum Adam) adalah Al
Basyar, sedangkan manusia (sesudah Adam) adalah Al Insan. Jadi
Nabi Adam A.S. adalah Al Insan yang pertama. Terdapat kesamaan
antara karya Abdul Shabur dengan Bucaille yaitu bahwa evolusi
pada binatang tidak dalam alur yang sama dengan manusia. Tetapi,
argumen Abdul Shabur ini, walaupun tidak tersirat dalam karyanya,
mengindikasikan bahwa Adam dilahirkan bukan 'diciptakan
xiii
langsung', karena sebelum Nabi Adam as terdapat Al Basyar.

Dari ketiga tokoh-tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka
memiliki pandangan yang sama, yaitu manusia pertama atau
hominid-hominid tersebut diciptakan secara langsung oleh si Maha
Pencipta. Dalam hal ini, Harun Yahya mempunyai pandangan yang
lebih ekstrim. Beliau menerapkan pemikirannya tersebut untuk
diberlakukan pada setiap jenis makhluk, maka beliau meyakini
bahwa setiap jenis makhluk pada awalnya diciptakan secara
langsung. Sebagai contoh, beliau membantah keras bahwa burung
bukan hasil evolusi dari dinosaurus.

Di Indonesia, perdebatan tentang kesesuaian teori evolusi dengan
islam tersebut sebenarnya juga telah lama muncul dengan sengit.
Untuk mengetahui lebih jauh perdebatan - perdebatan tersebut,
dapat dibaca dalam buku terbitan Risalah, Bandung (1983) yaitu
Evolusi Manusia dan Konsepsi Islam yang disusun oleh Prof. Dr. T.
Jacob dkk. Bahkan hingga akhir bulan Juni tahun 2003, perdebatan
tersebut masih muncul lagi dalam media surat kabar besar nasional.
Penyebab kemunculan perdebatan di media surat kabar nasional
tersebut adalah karena pemikiran Harun Yahya yang anti evolusi
tersebut. Tetapi, perdebatan yang muncul di Indonesia adalah
dengan membawa semua pandangannya lebih cenderung ke arah
religius (tidak atheis) baik pendukung evolusi maupun anti-evolusi.
Lebih jelasnya, perdebatan tersebut hanya berkisar bagaimana
Tuhan mencipta atau dengan kata lain bahwa evolusi hanya
merupakan salah satu manifestasi Tuhan dalam mencipta.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tiga kelompok dalam dunia Islam
yang menyikapi teori evolusi tersebut: Pertama, mendukung
sepenuhnya. Kedua, menawarkan teori kompromis, dan ketiga,
menolak sepenuhnya. Sayangnya, perdebatan dari ketiga kelompok
tersebut tidak ada yang menjelaskan filosofis tentang penciptaaan
yang lebih universal. Lebih tepatnya, semua kelompok tersebut
telah gagal dalam melepaskan konsep penciptaan Yang Ilahiah dari
konsep penciptaan yang bergaya manusia.


xiv
Pandangan kreasionis ini dapat menimbulkan bahaya, karena Tuhan
jadi terlalu manusiawi. Jika membaca buku Karen Amstrong yang
berjudul Sejarah Tuhan, sebenarnya kalangan atheis itu tidak
menolak sepenuhnya ide tentang sesuatu yang memiliki realitas
tertinggi (Tuhan), tetapi mereka menolak Tuhan yang personal
(manusiawi). Hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa mereka
terhambat oleh jawaban-jawaban kalangan religius atas pertanyaan-
pertanyaan modern mereka.

Sebenarnya, dunia Islam telah banyak memiliki filosof-filosof dan
juga tokoh-tokoh dari para penganut sufisme (spt: Ibnu Arabi,
Jalalludin Rumi dan Mulla Shadra) dari abad 12 s.d. 15 M yang
menolak konsep penciptaan ala kreasionis tersebut. Ungkapan
Jalalludin Rumi tersebut dapat dibaca pada halaman muka buku ini,
merupakan puisi perubahan atau perjalan diri, yang menyerupai
evolusi makhluk hidup. Hal tersebut membersitkan ide apakah
sebenarnya ide teori evolusi berasal dari mereka (kalangan muslim),
dan bukanlah dari Darwin. Sayangnya, mereka tidak banyak
membahas teori evolusi tersebut lebih detail. Hal tersebut wajar,
karena fokus mereka dalam membahas penciptaan adalah bagian
dari filsafat ketuhanan, dan juga karena mereka tidak melakukan
metoda pembuktian ilmiahnya, yang justru dilakukan pertama kali
oleh Darwin walaupun baru muncul ratusan tahun setelah mereka.

Buku ini memang tidak menjelaskan terperinci tentang sufisme.
Tetapi, penulis mencoba menguraikan penafsiran lain tentang
penciptaan yang diusung oleh kalangan sufisme ini. Bahkan, Evolusi
makhluk hidup dapat menjelaskan pernyataan-pernyataan atau
istilah-istilah yang digunakan mereka, seperti: wahdatul wujud,
fana, dan lain-lainnya. Sehingga dalam hal ini sufisme mendapatkan
alasan-alasan yang rasional dan saintifik tentang apa yang mereka
nyatakan.

Oleh karena itu, tujuan penulisan ini sesungguhnya bukanlah
persoalan mendukung atau tidak mendukung bahwa teori evolusi itu
benar atau keliru dari sudut pandang Islam, tetapi lebih merupakan
kritik filosofi penciptaan yang ditawarkan oleh individu Harun Yahya
xv
atau kalangan Kresionis pada umumnya. Hasil pemikiran kalangan
kreasionis sangatlah tidak universal dibandingkan hasil pemikiran
para filosof atau sufisme Islam tersebut diatas. Selanjutnya, penulis
mencoba agar kita mengambil kearifan-kearifan atau hikmah-
hikmah yang terdapat dalam evolusi makhluk hidup tersebut.

Sebaliknya, pembaca diharapkan tidak melihat tulisan ini sebagai
definisi atau arti tunggal dari ke- maha Penciptaan Tuhan.
Subhanallah!! Allah lebih mulia daripada apa yang difikirkan
manusia. Tulisan ini hanyalah semata kritik konsep ke-ilahian dari
kalangan kreasionis yang menentang teori evolusi, dan memberikan
alternatif konsep ke-ilahi-an yang lebih universal serta membuktikan
bahwa ide teori evolusi pun ada dari kalangan muslim abad
pertengahanan. Upaya dalam tulisan ini adalah menjelaskan bahwa
pandangan kreasionis ala Harun Yahya dalam menafsirkan Al Quran
menunjukkan pertentangan penafsiran satu ayat dengan ayat yang
lain. Demikian juga dengan dalam hal penafsiran sifat-sifat Allah,
sifat satu dengan yang lain seolah-olah tidak berkaitan atau
bertentangan. Tulisan ini merupakan upaya menafsirkan Al Quran
dan sifat-sifat Allah yang lebih komperenhensif. Seiring dengan hal
tersebut, evolusi makhluk hidup ternyata memiliki hikmah yang
tinggi bagi kita semua.

Tulisan ini lebih berfokus mengenai penciptaan pada manusia.
Kemudian ditindaklanjuti dengan pembuktian bahwa analogi-analogi
yang disampaikan Harun Yahya justru akan meruntuhkan
keagungan Tuhan daripada meninggikanNya. Sesuai dengan
maksud tersebut, maka tulisan ini akan diurai dalam enam bagian,
yaitu:

Pertama, Teori Evolusi dan Perkembangannya. Bab ini mencoba
meringkas teori evolusi dan perkembangannya. Penulis
menganggap perlu menulis bab ini agar kita tidak memandang
keliru dalam mengkritik teori evolusi, karena teori evolusi telah
mengalami evolusi! Adalah benar bahwa teori Darwin adalah
basis dari teori evolusi, tetapi teori evolusi tidaklah identik
dengan teori Darwin. Saat ini, telah banyak perkembangan

xvi
teori evolusi tersebut, berikut penemuan-penemuan terbaru
dibidang tersebut. Selain itu diharapkan pembaca memahami
lebih dahulu defenisi-defenisi yang digunakan para ilmuwan
saat ini. Diakhir bab ini, penulis menguraikan pandangan-
pandangan dari kalangan muslimin tentang teori evolusi dari
abad pertengahan hingga dewasa ini.
Kedua, Kerancuan Berfikir Para Kreasionis tentang Penciptaan.
Penyebab utama salah pandang terhadap teori evolusi, karena
salah dalam menafsirkan tentang penciptaan. Oleh karena itu,
pada Bab ini menunjukkan bagaimana para kreasionis telah
salah menafsirkan tentang penciptaan sehingga secara tak
disengaja telah sangat merusak sifat ke-IlahianNya.
Ketiga, Menafsir Ulang Makna Penciptaan. Pada Bab ini
dijelaskan bagaimana menafsirkan penciptaan diluar kerangka
berfikir kreasionis. Penulis mencoba menafsirkan berdasarkan
pandangan sufisme.
Keempat, Evolusi Bertentangan dengan Al Quran? Dengan
mengusung arti penciptaan yang berbeda dengan definisi dari
kreasionis, ternyata Al Quran memberikan definisi yang
berbeda tentang realitas kehidupan ini dibandingkan dengan
defenisi dari kreasionis. Penafsiran realitas kehidupan ini
bersesuaian dengan penafsiran dari kalangan sufisme yang
juga sangat memudahkan dalam memahami teori evolusi.
Kelima, Kerancuan mengartikan evolusi. Pada Bab ini
merupakan uraian kritisi terhadap setiap argumen ilmiah Harun
Yahya dalam menolak evolusi.
Keenam, Siapakah Nabi Adam a.s. itu? Bab ini cukup penting,
karena kebuntuan menerima evolusi juga disebabkan sulitnya
menjelaskan posisi Nabi Adam a.s.. Bab yang terakhir ini
sebagai puncak penjelasan kebenaran evolusi dengan bukti
bahwa Adam itu dilahirkan, dan juga menafsirkan kembali arti
tanah dan makna dari kehadiran Adam. Bab ini menafsirkan
kembali ayat-ayat Al Quran yang digunakan Harun Yahya
dalam menolak teori evolusi, yang ternyata jika dikritisi ayat-
xvii
ayat tersebut juga memiliki argumen evolusi sekaligus juga
menerangkan posisi Adam dalam sejarah kemunculannya.
Ketujuh, Renungan Kembali. Pada bab ini, penulis tidak saja
hanya memberikan kesimpulan untuk memudahkan
pemahaman tulisan ini, tetapi juga masih banyak pemikiran
yang lebih lanjut yang harus direnungkan kembali setelah
tulisan ini diakhiri.

Tak ada gading tak retak, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
karya ini masih banyak terdapat kekurangan. Selain itu, penulisan
ini juga ditujukan sebagai apresiasi dan penghargaan atas tulisan-
tulisan Harun Yahya. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
dan sumbangan pemikiran dalam dunia Islam.



Tenggarong, Februari 2009



Herdianto Arifien










xviii

xix

Daftar Isi


PENDAHULUAN....................................................................................... XI
DAFTAR ISI ............................................................................................XIX
TEORI EVOLUSI SEBELUM DARWIN ................................................................ 1
SELEKSI ALAM SEBAGAI DASAR TEORI EVOLUSI DARWIN .................................... 3
GENETIKA SEBAGAI DASAR TEORI EVOLUSI PASCA DARWIN................................. 6
BUKTI-BUKTI DALAM EVOLUSI MAKHLUK HIDUP ............................................ 16
SEJARAH PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP DAN MANUSIA ............................. 25
DAMPAK TEORI EVOLUSI TERHADAP AGAMA DAN PERDEBATANNYA .................... 37
KERANCUAN BERFIKIR PARA KREASIONIS TENTANG PENCIPTAAN ........ 43
INTELLIGENT DESIGN DAN PERMASALAHANNYA .............................................. 43
KEBERMULAAN DAN PENGAKHIRAN ALAM SEMESTA (KOSMOS) ......................... 44
KETERATURAN ALAM DAN DESAIN TINGKAT TINGGI ........................................ 46
ANALOGI PENCIPTAAN ALAM DENGAN PENCIPTAAN ARLOJI .............................. 48
PENCIPTAAN ADALAH PERISTIWA TERPISAH BAGI SETIAP MAKHLUK .................... 49
ARTI PENCIPTAAN DARI TIDAK ADA MENJADI ADA .......................................... 54
ALASAN PENOLAKAN ARGUMEN KREASIONIS ................................................. 55
MENAFSIR ULANG PENCIPTAAN ............................................................ 63
KEMENJADIAN ABADI .............................................................................. 64
KEHANCURAN DAN KIAMAT JUGA BERMAKNA PENCIPTAAN ............................... 69
KEKACAUAN (KE-TAK PASTI-AN) DAN KETERATURAN (KEPASTIAN) ...................... 74
PERISTIWA NATURAL (ALAMIAH) ADALAH PERISTIWA ILAHIYAH .......................... 79
KARAKTERISTIK PENCIPTAAN...................................................................... 85
HIKMAH KEMENJADIAN ABADI ................................................................... 87
EVOLUSI MAKHLUK HIDUP BERTENTANGAN DENGAN AL QURAN? ....... 91

xx
KONTROVERSI PENAFSIRAN AL QURAN DALAM MEMAHAMI EVOLUSI MAKHLUK
HIDUP ................................................................................................. 91
TUJUAN DAN MAKNA REALITAS PARADOKSIAL ............................................... 93
DIRI YANG SATU .................................................................................... 96
PEWARISAN ........................................................................................ 104
MEMAHAMI EVOLUSI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG ................................ 107
MANIFESTASI IMAN DAN KAFIR DALAM EVOLUSI .......................................... 117
HIKMAH EVOLUSI MAKHLUK HIDUP .......................................................... 122
KERANCUAN MENGARTIKAN EVOLUSI ................................................ 125
TIDAK ADA PERUBAHAN FISIK.................................................................. 125
MISSING LINK ..................................................................................... 128
LEDAKAN KAMBRIUM ........................................................................... 132
KODE GENETIK BUKAN BUKTI EVOLUSI ...................................................... 134
MUTASI SELALU MERUGIKAN .................................................................. 135
MUTASI TIDAK BISA MEMUNCULKAN SPESIES BARU ..................................... 136
HUKUM II TERMODINAMIKA ................................................................... 136
TEORI EVOLUSI MENGUSUNG RASISME DAN FASISME.................................... 137
SIAPAKAH ADAM ITU? ......................................................................... 139
KONTROVERSIAL ADAM (MANUSIA PERTAMA) DALAM PENAFSIRAN AL QURAN .. 139
PENAFSIRAN MENYELURUH (MAKRO) PENCIPTAAN MANUSIA DALAM AL QURAN 153
REKONSTRUKSI PERISTIWA KEMUNCULAN NABI ADAM AS ............................. 158
RENUNGAN KEMBALI .......................................................................... 163
REFERENSI ........................................................................................... 169
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 169
EXTERNAL LINK .................................................................................... 172



1
Teori Evolusi dan
Perkembangannya

Teori Evolusi sebelum Darwin

Jauh sebelum Charles Darwin meluncurkan teori evolusinya, yaitu
pada tahun 2000 SM, filsuf Yunani yang bernama Empodecles
memiliki gagasan bahwa alam semesta berada dalam
perkembangan bertahap yang mempengaruhi baik makhluk hidup
dan benda-benda mati. Gagasan ini masih bersifat abstrak karena
belum memperlihatkan pentahapan perkembangan kehidupan yang
lebih rinci.

Pemikiran tersebut kemudian berlanjut, menjadi bahwa kehidupan
ini bagaikan tangga alam yang dimulai dari benda mati hingga
makhluk hidup yang puncak tangganya adalah manusia yang
dicetuskan oleh Aristoteles (322 SM). Walaupun demikian,
Aristoteles masih memandang bahwa kehidupan pada alam sebagai
sesuatu yang tetap. Setiap kehidupan memiliki masing kedudukan
dalam tangga alam yang menggambarkan tingkatan kesempurnaan.
Selanjutnya, 1800 tahun setelahnya, yaitu sebelum zaman
renaisans, gagasan Aristoteles mengenai kesetimbangan alam telah
berkembang menjadi gagasan Rantai Makhluk Hidup. Suatu
gradasi tak terhingga dari spesies-spesies mulai dari bentuk paling
sederhana hingga ke manusia.

Sebenarnya sebelum Darwin ada 2 orang yang telah tercatat dan
dianggap yang pertama kali mencetuskan ide evolusi. Pertama,
Georges Louis Buffon (1707-1788), seorang naturalis yang telah
menulis buku Natural History dalam 44 jilid. Dalam karyanya
menjelaskan bahwa spesies tanaman dan hewan dipastikan

2
berkembang dari satu spesies ke spesies lainnya. Kedua, Jean
Baptise de Lamarck (1744-1829) adalah orang yang menyusun
sebuah teori evolusi yang menjelaskan bagaimana dan mengapa
perubahan terjadi. Ia yakin bahwa setiap makhluk mempunyai
kecenderungan alamiah untuk berkembang maju, serta memiliki
kemampuan meneruskan ciri-ciri berguna yang berkembang selama
perjalanan hidup mereka. Beliau memberikan contoh bahwa
berdasarkan teorinya, jerapah semula adalah binatang berleher
pendek yang memakan daun-daunan dari pohon. Mengingat
semakin jarangnya pohon yang rendah, jerapah mewariskan ke
generasi-generasi berikutnya leher yang makin panjang untuk
menggapai dedaunan yang tinggi.

Tetapi, teori Lamarck mempunyai kecacatan yang serius. Jika ciri-ciri
yang diperoleh tersebut benar-benar diwariskan, seharusnya kita
benar-benar dapat segera menyadari efek-efeknya. Sebagai contoh,
pepohonan yang dibengkokkan angin kencang, seharusnya akan
langsung mewariskan pohon yang bengkok juga, tetapi ternyata
tidak demikian.

Istilah Evolusi ini sendiri berasal dari kata Latin yang berarti
terbukanya sebuah gulungan. Diawal penggunaannya dalam bahasa
Inggris sekitar tahun 1600-an, kata Evolusi menggambarkan proses
perkembangan suatu organisme dari bentuk awal yang belum
sempurna menuju ke bentuk yang lebih sempurna. Pada tahun
1800-an sampai saat ini, pengertian istilah Evolusi ini adalah
perubahan adaptif yang berkembang melalui banyak generasi.
Ilmuwan saat ini membagi evolusi dalam 2 kategori: Mikroevolusi,
yaitu perubahan-perubahan yang terjadi hanya menimbulkan
variasi-variasi. Sedangkan Makroevolusi perubahan-perubahan yang
terjadi menimbulkan spesies baru. Para ilmuwan berkeyakinan
bahwa Makroevolusi terjadi karena akumulatif dari mikroevolusi.


3
Seleksi Alam Sebagai Dasar Teori Evolusi Darwin

Charles Darwin (1809-1882) menemukan gagasan tentang teori
evolusinya bermula ketika mengikuti ekspedisi kapal HMS Beagle
dari Inggris yang memetakan pesisir Patagonia, Chili, dan Peru yang
dimulai pada tanggal 27 desember 1831. Dalam perjalanannya,
beliau singgah ke kepulauan Galapagos pada bulan september 1835.

Gambar 1. Charles Darwin (1809-1882)

Setelah sekian lama mondar-mandir antar pulau dalam kepulauan
tersebut, beliau sangat terkejut setelah melihat beragamnya bentuk
kehidupan antar pulau-pulau tersebut. Tiap-tiap pulau tampaknya
memiliki jenis-jenis hewan tertentu. Dalam hal ini, Darwin telah
menginvetarisir 13 jenis burung finch (pipit), sebagai contoh: Pipit
warbler, pipit pohon (serangga), pipit pohon (tumbuhan), pipit
pemakai alat, pipit tanah, dan lain sebagainya. Perbedaan utama
dari masing-masing jenis pipit tersebut adalah bentuk paruhnya. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa burung pipit tersebut telah hidup
dengan jenis makanan yang berbeda di setiap wilayah yang
berbeda. Usaha pengamatan dan pembuktian Darwin inilah yang
membedakan dengan Lamarck, sehingga mengapa teori evolusi ini
lebih dilekatkan sebagai temuan beliau.

Menurut pandangan orang-orang sezaman Darwin, semua hewan

4
dan tumbuhan telah diciptakan sesuai tempat keadaan mereka
hidup. Darwin berargumen, bila hal tersebut benar, spesies yang
sama harusnya menempati habitat yang sama di seluruh dunia.
Akan tetapi, berdasarkan pengalamannya menunjukkan kepadanya
bahwa disetiap bagian bumi memiliki spesies masing-masing. Dalam
satu spesies, ia melihat perbedaan diantara populasi-populasi
setempat dan melihat bahwa keadaan setempat menentukan
pemilihan ciri-ciri yang memungkinkan salah satu populasi bertahan
hidup lebih baik daripada lainnya. Ia menyatakan bahwa melalui
proses seleksi alam oleh lingkungan inilah evolusi terjadi. Variasi-
variasi selalu muncul disetiap makhluk hidup. Variasi-variasi yang
menguntungkan dipertahankan, sementara yang merugikan
disingkirkan dan akhirnya dimusnahkan. Dengan demikian seleksi
alamiah dapat didefinisikan sebagai proses dalam lingkungan yang
memungkinkan makhluk hidup yang paling sesuai (cocok) dengan
lingkungannya untuk dapat terus menghasilkan banyak keturunan.

Untuk membedakan dengan teori evolusi Lamarck, kita ambil contoh
yang sama yaitu Jerapah. Dalam teori evolusi Darwin ini, sejak
semula jerapah ada yang berleher pendek dan panjang. Mengingat
pohon-pohon yang rendah semakin langka atau penuh persaingan
dengan makhluk yang lain, maka jerapah yang berleher pendek
makin lama semakin punah. Jerapah yang berleher panjang
bertahan. Inilah seleksi alamiah.

Pada tahun 1858, Darwin memperoleh dukungan dari Alfred Russel
Wallace (1823-1913) seorang naturalis yang sedang bekerja di Asia
Tenggara (Indonesia dan Malaysia). Beliau meringkas gagasannya
tentang perjuangan untuk bertahan hidup di alam dan menjelaskan
bagaimana dalam lingkup variasi, hanya individu-individu yang
beradaptasi paling baiklah yang akan terus bertahan hidup. Wallace
merupakan pelopor biogeografi, yaitu ilmu tentang persebaran
tumbuhan dan hewan. Beliau mengindentifikasi adanya batas yang
jelas yang memisahkan spesies-spesies Autralasia dengan yang
terdapat di Asia Tenggara. Batas ini terbentang diantara bali dan
lombok hingga antara kalimantan dan sulawesi. Garis ini kemudian
dikenal dengan nama Garis Wallace.
5

Dalam mempertahankan teori seleksi alamnya, Darwin mengalami
kesulitan ketika beliau memperhatikan budidaya burung merpati
yang akan dilombakan. Burung merpati tersebut mengalami
modifikasi dari bentuk biakan alamiah melalui campur tangan
manusia sehingga menghasilkan hewan domestikasi yaitu hewan
yang teradaptasi sesuai dengan kebutuhan manusia. Bagaimana
seleksi alam dapat menjelaskan terjadinya pemijahan apabila tidak
ada individu yang mengendalikan?

Pertanyaan beliau kemudian terjawab, setelah secara tak sengaja
membaca esai yang ditulis pada tahun 1798 oleh Thomas Malthus
yang menuliskan bahwa persaingan memperebutkan sumber daya
yang terbatas telah menciptakan suatu perjuangan demi
kelangsungan hidup. Kata kunci persaingan (bukan seleksi dengan
sengaja) inilah yang tampaknya merupakan kekuatan yang
mengarahkan perubahan pada makhluk hidup. Dengan menerapkan
gagasan Malthus ini Darwin telah menemukan kekuatan pengendali
evolusionernya yang telah lama dicari-carinya: seleksi alam.

Jika disimpulkan, maka ada tiga gagasan penting dalam Teori
Darwin ini. Pertama, tidak semua individu suatu spesies itu identik;
ada variasi alami dalam ukuran atau warna, misalnya. Kedua, Setiap
individu dari spesies menghasilkan lebih banyak keturunan yang
dapat mewarisi variasi ini daripada yang selamat. Ketiga, individu
dengan ciri-ciri yang membuatnya lebih unggul dari individu-individu
lain dari spesies yang sama lebih mungkin bertahan hidup dan
berkembang biak dengan mewariskan ciri-ciri tadi kepada
keturunannya.

Diakhir hayat Darwin, teori seleksi alamnya ini mendapatkan
tantangan berat. Teori seleksi alamnya menggagaskan bahwa alam
telah menjaga spesies-spesies tetap murni dengan cara
menyingkirkan individu-individu yang lemah atau yang beradaptasi
lemah. Mekanisme evolusioner yang diajukan Darwin ini adalah
dengan memunculkan variasi-variasi secara spontan dan acak. Oleh
karena itu gagasan seleksi alamnya yang mendorong bertindak

6
sebagai kekuatan positif yaitu mendorong berkembangnya ciri-ciri
yang berguna dan menciptakan spesies-spesies baru terbukti sulit
diterima. Seleksi alamiah pada waktu itu dianggap sebagai mimpi
buruk tentang kehidupan yang sia-sia dan kematian.

Memasuki abad 20, teori Lamarck mendapatkan dukungan kembali
dengan mengajukan teori baru yaitu Orthogenesis yang berarti
perkembangan mengikuti garis lurus. Teori ini menjelaskan
keberadaan struktur-struktur non adaptif pada binatang. Contoh
hewan tersebut adalah Macan taring pedang dan rusa besar Irlandia
yang punah setelah zaman es berakhir. Tanduk rusa tersebut dapat
mencapai 50 kg (kira-kira sepertujuh dari berat badannya). Para
pendukung ortogenesis ini berpendapat bahwa taring macan atau
tanduk rusa tersebut tumbuh sedikit demi sedikit ke setiap
generasinya sehingga makhluk tersebut tidak mampu mendukung
taring dan tanduk tersebut sehingga mengalami kepunahan.

Teori Lamarck ini berhasil bertahan dalam beberapa dekade. Tetapi,
teori ini memiliki beberapa kelemahan, karena bukti-bukti dari fosil-
fosil yang ditemukan tidak menunjukkan hal tersebut. Tidak ada
seorangpun yang dapat membuktikan bahwa struktur yang
overdevelop (seperti taring dan tanduk tersebut diatas) merupakan
kerugian bagi makhluk tersebut.


Genetika Sebagai Dasar Teori Evolusi Pasca Darwin

Seleksi alam tidak akan terjadi apabila tidak ada variasi-variasi
dalam satu spesies makhluk hidup. Seleksi alam memilah-milah
masing-masing variasi bahkan yang paling kecil sekalipun setiap hari
dan setiap jamnya diseluruh dunia. Seleksi alam menyingkirkan
yang jelek, mempertahankan dan menambahkan segalanya yang
baik, secara diam-diam dan tanpa disadari. Tetapi, bagaimana
variasi itu sendiri dapat terjadi? Bagaimana variasi dapat
diwariskan? Hal tersebut ternyata masih belum terjawab hingga
7
Darwin meninggal.

Menjelang tahun 1900-an, teori hereditas dari Gregor Mendel (1822-
1884) kembali ditemukan setelah sekian lama dilupakan. Diusianya
yang 21 tahun, beliau telah mengadakan penelitian terhadap 8.023
tanaman kacang polong dengan melakukan ribuan penyilangan,
maka memperoleh hasil seperti penyilangan terhadap yang
berbunga merah dan putih, maka mendapatkan angka statistika
tepat 3:1. Dalam hal ini Mendel tidak menemukan pencampuran
(blending) variasi tetapi telah menemukan bagaimana terjadinya
variasi dalam persilangan dan bagaimana variasi tersebut
diwariskan. Bahkan yang lebih mencengangkan, Mendel
menemukan dalam kasus tertentu sebuah ciri yang secara jelas
dapat hilang dalam satu generasi tetapi dapat muncul kembali
dalam generasi berikutnya.

Mendel telah menemukan bahwa ciri-ciri dikendalikan oleh faktor-
faktor yang dijulukinya elemen-elemen herediter yang tidak dapat
bercampur. Saat ini elemen herediter tersebut dinamai GEN yang
ternyata bertingkah dalam keberadaan variasi besar dan kecil.
Bentuk-bentuk alternatif gen tersebut dinamai ALEL. Dalam contoh
percobaan kacang polong berbunga merah dan putih seperti
tersebut diatas, dalam Gen yang menandakan warna bunga, yang
menandakan warna merah adalah Alel yang bersifat DOMINAN,
sedangkan warna putih menandakan Alel yang bersifat RESESIF.

Berdasarkan temuan-temuannya tersebut, Mendel merangkumnya
dalam dua hukumnya. Pertama, ciri-ciri makhluk hidup dikendalikan
oleh faktor-faktor yang berpasangan (gen), dengan satu faktor
berasal dari masing-masing orangtuanya. Kedua, gen-gen
diperlakukan secara mandiri selama proses reproduksi. Hukum
kedua Mendel tersebut, sekarang diketahui hanya benar sebagian,
karena ciri-ciri seringkali tidak dilakukan oleh satu gen saja, tetapi
sejumlah gen yang bersamaan. Hal ini yang menjelaskan bagaimana
gen-gen dapat menghasilkan variasi yang diwariskan secara mulus
dan juga terputus.


8
Dalam abad 20 ini perkembangan biologi molekuler sudah sangat
pesat yang dapat mengungkap bagaimana gen dapat mewariskan
informasi-informasi dari generasi sebelumnya ke generasi
berikutnya. Informasi-informasi genetik itulah yang membuat
evolusi bekerja. Biologi molekulerlah yang telah berjasa
menghidupkan kembali teori seleksi Darwin. Tetapi, apakah gen itu?
Terbuat dari apakah gen itu? Bagaimana informasi genetik itu
diwariskan?

Didalam setiap sel makhluk hidup, terdapat inti sel yang disebut
Nukleus. Didalam nukleus tersebut terdapat sepasang Genom,
kecuali sel telur dan sel sperma yang hanya memiliki sebelah pasang
Genom. Dalam setiap sel manusia, pada setiap Genomnya terdapat
23 pasang Kromosom. Sedangkan Gen adalah bagian dari
Kromosom yang memiliki instruksi membuat satu protein. Dalam
setiap sel manusia diperkirakan k.l. terdapat 25.000 instruksi yang
disebut gen dimana setiap instruksi tersebut mewakili setiap
perbedaan ciri seperti tersebut diatas. Sedangkan Kromosom itu
sendiri adalah sepasang molekul DNA (Deoxyribonucleic Acid) yang
sangat panjang yang terbuat dari gula dan fosfat. Bentuk molekul
DNA tersebut berupa spiral double helix yang diikat senyawa kimia
yang disebut Basa. Terdapat empat macam basa dalam molekul
DNA tersebut antara lain: adenin, sitosin, guanin dan Timin. Empat
Basa tersebut sering disebut sebagai kode genetik A, C, G, dan T.

Genom itu sendiri adalah bagaikan buku yang pintar, karena dalam
kondisi-kondisi yang tepat genom dapat menyalin dan membaca diri
sendiri. Proses penyalinan ini disebut Replikasi. Kecerdasan dalam
replikasi ini adalah berkat keempat basanya. Sedangkan proses
pembacaannya disebut Translasi. Proses Translasi ini adalah
proses yang rumit. Teks-teks pada gen tersebut kemudian di
Transkip menjadi sebuah salinan melalui proses perpasangan basa
yang sama, yaitu Ribonucleic Acid (RNA). Kemudian RNA bertindak
sebagai cetakan perakitan protein. Hampir segala sesuatu dalam
tubuh, dari rambut hingga hormon, terbuat dari protein atau
gabungan protein dengan bahan organik lainnya. Setiap protein
adalah gen yang telah ditranslasi. Proses penyalinan dan penurunan
9
informasi-informasi tersebut diatas terjadi pada saat pembelahan
sel. Demikianlah proses pewarisan informasi genetik terjadi.

Ketika gen direplikasi pada saat sel membelah diri, kesalahan bisa
saja terjadi. Kadang-kadang ada huruf (basa) yang terlewat atau
salah pilih. Kadang-kadang seluruh kalimat atau seluruh paragraf
terduplikasi, terabaikan, atau terbalik. Peristiwa ini disebut Mutasi.
Istilah mutasi tersebut awalnya digunakan untuk menggambarkan
perubahan acak manapun. Namun, dalam genetika mutakhir, istilah
ini telah memperoleh pendefinisian yang lebih seksama. Mutasi tidak
hanya dihasilkan oleh kerusakan kecil terhadap DNA. Terkadang,
keseluruhan kromosom mungkin hilang atau tergandakan sehingga
menyebabkan perubahan besar terhadap atau tergandakan
sehingga menyebabkan perubahan besar terhadap cara-cara sel-sel
bekerja.

Setiap tiga basa disebut Kodon. Mutasi terjadi pada setiap Kodon.
Secara umum mutasi tidak membahayakan, karena sebagai contoh
mutasi yang terjadi pada spesies manusia secara umum mencapai
seratus kodon dalam tiap generasinya. Padahal dalam genom
manusia terdapat jutaan kodon, sehingga pengaruhnya tidak
banyak. Mutasi-mutasi tersebut menyediakan pasokan tetap variasi-
variasi baru yang nantinya dapat diuji. Oleh karena itu, tanpa
mutasi, adaptasi-adaptasi baru tidak dapat berevolusi. Walapun
demikian, mutasi juga dapat merupakan kesalahan yang berakibat
fatal.

Sebagai catatan yang perlu diperhatikan dalam dunia makhluk
hidup:
Tidak semua gen terdapat dalam kromosom utama, beberapa
diantaranya terdapat didalam bintik-bintik kecil yang disebut
mitokondria dan telah lama disitu sejak mitokondria masih
berwujud bakteri yang hidup bebas.
Tidak semua gen terbuat dari DNA, beberapa menggunakan
RNA, sebagai contoh: virus.
Tidak semua gen adalah resep untuk protein. Sebagian gen

10
ditranskip menjadi RNA tetapi tidak ditranslasi menjadi protein.
Tidak semua reaksi dikatalisis oleh protein. Sebagian kecil
dikatalisis oleh RNA.
Tidak semua protein berasal dari gen tunggal, ada yang
dibentuk dari gabungan beberpabuah gen.
Tidak semua DNA menyatakan gen. Kebanyakan diantaranya
hanya sejumlah urutan acak atau berulang tanpa aturan dan
tidakpernah ditranskip, maka disebut DNA sampah.

Pada awalnya kelompok Mendelian dan Darwinian bertentangan,
karena asumsi penyebab evolusi yang bagi kelompok Darwinian
yaitu sebagai akibat variasi yang berkelanjutan. Sedangkan bagi
kelompok Mendelian, penyebab evolusi adalah mutasi yang
berkelanjutan. Hal tersebut terjadi karena ahli genetika saat itu
(Mendelian) hanya memandang mutasi besar yang mempengaruhi
fenotip (sifat ragawi).

Kelemahan tersebut disadari oleh Ronald Fisher (1890-1962) yang
mengusung sintesis baru dengan melakukan analisis yang cermat
yang memperhatikan kekerapan dan kegunaan mutasi-mutasi kecil
(skala gen) seperti tersebut diatas. Keuntungan selektif sekecil
apapun dapat menyebabkan sifat baru yang tadinya tersembunyi
jadi menyebar dengan cepat dan menjadi secara permanen. Dari
pengamatan-pengamatan tersebut, menjadi jelas bahwa seleksi
alamiah berlangsung terus menerus.

Mutasi bukanlah satu-satunya sumber sifat biologis yang baru.
Rekombinasi faktor-faktor yang sudah ada sama produktifnya
dengan penggantian faktor-faktor yang baru. Menjadi jelas bahwa
populasi secara keseluruhan merupakan sumber variasi yang tak
habis-habisnya. Tanpa mutasipun, penyusunan kembali genotip
(faktor genetika) yang berlangsung dengan bantuan reproduksi
seksual dapat menjadi sumber genetika baru yang tak habis-
habisnya.

11
Dari uraian tersebut diatas, genetika telah banyak membantu
menjelaskan teori seleksi alam Darwin. Dalam pandangan ilmu
genetika, seleksi alam mendapatkan defenisi baru yaitu perubahan
evolutif dari kebugaran organisma. Tolok ukur kebugaran tersebut
adalah kontribusi genetika organisma ke generasi
berikutnya. Hal ini tidaklah serupa dengan jumlah banyaknya
keturunan, kebugaran lebih ditentukan karena sebagian dari
populasi yang mewariskan gen-gen organisma. Jadi, dalam definisi
baru ini, seleksi alam berperan menyokong gen meningkatkan
kapasitas untuk mempertahankan diri (survival) dan melanjutkan
keturunannya (bereproduksi).

Kita juga sudah melihat bagaimana mekanisme genetika dan mutasi
yang mengakibatkan variasi-variasi yang terjadi dalam individu
makhluk hidup. Kemudian variasi-variasi tersebut mengalami seleksi
sehingga terpilahnya variasi-variasi mana yang diwariskan ke
generasi berikutnya. Melalui perkembangan ilmu-ilmu dan bukti-
bukti terkini, mekanisme seleksi itu sendiri terjadi bermacam-
macam. Bagaimana mekanisme seleksi seleksi tersebut terjadi?

Seleksi Seksual yaitu seleksi yang menonjolkan ciri-ciri tertentu
yang ditemui pada jenis kelamin tertentu. Hal tersebut
meningkatkan kesempatan pemiliknya untuk kawin dengan
sukses.
Seleksi Buatan (Artificial Selection) yaitu seleksi yang terjadi
akibat peran manusia (domestikasi) seperti yang terjadi pada
hewan-hewan ternak
Seleksi seimbang (Stabilizing Selection) yaitu seleksi yang
terjadi terhadap individu-individu yang memiliki ciri rata-rata
dengan menyingkirkan individu-individu yang memiliki ciri diluar
kisaran optimum.
Seleksi Terarah (Directional Selection) yaitu seleksi yang
mendorong terus menerus ke satu bentuk ekstrim tertentu.
Seleksi yang Mengacaukan (Disruptive Selection) yaitu seleksi
yang bekerja selama beberapa generasi dengan menciptakan

12
dan mempertahankan sejumlah bentuk-bentuk khas dalam
spesies yang sama, suatu situasi yang dikenal sebagai
polimorfisme yang terseimbangkan (Balanced Polymorphisme).
Polimorfisme adalah keberadaan dari dua atau lebih wujud
(varian) yang ditentukan secara genetik dalam satu populasi.

Tinjauan evolusi saat ini tidak hanya tinjauan dalam skala individu
tetapi juga dalam skala populasi. Tinjauan tersebut disebabkan
bahwa evolusi akan hanya terjadi pada populasi bukan pada
individu. Peran genetika tidak hanya menjelaskan mekanisme seleksi
yang merupakan bagian dari mekanisme evolusi makhluk hidup.
Dengan kata lain, walaupun mekanisme seleksi tidak terjadi, evolusi
tetap dapat berlanjut dengan mekanisme yang lain, seperti:

Pertama, Genetic Drift (Hanyutan Genetik), adalah perubahan
frekuensi Alel (proporsi anggota populasi yang membawa variasi
tertentu dalam gen) dari suatu populasi dari generasi satu ke
generasi berikutnya. Frekuensi kemunculan alel dalam keturunannya
terjadi sebagai akibat hasil acak perkawinan orangtuanya. Ketika
tekanan seleksi melemah atau hilang, frekuensi alel cenderung
hanyut dengan meningkat atau menurun secara acak. Hanyutan
tersebut berhenti ketika alel menjadi fix. Hanyutan Genetik dapat
menghilangkan beberapa alel dalam populasi karena perubahan
sendiri atau memisahkan populasi yang awalnya memiliki kesamaan
genetik menjadi dua populasi terpecah dengan alel yang berbeda.
Genetic drift lebih berpengaruh pada populasi kecil dengan
menghasilkan individu-individu yang beralel langka yang berhasil
bereproduksi. Populasi tersebut disebut efek pendiri (Founder
Effect). Dalam hal ini, berbeda dengan seleksi alam, genetic drift
tidak membutuhkan keterisolasian.

13


Gambar 2.
Simulasi
Genetic Drift.
Simulasi pada 20
alel dengan
frekuensi 0,5
pada ukuran
populasi N=10
dan 100. Dalam
gambar terlihat
hanyutan (drift)
alel terjadi lebih
cepat menjadi fix
(frek = 0 atau 1)
pada populasi
yang lebih kecil.
(http://en.wikipedia.org/
wiki/Genetic_drift)



Kedua, Genetic Flow (Aliran Genetik), dapat juga disebut
perpindahan gen. Peristiwa ini terjadi karena sesungguhnya di alam
ini tidak ada isolasi yang sempurna. Aliran genetik terjadi karena
dua atau lebih populasi bertemu kembali karena penghalang isolasi
tertembus, melalui binatang lain, atau karena mekanisme alam
(angin yang membantu penyerbukan tanaman). Perpindahan ini
menghasilkan variasi genetika baru. Aliran genetik ini dapat terjadi
juga antar spesies yang menghasilkan penggabungan
(hybridization), seperti antar virus dan bakteri. Pada manusia,
contoh aliran genetik adalah pertemuan populasi eropa dan afrika di
Amerika Serikat. Populasi afrika mempunyai gen yang tahan
terhadap beberapa penyakit, seperti malaria, yang dipopulasi eropa
tidak diketemukan. Ilmuwan telah menemukan terjadinya
pencampuran pada frekuensi alel karena pergerakan individu. Selain
itu juga ditemukan aliran genetik kedua pupulasi tersebut lebih
besar terjadi di Amerika utara daripada selatan.


14
Keempat mekanisme evolusi tersebut diatas, seperti: Seleksi Alam,
Mutasi, Genetic Drift dan Genetic Flow, suka atau tidak
mempengaruhi berbagai aspek bentuk dan perilaku makhluk hidup.
Evolusi itu sering disalah mengertikan perubahan yang bergerak
maju menghasilkan kompleksitas yang lebih tinggi. Karena
walaupun spesies kompleks telah banyak dihasilkan oleh evolusi,
masih banyak organisma-organisma dengan bentuk sederhana yang
ditemukan saat ini. Dari pemikiran tersebutlah kita perlu
memperhatikan apa yang telah dihasilkan dari evolusi ini.

Para ilmuwan meyakini bahwa evolusi tidak mempunyai tujuan
jangka panjang. Hasil dari evolusi tersebut dapat dikelompokkan
dalam dua bagian, yaitu Mikroevolusi dan Makroevolusi.
Makroevolusi adalah perubahan yang terjadi hingga terbentuk
spesies baru sedangkan pada Mikroevolusi tidak terjadi. Spesies
adalah pengelompokan makhluk hidup yang masih memungkinkan
terjadinya perkawinan alami dalam satu kelompok tersebut. Dari
kedua kelompok tersebut, para ilmuwan membagi 5 macam hasil
dari evolusi tersebut:

Adaptasi, adalah peningkatan kemampuan spesifik
menyesuaikan dari organ atau perilaku organisma agar menjadi
lebih mampu mempertahankan diri (survival) dan melanjutkan
keturunannya (bereproduksi). Adaptasi inilah yang dikaitkan
dengan mikroevolusi.
Co-evolution, terjadi ketika spesies A mengakibatkan spesies B
beradaptasi, dan sebaliknya mempengaruhi spesies A untuk
beradaptasi juga.
Co-operation, terjadi karena spesies A dan spesies B berkoalisi
untuk survival atau bereproduksi.
Speciation, adalah pemilahan spesies menjadi dua atau lebih
spesies. Pemilahan ini terjadi karena adanya penghalang
(isolasi) reproduksi. Para saintis memperkenalkan 4 model
mekanisme pemilahan ini a.l.:
Allopatric, adalah pemisahan yang umum terjadi.
15
Pemisahan terjadi disebabkan isolasi geografis yang terjadi
karena perpindahan ataupun terfragmentasi.
Peripatric, terjadi pada populasi yang kecil. Pemilahan
yang terjadi disebabkan spesies terisolasi dengan
lingkungan yang baru yang mempercepat terjadinya efek
pendiri melalui genetic drift dan seleksi yang cepat.
Parapatric, seperti halnya peripatric, terjadi pada populasi
yang kecil dan memasuki populasi baru, terjadi genetic
flow karena isolasi terbuka. Speciation menghasilkan
mekanisme evolusi dengan memberikan kesempatan alel-
alel yang baru diintroduksi, kemudian menurunkan genetic
flow.
Sympatric, pemilahan yang terjadi bukan karena isolasi
geografis. Populasi-populasi menempati lingkungan yang
sama, tetapi beriringan dengan waktu masing-masing
populasi mengurangi perkawinan antar populasi hingga
tidak ada saling mengawini lagi. Isolasi repoduksi ini bila
terpelihara dalam kurun waktu yang lama akan
menghasilkan spesies yang baru yang masih dalam
lingkungan yang sama dengan spesies awal.
Kepunahan (extinction) adalah menghilangnya spesies
secara menyeluruh. Kepunahan terjadi beriringan dengan
sejarah kehidupan. Peran kepunahan dalam evolusi
tergantung tingkat kepunahannya. Tingkat kepunahan
yang terjadi adalah tingkat kompetisi spesies yang
merupakan bagian seleksi alam. Kepunahan massal
mengakibatkan percepatan penurunan keaneka ragaman
makhluk hidup sehingga mempercepat evolusi dan
speciation bagi yang selamat.






16


Gambar 3.
Empat Mekanisme
Speciation














(http://en.wikipedia.org/wiki/ Evolution)


Bukti-Bukti dalam Evolusi Makhluk Hidup

Dalam membuktikan kebenaran teori evolusi, para ilmuwan
berusaha dengan gigih mencari bukti-bukti yang mengindikasikan
informasi proses-proses alami kemunculan spesies. Sejauh ini bukti-
bukti yang dibuktikan oleh para ilmuwan dengan mengacu pada
website www.wikipedia.org adalah sebagai berikut:

1. Bukti Berdasarkan Palaentology

Bukti-bukti palaentologi ini mengacu pada catatan fossil dan
sedimentasi yang mengubur fossil tersebut. Dari temuan ini dapat
ditentukan jenis atau spesies dan usia hidup organisme yang
mengacu ke usia geologi. Fossil adalah sisa-sisa atau jejak makhluk
hidup yang tidak mengalami pelapukan tetapi terkubur menjadi
batu.
17

Salah satu contoh bukti palaentology ini, ilmuwan menampilkan
bukti perkembangan evolusi kuda dari Hyracotherium hingga Equus
(kuda modern). Hal ini melibatkan sedikitnya 12 jenis dan ratusan
spesies pada rentang waktung k.l. 54 juta tahun. Kecenderungan
utama perkembangan evolusi tersebut dapat diringkas sebagai
berikut:

Peningkatan ukuran tinggi dari 0.4 m hingga 1.5m
Perpanjangan paha dan kaki
Pengurangan jumlah jari
Peningkatan panjang dan penebalan jari ketiga
Peningkatan lebar gigi seri
Penggantian dari pra-geraham menjadi geraham
Peningkatan panjang gigi dan tinggi mahkota gigi geraham

Bukti-bukti berdasarkan temuan fossil (palentology) ini juga memiliki
kelemahan. Beberapa catatan fossil tidak memperlihatkan bentuk
peralihan yang sempurna antar grup spesies. Kelemahan catatan
fossil yang berkelanjutan dapat mempersulit asal-usul keturunan
grup makhluk hidup. Gap-gap tersebut seringkali disebut missing
link. Beberapa alasan ketidak lengkapan pencatatan fossil tersebut:

Kemungkinan makhluk hidup yang telah mati, sedikit sekali
mengalami fossilisasi.
Beberapa spesies atau grup sedikit mengalami fossilsasi
karena bertubuh lunak.
Beberapa spesies atau grup sedikit mengalami fossilsasi
karena lingkungan yang tidak mendukung fossilisasi.
Banyak fossil hancur karena erosi dan pergerakan tektonik
Beberapa sisa fossil ditemukan lengkap, tetapi seringkali
terfragmentasi.
Dalam lingkungan tertentu, beberapa peristiwa evolusi
terjadi pada populasi yang kecil, sehingga kemungkinan
mengalami fossilisasi juga sangat kecil.


18



Gambar 4. Evolusi pada Kuda
(http://en.wikipedia.org/wiki/Evidence_of_common_descent)

19
Lingkungan yang berubah cepat mengakibatkan penurunan
cepat jumlah populasi spesies sehingga sedikit yang
terfossilkan.
Banyak fossil hanya memberikan informasi bentuk luar,
tetapi sedikit menjelaskan fungsinya.
Berdasarkan petunjuk keaneka ragaman hayati saat ini,
memperlihatkan bahwa fossil yang berhasil diungkapkan
hanyalah sebagian kecil dari jumlah spesies yang hidup di
masa lalu.



2. Bukti Berdasarkan Perbandingan Anatomi

Membandingkan kerangka dari anatomi tubuh grup spesies-spesies
dapat menunjukkan adanya kesamaan leluhurnya atau keberadaan
evolusi melalui:
Tingkat kesamaan kerangka tubuhnya, karena akibat pengaruh
evolusi adaptasi. Jika membandingkan antar grup, maka yang
mempunyai makin sedikit kesamaan kerangka, maka lebih awal
terpecah kesamaan leluhurnya dibandingkan yang memiliki
lebih banyak kesamaan kerangkanya. Contoh: kesamaan
kerangka pada lengan dan jari pada mamalia.
Perbandingan struktur karena evolusi konvergen. Dalam
lingkungan yang sama, perbedaan struktur dalam grup spesies
yang berbeda mengalami modifikasi untuk menyediakan fungsi
yang sama. Hal tersebut dinamakan evolusi konvergen. Seperti
halnya: Sayap yang terdapat pada kalelawar, burung, dan
serangga. Sirip ekor pada ikan, paus, dan lobster.
Perbandingan anatomi terhadap organ sisa. Organ sisa adalah
struktur yang mengalami evolusi menjadi lebih kecil dan simpel
karena tidak berkembang, semakin tidak dibutuhkan, atau
semakin tidak berfungsi. Sebagai contoh: lengan belakang
paus. Selain itu, tulang ekor pada manusia yang juga
merupakan organ sisa dan membuktikan bahwa organ
tersebut diwariskan dari nenek moyang binatangnya.

20





Gambar 5. Bukti Evolusi pada Kesamaan Rangka
(http://en.wikipedia.org/wiki/Evidence_of_common_descent)


3. Bukti Berdasarkan Perbandingan Embrio

Tahap-tahap awal perkembangan suatu organisme dapat
memberikan petunjuk penting mengenai evolusinya dan
memperlihatkan betapa eratnya hubungan organisme tersebut
dengan makhluk lainnya. Misalnya, udang dengan teritip, memiliki
perbedaan yang besar anatomi tubuhnya apabila dewasa penuh,
tetapi memiliki keserupaan pada tahap belum dewasa atau larva.
Demikian halnya yang terjadi pada mamalia yang memiliki
keserupaan embrionya, suatu bukti bahwa mereka berevolusi dari
nenek moyang yang sama. David N. Menton, Ph.D dalam website
www.gennet.org mengungkapkan bahwa dalam tahap embryo,
21
manusia adalah ikan yang berinsang.


4. Bukti Berdasarkan Distribusi Geografis

Setiap makhluk hidup selalu beradaptasi terhadap lingkungannya.
Kondisi geografis yang berbeda pada setiap benua menunjukkan
perbedaan variasi dan spesies. Keterisolasian antar benua membuat
setiap makhluk hidup berkembang masing-masing disetiap benua
sesuai dengan lingkungannya. Sebagai contoh: kelompok utama
mamalia diperkirakan berasal dari asia bagian utara. Kemudian
menyebar ke afrika melalui eropa dan selat gibraltar, ke australia
melalui asia tenggara, dan ke amerika selatan melalui selat bearing
dan amerika utara. Ketiga jalur tersebut (selat gibraltar, selat
bearing, selat panama, dan indonesia) sekarang terputus,
mengakibatkan mamalia pada afrika, australia, dan amerika latin
berkembang memiliki ciri-ciri spesifik yang berbeda. Afrika memiliki
mamalia yang berekor pendek, amerika latin memiliki mamalia
berekor panjang, sedangkan australia memiliki mamalia berkantung.




Gambar 6. Perbedaan Variasi dan Spesies Mamalia
Akibat Keterisolasian Benua
(A) Sebelum jembatan antar benua terputus.
(B) Sesudah jembatan antar benua Terputus
(http://en.wikipedia.org/wiki/Evidence_of_common_descent)




22
Bukti lain evolusi berdasarkan perbedaan geografis ini adalah
perpindahan makhluk hidup dari satu benua ke benua yang lain.
Dalam setiap perjalanannya, mengalami juga keterisolasian,
sehingga berevolusi dalam garis perjalanannya. Contoh dalam hal ini
adalah unta yang pada awalnya diperkirakan berasal dari amerika
utara, kemudian berimigrasi kedua arah. Pertama, ke arah benua
asia dan afrika utara melewati selat bearing, kemudian terisolasi
oleh gurun pasir dan menghasilkan unta modern. Kedua, ke arah
amerika selatan yang terisolasi genting tanah panama yang
menghasilkan Llama.


Gambar 7. Peta Distribusi Keluarga Unta
Garis panah hitam menunjukkan kemungkinan rute imigrasinya
(http://en.wikipedia.org/wiki/Evidence_of_common_descent)


Sebaliknya, benua benua yang saat ini terpisah secara geografis,
seperti: Amerika selatan, afrika, india, australia, dan antartika,
memiliki kesamaan fossil ampibi dan serangga purba dari zaman
Paleozoic. Hal tersebut membuktikan terjadinya pergerakan
lempeng benua. Pada zaman itu, semua benua-benua tersebut
diatas merupakan satu kesatuan daratan yang disebut Gondwana.
Saat ini, keturunannya memiliki banyak kesamaan walaupun dalam
wilayah benua dan lingkungan yang berbeda.
23


5. Bukti Berdasarkan Fisiologi dan BioKimia

Bukti utama kesamaan asal usul makhluk hidup adalah berdasarkan
kesamaan biokima dasar makhluk hidup. Dalam hal ini biokima
dasar tersebut adalah kode informasi genetika (A,C,T,G) berupa
asam amino yang terdapat dalam DNA (atau RNA dalam virus).
Kesamaan kode genetika pada semua makhluk hidup berarti adalah
sepotong DNA pada bakteri berkode sama dengan asam amino pada
sel tubuh manusia.

Bukti lain evolusi yang disajikan para ilmuwan dalam kaitannya
dengan biokimia ini adalah jam molekul. Jam molekul ini mengacu
pada variasi protein sitokrom c dalam sel setiap makhluk hidup.
Setiap variasi atau perbedaan sitokrom c dalam setiap organisma
yang berbeda dihitung berdasarkan perbedaan jumlah perbedaan
asam amino. Setiap perbedaan asam amino adalah akibat setiap
perubahan dalam satu pasang basa atau yang sering disebut
mutasi. Penentuan seberapa lama terpisah dari satu menjadi dua
spesies dihitung berdasarkan perkalian banyaknya perubahan
pasangan basa dengan perkiraan waktu yang dibutuhkan pasangan
basa dalam sitokrom c untuk mengalami perubahan.

Perbandingan rangkaian DNA dalam setiap organisme
memungkinkan untuk mengelompokkan makhluk hidup dalam
pohon pengklasifikasian (taksonomi) makhluk hidup, yang dapat
dianggap lebih akurat daripada hasil taksonomi tradisional. Sebagai
contoh dalam hal ini adalah rangkaian DNA manusia, apabila
dibandingkan dengan simpanse memiliki perbedaan sekitar 1,2 %,
apabila dibandingkan dengan gorilla memiliki perbedaan sekitar 1,6
%, dan apabila dibandingkan babon memiliki perbedaan sekitar 6,6
%. Perbedaan rangkaian genetik tersebut sebagai dasar tolok ukur
hubungan kedekatan genetik antara manusia dan makhluk kera
lainnya. Perbandingan tersebut juga digunakan sebagai tolok ukur
kedekatan genetik dengan makhluk lainnya.


24
Keberadaan senyawa vital protein seperti halnya ribosom, DNA
polymerase, dan RNA polymerase pada setiap makhluk hidup mulai
dari makhluk primitif bakteri hingga makhluk kompleks mammalia
adalah sebagai bukti kesamaan universal nenek moyang makhluk
hidup. Hal tersebut diperlihatkan dari bagian inti protein tersebut
diatas menyediakan kesamaan fungsi, walaupun tersebar dalam
semua garis keturunan setiap spesies makhluk hidup. Disisi yang
lain, keberadaan junk DNA atau gen mati dalam setiap makhluk
hidup juga sebagai bukti rekonstruksi garis keturunan nenek
moyang makhluk hidup.


6. Bukti Berdasarkan Resistensi terhadap Antibiotik dan
Pestisida

Resistensi terhadap antibiotik dan pestisida yang terjadi pada
organisma mengakibatkan perubahan dalam diri spesies, hal ini
sebagai bukti terjadinya evolusi pada spesies. Sebagai contoh dalam
hal ini adalah resistensi bakteri pada antibiotik, nyamuk malaria
pada pestisida DDT, dan kelahiran dalam populasi kelinci pada
myxomatosis di Australia.


7. Bukti Berdasarkan Studi Komputasi Iterasi Kompleks

Perlu waktu 50 tahun dalam menyelesaikan iterasi kompleks dalam
menyimulasi evolusi sebagai pemecah permasalahan biologi. Tetapi,
kemampuan komputer saat ini sudah cukup mampu untuk
melakukannya. Simulasi komputer untuk rangakaian linier evolusi
dapat mendemonstrasikan pentingnya rekombinasi rangkaian blok
daripada berupa titik-titik tersendiri mutagenesis. Teknik evolusi
molekul ini melibatkan siklus iterasi dari mutasi, perkalian dengan
rekombinasi, dan kebugaran seleksi dari individu molekul protein,
RNA, dan DNA. Dari simulasi komputer ini, evolusi natural dapat
dihidupkan kembali dengan memperlihatkan jejak-jejak yang paling
mungkin siklus katalis yang semula berdasarkan protein menjadi
berdasarkan RNA kemudian menjadi berdasarkan DNA.
25


8. Bukti Berdasarkan Speciation

Sebagai bukti ini dapat diambil sebagai contoh adalah lalat
Hawthorn, Rhagoletis pomonella, atau yang sering disebut juga lalat
apel maggot. Pada lalat tersebut telah terjadi sympatric speciation.
Lalat Hawthorn awalnya hanyalah lalat pemakan buah apel. Tetapi,
sejak abad 19, di Amerika Utara beberapa kali masuklah bermacam-
macam bauh-buahan. Hal tersebut secara kenyataan mengubah
kebiasaan makan, maka hingga 6 dari 13 lalat mengalami
perbedaan. Lalat yang memakan berbagai buah lebih bertahan
hidup daripada lalat pemakan apel saja. Para ilmuwan telah
mendokumentasikan telah tejadi perkawinan silang (hybridazation)
hingga 4-6%. Hal tersebut menunjukkan bukti bahwa evolusi
sedang terjadi.


Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup dan Manusia

Teori Evolusi melalui cabang ilmu-ilmu lainnya (a.l. Palaentologi,
Geologi, Genetika dll) telah banyak melakukan eksplorasi
penemuan-penemuan baru dan mengembangkan pemetaan sejarah
perkembangan makhluk hidup sebagai bukti kesamaan asal-usul
makhluk hidup. Secara umum ilmuwan telah melakukan periodeisasi
sejarah planet bumi dan kemunculan kelompok besar makhluk hidup
seperti dibawah ini:

Tabel 1. Sejarah Perkembangan Permukaan Bumi dan Makhluk Hidup

H
a
d
e
a
n

e
o
n

4,56 M.t.y.l.
Planet Bumi terbentuk dari pertambahan piringan
matahari muda
4,53 M.t.y.l.
Bulan terbentuk akibat benturan dengan planet lain
4,1 M.t.y.l.
- Permukaan Bumi sangat dingin sehingga
membentuk kerak bumi
- Atmosfir dan samudra terbentuk
- Pembentukan awal dunia RNA sebagai senyawa

26
kimia
4,5 s.d. 2,5
M.t.y.l.
- Kehidupan awal terbentuk, diturunkan dari senyawa
RNA
- Senyawa DNA menggantika RNA sebagai replicator
- Pembentukan membran sebagai awal kemunculan
protocell
3,9 M.t.y.l.
- Bumi mengalami bombardir dari meteor
- Samudra mengalami pemanasan
- Kehidupan juga ditransportasikan meteor ke bumi
3,9 s.d. 2,5
M.t.y.l.
Kemunculan pertama sel prokaryote, yaitu sel yang
tidak memiliki atau belum sempurna bagian selnya, spt:
inti sel atau mitokondria
A
r
c
h
e
a
n

e
o
n


3,5 M.t.y.l.
- Kehidupan leluhur universal
- Split antara bakteri dan neomura
- Bakteri mengembangkan bentuk primitif fotointesis
3,0 M.t.y.l.
- Bakteri berfotosintesi berevolusi, menghasilkan
oksigen
- Oksigen mengoksidasi besi di samudra menjadi biji
besi
- Jarak bulan bumi masih dekat mengakibatkan
pasang hingga 1000 ft
P
r
o
t
e
r
o
z
o
i
c

e
o
n

2,1 M.t.y.l.
Sel Eukaryotic muncul; Eukaryotic merupakan organel
yang memliki ikatan membran
1,2 M.t.y.l.
- Reproduksi seksual berevolusi
- Organisma multisel sederhana berevolusi;
umumnya berupa koloni sel
850 630
J.t.y.l
Pembekuan global menurunkan keragaman kehidupan;
Sebagian ilmuwan meyakini justru meningkatkan
keragaman kehidupan
580 542
J.t.y.l
Organisme kompleks multisel membentuk biota pertama
yang besar
580 500
J.t.y.l
Modern grup organisma bermunculan dan muncul dalam
catatan fossil selama ledakan populasi dalam periode
Cambrian
Sekitar 540
J.t.y.l.
Akumulasi oxygen membentuk lapisan ozon, memblokir
radiasi ultraviolet, membuat kolonisasi permukaan bumi.
P
h
a
n
e
r
o
z
o
i
c

e
o
n

P
a
l
e
o
z
o
i
c

e
r
a

530 J.t.y.l.
Jejak didaratan yang pertama kali diketahui.
Penjelajahan makhluk awal daratan yang
berkemungkinan telah memakan tanaman awal daratan
475 J.t.y.l.
Tanaman primitif pertama yang berada didarat. Telah
berevolusi dari alga hijau yang bersama-sama dengan
jamur membentuk kolonisasi dengan bersimbiosis
363 J.t.y.l.
- Awal periode Carbon.
- Serangga merebak di daratan dan udara.
- Hiu menjadi pemangsa di lautan.
- Tanaman telah menutupi daratan dan membentuk
hutan
- Binatang berkaki empat mulai beradaptasi dan
mulai menguasai kehidupan
251,4 J.t.y.l.
Kepunahan Zaman Permian Triasic, mengakibatkan
lebih 95% spesies hilang. Pemebersihan ini
27
memeungkinkan timbulnya diversifikasi
M
e
s
o
z
o
i
c

e
r
a

220 J.t.y.l.
- Hutan Gymnosperm mendominasi daratan.
- Herbivora tumbuh besar
200 J.t.y.l.
Bukti keberadaan pertama virus, masih dipahami
apakah virus seharusnya muncul sebelum kehidupan itu
sendiri atau memang muncul lebih setelahnya.
130 J.t.y.l.
Munculnya tanaman angiosperm (tanaman berbunga)
yang menarik serangga menyebarkan benih.
C
e
n
o
z
o
i
c

e
r
a

65.5 J.t.y.l.
Kepunah zaman Cretaceous-Tertiary, mengakibatkan
setengah spesies binatang punah.
35 J.t.y.l.
Rerumputan berevolusi diantara tanaman angiosperm,
rerumputan mendominasi ekosistem ruang terbuka.
14 R.t.y.l.
- Kehadiran manusia telah berdampak besar diatas
bumi dan keragaman kehidupannya.
- Terjadi kepunahan besar fauna, disebut kepunahan
Helocene.
- Masih dalam perdebatan keterlibatan manusia
dalam kepunahan tersebut.
Saat ini - Populasi manusia mencapai 6,7 milyar
- Pengaruh manusia hingga segala penjuru bumi
- Aktivitas manusia berkontribusi terhadap
peningkatan kepunahan
- Jika hal ini berlanjut, maka dalam ratusan tahun
akan datang manusia akan melihat satu setengah
kali pembasmian keaneka ragaman hayati

(http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_Evolution)


Selanjutnya, para ilmuwan meringkas catatan perkiraan waktu
tersebut terhadap kemunculan setiap kelompok makhluk hidup
dipermukaan bumi ini, seperti yang dibawah ini:

4 milyar tahun yang lalu, kemunculan sel sederhana
(porkaryote cells)
3 milyar tahun yang lalu, kemunculan kemampuan
berfotosintesis
2 milyar tahun yang lalu, kemunculan sel kompleks
(eukaryote cells)
1 milyar tahun yang lalu, kemunculan multisel
600 juta tahun yang lalu, kemunculan hewan sederhana
570 juta tahun yang lalu, kemunculan arthropoda (nenek
moyang serangga, laba-laba, dan udang-udangan)
550 juta tahun yang lalu, kemunculan hewan kompleks
500 juta tahun yang lalu, kemunculan ikan-ikanan dan

28
proto ampibi
475 juta tahun yang lalu, kemunculan tanaman darat
400 juta tahun yang lalu, kemunculan serangga dan biji-
bijian
360 juta tahun yang lalu, kemunculan hewan ampibi
300 juta tahun yang lalu, kemunculan hewan reptilia
200 juta tahun yang lalu, kemunculan mamalia
150 juta tahun yang lalu, kemunculan burung
130 juta tahun yang lalu, kemunculan tanaman berbunga
65 juta tahun yang lalu, kepunahan dinosaurus
200 ribu tahun yang lalu, kemunculan manusia yang
tampak seperti saat ini.

Salah satu bentuk implementasi dari teori evolusi, yaitu semua
makhluk hidup merupakan satu kesatuan asal usul, maka para
ilmuwan menyusun pohon evolusi makhluk hidup, yang mencatat
perkembangan spesies berdasarkan waktu. Pohon evolusi tersebut
seperti pada gambar 8 dibawah ini:


29

Gambar 8. Pohon Evolusi Vertebrata
(http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_Human_Evolution)

Secara detail seperti pada tabel 2 dibawah ini adalah catatan waktu
perkembangan evolusi dimulai dari asal usul kehidupan, leluhur

30
manusia hingga spesies manusia. Dalam tabel tersebut terdapat
penjelasan kemungkinan asal usul binatang, spesies, jenis (genus),
yang merupakan nenek moyang manusia. Hal mengacu pada data-
data palentologi, biologi, morfologi, anatomi, dan genetika.


Tabel 2. Perkembangan Makhluk Hidup menuju Manusia

Waktu Peristiwa
4000 Jtyl Awal kehidupan muncul
3900 Jtyl Sel prokaryot (sel yang belum mempunyai atau belum memiliki bagian-
bagian sel)
2500 Jtyl Muncul organisme yang menggunakan oksigen
2100 Jtyl Sel kompleks (eukaryot) muncul
1200 Jtyl Reproduksi seksual mulai berevolusi, mempercepat proses evolusi
900 Jtyl Choanoflagellate, diperkirakan nenek moyang
seluruh dari kerajaan binatang, secara khusus
merupakan nenek moyang Sponge.

600 Jtyl Awal kemunculan binatang multi sel,
makhluk menyerupai Sponge (porifera).
Sponge adalah binatang sederhana,
yang memiliki lapisan-lapisan
terbedakan. Bedasarakan pohon
genetika, sponge merupakan filum
binatang yang tertua.
580 Jtyl Cnidarians, binatang sederhana, merupakan
binatang yang pertama kali memulai bergerak,
karena memiliki saraf dan otot. Diperkirakan
merupakan nenek moyang binatang yang memiliki
secara bersamaan saraf dan otot. Binatang
pertama yang memiliki tubuh aktual. Berbentuk
radial simetris, contoh: ubur-ubur
550 Jtyl Flatworm, cacing pipih, merupakan hewan
yang awal yang memiliki otak.



540 Jtyl Acorn worm, memiliki kekhususan dan derajat lebih tinggi daripada
31
makhluk lain mirip cacing. Memiliki sistem sirkulasi dengan jantung
yang berfungsi juga sebagai ginjal. Memiliki organ mirip insang untuk
bernafas, seperti pada ikan primitif. Diperkirakan merupakan nenek
moyang penghubung binatang yang bertulang belakang (vertebrate)
dan yang tidak bertulang belakang (invertebrate).
530 Jtyl Pikaia, nenek moyang awal binatang kordata (tdk bertulang sejati).
Diyakini merupakan leluhur binatang kordata dan vertebrata. Lancelet,
binatang yang masih hidup saat ini, menyisakan karakteristik binatang
kordata primitif, menyerupai Pikaia.
505 Jtyl Agnatha, hewan pertama
bertulang belakang (vertebrate).
Hewan tak bergigi serupa
dengan ikan saat ini, yaitu
lamprey dan hagfish. Memiliki
sirip yang minim dibandingkan ikan saat ini.
480 Jtyl Placoderm, ikan pertama yang
memiliki rahang. Rahangnya
berevolusi dari insangnya
yang melengkung. Kulit badan
dari kepala hingga leher berlapis keras.
400 Jtyl Coelacanth, ikan yang masih belum punah hingga saat ini. Ikan yang
dianggap memiliki hubungan dengan ikan yang bersirip cuping, tetapi
belum menyesuaikan dengan kehidupan pada air dangkal.
375 Jtyl Tiktaalik, termasuk dalam jenis ikan Sarcopterygian (sirip berkaki)
berasal dari akhir zaman Devon yang memiliki kemampuan mirip
binatang kaki empat.
365 Jtyl Panderichthys, ikan air segar
yang memiliki cuping sirip,
yang akan berkembang
menjadi kaki dan mengangkat
tubuh menjadi binatang
berkaki empat. Panjang sekitar 90-130 cm. Ikan yang hidup pada akhir
periode Devon. Memiliki kepala yang meneyerupai binatang berkaki
empat. Panderichthys memperlihatkan transisi sirip bercuping menjadi
berkaki empat.

315 Jtyl Acanthostega, binatang
ampibi yang telah punah.
Binatang pertama yang
dikenal memiliki lengan tanpa
pergelangan dan juga vertebrata pertama yang berjalan ke darat.

Ichtyostega, adalah
binatang awal yang berkaki
empat (tetrapod). Binatang
pertama yang memiliki

32
tangan, kaki, dan tulang jari. Memiliki kaki bukan untuk berjalan, tapi
untuk mengais-ngais melewati lumpur. Tampaknya merupakan
binatang hybrid antara ikan dan ampibi. Ampibi adalah hewan berkaki
empat yang mengembangkan paru-paru.

310 Jtyl Hylonomus, Reptilia awal yang
diketahui. Panjang sekitar 20
cm (termasuk ekor). Lebih
menyerupai kadal modern.
Pelopor bagi grup binatang
amniot dan reptilia
menyerupai mamalia. Amniot adalah grup binatang reptilia yang
bercirikan memiliki embryo yang diselimuti membran (rahim pd
mamalia dan manusia; kulit telur pada reptil dan burung) yang
memungkinkan untuk dapat bertelur di tanah kering, sehingga
berkemampuan menguasai daratan.

256 Jtyl Phtinosuchus, awal dari
binatang therapsid.
Tak lama setelah kemunculan
reptilia pertama, terpecah
menjadi beberapa cabang.
Diapsida adalah cabang yang menurunkan reptilia saat ini. Synapsid
adalah cabang yang bercirikan mirip mamalia dan hanya memiliki satu
pasang lubang pada tulang temporal (temporal fenestra) di
tengkoraknya. Therapsid merupakan ordo dari Synapsid yang bercirikan
wajah yang ganas dan nenekmoyang langsung mamalia.

220 Jtyl Cynodonts, salah satu sub grup dari Therapsid yang lebih menyerupai
mamalia. Rahang Cynodonts membentuk rahang mamalia saat ini.
Sangat mungkin bahwa spesies-spesies yang berada dalam grup ini
menurunkan mamalia saat ini.
220 Jtyl Repenomamus, mamalia yang
paling awal, bertubuh kecil,
memiliki suhu badan yang stabil,
dan memiliki kelenjar susu.

125 Jtyl Eomaia scansoria, awal bagi
mamalia berplasenta.
Menyerupai tikus rumah

100 Jtyl Munculnya makhluk yang memiliki kesamaan genetika antara tikus dan
33
manusia
65 Jtyl Grup kecil mamalia yang berkehidupan pada malam hari, pemakan
serangga, hidup di belukar disebut Euarchonta. Mulai mengalami
speciation menjadi ordo-ordo: primata, binatang pohon yang meraung,
dan lemur terbang. Termasuk dalam Primathomorpha ini adalah
primata dan proto-primata yaitu
Plesiadapiformes.

Carpolestes Simpsoni, termasuk
salah satu anggota dari grup
Plesiadapiformes akhir. Memiliki
jari untuk menggenggam tetapi
mata belum berposisi ke muka.


Plesiadapis, salah satu proto-
primata awal. Memiliki cakar,
mata di muka wajah, berjalan
cepat di darat dan dahan pohon.
Hidup diatas pohon dengan
makanan pokok buah-buahan
dan dedaunan.

40 Jtyl Primata terpisah menjadi dua subdivisi, Strepsirrhini (primata hidung
basah) dan Haplorrhini (primata hidung kering). Contoh modern
Strepsirrhini adalah lemur dan lorise. Sedangkan yang termasuk dalam
Haplorrhini adalah tarsius, monyet, dan kera. Salah satu Haplorrhini
terawal adalah Teilhardina asiatica, seukuran tikus, makhluk siang
dengan mata kecil.
30 Jtyl Haplorrhini terpecah
menjadi dua ordo, yaitu
ordo Platyrrhini yaitu
monyet dunia baru yang
banyak hidup di Amerika
Selatan. Sedangkan Cabang
lainnya adalah Catarrhini
hidup di Afrika.
Aegyptopithecus, salah satu
dari nenek moyang
Catarrhini, yang merupakan ordo hasil percabangan Haplorrhini.

25 Jtyl Catarrhini terpecah menjadi dua superfamili, yaitu monyet dunia lama
(Cercopithecoidea) dan kera (Hominoidea).

34
Proconsul adalah genus
awal dari primata
Catarrhini. Memiliki
karakteristik campuran
antara monyet dunia lama
dan kera. Ciri-ciri monyet
tampak dari email gigi yang
tebal, dada sempit, lengan
depan pendek. Ciri-ciri kera
tampak dari tidak ada ekor, siku yang mirip kera, dan memiliki
perbandingan otak dan tubuh yang lebih besar.
Proconsul Africanus, diperkirakan adalah nenekmoyang kera besar,
kera kecil dan manusia.

15 Jtyl Hominidae (kera besar), terpisah dengan nenek moyak kera kecil
(siamang)
13 Jtyl Nenek moyang Homininae, terpisah dari nenek moyang orangutan
Pierolapithecus catalaunicus, dipercaya nenek moyang bersama
manusia dan kera besar atau paling tidak yang paling mendekati dari
penemuan fossil yang ada. Pierolapithecus memiliki adaptasi istimewa
dalam memanjat pohon seperti halnya manusia dan kera besar a.l.:
tulang rusuk dada yang lebar dan rata, kekakuan tulang belakang yang
lebih kecil, pergelangan tangan yang fleksibel, bidang bahu sepanjang
punggung.
10 Jtyl Hominini terpisah dengan nenemoyang gorilla.
7 Jtyl Hominina terpisah dari nenek moyang
simpanse. Nenek moyang bersama
terakhir yang diketahui adalah
Sahelanthropus tchadensis (7 Jtyl).
Nenek moyang manusia awal yang
setelah terpisah dari dari garis
keturunan simpanse Orrorin
tugenensis (Manusia Millenium,
Kenya, 6 Jtyl). Simpanse dan manusia
kedua-duanya memiliki larynx yang
terbentuk selama dua tahun pertama
kehidupannya, tertelak diantara pharynx dan paru-paru. Hal tersebut
mengindikasikan nenek moyangnya keduanya memiliki ciri yang
mengarah ke kemampuan berbicara.
4.4 Jtyl Ardipithecus ramidus ramidus
3.7 Jtyl Beberapa jejak Australopithecus afarensis yang tertinggal di debu
vulkanis di Laetoli, Kenya.




35

3.5 Jtyl
Kenyanthropus platyops, diperkirakan
merupakan nenek moyang Homo, terpisah
dari genus Australopithecus.

3 Jtyl Genus australopithecines, berjalan pada dua kakinya (bipedal),
berevolusi di pada savanah, Afrika. Dimangsa oleh Dinofelis. Kehilangan
rambut badannya sekitar 3-2 Jtyl, bersamaan dengan kemampuan
bipedal secara sempurna.
2.5 Jtyl Kemunculan Homo. Homo Habilis
diperkirakan nenek moyang dari
Homo ergaster yang lebih langsing
dan canggih. Hidup berdampingan
dengan Homo erectus hingga 1.44
Jtyl, hal ini membuat sangat tidak
mungkin berevolusi langsung dari
Homo habilis. Penggunaan pertama
kali peralatan batu, awal dari zaman
Paleolithic yang lebih rendah.

1.8 Jtyl Homo erectus berevolusi di Afrika. Homo
erectus banyak memiliki keserupaan dengan
manusia modern, tetapi memiliki ukuran otak
kira-kira 74% dibandingkan manusia. Memiliki
dahi yang lebih miring dan gigi yang lebih
kecil. Diyakini merupakan nenek moyang
manusia dengan Homo Heidelbergensis
sebagai tahap tengahnya. Homo Erectus
berevolusi di Afrika dan mengkolonisasi Eropa
dan Asia.

1.5 Jtyl Dmanisi man / Homo Georgicus (Georgia), otak kecil datang dari Afrika
dengan kesamaan karakteristik dengan Homo erectus dan Homo
habilis. Kemampuan memanfaatkan api diawal nenekmoyang manusia.
Kulit hitam berevolusi secara lengkap 1.2 Jtyl.
700 Rtyl Nenek moyang bersama secara genetik antara Homo Neanderthal dan
Homo Sapiens muncul, walaupun tingkat keakurasiannyan masih
dipertanyakan. Berdasarkan perhitungan saat ini manusia mengandung

36
20.000-25.000 gen dalam DNAnya yang serupa 99% Homo
Neandherthal yang telah punah dan keserupaan dengan simpanse
95%.
355 Rtyl Tiga Homo Heidelbergensis (1,5 m tinggi) telah meninggalkan jejak
pada debu vulkanis yang telah mengeras di Italy. Homo
Heidelbergensis adalah nenek moyang bersama Homo Neandherthal
dan Homo Sapiens. Secara morfologi sangat mirip dengan Homo
erectus tetapi dengan volume tempurung otak lebih besar, kira-kira
93% dari Homo Sapiens. Tinggi rata-rata 1,8 m dan lebih berotot
daripada manusia modern. Muncul diawal zaman Paleolithic
Pertengahan.
195 Rtyl Omo1, Omo2, (Sunagai Omo, Ethiopia) adalah bukti awal fossil archaic
Homo Sapiens, berevolusi dari Homo Heidelbergensis.
160 Rtyl Homo sapiens idaltu muncul di Ethiopia, sungai Awash, desa Herto.
Telah memperaktekkan ritual pemakaman dan berburu Kuda Nil.
150 Rtyl Homo sapiens sapiens pertama berdasarkan ibu pertama (Siti Hawa)
Mitochondrial yang hidup di Afrika timur. Dia
adalah ibu bersama manusia yang hidup saat
ini, yang diketahui berdasarkan garis
keturunan mitochondrial. Hal tersebut
berdasarkan gen pada DNA didalam
mitochondrial (bagian sel yang memproses
energi), bukanlah berasal dari inti sel
(nukleus). Gen dalam mitochondrial selalu
diwariskan melalui garis keturunan ibu.
70 Rtyl Kemunculan gen mitochondrial (mt) haplogrup L2. Hal tersebut
berkaitan dengan perilaku modern. Pada periode ini juga kemunculan
gen FOXP2, yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan
berbicara.
60 Rtyl Y chromosomal Adam hidup di Afrika. Dia adalah nenek moyang
bersama yang paling diketahui saat ini, dari dialah semua manusia laki-
laki Y chromosome saat ini adalah keturunannya.
Kemunculan mt-haplogrup M dan N, yang bersama-sama bermigrasi
keluar dari Afrika.
50 Rtyl Migrasi ke asia selatan. Mutasi M168 (diturunkan pada semua laki -laki
bukan Afrika). Kemunculan awal dari zaman Paleolithic yang lebih
tinggi. Kemunculan mt-haplogrup U dan K.
40 Rtyl Migrasi ke Australia dan Eropa (Cro Magnon)
25 Rtyl Neanderthal punah. kemunculan Y-haplogrup R2 dan mt-haplogrup J,
X.
12 Rtyl Awal dari zaman Mesolithic/Holocene. Y-Haplogroup R1a; mt-
haplogroups V, T. Evolusi kulit putih di Eropa (SLC24A5). Pemeliharaan
anjing pertama kali. Homo floresiensis punah. Tinggallah Homo Sapiens
satu-satuny spesies dari genus Homo.
37
10 Rtyl Awal dari Neolithic/Holocene. Penemuan pertanian pada daerah bulan
sabit Mideterania.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_Human_Evolution)


Dampak Teori Evolusi Terhadap Agama dan
Perdebatannya

Sudah tentu teori ini berdampak terhadap agama. Karena teori ini:
Pertama, teori ini memberikan implikasi bahwa setiap makhluk hidup
berasal dari makhluk sebelumnya. Kedua, teori evolusi ini bersifat
acak seperti halnya seleksi alam. Hal ini memiliki dampak yang
cukup besar, karena teori Evolusi telah digiring untuk menggugat
adanya penciptaan. Paling tidak, teori evolusi telah membawa
pemikiran bahwa peran Ilahi sangatlah kecil, lebih ekstrimnya,
bahwa asal usul kehidupan adalah dari alam semesta ini. Hal inilah
yang mendasari atheisme. Karena sifat tersebut, maka sudahlah
tentu teori evolusi mengundang penolakan-penolakan, terutama
bagi kalangan religius. Termasuk dalam hal ini adalah kalangan
muslimin.

Alasan penolakan bukanlah hanya keberadaan Tuhan, tetapi juga
asal-usul kita sebagai manusia. Didalam benak kita sebagai
muslimin telah terpatri bahwa kita adalah keturunanan Nabi Adam
a.s. Seorang manusia, bukanlah binatang, yang diciptakan langsung
oleh Tuhan. Tak dapat disangkal lagi, hal tersebut telah
menyinggung ke-manusia-an kita sebagai makhluk tertinggi. Dalam
kalangan muslimin, memang tidaklah seluruhnya menolak terhadap
teori evolusi. Tetapi diyakini sebagian besar kalangan muslimin
menolak teori evolusi tersebut, dengan alasan-alasan tersebut
diatas.

Akhir-akhir ini terdapat salah satu upaya besar penolakan teori
evolusi yang dilakukan oleh seorang tokoh besar muslimin yaitu
Harun Yahya, yang berasal dari Turki. Beliau telah menerbitkan

38
serial bukunya sebagai anti thesis terhadap teori evolusi tersebut.
Beliau telah bertindak ekstrim, menolak keseluruhan teori evolusi.
Bahwa semua makhluk hidup tercipta masing-masing, tidak berasal
dari satu keturunan. Dalam hal ini Beliau mengajukan teori
Intelligent Design sebagai pembelaannya. Beliau sendiri
menyebut dirinya Kreasionis. Dalam karya-karyanya, beliau cukup
banyak mengusung teori-teori ilmiah. Argumen-argumen penolakan
beliau akan dibahas lanjut pada bab-bab setelah ini.

Di Indonesia, pro kontra terhadap teori evolusi cukup sengit,
karena pengaruh Harun Yahya tersebut. Pada tahun 2003,
suratkabar harian Kompas pernah menerbitkan perdebatan tersebut
yang melibatkan hingga 4 penulis dari dosen universitas ternama di
Indonesia. Dalam perdebatan tersebut, terdapat usulan yang cukup
ekstrem, yaitu agar pelajaran teori evolusi dihapuskan dalam mata
pelajaran sekolah. Perdebatan tersebut bukanlah pertamakali. Kira-
kira 20 tahun sebelumnya, perdebatan tersebut pernah muncul
dalam suratkabar harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.
Perdebatan tersebut tertuang dalam buku Evolusi Manusia dan
Kosepsi Islam (1984) yang merupakan kumpulan tulisan dari 11
penulis yang disusun oleh Prof. Dr. T. Jacob Ms. M.D., Ir. R. H. A.
Syahirul Alim M.Sc., Ir. H. Basit Wahid, dan Drs. Machmun Husein.
Sebagian penulis menolak, sebagian lagi dapat menerima teori
evolusi. Sebagai cacatan, bahwa dalam mengutarakan argumennya
kedua kelompok tersebut berpegang pada Al Quran. Secara umum
alasan penolakan adalah:
Penciptaan adalah dari tidak ada menjadi ada (Kun faya
kun).
Perbedaan asal penciptaan manusia (Adam) dari tanah dan
binatang dari air.
Adanya peniupan roh kepada manusia.

Berbeda dengan semua pandangan tesebut diatas, dalam buku
What is the origin Man? (1984), Dr. Maurice Bucaille menerima
evolusi hanya pada binatang. Beliau menyebutkan evolusi tersebut
evolusi kreatif. Makna kreatif disini berkenaan dengan penciptaan
oleh ilahi. Sedangkan perbedaan pada hominid (manusia dan pra-
39
manusia) merupakan peristiwa transformasi. Tetapi, dalam karya
beliau, posisi Nabi Adam a.s. dalam garis waktu perkembangan
hominid tidaklah jelas. Serupa dengan Harun Yahya yang tidak
menjelaskan posisi Nabi Adam a.s., tetapi beliau menganggap Homo
Erectus adalah manusia pertama.

Sedikit berbeda dengan Dr. Maurice Bucaille, dalam buku Adam
Bukan Manusia Pertama? (2004), Dr. Abdul Shabur Syahin menolak
teori evolusi tetapi menerima perubahan pada hominid. Beliau
menyebutkan makhluk pra manusia adalah Al Basyar sedangkan
manusia adalah Al Insan. Manusia dalam hal ini adalah Homo
Sapiens. Selain itu, Dr. Abdul Shabur Syahin menjelaskan bahwa
Nabi Adam a.s. adalah Al Insan atau Homo Sapiens pertama. Jadi,
dalam penafsiran Dr. Abdul Shabur Syahin, Nabi Adam a.s. adalah
manusia yang dilahirkan.

Sebaliknya, mengutip dari website
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_evolutionary_thought,
ilmuwan dan filosof muslim pada abad pertengahan banyak
mengutarakan pemikiran yang menyerupai teori evolusi. Bahkan
pada masa ke-emas-an Islam ini, teori tentang evolusi ini telah
diajarkan disekolah-sekolah. Sebuah ironi bahwa pada abad 21 ini,
ada usulan untuk menghapus teori evolusi ini dari mata pelajaran
sekolah. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:
Al-Jahiz, seorang biolog dan filosof pada abad 9 M. Beliau
memperkirakan bahwa lingkungan membawa efek pada
tingkat ketahan hidup dan evolusi binatang.
Ibn Miskawayh dalam bukunya Al Fawz Al Asghar
mengutarakan idenya tentang bagaimana spesies muncul
yaitu dari materi, kemudian asap, lalu air, kemudian mineral
menjadi tanaman, dan kemudian binatang, kera, dan
akhirnya manusia.
Ibn Haytham, abad 10 M, menulis buku yang bercerita
tentang evolusi tetapi bukanlah seleksi alam.
Banyak lagi akademisi dan ilmuwan yang
memperbincangkan dan mengembangkan tentang ide
evolusi ini, antara lain: Abu Rayhan al Biruni, Nasir Al Din

40
Tusi, dan Ibn Khaldun
Al Khazini, abad 12 M. Tulisannya dikomentari oleh John
William Draper, seorang ilmuwan, filosof dan sejarahwan
abad 19 sebagai Teori Evolusi ala Muhammad. Beliau
membandingkan tulisan tersebut dengan teori evolusi
Darwin yang lebih modern, berpendapat bahwa apa yang
terbentuk terlebih dahulu .....telah lebih jauh dari yang
cenderung kita kerjakan, memperluasnya secara lengkap
hingga benda mineral atau inorganik.

Dalam bukunya, Harun Yahya mengabaikan semua ilmuwan muslim
tersebut diatas, dengan hanya berlandaskan bahwa mereka
terpengaruh pemikiran filsafat Yunani. Bagi penulis, terlalu banyak
tokoh yang diabaikan ini, mereka tidak luntur ke-islam-annya karena
berfikir evolusionis. Mereka tampaknya adalah pembaca ayat-ayat
Ilahi pada alam sekitarnya.

Selain dari kalangan ilmuwan dan filosof, terdapat aliran lain yang
memiliki pemikiran evolusionis. Mereka dari kalangan sufisme yang
ternama. Dalam hal ini ada beberapa tokoh seperti: Jalalludin Rumi,
Syekh Akbar Muhyiddin Ibn Arabi, dan Mulla Sadhra. Pemikiran
inilah yang menjiwai penulisan ini, yang akan dibahas lebih
mendetail pada berikut ini. Harun Yahya tidak mungkin
mengabaikan mereka, karena metodologinya yang sangat berbeda
dengan filsafat. Mereka menggunakan metode tasawuf. Oleh karena
itu, tidak bisa kita mengelompokkan mereka dalam pengaruh filsafat
Yunani.

Menilik kembali ke akar permasalahan perdebatan teori evolusi.
Kritikus teori evolusi terlalu fokus ke Darwinisme. Oleh karena itu,
kritik menjadi bias, karena Teori Darwin selalu diidentikkan dengan
teori evolusi. Padahal, seperti tertulis pada sebelum bab ini, teori
evolusi sendiri sudah mengalami evolusinya sendiri. Dengan kata
lain, teori evolusi Darwin sudah mengalami perubahan.
Mekanismenya bukan seleksi saja, tetapi ada mutasi, genetic drift
dan genetic flow. Jadi evolusi bukanlah perubahan akibat seleksi
saja, tetapi evolusi adalah perubahan yang terus menerus.
41
Sebenarnya, hal tersebutlah yang telah disadari oleh kalangan
ilmuwan, filosof, dan sufisme muslim abad pertengahan.

Akar permasalah kedua, yang menyebabkan kritik terhadap teori
Darwin seolah-olah tak pernah tuntas, karena pengkritik teori
Darwin tidak pernah menjawab pertanyaan mendasar Darwin.
Pertanyaannya adalah Jika Tuhan mencipta dengan teliti, akurat
dan tepat. Mengapa terdapat variasi makhluk hidup yang
menyesuaikan dengan lingkungan? Pertanyaan ini penting untuk
dijawab, karena kegagalan Darwin memperoleh jawaban tersebut,
beliau menjadi atheis. Disisi lain, Teori Evolusi dengan bukti-
buktinya tampak bagaikan realitas yang tak terbantahkan.

Sebaliknya, penolakan Harun Yahya teori evolusi, juga sebenarnya
masih memiliki permasalahan besar dan mendasar. Karena,
pertama, defenisi penciptaan yang diusung Harun Yahya sebenarnya
adalah sama dengan kaum atheis (Darwin) yaitu bahwa penciptaan
adalah dari tidak ada menjadi ada (creatio ex nihilo). Kedua, teori
Harun Yahya yang menyatakan bahwa penciptaan terjadi pada
setiap semua makhluk dengan abrakadabra, tepat, dan akurat.
Pemikiran tersebut hanya akan membawa Tuhan terjebak pada
ruang dan waktu. Jadi, disini akar permasalahan sebenarnya adalah
defenisi penciptaan, yang tidak pernah dibahas dalam perdebatan
dikalangan muslimin. Disisi lain, teori-teori ilmiah yang diusung
Harun Yahya, sebenarnya belum menyentuh bukti-bukti evolusi
makhluk hidup yang terkini atau dengan kata lain, sebenarnya teori-
teori Intelligent Design telah banyak dibantah oleh kaum evolusionis
saat ini. Inilah pembahasan yang akan diperdalam dalam bab-bab
berikut ini.

Sebenarnya, apa yang mendorong penulis mengawali pembahasan
ini adalah tentang penciptaan dan lebih khususnya, penciptaan
manusia adalah karena diinspirasi oleh ayat-ayat Quran yang
pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW
seperti dibawah ini


42
`.!, ,, _.] _l> _l> _.. _. _ls _

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. (QS 96: 1-2)

43

Kerancuan Berfikir Para
Kreasionis tentang Penciptaan



Seperti halnya yang telah disinggung pada bab terdahulu, bahwa
pangkal penolakan terhadap teori Evolusi adalah masalah
penciptaan. Oleh karena itu, pada dua bab berikut ini, yaitu pada
bab ini dan bab berikut setelah ini akan berfokus pada penciptaan,
belum banyak menyinggung tentang teori evolusi itu sendiri.

Mengapa kata penciptaan perlu pembahasan tersendiri? Karena
definisi dari penciptaan itu sendiri, yaitu dari ada menjadi ada
(creatio ex nihilo), yang akan menimbulkan permasalahan, apabila
dikaitkan dengan ke-Ilahi-an. Definisi itu dipergunakan oleh kedua
belah pihak yang pro dan kontra terhadap teori evolusi, baik yang
atheis maupun yang religius. Bahkan definisi tersebut tidak pernah
dibahas sama sekali dalam perdebatan mereka. Pada bab ini,
penulis mencoba mengungkapkan bahwa defenisi penciptaan ala
kreasionis ini justru meruntuhkan ke-Ilahi-an daripada
mengagungkanNya.

Intelligent Design dan Permasalahannya

Intellingent Design adalah pernyataan bahwa keberadaan alam
semesta dan makhluk hidup hanya dapat dijelaskan karena sebab-
sebab kecerdasan, bukanlah peristiwa yang tidak langsung seperti
halnya seleksi alam. Teori ini sebenarnya dipelopori oleh ilmuwan
Amerika a.l.: Michael Behe, William Dembski, Charles Taxton, dan
masih banyak lagi.


44
Berdasarkan teori Intelligent Design, keberadaan alam beserta
isinya berdasarkan rancangan tingkat tinggi, ketelitian hingga pada
skala detil atau penuh kesempurnaan. Demikian juga relasi antar
makhluk hidup dan hubungan makhluk hidup dengan lingkungan
sekitarnya, memiliki kesesuaian yang tinggi. Hal tersebut
membuktikan ketidak mungkinan alam semesta dan makhluk-
makhluk yang mengisinya muncul dengan sendirinya, atau muncul
tanpa rancangan, atau juga muncul secara kebetulan atau ketidak
pastian. Permasalahannya, bukankah di alam ini ada kecacatan,
ketak sempurnaan, ketak pastian, kehancuran, dan kepunahan?

Dalam banyak karyanya, Harun Yahya menggunakan pendefenisian
penciptaan dengan argumen-argumen Itelligent Design tersebut
diatas. Penulis meyakini sebagian besar umat Islam mengamini hal
tersebut, karena larisnya karya-karya Harun Yahya. Selanjutnya,
penulis mencoba mengkritisi argumen yang digunakan Harun Yahya
dalam pendefenisian penciptaan seperti pada sub bab berikut ini.

Kebermulaan dan Pengakhiran Alam Semesta
(Kosmos)

Argumen yang sering digunakan oleh Harun Yahya dalam
mengartikan adanya penciptaan alam ini dengan adanya
kebermulaan, melalui kata Kun (jadi) maka jadilah seperti dalam
ayat-ayat Al Quran. Salah satu peristiwa yang digunakan sebagai
argumen oleh Harun Yahya tentang adanya kebermulaan dalam
penciptaan adalah adanya peristiwa 'big bang', sebuah teori tentang
awal terjadinya alam semesta yang dikemukakan oleh fisikawan
Fred Hoyle, yaitu sebuah massa yang memadat kemudian terjadi
letusan sangat besar, sedangkan massa yang memadat tersebut
berasal dari kabut kosmis. Jika kita menerima argumen bahwa Big
Bang adalah awal dari alam atau awal dari penciptaan, maka
pertanyaannya adalah kabut kosmis itu dari mana? Dengan adanya
peristiwa sebelum big bang, maka ada peristiwa sebelum
penciptaan. Padahal, Harun Yahya memerlukan kondisi tidak ada
45
peristiwa sebelum penciptaan untuk mendukung thesisnya, bahwa
penciptaan dari tidak ada menjadi ada. Jika peristiwa big bang
ternyata bukanlah kebermulaan alam semesta, maka peristiwa
tersebut adalah penciptaan atau penghancuran?. Dan sangat jelas
sekali bahwa defenisi ledakan lebih sangat identik dengan
penghancuran daripada penciptaan.

Sebaliknya, akhir dari keberadaan alam semesta adalah kiamat
(penghancuran). Pertanyaannya adalah, mana yang benar antara
penciptaan adalah awal dari peristiwa dan penghancuran adalah
akhir dari peristiwa, atau penghancuran adalah awal peristiwa dan
penciptaan adalah akhir peristiwa?. Karena Big Bang justru
memperlihatkan kepada kita bahwa penghancuran mendahului
adanya penciptaan. Hal inilah merupakan kerancuan defenisi
penciptaan ala Harun Yahya

Jadi, kalangan kreasionis (Harun Yahya) akan menghadapi dua
dilema. Pertama, jika menerima kehancuran mendahului penciptaan
berarti menyalahi bahwa penciptaan berasal dari tidak ada.
Sebaliknya, jika menerima penciptaan mendahului penghancuran,
maka kita akan menemui penciptaan yang tak memiliki
kebermulaan. Seperti contoh ledakan Big Bang didahului massa
yang padat, dan didahului kabut kosmis, dan sebelumnya kita tidak
tahu apalagi yang mendahului.

Permasalahan kebermulaan dan pengakhiran ini jika kita kaitkan
dengan ke-Ilahi-an, juga akan menimbulkan pertanyaan, apa yang
meyebabkan Dia memutuskan untuk memulai mencipta? Apa pantas
Dia menyandang Maha Pencipta jika tidak ada sesuatupun dicipta
atau sebelum peristiwa terjadinya Big Bang.

Pertanyaan sama yang juga akan diajukan, yaitu pada peristiwa
setelah kiamat, yang akan meluluh lantakkan semuanya. Apakah Dia
masih pantas menyandang Maha Penyayang, Pemberi, Pencipta,
dan lain-lain, jika sudah tidak ada satupun obyek yang disayang
atau dicipta?


46
Jadi, aktifitas mencipta tidak mungkin dimulai atau diakhiri, untuk
hal tersebut Ibn Sina bependapat alam atau makrokosmos sama
abadinya dengan Yang Mencipta. Pemikiran filosofis tersebutlah
yang mengantarkan perdebatan Al Ghazali dengan Ibn Sina., dalam
hal ini pendapat Ibn Sina tersebut dikafirkan oleh Al Ghazali. Mudah-
mudahan tulisan ini mampu membantu memberikan kontribusi
analisis pemikiran terhadap perdebatan tersebut.

Keteraturan Alam dan Desain Tingkat Tinggi

Dalam hampir seluruh karya-karyanya, Harun Yahya terlalu
mengagungkan keteraturan alam sehingga seolah-olah penciptaan
alam ini adalah dengan perencanaan yang hebat. Maka pasti alam
ini tidak terjadi secara kebetulan, atau pasti ada perancangnya.
Bahkan Harun Yahya sepertinya menunjukkan ke-alergi-annya
terhadap kata-kata kecacatan, ke-tidakpasti-an, kebetulan, atau
kata-kata semacam itu.

Logika diatas tampaknya benar, tetapi apabila dikaitkan dengan
Realitas yang Maha Mencipta, terdapat kekeliruan yang mendasar.
Logika diatas akan membuat hasil ciptaanNya yang dimanifestasikan
berupa alam ini, akan menjadi tidak dinamis. Harun Yahya seolah-
olah lupa bahwa adanya kecacatan, ketidak pastian, kehancuran,
dan kekejaman di alam ini yang justru memunculkan kedinamisan
alam ini.

Kegeraman Harun Yahya dengan kata kebetulan terjadi, karena
kata tersebut bagi kalangan atheis dianggap tidak berasosiasi
dengan keTuhanan. Sehingga peristiwa kebetulan dianggap
merupakan kejadian alam yang tidak diciptakan. Dilain pihak,
peristiwa kebetulan adalah juga sebuah realitas, hal inilah yang
tidak disadari Harun Yahya. Dengan pengasosiasian yang sama
dengan kalangan atheis, Harun Yahya melihat peristiwa kebetulan
bukanlah ilahiyyah. Apakah Tuhan tidak mengetahui atau tidak
mampu mengendalikan peristiwa kebetulan, karena alam penuh
rancangan tingkat tinggi? Hal tersebut berbeda dengan Squire
47
Rushnell yang notabene bukan muslim yang mengatakan

Peristiwa kebetulan adalah peneguhan dari Tuhan dan adalah
caraNya untuk menekankan keberadaanNya dalam kehidupan
sehari-hari
(Squire Rushnell: When God Winks)

Realitas lainnya adalah ketidakpastian. Contoh-contoh bentuk
ketidak pastian adalah seperti penciptaan diri kita ini yang dipilih
dari ketidakpastian berjuta-juta sperma. Walaupun dibantah sendiri
oleh Harun Yahya, bahwa hal tersebut merupakan bagian desain
tingkat tinggi, tetapi untuk apa Dia membuang berjuta-juta sperma
yang tidak terpilih? Padahal setelah dilahirkan belum tentu baik
dalam bentuk fisik maupun perilaku, karena tidak semua perilaku
berasal dari lingkungan. Maka, apabila alam ini tercipta dengan
kepastian atau keteraturan tinggi justru akan menunjukkan bahwa
masa depan kita akan dapat dilihat dengan mudah.

Sejauh hukum-hukum matematika mengacu pada kenyataan,
mereka tidak pasti. Dan sejauh mereka pasti, mereka bukan
mengacu pada kenyataan
(Albert Einstein).

Bagaimana dengan kelahiran manusia atau binatang yang cacat?
Bagaimana dengan kepunahan dinosaurus? Mengapa sekitar 250
juta tahun yang lalu (akhir periode Permian) terjadi kepunahan
makhluk hidup hingga 90%? Bagaimana dengan peristiwa bunuh
diri paus? Bagaimana dengan penciptaan Iblis dan Hitler? Apakah
kita akan mengatakan karena kesalahan desain atau desain yang
sudah usang? Bagaimana dengan kepunahan mammoth dan burung
dodo? Apakah Tuhan tidak bisa menjaga hingga punah diburu oleh
manusia? Sebaliknya, bukankah sawah yang indah dan subur
dimulai dari gunung yang meletus?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, sebenarnya jika
dikembangkan terus menerus, hanya akan menemukan bahwa sifat-
sifat ke-Ilahiyah akan menaikkan satu sifat dan menurunkan sifat

48
yang lain. Ibaratnya Maha Mencipta muncul tanpa perlu Maha
Mengetahui, atau kehancuran merupakan masa istirahat Maha
Pencipta. Hal tersebut sudah tentu akan bertentangan dengan ke-
universal-an Dia sendiri. Karena Dia berubah perilaku sesuai dengan
fungsi waktu.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas bukanlah bertujuan
mengabaikan keterturan dan kepastian. Jadi, dalam penciptaan
alam ini selain dibangun dengan kepastian dan keteraturan juga
dengan ketidak pastian dan ketidak teraturan. Sudah tentu apabila
kita menggunakan alur logika kreasionis akan sulit memahami hal
tersebut. Bagaimana memahami hal tersebut? Penjelasan mengenai
manifestasi Ilahi tersebut, akan dibahaskan lebih lanjut setelah bab
ini.


Analogi Penciptaan Alam dengan Penciptaan Arloji

Walaupun penganalogian tersebut tidak tertuang secara langsung
dalam karya Harun Yahya, inti permasalahannya serupa dengan
pemikiran Harun Yahya, yaitu apabila arloji telah diciptakan, setelah
itu dapat berjalan sendiri. Analogi dengan hal tersebut, makhluk
atau makrokosmos ini setelah mengalami penciptaan, dapat
berkembang atau berjalan dengan sendirinya. Pola pikir Harun
Yahya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Stephen Hawking
yang menyebutkan bahwa "Tuhan menciptakan alam dan
mengeluarkan hukum-hukumNya kemudian membiarkan alam
berevolusi dengan hukum-hukumNya tanpa campur tanganNya
lagi". Argumen Hawking tersebut tidak bisa semena-mena kita
katakan salah, jika kita sendiri menafsirkan penciptaan adalah dari
ketiadaan.

Logika berfikir tersebut diatas, memiliki kerancuan karena
menunjukkan bahwa Tuhan masuk dalam fungsi waktu. Sekalipun
kita berfikir bahwa Dia melakukan aktifitas memelihara setelah
mencipta, pola pikir ini sangat lemah karena Dia masih terjebak
49
dalam fungsi waktu, yaitu setelah mencipta, kemudian istirahat,
atau memelihara, kemudian menghacurkan. Walaupun Dia mencipta
lagi makhluk lain, secepat apapun akan tetap ada selisih waktu.


Penciptaan adalah Peristiwa Terpisah Bagi Setiap
Makhluk

Bagi kalangan kreasionis, penciptaan haruslah spesifik bagi setiap
makhluk. Hal ini sebagai implikasi penasiran penciptaan bahwa
setiap makhluk tercipta dengan bentuk dan tujuan tertentu, atau
telah terancang dengan baik, dan akurat. Permasalahannya,
penafsiran penciptaan tersebut dibawa menjadi terlalu bias, seolah-
olah setiap makhluk haruslah tercipta secara spesifik terpisah.
Sangat berbeda dengan teori evolusi, bahwa setiap makhluk hidup
memiliki kesamaan asal usul.

Dalam bantahannya terhadap teori evolusi, Harun Yahya berkeras
menggunakan argumen bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup. Argumen tersebut seperti tertuang dalam buku yang berjudul
Keajaiban pada Atom di halaman 84, menyatakan bahwa " Mustahil
kehidupan bisa muncul begitu saja dari zat mati. Sumber kehidupan
hanyalah kehidupan.". Hal tersebut karena dalam argumennya
manusia berasal dari manusia atau burung berasal dari burung dan
dengan argumen bahwa benda mati itu tidak berkesadaran.

Padahal di halaman yang sama dan satu halaman berikutnya (85)
ada dua ayat yang menjadi referensi beliau sendiri, yaitu:

_> _>' _. ,.l _>: ,.l _. _>l `>l: < _.!
>. __
.Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Demikianlah Allah,
maka mengapa kamu masih berpaling? (QS 6:95)

50

, _`>. <!, .. !.. .,>! . >.,.`, .
>,,> . ,l| _`->. __
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati,
lalu Allah menghidupkanmu, kemudian kamu dimatikan dan
dihidupkannya kembali, kemudian kepadaNya-lah kamu
dikembalikan. (QS 2:28)

Selain dari ayat tersebut diatas, yaitu seperti halnya yang terdapat
dalam penafsiran umum umat Islam, bahwa nabi Adam adalah
berasal dari tanah, sudah cukup untuk menunjukkan bahwa kita
berasal dari benda mati. Kemudian, mengapa kita masih harus
mempermasalahkan jika bahwa berdasarkan temuan science
modern, bentuk kehidupan awal adalah juga dari tanah (benda
mati)? Mayoritas muslimin beranggapan bahwa manusia itu makhluk
yang awalnya berasal dari tanah kemudian seterusnya dilahirkan
(keterangan ini tidak ada dalam buku Harun Yahya, tetapi argumen
tersebut adalah argumen mayoritas muslim yang dapat kita anggap
bahwa Harun Yahya akan berpaham sama), tetap saja akan
bertentangan dengan kedua ayat tersebut, karena ayat tersebut
menjelaskan bahwa kata kamu tidak hanya ditujukan kepada
Adam tetapi keturunan Adam ataupun kita semua tetap berasal dari
yang mati dan menuju kematian. Apalagi jika kita memperhatikan
saat ayat tersebut turun, maka jelaslah bahwa kamu pada ayat
tersebut ditujukan pada siapa saja setelah nabi Muhammad SAW
meyampaikan ayat tersebut, dalam hal ini yang jelas bukanlah nabi
Adam a.s.

Untuk memahami satu kesatuan asal usul kita, penulis mengajak
untuk berfikir pada ranah atom dan sub atom. Dalam ranah tersebut
tidak ada perbedaan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan binatang, maupun manusia dengan benda mati. Tidak ada
ruang kosong antara individu satu dengan lainnya. Dalam hal ini,
Teori Fisika Kuantum menjelaskan bahwa semua itu adalah cahaya
atau gelombang.

51
< '. ,...l _ `_.. .:. :>:. !, _!,`..
_!,`..l _ >l>` >l>l !.l ' _: .`, _. :>:
.,. .., ,. ,,`s :l>, !., ',_.`, l `l `....
"!. . _ls . _. < .:`.l _. ',!: . < _...
_!.ll < _>, ,`_: ',l. __
Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah
adalah seperti lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada
pelita besar. Pelita itu didalam kaca, kaca itu seakan-akan
bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak yang
banyak berkahnya, pohon zaitun tumbuh tidak disebelah timur
dan tidak disebelah barat yang minyaknya hampir-hampir
menerangi walaupun tidak disentuh api Cahaya diatas
cahaya (QS 24:35)

Walaupun cahaya itu bermacam-macam, Dia yang melingkupi
semua cahaya atau cahaya terhadap cahaya yang ada ini. Lantas
mengapa kita masih berfikir untuk membedakan makhluk satu
dengan makhluk lain, bila seluruh makhluk berunsurkan Dia dan
semuanya membentuk Dia? Unsur unsur dari cahaya-cahaya yang
membentuk Maha Cahaya.

_l < _>, ,`_: !L,>: __
.dan adalah Allah Yang Meliputi Segala Sesuatu (QS 4:126)

Ungkapan tersebut diatas membawa kita ke kesadaran mistis,
seperti halnya ungkapan seorang sufi Mansur Al-Hallaj (w.922 M)
seperti dibawah ini:

Aku melihat Tuhan dengan mata hatiku
Ia berfirman siapa kamu?
Aku berkata saya adalah Engkau
Engkau adalah Dia yang mengisi semua tempat
Tapi tempat tidak mengetahui dimana Engkau berada
Didalam kehidupanku adalah kemusnahanku
Dalam kemusnahanku tinggallah Engkau

52

Penolakan Harun Yahya terhadap kesamaan unsur antara manusia
dan makhluk lainnya karena alasan bahwa manusia memiliki
kesadaran sedangkan makhluk lain tidak memilikinya, seolah-olah
kita lebih mulia dari makhluk lainnya, merupakan pernyataan yang
sangat keliru. Dalam buku Keajaiban pada Atom, Harun Yahya
menyatakan ketidak mungkinannya benda mati berubah menjadi
makhluk dengan tingkat kesadaran dan kecerdasan tinggi, karena
benda mati tersebut tidak berkesadaran. Padahal, cahaya-
cahayaNya lah yang memberikan kesadaran kepada semua
makhluk. Hal tersebut terbukti dari ayat tersebut dibawah ini yang
menjelaskan bahwa justru manusialah tidak mengetahui cara
makhluk lainnya bertasbih. Mengapa kita hanya berfikir bahwa
manusia saja yang berkesadaran?

`l . < _,. .l _. _ ,.,.l _ ,Ll ... _
. l. ... .>,,`. < ,l. !., _l-, _ < ,l`.
,.,.l _ _|| < ,..l __
Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah kepadaNya bertasbih
apa yang dilangit dan di bumi dan burung dengan
mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui
sholat dan tasbihnya,dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan. Dan kepunyaan Allah-lah kerjaan langit dan
bumi Dan kepada Allah-lah kembali (QS 24:41-42)

`l . _ < .>`. .l _. _ ,...l _. _ _
_.:l `.1l `>.l `_!,>' `>:l ,.] ,: _.
_!.l ,. _> ,ls ,.-l _. _ < !. .l _. ,>. |
< `_-, !. ',!: N _
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud
apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang,
gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan
53
sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara
manusia yang Telah ditetapkan azab atasnya. dan barangsiapa
yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang
memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia
kehendaki. (QS 22:18)

Bertasbih dan bersujud merupakan bentuk-bentuk berkesadaran,
maka kedua ayat tersebut secara nyata menjelaskan bahwa
manusia tidak lebih mulia dengan makhluk lainnya.

Bahkan, berdasarkan teori genetika, kesetaraan manusia dengan
makhluk hidup lainnya, diperlihatkan dari kode genetik yang sama
bagi semua makhluk hidup, yaitu T,G,C, dan A.

Asal semua kehidupan ini satu.
(Matt Ridley: Genom, kisah spesies manusia dalam 23 bab)

DNA itu bagaikan satu sungai yang mengalir dan bercabang
sepanjang waktu geologis
(Richard Dawkins: Sungai dari Firdaus, Suatu Pandangan Darwinian tentang
Kehidupan)

`l , _.] ` ,...l _ !..l !1. !...1.
!.l-> _. ,!.l _ ,`_: _- `..`, _
Dan apakah orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu dahulu adalah satu padu, kemudian Kami
pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman? (QS 21:30)

Kekeliruan pemikiran Harun Yahya tersebut sebenarnya bisa
dipahami, karena beliau bersemangat sekali menghantam
evolusionis yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi
dari material yang tidak bernyawa. Hal tersebut menyeret Harun
Yahya dalam pemikiran bahwa seolah-olah apabila manusia
mengalami evolusi, tidaklah mengalami penciptaan. Pemikiran

54
tersebut rancu, karena beliau seolah-olah menyatakan bahwa kita
(Manusia) yang dilahirkan pada saat (periode) ini bukan hasil
ciptaan Dia, karena beliau seolah-olah membedakan arti kelahiran
dengan penciptaan. Sebaliknya, jika kita bisa menerima bahwa
kelahiran adalah penciptaan, mengapa kita sulit menerima bahwa
nabi Adam juga dilahirkan? Kelahiran adalah manifestasi dari
penciptaan, hal tersebut sesuai dengan ayat tersebut dibawah ini.

. !.1l> L.l 1l. !.1l> 1l-l -.`. !.1l> -..l !..Ls
!..> .L-l !.>' . ..!: !1l> >, !,. < _.>
_,1l.>' _
Kemudian dari air mani itu kami ciptakan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami ciptakan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami ciptakan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
ciptakan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS 23:14)


Arti Penciptaan dari Tidak Ada Menjadi Ada

Konflik antara pendukung teori evolusi dengan kalangan kreasionis,
berpangkal dari defenisi mencipta itu sendiri, yaitu membuat atau
mengadakan dari tidak ada menjadi ada. Definisi itu benar apabila
dilekatkan pada manusia, yang terlingkupi oleh dimensi waktu dan
ruang. Tetapi, menjadi tidak benar, apabila sandingkan kepada zat
Yang Meliputi Segala Sesuatu dan Yang Tidak Terlingkupi Ruang
dan Waktu.

Sebenarnya, tidak ada satu ayatpun di Al-Qur'an yang menyatakan
bahwa sesuatu diciptakan dari tidak ada. Terlalu banyak disebutkan
dalam Al-Quran bahwa kita dari tanah, hewan dari air, jin dari api,
bahkan malaikatpun dari cahaya. Hal tersebut dipertegas seperti
ayat QS 23:14 tersebut diatas, bahwa kita ada karena wujud-wujud
55
sebelumnya, yang tampak berbeda walaupun satu diri dengan kita,
seperti dijelaskan ayat dibawah ini.

. ..1l> _. `_, `l .. !:,: _
..dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu,
padahal kamu (di waktu itu) tidak ada (QS 19:9)

Bila dicermati ayat tersebut diatas, maka kata ganti kamu pada
ayat tersebut diatas ada sebelum dinyatakan tidak ada diakhir
kalimat. Ibnu Arabi menafsirkan ayat diatas, kata "tidak ada"
tersebut merupakan sebab segala sesuatu, bukan akibat dari segala
sesuatu, karena hakikat kemanusiaan telah ada sebelum segala
sesuatu ada. Jadi, karena sebelumnya dia (hakikat kemanusiaan)
ada, hanya saja berubah dari bentuk ke bentuk yang lain hingga
sifat seperti ini (manusia saat ini). Jelaslah, makna ketiadaan
tersebut bukanlah nol mutlak.

Sampai pada penjelasan Ibnu Arabi tersebut, sebenarnya sudah
jelas bahwa teori evolusi ada di dalam Al Quran, yang dijelaskan
oleh seorang muslim yang lahir kira-kira 600-700 tahun sebelum On
the Origin of Species karya Chales Darwin diterbitkan. Tetapi,
penjelasan yang terperinci mengenai teori evolusi tersebut, akan
diurai pada pembahasan bab-bab berikut buku ini.

Alasan Penolakan Argumen Kreasionis

Untuk memahami sifat-sifat ke-Tuhan-an, kita seringkali keliru
sendiri dalam menyajikan sudut pandangnya, sehingga
menghasilkan pemahaman yang juga keliru. Dalam memahami
Tuhan tanpa disadari kita mencangkokkan sifat- sifat manusia ke
sifat- sifat-Nya. Hal tersebut bisa kita anggap sah saja selama dalam
tujuan untuk mengagungkanNya dan memudahkan pemahaman.
Tetapi, pencangkokan ini sering terjadi dan sangat banyak sekali
lebih cenderung membahayakan, karena justru melunturkan nilai
keagunganNya dan bertentangan dengan sifat-sifat lainNya. Ide -

56
ide seperti kreasionis inilah salah satunya.

Semangat Harun Yahya menghantam kaum atheis materialis
memang seharusnya patutlah dipuji. Tetapi, argumen-argumen
tentang penciptaan yang digunakan beliau bukanlah hasil pemikiran
filosofis, sehingga argumennya secara fundamental keropos. Makna
ke-ilahian-nya dalam tulisannya menjadi sangat kabur.

Harun Yahya dengan karyanya telah menggiring kita bahwa
penciptaan adalah kejadian dari tidak ada menjadi ada (creatio ex
nihilo). Pemikiran tersebut akan menciptakan kerancuan dengan
membuat Realitas Tertinggi menjadi tidak universal dan akan
berbenturan dengan sifat-sifatNya sendiri. Argumentasi-argumentasi
yang beliau sajikan telah membuktikan adanya kekeliruan
penafsiran AlQuran terutama dalam hal penciptaan. Selain itu, logika
yang digunakan sangat banyak menimbulkan kerancuan. Terlepas
dari itu, semangat Harun Yahya untuk menolak atheisme memang
sangatlah patut diacungi jempol.

Dari semua argumen-argumen tentang penciptaan yang tertulis
dalam karya-karya Harun Yahya tersebut diatas, maka ada empat
alasan bahwa kita tidak dapat menerima cara berfikir proses
penciptaan ala Harun Yahya tersebut.

1. Adanya perbedaan perlakuan mencipta terhadap
ciptaanNya.

Sesuai yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa apabila penciptaan
dimulai dengan kata Kun, maka imajinasi kita langsung
menerawang bahwa peristiwa itu pasti sangatlah cepat dan
berpindah-pindah, karena setelah peristiwa Big Bang, makhluk
yang muncul baik benda mati maupun hidup sangat banyak dan
berada diberbagai lokasi. Jika kita mengartikan bahwa penciptaan
seperti hal tersebut, dan peristiwanya terpisah dari makhluk satu
dengan yang lain, maka pasti terjadi perbedaan perilaku mencipta
dari makhluk satu dengan yang lainnya. Maka peristiwa mencipta
adalah kejadian yang terpisah-pisah atau spot spot.
57

Oleh karena itu, pengertian perbedaan perlakuan mencipta ternyata
hanyalah persepsi dari kita sendiri yang memperkenankan bahwa
Realitas Yang Mutlak mengalami perubahan perilaku. Hal tersebut
terjadi karena aktifitas mencipta merupakan bagian dari rumpun
peristiwa pada alam ini.

Jadi, pengertian secara umum tentang adanya perbedaan perlakuan
mencipta adalah bahwa perlakuan Dia terhadap makhluk merupakan
fungsi ruang dan waktu yang setiap makhluk tersebut tidak dapat
mengelaknya. Jika dilihat dari dimensi waktunya , maka ada dua
perbedaan perlakuan mencipta yaitu secara seri dan parallel.

Perbedaan perlakuan dalam peristiwa seri di setiap individu makhluk
adalah bahwa perlakuan Dia terhadap setiap makhluk pasti akan
melalui perlakuan-perlakuan penciptaan, pemeliharaan, dan
penghancuran (kematian) yang berubah sesuai dengan fungsi
waktu. Lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan mati
adalah tahapan diri kita sendiri atau makhluk lainnya yang memiliki
masing-masing perlakuan dalam tiap tahapan tersebut. Demikian
juga halnya dengan perbedaan perlakuan antar makhluk (hubungan
orangtua - anak), dalam peristiwa seri tersebut terdapat adanya
selisih waktu penciptaan antar makhluk (orangtua - anak), dengan
perbedaan lingkungan dimana makhluk tersebut hidup, serta adanya
perbedaan proses kehidupannya. Hal tersebut terjadi pada setiap
makhluk baik secara kelompok, jenis, maupun individu.

Perbedaan perlakuan dalam peristiwa paralel adalah perlakuan Dia
dalam waktu yang bersamaan untuk setiap makhluk mengalami
perbedaan. Hal tersebut terlihat dari beragamnya jenis atau
kelompok makhluk yang ada dengan setiap karakternya yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh antara
benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia dalam waktu
yang sama. Masing-masing kelompok akan memiliki takdir atau
perlakuan yang berbeda. Dalam antar individu makhluk untuk setiap
jenis kelamin, usia, sifat diri, dan lingkungan juga akan memiliki
takdir yang berbeda-beda. Perlakuan berbeda tersebut bisa juga

58
terjadi karena aktifitas makhluk tersebut misalnya perolehan rezeki
(makanan).

Bentuk contoh konkritnya perbedaan perlakuan itu seperti : Saya
dilahirkan bodoh, Einstein dilahirkan jenius. Si A dilahirkan miskin,
si B dilahirkan kaya. Binatang banyak melakukan perkawinan
sejenis, manusia dilarang. Walaupun takdir tersebut bisa berubah
diakhir hayatnya atau takdir tersebut merupakan kebaikan bagi
individu tersebut, masih tetap adanya bukti perbedaan perlakuan
tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelum ini, Harun
Yahya menyajikan seolah-seolah alam ini penuh dengan
kesempurnaan dan keteraturan karena hasil perencanaan tingkat
tinggi. Dia mengabaikan adanya kecacatan, kerusakan, keburukan,
kehancuran yang terdapat pada alam ini. Jika kita menerima konsep
penciptaan tersebut, maka kita akan semakin terjebak dan sulit
membuktikan bahwa Dia Yang Maha Pencipta telah bertindak tidak
universal atau memperlakukan berbeda antar individu atau
kelompok makhluk satu dengan makhluk lainnya.

Sebagai akibat perbedaan-perbedaan perlakuan tersebut kita bisa
mempertanyakan atas realitas kekurangan-kekurangan menimpa
terhadap kita. Mengapa saya diciptakan terlahir cacat yang lain
tidak. Atau terlahir di gurun pasir yang gersang sedangkan mereka
dilahirkan tempat yang nyaman. Atau mengapa saya terlahir di
tempat pertempuran. Atau mengapa Engkau menciptakan Hitler dan
Osama bin Laden yang kejam tak berperikemanusiaan. Atau
mengapa disini terjadi bencana ditempat lain tidak. Hal inilah
merupakan bagian yang berbahaya dalam pemikiran yang
mengadopsi penciptaan ala ex nihilo.

Alasan utama kita menolak perbedaan perlakuan tersebut karena
tidak mungkin Dia melakukan tindakan dalam fungsi waktu, karena
hal tersebut sangat bertentangan dengan ayat Al Quran yang
berbunyi
59
.. < _ _.] l> _. `_, _l .> ..l < ,.,. __
Sunnatullah bagi yang terdahulu dari sebelummu dan kamu
tidak mendapati sunnah Allah perubahan (QS. 33:62)

_l .> ..l < ,.,. _l .> ..l < ,> __
Maka tidak dijumpai sunnah Allah perubahan dan tidak
dijumpai sunnah Allah penyimpangan (QS. 35:43)

Selain bertentangan dengan ayat tersebut, alasan kedua kita harus
menolak perbedaan perlakuan tersebut adalah karena adanya
fenomena alam yang lebih mampu memberikan tindakan yang lebih
universal daripada seperti contoh-contoh tersebut diatas, misalnya
matahari yang sudah milyaran tahun menyinari semua makhluk
diatas bumi dan selama usia bumi tanpa membeda-bedakan sasaran
dengan intensitas yang sama. Pertanyaan bagi penganut kreasionis,
dari sisi universalitas aksi matahari, apakah matahari lebih hebat
dari Dia Yang Maha Pencipta? Bukankah Dia Yang Maha Mencipta
telah berubah-ubah penciptaanNya selama usia bumi ini?

Dalam contoh lainnya, ilmu fisika moderen mengemukakan ada
empat gaya berpengaruh secara universal pada alam semesta
(makro kosmos) ini. Pertama, gaya Gravitasi adalah gaya tarik
menarik lemah dari benda satu dengan benda yang lain. Kedua,
gaya Elektromagnetik adalah gaya yang terjadi pada partikel yang
bermuatan listrik. Ketiga, gaya Nuklir Lemah yaitu gaya yang
mengakibatkan terjadinya radioaktifitas. Dan keempat, gaya Nuklir
Kuat yaitu gaya yang mengikat Quark-quark dalam proton dan
neutron, dan yang melekatkan proton dan neutron dalam sebuah
inti atom. Tingkatan universalitas aksi dari keempat gaya tersebut
jelas lebih tinggi dari matahari karena tingkat pengaruhnya.
Pertanyaan kedua bagi kreasionis, apakah mungkin Dia Yang Maha
Pencipta telah menciptakan sesuatu yang lebih hebat daripada Dia
sendiri?

Alasan ketiga kita menolak perbedaan perlakuan ini, adalah karena

60
bertentangan dengan sifat-sifatNya yang lain. Dalam membahas
penciptaan, Harun Yahya seolah olah mengabaikan sifat-sifatNya
yang lain. Sebagai contoh, seperti dalam salah satu karya Harun
Yahya yang menjelaskan bahwa posisi planet Yupiter yang sangat
tepat sehingga dapat melindungi bumi dari hantaman asteroid.
Bagaimana dengan peristiwa asteroid yang telah menghantam bumi
sekitar 65 juta tahun yang lalu di Meksiko yang diperkirakan telah
memusnahkan dinosaurus? Dalam karyanya yang lain, beliau
menerangkan kehebatan dari warna-warni yang ada di alam ini,
apakah hal tersebut bermakna bagi orang buta? Apakah Dia telah
membeda-bedakan Maha Pelindung dan Maha Pengasih-Nya kepada
tiap ciptaan-Nya?


2. Dia terpaksa mengikuti hukum yang telah dibuatNya.

Harun Yahya melihat alam ini dengan penuh keteraturan, keserasian
atau tercipta dengan desain tingkat tinggi. Keteraturan sudah tentu
timbul karena adanya aturan. Pemahaman tersebut akan
berimplikasi bahwa Dia harus patuh terhadap aturan main yang
telah dibuatNya sendiri untuk hal penciptaan yang berikutnya.
Apakah Dia Yang Maha Perkasa tidak dapat melepaskan diri dari
desainNya sendiri? Jika bisa, maka akan bertentangan dengan QS
33:62 dan QS 35:43 seperti yang tertulis sebelum ini.

Bentuk contoh yang mudah dalam memehami seperti diatas, adalah
misalnya setiap manusia diciptakan berjari tangan sepuluh. Untuk
manusia kelahiran berikutnya pasti akan berjari sepuluh juga. Dia
menciptakan manusia terus berjari sepuluh tersebut apakah karena
desainNya yang hebat atau Dia tidak sanggup melepaskan diri dari
desainnya sendiri? Hal tersebut tentulah sangatlah rancu.


3. Terjebak dalam Waktu

Kekeliruan yg paling nyata dalam memahami penciptaan ala Harun
Yahya adalah dengan menggangap penciptaan oleh Tuhan adalah
61
bagian dari suatu peristiwa, hal tersebut karena penciptaan
dipahami sebagai aktivitas yang terputus-putus yang disesuaikan
dengan waktu dan lingkungan tertentu. Padahal mencipta bukan
sekedar aktivitas, jika disandingkan kepada Wujud Mutlak, tetapi
juga seharusnya sebagai karakter atau sifat yang sering kita sebut
Alkhaliq. Oleh karena itu, sangat mustahil jika direkatkan dalam
fungsi waktu dan Dia tidak ada kepentingan atau sesuatu yang
mempengaruhi untuk merubah karakterNya.

Jika kita memahami hal demikian, maka sangat tidak mungkin
aktifitas (karakter) satu dengan aktifitas lainnya berjalan secara seri,
tetapi harus secara paralel. Sebagai contoh: bahwa tidak mungkin
setelah Arrahman baru muncul Alkhaliq kemudian muncul Almulk.
Seharusnya, semua sifat (Aktifitas) Dia ada secara serentak
bersamaan dalam satu kesatuan.

4. Tidak Mampu Antisipasi Kemampuan Manusia Modern

Teknologi saat ini sudah sangat maju, kemajuannya sudah sangat
mencemaskan dari sisi akidah orang beragama. Dunia Barat seolah-
olah sudah menuhankan teknologi, karena semua peran kehidupan
dapat dicapai dengan teknologi. Seolah-olah, peran Tuhan telah
diganti dengan Teknologi.

Beberapa contoh pertanyaan yang pasti akan membingungkan bila
kita mengadopsi konsep penciptaan Harun Yahya. Apakah Dolly
(domba hasil cloning) itu penciptaan manusia atau Tuhan? Sudah
tentu Harun Yahya dengan keimanan tinggi mengatakan bahwa
Dolly adalah ciptaan Tuhan, dengan alasan bahwa kloning adalah
proses menyalin informasi genetika, tetapi akan mengalami
kesulitan memberikan jawaban pertanyaan mengapa Tuhan patuh
terhadap manusia yang mendesain kloning tersebut? Karena proses
kloning memerlukan lingkungan kondusif seperti laboratorium,
bahan-bahan kimia, peralatan-peralatan dan lainnya, yang notabene
disiapkan (didesain) oleh manusia. Di alam ini, tidak ada peristiwa
alamiah untuk kloning makhluk yang ber-gen kompleks seperti
Dolly. Apakah Tuhan kalah canggih dengan manusia? Bukan dalam

62
masalah penciptaan (karena Harun Yahya yakin kloning adalah
bagian penciptaan Tuhan), tetapi ide dan desain untuk melakukan
kloning itu sendiri.

Apalagi suatu saat nanti, kita akan mampu menciptakan manusia
super seperti dalam film Terminator, kemudian akan timbul
pertanyaan bahwa apakah kita lebih hebat daripada Tuhan? Karena
manusia tidak pernah menang melawan makhluk Terminator
tersebut. Hal tersebut bukanlah mustahil karena pada saat ini
sedang dikembangkan hybrid antara chip elektronik dan organic
(protein) telah dimulai. Lebih-lebih lagi kita sudah melewati
peringatan 25 tahun bayi tabung yang mengingatkan kita semua
pertentangannya dengan kalangan religius? Terlepas dari
pembahasan masalah moral atau etika, pasti kita akan sulit
memahami apa dan bagaimana peran Tuhan. Oleh karena itu,
argumen logis kita sebagai umat Islam kepada kalangan sekuler
atau atheis menjadi makin kabur. Oleh karena itu, dengan kemajuan
teknologi yang ada saat ini, seolah-olah dengan mudahnya sains
akan menjadi pengganti Tuhan.

Kerancuan ini terjadi karena cara berfikir kita yang ala kreasionis,
yang menimbulkan akan kesulitan peran atau hubungan ke-Ilahi-an
dengan manusia atau alam semesta. Selanjutnya, bagaimana
mengantisipasi hal tersebut, akan dibahas dalam bab berikut ini.

63


Menafsir Ulang Penciptaan


Sekali lagi penulis mengingatkan bahwa upaya dalam menafsirkan
ini bukanlah merupakan definisi kebenaran tunggal. Subhanallah!!
Allah lebih tinggi dari apa saja upaya penafsiran terhadap diri-Nya.
Penulisan ini hanyalah upaya pencarian penafsiran yang lebih tinggi
atau universal.

Dari kerancuan-kerancuan arti penciptaan Tuhan yang disampaikan
Harun Yahya jelas akan membingungkan kita semua dalam
mengenal Tuhan. Dalam AlQur'an, Dia menamakan diriNya Allah
dengan memanifestasikan diriNya melalui nama-namaNya atau sifat-
sifatNya yang banyak dan sekaligus merupakan tindakan atau
aktifitasNya. Maha Pencipta adalah hanya salah satu nama atau sifat
Dia. Keseluruhan nama-nama tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan,
maka gabungan seluruh nama itu adalah Allah. Allah SWT tidak
mungkin maha mencipta tanpa maha kasih sayang, tidak maha
memberi, tidak maha sabar, dll. Demikian juga mustahilnya jika
Allah itu maha berkuasa, tinggi, agung, tetapi tidak maha
penyayang, maha lembut. Jadi, tidak mungkin Allah menanggalkan
atau mengurangi salah satu sifat pada periode tertentu kemudian
pada periode lain ditukar atau ditambah dengan sifat lain. Atau,
sangatlah tidak mungkin Dia mengalami perubahan atau perbedaan
perlakuan seperti yang dijelaskan dalam bab terdahulu.

Mengingat bahwa nama-nama tersebut merupakan karakter dan
sekaligus aktifitas dari Dia sendiri. Maka penerimaan pemikiran
terjadinya perubahan perilaku oleh Dia sama sajalah dengan
mengaitkan aktifitas Dia dengan waktu. Hal tersebut akan
melenyapkan keuniversalan Dia. Oleh karena itu, hal tersebut
sangatlah mustahil. Kemustahilan tersebut juga terjadi apabila

64
konsep ke-Mahapencipta-an Dia adalah ex-nihilo, karena sebelum
mencipta atau sesudah kiamat tidak ada sesuatupun dicipta,
sehingga apalah artinya gelar Maha Pencipta?

Lantas bagaimana arti sebuah mencipta bagi Allah? Untuk
memahami ke-Mahapenciptaa-an Dia, kita harus mengenal Dia.
Selanjutnya untuk mengenal Dia, dalam suatu riwayat hadits Nabi
SAW Jika ingin mengenal Dia, maka kenalilah diri sendiri. Maka,
uraian tulisan ini akan bergerak mulai dari tubuh kita sendiri atau
tubuh manusia.

Kemenjadian Abadi

Pemahaman arti mencipta oleh Allah SWT, dapat dibaca pada Al
Quran dengan ayat yang berbunyi
. > l 1 . ! l . L . l 1 > l 1 . ! l - l 1 .` . - > l 1 . ! l . . - s L . . !
> . . ! l - L . ' > . ! . : ! . . > l 1 ! , > . , ! < > . _
_,1l.>' _
Kemudian Kami ciptakan air mani (menjadi) segumpal darah,
lalu Kami ciptakan segumpal darah (menjadi) segumpal daging,
lalu Kami ciptakan segumpal daging (menjadi) tulang, lalu
tulang itu Kami bungkus (dengan) daging, kemudian Kami
tumbuhkan makhluk lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta
yang paling baik (QS 23:14)

< ] . _ > l 1 > . _ . - . > - _ . _ , - . . - : . > - _
. _ , - . : . - ! : , , > l _ . ! : ! ,' > l - l , ` l 1 . , ` _ _
Allah, yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian
menjadikanmu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikanmu sesudah kuat itu lemah dan
beruban. Dia mencipta apa yang dikehendakiNya dan Dia Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS 30:54)
65


Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa setiap tahap kejadian
individu manusia adalah aktifitas mencipta (kholaqo). Bahkan
setelah dilahirkan tidak terlepas dari aktifitas mencipta. Hal tersebut
membawa makna bahwa setiap substansi yang dicipta diubah
secara terus menerus oleh Allah. Jika kita melihat ke skala yang
lebih mikro yaitu organ tubuh, sel, gen, senyawa kimia, atom, dan
sub atom, maka dalam tubuh kita telah terjadi perubahan terus
menerus tanpa kita sadari.

Sebagian orang salah paham bahwa setelah tubuh kita mencapai
masa dewasa, tidak banyak perubahan lagi yang terjadi. Karena
toh setelah kita berhenti tumbuh, tinggi dan berat badan kita
biasanya relative konstan. Namun, berbeda dengan penampilan
luar, pergantian dan perubahan terus berlangsung dalam tingkat
yang sangat tinggi. Sel-sel darah merah seorang dewasa terurai
hingga beberapa ratus miliar per harinya hanya digantikan oleh
sel-sel darah baru yang sama jumlahnya. Protein dalam ginjal,
hati, dan jantung kita mengalami degenerasi dan regenerasi
dengan kecepatan yang tak terhitung. Hal ini dikenal dengan
nama pergantian metabolisme yang berlangsung cepat dari yang
dapat kita bayangkan. Berkat enzim, reaksi-reaksi kimia yang
dibutuhkan untuk sintesis dan penguraian berlangsung dalam
sel-sel kita sesuai dengan program yang ada dengan kecepatan
yang sangat tinggi.
( Kazuo Murakami, Ph.D., The Divine Message of The DNA )

Perubahan terus menerus yang terjadi pada tubuh kita
membuktikan bahwa penciptaan berlangsung secara kontinu, maka
kata-kata Kun faya kun bukanlah aktifitas yang berjedah atau
spot-spot, tetapi adalah aktifitas yang berkontinyuitas atau terus
menerus dan konstan atau tidak dipengaruhi factor-faktor eksternal
selain Dia. Jika makna tersebut dibawa ke skala yang lebih besar
(makrokosmos), dengan alasan bahwa sunnatullah tidak akan
berubah, maka hal tersebut dengan jelas membantah keterpisahan
penciptaan manusia dengan makhluk lainnya.

Kedua ayat tersebut juga memperlihatkan kepada kita bahwa

66
aktivitas mencipta oleh Dia, adalah aktifitas yang tak pernah
berhenti untuk setiap individu dan seluruh individu makhluk. Arti
kata mencipta (kholaqo) dalam ayat tersebut, bagi filsuf Mulla
Shadra (1571-1640M) berarti juga proses atau menjadi. Maka
aktifitas memelihara atau seluruh proses alam ini (peristiwa natural)
adalah sama dengan aktifitas mencipta. Maka, karena Dia itu abadi
(Al-Hayyu) begitu pula aktifitas menciptaNya, dan semua
makhlukNya mengalami kemenjadian abadi.

Jika semua realitas di alam ini adalah aktifitas mencipta, maka
bagaimana dengan arti realitas kematian, kehancuran atau kiamat
sekalipun? Konsekuensi dari hal tersebut, maka harus bermakna
mencipta juga. Hal tersebut terbukti dari kata bentukan kiamat yang
berasal dari bahasa arab yaitu qomu-yaqumu-qiamah yang berarti
berdiri atau bangkit. Hal ini juga menjelaskan makna eskatologis
dari ayat QS 6:95 dan 2:28 yang tertulis pada bab sebelum ini, yaitu
bahwa arti kematian adalah kehidupan yang lain.

Penegasan bahwa kebangkitan bermakna sama dengan penciptaan
seperti pada ayat dibawah ini

. ! > l 1 > , - . > | . _ > . : . _ _
Tidaklah menciptakan dan membangkitkan kalian melainkan
seperti diri yang satu. (QS 31:28)

Hal yang berkenaan dengan - dan sesungguhnya adalah suatu
syarat (keperluan) memahami sifat-sifat Allah. Mengahadapi
Kebenaran Ilahiah, manusia menjadi cermin dimana Kebenaran
terpantul, tetapi juga dimana sifat Yang Maha Kuasa terpantul.
Manusia mengandung seluruh alam semesta dal am dirinya, itulah
sebabnya dia disebut pemersatu dari keseberagaman,
makrokosmos. Allah telah menciptakannya dengan kedua
tanganNya. Tangan RahmatNya dan tangan MemaksaNya,
kekuatan menghancurkan dan kemurkaan. Oleh karena itu dia
adalah sebuah cermin yang memperlihatkan kedua sisi, yang
kasar dan padat, dan yang halus dan sangat elok.

(Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rahasia dibalik Rahasia)

67
Oleh karena itu, seiring dengan penciptaan yang setiap saat maka
kebangkitan adalah peristiwa sama yang terjadi setiap saat dan
berkontinyuitas. Serupa dengan ayat QS 23:14 yang bercerita
tentang penciptaan setiap saat, maka kebangkitan setiap saat
seperti pada ayat dibawah ini.

, . ! , ! l . ! _' | . . ` _ , . _ l , - | . ! > l 1 . . > _ . _ . , .
_. L. . _. 1l. . _. -.. 1l>: ,s 1l>: _,,`.l >l
1. _ ,l> !. ',!: _|| _> _,.. . >`>> L .
-l,.l .: .. _. _.`, .. _. :`, _|| _:
.`-l ,l l-, _. .-, l. !:,: _. _ :..!> :|
!.l. !,l. ,!.l ,.> , .,. _. _ __ _,, _
,l: !, < > _>' .. _> _.,l .. _ls _ ,`_: ",. _

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan,
Maka sesungguhnya Kami menjadikanmu dari tanah, kemudian
dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna dan yang tidak sempurna
kejadiannya agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan
dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai
bayi, kemudian kamu sampailah kepada kedewasaan, dan
diantaramu ada yang diwafatkan, dan diantaramu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, Kemudian apabila Kami
turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang indah. Yang
demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang benar.
Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang
mati. Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala seuatu
(QS 22:5-6)


68

Dalam menafsirkan ayat tersebut diatas, dengan mengkombinasikan
penafsiran Ibn Arabi terhadap ayat QS 19:9 seperti yang telah
dibahas sebelum ini, maka ayat tersebut diatas (QS 22: 5-6)
menjelaskan bahwa kata-kata kamu dari kalimat seperti
menjadikanmu dari tanah dan Kami keluarkan kamu sebagai
bayi, membawa arti bahwa obyek kamu telah mengalami
beberapa kali kejadian, seperti : tanah, air mani, segumpal darah,
segumpal daging, bayi, dewasa, pikun (QS 30:54), dan kematian
(QS 2:28). Ibn Arabi dalam hal ini mengartikan kamu adalah
hakikat kemanusiaan.

Sesuai dengan hal tersebut, ayat tersebut diatas benar-benar
menjelaskan bahwa setiap tahap kejadian manusia baik masih
didalam rahim maupun telah dilahirkan hingga dewasa, dalam
kondisi pikun ataupun wafat, adalah kebangkitan. Bahkan, peristiwa
natural atau alamiah seperti bumi kering menjadi subur,
menurunkan hujan, ataupun menumbuhkan tumbuh-tumbuhan,
juga berarti kebangkitan. Definisi yang sama dengan penciptaan
seperti pada ayat QS 23:14. Jalalludin Rumi menjelaskan makna
kebangkitan tersebut diatas dengan ungkapan beliau seperti
dibawah ini.

Teruslah, wahai buncis, terebus dalam kesengsaraan sampai
wujud ataupun diri tak tersisa padamu lagi.
Jika engkau telah terputus dari taman bumi, engkau akan
menjadi makanan dalam mulut dan masuk ke kehidupan.
Jadilah gizi, energi, dan pikiran! Engkau menjadi air bersusu. Kini
jadilah singa hutan.
Awalnya engkau tumbuh dari sifat-sifat Tuhan. Kembalilah
kepada sifat-sifatNya!
Engkau menjadi bagian dari awan, matahari, dan bintang-
bintang. Engkau kan menjadi jiwa, perbuatan, perkataan, dan
pikiran.
Kehidupan binatang muncul dari kematian tetumbuhan. Maka
perintah, Bunuhlah aku, wahai para teman setia, adalah benar.
Lantaran kemenangan menanti setelah mati, kata-kata,
Lihatlah, karena dibunuh aku hidup, adalah benar.

(Jalalludin Rumi)

69
Jadi, seperti buncis tersebut diatas, kita sebenarnya tidak menyadari
bahwa kita telah selalu diubah, diciptakan dan dibangkitkan setiap
saat. Dengan analogi yang sama , maka alam semesta pun
mengalami penciptaan secara kontinyuitas sepanjang masa. Oleh
alasan tersebutlah, maka kematian, kehancuran, atau kiamat,
bermakna sama dengan penciptaan. Hanya karena mata dan akal
kitalah yang tertipu, membedakan hal tersebut.

Yang lebih menarik lagi, Allah mendefinisikan kebangkitan tersebut
dengan kalimat menghidupkan segala sesuatu yang mati. Maka,
sesungguhnya segala sesuatu yang kita anggap hidup
sebenarnya mati. Air mani sebenarnya mati, dibangkitkan menjadi
segumpal darah. Segumpal darahpun sebenarnya mati, dibangkitkan
menjadi segumpal daging. Segumpal daging sebenarnya mati,
dibangkitkan menjadi tulang. Demikianlah seterusnya tanpa akhir,
karena Yang Akhir hanyalah Dia Yang Maha Hidup. Itulah
kemenjadian abadi! Kesadaran inilah yang diraih terus oleh kaum
sufi yang sering disebut fana (ketiadaan, kematian) untuk mencari
baqa (keabadian, kekekalan).

Didalam kehidupanku adalah kemusnahanku

(Al-Hallaj w.922M)


Kehancuran dan Kiamat juga Bermakna Penciptaan

Mengutip dari buku karya Peter Ackyord yang berjudul The
Beginning: Voyages Through Time, yang menggambarkan bahwa
selama usia bumi ini telah terjadi enam periode kehancuran besar di
bumi yang disebabkan berbagai macam penyebab kehancuran
terhadap kepunahan besar berbagai spesies. Peristiwa tersebut
dapat dilihat seperti tabel dibawah ini pada halaman berikut ini.




70

Tabel 3. Peristiwa Kehancuran di Bumi

No Waktu kejadian Penyebab kejadian
1 443 Juta Tahun Yg Lalu - Penurunan drastis kadar Oksigen didalam
Samudra
- Perubahan drastis cuaca
- Perubahan drastis tinggi permukaan air laut
2 354 Juta Tahun Yg Lalu - Penurunan drastic kadar Oksigen didalam
Samudra
- Perubahan drastis cuaca
- Perubahan drastis tinggi permukaan air laut
3 248 Juta Tahun Yg Lalu - Letusan besar gunung berapi
- Penurunan drastis kadar Oksigen didalam
Samudra
- Perubahan drastis cuaca
- Perubahan drastis tinggi permukaan air laut
4 206 Juta Tahun Yg Lalu - Letusan besar gunung berapi
- Perubahan drastis tinggi permukaan air laut
5 65 Juta Tahun Yg Lalu - Letusan besar gunung berapi
- Perubahan drastis tinggi permukaan air laut
- Letusan akibat hantaman asteroid
6 Saat ini - Penurunan drastis kadar Oksigen didalam
Samudra
- Perubahan drastis cuaca


Tabel 3 tersebut oleh Ackyord lebih lanjut dituangkan dalam grafik
seperti pada gambar 9 dibawah ini. Ackyord memperlihatkan bahwa
peristiwa kehancuran tersebut telah mengakibatkan musnahnya
makhluk-makhluk laut. Tetapi, jika disimak lebih lanjut lagi dalam
grafik kemusnahan makhluk laut seperti pada gambar 9 tersebut,
maka yang terjadi dalam setiap kehancuran yang memusnahkan
banyak makhluk hidup tersebut akan selalu diiringi dengan
kemunculan lebih banyak lagi makhluk hidup baru. Berarti,
menghancurkan adalah mencipta!

| : .` . ` _ .` . _ | . > l . _ > l _ > . , . _
bahwa apabila kamu telah sehancur-hancurnya,
sesungguhnya kamu dalam ciptaan yang baru. (QS 34:7)
71

Seperti halnya yang tertuang dalam tabel diatas dan grafik tersebut
dibawah ini, maka ada enam peristiwa kehancuran besar. Dan
peristiwa keenam kehancuran tersebut dapat dijelaskan seperti pada
ayat dalam Al Quran sebagai berikut:

< ] . _
> l _
l . . . , _ . ! , . . ! _ . .` ,` ! , . .` . _
_ls _-l !. >l _. ..: _. _| _,: `... _
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya dalam enam masa (QS 32:4)


Gambar 9. Grafik Kemusnahan Makhluk Hidup
(Peter Ackyord The Beginning Voyages Through Time Dorling Kinderslay 2003)

Seperti halnya yang diutarakan oleh Peter Ackyord diatas, bahwa
terdapat lima kunci penyebab kehancuran besar, seperti antara lain:
penurunan drastis kadar oksigen didalam samudra, Perubahan
drastis cuaca, tinggi permukaan air laut, Letusan besar gunung
berapi, dan Letusan akibat hantaman asteroid. Ternyata kelima
penyebab kehancuran memiliki kesamaan dengan tanda-tanda
kiamat yang dituangkan dalam Al Quran. Adapun penjelasan lima
-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
500 400 300 200 100
800
600
400
200 J
u
m
l
a
h

K
e
l
u
a
r
g
a

M
a
k
h
l
u
k

L
a
u
t
Jutaan Tahun yang Lalu
Saat Ini
65 Juta Tahun yang lalu
206 Juta Tahun yang lalu
248 Juta Tahun yang lalu
354 Juta Tahun yang lalu 443 Juta Tahun yang lalu
Sumber : Peter Ackyord - The Beginning, Voyages Through Time @ 2003 Dorling Kindersley
1 2
3
4
5
6

72
kunci kehancuran tersebut adalah seperti dibawah ini:

Letusan gunung berapi yang besar meyebabkan permukaan
bumi ditutupi lava dan gunung tersebut memuntahkan debu
vulkanis dan gas beracun yang banyak. Dan apabila gunung-
gunung dihancurkan (QS 81:3)
Letusan akibat hantaman asteroid mengakibatkan ledakan
dengan tenaga puluhan atau ribuan kali bom nuklir dan
menyebabkan badai api dan tsunami disekeliling permukaan
bumi, juga jutaan ton debu diterbangkan. Dan apabila bintang-
bintang berjatuhan (QS 81:2). Dan apabila bintang-bintang
jatuh berserakan (QS 82:2). Jejak jalan asteroid yang akan
menghantam bumi meninggallkan goresan-goresan di langit,
bagaikan kertas yang diiris oleh silet. Apabila langit terbelah
(QS 82:1)
Debu akibat letusan gunung dan hantaman asteroid akan
memblokir cahaya matahari selama beratus-ratus tahun dan
membuat cuaca mendadak lebih dingin dan lebih gelap. Apabila
matahari digulung (QS 81:1).
Selain debu yang dimuntahkan, letusan gunung mengakibatkan
peningkatan kadar karbondioksida di udara yang
mengakibatkan juga efek rumah kaca dan pemanasan global.
Perubahan drastis cuaca tersebut, di akhir zaman Permian (248
juta tahun yang lalu) mengakibatkan lautan memanas dan
memusnahkan 95% makhluk hidup. Dan apabila lautan
dipanaskan (QS 81:6).
Perubahan cuaca yang drastis mengakibatkan perubahan
drastis tinggi permukaan air laut. Akibat dari efek rumah kaca,
es di kutub mencair, permukaan air laut naik. Dan apabila
lautan dijadikan meluap (QS 82:3).
Peter Arckyord juga menjelaskan bahwa kehancuran bumi pada
periode saat ini terjadi kehancuran yang disebabkan
pertumbuhan dua kali lipat populasi manusi setiap 40 tahun
dan aktifitasnya. Salah satu kehancurannya adalah rusaknya
73
hutan akibat penebangan yang luasannya menciut kira-kira 1
% per tahun sehingga mempersempit luas wilayah kehidupan
liarnya. Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan (QS
81:5).

Bahkan saat ini, penemuan ilmuwan terkini sangat mengejutkan,
bahwa sekitar 700.000 tahun yang lalu kutub magnetik bumi pernah
berubah, kutub selatan pernah diutara dan begitu sebaliknya.
Sepanjang usia bumi, kutub terus berjalan-jalan (Encyclopedia
Americana). Saat inipun kutub masih bergerak dengan kecepatan 40
meter perhari (Tempo: 8 Januari 2006). Walaupun tidak ada
referensi bahwa akibat perubahan magnetik tersebut berpengaruh
terhadap rotasi bumi, tetapi berdasarkan sifat magnet, maka
peristiwa perubahan arah magnetik bumi tersebut memungkinkan
terjadinya perubahan rotasi bumi yang semula berlawanan arah
jarum jam, berubah menjadi sebaliknya, maka arah terbit matahari
bila dilihat dari permukanaan bumi yang semula dari timur ke barat
pernah mengalami perubahan arah dari barat ke timur (Lihat
Gambar 10). Hal tersebut merupakan salah satu tanda kiamat yang
pernah disampaikan oleh Rasulullah SWT. Berarti juga bahwa
kiamat pernah terjadi dan akan terjadi juga.


Peristiwa kehancuran besar tersebut bukanlah peristiwa tersendiri,
tetapi peristiwa yang dilengkapi dan diselingi peristiwa-peristiwa
kehancuran yang lebih kecil. Oleh karena itu Peter Ackyord
menyebutkan bahwa sejarah dunia adalah sejarah kepunahan. Jadi,
karena kehancuran atau pemusnahan bersifat kontinyu seperti
halnya penciptaan, maka esensi kehancuran adalah sama dengan
penciptaan, maka kematianpun sama dengan kehidupan. Dia Yang
Maha Menghidupkan (Al Muhyii) adalah sama dengan Dia Yang
Maha Mematikan (Al Mumiit), tidak bisa dipisahkan dengan waktu.
Bukankah peristiwa Big Bang dan Kiamat adalah sama-sama
peritiwa kehancuran? Berarti Kiamat dan penciptaan adalah proses
yang sudah, sedang, dan akan terjadi.


74
Gambar 10. Sejarah
Perubahan
Geomagnetik Bumi
(a) Perubahan Geomagnetik
bumi telah beberapakali
mengalami perubahan.
Periode tertentu, Kutub utara
pernah berada diselatan
(warna biru). (b) Sesuai
prinsip arah medan magnet
dengan menggunakan prinsip
tangan kanan, maka bila arus
magnet dari bawah keatas
maka medan magnet berarah
berlawan jarum jam. (c) Bila
arus magnet dari atas
kebawah maka medan
magnet berarah searah jarum
jam.
(sumber : Encyclopedia
Americana)




Jika kita masih berfikir bahwa kehancuran adalah hal yang terpisah
dengan penciptaan, maka apa arti dari kepunahan pada zaman
Permian (248 juta tahun yang lalu) yang hingga memunahkan 90%
makhluk hidup? Apa arti kepunahan dinosaurus? Jika dikaitkan
dengan masalah ke-Tuhan-an, apakah Tuhan sudah bosan atau
marah sehingga perlu menggantikan dengan makhluk lain? Jika
demikian halnya, bisakah pada saat itu Dia disebut Maha
Penyayang (ArRahman) atau Maha Pencipta (AlKhaliq)?

Kekacauan (Ke-Tak Pasti-an) dan Keteraturan
(Kepastian)

Harun Yahya dalam banyak karyanya menjelaskan bahwa makhluk
hidup tercipta langsung dalam bentuk kompleks. Kemunculan
makhluk hidup secara tiba-tiba adalah seperti halnya mukjizat-
mukjizat yang disampaikan oleh para nabi. Alasan beliau adalah
(a)
(b)
(c)
75
struktur makhluk hidup penuh keteraturan dan ketepatan ukuran
yang sangat kompleks dan pasti cepat, maka semua makhluk hidup
adalah hasil perancang hebat. Argumen beliau tersebut
bersandarkan pada ayat:

_.] _l> _,. ,... !!,L !. _. _ _l> _..-l _.
,'.. _>! .,l _> _. _. L _ . _> .,l _,.
`l1., ,,l| .,l !..l> > ,.> _
Dialah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang, maka lihatlah berulang-
ulang, adakah sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian
pandang sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan suatu cacatpun dan
penglihatanmu itupun dalam keadaan payah (QS. 67:3-4)

Ayat tersebut diatas, jelas tidak perlu diperdebatkan. Tetapi bila kita
melihat alam ini hanya berdasarkan keteraturan dan keakuratan
tinggi, maka akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan susulan.
Pertanyaannya adalah jika semua sudah direncanakan dengan baik
dan benar serta tercipta secara langsung, maka :

Dimana letak kebebasan kehendak Dia, bila Dia harus
mengikuti hasil perencanaan Dia sendiri.
Mengapa Dia harus menunggu k.l. 13 15 milyar tahun untuk
menciptakan manusia? Karena itu adalah selisih waktu mulai
peristiwa Big Bang dengan kemunculan manusia pertama.
Mengapa Dia harus memusnahkan banyak spesies, yang sudah
dirancang baik-baik? Seperti halnya Dinosaurus dan binatang
purba lainnya yang tidak dijumpai lagi saat ini. (Gambar 9)
Mengapa untuk kelahiran seorang manusia, harus disia-siakan
berjuta-juta sel sperma?
Berdasarkan teori mekanika kuantum, yaitu teori azas ke-tidak

76
pastian Hessenberg, posisi elektron yang mengelilingi inti atom
bukanlah posisi pasti, tetapi merupakan probabilitas, sesuai
dengan kondisi pengamat. Lantas, mengapa alam ini yang
terukur pasti berunsurkan ketidak pastian?

Manusia dalam mencipta membutuhkan tolok ukur awal, rencana-
rencana, takaran-takaran untuk tujuan tertentu (terciptanya suatu
bentuk akhir benda). Jika Allah memerlukan perencanaan, lemah
sudah sifat-sifat agungNya. Karena hasil perencanaan akan
mengikat kehendak bebasNya. Padahal, kehendakNya yang bebas
tidak boleh ada yang mengikatNya, maka tampak oleh kita,
penciptaanNya ini seperti diawali oleh ketidak pastian, ketidak
teraturan atau kekacauan.

Reaksi keesaanNya atau kehendakNya yang bebas, menjadikan
alam ini bersifat dualisme atau bukan-satu atau bersifat paradoksial.
Materi anti materi, Positif - negatif, baik - buruk, salah benar,
siang-malam, langit-bumi. Dari satu aliran listrik atau magnet akan
selalu membutuhkan kutub yang bermuatan positif dan negatif.
Manifestasi dari semua tersebut diatas adalah bahwa dari diri yang
satu akan memunculkan pasangannya telah digambarkan di Al
Quran seperti dibawah ini.

_.>,. _.] _l> _ !l !.. ,.. `_ _. `..
!.. .l-, __
Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
(QS 36: 36)

!!., '_!.l 1. `>`, _.] _>1l> _. _. :.> _l> !..
!> , !,.. l> ,. ,!.
77
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan pasangannya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (QS 4:1)

_,:l !.> .1l :| !.l. _ !.l :| !.l> _ _,l
:| !.:-, _ ,!,.l !. !.., _ _ !. !.>L _ _.
!. !.. _ !.>! !>>' !.1. _ . _l _. !. _
. ,l> _. !..:
Demi matahari dan cahayanya dipagi hari
Dan bulan apabila mengiringinya
Dan siang apabila menampakkannya
Dan malam apabila menutupinya
Dan langit serta pembinaannya
Dan bumi serta penghamparannya
Dan jiwa serta penyempurnaannya
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan
ketakwaanya
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu
Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya
(QS 91:1-10)

Jadi, penciptaan yang menimbulkan pasangan atau paradoksial
tersebut adalah sunnah Allah yang menuju ke penyempurnaan,
yang tercermin dari diri manusia dan alam semesta ini. Keberadaan
pasangan adalah cermin dari diri sendiri, karena berawal dari diri
yang satu. Akankah berarti siang bila tanpa ada malam? Akankah
berarti bumi tanpa langit? Akankah berarti iman tanpa ada
kekafiran? Maka, seperti halnya kehancuran yang bermakna
penciptaan, demikian juga ke-tak teraturan atau ke-tak pastian
beresensi sama dengan keteraturan atau kepastian.


78
1l>: ,s 1l>:
.dan yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna
(QS 22:5)

!. _l> .] _.. _
Dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
(QS 92:3)

CahayaNya yang memancar terus dapat ditafsirkan sebagai Dia
yang selalu melakukan aksi terus menerus, sedangkan kita semua
hanyalah merupakan reaksi atas aksiNya. KehendakNya yang bebas
merupakan aksi yang mengakibatkan titik-titik reaksi tampak tidak
pasti dan kacau kemudian mensinergi menjadi keteraturan,
keharmonisan dan keindahan. Sinergi tersebut menghasilkan energi
yang luar biasa bagi alam ini untuk bergerak menghasilkan materi
dan kehidupan, seperti yang tercermin dalam QS 4:1 dan QS 36:36,
bahwa perkawinan pasangan menghasilkan banyak keturunan atau
memunculkan ciptaan-ciptaan baru. Kedua kutub yang dihasilkan
dari kekacauan tersebut akan saling bersinergi, atau saling
mendominasi, atau saling meniadakan. Hal tersebut agar setiap
unsur dalam alam ini mampu bertahan atau menjadi stabil atau
menjadi teratur atau menjadi pasti. Bagi Jalalluddin Rumi,
penjelasan tentang perkawinan tersebut adalah seperti yang
tertuang dalam syairnya seperti dibawah ini:


Bagi orang bijak langit adalah laki-laki dan bumi adalah seperti
perempuan
Langit berputar seperti suami mencari nafkah dan bumi
menerima apa yang diturunkan dari langit
Apabila bumi kedinginan maka langit memberina kehangatann
Apabila bumi kekeringan maka langit mengirimnya hujan atau
embun
Sedangkan bumi melahirkan dan memelihara apa yang
dilahirkannya itu
Andaikan mereka tidak memiliki kecerdasan
Betapa mereka bertingkah laku sebagai makhluk cerdas
Andaikan mereka tidak mengenyam kebahagiaan satu sama lain
79
Bagaimana mereka berjalan dan melangkah seperti sepasang
kekasih

(Jalalludin Rumi)

Peristiwa Natural (Alamiah) adalah Peristiwa Ilahiyah

Proses atau menjadi tersebut berlaku setiap saat dan untuk setiap
individu makhluk (benda mati atau hidup). Tidak ada yang luput dari
penciptaanNya. Setiap saat perlakuan penciptaan sama terhadap
semua tiap individu makhluk. Maha Mencipta tersebut merupakan
aktifitas yang bertindak bersamaan dengan sifat-sifat Dia yang lain,
bagaikan cahaya yang menyinari seluruh kosmos ini ke segala
penjuru, tanpa bermulai dan tanpa henti.

_l < _>, ,`_: !L,>: __
.dan adalah Allah Yang Meliputi Segala Sesuatu (QS 4:126)

Selanjutnya, bila kita amati tubuh kita sendiri. Tubuh manusia
dewasa itu diperkirakan rata-rata terdiri dari 75 triliun sel. Bila kita
melihat dan membandingkan kembali tubuh kita pada saat
kelahiran, bayi, anak-anak, remaja, kemudian dewasa, dan tua, atau
dari satu sel menjadi banyak sel, maka sudah tentu jumlah sel
tubuh kita tidak akan sama. Sel-sel kita tergantikan milyaran sel
setiap hari. Jadi, sebenarnya kita ini tercipta setiap bergerak atau
setiap detik (lebih cepat lagi jika ada satuan waktu yang lebih kecil
lagi). Secara tidak sadar kita ataupun spesies manusia, ataupun
seluruh spesies makhluk hidup telah dikutak-katik setiap saat.
Seperti halnya yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, bahwa
evolusi mengindikasikan perubahan yang terus menerus.

Sebagai contoh untuk itu adalah peristiwa mutasi makhluk hidup itu
sendiri. Mutasi yang dialami oleh spesies manusia secara kumulatif
mencapai seratus per generasi (Matt Ridley: Genom, kisah spesies
manusia dalam 23 bab).

80

Tidak ada sesuatupun di alam ini yang stabil. RNA yang merupakan
salah satu unsur dari gen makhluk hidup hanya dapat bertahan
dalam beberapa jam untuk tergantikan terus menerus. Setiap lima
juta sel darah merah kita tergantikan setiap detik. Senyawa kimia
dalam tubuh kita juga demikian, tergantikan terus menerus dari apa
yang kita makan, hirup, dan reaksi kimia disekeliling kita, kemudian
dibuang oleh tubuh melalui tinja dan urin.

Banyak orang salah paham dan menyangka bahwa gen hanya
diwariskan dari orangtua kepada anak dan tidak memiliki banyak
peran dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini jauh sekali dari
kebenaran. Gen selalu aktif setiap menit, setiap detik dalam
kehidupan kita. Dan jika mereka berhenti kerja, kitapun mati
saat itu juga.
Semua yang terjadi dalam tubuh kita adalah hasil dari reaksi -
reaksi kimia. Mungkin untuk menyebut hidup sebaga sebuah
reaksi kimia memang tidak menyenangkan, namun hal ini
memang benar secara ilmiah.

( Kazuo Murakami, Ph.D., The Divine Message of The DNA )

Alam disekeliling kita juga mengalami perubahan terus menerus.
Pembentukan dan penguraian senyawa kimia juga terjadi terus
menerus. Reaksi inti atom juga terjadi terus menerus, matahari
adalah salah satu contohnya, karena pancaran sinar matahari
tersebut merupakan reaksi inti atom yang berlangsung secara terus
menerus. Jadi, alam (kosmos) ini adalah bagaikan sebuah reaktor
mega-raksasa yang berlangsung terus menerus. Maka, arti
kestabilan hanyalah hasil imajinasi kita sendiri dalam tataran waktu
dalam masing-masing tataran elemen alam ini.

Satu detik sekali, di suatu tempat di alam semesta, sebuah
bintang meledak dengan terang secemerlang satu galaksi
(Ron Cowen; dikutip dari National Geographic Indonesia edisi Maret 2007)

Coba kita tinjau sekali lagi pernyataan Harun Yahya, bahwa bukti
penciptaan alam semesta adalah ditemukannya peristiwa dentuman
besar yang sering disebut Big Bang dan peristiwa tersebut
81
merupakan awal dari awal semesta. Apakah benar peristiwa Big
Bang suatu peristiwa awal semesta? Jika awal tersebut merupakan
awal alam semesta yang kita tempati ini, itu adalah benar. Tetapi
bila Big Bang dianggap sebagai awal penciptaan, maka itulah
kekeliruannya. Jika demikian halnya, maka kerancuannya adalah
apakah dengan terjadinya Big Bang Tuhan telah mengawali ke
Maha Pencipta-an? Apakah Dia sebelum Big Bang adalah
pengangguran?

Perlu diketahui bahwa sebelum Big Bang, adalah sebuah massa
yang sangat padat. Sebelumnya lagi, adalah kabut kosmis yang
mengerucut menjadi massa padat yang memiliki energi sangat
tinggi. Jadi Big Bang ternyata bukan awal segala penciptaan. Terlalu
naif, jika kita mengatakan sebelum Big Bang maka tidak ada yang
diciptakan atau Allah saat itu adalah pengangguran. Oleh karena itu,
Big bang hanyalah bagian dari suatu kejadian. Al Quran telah
membantah keberawalan penciptaan, karena penciptaan selalu
diulang-ulang, seperti pada ayat dibawah ini

, _L. ,!..l _L _>.l .ll !. !.., _ _l>
.:.,-. .s !.,ls !.| !. _,l-.
(yaitu) pada hari kami gulung langit sebagai menggulung
lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya.
Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah
yang akan melaksanakannya. (QS 21: 104)

`l , _.] ` ,...l _ !..l !1. !...1.
!.l-> _. ,!.l _ ,`_: _- `..`, _
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari

82
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman? (QS 21: 30)


Ayat QS 21:30 seringkali digunakan sebagai dasar teori Bing Bang.
Padahal kedua fenomena kedua ayat tersebut diatas sebenarnya
lebih tepat menjelaskan peristiwa keruntuhan bintang yang disebut
supernova. Dalam kosmologi modern supernova memiliki dua tipe.
Pertama, supernova tipe 1a, ketika bintang mulai runtuh, dia
menarik benda-benda angkasa termasuk bintang-bintang didekatnya
(QS 21:104) sehingga massa bintang tersebut meningkat 1,4 kali
kemuadian meledak (QS 21:30). Kedua, supernova tipe runtuh
pusat, yaitu bintang runtuh meledak kemudian meluruh menjadi
bintang neutron atau lubang hitam (QS 21:104). Keruntuhan atau
ledakan tersebut akan menciptakan kabut angkasa (nebula) yang
kemudian berevolusi menjadi bintang dan galaksi baru. Walaupun
supernova dan bing bang adalah peristiwa yang berbeda, diyakini
memiliki kesamaan pola peristiwa. Hal tersebut karena janji Allah
. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah
Kami akan mengulanginya.

Oleh karena itu juga kita perlu merevisi penafsiran Maha Mencipta
karena setiap kita bergerak atau setiap pohon tumbuh atau setiap
angin bertiup atau setiap kematian atau kehancuran adalah aktifitas
menciptaNya. Semua setiap pergerakan alamiah materi selalu
melalui penciptaanNya. Oleh karena itu makna kun faya kun
adalah perubahan setiap saat alam ini, bukanlah hanya peristiwa
diawal kejadian. Perlakuan kepada tiap individu setiap saat juga
sama dan juga untuk semua sifat-sifatNya. Sehingga peristiwa
natural hendaknya dipahami sebagai peristiwa ilahiyyah.

< _>.,. _. _ !.!,. _ . _.,-`, !, `>> l>>| _
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah(bumi) dengan
sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikanmu ke
dalamnya dan mengeluarkanmu dengan sebenar-benarnya (QS
71:17-18)

83
> _.] `_.`, _.,l :, _,, _., ...- _.> :| l
!,!>. !1. ..1. .,l ,. !.l.! , ,!.l !.>>! ., _. _
,.:l .l. _> _..l >l-l _`.. __
Dan Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita
gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya, hingga apabila angin
itu telah membawa awan mendung, Kami halau kedaerah yang
tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan karena hujan itu berbagai buah-buahan. Seperti itulah
membangkitkan yang mati, mudah-mudahan kamu mengambil
pelajaran (QS 7:57)

Ketiga ayat tersebut mempertegas bahwa penciptaan atau
kebangkitan dari kematian baik itu manusia atau lingkungan sekitar
kita (alam) adalah peristiwa yang selama ini kita anggap natural
atau alamiah. Melalui penciptaan yang kontinyu setiap saat ini, Dia
tidak perlu mencari tahu atau harus berusaha untuk mengetahui
segala sesuatu kejadian di alam ini, tetapi Dia secara automatis
mengetahui setiap saat kejadian alam ini. Inilah Maha Mengetahui.
Jadi, dengan Maha Mencipta sekaligus Maha Mengetahui!!

Bila kita menyadari sepenuhnya bahwa diri kita tergantikan atau
tercipta setiap saat, maka mekanisme penciptaan oleh Tuhan
bersifat elementer atau derajat dibawahnya. Seperti halnya Manusia
yang terdiri dari sel yang setiap selnya tergantikan terus menerus.
Sel itu sendiri terdiri dari unsur-unsur kimia yang juga tergantikan
terus menerus. Unsur-unsur kimia tersebut terdiri dari atom-atom
yang juga tergantikan secara terus menerus. Dan begitulah
seterusnya hingga yang paling elementer. Segala hal yang paling
elementer adalah kehendak (Ibnu Sina mengartikan akal,
sedangkan Muhammad Iqbal menafsirkan sebagai gerak atau
aktifitas), terserah bagaimana menafsirkan, yang jelas, bukanlah
melalui materi (ke-benda-an). Jadi, Allah mencipta dengan Maha
Kehendak (dari Dialah semuanya berasal).


84
:| _. . !..| `_1, .`] _ `>,
.dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya
mengatakan kepadanya Jadi maka jadilah (QS 2:117; 3:47;
40:68)

., _l> !. ',!: '!.>
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dikehendaki dan
dipilihNya (QS 28:68)

Jika disimak ayat QS 2:117, 3:47, dan 40:68, maka terdapat kata-
kata mengatakan kepadanya (yaqulu lahu) akan memiliki dua
penafsiran. Pertama, kata-kata tersebut bermakna bahwa sebelum
terjadi penciptaan, bahwa telah ada sesuatu (obyek) yang akan
diciptakan (QS 9:19 dan 23:14), maka arti penciptaan adalah
mengubah dari sesuatu menjadi sesuatu. Kedua, jika diawal
penciptaan tidak tidak ada eksistensi selain Dia, maka arti yaqulu
lahu adalah Dia berkendak atas DiriNya sendiri atau Dia mencipta
DiriNya sendiri. Dalam hal tersebut arti dari mencipta adalah
eksplorasi DiriNya sendiri. Berarti penafsiran kedua ini membawa
kita ke kesadaran mistisme, yaitu kesatuan realitas subyek dan
obyek. Hal tersebut seperti ungkapan Ibn Arabi dalam Fushush Al
Hikam seperti dibawah ini:

Wahai Dia yang menciptakan segala sesuatu pada DiriNya
Engkau terdiri dari semua yang Engkau ciptakan
Meskipun Engkau menciptakan wujud-wujud tanpa batas dalam
DiriMu
Engkau Terbatas dan Maha Meliputi
Apakah semua ciptaan Tuhan ada dihatiku?
Permulaannya yang cemerlang tidak akan bersinar disana
Siapapun yang merangkul Realitas akan memuat semua ciptaan
Apa yang kemudian merupakan situasi yang benar, wahai Yang
Maha Mendengar?

(Ibn Arabi, Fushush Al Hikam)

Tidak ada makhluk diluar eksistensiNya, maka tidak ada eksistensi
85
yang keluar dari Dia, seperti yang ditegaskan dalam ayat Dia tidak
beranak dan tidak dapat diperanakkan (QS 105:3). Seperti halnya
yang Rumi ungkapkan dalam Masnawi-nya bahwa kehidupan kita
hanyalah perpindahan dari rahim satu ke rahim lainnya, karena kita
tak pernah lepas kasih sayangNya, atau artinya kita semua
sebenarnya adalah bagaikan bayi yang tak pernah dilahirkan.


Karakteristik Penciptaan

Suatu hal yang mustahil apabila kita mengkonsepkan apa yang Dia
lakukan, sekali lagi sungguh Maha Suci Dia dari segala yang kita
tafsirkan. Walaupun demikian, Dia melalui kitab suciNya dan tanda-
tanda kekuasaanNya di alam ini, kita dapat melihat dan membaca
karakteristik-karakteristikNya dalam mencipta. Dari uraian tersebut
diatas, maka dapat diringkaskan beberapa karakteristik yang
berkaitan dengan aktifitas mencipta

Aktifitas ke- Maha Pencipta-an bersamaan secara langsung
dengan aktifititas atau sifat-sifat Dia lainnya.
Merupakan aktifitas yang berkontinyuitas setiap saat, bukan
kejadian terputus-putus (spot-spot), bukan juga hanya diawal
peristiwa saja, tetapi juga meliputi tengah, dan akhir, dalam
disetiap waktu baik skala kecil maupun besar. Hal tersebut
yang sering kita sebut peristiwa alam atau natural atau
alamiah.
Mencipta bukan hanya berarti menjadikan, tetapi juga meliputi
proses, kebaruan, kematian, kehancuran, atau kiamat.
Berlangsung secara terus menerus dan tiada henti, karena
aktifitas tersebut adalah eksistensiNya. Karena eksistensiNya
bersifat abadi, maka aktifitas mencipta adalah abadi, oleh
karena itu bisa disebut kemenjadian abadi.
Aktifitas mencipta berarti mengubah substansi obyek yang
dicipta (QS 23:14)

86
Karena tidak ada eksistensi yang keluar dari Dia (QS 105:3),
maka mencipta berarti juga eksplorasi terhadap DiriNya sendiri.
Oleh karena itu tidak ada ketergantungan eksternal. Semuanya
kembali kepada Dia dan semua didalam Dia, maka seluruhnya
yang berubah ada dalam Dia yang tak berubah.
Ke-tak pasti-an, kebetulan, kecacatan, kehancuran, kematian
adalah juga manifestasi dari penciptaan. Oleh karena itu, tidak
ada alasan bagi kaum atheis menyatakan bahwa peristiwa
alamiah adalah tanpa melalui penciptaan. Begitu juga
sebaliknya, tak ada alasan bagi Harun Yahya untuk
mengabaikan realitas ke-tak pasti-an, kebetulan, kecacatan,
kehancuran, kematian hanya untuk dalil keberadaan
penciptaan.

Dari kesimpulan tersebut diatas, maka semua yang ada dialam ini,
termasuk juga domba cloning Dolly, barang-barang buatan manusia,
ataupun makhluk Terminator bila ada, dapat diklaim sebagai
ciptaan Allah. Hal tersebut bukan hanya karena bahannya saja yang
buatan Allah (seperti klaim Harun Yahya), tetapi juga seluruh
aktifitas manusia dalam hal mendesain, membiayai, melaksanakan,
dan merawat secara satu kesatuan adalah bagian dari aktifitas Dia
juga.

Demikian juga seperti halnya penciptaan, maka kiamatpun pernah
terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi. Jadi, kekeliruan penafsiran
kita selama ini adalah karena hanya memandang kelahiran atau
penciptaan berada hanya pada diawal peristiwa saja sedangkan
kematian atau kemusnahan berada diakhir peristiwa saja. Pemikiran
tersebut bersifat fatal karena akan hanya berakibatkan memisahkan
Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir, yang seharusnya merupakan
satu kesatuan Yang Maha Esa.

!. !.., _ _l> .:.,-. .s !.,ls !.| !. _,l-. _
Sebagaimana kami Telah memulai panciptaan pertama
begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang
87
pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan
melaksanakannya.
(QS 21:104)
_ > < .>
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (QS 112:1)



Hikmah Kemenjadian Abadi

Penciptaan tak mungkin berhenti walaupun sejenak, kesadaran kita
sajalah yang melihat penciptaan sebagai peristiwa yang terpotong-
potong (spot spot). Jika kita melihat penciptaan merupakan
peristiwa spot-spot, maka sama halnya menyifatkan Allah yang
terpotong-potong, padahal Dia haruslah bebas dari dimensi ruang
dan waktu. Sesuai dengan makna tersebut, Jalaludin Rumi
mengungkapkan arti penciptaan seperti dibawah ini.

Penciptaan laksana arus air yang jernih dan bening tempat
cahaya sifat-sifat Yang Mahamulia menggenang. Meski arus air
mengalir sepanjang waktu, citra bulan dan bintang kan tetap
bertahan selalu. Kurun demi kurun, masa demi masa bergerak
melintas, hanya saja pemandangan abadi tiada pernah berubah.

(Jalaludin Rumi; dikutip dari Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shadra, Murtadha
Muthahhari, 2002)

Konsekuensi dari penciptaan terus menerus, semua (kesatuan
esensi) makhluk menjadi baru secara terus menerus. Kemenjadian
berlangsung secara abadi. Lantas apa arti kiamat, jika tidak ada
akhir mutlak? Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, dan karena
penciptaan berlansung terus menerus maka esensi kiamat
(kehancuran, atau kematian) adalah kebangkitan yang juga
bermakna penciptaan. Hal tersebutlah menjadi bahan diskusi
didalam mimpi (kasyf) Ibn Arabi dengan Nabi Idris a.s., seperti
dibawah ini

88

Percayalah bahwa aku adalah nabi, dan aku tidak pernah
melihat alam raya berhenti secara total, walaupun hanya
sebentar. Alam senantiasa melahirkan ciptaan, dan ia adalah
dunia sekaligus akhirat. Ajal ciptaan ialah berakhirnya masa, dan
bukan berakhirnya penciptaan karena terus membaru bersama
dengan (tarikan) napas.
Aku bertanya lagi kepadanya,Lalu bagaimana dengan
kemunculan kiamat? Idris menjawab,Dekat, Telah dekat
kepada manusia Hari Menghisab segala amalan mereka,
sedang mereka dalam kelalaian lagi bepaling
(daripadanya) [QS Al Anbiya (21):1].
Aku bertanya kembali, Apakah sebelum dunia ini ada tempat
lain?
Idris menjawab, Alam wujud sejatinya menyatu padu. Alam ini
tiada dunia dan tiada pula akhirat, kecuali karena (pandangan)
kamu. Akhirat tidak terbedakan dari dunia kecuali karena kamu.
Keadaan alam benda adalah sosok-sosok yang fana, kelahiran
dan kemunculan, kedatangan dan kepergian, akan dan sedang.

(Ibnu Arabi; dikutip dari Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shadra, Murtadha
Muthahhari, 2002)

Jika kita mengartikan penciptaan itu berlangsung terus menerus,
maka kiamat atau kebangkitan berlangsung setiap saat juga.
Berarti, makna akhirat bukan berarti lokasi atau waktu diakhir
zaman saja, karena akhirat berada secara terus menerus juga. Apa
arti ini semua bagi kita? Dari uraian tersebut diatas, maka akhirat
memiliki arti yang lebih luas, yang berarti bahwa semua itu ada
akhirnya, dan juga berarti kita harus selalu berfikir untuk masa
datang (visioner). Arti bahwa Kiamat telah dekat, bukan makna
simbolis, karena kiamat terjadi setiap saat. Pemahaman ini memiliki
konsekuensi yang lebih berat, kita harus memiliki kesadaran bahwa
sebenarnya kita ini diadili dan diberi ganjaran setiap saat secara
perse maupun kumulatifnya. Walaupun demikian, kemenjadian
abadi ini bukanlah berarti semua makhluk adalah abadi, seperti
halnya kesalah-mengertian Al Ghazali saat mengkafirkan Ibn Sina,
tetapi setiap individu makhluk setiap saat akan musnah dan
diciptakan, berarti aktivitas mencipta (Al Khaliq) dan esensi
kesatuan semua yang ada ini berlangsung secara abadi, hal inilah
yang dimaksudkan Ibn Sina.
89

Hikmah lainnya tentang penciptaan ini, yang berlangsung terus
menerus tanpa jeda, adalah bahwa kita semua sebenarnya dikutak-
katik setiap saat tanpa disadari, hal tersebut berarti kita tidak
memiliki kuasa terhadap terhadap diri kita sendiri. Allah sudah tentu
mengetahui setiap mili gerak kita semua

.. >l < _,. l.-l _ _..-l ,>l _
,l.. ,, _.] _
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.Yang menguasai saat-saat pembalasan.
(QS 1 : 2-4)

`l-, _ . _l> > ,Lll ,,>' _
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan
Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS 67:14)

Ayat tersebut diatas menekankan betapa besar dominasi Allah
terhadap kita semua. Karena memang Dia-lah yang penguasa alam
semesta dan setiap pembalasan atau ganjaran dari setiap yang kita
lakukan. Selain itu, karena kita sebenarnya dikutak-katik setiap saat,
maka kita seharusnya menyadari bahwa kehidupan dunia ini
ataupun keberadaan (eksistensi) kita sendiri sebenarnya hanyalah
sesuatu yang nisbi (kalangan sufi menyebutkan kesadaran ini adalah
fana).

!. :..> :,>l !,..] | l '-l _| .] :>
_l `,>' l .! _.l-, __
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS 29:64)

Kesadaran ketiadaan diri (fana) individu kita tersebut memberi
makna kepada kita bahwa sesungguhnya yang ada semua ini adalah
aktifitas Dia yang abadi. Itulah arti kemenjadian abadi. Oleh karena

90
itu kita semua diperintahkan untuk beraktifitas tanpa henti.



:| s ` ..! _
Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(QS 94:7)


91
Evolusi Makhluk Hidup
bertentangan dengan Al Quran?

Kontroversi Penafsiran Al Quran dalam Memahami
Evolusi Makhluk Hidup

Sebelum membahas lebih jauh tentang evolusi makhluk hidup,
seperti halnya memahami arti penciptaan, maka dalam memahami
evolusi-pun, kontroversi yang terjadi pada umat islam sebenarnya
adalah kontroversi dalam penafsiran Al Quran. Jika kita ingin
menafsirkan dengan benar Al Quran, berarti kita harus mengenal
dengan sesungguhnya karakter Allah. Sifat-sifatNya bukan hanya
berarti nama, tetapi juga berupa karakter, aktifitas, esensi dan
sekaligus eksistensiNya. Berbeda dengan manusia, nama boleh
muttaqin, tetapi perilaku belumlah tentu sama. Allah tidak
berwaktu dan ruang, maka jika mengartikan Maha Pencipta harus
dibebaskan dari dimensi waktu dan ruang serta tidak memisahkan
dengan sifat-sifatNya yang lain.

> `_ `> `.Ll _L!,l > _>, ,`_: ,l. _
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang
Bathin, Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS 57:3)

Demikian juga halnya dalam menafsirkan Al Quran, kita harus
mampu membebaskan dari dimensi ruang-waktu, karena kita
berkeyakinan bahwa Al Quran bersumber dari Dia. Hal tersebut
sesuai dengan hadist Rasullah SAW yang berbunyi

Sesungguhnya AlQur'an memiliki aspek lahiriyah
(zahr), batin (bathn), sebuah awal (hadd) dan
sebuah akhir (matla') (H.R. Ibn Hibban)

92

Memiliki aspek lahiriyah dan batiniyah sekaligus, berarti penafsiran
AlQur'an harus bebas dari dimensi ruang. Demikian juga bahwa arti
AlQur'an adalah sebuah awal sekaligus sebuah akhir, maka
penafsirannya harus terbebas dari dimensi waktu.

Sebagai konsekuensi dari hal tersebut diatas, AlQur'an memiliki
makna yang tidak satu. Tetapi, sesuai dengan tujuan penulisan
buku ini, bagaimanapun beragamnya penafsiran AlQur'an yang
disajikan harus mampu menempatkan sifat-sifat Ilahiyah ke posisi
yang paling tertinggi dan universal. Oleh karena itu, penafsiran
suatu ayat harus bisa ditempatkan pada berbagai skala ruang dan
waktu. Sebagai contoh: apabila suatu ayat bercerita tentang
manusia, maka tafsiran manusia tersebut bisa berarti individu, suatu
kaum, atau seluruh umat manusia. Pembahasan lebih lanjut bisa
membuktikan hal tersebut! Penyempitan penafsiran terjadi karena
penafsiran mengambil hanya satu skala ruang, padahal arti ayat
secara tekstual bermakna lebih luas. Contoh hal tersebut adalah
kata manusia seringkali yang hanya ditafsirkan sebagai Adam
saja. Inilah yang tidak disadari muslimin. Agar tidak terlalu bias,
maka penafsiran dikembalikan pada teks yang tertulis. Sebagai
contoh, apabila teks tersebut sebaliknya tertulis kata Adam maka
tidak akan ditafsirkan manusia secara umum.

Sudah tentu, aspek moral yang disampaikan dari penafsiran
tersebut akan berdampak lebih besar dari penafsiran-penafsiran
konvensional. Terdapat beberapa ayat Al Quran yang memberikan
penafsiran sempit sehingga seolah-olah membantah adanya evolusi
makhluk hidup, tetapi apabila penafsiran dibawa kearah arti
tekstual, justru membuat penafsiran menjadi luas dengan
membebaskan dimensi ruang dan waktu.

Jika kita menyelami ulang karakteristik penciptaan seperti pada bab
terdahulu. Penafsiran penciptaan ala Harun Yahya telah terbukti
gagal mengadopsi pembebasan dimensi ruang dan waktu seperti
tersebut diatas. Sebaliknya, dalam memahami evolusi makhluk
hidup ternyata lebih mudah mengadopsi sifat-sifat ke-ilahi-an,
93
seperti halnya karakteristik penciptaan yang telah dibahas pada bab
terdahulu, atau seperti halnya kita mengartikan ke-Maha Pencipta-
an dengan kemenjadian abadi. Hal tersebut disadari sepenuhnya
karena kemampuan membebaskan ke-Maha Pencipta-an dari
dimensi ruang-waktu dan menyatukan seluruh sifat-sifatNya. Arti
lebih mudahnya, kita tidak menafsirkan bahwa kita (manusia)
dengan makhluk lainnya bukanlah penciptaan yang terpisah.

Tetapi, mencari kebenaran teori evolusi bukanlah tujuan penulisan
ini. Sesuai dengan maksud itu, pembahasan lebih lanjut mengenai
evolusi makhluk hidup adalah sebagai bukti kemenjadian abadi dan
pembebasan penafsiran penciptaan oleh Allah dari dimensi ruang-
waktu.

Tujuan dan Makna Realitas Paradoksial

Dalam bab terdahulu juga telah dibahas bahwa dalam alam ini
terdapat realitas paradoksial, sebagai reaksi atau manifestasi dari
ke-Esa-anNya (QS 57:3), bahkan penciptaan akan terus
memunculkan paradoksial-paradoksial tersebut, seperti yang telah
dibahas pada bab sebelum ini, yaitu pada ayat-ayat QS 36 : 36, QS
4 : 1, dan QS 91 : 1-10, bahkan Jalalludin Rumi telah menjelaskan
tentang perkawinan paradoksial tersebut terjadi. Apa tujuan
munculnya kedua kutub atau paradoksial itu semua?

Ayat ayat Al Quran dibawah ini menjelaskan sebagai berikut
> _.] _-> _,l !.l l> _.l : ., :
: __
Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti
bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang
ingin bersyukur. (QS 25 : 62)


94
.l. !.. .-, _-,,
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka dengan
sebagian mereka...(QS 6:53).

`>l,.l _.> .s _
...agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang
terbaik perbuatannya (QS 18:7).

_.] _l> ,.l :,>' l,,l _>, _.> ,s >
',-l '-l
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS 67:2)

!.| !.1l> _.. _. L. _!:. ,l.,. ..l-> !-,.. ,., _
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya, karena
itu kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS 76:2)

Ayat - ayat tersebut diatas janganlah hanya ditafsirkan dari sisi
aspek moral hubungan antar manusia saja, tetapi juga dapat
membawa arti bahwa setiap hubungan paradoksial tidak hanya
perkawinan (seperti yang dijelaskan Jalalludin Rumi), tetapi juga
akan saling diuji. Bahkan hasil perkawinan paradoksial tersebut
akan terus diuji, untuk terus menghasilkan yang lebih baik (seperti:
mampu mendengar dan melihat). Ujian ini terus berlanjut beriringan
dengan penciptaan yang terus menerus dalam penyempurnaan.
Inilah sumpah Allah SWT seperti pada ayat dibawah ini

_. !. !..
Dan demi diri serta penyempurnaannya (ciptaannya) (QS 91:7)

95
Jadi, penciptaan secara langsung sulit diterima, karena tidak ada
mekanisme uji. Setiap makhluk akan menghadapi makhluk yang lain
(uji antar makhluk hidup) atau perubahan lingkungan drastis (uji
makhluk hidup dan benda mati) untuk saling diuji, yang bentuknya
berupa seleksi alam, mutasi, dan keterisolasian geografis sehingga
setiap zat atau makhluk berusaha tetap eksis. Dalam skala genetika,
mekanisme saling uji atau seleksi melalui proses hanyutan gen
(gene drift) dan perpindahan gen (gene flow). Dalam hal ini Gen
berusaha untuk tetap eksis melalui pewarisan. Jumlah kumulatif
seleksi alam, mutasi, keterisolasian geografis, hanyutan dan
perpindahn gen tersebut mengakibatkan evolusi. Hasil ujian ini
adalah agar setiap makhluk menjadi lebih baik.

Seringkali pikiran kita menafsirkan penciptaan haruslah yang instan
atau abrakadabara atau seperti munculnya mukjzat pada kenabian.
Karakteristik penciptaan sudah dijelaskan dalam bab terdahulu.
Sedangkan mukjizat yang disampaikan melalui kenabian tidak bisa
dijadikan sebagai dasar penciptaan langsung, karena ada dua
alasan. Pertama, mukjizat disampaikan melalui nabi untuk umat
yang belum beriman. Kedua, mukjizat bersifat khusus karena dalam
peristiwa dan lingkungan khusus, seperti mukjizat Nabi Isa AS yang
menghidupkan secara langsung burung dari gumpalan tanah. Hal
tersebut tidak berlaku secara universal atau terjadi pada setiap saat
dan setiap orang, jika manusia sudah sering menyaksikan secara
langsung kejadian penciptaan langsung tersebut, maka tak ada lagi
artinya mukjizat.

Selain itu, untuk apa mukjizat disampaikan bila semua makhluk
sudah beriman? Pada saat sebelum Nabi Adam AS diciptakan, tidak
ada makhluk satupun yang tidak beriman dengan Allah, termasuk
iblis sekalipun. Untuk apa Adam dimunculkan Allah tanpa ujian
(muncul seketika)? Apakah jantung Adam sudah kuat untuk
berburu? Ataukah kaki Adam sudah kuat untuk berlari menghindari
musuh atau berburu? Ataukah emosi Adam sudah kuat menghadapi
kematian anaknya? Ataukah otak Adam sudah mampu menghadapi
tantangan lingkungannya? Ataukah Adam sudah kuat menghadapi
berbagai penyakit? Mengapa Adam bebas ujian tersebut? Kalau ya,

96
untuk apa? Sunnah Allah berubah-ubah? Kemampuan untuk
beraktifitas, atau kekuatan otot dan otak manusia tidaklah mungkin
diperoleh sekonyong-konyong. Perlu berjuta-juta tahun untuk
menjadi seperti kondisi saat ini. Disinilah letak ke-Maha Sabar-an
dan ke-Maha Pencipta-an berpadu.

Diri Yang Satu

Seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu dan sub bab
sebelum ini, bahwa realitas paradoksial itu bukanlah yang terdiri dari
dua atau beberapa realitas, tetapi adalah diri yang satu, hal tersebut
sesuai dengan sifatNya seperti pada ayat QS 57:3. Yang Akhir bukan
diri yang terpisah dengan Yang Awal, begitu juga Yang Zhahir
bukanlah diri yang terpisah dengan Yang Bathin. Bentuk contoh
yang lain adalah sinar matahari yang apabila terkena kaca prisma,
maka akan membiaskan beragam warna me-ji-ku-hi-bi-ni-u.
Mempertegas bahwa realitas yang beragam terdapat pada diri yang
satu, maka kita membahas kembali ayat QS 23:12-14 dibawah ini.

.1l !.1l> _.. _. .l. _. _,L _ . ..l-> L. _
_,>. _ . !.1l> L.l 1l. !.1l> 1l-l -.`. !.1l>
-..l !..Ls !..> .L-l !.>' . ..!: !1l> >, !,.
< _.> _,1l.>' _
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.

97

Dalam bab terdahulu ayat tersebut diatas telah menjelaskan arti
penciptaan adalah kebangkitan, apabila dikaitkan dengan ayat QS
22:5-6. Tetapi dalam sub bab ini, akan ditekankan mengenai makna
kesatuan Diri pada ayat terserbut diatas. Pertama, dalam cara
berfikir normal kita, ayat tersebut menjelaskan proses kelahiran satu
individu manusia. Setelah pertemuan sel sperma dan sel telur
menjadi satu sel (nutfah) kemudian lahir kemudian dewasa yang
memiliki k.l. 75 trilliun sel, logika manakah yang menyebutkan
satu adalah sama dengan 75 triliun? Padahal realitas kita saat ini
menyebutkan bahwa kita adalah diri yang satu dengan yang apa
yang dilahirkan oleh ibu kita sendiri. Padahal, ayat tersebut diatas
telah menegaskan bahwa kita yang dilahirkan adalah makhluk yang
lain (khalqan akhor) dari yang mengalami proses dalam rahim.

Kedua, adalah pertanyaan sebaliknya. Apabila kita bersikeras bahwa
kita adalah diri yang satu dengan apa yang dalam kandungan ibu
kita sendiri, maka pernahkah kita mengatakan jantung adalah sama
dengan usus? Tulang sama dengan daging? Padahal, organ-organ
tubuh kita tersebut, selama dalam kandungan adalah hasil
diferensiasi dari satu sel induk yang sama. Kita tidak usah
membahas kedua pertanyaan tersebut diatas dalam ilmu biologi,
tetapi kita harus merenungkan lebih dalam apa arti itu semua.

> _.] >1l> _. _. :.> _-> !.. !>
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari
padanya dia menciptakan pasangannya (QS 7:189)

Ayat tersebut diatas telah membuktikan adanya kesatuan diri yang
telah mengalami berbagai penciptaan, sebaliknya, ciptaan-ciptaan
yang terbentuk dalam tubuh (organ-organ tubuh) membentuk diri
yang satu. Ayat-ayat tersebut membawa pesan bahwa kita tidak
perlu memisahkan penciptaan-penciptaan yang ada. Sebagai
contoh, dalam penciptaan manusia merupakan gabungan
penciptaan organ-organ tubuh. Penciptaan adalah satu, lantas
mengapa kita memisahkan penciptaan benda mati dengan binatang,

98
dan penciptaan binatang dengan manusia?

Bila kita memperluas skala ruang penafsiran ayat ini, maka kejadian
manusia baik secara individu, dalam sejarah umat dan dalam rantai
evolusi makhluk hidup adalah kejadian yang beresensi sama.
Perbandingan setiap tahap kejadian manusia tersebut seperti pada
tabel dibawah ini.

Tabel 4. Tahap-Tahap Kejadian Manusia

No Tiap individu
(QS 23:12-
14)
Sejarah Umat
Manusia
Dalam Rantai Evolusi
Tahap Keterangan
1 Tanah
(Orangtua)
Tahap makhluk
tidak berwujud
manusia
(QS 76:1)
Senyawa kimia
Sebuah teori
menyebutkan
bahwa asal usul
kehidupan berasal
dari debu vulkanik
bawah laut
dengan suhu
ekstrem
2
Air mani Senyawa protein
3 Zygot, satu sel
yang terus
menerus
membelah
Kemunculan umat
yang satu (QS
10:19)
Makhluk2 bersel
satu
4
Segumpal darah
yang kemudian
menempel pada
dinding rahim
(blastosista)
Serupa dengan
pembentukan organ
tubuh dalam rahim,
yaitu merupakan
sejarah manusia
membentuk
bangsa-bangsa.
(QS 11:118)
Makhluk
tumbuhan
primitive seperti
ganggang hijau
Bakteri berkoloni
membentuk
stromatolita.
Muncul sekitar 3,5
milyar t.y.l.
Serupa dengan
peristiwa replikasi
sel dalam rahim.
5
Segumpal daging
Makhluk primitive
bertubuh lunak
dan bersel
banyak seperti
sponge yang
berkembang
menjadi ubur-
ubur
Muncul sekitar 1
milyar t.y.l,
yang menempel
didasar laut yang
mirip dengan
segumpal darah
yang menempel
pada dinding
rahim. Kemudian
menjadi jabang
bayi
6
Tulang
Makhluk primitive
ikan bercangkang
seperti
placoderm.
Makhluk Ikan-
Makhluk yang
mulai muncul
sejak awal sekitar
400 juta t.y.l
(Zaman Silur)
7
Tulang dibungkus
daging, organ
bayi lengkap
99
terbentuk,
termasuk jenis
kelamin
ikanan adalah
makhluk pertama
yang
berreproduksi
secara seksual.
8 Saat-saat
kelahiran, keluar
dari rahim
Serupa dengan bayi
hingga remaja yang
merupakan proses
pembelajaran tiap
individu manusia,
maka dalam sejarah
umat manusia
adalah periode
kemunculan nabi-
nabi yang
merupakan tahap
pembelajaran umat
manusia dari Allah
(QS 6:48 & 72:28)
Keluar dari laut,
Makhluk amphibi
Muncul sekitar
350 juta t.y.l
(Zaman Devon)
9
Bayi, merangkak
berjalan dengan
4 kaki
Reptilia darat
(dinosaurus)
Berjalan dengan 4
kaki. Muncul
sekitar 260 juta
t.y.l. (Zaman
Karbon)
10 Anak-anak,
memiliki
kemampuan
adaptasi tinggi
dgn lingkungan,
muncul
kecerdasan
Mamalia yang
beradaptasi
tinggi dengan
lingkungan
karena bulu,
primata dgn ciri
kecerdasan awal
Muncul sekitar
200 juta t.y.l
(Zaman Trias,
awal masa
Mesozoikum)
11
Remaja
Makhluk pra-
manusia
(australopithecus,
homo erectus )
Muncul sekitar 2,5
juta t.y.l.
12
Akil balig,
Dewasa,
Kemandirian
Periode setelah
Muhammad (QS
33:40), tak ada
ketergantungan
pada nabi lagi
Manusia saat ini
(homo sapiens)
Muncul sekitar
200 ribu t.y.l.

Kesamaan esensi kejadian manusia sebagai individu dengan proses
evolusi makhluk hidup menuju manusia, terlihat pada setiap periode
peristiwa yang sangat serupa kejadiannya, seperti hal yang tertuang
pada tabel diatas. Lokasi di dalam laut (kemunculan makhluk-
makhluk sebelum amphibi) adalah kesamaan lingkungan seperti
lingkungan dalam rahim ibu. Jadi, peristiwa kemunculan ampibi
serupa dengan peristiwa kelahiran anak. Tahapan-tahapan
selanjutnya perkembangan manusia, yaitu bayi yang merangkak
serupa dengan reptilia darat yang berjalan dengan empat kaki.
Kemudian tahap anak-anak (balita) dimulai dengan kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan yang cepat, belajar berjalan, dan
memiliki kecerdasan, tahap ini serupa dengan kemunculan primata
awal. Selanjutnya adalah tahap remaja, yaitu tahap kemampuan
menjelajah lingkungan yang lebih luas, ke-ingin tahu-an yang besar,
menggunakan peralatan, menciptakan perkelahian. Periode tersebut

100
serupa saat kemunculan hominid-hominid pra manusia (spt:
Australopithecus dan Homo Erectus) yang telah mampu berdiri
dengan dua kaki.

Penyerupaan manusia (dalam hal ini bayi) dengan makhluk melata
(reptil) terbukti disinggung dalam Al Quran, seperti pada ayat
dibawah ini

l .>`, < _!.l !., ,. !. .. _ls !>L _.
`,: _.l >`>`, _|| _> _,.. :| ,!> l>
_| < l .::!,-, ,., __

Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan
usahanya, niscaya dia tidak akan meninggalkan di atas
permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi
Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang
tertentu; Maka apabila datang ajal mereka, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-
hamba-Nya. (QS 35:45)

Tafsir Departemen Agama juga menggunakan arti makhluk melata
tersebut sebagai manusia. Tetapi jika dikaitkan dengan tabel
kejadian manusia tersebut, maka penafsiran makhluk melata
tersebut lebih spesifik adalah bayi manusia. Jadi, penafsiran ayat
tersebut menjelaskan bahwa siksaan Allah akan memusnahkan
manusia dari yang dewasa hingga bayi.

Pola makro tersebut terekam seperti halnya dalam urutan
kemunculan jenis makhluk hidup yang memiliki kesamaan dengan
periode kejadian individu manusia. Begitu juga sebaliknya, periode
kejadian manusia individu memperlihatkan bahwa evolusi manusia
tidak melalui makhluk arthropoda (sejenis serangga) darat atau
yang terbang dan juga burung. Demikian juga halnya kemampuan
melihat (mata), manusia yang telah diperoleh semenjak dalam
rahim, dalam proses evolusi sangat setara kemampuan ikan didalam
101
laut (rahim) yang telah mempunyai mata, tetapi sangat berbeda
dengan tikus yang memiliki kekampuan melihat setelah k.l 15 hari
setelah dilahirkan. Hal tersebut diatas membuktikan bahwa sunnah
Allah tidak berubah (QS 33:62) dan arti begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. (QS
21:104) menjadi terbukti.

Seorang ahli gen terkemuka dunia yang berasal dari jepang
menjelaskan fenomena tersebut sebagai berikut ini

Gen kita tidak hanya mengandung memori dan kemampuan
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
namun juga dari seluruh proses evolusi yang berlangsung
selama beberapa miliar tahun. Embrio manusia selama dalam
masa kehamilan mengulang proses evolusi di dalam rahim, fakta
ini mengesankan bahwa informasi ini telah tersimpan di dalam
gen milik sel pertama di dunia.
( Kazuo Murakami, Ph.D., The Divine Message of The DNA )

Jika kita mau jujur dalam menafsirkan ayat QS 23:12-14 tersebut
diatas, maka tahap enam kejadian manusia individu (tulang) dalam
tabel 4 tersebut diatas, sebenarnya tidak terjadi dalam realitas
proses kejadian manusia dalam kandungan. Proses dalam
kandungan yang terjadi adalah tahap segumpal daging langsung
menjadi tahap tulang dibungkus daging, sekali lagi, tanpa tahap 6
(tulang). Jadi, sebenarnya ayat QS 23:12-14 lebih tepat
menjelaskan evolusi kejadian manusia, daripada menjelaskan
kejadian individu manusia dalam kandungan.

Jika kita memperluas lagi penafsiran kita, seperti yang telah dibahas
pada bab yang terdahulu, maka esensi ayat tersebut diatas telah
menjelaskan bahwa segala sesuatu dahulunya adalah satu.
Bukankah kita semua ini dari Yang Maha Esa? Semua unsur di alam
ini adalah satu yaitu cahaya atau gelombang. Kita sendiripun
masing-masing berasal dari satu sel yang kemudian menjadi
triliunan sel yang kemudian membentuk bermacam-macam organ.
Jenis kelamin pun dahulunya dari yang satu (QS 4:1). Sesuai ayat
QS 10:19, bahwa kita dahulu adalah kaum yang satu. Jelaslah,

102
semua fenomena segala sesuatu adalah satu pada alam ini adalah
manifestasi Dia Yang Maha Esa.

Harun Yahya dalam salah satu argumennya dalam membantah teori
evolusi yaitu dengan menggunakan argumen bahwa pada zaman
Kambrium (sekitar 500-550 juta) telah terjadi kemunculan
mendadak keberagaman makhluk hidup secara tiba-tiba (Gambar
11), sehingga Harun Yahya mengartikan hal tersebut sebagai
penciptaan yang serentak. Argumen ini nyata-nyata dibantah pada
QS 23:12-14, dengan memperhatikan tabel kejadian manusia
seperti yang telah dibahas sebelum ayat ini (tabel 4), maka kejadian
seperti pada zaman Kambrium adalah peristiwa yang setara saat diri
kita dari satu sel mengalami diferensiasi sel-sel menjadi organ-organ
yang berbeda dalam rahim ibu kita sendiri.




















Gambar 11a. Ilustrasi Kehidupan Zaman Kambrium yang beragam
(Sumber : Hamparan Dunia Ilmu Time Life)
103


Gambar 11b. Differensiasi sel manusia
(Sumber : en.wikipedia.org/wiki/cell_diffrentiation)

Jadi, fenomena bahwa segala sesuatu dahulunya adalah satu ada
dimana-mana (seperti peristiwa big bang, kemunculan benda-benda
angkasa, evolusi makhluk hidup, kelahiran bayi, cahaya pelangi,
dll.), hal ini menunjukkan bahwa sunnah Allah tidak berubah.
Lantas.., logika mana yang menyatakan bahwa kita tidak pernah
menjadi satu dengan binatang, padahal kita pernah menyatu
dengan benda mati yaitu tanah. Padahal kita juga berbahan yang
sama dengan hewan, seperti ayat dibawah ini

> _.] _l> _. ,!.l :, .`-> !,. . l ,, ,. __

104
Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan
adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (QS 25:54)
< _l> _ `,: _. ,!.
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air
(QS 24:45)

Ayat tersebut terbukti ilmiah, karena 70% tubuh kita adalah air. Dan
karena alasan kesamaan esensi manusia dengan binatanglah, maka
Allah seringkali menegur kita bagaikan binatang, apabila kita tidak
mampu mendengar pesan-pesanNya. Hal tersebut yang membawa
kesadaran kita bahwa kita sesungguhnya memiliki jiwa-jiwa ke-
binatang-an

| . ,.l ..s < ,.l `>,l _.] l1-, __
Sesungguhnya binatang yang seburuk-buruknya pada sisi Allah
ialah orang-orang tuli dan bisu yang tidak mengerti apapun.
(QS 8:22)
| . ,.l ..s < _.] ` , `..`, __
Sesungguhnya binatang yang paling buruk disisi Allah ialah
orang-orang kafir (QS 8:55)
,.l` .-.l _, > _. ,.l` `> _l.-l __
. Mereka itu adalah binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS 7:179)


Pewarisan

Salah satu penyebab munculnya perdebatan dalam penolakan teori
105
evolusi adalah karena peristiwa kemunculan nabi Adam as. Dalam
sub bab ini kita tunda dulu pembahasan peristiwa kemunculan nabi
Adam as tersebut, tetapi lebih menekankan hubungan tanah
dengan makhluk yang lain seperti pada ayat QS 23:12-24 yang
telah dibahas pada bab terdahulu dan sub bab sebelum ini.
Hubungan tersebut lebih nyata pada QS 32:7-8 seperti dibawah ini

_.] _.> _ ,`_: .1l> ., _l> _.. _. _,L _ .
_-> .``. _. .l. _. ,!. _,. _
Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-
baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina. (QS 32:7-8)

Penafsiran umum yang ada menjelaskan bahwa manusia yang dari
tanah tersebut langsung ditujukan pada Nabi Adam a.s. Tetapi,
mengapa ayat tersebut tidak menyebutkan langsung memulai
penciptaan manusia dari Adam dari tanah?. Kritisi tersebut
dibutuhkan karena berkaitan dengan arti manusia tersebut,
berupa individu ataukah spesies (umat). Dengan penafsiran
konvensional, maka tanah seyogyanya hanya ditujukan sebagai
asal usul umat (spesies) manusia, bukan sebagai asal usul manusia
sebagai individu, karena tidak ada satupun individu manusia saat ini
yang berasal dari tanah. Tetapi, jika menilik kembali ayat QS
23:12-14, maka manusia pada ayat tersebut berarti individu, oleh
karena itu maka tanah seharusnya tidaklah ditafsirkan hanya
ditujukan ke Nabi Adam a.s., tetapi kepada semua individu manusia,
dengan demikian penciptaan manusia dari tanah bukanlah
monopoli kejadian Adam saja, tetapi semua kejadian manusia
dewasa, karena kita ini tercipta setiap saat. Penafsiran inilah yang
dapat memberi arti bahwa sunnah Allah tidak berubah, seperti yang
telah disinggung pada bab terdahulu.

Ayat QS 23:12-14 tersebut diatas dengan jelas juga memaparkan
kronologis penciptaan individu manusia. Jika melihat rangkaian

106
kejadian pada ayat-ayat tersebut diatas, maka keberadaan tanah
tidak bisa dipisahkan rangkaian kejadian manusia selanjutnya,
karena tanah adalah asal usul saripati yang menjadi air mani atau
sel telur dan seterusnya. Sedangkan itu, seusai dengan QS 32: 7-8
diatas, yang menjelaskan bahwa tanah adalah permulaan
penciptaan, maka dengan demikian tanah bisa juga diartikan
manusia dewasa yang dapat memproduksi air mani (laki-laki) atau
sel telur (wanita), karena realitas yang ada menunjukkan bahwa air
mani atau sel telur dihasilkan oleh manusia dewasa.

Ayat ini juga membawa pesan moral yang sangat tinggi, ada dua
aspek moral pada ayat ini. Pertama, yaitu hubungan antara
orangtua dan anaknya. Rantaian kronologis kejadian manusia pada
ayat QS 23:12-14 tersebut diatas sangat jelas menerangkan bahwa
esensi orangtua dan anak adalah diri yang satu, karena pada ayat
14 menjelaskan bahwa individu kita sendiri menjadi makhluk yang
lain yaitu kemunculan anak kita sendiri. Jadi, hikmah dari ayat
tersebut adalah apabila kita menyia-nyiakan anak kita, sama halnya
dengan menyia-nyiakan diri sendiri.

Kedua, ayat QS 23:12-14 juga menerangkan juga arti kebangkitan
(QS 22:5-6) karena hakikat manusia dewasa adalah tanah atau
benda mati atau kematian, sedangkan arti anak kita adalah
kehidupan. Inilah makna eskatologis ayat yang pernah disinggung
pada bab terdahulu, seperti pada ayat yang tertuang dibawah ini

.Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati (QS 6:95)
.kemudian kamu dimatikan dan dihidupkannya kembali (QS 2:28)

Jika anak kita sendiri adalah kebangkitan dari diri kita sendiri, maka
perbuatan anak kita adalah refleksi dari diri kita sendiri, maka kita
akan mewariskan apa yang kita perbuat sendiri. Berarti hubungan
kita dengan anak kita sendiri adalah pewarisan. Jadi, Al Quran juga
bercerita tentang pewarisan. Dalam proses evolusi, pewarisan
tersebut melalui mekanisme transfer informasi dalam memori pada
gen dalam sel di setiap makhluk hidup.

107

Memahami Evolusi dari Berbagai Sudut Pandang

Sebenarnya telah cukup jelas bagaimana Al Quran menjelaskan
bagaimana fenomena evolusi dalam penciptaanNya. Tetapi, dalam
sub bab ini akan dibahas lebih lanjut lagi bagaimana evolusi dapat
menjelaskan seluruh manifestasiNya. Terdapat beberapa ayat Al
Quran dibawah ini yang dapat menjelaskan adanya fenomena
evolusi, yang jika secara konvensional penafsirannya hanya
membawa pesan-pesan moral, tetapi bila mengingat sunnah Allah
tidak berubah, segala sesuatu adalah Diri Yang Satu, Pewarisan
dan karakteristik penciptaan yang telah dibahas pada sub bab dan
bab terdahulu, maka sungguh tidak tepat apabila evolusi dilepaskan
dari ke-Maha Penciptaan-Nya

_> _. _ls _.. _,> _. >.] l _>, !:,: .. !.|
!.1l> _.. _. L. _!:. ,l.,. ..l-> !-,.. ,., _ !.|
..,.> _,,.l !.| !: !.| _
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat
disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya
(dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada
pula yang kafir. (QS 76:1-3)

_.] _l> ,.l :,>' l,,l _>, _.> ,s > ',-l
'-l
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS 67:2)

108

l , !.>l> _. l, _. ..>. _ _ !. `l
_>.. _>l !.l. ,!..l ,ls .. !.l-> .. _> _.
.> ..>l>! ,.., !.!: _. >.-, !. _>,
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi
yang Telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi
itu) Telah kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu,
dan kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami
jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, Kemudian
kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami
ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (QS 6:6)

!. _>l `>. < ! _ . _>1l>
L _
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal
Dia sesungguhnya Telah menciptakan kamu dalam beberapa
tingkatan kejadian. (QS 71: 13-14)

!. >1l> >.-, | _. :.> | < _,.- ,.,
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu itu
melainkan hanyalah seperti satu diri saja. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS 31:28)

_> ..1l> !.:.: >`. :| !.:: !.l., l... ,.,. __
Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian
tubuh mereka, apabila kami menghendaki, kami sungguh-
sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa
dengan mereka. (QS 76:28)

_. !. !..
Dan demi diri serta penyempurnaannya (ciptaannya) (QS 91:7)
109

Ayat-ayat tersebut diatas seringkali ditafsirkan hanya sebagai pesan
pengendali perilaku (moral), padahal bila dikritisi lebih lanjut
penafsirannya, ayat-ayat tersebut memiliki pola-pola yang setara
dengan evolusi makhluk hidup, yang justru akan memberikan pesan
moral yang lebih tinggi.

Penciptaan dan ujian adalah peristiwa yang beriringan, karena
kedua peristiwa tersebut berlangsung terus menerus. Bila kita
mengkritisi ayat QS 76:1-3, maka mengapa setetes mani yang
bercampur yang penuh ketergantungan dengan lingkungan dan
tidak melakukan secara mandiri perbuatan(amal)nya, mengapa
harus mengalami ujian? Padahal ujian bertujuan memperbaiki amal
(QS 67:2). Berarti amal tersebut bisa ditafsirkan juga sebagai
kemampuan penyesuaian (perubahan) diri secara substansial,
karena hanya perubahan diri sajalah yang bisa dilakukan oleh sel
embrio tersebut. Sedangkan ujian tersebut dapat diartikan sebagai
bagian dari seleksi alam. Ketidakmampuan penyesuaian diri
(ketidakmampuan menghadapi ujian) tersebut dapat ditafsirkan
sebagai dosa dalam bentuk yang berbeda (bukan syariat),
sehingga perlu diganti dengan generasi yang lain (QS 6:6). Bagi
yang mengalami perubahan diri tersebut dapat terjadi dalam
berbagai tingkatan (71:13-14). Walaupun kita tercipta dalam
berbagai tingkatan, Allah tetap mengingatkan bahwa kita dalam
satu kejadian diri (QS 31:28). Pada QS 76:28, disajikan salah satu
contoh kejadian manusia yang mengalami perbaikan sendi dari
kondisi bongkok (hominid pra manusia) dan menjadi tegak (manusia
modern). Semua peristiwa tersebut menuju ke penyempurnaan (QS
91:7). Inilah cerita evolusi!

Kerelaan diri untuk berubah agar mampu menyesuaikan diri dengan
alam (kehendak Tuhan) seorang sufisme Jalaluddin Rumi (1207
1261M) mengungkapkan dalam syairnya seperti dibawah ini

Aku mati sebagai mineral dan menjelma sebagai
tumbuhan.
Mati sebagai tumbuhan dan lahir kembali sebagai
binatang.

110
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.
Sekali lagi! Aku masih harus mati sebagai manusia dan
lahir di alam para malaikat.
Aku masih harus mati lagi, karena kecuali Tuhan, tidak
ada sesuatu yang kekal abadi.
Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi dalam bentuk yang tak
kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap, memasuki kekosongan,
kesenyapan.
Karena hanya dalam kesenyapan itu tedengar
nyanyian mulia.
Kepada-Nya semua akan kembali.

(Jalaludin Rumi, Masnawi)

Dari ungkapan beliau tersebut, Jalalludin Rumi sebenarnyalah yang
paling berhak menjadi Bapak Evolusi, bukanlah Charles Darwin.
Oleh karena itu, prasangka buruk yang diusung oleh Harun Yahya
bahwa teori evolusi mengusung atheisme tidaklah terbukti.
Sebaliknya, Jalaluddin Rumi memperlihatkan keimanan dan
kecintaannya kepada Tuhan yang justru menghasilkan syair yang
menyerupai peristiwa evolusi makhluk hidup. Jadi, janganlah karena
penganut evolusi yang atheis, telah menutup mata kita dari
kebenaran yang ada pada teori evolusi.

Walaupun inti permasalahan yang dibahas syair tersebut adalah
keberanian menghadapi kematian (karena esensi kematian adalah
kehidupan, seperti yang telah dibahas dalam bab terdahulu) bukan
membahas evolusi makhluk hidup, hal tersebut wajar karena dia
bukan sarjana biologi tetapi seorang sufi, yang bisa membaca alam
ini dengan mata hatinya. Dan yang perlu dicatat adalah bahwa
Jalalludin Rumi hidup dizaman setelah Al-Ghazali yang mengecam
penggunaan filsafat Yunani, maka jelas tulisan tersebut diatas
bukan pengaruh filsafat Yunani, seperti halnya tudingan Harun
Yahya bagi pendukung evolusi. Apalagi seperti yang kita ketahui
bersama bahwa metodologi sufisme suatu hal juga sangat berbeda
dengan filsafat.

111
Syair Rumi tersebut dapat dianggap sebagai penjelasan makna
tidak ada dari Ibn Arabi ketika menafsirkan ayat QS 19:9 pada Bab
II. Hakikat kemanusiaan telah ada dari sebelum semua makhluk
hanya berubah-ubah wujudnya seperti: tanah, tumbuhan, binatang,
dan manusia itu sendiri. Atau semua makhluk yang ada ini adalah
beresensi sama. Pemahaman inilah yang tidak disadari oleh Harun
Yahya, sehingga argumen-argumen yang diusungnya sangat rapuh
menjunjung sifat-sifat ke Ilahian.

Untuk lebih dalam memahami evolusi secara utuh, kita juga melihat
pendapat seorang penganut evolusionis Matt Ridley seperti dibawah
ini

Ada kebenaran yang tidak dapat dipungkiri, yakni bahwa kita
berasal dari serangkaian kegagalan. Kita primata yang
hampir punah 45 juta tahun yang lalu ketika bersaing dengan
binatang penggerek yang rancangan tubuhnya lebih baik. Kita
tetrapoda sinapsida, sekelompok reptile yang hampir punah 200
juta tahun yang lalu dengan dinosaurus yang rancangannya
lebih baik. Kita pernah berkaki empat, yaitu sekelompok
binatang merayap yang hampir punah 360 juta tahun yang lalu
ketika bersaing dengan ikan yang bersirip keras yang
rancangannya lebih baik. Kita chordata, salah satu filum yang
dengan susah payah lolos dari zaman Kambrium 500 juta tahun
yang lalu ketika bersaing dengan athropoda yang giginya
tertanam kuat. Sukses ekologi kita terhitung prestasi yang luar
biasa, mengingat diatas kertas leluhur kita justru paling
rentan.

(Matt Ridley: Genom kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab, 2005, hal. 19)


tampaknya bakteri muncul belakangan sebagai turunan Luca,
yang telah banyak mengalami spesialisasi dan penyederhanaan,
lama setelah kemunculan DNA dan protein. Kiat mereka (bakteri)
dalam hal ini adalah mendrop sebagian besar perlengkapan RNA
khusus agar mereka dapat hidup ditempat-tempat panas. Justru
kitalah yang telah mempertahankan ciri-ciri molekul
primitif dari para Luca ini dalam sel-sel kita. Atau dengan kata
lain, Bakteri jauh lebih tinggi berevolusi daripada manusia.

(Matt Ridley: Genom kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab, 2005, hal. 12-13)

Tampaknya kita lebih suka hidup sebagai makhluk kompleks,
dengan gen sebanyak-banyaknya, daripada menyederhanakan

112
diri, yang harus dibayar dengan melepaskan sejumlah
kenikmatan.

(Matt Ridley: Genom kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab, 2005, hal. 13)


Walaupun peristiwa perubahan dalam evolusi Matt Ridley dan
Jalalludin Rumi memiliki kesamaan, tetapi ada perbedaan filosofis
dari keduanya. Matt Ridley melihat perubahan evolusi pada manusia
adalah rangkaian kegagalan sedangkan Jalalludin Rumi melihat
perubahan evolusi manusia sebagai perjalanan hidup ke-fana-an
sehingga timbul kerelaan untuk berubah karena kecintaan dan
keimanan yang tinggi bahwa semua kembali kepadaNya. Perbedaan
tersebut karena sudut pandang yang digunakan berbeda.
Kegagalan Ridley tersebut dapat juga ditafsirkan kerelaan Rumi.
Kerelaan yang dimaksud dapat dilihat sebagai keberhasilan
penyesuaian diri (adaptasi) dengan alam.

Tetrapoda sinapsida, memang kurang berhasil menghadapi
dinaosaurus besar, kemudian berevolusi menjadi primata awal yang
lebih berhasil daripada dinosaurus ketika bumi mengalami bencana
besar yaitu jatuhnya meteor besar dipermukaan bumi. Selanjutnya
primata tersebut mengalami persaingan berat dengan binatang
pengerek. Jagi kegagalan dan keberhasilan selalu beriringan, inilah
realitas paradoksial!

> _.] _-> _,l !.l l> _.l : ., :
: __
Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti
bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang
ingin bersyukur. (QS 25 : 62)

Oleh karena itu, ungkapan serangkaian kegagalan Ridley tersebut
dapat dipandang sebagai ungkapan ke-rendah hati-an dalam
membaca alam ini. Ridley memberikan contoh dengan
membandingkan manusia dengan bakteri yang telah mampu
113
mengevolusi diri yang lebih tinggi. Berbeda sekali dengan ungkapan
Harun Yahya yang menilai manusia terlalu tinggi karena alasan
manusia memiliki kesadaran, padahal telah dibantah dalam Al
Quran bahwa makhluk lainpun berkesadaran tinggi dengan
bersujud dan bertasbih (QS 24:41-42; QS 22:18). Ungkapan Ridley
tersebut yang meletakkan manusia tidak lebih hebat dari makhluk
lainnya, serupa dengan Copernicus saat mengatakan bahwa pusat
tatasurya adalah matahari, bukanlah bumi, yang mendapat kecaman
kalangan gereja karena ketersinggungannya mengetahui tempat
tinggal manusia ini bukan lagi pusat tatasurya. Padahal matahari
(pusat tatasurya) pun terletak dibagian tepi saja dalam galaksi bima
sakti. Sungguh kecil sekali pengaruh manusia terhadap alam ini.

l !.l. ..> ,1l _ls _,> ..,l !-:.> l..... _. ,:>
< .l. `_.:. !',.. _!.ll `l-l _`>., _
Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-
perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir. (QS 59:21)

!.| !..s .!. _ls ,.,.l _ _!,>l _,,!
!.l.> _1: !.. !l.- _... ..| l !.lL > __
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh
(QS 33:72)

Pada ayat QS 59:21 tersebut, Al Quran memberikan contoh lagi
yang sangat radikal, bahwa gunung memiliki kesadaran fana yang
tinggi jika membaca Al Quran, gunung tak sanggup meng-ada
dihadapan Allah, terpecah belah! Sementara itu, manusia banyak

114
yang membantah Al Quran. Kesadaran fana inilah yang membawa
Al Hujwiri selalu beristighfar karena berkesadaran ada dihadapan
Allah, seperti yang diungkapkan dalam bukunya Kasyf al Mahjub.
Kebodohan manusia dipertegas lagi dalam ayat QS 33:72, yang
menjelaskan bahwa dengan adanya amanah (Agama, Al Quran atau
kitab lainnya) yang diberikan manusia justru menunjukkan
kezaliman dan kebodohan manusia. Jadi, kita tidak benar-benar
hebat dibanding makhluk lainnya, serupa dengan yang diungkapkan
dari sejarah evolusi yang diungkapkan Ridley.

Ungkapan Ridley pada paragraf ketiga dalam karyanya tersebut
diatas dapat dikatakan bahwa pada alam ini (bakteri) terdapat
tindakan yang setara dengan kearifan pada kalangan sufisme.
Manusia memang menerima pewarisan dari makhluk yang suka
duniawi diwujudkan dengan berevolusi menjadi makhluk kompleks
dengan mengumpulkan gen sebanyak-banyaknya. Bukannya
menempuh menyederhanakan diri (zuhud) atau mem-fana-kan diri
untuk meningkatkan kualitas gen (diri). Upaya kalangan sufi dengan
zuhud dan mem-fana-kan diri bertujuan untuk kekal (baqa) tersebut
diaplikasikan oleh bakteri dengan sedikit perubahan bentuk
(perubahan luar) walaupun berevolusi (perubahan dalam) lebih
tinggi daripada manusia.

Sesungguhnya setiap penempuh jalan (salikin) spiritual menuju
Allah atau para penempuh tasawuf mengalami suatu keadaan
atau beberapa keadaan yang selalu mengalami perubahan baru.
Perubahan baru ini seiring dengan terjadinya perubahan baru
dalam perjalanan-perjalanannya, pembaruan semangatnya
dalam menempuh perjalanan itu, serta perubahan baru dalam
berbagai petunjuk jalan yang tersingkap bagi dirinya.

(Syaikh Muhammad Shadiq Arjun; Sufisme: Sebuah Refleksi Kritis)

Berarti, Ridley telah mengingatkan bahwa kita tidak lebih hebat dari
bakteri, walaupun sama dalam mengalami evolusi, tetapi beda
dalam kualitas. Upaya pembandingan bakteri dan kaum Sufis dalam
meningkatkan kualitas gen tersebut bukanlah pemikiran spekulatif.
Kazuo Murakami, Ph.D. berkeyakinan bahwa untuk meningkatkan
115
kualitas hidup kita adalah dengan mengaktifkan gen-gen kita yang
bermanfaat dengan salah satu caranya adalah berpikir positif.
Berfikir positif memang bukanlah metode atau tujuan dari kaum
Sufis, tetapi berpikir positif adalah salah satu hasil tak langsung dari
kaum Sufis, yang dapat dilihat dari kearifan-kearifan hasil-hasil
karyanya atau ide-idenya. Sedangkan kemampuan-kemampuannya
yang diluar rasional atau supranatural dapat dipandang lebih tinggi
daripada sekedar berpikir positif, tetapi dapat disetarakan sebagai
hasil upaya meningkatkan kualitas gen yang tinggi, karena
mekanisme gen itu sendiri yang bekerja lebih cepat daripada setiap
detik tanpa henti atau lebih cepat dari aktivitas sehari-hari kita.
Kazuo Murakami, Ph.D. menjelaskan secara tidak langsung sebagai
berikut


Jika trauma adalah dampak dari sebuah syok mental yang
negative, masuk akal jika kita perkirakan bahwa kebalikannya,
yaitu sesuatu yang membuat kita bahagia, seharusnya
mengaktifkan gen-gen positif. Karena gen kita bekerja setiap
menit, setiap detik tanpa henti, kita harus menjaga agar pikiran
kita terus terfokus pada perasaan bahagia itu. Rahasia untuk
melakukan hal ini adalah melaksanakan cara pikir positif.

Gen adalah sebuah contoh yang terbaik. Sel dengan gen
didalamnya adalah bagian dari dunia mikroskopik yang tak
terlihat dengan mata telanjang. Terlebih lagi, dari jumlah gen
yang begitu besar di tubuh kita, hanya 5 hingga 10 % yang
berfungsi di setiap waktu. Para ilmuwan sama sekali tidak tahu
apa yang dialakukan oleh sisanya. Mungkin selebihnya memuat
sejarah evolusi kita, atau mungkin mereka menyimpan potensi
untuk berkembang di masa yang akan dating. Kita belum tahu
seberapa penting hal ini. Saya percaya bahwa mekanisme nyala-
padam genetik terkait dengan bagian yang tak diketahui ini. Jika
hanya memfokuskan diri pada hal-hal yang rasional, kita hanya
akan dapat menangkap sebagian dari kenyataan disekeliling kita.
Untuk dapat melampaui rasio tidak berarti kita harus memasuki
sebuah dunia yang tidak rasional, tetapi justru dengan mengakui
aspek-aspek yang tidak dapat dijelaskan dengan kearifan
konvensional maupun ilmu pengetahuan masa kini pada saat
mengambil keputusan. Pendekatan ini dapat membantu kita
melihat keseluruhan situasi bahkan walaupun situasi itu sedikit

116
kabur. Cara pikir positif adalah satu cara untuk mengembangkan
perspektif seperti itu.

(Kazuo Murakami, Ph.D., The Devine Message of The DNA)

Berfikir positif dapat dianggap sebagai aktifitas otak. Didalam otak
terdapat aktifitas tidak hanya mekanisme gen yang bekerja setiap
menit atau setiap detik tanpa henti terjadi di setiap sel pada tubuh
kita, tetapi termasuk juga mekanisme kerja impuls-impuls listrik
dalam otak kita, yang jauh sangat cepat beraktifitas dibandingkan
dengan aktifitas berfikir kita.

Otak memang dapat dibentuk dan terus-menerus berubah,
dalam jangka milidetik demi milidetik, menurut pengalaman
hidup masing-masing.

(Taufiq Pasiak; Revolusi IQ/EQ/SQ)

Seandainya produk berfikir atau berkesadaran selalu dianggap dari
hasil mekanisme kerja otak. Sedangkan bekerjanya otak lebih cepat
dari aktifitas berfikir kita, maka bekerjanya gen dan listrik di otak
kita bukanlah mekasnime didalam kesadaran kita. Oleh karena itu,
kemunculan kesadaran kita sebenarnya bukanlah dari kita sendiri,
karena kemunculan kesadaran tersebut adalah hasil aktifitas
didalam tubuh (otak) kita sendiri yang sebenarnya kita sendiri tidak
dapat mengendalikan.

Mekanisme kerja atau perubahan yang berlangsung amat singkat
tersebut tidak hanya terjadi pada otak, tapi pada semua anggota
tubuh kita. Hal inilah yang mendasari bahwa kita semua tercipta
setiap saat. Sedangkan karena mekanisme kerja otak dan substansi
dalam tubuh diluar kesadaran kita dan tercipta setiap saat, maka
dalam tubuh kita ini bukanlah aku. Inilah bagian dari kesadaran
fana yang disampaikan oleh para Sufis. Selain itu, pengertian
tersebut menunjukkan bahwa kesadaran yang seolah-olah hanya
milik kita sendiri (manusia), seperti halnya yang diagung-agungkan
Harun Yahya, ternyata tidak lebih hebat dari kesadaran makhluk
lain yang bekerja dalam tubuh kita (organ tubuh, sel-sel, dan
senyawa kimia), sekalipun itu benda mati. Karena keterkaitan
117
hubungan ini, evolusi telah mengingatkan kita bahwa hubungan kita
dengan makhluk yang lain adalah setara.


Manifestasi Iman dan Kafir dalam Evolusi

Dalam sub bab ini tidak ada maksud untuk mendefinisi ulang arti
Iman dan Kafir yang telah ada dalam pengertian syariah. Maksud
dalam sub bab ini adalah menjelaskan fenomena Iman dan Kafir
yang selama ini kita kenal dalam syariah kita, juga merupakan
fenomena yang terjadi pada alam secara umum dan proses evolusi
secara khusus, sehingga makna baru yang diperoleh bukanlah
sebagai pengganti tetapi lebih memperluas. Hal ini terinspirasi oleh
ayat QS 76:1-3 tentang syukur - kafir dan QS 6:6 tentang dosa yang
tertuang dalam sub bab sebelum ini. Ayat-ayat tersebut ternyata
dapat menginspirasikan mekanisme evolusi.

Semua makhluk yang ada saat ini adalah produk akhir evolusi,
bukanlah hanya manusia yang merupakan produk akhir evolusi.
Oleh karena itu evolusi seringkali dipahami keliru yaitu sebagai
perubahan secara seri dari satu spesies menjadi spesies yang lain.
Padahal perubahan tersebut dapat terjadi secara paralel dan atau
seri sekaligus, bahkan lebih kompleks lagi. Mekanisme kompleks dari
evolusi ini sengaja tidak dibahas dalam bentuk teori biologi atau
genetika, dalam sub bab ini kita akan melihat dari sudut pandang
yang berbeda, yaitu dari fenomena Iman Kafir seperti yang
diceritakan dalam ayat ayat Al Quran.

Sebelum membahas Iman-Kafir lebih lanjut, kita singgung ulang lagi
mengenai hubungan ujian dan amal, seperti dibawah ini.
1. Setiap makhluk akan diuji dengan makhluk lainnya
(QS 6:53).
2. Tujuan dari uji tersebut agar terlihat perbuatan (amal)
yang terbaik (QS 18:7 dan 67:2).
3. Sedangkan amal dapat ditafsirkan sebagai perubahan
substansial (QS 76:2)

118
4. Dari hasil amal tersebut ada yang bersyukur ada juga
yang kafir (QS 76:3)

Pada ayat Qs 6:6 yang menyebutkan Kemudian Kami binasakan
mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah
mereka generasi yang lain. Ayat tersebut menjelaskan bahwa
generasi yang tidak mampu dalam penyesuaian diri (lolos uji)
dengan alam akan dibinasakan. Pembinasaan tersebut adalah
kepunahan dalam teori evolusi. Apabila kita mengingat kembali
bahwa penciptaan adalah perubahan substansial (bukan dari tidak
ada), maka kemunculan (penciptaan) generasi yang lain adalah
perubahan dari makhluk yang sukses dalam penyesuaian diri
(Iman).

Perubahan spesies dalam evolusi terjadi juga tidak hanya
disebabkan makhluk yang bersifat pasif terhadap dominasi
lingkungan (tindakan eksternal), tetapi dapat juga karena makhluk
itu sendiri yang bersifat aktif (tindakan internal). Inilah yang
dimaksud ungkapan ayat karena dosa mereka sendiri yaitu adanya
tindakan aktif makhluk yang aktif melakukan penaklukan atas
belenggu alam. Disinilah ada kesetaraan makna kufr yang berarti
ingkar yang dalam hal ini adalah ingkar terhadap penerimaan
kondisi (lingkungan) yang ada. Contoh tersebut dalam evolusi
adalah seperti halnya ikan yang ingin muncul ke darat menjadi
amphibi atau dino yang ingin terbang menjadi burung. Kekufuran
tersebut mengakibatkan sebagian besar yang gagal menjadi
musnah, sebagian kecil yang berhasil berevolusi. Ini seperti yang
diungkapkan dalam ayat QS 76:1-3 Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus, ada yang lurus dan ada yang kafir.
Kaitan tersebut akan sulit diterima rasional apabila Iman dan Kafir
dilihat secara terpisah. Oleh karena itu Iman dan Kafir seharusnya
dilihat sebagai nyala - padam sebuah lampu. Sedangkan arti padam
tersebut bukanlah cahaya yang kehilangan sumber energi tetapi
adalah cahaya yang ditutupi, maka serupa dengan arti lain kufr
tersebut adalah menutupi.

Contoh baik dalam menafsirkan Iman dan Kafir seperti nyala
119
padam lampu LED pada papan iklan yang memperlihatkan tulisan
berjalan atau gambar bergerak. Tulisan yang berjalan atau gambar
bergerak tersebut adalah evolusi. Sedangkan peristiwa nyala
padam lampu LED adalah Iman Kafir. Setiap satu lampu LED
adalah satu diri yang membentuk diri yang satu (papan
reklame). Perspektif diri tersebut berlaku untuk semua skala
mikrokosmos, atom, senyawa kimia, sel, organ, individu, spesies,
makhluk hidup, makrokosmos.

Bagaimana suatu spesies setelah mengalami pembinasaan
mengalami evolusi? Hal tersebut dijelaskan pada ayat QS 6:6 yang
menjelaskan bahwa pembinasaan kepada Kafir terjadi pada kaum
(spesies) bukanlah pada setiap individu makhluk. Dengan demikian
pembinasaan masih menyisakan sebagian kecil yang kafir yang
kemudian mentransformasi diri menjadi iman. Sebagai contoh
adalah peristiwa futhuh mekkkah yang dipimpin oleh Rasulullah
SAW, yang memaksa diri kaum kafir yang belum musnah untuk
beriman. Mekanisme ini serupa dengan evolusi, seperti contoh
pemusnahannya yang terjadi pada spesies dan masih menyisakan
sebagian kecil untuk berevolusi. Peristiwa selanjutnya yang terjadi
adalah peristiwa penggiliran iman dan kafir baik saling
menggantikan maupun saling beriringan. Inilah yang menciptakan
keragaman paham (pada umat manusia) dan makhluk (pada evolusi
spesies). Inilah cerita realitas paradoksial!
_. !. !.. _ !.>! !>>' !.1. _
Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. (QS 91:7-8)

Seperti yang diungkapkan Ridley, sejarah evolusi manusia penuh
rangkaian kegagalan atau kemusnahan besar. Berarti, manusia
bukanlah produk makhluk yang mewarisi keimanan yang paling
tinggi dari makhluk lainnya. Sifat inilah yang ditunjukkan dalam Al
Quran bahwa ketika nabi Adam pun masih di surga ternyata masih

120
dapat digoda oleh Iblis. Jadi, Iman dalam teori evolusi dapat
diartikan sebagai bentuk kemampuan beradaptasi dari segala
perubahan lingkungan (termasuk makhluk hidup lainnya) atau dari
segala bentuk upaya eksplorasi makhluk itu sendiri terhadap
lingkungan. Bentuk interaksi tersebut adalah saling menguji dan
diuji antar makhluk tersebut dalam teori evolusi disebut seleksi
alam, mutasi, dan keterisolian geografis. Jadi, yang perlu diingat
dalam evolusi ini adalah bahwa interaksi antar makhluk tersebut
tidak hanya makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya tetapi
termasuk juga makhluk hidup dan benda mati (alam sekitarnya).

Setiap makhluk yang ada ini adalah produk evolusi (perubahan).
Yang berhasil dari evolusi dapat dikatakan adalah produk iman.
Dari sini kita dapat memahami mengapa kita harus beragama, yaitu
untuk keselamatan (Islam) diri kita sendiri dari alam yang terus
menerus diubah oleh Allah. Bagaimana agar kita selamat dari alam
ini? Kita harus mampu mengubah diri (berevolusi) dengan cepat
sebelum mengalami diubah, hal tersebut diperlihatkan oleh kaum
Sufis seperti yang diungkapkan oleh Arjun pada sub bab sebelum
ini atau bakteri seperti yang diungkapkan oleh Ridley. Jadi kondisi
Iman itu sendiri bertingkat-tingkat demikian juga evolusi. Hal ini
yang dijelaskan ayat QS 71:13-14 bahwa manusia mengalami
kejadian yang bertingkat-tingkat.

Kazuo Murakami, seorang pakar genetika dunia, berkeyakinan
kualitas Gen juga dipengaruhi oleh lingkungan karena mekanisme
Gen yang bekerja setiap detik (saat). Aktifitas nyala padam gen,
serupa juga dengan aktifitas nyala padam Iman-Kafir. Oleh karena
itu gen dan iman-kafir sama-sama dipengaruhi juga oleh
lingkungan. Menurut Kazuo Murakami, perubahan lingkungan
tersebut tidak hanya perubahan ekosistem tetapi dapat juga berupa
informasi yang didapat dan juga bentuk kerjasama dengan individu-
individu makhluk lainnya. Jadi, inilah menjelaskan kepada kita,
bahwa kita bertindak aktif ataupun pasif dalam alam ini
akan terus diubah (berevolusi) atau diciptakan terus
menerus.

121
Ini adalah sekaligus pembelaan kepada kaum sufi, yang seolah-olah
tidak berbuat apa-apa pada kehidupan dunia, padahal mereka
adalah pengubah diri dalam kehidupan dunia ini. Seperti halnya
bakteri yang aktifitasnya tak terlihat, tapi sangat berperan dan
dapat hidup dilingkungan mana saja. Bakteri hidup juga dalam
setiap nafas kita dan juga dalam tubuh kita yang sudah tentu turut
juga mempengaruhi tubuh kita. Jadi, membantah ungkapan Ridley
yang menganggap manusia adalah makhluk tersukses secara
ekologis, ternyata bakterilah yang tersukses secara ekologis. Sekali
lagi, hal ini membuktikan bahwa jika dibandingkan dengan makhluk
lainnya, tingkat iman manusia tergolong biasa-biasa saja
(terendah) dalam sejarah evolusi. Ridley menafsirkan hal tersebut
sebagai makhluk yang berasal dari serangkaian kegagalan.

Keterkaitan lingkungan dengan aktifitas gen kita yang berlangsung
setiap saat bersinergi dengan penciptaan dan kebangkitan yang
berlangsung setiap saat. Dengan demikian kebangkitan atau
penciptaan juga merupakan aktifitas dari lingkungan (Ingat!! Bahwa
alamiah adalah Ilahiyah). Sesuai dengan yang telah dijelaskan
sebelum ini, perubahan informasi yang diterima gen kita juga terkait
dengan perubahan lingkungan, maka pewarisan tidak hanya
bersumber dari orangtua kita, tetapi juga bersumber dari lingkungan
kita. Ini juga yang menunjukkan bahwa kebangkitan tidak hanya
bersandar hubungan anak dengan orangtua, tetapi juga hubungan
individu dengan lingkungannya. Hal inilah yang mendasari
kewajiban umat Islam untuk berdakwah, berilmu dan juga
menciptakan masyarakat madani karena aktifitas tersebut
menciptakan lingkungan yang positif. Dari sini peran Islam terlihat
bukan hanya memperbaiki individu atau umat (sekelompok
manusia) tetapi juga meliputi spesies manusia, dengan tujuan
keselamatan spesies manusia. Hal ini agar spesies manusia selamat
(islam) dari kehancuran (kiamat) spesies dan alam. Inilah tugas
Rasululullah Muhammad SAW sebagai rahmatan lil alamin



122
Hikmah Evolusi Makhluk Hidup

Sebagai seorang muslim, tolok ukur dalam menerima keabsahan
suatu pemikiran sudah tentu bahwa pemikiran tersebut haruslah
bermanfaat bagi kehidupan manusia, keyakinan, atau agama kita.
Jika hasil pemikiran tersebut tidak mengandung hikmah sama sekali
untuk kehidupan kita sehari-hari sebaiknya dibuang saja, atau
sebagai catatan yang disimpan saja. Jadi, seandainya kita menerima
kebenaran teori evolusi, maka hikmah apa yang bisa kita ambil?

1. Menyadari bahwa hidup kita selalu penuh dengan ujian, karena
prinsip evolusi adalah seleksi alam terhadap kemampuan
bertahan makhluk hidup menghadapi tantangan alam dan
persaingan hidup. Berarti, ajaran Islam yang berarti
keselamatan adalah ajaran bagaimana manusia agar selamat
dalam tantangan alam ini.
_| ..> > .l,l _,,.l _
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
(QS 37:106)
.> '_!.l .`, l1, !.., > `..`, _
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi? (QS 29:2)

Kita adalah produk dari sebuah proses seleksi tanpa jeda,
sebuah pengadilan oleh hakim kepunahan (trial by extinction)
(Steve Olson: Mapping Human History,2002)
2. Semua diri adalah satu, prinsip evolusi berdasarkan teori
genetika menjelaskan bahwa asal-usul kita semua makhluk
hidup adalah satu. Tidak ada penciptaan terpisah atau berdiri
sendiri. Hal ini berimplikasi bahwa lingkungan kita adalah bagian
123
yang tak terpisah oleh diri kita sendiri, maka kepedulian
lingkungan adalah kepedulian terhadap diri sendiri. Al Quran
telah mengajarkan kepada kita, bahwa semua berawal dari Dia
dan akan kembali kepada Dia, Dia adalah Yang Maha Esa, maka
kita semua berasal dari Satu akan kembali menjadi Satu.
Semua kehidupan adalah Satu
(Matt Ridley: Genom kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab, 2005)
3. Salah satu karakteristik evolusi adalah pewarisan dan perubahan
terus menerus, tetapi pewarisan dan perubahan tersebut itu
sendiri merupakan karakteristik dari penciptaan dan
kebangkitan. Pewarisan dan perubahan dapat terjadi secara
internal (dalam diri; mutasi genetic drift) atau secara ekternal
(luar diri; seleksi alam gene flow). Pewarisan dan perubahan
dalam diri terjadi setiap saat dan setiap dalam keadaan diri
tersebut bertindak aktif ataupun pasif.
4. Evolusi makhluk hidup dapat membantu kita memahami
kehidupan sufi. Perubahan dalam diri (internal) atau genotip
tidak harus beriringan dengan perubahan ekternal (fenotip).
Dalam kehidupan yang berkualitas adalah perubahan internal
yang lebih utama daripada perubahan eksternal.
5. Lebih dapat memaknai sifat-sifatNya secara keseluruhan dan
totalitas, karena teori evolusi lebih dapat membuktikan ke-
universalan sifat-sifatNya dan Al Quran. Upaya dalam tulisan ini
adalah memberikan penafsiran dari sifat-sifatNya dan ayat-ayat
Al Quran dari sudut yang lebih universal daripada penafsiran
umum yang ada, yang justru memberikan hasil yang dapat
menerima kebenaran teori evolusi.



124

125

Kerancuan Mengartikan Evolusi



Penolakan evolusi makhluk hidup seringkali didasari ketidak
mengertian terhadap evolusi itu sendiri. Hal tersebut menimbulkan
kesalah pahaman yang tak perlu. Serupa dengan hal tersebut, maka
terdapat beberapa kesalahan Harun Yahya dalam mengartikan
evolusi makhluk hidup, hal tersebut terlihat dari argumen-argumen
penolakannya yang telah beliau lontarkan antara lain:


Tidak Ada Perubahan Fisik

Harun Yahya sering mengatakan evolusi tidak ada, karena alasan
perubahan fisik yang sedikit, tidak ada bentuk antara, atau adanya
bukti pernah hidup sezaman antar spesies yang dahulunya dianggap
merupakan kesatuan rantai evolusi. Hal tersebut karena beliau
menganggap evolusi bergerak searah, seperti dari simple ke
kompleks, dari kecil ke besar, dari air ke darat. Ternyata, evolusi
tidaklah hanya bergerak searah, tetapi ada yang langsung loncat ke
berbagai arah, balik mundur, atau tetap (Peter Ackyord: The
Beginning, Voyages Through Time). Salah satu bukti, yaitu adanya
reptilia yang berevolusi kembali ke air. Pohon-pohon evolusi baik
binatang maupun manusia yang sering ditampilkan dalam buku-
buku ilmiah, hanyalah visualisasi sederhana yang tidak
menggambarkan sepenuhnya peristiwa evolusi (menjadi spesies
baru). Jadi, binatang yang tidak banyak mengalami perubahan
secara fisiologi bukan berarti tidak mengalami evolusi. Seperti yang
diungkapkan oleh Matt Ridley tersebut diatas, bahwa bakteri telah
mengalami evolusi lebih tinggi daripada manusia, walaupun tidak
banyak berubah bentuk hingga saat ini.

126

Sebaliknya, Harun Yahya menganggap Homo Erectus, Homo
Neanderthal, dan Homo Sapiens merupakan perbedaan ras karena
pernah hidup sezaman, bukanlah perbedaan spesies. Hal tersebut
karena Harun Yahya melihat bahwa tindakan rekontruksi wajah dari
fosil bersifat sangat manipulatif, pemikiran tersebut keliru tersebut
karena Harun Yahya hanya melihat dari aspek bulu saja pada wajah
yang tidak bisa dilihat dari bukti fosil. Harun Yahya seolah olah lupa,
bahwa salah satu perbedaan mendasar dari ketiga Homo tersebut
adalah bentuk dahi dan volume otak. Pelipis mata pada Homo
Erectus sangat menonjol sehingga pensil dapat diletakkan diatas
pelipis tersebut, tidak ada ras manusia yang seperti itu sampai saat
ini (Lihat Gambar 12a)

Seperti halnya Homo Erectus, Homo Neanderthal bukanlah Homo
Sapiens karena terbukti secara genetis (Peter Ackyord: The
Beginning, Voyages Through Time). Pada tahun 1998, Svante Paabo
dan koleganya dari Universitas Munich, Jerman, telah mempelajari
DNA mitokondria dari fosil Homo Neanderthal dan membandingkan
dengan manusia modern. Perbedaan antar manusia modern
terdapat rata-rata 8 perbedaan dalam nucleotides, sedangkan
perbedaan dengan Homo Neanderthal mencapai 26 perbedaan
(Encyclopedia Americana: Annual 1998). Sedangkan di tahun 2003,
ditemukan fosil manusia modern yang berumur 24.000 tahun yang
lalu dan setelah diteliti DNA mitokondria-nya menunjukkan
kedekatannya terhadap manusia modern daripada Homo
Neanderthal yang hidup hampir sezaman, hal tersebut menunjukkan
bahwa manusia modern berbeda spesies dengan Homo Neanderthal
(Encyclopedia Americana: Annual 2004).

Sejauh ini, setelah menguji lebih dari 4.000 orang diseluruh
dunia, tak ada DNA mitokondrial purba yang berhasil ditemukan.
Semua tipe DNA mitokondrial yang telah diteliti dari populasi
manusia modern kelihatannya memiliki asal-usul yang belum
lama. Implikasinya adalah bahwa para pendatang modern
menggantikan seluruh populasi kuno habis.
(Richard Leakey, Asal Usul Manusia, 2007)
127























Gambar 12a. Perbandingan Tampak Muka
Rangka Homo Erectus (atas), Homo Neanderthal
(tengah), dan Homo Sapiens (bawah)
(Sumber : Richard Leakey, Asal Usul Manusia)


Gambar 12b. Perbandingan Tampak Samping Hominid
(http://cas.bellarmine.edu/tietjen/Evolution/Hominids/Hominid Preview.pdf)


128
Penemuan terkini dalam DNA mitokondria tersebut diatas,
membuktikan bahwa walaupun secara fisiologi Homo Neanderthal
sangatlah mirip dengan Homo Sapiens, tetapi mereka adalah
spesies yang berbeda. Perbedaan spesies inilah yang membuktikan
adanya teori evolusi. Sebaliknya, adanya periode tertentu hidup
sezaman antar spesies yang masih merupakan kesatuan rantai
evolusi, bukanlah berarti tidak ada evolusi, tetapi berarti ada induk
sebelumnya yang merupakan asal spesies-spesies tersebut, yang
belum ditemukan. Sebagai contoh: Homo Erectus, Homo
Neanderthal, dan Homo Sapiens pernah hidup sezaman, bukan
berarti tidak ada evolusi, bisa jadi hal tersebut karena induk ketiga
spesies tersebut belum jelas.

Apabila memperhatikan ayat QS 6:6, Apakah mereka tidak
memperhatikan berapa banyak generasi yang Telah kami binasakan
sebelum mereka, padahal (generasi itu) Telah kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum
pernah kami berikan kepadamu, dan kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir di
bawah mereka, Kemudian kami binasakan mereka Karena dosa
mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang
lain.

Maka pergantian suatu spesies tidak menggantikan keseluruhan
individu spesies, atau dengan kata lain bahwa evolusi selalu
bergerak kedua arah yaitu mempertahankan spesies (meningkatkan
kualitas genetika) dan berubah spesies (mengarah ke kompleksitas
genetika). Ini dapat menjelaskan bahwa induk dari ketiga spesies
tersebut, apabila misalnya Homo Erectus dapat sebagai induk ketiga
spesies homo tersebut diatas, maka hanya sebagian kelompok
berevolusi menjadi spesies lainnya, sebagian lainnya bertahan.

Missing Link

Salah satu alasan yang digunakan Harun Yahya dalam menolak teori
evolusi adalah masih adanya missing link atau rantai yang putus
129
dalam keterkaitan antar spesies dalam sejarah evolusi. Sebenarnya,
penolakan kalangan kreasionis terhadap teori evolusi dengan
menyandarkan alasan adanya missing link ini, lebih merupakan
perbedaan persepsi daripada benar-benar tinjauan ilmiah.
Bagaimanapun juga besar atau banyaknya missing link dalam
sejarah evolusi, bukannya menyurutkan kalangan evolusionis dalam
mendukung teori dari Darwin ini. Malah memberikan semangat
untuk menemukan jejak-jejak baru dalam fosil-fosil yang lebih baru
ditemukan yang akan memperbaharui posisi ranting atau dahan
dalam pohon evolusi.

Penemuan-penemuan baru memang seringkali mengubah jalur
ranting dan dahan dalam pohon evolusi, hal inilah yang juga sering
digunakan untuk penolakan evolusi bagi kreasionis. Tetapi,
sebenarnya penemuan-penemuan baru palaentologi tidaklah pernah
menebang habis pohon evolusi. Sebagai contoh adalah hubungan
tiga hominid yang telah dibahas sebelum subbab ini, yaitu: Homo
erectus, Homo Neandherthal, dan Homo Sapiens. Dahulu kalangan
evolusi melihat hubungan ketiga hominid ini hubungan series, yaitu
Homo sapiens diturunkan dari homo neandherthal yang diturunkan
dari Homo Erectus. Penemuan terbaru memperlihatkan bahwa
ketiga hominid tersebut pernah hidup bersamaan. Harun Yahya
langsung melihat penemuan tersebut sebagai bukti kegagalan teori
evolusi, karena seolah-olah terjadi missing link dari ketiga hominid
tersebut. Tetapi kalangan evolusionis, tidak melihat demikian,
evolusionis melihat ada induk dari ketiga homonid tersebut yaitu
berdasarkan temuan mereka, yaitu Homo Heidelbergensis. Sekali
lagi, apa yang telah diupayakan oleh Harun Yahya dalam menebang
pohon evolusi mengalami kegagalan. Tetapi, hal inilah yang kurang
dipahami oleh kreasionis (Harun Yahya), alih-alih memperbaharui
teorinya, tetapi malah mengulangi kesalahan-kesalahannya dengan
memberi contoh-contoh yang mirip terhadap makhluk-makhluk lain.

Selain itu, Harun Yahya memberikan argumen-argumen yang
blunder, seperti halnya ketiga hominid tersebut adalah perbedaan
ras bukanlah perbedaan spesies, seperti yang telah dibahas pada
subbab sebelum ini. Atau seperti argumen Harun Yahya yang

130
menjelaskan bahwa jejak Australopitecus Afarensis sekitar 2-3 juta
tahun yang lalu adalah jejak manusia. Hal ini, seolah-olah
memberikan gambaran bahwa seolah-olah penelitian evolusionis
adalah serampangan, padahal penelitian evolusionis banyak diuji
atau didukung oleh cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain.
Perkembangan cabang-cabang ilmu pengetahuan diluar arkeologi,
saat ini telah berkembang dengan lebih banyak mendukung evolusi
daripada menolaknya, seperti: anthropologi, psikologi, genetika, dan
lainnya. Hal ini terlihat penelitian Robin Dunbar dalam karyanya The
Human Story yang memperlihatkan perkembangan evolusi budaya
dan psikologi dalam kaitannya dengan evolusi setiap hominid
menuju manusia.

Memang untuk memenuhi semua missing link dalam pohon evolusi
membutuhkan spesimen fossil yang sangat banyak. Disisi lain,
penemuan-penemuan arkeologi terus bertambah yang justru
membangun pohon evolusi dengan mengisi lubang-lubang missing
link. Dalam pengamatan penulis dalam dua tahun terakhir ini telah
muncul tiga penemuan yang dapat mengisi missing link pohon
evolusi tersebut, yaitu:

Pertama, Tiktaalik, yang hidup sekitar 375 juta tahun yang
lalu, merupakan makhluk yang dianggap makhluk antara ikan-
ikanan Panderichtys dan Eusthenpteron (385 juta tahun yang
lalu) yang menghubungkan dengan makhuluk amphibi
Acanthostega dan reptilia Ichtyostega (365 juta tahun yang
lalu). Berita ini muncul pada suratkabar harian Kompas tanggal
24 April 2006.
Kedua, Berdasarkan penelitian Prof. Hans Thewissen dari
Universitas Ohio, USA, telah menemukan Indohyus yang
merupakan nenek moyang bersama Paus dan Lumba-lumba
dan juga merupakan missing link terhadap nenek moyang
paus yang hidup didarat. Hidup pada 48 Juta tahun yang lalu.
Struktur tengkorak menyerupai nenek moyang paus, berkaki
empat dan hidup lama didalam air.
131











Gambar 13. Tiktaalik Sebagai Missing Link antara Ikan dan
Ampibi
(http://en.wikipedia.org/wiki/Tiktaalik)




Gambar 14a. Prof. Hans
Thewissen
(http://news.bbc.co.uk)





Gambar 14b. Indohuys
(http://news.bbc.co.uk)











132
Ketiga, website http://news.yahoo.com memberitakan melalui
tulisan Stan Lehman tanggal 1 Februari 2008, yang
menjelaskan bahwa rangka yang telah ditemukan oleh
palaenthologis Felipe Mesquita de Vasconcellos merupakan
rangka buaya yang ditemukannya pada tahun 2004 yang lalu,
telah mengisi missing link antara buaya prasejarah dan buaya
saat ini. Penelitian ini diumumkan di Universitas Federal Rio de
Janeiro tanggal 31 januari 2008.



Gambar 15. Buaya
Missing Link yang
menghubungkan Buaya
Pra sejarah dengan
Saat ini.
(http://news.yahoo.com)




Boleh jadi para kreasionis melihat temuan tersebut diatas sebagai
spesies yang terpisah, bukanlah spesies yang mengisi missing link.
Tetapi kreasionis haruslah jujur dalam melihat keseluruhan pohon
evolusi, bahwa tidak ada bukti bahwa Homo sapiens ditemukan
sebelum Homo erectus, atau ditemukan bukti hominid mendahului
mamalia, atau mamalia dan burung mendahului reptilia, atau reptilia
mendahului ikan, dan seterusnya. Hal ini dibuktikan dalam Al Quran
dalam surat Al Mukminun (23) ayat 12-14, seperti yang tertuang
dalam tabel 4. Tidak hanya itu, ayat tersebut menjelaskan bahwa
penciptaaan makhluk akhir melalui pewarisan yaitu dari penciptaan
makhluk sebelumnya.

Ledakan Kambrium

Salah satu argumen yang diusung oleh Harun Yahya dalam menolak
133
teori Evolusi, yaitu adanya ledakan Kambrium. Yaitu peristiwa yang
terjadi 570 sampai dengan 505 juta tahun yang silam, yang
memperlihatkan kemunculan serentak makhluk yang berbeda-beda,
seperti siput, trilobite, ubur-ubur, bintang laut, kerang, dsb. Semua
makhluk tersebut memiliki system yang rumit dan struktur yang
maju. Disini Harun Yahya berargumen telah terjadi penciptaan
langsung. Karena teori evolusi mengusung asal kejadian yang satu.

Argumen Harun Yahya tersebut sungguh menggelikan, karena
beliau adalah pendukung teori Big Bang. Bukankah munculnya
bermacam-macam atom di alam semesta ini dari satu kejadian Big
Bang tersebut? Bukankah munculnya bermacam-macam galaksi,
tata surya, planet-planet dan benda angkasa lainnya di alam
semesta ini juga dari satu kejadian Big Bang? Lantas, mengapa kita
sulit menerima bahwa ledakan Kambrium bukan dari satu kejadian
yang sama? Baik dari Big Bang itu sendiri atau dari teori awal
kehidupan adalah sel.

Seperti yang telah disinggung pada bab terdahulu, bahwa kita
berasal dari satu sel dalam rahim seorang ibu, lantas mengalami
diferensiasi, sehingga terciptalah organ-organ tubuh, seperti otak,
mata, jantung, lambung, usus-usus, dsb. Bukankah setiap organ-
organ tersebut memiliki system dan struktur yang sangat berbeda,
tetapi berasal dari satu sel yang sama? Bukankah peristiwa ini
serupa dengan ledakan Kambrium? (Gambar 11b).

Dari kedua contoh tersebut diatas, kerancuan pemikiran Harun
Yahya sebenarnya terletak cara menafsirkan penciptaan, yaitu
langsung dari tidak ada menjadi ada. Padahal telah jelas bahwa
kelahiran adalah manifestasi dari penciptaan, begitu juga
diferensiasi sel dalam proses kelahiran. Jadi, ada sesuatu ketidak-
konsistenan, apabila kita sulit menerima evolusi sebagai manifestasi
penciptaan.

Sebaliknya, ketidak-konsistenan tersebut melebar apabila kita
mengaitkan ledakan Kambrium dengan keilahian. Mengapa ledakan
kemunculan spesies-spesies tersebut hanya terjadi pada zaman

134
Kambrium? Kalaupun terjadi ledakan-ledakan lain pada zaman yang
berbeda, tetap tidak menunjukkan ledakan yang lebih besar dari
ledakan Kambrium, seperti terlihat pada gambar 11a pada bab
terdahulu. Jika demikian yang terjadi, apakah Tuhan telah
menunjukkan penurunan kreatifitas dalam mencipta?
Seandainyapun, tidak dianggap sebagai penurunan kreatifitas
penciptaan, tetapi sangat jelas menunjukkan perubahan perilaku.
Hal ini menunjukkan Tuhan telah terikat dimensi waktu! Seperti
yang telah disinggung pada bab terdahulu.


Kode Genetik Bukan Bukti Evolusi

Seperti ungkapan Matt Ridley yang tertulis di bab sebelum ini,
bahwa setiap makhluk hidup berbahan sama karena disusun dari
genom yang berkode genetik sama yaitu T, G, C, dan A. Tetapi,
Harun Yahya melihat hal tersebut bukanlah sebagai bukti evolusi
karena itu hanya menunjukkan penciptanya dengan bahan yang
sama. Harun Yahya sepertinya lupa bahwa genom bukan hanya
rangkaian zat protein (bahan penyusun) saja, tetapi juga
merupakan rangkaian informasi, yaitu semacam kode atau bahasa
yang diwariskan melalui reproduksi makhluk hidup (seperti
perkawinan atau membelah diri). Bagaimana mungkin makhluk
memperoleh informasi segala bentuk, warna, dan jenis tiap organ
maupun keseluruhan bentuk tubuhnya, bila tidak diwariskan?

Selain itu argumen Harun Yahya membuktikan telah melunturkan
nilai-nilai Ilahiyyah karena bahan-bahan yang sama untuk semua
makhluk menunjukkan ketidakmampuan Allah dalam hal kreatifitas
atau ketergantungan mutlak terhadap bahan tersebut dalam
mencipta. Sedangkan prinsip pewarisan dalam penciptaan adalah
sesuai dengan ayat QS 23:12-14 yang telah disinggung dalam bab
terdahulu.

Satu hal lagi yang tidak disadari oleh Harun Yahya, bahwa terdapat
kekeliruan molekular dalam genom pada tubuh kita, yang terdapat
135
juga pada tubuh kera-kera besar yang ada saat ini (spt: simpanse),
sebagai contoh adalah pseudogen yaitu semacam gen fungsional
yang menyandikan protein antibodi yang tanggap terhadap alergi
yang menempati lokasi yang dalam genom antara manusia dan
simpanse. Kekeliruan tersebut dikarenakan keberadaannya tidak
memiliki fungsi. Jika manusia dan kera tercipta secara terpisah,
maka mengapa Tuhan mengulangi kekeliruanNya? Kekeliruan itu
meluas kepada sesama primata (tidak hanya kera), apabila melihat
keberadaan pseudogen pada inti sel. Memperhatikan hal tersebut
Steve Olson mengungkapkan seperti dibawah ini.

Kekeliruan molecular yang sangat terperinci kerap ditemukan
dalam spesies-spesies yang mirip, sehingga menggugurkan
scenario penciptaan yang terpisah dan mendukung sejarah
evolusi.
(Steve Olson: Mapping Human History,2002)

Mutasi Selalu Merugikan

Alasan lain beliau menolak evolusi adalah bahwa hasil mutasi selalu
merugikan. Mutasi tidak selalu merugikan tetapi sebagian besar
bersifat netral dan ada juga yang justru menguntungkan (Steve
Olson: Mapping Human History). Keuntungan tersebut berupa
kemampuan lebih untuk bertahan hidup dan bereproduksi di
lingkungan tertentu. Sebagai contoh hal tersebut adalah hubungan
warna kulit manusia dan iklim. Contoh lainnya adalah virus flu
burung (1997), yang merupakan hasil mutasi dari virus flu spanyol
(1918), kemudian virus flu asia (1957) kemudian flu hongkong
(1968). Kemampuan sebar flu burung 2 kali lebih cepat dari pada flu
hongkong (National Geographic Indonesia; Oktober 2005). Jadi,
melihat kemampuan virus tersebut yang meningkat, berarti mutasi
tidak selalu merugikan.



136
Mutasi Tidak Bisa Memunculkan Spesies Baru

Alasan lain beliau menolak evolusi adalah karena seleksi alam dan
mutasi tidak bisa memunculkan makhluk spesies baru. Pemikiran ini
sungguh rancu, karena tinjauan Harun Yahya hanya skala waktu
yang kecil. Padahal rentang evolusi hingga mencapai jutaan tahun.
Selain itu, Evolusi bukanlah hanya hasil mutasi, tetapi evolusi
merupakan kombinasi dari mutasi, seleksi alam, genetic drift,
genetic flow dan sekaligus isolasi geografis yang bersifat kumulatif.
Penemuan terbaru dalam genetika, yaitu DNA mitokondria,
menjelaskan bahwa Homo Neanderthal berbeda spesies dengan
Homo sapiens (manusia saat ini). Contoh lainnya adalah mutasi
virus flu yang memunculkan spesies baru. Inilah bukti bahwa evolusi
itu ada, walaupun bentuk dan kecerdasan tidak jauh berbeda.
Sebaliknya, Harun Yahya tidak dapat membuktikan adanya
penciptaan langsung dalam kurun waktu yang ada saat ini. Apakah
Tuhan sudah berhenti mencipta?

Hukum II Termodinamika

Penolakan teori evolusi karena berdasarkan Hukum II
Termodinamika sangat tidak tepat. Tinjauan Hukum II
Termodinamika hanya melihat pada system tertutup yaitu dengan
melihat segmen waktu tertentu maka kehancuran alamiah adalah
benar terjadi, tetapi apabila melihat segmen waktu yang lain maka
pembentukan juga terjadi. Sebagai contoh, apabila gunung
dibiarkan secara alamiah akan hancur sendiri akibat pelapukan,
tetapi bila melihat peristiwa pelapukan tersebut lebih jauh akan
membentuk sungai-sungai dan sedimentasi. Apabila Hukum II
Termodinamika hanya dilihat sebagai peristiwa penghancuran
alamiah saja, maka ini jelas bertentangan filsafat agama apapun,
apakah Tuhan mencipta untuk dihancurkan saja? Demikian juga jika
memperhatikan pembahasan pada bab terdahulu bahwa esensi
kehancuran adalah penciptaan, maka timbul inkonsistensi. Lebih
parah lagi, sangat bertentangan dengan ayat QS 91:7 seperti
137
tertulis diatas.


Teori Evolusi Mengusung Rasisme dan Fasisme

Saat ini terjadi perubahan mengejutkan dari pemikiran kaum
Darwinian, bahwa mereka tidak lagi rasis, karena penemuan terbaru
mereka dalam ilmu genetika. Asal semua kehidupan ini satu (Matt
Ridley: Genom, kisah spesies manusia dalam 23 bab) dan bahkan untuk
asal usul seluruh spesies manusia disebutkan awalnya satu lalu terjadi
diaspora dan akhirnya beragam (Steve Olson: Mapping Human History). Hal
tersebut terjadi karena penemuan terbaru dalam genetika
menyebutkan bahwa kurang lebih 150.000 tahun yang lalu kita
diturunkan dari spesies manusia yang satu yaitu Homo Sapiens. Hal
tersebut menguatkan ayat-ayat Al Quran tentang perintah-perintah
atau pemberitaan kepada seluruh umat manusia yang sering disebut
bani Adam.



138

139
Siapakah Adam itu?


Kontroversial Adam (Manusia Pertama) dalam
Penafsiran Al Quran

Membahas lebih lanjut mengenai teori evolusi ini, ialah membahas
bagaimana posisi Adam dalam rangkaian evolusi. Agar tidak
menimbulkan kerancuan, batasan pembahasan Adam dalam
penulisan ini adalah sebagai manusia pertama bukan sebagai Nabi.
Ada tiga alasan mengapa posisi Adam sangat penting dalam
pembahasan mengenai evolusi manusia ini.
Jika kita mengikuti argumen Harun Yahya, bahwa Homo
Erectus, Neandherthal, dan Homo Sapiens adalah perbedaan
ras, bukanlah perbedaan spesies, maka sudah tentu dalam
benak Harun Yahya, Adam adalah homo Erectus yang pertama.
Sedangkan apabila kita memperhatikan bahwa adanya
perbedaan fisik antar ketiga hominid tersebut, maka jika
demikian halnya, mengapa Tuhan menciptakan manusia
dengan mengawali ketidak sempurnaan menuju ke
kesempurnaan? Padahal Harun Yahya selalu mendengungkan
alam tercipta dengan rancangan atau kesempurnaan tingkat
tinggi
Jika kita mengikuti argumen Maurice Bucaille dan Abdul
Shabur, yaitu manusia mengalami evolusi yang berbeda
dengan binatang, tetapi hominid pra manusia satu kejadian
dengan manusia saat ini. Disini Abdul Shabur mengartikan
bahwa adalah Homo Sapiens adalah al-insan, sedangkan
makhluk pra manusia adalah al-basyar. Maka sudah tentu
Adam disini adalah al-insan pertama. Jika demikian halnya,
berarti Adam juga dilahirkan. Lantas, mengapa Maurice Bucaille
dan Abdul Shabur sulit menerima evolusi manusia adalah satu

140
kejadian dengan binatang?
Dari kedua argumen tersebut, jika kita menempatkan Adam
sebagai Nabi pertama, maka mengapa risalah yang
disampaikan pertama kali harus memakan jarak waktu yang
panjang sekali dibandingkan kenabian Muhammad SAW.
Karena Homo Erectus pertama muncul sekitar 2 juta tahun
yang lalu dan Homo sapiens pertama sekitar 200 s.d. 150 ribu
tahun yang lalu.

Ketiga tokoh tersebut sudah tentu sama-sama menggunakan Al
Quran sebagai narasumber utamanya. Berarti, ada perbedaan yang
kotroversial dalam menafsirkan Al Quran. Di Bab ini terdapat ayat-
ayat AlQuran yang menjadi dasar penolakan evolusi makhluk hidup
oleh Harun Yaya, maka akan dicoba dengan menafsirkan Al Quran
yang lebih kritis. Beberapa ayat dalam Al Quran tersebut, bila kita
perluas maknanya atau skala ruangnya, akan membawa penafsiran
baru yang justru dapat membantu memahami evolusi ini. Ayat-ayat
tersebut seperti dibawah ini.

1. Yang memulai penciptaan manusia dari tanah kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati dari air yang hina (QS
32:7-8)
Ayat inilah yang sering digunakan untuk menafsirkan bahwa Adam
dari tanah, kemudian kita semua dari air mani. Penafsiran tersebut
tidak keliru, tetapi coba bebaskan penafsiran ayat tersebut dari
dimensi ruang-waktu. Jika kita hanya bersandarkan dengan satu
penafsiran seperti tersebut diatas saja, maka sunnah Allah
bertentangan dengan ayat QS 33:62 dan QS 35:43, karena sunnah
Allah tidak berdimensi ruang-waktu. Berdimensi ruang, karena
perbedaan perlakuan penciptaan Adam dengan manusia saat ini.
Berdimensi waktu, karena penciptaan manusia masa lalu (Adam)
berbeda dengan manusia saat ini secara fungsi waktu.

Sunnah Allah tidak berubah, maka pertama-tama kita harus
bebaskan ayat tersebut dari dimensi ruangnya. Kita coba baca ulang
141
bahwa ayat tersebut berbunyi memulai penciptaan manusia,
bukan memulai penciptaan Adam (saja). Secara tekstual ayat
tersebut menyebutkan manusia (insaan) bukan Adam. Lantas,
mengapa kata 'manusia' tersebut hanya ditafsirkan Adam saja?
Kemudian coba kaitkan dengan kemenjadian abadi, bahwa manusia
itu tercipta setiap saat. Maka penafsiran ayat tersebut menjadi
memulai penciptaan manusia (setiap individu, termasuk Adam
sendiri) dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati dari air yang hina, berarti juga bila keturunan kita sudah
dilahirkan, maka dia menjadi tanah, keturunannya nanti dari saripati
dari air yang hina, begitu seterusnya, sunnah Allah berulang-ulang
terus menerus tanpa ada perubahan untuk setiap individu manusia.
Jadi, ayat ini menjelaskan bahwa arti kebermulaan penciptaan
manusia dari tanah adalah manusia dewasa penghasil sperma,
bukanlah pada kelahiran.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bab terdahulu, ayat
tersebut diatas menjelaskan bahwa setiap individu diri kita masing-
masing tercipta setiap saat. Bahkan diakhir ayat tersebut
menekankan bahwa saat dilahirkan kita bukanlah makhluk yang
sama. Apakah anda masih berfikir kita ini makhluk yang sama pada
saat kita masih satu sel (embrio) dengan makhluk yang terdiri 75
triliun sel (manusia dewasa)? Sejak kapan kita menggunakan logika
satu adalah sama dengan 75 triliun? Pergantian setiap saat untuk
setiap sel tubuh dan darah kita dan juga perubahan setiap senyawa
kimia yang terjadi dalam tubuh begitu juga setiap mutasi yang
terjadi pada tubuh kita, menunjukkan bahwa sebenarnya setiap
individu kita sendiri adalah makhluk yang diciptakan setiap hari,
minggu, bulan, ataupun setiap tahunnya. Inilah penjelasan bahwa
penciptaan individu manusia bukanlah diawali dari kelahiran, tetapi
saat kita dewasa, berarti manusia dewasa inilah yang berarti tanah.

2. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
dalam tempat yang kokoh. Kemudian air mani itu Kami ciptakan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami ciptakan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami ciptakan

142
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging, kemudian Kami jadikan makhluk yang lain. Maka Maha
Sucilah Allah Pencipta yang paling baik. (QS 23: 12-14)
Sudah jelas ayat ini menceritakan tentang kejadian (penciptaan)
pada setiap individu manusia, bukanlah terjadi pada spesies
manusia. Maka, hanya menafsirkan Nabi Adam saja yang dari tanah
sangatlah tidak tepat, karena Nabi Adam adalah asal usul
spesies manusia bukan individu manusia. Berarti, ayat ini juga
menjelaskan bahwa bukan Nabi Adam saja yang terbuat dari tanah,
tetapi setiap individu manusia.

Peristiwa kemunculan Adam pun yang merupakan makhluk manusia
dewasa dapat ditafsirkan sebagai peristiwa individu kita semua dari
dalam kandungan hingga dewasa. Atau sebaliknya, bahwa peristiwa
penciptaan Adam (manusia dewasa) adalah peristiwa yang serupa
dengan setiap individu manusia kita semua pada masa anak-anak.


Tabel 5. Perbandingan Kejadian Tiap Individu dengan Peristiwa Adam

No
Peris-
tiwa
Tiap individu
(QS 23:12-14)
Peristiwa Adam
1
Tanah (Orangtua)
Tanah ?
Inilah koridor kontroversi
2 Air mani
3 Zygot, sel yang terus menerus
membelah
4 Segumpal darah yang
kemudian menempel pada
dinding rahim (blastosista)
5 Segumpal daging
6 Tulang
7 Tulang dibungkus daging,
organ bayi lengkap terbentuk,
Diciptakan pasangan (Hawa)
sebagai pendamping (QS 4:1)
143
termasuk jenis kelamin Allah mengajarkan Adam nama-
nama (QS 2:31).
Serupa dgn kejadian individu
manusia yaitu periode dlm
kandungan s.d. anak-anak
selalu dalam pengajaran.
Malaikat bersujud (QS 2:34).
Menjelaskan bhw dari dlm
kandungan s.d. anak-anak yang
membutuhkan pelayanan atau
kepatuhan lingkungan thdp
kebutuhan bayi atau anak-anak

8 Saat-saat kelahiran, keluar dari
rahim
9
Bayi, merangkak berjalan
dengan 4 kaki
10
Anak-anak, memiliki
kemampuan adaptasi tinggi
dgn lingkungan, muncul
kecerdasan
Penolakan iblis bersujud (QS
2:34).
Menjelaskan bahwa anak-anak
rentan terhadap gangguan luar
Menerima peringatan (QS
7:19)
11
Remaja
Mengenal pasangan jenis (QS
2:35)
Godaan Iblis, terbuka aurat (QS
7:22)
12
Akil balig, Dewasa,
Kemandirian
Keluar dari surga dan
penyesalan
(QS 7:23-24)


Tabel tersebut diatas memulai peristiwa Adam pada nomor peristiwa
tujuh(7). Hal tersebut dikarenakan Adam diceritakan dalam Al
Quran dalam bentuk manusia dewasa didalam surga. Peristiwa ini
serupa dengan jabang bayi yang sempuna (organ telah lengkap)
dalam kandungan (surga). Penyerupaan kandungan (rahim) dengan
surga, karena alasan bayi menerima full supply dalam kandungan
(rahim). Peristiwa surga (full supply) ini berlanjut hingga anak-anak
dan akil balig, karena kurun peristiwa ini anak-anak mendapatkan
full supply dari orangtuanya.

Kemunculan Hawa pada peristiwa tujuh (7) ini juga menunjukkan
bahwa bayi dapat dilihat jenis kelaminya pada kurun peristiwa ini.
Oleh karena itu, berdasarkan tabel kejadian tersebut diatas, maka
penafsiran tentang penciptaan Hawa, yaitu dari diri (tulang rusuk)

144
Adam, pastilah sangat sulit diterima logika, jika kita hanya
bersandar pada argumen penciptaan langsung Adam. Sedangkan
ayat yang digunakan sebagai argumen adalah seperti dibawah ini

!!., '_!.l 1. `>`, _.] _>1l> _. _. :.> _l> !..
!> , !,.. l> ,. ,!. 1. < _.] l,!.. .,
l> | < l >,l. !,,
Hai manusia, bertakwalah engkau kepada Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dari diri yang satu dan diciptakan darinya
pasangannya. Dan dari keduanya Allah memper-kembang
biakkan Laki-laki dan perempuan yang banyak. (QS 4:1)

> _.] >1l> _. _. :.> _-> !.. !>
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya
diciptakan pasangannya (QS 7:189)

Tetapi apabila kita menafsirkan kedua ayat tersebut dengan melihat
kejadian manusia seperti pada tabel 4 dan 5, maka penafsiran
menciptakan dari diri yang satu dan diciptakan darinya
pasangannya seperti tersebut diatas, akan dapat dengan mudah
diterima secara logika. Hal tersebut karena memiliki esensi yang
sama dengan periode yang di mulai dari makhluk bersel satu hingga
pada periode kemunculan ikan-ikanan atau makhluk yang
melakukan reproduksi secara seksual, yaitu munculnya makhluk
yang terpisah jenis kelaminnya dari spesies yang sama (tabel 2).
Demikian juga bila kita melihat rantai kejadian individu manusia,
akan memiliki esensi kejadian yang serupa, yaitu dari yang bersel
satu kemudian menjadi embrio yang memiliki organ yang lengkap
barulah ditentukan jenis kelaminnya (tabel 3) seperti hadits dibawah
ini


Ketika nutfah sudah melewati batas waktu empat puluh dua malam.
Allah mengutus malaikat kepadanya.
145
Malaikat lalu menggambarnya, kemudian membuat telinganya,
Matanya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya.
Setelah itu malaikat berkata,
Wahai Tuhan, laki-laki atau perempuan?
(HR Bukhari dan Muslim)

Jika memperhatikan tabel 5 tersebut diatas, penafsiran kejadian
Adam dengan kemunculannya yang secara mendadak dan langsung
dari tanah, maka timbul kerancuan karena akan tampak lompatan
kejadian dalam awal peristiwa penciptaan Adam. Hal ini diperparah
lagi apabila kita menafsirkan penciptaan Hawa yang penciptaanya
langsung (tulang rusuk) dari Adam, maka akan bertambah lagi
kerancuannya, karena Hawa juga tidak melalui tahapan sesuai ayat
tersebut diatas. Bila peristiwa tersebut ditafsirkan sebagai mukjizat,
maka untuk siapa mukjizat tersebut? Bukankah sebelum Adam dan
Hawa diciptakan semua makhluk telah beriman? Jika kemunculan
Adam secara langsung, hanya sekadar untuk menunjukkan
kekuasaanNya, maka muncul kontroversi penafsiran tersebut diatas,
karena memperlihatkan bahwa seolah sunnah Allah berubah atau
adanya adanya perbedaan perlakuan seperti yang dijelaskan pada
bab terdahulu.

Peristiwa pengajaran Adam oleh Allah tentang nama-nama, hal
tersebut serupa dengan pengajaran orangtua kepada anaknya mulai
sejak dalam kandungan hingga bayi kemudian anak-anak.
Sedangkan ketertundukan malaikat kepada Adam adalah peristiwa
pelayanan atau kepatuhan total yang diberikan lingkungan kepada
bayi atau anak-anak. Hal ini seperti halnya orang-orang dewasa
disekitarnya (orangtua, kakek neneknya, saudara-saudaranya) yang
selalu siap melayani, seperti: menggendong, menyuapi, mengasuh,
menuntun, dan lain-lain sebagainya.

Sebaliknya, penafsiran perintah ketertundukan malaikat oleh Allah
kepada manusia, seringkali digunakan sebagai argumen kemuliaan
manusia dihadapan makhluk Allah lainnya. Padahal jika penafsiran
ketertundukan tersebut sebagai pelayanan, maka jelaslah bahwa
hal tersebut tidak terkait dengan kemuliaan. Galaksi-galaksi

146
diangkasa yang ada, tatasurya, matahari, planet-planet, dan bumi
yang kita injak, serta tumbuhan dan binatang yang telah ada jauh
sebelum manusia ada, telah melayani kita dengan baik, bahkan kita
bergantung sepenuhnya dengan mereka. Suatu kesombongan yang
nyata, apabila kita tidak memperhatikan lingkungan atau makhluk
Allah lainnya dengan mengekploitasi terus menerus tanpa
memeliharanya kembali. Jika halnya demikian, apakah kita masih
menganggap lebih mulia dari mereka? Apakah kita masih
menganggap lebih mulia dari orangtua, kakek nenek, paman, tante
kita sendiri? Renungkanlah kembali.

Fakhrudin Iraqi mengungkapkan ketertundukan tersebut sebagai
manifestasi cinta.

Setiap yang tertarik pada sang Kekasih harus menjadi hamba bagiNya
Semua adalah hamba Dikau tapi tak mengetahuinya
Apatah mereka mengenalMu atau tidak. Semua makhluk dunia
Kini dan selamanya tanpa akhir bersujud hanya kepadaMu
Semua cinta bagi seorang yang lain hanyalah sehembus dari aromaMu
Tiada seorang lain pun bisa dicintai

(Fakhrudin Iraqi, Lamaat, Lam VI)

3. Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tidak juga beriman? (QS 21:30)
Dalam menafsirkan tentang air dalam ayat ini, khusus tentang
penciptaan manusia, Harun Yahya berargumen bahwa air yang
dimaksud adalah air mani. Penafsiran tersebut tidaklah keliru,
karena beliau mengacu ke ayat tersebut dibawah ini

147
L.,l _... . _l> _ _l> _. ,!. _: _ _`> _. _,,
l.l .l _
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, Yang
keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan. (QS 86:5-7)


Kedua ayat tersebut menggunakan kata yang sama tentang air yaitu
maain. Tetapi, argumen Harun Yahya terdapat ketidak konsistenan
apabila kita hanya melihat pada sisi kejadian Nabi Adam saja. Dalam
QS 21:30 tersebut diatas disebutkan ..dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup.., sedangkan Nabi Adam langsung dari tanah,
apakah kita akan mengatakan bahwa Adam adalah bukan sesuatu
yang hidup? Apabila kekhususan diberikan kepada Adam dengan
tidak memberlakukan ayat tersebut pada Adam, maka sekali lagi,
penafsiran kita telah memaksakan sunnah Allah berubah. Selain itu,
jika air tersebut dinisbahkan kepada manusia pertama (Adam),
maka air mani siapa yang dipancarkan? Sekalipun kita
menggunakan penafsiran bahwa maain tersebut berarti air mani,
berarti menunjukkan bahwa Nabi Adam-pun dilahirkan.

Apabila juga kita melihat keseluruhan pada ayat QS 21:30 tersebut
diatas, sebenarnya ayat tersebut bercerita tentang kejadian
peciptaan tatasurya atau alam semesta, atau yang seringkali kita
sebut peristiwa Big Bang. Unsur-unsur air seperti Hidrogen dan
Oksigen termasuk atom-atom yang pertama terbentuk, sehingga
ayat ini ayat adalah pembuktian temuan ilmiah saat ini. Sehingga
sungguh rancu bila kita menterjemahkan air pada ayat tersebut
adalah air mani. Dari sisi biologi, juga membuktikan bahwa lebih
dari 60% kandungan tubuh kita memang terdiri dari air yang murni
bukan air mani. Oleh karena itupun kita perlu menafsirkan ulang arti
manusia tercipta dari tanah.


148
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air
mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya, maka
Kami jadikan dia mendengar dan melihat (QS 76:2)
Harun Yahya dalam memandang ayat tersebut diatas hanya melihat
konteks kejadian manusia dari air mani. Hal tersebut sudah dibahas
sebelumnya. Padahal, inti ayat tersebut pada kata menguji.
Kemudian, apabila kita menafsirkan ayat tersebut diatas, dengan
arti bahwa mendengar dan melihat dijadikan untuk menghadapi
ujian, penafsiran tersebut sangatlah rancu. Apakah orang buta dan
tuli tidak akan diuji lagi? Nabi Yakub AS yang buta akibat menangis
kehilangan putranya Nabi Yusuf AS, masih diuji dengan menunggu
perjumpaan anaknya hingga puluhan tahun.

Padahal pada kata dia, jelas mengacu pada air mani. Oleh karena
itu, penafsiran ayat tersebut seharusnya memandang bahwa
kemampuan mendengar dan melihat adalah hasil yang diperoleh
setelah air mani tersebut mengalami pengujian. Jadi, kemampuan
mendengar dan melihat adalah hasil dari suatu usaha dalam
menghapi tantangan atau ujian. Oleh karena itu, Allah sangat
menegur keras manusia yang tidak melakukan usaha mendengar
dan melihat.

_. _l _ .:..> _.s _ :> _.s _. ,,. __
Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di
akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari
jalan (yang benar). (QS 17:72)

`l ,. _ _ >. > ',l l1-, !, :, `-.`.
!, !.| _.-. `.., _>.l _.-. ,l1l _.l _ ..l __
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS 22:46)
149


Kedua ayat tersebut diatas menegaskan bahwa usaha untuk
memahami, mendengar, dan melihat adalah suatu keharusan.
Bahkan adanya organ mata dan telinga tidak menjamin keberadaan
pemahaman, pendengaran, dan penglihatan. Oleh karena itu, ujian
adalah mekanisme yang terus berlanjut seperti halnya penciptaan
atau kebangkitan yang pernah disinggung sebelumnya. Jadi, pada
setiap kejadian manusia baik sebelum berbentuk maupun sudah
berbentuk, mekanisme uji tetap berlangsung.

Esensi penafsiran tersebut sebenarnya sangat serupa dengan
peristiwa rantai evolusi manusia. Ketiga kemampuan tersebut diatas
merupakan tahapan kejadian makhluk hidup juga. Makhluk yang
dahulunya berupa makhluk bersel satu mengalami evolusi menjadi
makhluk yang dapat mendengar dan melihat seperti ikan-ikanan,
ampibi, dan reptilian. Dengan demikian kumulatif seleksi alam,
mutasi, dan isolasi geografis dapat ditafsirkan sebagai bentuk
mekanisme uji dan usaha makhluk hidup. Inilah yang menjadikan
dasar evolusi.

5. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal
Dia sesungguhnya menjadikan kamu dalam beberapa tingkat
kejadian (QS 71:13-14)
Dalam buku Harun Yahya yang berjudul Mencari Jejak Evolusi
dalam Al Quran, menafsirkan beberapa tingkat kejadian seperti
pada ayat tersebut diatas hanya melihat perubahan dari air mani
hingga menjadi bentuk manusia secara utuh. Bila melihat tabel 2
dan 3 sebelum ini, Harun Yahya menafsirkan ayat tersebut dari
sudut pandang kejadian individu manusia saat ini saja. Padahal,
jangankan berbicara rantai evolusi makhluk hidup, untuk peristiwa
kejadian Nabi Adam pun tak berlaku! Karena Adam adalah makhluk
langsung jadi bukan makhluk yang mengalami beberapa tingkat
kejadian.

Jika kita menggunakan logika seperti Harun Yahya, sama halnya kita

150
menerima perubahan sunnah Allah. Berarti Allah mengikuti fungsi
waktu, karena ucapan Allah seperti pada ayat diatas tidak berlaku
pada saat penciptaan nabi Adam. Sama halnya kita
memperkenankan diri sendiri untuk mengatakan apa dasarnya Al
Quran berlaku untuk saat ini? Inilah kerancuan logika Harun Yahya!

6. Darinya(bumi) itulah Kami menciptakan kamu dan
kepadanya(bumi) Kami akan mengembalikan kamu dan
daripadanya(bumi) Kami akan mengeluarkan kamu pada kali
yang lain (QS 20: 55)
Pada ayat 53 pada surat Thaha ini, menjelaskan bahwa arti kata
ganti -nya pada ayat tersebut diatas, jelaslah berarti bumi (ardh).
Sebagian mufassir mengartikan tanah, karena kita diciptakan dari
tanah sebagai bahan. Sedangkan, ayat tersebut diatas merupakan
bagian tentang peringatan Nabi Musa a.s kepada Firaun. Oleh
karena itu, sekali lagi, bahwa ayat tersebut diatas menjelaskan
bahwa penciptaan manusia dari tanah bukan monopoli Nabi
Adam a.s saja, karena arti kamu disitu ditujukan kepada Firaun
atau kepada kita semua sebagai pengemban amanah AlQuran.

Selain itu, kembali ke ayat 53 pada surat yang sama, arti dari ardh
tidak hanya bermakna bahan (tanah) tetapi juga lokasi yang
berarti bumi itu sendiri. Kemudian, jika kita mengartikan ayat
tersebut diatas tanpa melihat dimensi ruang dan waktu, maka
seluruh manusia baik Nabi Adam a.s sebagai manusia awal dan kita
semua, muncul (diciptakan) dari lokasi bumi.

Jika kita menafsirkan kemunculan Adam di bumi, maka timbul
konsekuensi bahwa kita memerlukan arti baru tentang surga
karena mengingat ayat QS 7:23. Sedangkan arti keluar dari surga
seperti pada tabel diatas, dapat ditafsirkan sebagai kemandirian
atau mempertanggung jawabkan sendiri karena surga yang penuh
suplai, kemudian keluar menuju dunia yang tanpa suplai.

Sebaliknya, jika mengikuti logika Harun Yahya dengan mengartikan
ardh sebagai tanah yang merupakan bahan pembentuk Adam, dan
151
surga merupakan lokasi pembentukannya, maka timbul kerancuan
bahwa bagaimana material yang tidak ghaib (tanah) dapat berada
dilokasi yang ghaib (surga)?

7. Sesungguhnya perumpamaan Isa disisi Allah adalah seperti
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: Jadilah maka jadilah dia (QS 3:59)
Harun Yahya dalam menafsirkan ayat ini hanya melihat bahwa
persamaan Isa dan Adam adalah kesamaan tanpa diasuh atau
dibimbing oleh orangtua atau manusia dewasa lainnya. Hal tersebut
tidaklah keliru, karena kecerdasan kedua Nabi tersebut langsung
dari Allah, bukan hasil bimbingan orangtua atau orang yang lebih
tua atau juga tanpa campur tangan manusia lain. Tetapi, bila
melihat kelanjutan ayat tersebut diatas, yaitu bahwa ayat ini
menjelaskan tentang penciptaan Adam, maka ayat tersebut harus
ditafsirkan juga bahwa nabi Isa pun dari tanah, atau karena kita
semua menyetujui nabi Isa dilahirkan, maka sudah tentu nabi Adam
pun juga dilahirkan. Seperti halnya QS 23: 12-14, maka arti tanah
pada ayat ini adalah ibu atau orangtua. Berarti, penciptaan Adam
juga dapat ditafsirkan sebagai peristiwa kelahiran.

8. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan
berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui (QS 2:30).
Harun Yahya dalam menafsirkan ayat ini hanya melihat pada sisi
bahwa Adam adalah manusia pertama saja. Tetapi, jika membaca
keseluruhan ayat tersebut, maka timbul pertanyaan apa yang
mendasari argumen para malaikat bahwa yang diangkat khalifah
adalah orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah. Jika kita menafsirkan bahwa para malaikat

152
mampu melihat kondisi masa akan datang, maka mengapa malaikat
tidak bisa melihat realitas saat ini, bahwa manusia telah benar-
benar menguasai (khalifah) bumi?

Berarti, malaikat sebenarnya hanya melihat realitas saat itu atau
sebelum penciptaan Nabi Adam, bahwa ada makhluk yang berbuat
kerusakan dan menumpahkan darah. Makhluk apakah itu? Jika kita
konsekuen bahwa Adam adalah manusia (insaan) pertama, maka
makhluk inilah yang dapat ditafsirkan sebagai makhluk pra-manusia,
seperti homo erectus atau Neanderthal.

Selain itu, bila kita memperhatikan ayat sebelum ayat ini (QS 2:29),
bahwa segala sesuatu yang ada di bumi untuk kita semua, maka
niat Allah untuk menjadikan kita menjadi khalifah di muka bumi,
adalah karena kita berada di bumi.

9. ..Tatkala keduanya telah merasai buah kayu (khuldi) itu,
nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulainya
keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. (QS 7:22)
Harun Yahya tidak membahas sama sekali tentang ayat ini, padahal
jika kita dengan jeli memperhatikan ayat ini, maka akan timbul
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggugat penciptaan langsung
Adam. Jika, karena memakan buah kemudian terbuka auratnya, apa
yang menutupi aurat Adam dan Hawa? Jika Adam telah berpakaian,
maka apakah Adam membuat pakaian itu di surga? Sekali lagi,
bukankah peristiwa tersebut terlalu mekanis untuk di surga? Jika
Allah yang membuatkan pakaian tersebut, maka jadi terlalu rendah
sifat Allah dan juga kemampuan Adam. Sedangkan Homo
Neanderthal telah mampu membuat pakaian sendiri dari kulit
binatang.

Sekalipun dengan kerancuannya kita tetap menafsirkan yang
menutupi aurat adalah pakaian dan karena berada di surga, pakaian
tersebut tentulah juga bersifat ghaib. Dalam ayat ini dijelaskan
bahwa Adam telah menggantinya dengan daun-daun surga. Maka,
153
mengapa setelah terbuka auratnya, Nabi Adam tidak mampu
menutupi lagi tubuhnya dengan pakaian tersebut?

Jawaban logis dari pertanyaan tersebut adalah bahwa Adam
sebelumnya manusia berbulu lebat, kemudian rontok setelah makan
buah kayu tersebut, kemudian menutupinya dengan daun surga.
Manusia berbulu lebat itulah yang dapat ditafsirkan sebagai makhluk
pra-manusia.


Penafsiran Menyeluruh (Makro) Penciptaan Manusia
dalam Al Quran

Setelah merevisi penafsiran per-ayat tentang penciptaan manusia,
sekarang kita coba penafsiran ayat-ayat penciptaan manusia dalam
satu rangkaian sehingga diharapkan kita mendapatkan penafsiran
yang menyeluruh. Sesuai dengan maksud tersebut, maka ayat-ayat
tersebut dicoba disusun dalam suatu tabel seperti dibawah ini

Tabel 6. Zat yang Digunakan dalam Mencipta Manusia

No
Obyek
yg
dicipta
Zat yg digunakan
Tanah Air (Mani) Segum
pal
Darah
Thin Tu-
roob
Shal-
shalin
Ardh Maai Nuth-
fah
Al Alaq
1 Adam QS 3:59
2 Kamu QS 6:2 QS
35:11;
QS
18:37;
QS
40:67;
QS
22:5
QS
20:55;
QS
11:61;
QS
71:17
QS
77:20

3 Dia QS
7:12*;
QS 38:76

4 Mereka QS 37:11

154
5 Insan QS 32:7;
QS 23:12
QS 55:14
QS 15:26
QS
32:8
QS
76:2;
QS
36:77
QS
96:2
6 Basyaro QS 38:71 QS 15:28
QS 15:33
QS
25:54


Jika kita memperhatikan seluruh ayat tersebut diatas, maka Tidak
ada satu ayatpun yang mengatakan secara tekstual bahwa Adam
dari tanah kecuali ayat QS 3:59 dan ayat yang menyebutkan kata
ganti dia yang mengacu pada Adam yaitu QS 7:12. Sedangkan dia
pada ayat QS 38:76 mengacu pada basyar. Jadi, hanyalah
penafsiran sajalah yang mengacukan semua ayat tersebut diatas
bahwa seolah-olah hanya Adam sajalah yang diciptakan dari tanah.
Ayat yang paling menegaskan bahwa tanah bukanlah monopoli
Adam adalah ayat QS 37:11. Maka, sebenarnya tidaklah keliru bila
kita menafsirkan Adam dari tanah, tetapi secara konsisten, maka
kita semua juga diciptakan dari tanah. Seperti pada ayat-ayat yang
berobyekkan kamu, jelas bahwa ayat tersebut ditujukan kepada
yang membaca Al Quran. Penegasan bahwa penciptaan dari tanah
bukan hanya monopoli Nabi Adam AS telah diungkapkan oleh
Rasullulah SAW seperti dibawah ini

Aku dan Adam adalah nabi yang diciptakan dari air dan tanah
liat.
(Ibn Arabi; dikutip dari buku Menakar Jiwa yang Suci)

Sesuai dengan QS 3:59, bahwa penciptaan Adam serupa dengan
Isa, karena Isa melalui proses kelahiran, maka Adampun pasti
melalui proses kelahiran juga. Esensi pada ayat tersebut bukan
pada kesamaan dari zat yang digunakan untuk dicipta, tetapi
kesamaan proses penciptaannya. Dari ayat ini saja, jelas sekali
bahwa penciptaan tidak melalui mekanisme secara abrakadabra.
Dan juga, arti Kun fayakun adalah proses.

Jika penciptaan dari tanah hanya dimonopoli Adam, maka kita
menutupi banyak kebenaran.
155
Bahwa Sunnah Allah tidak berubah, maka kita bisa menafsirkan
lebih universal sifat-sifat Allah
Bahwa arti Adam banyak memiliki makna terhadap arti
kemanusiaan kita semua, karena kemunculannya yang tidak
berbeda dengan kita. Begitu juga sebaliknya, arti tanah yang
tidak hanya diimiliki Adam memberikan arti yang luas juga bagi
kita semua.
Bahwa proses kelahiran bukanlah sesuatu yang bertentangan
dengan penciptaan, atau dengan kata lain bahwa kelahiran
adalah bagian dari penciptaan. Hal tersebut dipertegas bahwa
asal usul tanah bukanlah monopoli Nabi Adam a.s. Lantas
mengapa penciptaan harus dipertentangkan dengan evolusi
makhluk hidup? Atau mengapa kita tidak bisa menganggap
bahwa evolusi makhluk hidup bagian dari sunnahNya?
Bahwa tanah juga memiliki arti yang luas dan dapat membawa
kita ke kasadaran mistis yang seringkali diungkapkan kalangan
penganut sufisme.

Kemudian, bagaimana dengan arti tanah itu sendiri? Seperti halnya
Adam, maka tanah disinipun memiliki banyak arti.
Tanah berarti tanah itu sendiri. Sangat berbeda dengan teori
Harold Urey tentang kehidupan pertama dibumi yang
peristiwanya diluar laut, dan ditolak oleh kalangan ilmuwan
saat ini, karena bumi pada saat itu penuh dengan CO2
sehingga tidak memungkinkan makhluk hidup untuk bertahan
hidup. Sebuah teori lain menyebutkan bahwa kehidupan
pertama di bumi berasal dari debu (thin) vulkanik yang
dipancarkan dari bawah tanah didalam laut dengan suhu
ekstrem. Peristiwa tersebut sangat serupa dengan peristiwa
sperma (debu vulkanik) yang dipancarkan kedalam rahim
(laut). Adapun suhu ekstrem akibat aktifitas vulkanik tersebut
yang identik dengan neraka hawiyah yang merupakan asal
(umm) kita seperti dijelaskan pada ayat dibawah ini.

156
..! ,!> _
Maka tempat asalnya adalah neraka
Hawiyah. (QS 101:9)
Sesuai QS 32:8, Tanah adalah zat sebelum terbentuknya air
mani (nutfah), maka arti nutfah tersebut dapat berarti senyawa
protein. Hal tersebut adanya kemiripan empat jenis tanah
penyusun manusia, yaitu thin, turoob, shalshalin, dan ardh
dengan empat jenis senyawa protein (asam amino) yang
menyusun DNA , yaitu thianin (T), guanine (G), cytosin (C),
dan adenine (A).
Ibn Arabi menafsirkan arti bermacam-macamnya asal manusia
tersebut, yaitu air dan tanah yang bermacam-macam itu,
adalah bahwa asal jasad manusia bermacam-macam (dikutip
dari karyanya yang berjudul Menakar Jiwa yang Suci ). Sekali
lagi disini ditegaskan bahwa seorang sufisme di abad 12M telah
berfikir mendahului teori evolusi dari Darwin.
Air mani diproduksi oleh manusia dewasa, maka tanah juga
dapat berarti manusia dewasa. Karena tanah adalah benda
mati, maka hal ini memberikan pesan kepada kita bahwa
kedewasaan adalah kematian, berarti juga masa kanak-kanak
adalah kehidupan sesungguhnya. Kebebasan tanpa perasaan
dosa tidak dimiliki oleh orang dewasa. Inilah arti .Dia
mengeluarkan yang hidup dari yang mati (QS 6:95) yang
berarti anak-anak menjadi dewasa dan .kemudian kamu
dimatikan dan dihidupkannya kembali (QS 2:28) yang berarti
orang dewasa melahirkan anak-anak.
Selaras dengan arti tersebut diatas, sesuai QS 23:12-14, maka
tanah dapat ditafsirkan sebagai orangtua kita sendiri,
selanjutnya jika kita perhatikan ayat 14, maka menjadi
makhluk yang lain yaitu anak kita sendiri sesungguhnya adalah
diri kita sendiri. Kesatuan diri orangtua dan anak, membawa
arti baru hubungan dunia dan akhirat. Apabila Allah berpesan
kepada kita untuk mengutamakan kehidupan akhirat, maka
dapat ditafsirkan kita harus memikirkan kehidupan anak cucu
157
kita dimasa depan, karena mereka adalah diri kita sendiri.
Suatu bangsa harus memikirkan apa yang akan diwariskan
generasi bangsa berikutnya. Disinilah arti kunci yang sama
denga teori evolusi yaitu pewarisan terhadap generasi
berikutnya. Dengan demikian arti akhirat juga memiliki makna
lebih luas yaitu kesadaran berfikir jangka panjang (visioner).

Selain pemaknaan Adam dan tanah yang lebih luas, peristiwa
kejadian manusia individu juga memberikan arti yang lebih luas,
karena keidentikan dengan kejadian evolusi binatang menjadi
spesies manusia.
Sesuai dengan tabel kejadian manusia dan QS 23:12-14, maka
tidak ada substansi yang membedakan antara manusia,
binatang, tumbuhan, dan benda mati sekalipun. Hal ini sudah
dibuktikan dengan teori mekanika kuantum, biologi (teori
genetika dan evolusi), maupun pendapat kalangan sufisme
sekalipun. Inilah makna ayat Dialah yang menciptakan kamu
dari diri yang satu dan darinya diciptakan pasangannya (QS
7:189). Arti pasangannya tersebut tidak hanya berarti jenis
kelamin (pria-wanita) tetapi bisa juga memiliki arti yang
banyak, seperti: makhluk hidup benda mati, makhluk hidup
tidak berpindah (tumbuhan) makhluk hidup berpindah
(manusia & binatang), binatang tidak berakal binatang
berakal (manusia), dan seterusnya. Semuanya berasal dari diri
yang satu yaitu Allah Maha Esa.
Kesadaran bahwa kita berasal dari diri yang satu dengan
makhluk lainnya, memberikan pesan bahwa setiap setitik
perbuatan kita sangat berkaitan erat terhadap seluruh kejadian
di alam semesta ini dan di muka bumi ini.
Pengibaratan seperti ayat Sesungguhnya binatang yang paling
buruk disisi Allah ialah orang-orang kafir (QS 8:55),
menegaskan kepada kita bahwa kita berasal dari diri yang satu
dengan binatang. Bagaimana mungkin teguran itu disampaikan
bila kita memang berbeda substansi, karena perbedaan yang

158
disebut dalam ayat diatas hanyalah perbedaan sifat.
Kesadaran bahwa kita berasal dari diri yang satu dengan
makhluk lainnya, juga memberikan pesan kepada kita akan
perlunya penghargaan terhadap keberadaan makhluk lainnya,
seperti halnya kewajiban menjaga lingkungan, karena setiap
perbuatan kita akan mewariskan kepada semua makhluk di
alam ini. Inilah hakikat Rasullah SAW bahwa beliau diutus
sebagai rahmatan lil alamin.

!. ...l. | .- _,.l.-ll
Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS 21:107)


Rekonstruksi Peristiwa Kemunculan Nabi Adam AS

Kemudian bagaimana kita menafsirkan peristiwa kemunculan Nabi
Adam AS itu sendiri? Atau, siapakah Nabi Adam As? Konsekuensi
dari penafsiran seperti hal tersebut diatas, maka Nabi Adam AS
sebenarnyapun dilahirkan. Pandangan ini sesuai dengan
pemahaman penganut sufisme. Oleh karena itu, kita simak lebih
dahulu perbincangan Ibn Arabi dengan orang yang dijumpainya
dalam mimpi (kasyf)nya seperti dibawah ini.

Aku berjalan mengelilingi Kabah bersama-sama kelompok
manusia yang wajah-wajahnya tidak aku kenali. Mereka berkali-
kali mengucapkan dua baris syair, baris satu tentang yang
kuingat sedangkan baris yang lain ialah yang kulupakan. Satu
syair yang kuingat ialah demikian:
Bertahun-tahun kami berputar-putar, seperti kalian berputar,
mengelilingi Rumah (Kabah) ini, kita semua, masing-masing dari
kita
Seorang dari mereka berbicara kepadaku, menyebut dirinya
dengan nama yang aku sendiri tidak mengenalnya.
Dia berkata, Aku adalah salah seorang dari nenek moyangmu.
159
Aku bertanya kepadanya, Telah berapa lama anda meninggal?
Dia menjawab,Empat puluh ribu tahun dan sekian tahun.
Aku bertanya kepadanya,Adam sendiri tidak hidup selama itu
Dia menjawab, Adam mana yang anda bicarakan? Apakah anda
berbicara tentang orang terdekat anda, atau tentang orang
lain?
Kemudian aku kutip kembali hadits dimana Nabi SAW bersabda,
Tuhan menciptakan seratus ribu Adam. Nenek moyang itu
kepada siapa aku kembali boleh jadi hanya salah satu dari
mereka.

(Ibnu Arabi; dikutip dari Dunia Imajinal Ibnu Arabi, William C. Chittick, 2001)

Kemudian kita bandingkan penelitian terbaru tentang perjalanan
kehidupan awal spesies manusia (homo sapiens sapiens) yang
menyebutkan bahwa

Ras manusia (homo sapiens sapiens) pernah nyaris punah
sekitar 70.000 tahun yang lalu. Saat itu dipercaya terjadi krisis
yang mengakibatkan berkurangnya populasi manusia hingga
tinggal 2.000 orang. Artinya, dalam satu masa di waktu lampau
pernah terjadi suatu bencana alam, atau wabah penyakit yang
nyaris membuat kita batal memenuhi bumi.
(Peneliti dari Universitas Stanford, USA dan Russian Academy of Science, Rusia;
dikutip dari surat kabar harian Kompas 11 Juni 2003)
Sebagian besar paleontropolog dan pakar genetika sepakat,
manusia modern muncul 200.000 tahun lalu di Afrika. Fosil
pertama ditemukan di Omo Kibish, Ethiopia dan situs arkeologis
di Israel menyimpan bukti paling awal. Mereka punah 90.000
tahun lalu. Data genetic menunjukkan bahwa sekelompok kecil
manusia modern meninggalkan benua Afrika pada 70.000 hingga
50.000 tahun yang silam dan akhirnya mereka menggantikan
semua jenis manusia terdahulu, seperti orang Neanderthal.
(James Shreeve; dikutip dari majalah National Geographic Indonesia - Maret 2006 )
Pada 80.000 tahun yang lalu, populasi-populasi manusia modern
yang hidup di Skhul dan Qafzeh telah punah atau kembali ke
Afrika. Namun sekitar 45.000 tahun yang lalu, manusia-manusia
modern muncul kembali di Timur Tengah dan menundukkan
orang-orang Neandherthal.
(Steve Olson: Mapping Human History,2002)


160
Tulisan James Shreeve dan Steve Olson tersebut diatas merupakan
hasil penelitian genetika dari hasil seluruh ras manusia saat ini yang
menjelaskan perjalanan penyebaran manusia modern. Jadi, pernah
terjadi 2 gelombang penyebaran manusia modern keluar Afrika (Out
of Africa) yaitu sebelum 80.000 t.y.l yang kemudian punah atau
kembali ke Afrika, dan gelombang ke dua sekitar 70.000 s.d. 50.000
t.y.l. (James Shreeve) atau 45.000 t.y.l (Steve Olson) menuju
semenanjung Arab, baru kemudian menyebar keseluruh dunia.

Hal tersebut diatas memiliki beberapa keserupaan seperti yang
diungkapkan Ibnu Arabi. Pertama, lokasi tersebut sama dengan
bahwa Adam adalah sekelompok manusia yang beribadah
mengelilingi Kabah (lokasi: Arab). Sedangkan manusia modern dari
Arab dapat dianggap kelompok manusia awal yang menurunkan
kita semua saat ini, karena telah menggantikan (menyebabkan
punah) jenis manusia modern sebelumnya yang muncul dari Afrika
(200.000 t.y.l) dan juga menggantikan spesies manusia lainnya,
seperti Homo Neanderthal yang telah ada lebih dahulu ada di eropa
dan asia.

Sedangkan ungkapan Adam mana yang anda bicarakan? Apakah
anda berbicara tentang orang terdekat anda, atau tentang orang
lain? telah diperjelas dari hasil penelitian modern tersebut diatas,
bahwa manusia telah muncul dalam berbagai spesies spt (H.
Erectus, Neandherthal dan Sapiens) dan juga dua jenis manusia
modern (spt. Sebelum 80.000 t.y.l dan setelah 45.000 t.y.l.) yang
menununjukkan bahwa telah banyak Adam yang muncul. Walaupun
demikian, Adam yang terdekat kita saat ini adalah Adam yang
berasal dari semenanjung Arab. Kemudian ungkapan Tuhan
menciptakan seratus ribu Adam menunjukkan bahwa Adam tidak
hanya berarti satu individu, tetapi satu kaum atau umat.

!. l '_!.l | . :.> l.>! l .l 1,.
_. ., _.1l `., !., , _l.> _
Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka
161
berselisih. kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada
dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara
mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

Krisis populasi ras manusia modern yang terjadi sekitar 70.000
tahun yang lalu, dan dari hasil penelitan perjalanan manusia
berdasarkan genetika, seperti pada tulisan James Shreeve diatas,
juga mempertegas bahwa semua ras manusia saat ini berasal dari
satu umat. Walau berbeda alasan penyebab krisis populasi, Al
Quran telah memberi penjelasan penyebab krisis populasi tersebut,
yaitu perkelahian perebutan wilayah yang mengakibatkan
pertumpahan darah dengan jenis atau spesies manusia sebelumnya.

:| _! ., >.l.ll _.| _sl> _ _ ,l> l! `_->
!, _. ..`, !, ,`. ,!..] _> _,.. ..> '_.1. ,l
_! _.| `ls !. .l-. _
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui." (QS 2:30)

Mereka yang mendukung wawasan mengenai pergantian seluruh
maupun sebagian populasi manusia pramodern dengan manusia
modern menghadapi masalah yang menggelisahkan: Bagaimana
pergantian tersebut terjadi? Menurut Milford Wolpoff, scenario
semacam itu memaksa kita mengakui adanya pembantaian
missal (violent genocide).

(Richard leakey, Asal Usul Manusia, 2007)

Jika kita kembali menelaah tulisan Abdul Shabur Syahin (2004) yang
menerjemahkan makhluk pra manusia (sebelum Adam) adalah Al
Basyar, sedangkan manusia (sesudah Adam) adalah Al Insan dirasa
kurang tepat. Al Basyar dan Al Insan tidak tepat dibedakan secara

162
spesies tetapi dapat dibedakan secara jenis, Al Basyar bisa ditujukan
kepada manusia modern yang muncul dari Afrika, tetapi Al Insan
adalah manusia modern keturunan dari afrika yang telah eksodus ke
semenanjung Arab. Kesamaan spesies Al Basyar dan Al Insan, telah
diindikasikan oleh Al Quran, bahwa kedua jenis manusia modern
tersebut diciptakan dari zat yang sama yaitu thin dan shalsalin
seperti yang tertuang pada tabel 4. Berdasarkan cerita Adam di Al
Quran, maka Al Insan atau Adam itu sendiri dapat ditafsirkan
sebagai manusia modern yang memiliki pengalaman religius
pertama dan khalifah (wakil Allah) dimuka bumi. Sedangkan Nabi
Adam a.s. dapat saja ditafsirkan sebagai pemimpin kaum itu sendiri
dan yang memiliki ritual keagaaman pertama (thawaf pada kabah).
Sedangkan garis keturunan manusia saat ini boleh jadi tidak berawal
dari Nabi Adam a.s. tetapi semua umat manusia saat ini diyakini
melalui percampuran dari garis keturunan beliau, seperti yang
diungkapkan Ibn Arabi, bahwa Nenek moyang itu kepada siapa aku
kembali boleh jadi hanya salah satu dari mereka.



163

Renungan Kembali

Penolakan terhadap teori evolusi dalam sebagian kalangan
muslimin, sebenarnya terjadi karena perbedaan penafsiran ayat-ayat
Al Quran. Lebih spesifik lagi adalah penafsiran tentang penciptaan.
Oleh karena itu, dalam hal ini penulis mencoba menafsirkan dan
mendalami kembali ayat-ayat Al Quran secara tekstual. Penafsiran
tekstual tersebut dengan membandingkan arti ayat tersebut dengan
ayat-ayat yang lain. Setelah itu, penulis juga membandingkan
dengan penafsiran-penafsiran ulama-ulama Islam yang ada. Dalam
banyaknya penafsiran-penafsiran yang ada, penulis lebih memilih
tafsir yang dapat menyalurkan sifat ke-Ilahian yang paling universal.

Seringkali perbedaan-perbedaan pandangan timbul karena kita
kurang berusaha untuk memahami permasalahan secara lebih
mendetail. Selain itu, seringkali juga persepsi kitalah yang lebih
menonjol daripada perbedaan itu sendiri. Dalam buku ini,
perbedaan-perbedaan tersebut semaksimal mungkin penulis sajikan,
mulai dari permasalahan evolusi, penciptaan, ke-Tuhan-an, hingga
perbedaan penafsiran Al Quran.

Penolakan Teori Evolusi seperti yang dilakukan oleh Harun Yahya,
secara umum karena Teori Evolusi terlalu dilekatkan dengan Charles
Darwin. Sehingga pandangan Charles Darwin yang atheis, secara
serampangan disamakan bahwa Teori Evolusi adalah pandangan
atheis. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi. Karena, teori
Evolusi, seperti halnya teori-teori yang lain juga mengalami
perubahan-perubahan. Oleh karena itu, kita sebagai muslimin bisa
saja berpeluangan untuk memodifikasi teori tersebut untuk
mempertahankan keyakinan kita. Hal ini sebenarnya terlihat dari
pengembangan terbaru dalam teori evolusi itu sendiri, bahwa
evolusi makhluk hidup tidak hanya bersandarkan pada seleksi alam

164
(teori Darwin) tetapi juga mutasi, genetic drift, dan genetic flow.

Mengapa teori evolusi merupakan pandangan atheis sulit diterima?
Karena banyak tokoh-tokoh muslim abad pertengahan yang
merepresentasikan evolusi makhluk hidup dengan tanpa terganggu
keimanannya. Bahkan ajaran-ajaran mereka diajarkan disekolah-
sekolah pada saat itu.

Alasan kedua penolakan teori evolusi, yang juga merupakan
pandangan umum muslimin saat ini, adalah disebabkan penafsiran
penciptaan yang tidak tepat. Pertama, karena mencipta sebagai
sifat Ilahi disetarakan dengan aktifitas manusia yang terlingkup
ruang dan waktu. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan Charles
Darwin itu sendiri ketika memperhatikan burung finch di pulau
Galapagos, yaitu Seandainya semua ini diciptakan dengan ukuran
yang tepat, maka seharusnya semua burung tersebut adalah sama
disemua tempat, tetapi mengapa terdapat variasi-variasi pada
burung-burung tersebut?. Jadi, dalam hal ini penafsiran Charles
Darwin dan Harun Yahya tentang penciptaan sebenarnya sama.
Karena Charles Darwin tidak menemukan jawaban, maka beliau
menjadi atheis, sebaliknya Harun Yahya dalam karya-karyanya
menjawab pertanyaan tersebut diatas dengan penafsiran penciptaan
yang tidak tepat, sehingga merusak sifat-sifat ke-Ilahi-an.

Kedua, kerena penafsiran mencipta juga dikaitkan dengan
keberadaan makhluk yang juga terlingkup ruang dan waktu. Karena
makhluk berawal dan berakhir, maka penciptaan juga berawal dan
berakhir. Padahal, penciptaan itu bukanlah peristiwa abrakadabra
ataulah peristiwa yang terpotong-potong oleh ruang dan waktu.
Penciptaan adalah peristiwa tak berawal dan berakhir sekaligus yang
awal dan akhir. Oleh karena itu bersifat kontinyu dan abadi.
Penciptaan tersebut dapat disebut Kemenjadian Abadi.

Karakteristik Kemenjadian Abadi seperti tersebut diatas sulit
diakomodir dalam teori Kreasionis ataupun Intelligent Design.
Berbeda dengan teori evolusi yang justru mampu menyerap
karakteristik penciptaan universal atau kemenjadian abadi, karena
165
evolusi makhluk hidup memiliki beberapa karakteristik seperti
dibawah ini:
Perubahan yang berlangsung terus menerus.
Kesamaan asal usul bagi seluruh makhluk hidup.
Pewarisan.

Alasan ketiga penolakan teori Evolusi, yang juga merupakan
pandangan umum muslimin saat ini, adalah menempatkan manusia
sebagai makhluk yang lebih mulia dibandingkan binatang atau
makhluk lainnya. Sehingga menolak kesamaan asal usul manusia
dan binatang. Hal tersebut dipicu karena penafsiran ayat-ayat
tentang:
Pengangkatan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
(QS 2:30)
Diperintahkannya para malaikat untuk tunduk pada Nabi Adam
as. (QS 2:34)
Disampaikannya amanah kepada manusia, yang gunung tak
sanggup menerimanya. (QS 59:21)

Padahal, apabila kita menafsirkan peristiwa Nabi Adam a.s. adalah
seperti halnya peristiwa setiap individu manusia pada periode anak-
anak, maka pengangkatan manusia sebagai khalifah dimuka bumi
adalah bagaikan cita-cita orangtua kepada anaknya. Sedangkan
ketertundukan malaikat, adalah bagaikan ketertundukan lingkungan
dan orangtua sebagai ungkapan kasih sayang terhadap anaknya,
seperti halnya: pengasuhan, perlindungan, pengajaran, pendanaan,
dan lain-lain sebagainya.

Demikian juga penafsiran tentang ketakberdayaan gunung
menerima amanah sehingga gunung tersebut meletus. Sama sekali
tidak mengindikasikan bahwa kita tidak lebih mulia daripada
gunung. Kondisi meletusnya gunung justru menunjukkan kesadaran
fana menghadapi amanah yang disampaikan, sedangkan manusia,
karena belum memiliki kesadaran fana maka mau menerima
amanah tersebut. Bumi telah bertasbih kepada Allah lebih dari 4
milyar tahun, sedangkan manusia dilahirkan dan dilayani oleh bumi
baru 200.000 tahun, masihkah kita mengklaim lebih mulia dari

166
bumi?

Jadi, ayat-ayat Quran yang membicarakan hal tersebut diatas tidak
memperlihatkan bahwa kita lebih istimewa dari makhluk yang lain.

Dalam memahami evolusi makhluk hidup dengan mengubah
penafsiran penciptaan ala kreasionis dengan kemenjadian abadi,
ternyata memiliki kesamaan dengan pandangan-pandangan
sufisme. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa banyak tokoh-
tokoh sufisme terutama pada abad pertengahan yang yang sejalan
dengan teori evolusi makhluk hidup. Dalam hal ini kita tidak hanya
melihat kesamaan tetapi sebaliknya, kita bisa memahami sufisme
melalui bukti-bukti ilmiah. Beberapa terminologi sufisme seperti:
fana, zuhud, wahdatul wujud, kesatuan dunia dan akhirat, dapat
dipahami melalui evolusi makhluk hidup. Bahkan sebagian kalangan
sufisme memahami wahdatul wujud adalah kesadaran mistisme
dalam tataran ide bukanlah dalam realitas, tetapi evolusi makhluk
hidup membuktikan sebaliknya.

Penulis telah membuktikan bahwa penafsiran penciptaan ala
kreasionis tidak bisa menyalurkan sifat-sifat ke Ilahi-an yang
universal. Bahkan dalam persoalan-persoalan yang lebih mendetail
penafsiran tersebut menggiring sifat-sifat Ilahi yang saling
bertabrakan. Sebaliknya, penafsiran penciptaan ala kemenjadian
abadi seperti halnya penafsiran kalangan filosof dan sufisme, lebih
bisa menampilkan sifat-sifat ke Ilahi-an yang lebih universal.
Penafsiran penciptaan ala kemenjadian abadi dapat mengakomodir
teori evolusi. Tetapi, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
menerima teori evolusi menimbulkan konsekuensi dari pemahaman-
pemahaman yang tidak konvensional.

Menerima teori evolusi juga berarti menafsirkan kembali Adam si
manusia pertama, Tanah, dan Surga tempat awal Adam. Dalam hal
ini, penulis melakukan multitafsir pada setiap skala ruang. Adam
tidak hanya seorang individu Nabi yang merupakan insan pertama,
tetapi juga awal spesies manusia, awal rangkaian evolusi makhluk
hidup menuju manusia, dan juga awal proses setiap individu
167
manusia. Demikian juga tentang tanah, yang berarti tanah itu
sendiri, tetapi juga berarti senyawa kimia protein yang mengawali
evolusi makhluk hidup, dan juga berarti kode genetika yang dibawa
orangtua setiap individu. Demikian juga arti keluar dari surga, yang
dapat diartikan keluar dari laut dalam evolusi makhluk hidup, juga
berarti out of africa dalam peristiwa evolusi hominid menuju homo
sapiens, juga berarti keluar dari rumah orangtua menuju ke
mandirian pada setiap individu manusia, dan juga berarti keluar dari
rahim ibu. Dalam hal ini Rumi menafsirkan tidak sebagai keluar
tetapi sebagai perpindahan dari rahim satu ke rahim yang lain,
karena kita tidak terlepas dari kasih sayangNya.

Sebagai catatan yang perlu diperhatikan, bahwa kesamaan
pandangan evolusionis antara sufisme dan ilmuwan bukanlah tidak
ada perbedaannya. Perbedaan ini nampak pada perspektifnya.
Ilmuwan memandang evolusi adalah penghasil perbedaan atau
variasi. Sebaliknya, sufisme memandang evolusi adalah perjalanan
diri yang satu dalam berbagai tahap. Jadi, sesungguhnya sufisme
memiliki pandangan kesatuan yang lebih kuat terhadap
lingkungannya. Tetapi, mengapa umat Islam kurang intens dalam
perhatiannya terhadap lingkungan dibandingkan dunia barat? Hal ini
haruslah merupakan sebuah koreksi diri sebagai umat Islam.

Catatan lain yang perlu dipertimbangkan adalah metode penafsiran
Al Quran dengan multitafsir yang banyak penulis lakukan.
Merupakan konsekuensi dari pengadopsian penafsiran penciptaan
yang terjadi berlangsung terus menerus dan kontinyu tanpa jeddah,
dan juga penciptaan yang selalu berulang (QS 21:104). Begitu juga
sebagai konsekuensi sifatNya yang awal dan akhir serta zhahir dan
bathin. Selain itu, penafsiran dengan multitafsir ini juga membawa
kita mudah memahami istilah wahdatul wujud yang didengungkan
kaum sufisme.

Menyadari sepenuhnya bahwa karya ini pastilah terdapat
kekurangan, masih mungkin untuk penafsiran-penafsiran lain
asalkan mampu lebih menunjukkan sifat ke Ilahi-an yang lebih
universal. Karya ini juga diakui masih menyisakan pemikiran-

168
pemikiran yang lebih lanjut yang tidak cukup tuntas tertuang dalam
karya ini, seperti halnya: arti ruh, akhirat, kiamat, ataupun
kebangkitan Nabi Isa di akhir zaman.

Alhamdulillahi Robbil Alamin
169

Referensi

Daftar Pustaka

Abdul Qadir Al Jailani, Rahasia di Balik Rahasia, Terjemahan, Risalah
Gusti, 2002.
Abdul Shabur Syahin, Dr., Adam Bukan Manusia Pertama?,
Republika, 2004.
Agus Purwadianto, dkk., Jalan Paradoks, Teraju, 2004.
Ahmad Marconi, Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pustaka
Jaya, 2003.
Albert Einstein, Relativitas: Teori Khusus dan Umum, Terjemahan,
KPG, 2005
Albert Einstein, The Imagination is More Important than Knowledge,
Terjemahan cet. IV., Instink Publishing, 2006.
Alfred North Whitehead, Sains dan Dunia Modern, Terjemahan,
Nuansa, 2005.
Anand Krisnha, Masnawi 3: Bersama Jalaluddin Rumi Menggapai
Kebijaksanaan, Gramedia, 2000.
Bahauddin Walad, Maarif, Terjemahan, One Earth Media, 2004.
Charles Darwin, The Origin of Species, Terjemahan, Yayasan Obor
Indonesia, 2003.
David Burnie, Evolusi, Terjemahan, Erlangga, 2005.
Dean Hamer, Gen Tuhan, Terjemahan, Gramedia, 2006.
Fakhruddin Iraqi, Lamaat, Terjemahan, Gramedia Pustaka Utama,
2001.
Fritjof Capra, The Tao of Physics, Terjemahan, Jalasutra, 2000.
Harun Yahya, Hakikat Dibalik Materi, Terjemahan, Risalah Gusti,
2005.
Harun Yahya, Keajaiban Dalam Atom, Terjemahan, Dzikra, 2003.
Harun Yahya, Keruntuhan Teori Evolusi, Terjemahan, Dzikra, 2001.

170
Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, Terjemahan, Dzikra, 2003.
Harun Yahya, Rahasia DNA, Terjemahan, Dzikra, 2003.
Harun Yahya, Runtuhnya Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan,
Terjemahan, Risalah Gusti, 2003.
Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan, Terjemahan, Mizan, 2002.
Ibnu Arabi, Fushus Al Hikam: Mutiara Hikmah 27 Nabi, Terjemahan,
Penerbit Islamika, 2004.
Ibnu Arabi, Menakar Jiwa Yang Suci, Terjemahan, Hikmah, 2003.
Ibnu Arabi, Misteri Kun, Terjemahan, Risalah Gusti, 2005.
Ibnu Arabi, Risalah Kemesraan, Terjemahan, Serambi Ilmu Semesta,
2005.
Jalaluddin Rumi, Fihi Ma Fihi, Terjemahan, Risalah Gusti, 2004.
John C. Avis, The Genetic Gods, Terjemahan, Serambi Ilmu
Semesta, 2007.
John F. Haught, God After Darwin, Terjemahan, Ikon Teralitera,
2003.
Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, Terjemahan, Mizan, 2001.
Kazuo Murakami, Ph.D., The Devine Message of The DNA,
Terjemahan, Mizan, 2007.
M.T. Misbah Yazdi, Jagad Diri, Terjemahan, Al Huda, 2006.
Matt Ridley, Genom, Terjemahan, Gramedia, 2005.
Maurice Bucaille, Dr., Asal Usul Manusia, Terjemahan cet. II., Mizan,
1987.
Mehdi Hairi Yazdi, Menghadirkan Cahaya Tuhan, Terjemahan,
Mizan, 2003.
Michel Chodkiewiez, Konsep Ibn Arabi tentang Kenabian dan Aulia,
Terjemahan, Raja Grafindo Persada, 1999.
Michel Talbot, Mistisme & Fisika Baru, Terjemahan, Pustaka Pelajar,
2002.
Muhammad Shadiq Arjoun, Sufisme: Sebuah Refleksi Kritis,
Terjemahan, Pustaka Hidayah, 2003.
Muhammad Utsman Najati, Dr., Jiwa dalam Pandangan Para Filosof
Muslim, Terjemahan, Pustaka Hidaya, 2002.
Mulla Shadra, Manifestasi-Manifestasi Ilahi, Terjemahan, Pustaka
Hidayah, 2004.
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius, Erlangga, 2007.
Murtadha Muthahhari, Filsafat Hikmah, Terjemahan, Mizan, 2002.
171
Peter Ackyord, The Beginning: Voyages Through Time, Dorling
Kidersley, 2003.
Reynold A. Nicholson, Jalaluddin Rumi, Terjemahan cet. V., Pustaka
Firdaus, 2005.
Richard Dawkins, Sungai dari Firdaus, Terjemahan, KPG, 2005.
Richard Leakey, Asal Usul Manusia, Terjemahan cet. II.,
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 2007.
Robin Dunbar, The Human Story, Faber and Faber Limited, 2004.
Sachiko Murata, The Tao of Islam, Terjemahan Cet. IX., Mizan,
2004.
Seyyed Hossein Nasr, Antar Tuhan, Manusia, dan Alam,
Terjemahan, IRCiSoD, 2003.
Seyyed Mohsen Miri, Dr., Sang Manusia Sempurna: Antara Filsafat
Islam dan Hindu, Terjemahan, Teraju, 2004.
Sibawaihi, Eskatologi Al Ghazali dan Fazlur Rahman, Penerbit
Islamika, 2004.
Squire Russel, When God Wink, Terjemahan, Gramedia, 2004.
Stephen W. Hawking, Riwayat Sang Kala, Terjemahan Cet. III,
Pustaka Utama Grafiti, 1994.
Stephen W. Hawking, Teori Segala Sesuatu: Asal Usul dan
Kepunahan Alam Semesta, Terjemahan Cet. II, Pustaka
Pelajar, 2005.
Steven T. Katz, dkk., Mysticism and Philosophical Analysis,
Terjemahan, Unggun Religi, 2004.
T. Jacob Ms., M.D., Prof., Dr., dkk., Evolusi Manusia dan Konsepsi
Islam, Risalah, 1984.
Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ, Cet. II., Mizan, 2003.
Will Johnson, Rumi: Menatap Sang Kekasih, Terjemahan, Serambi
Ilmu Semesta, 2005.
William C. Chittick, Dunia Imajinal Ibnu Arabi, Terjemahan cet. II.,
Risalah Gusti, 2001.
William C. Chittick, The Sufi Path of Knowledge, Terjemahan cet. II,
Qalam, 2007.



172
External Link

http://en.wikipedia.org/wiki/Human_evolution
http://en.wikipedia.org/wiki/Early_Homo_sapiens
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_evolutionary_thought
http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_evolution
http://en.wikipedia.org/wiki/Intelligent_design
http://en.wikipedia.org/wiki/Evolution_of_the_eye
http://en.wikipedia.org/wiki/Evolution
http://en.wikipedia.org/wiki/Evidence_of_common_descent
http://en.wikipedia.org/wiki/Genetic_drift
http://en.wikipedia.org/wiki/Genetic_flow
http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_human_evolution
http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_Golden_Age
http://en.wikipedia.org/wiki/Tiktaalik
http://cas.bellarmine.edu/tietjen/Evolution/Hominids/Hominid
Preview.pdf
http://news.yahoo.com/ tgl 1 Februari 2008
http://news.bbc.co.uk/ tgl 27 Desember 2007
http://www.gennet.org/

Anda mungkin juga menyukai