Anda di halaman 1dari 69

U

nt
uk
Pe
nu
lis
Tinta Medina
Solo
Untaian Nasihat Imam syafi‘i
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah
Dr. Bambang irawan, M.A.

Editor: M. Roichan Firdaus


Desain Sampul dan Isi: Dian Nurwendah
Penata Letak Isi: Diyantomo
Proofreader: Hartanto

is
Cetakan Pertama: Maret 2017

l
nu
Tinta Medina, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Jln. Dr. Supomo, No. 23, Solo 57141
Tel. (0271) 714344, Faks. (0271) 713607
Pe
http://www.tigaserangkai.com
e-mail: tspm@tigaserangkai.co.id
Penerbit Tiga Serangkai @Tiga_Serangkai
uk

Anggota IKAPI
Irawan, Bambang
nt

Untaian Nasihat Imam Syafi‘i: Gerbang Kebahagiaan, Kearifan,


Inspirasi, dan Muhasabah/Bambang Irawan
Cetakan 1–Solo
U

Tinta Medina, 2016


x, 222 hlm.; 21 cm
ISBN: 978-602-0894-56-0
1. Religi I. Renungan
©Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved
Dicetak oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Pengantar Penerbit

S
egala puji bagi Allah, Yang Mahakuasa atas segala
sesuatu, Yang Maha Menciptakan segala yang ada
di langit dan di bumi. Allah Maha Membolak-balikkan
hati manusia. Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke
dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan
atas keimanan mereka (yang telah ada). Milik Allah-lah bala
tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana.

Shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah saw.


yang telah menyelamatkan umat manusia dari lembah
kegelapan menuju lembah terang benderang yang
penuh hidayah. Tidak lupa pula kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan para pengikutnya sampai hari kiamat
kelak.

Jika ditinjau dari segi aspek keilmuan, bahwasanya


Imam Syafi‘i rahimahullâh adalah salah satu dari Imam 4
Mazhab. Ia adalah pendiri dari Mazhab Syafi‘i dalam fiqih
Islam serta pendiri dan penggagas ilmu ushul fiqih. Ia juga
merupakan imam di bidang ilmu hadits dan ilmu tafsir. Ia
pernah menjabat sebagai hakim (qadhi) serta dikenal akan
kecerdasan dan keadilannya. Selain itu, ia adalah seorang
penyair yang sangat ahli di bidang sastra Arab.

Pembaca yang dirahmati oleh Allah SWT, alhamdulillah


atas izin Allah SWT, pada kesempatan ini, kami kembali
menghadirkan buku baru yang berjudul ”UNTAIAN
NASIHAT IMAM SYAFI‘I” karya Dr. Bambang Irawan,
M.A. Dalam buku ini kita akan mengenal wasiat-wasiat
sufistik (nasihat-nasihat) Imam Syafi‘i rahimahullâh tentang

is
berbagai kiat hidup bahagia, sukses, sehat, dan tentu
saja rahasia spiritual bagaimana menjadi manusia yang

l
nu
didambakan dan dicintai oleh Allah SWT. Semoga buku ini
dapat menjadi pendorong, penguat, dan pendongkrak bagi
kita agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Pe
Sebagai penutup, perkenankanlah kami mengucapkan
terima kasih kepada penulis yang telah memercayakan
karyanya ini untuk kami terbitkan. Kami memohon kepada
uk

Allah SWT semoga penulis memperoleh balasan kebaikan


yang berlimpah dari-Nya atas hasil karyanya ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang setia
nt

membaca buku-buku terbitan kami. Semoga hadirnya buku


ini membawa keberkahan untuk penulis, penerbit, dan
U

seluruh pembaca tercinta.

Selamat membaca!

Tinta Medina

vi
Prakata

P
enulis mengucapkan syukur alhamdulillah ke hadirat
Allah SWT. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan buku ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada
suri teladan kita, Nabi Muhammad saw.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima


kasih kepada Ayahanda H. Rd. Endang Supardi (Alm.) dan
Ibunda Hj. Nurmina Harahap (Almh.) yang dengan penuh
kasih sayang dan kesabaran serta pengorbanan mengasuh,
membimbing, dan mendidik penulis, sehingga penulis
dapat menempuh jenjang pendidikan S3 dan mengerti arti
pentingnya ilmu pengetahuan. Semoga buku ini menjadi
obat dan amal jariah segala pengorbanan kedua orang tua
penulis.

Penghargaan dan terima kasih yang khusus tentu


penulis sampaikan kepada istri tercinta, Jamiliah, S.Pd.I.,
yang senantiasa menemani dan mendampingi penulis
dalam suka dan duka. Tanpa pengorbanan, dukungan, dan
pengertian sebagai seorang istri dan ibu dari dua putra kami,
Elzandi Irfan Zikra Irawan dan Elzidni Alfi Isyroqy Irawan,
dalam menciptakan suasana rumah tangga yang damai dan
kondusif, tentu buku ini akan sulit terselesaikan. Demikian
pula, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak
dan Ibu Mertua, Ayahanda Jakfar dan Ibunda Rusmi, yang
telah memberi dorongan semangat dan doa agar penulis
senantiasa berkarya.

Penulis juga sangat berutang budi dan berterima kasih


yang sebesar-besarnya kepada Penerbit Tiga Serangkai

is
yang sangat sabar menunggu dari awal proses penulisan

l
hingga penyelesaian akhir. Meski sempat beberapa kali

nu
tertunda karena kesibukan penulis, akhirnya berkat izin
Allah SWT buku ini dapat diselesaikan meskipun masih
sangat jauh dari sempurna.
Pe
Penulis mengharapkan, mudah-mudahan kehadiran
buku ini bisa menjadi pencerah bagi kita semua, baik untuk
diri penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya.
uk

Penulis juga berharap, buku ini akan memberi Anda sebuah


peta yang bisa diandalkan dalam memahami hakikat.
nt

Isi buku ini merujuk pada berbagai sumber dan diupaya­


kan untuk diperkaya. Karena itu, penulis mengharapkan
sumbang saran dari pembaca untuk penyempurnaan buku
U

ini. Akhirnya penulis berharap, buku ini memberi kontribusi


positif dalam memperkaya spiritualitas dan meningkatkan
potensi spiritual masyarakat kita. Amin.

Dr. Bambang Irawan, M.A.

viii
Daftar Isi
v PENGANTAR PENERBIT

vii PRAKATA

ix DAFTAR ISI

1 SEJARAH HIDUP IMAM SYAFI‘I

1 Masa Kecil dan Pendidikannya

5 Keistimewaannya dalam Pengetahuan

8 Tasawuf dan Spiritualitas Imam Syafi‘i

19 Urgensi Spiritualitas Imam Syafi‘i di Era Modern

33 NASIHAT #1: AKHLAK YANG BAIK

46 NASIHAT #2: MENUNTUT ILMU DAN RAIH PRESTASI

59 NASIHAT #3: HASAD

65 NASIHAT #4: MAHABBATULLAH

76 NASIHAT #5: MENJAGA LISAN


84 NASIHAT #6: INGIN BAHAGIA?

88 NASIHAT #7: JANGAN TERTIPU DUNIA

94 NASIHAT #8: KEDERMAWANAN

115 NASIHAT #9: PRIBADI YANG KUAT DAN CERDAS

123 NASIHAT #10: QANA‘AH

138 NASIHAT #11: RIDHA DENGAN TAKDIR

is
146 NASIHAT #12: SABAR TERHADAP KEJAHATAN ORANG LAIN

l
nu
161 NASIHAT #13: SELALU INGAT MATI

169 NASIHAT #14: TAKWA


Pe
176 NASIHAT #15: TAWADUK

201 NASIHAT #16: DZIKIR DAN DOA

209 NASIHAT #17: ZUHUD


uk

217 PENUTUP
nt

219 DAFTAR PUSTAKA


U

221 TENTANG PENULIS

x
Sejarah Hidup Imam Syafi‘i

Masa Kecil dan Pendidikannya

N
ama besar Imam Syafi‘i rahimahullâh tentu sudah
tidak asing lagi di dunia muslim, baik di Timur Tengah,
Indonesia, maupun Asia Tenggara. Ketokohannya
sudah tidak diperselisihkan umat Islam. Hanya saja, umat
sepertinya lebih mengenal ia sebagai pakar hukum Islam
dan peletak dasar Ilmu Ushul Fiqih, sementara aspek
kehidupannya yang lain—bahkan yang lebih penting—belum
banyak terekspos di tengah khalayak dunia muslim.

Mayoritas kaum muslim di Indonesia menganut dan


berpegang kepada mazhab Imam Syafi‘i, ulama yang lahir di
Gaza pada tahun 150 Hijriah dan wafat di Mesir pada tahun
204 Hijriah. Ketika usianya mencapai dua tahun, ibunya
mengajak pindah ke Hijaz, Yaman. Akan tetapi, saat usianya
telah mencapai sepuluh tahun, ibunya mengajak pindah ke
Makkah.

Sejak kecil Imam Syafi‘i rahimahullâh hidup dalam ke­


miskinan. Pada waktu ia diserahkan ke bangku pendidikan,
para pendidik tidak memperoleh upah dan mereka hanya
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

ikhlas dan fokus pada pengajaran. Akan tetapi, setiap kali


seorang guru mengajarkan sesuatu kepada murid-murid,
terlihat Syafi‘I kecil memang kelihatan menonjol. Dengan
ketajaman pikiran yang dimilikinya, ia mampu menangkap
semua perkataan serta penjelasan gurunya. Setiap kali
gurunya berdiri untuk meninggalkan tempatnya, Syafi‘i kecil
bahkan dapat mengajarkan kembali apa yang ia dengar dan
pahami kepada anak-anak yang lain. Untuk kemampuannya

is
ini, Syafi‘i kecil mendapatkan upah. Sesudah usianya
menginjak ke tujuh tahun, Syafi‘i telah berhasil menghafal

l
Al-Qur’an dengan baik.

nu
Di Kota Makkah tersebut, Imam Syafi‘i rahimahullâh
ikut bergabung bersama teman-teman sebaya belajar
Pe
memanah dengan tekun dan penuh semangat sehingga
kemampuannya mengungguli teman-teman yang lainnya.
Ia mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam bidang
ini, hingga sepuluh anak panah yang dilemparkan, sembilan
uk

di antaranya tepat mengenai sasaran dan hanya satu yang


meleset.
nt

Setelah itu, ia mempelajari tata bahasa Arab dan syair


sampai ia memiliki kemampuan yang sangat menakjubkan
U

dan menjadi orang yang terdepan dalam cabang ilmu


tersebut. Kemudian, tumbuhlah di dalam hatinya rasa cinta
pada ilmu agama, maka ia pun mempelajari dan menekuni
serta mendalami ilmu yang agung tersebut, sehingga ia
menjadi pemimpin dan imam atas orang-orang.

Imam Syafi‘i rahimahullâh bercerita, ”Saat kami


mengkhatamkan Al-Qur’an dan memasuki masjid, kami

2
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

duduk di majelis para ulama. Kami berhasil menghafal


beberapa hadits dan beberapa masalah fiqih. Pada waktu
itu, rumah kami berada di Makkah. Kondisi kehidupan kami
sangat miskin. Kami tidak memiliki uang untuk membeli
kertas, tetapi kami mengambil tulang-tulang sehingga dapat
kami gunakan untuk menulis.”

Pada saat berusia tiga belas tahun, ia juga mem­


perdengarkan bacaan Al-Qur’an kepada orang-orang yang
berada di Masjidil Haram. Ia memiliki suara yang sangat
merdu. Suatu ketika Imam Hakim menceritakan hadits yang
berasal dari riwayat Bahr bin Nashr, bahwa dia berkata, ”Jika
kami ingin menangis, kami mengatakan kepada sesama
teman, ’Pergilah kepada Syafi‘i!’ Jika kami telah sampai di
hadapannya, ia memulai membuka dan membaca Al-Qur’an,
sehingga manusia yang ada di sekitarnya banyak yang
berjatuhan di hadapannya lantaran kerasnya menangis.
Kami terkagum-kagum dengan keindahan dan kemerduan
suaranya, sedemikian tinggi ia memahami Al-Qur’an,
sehingga sangat berkesan bagi para pendengarnya.”

Di penghujung hayatnya, Imam Syafi‘i rahimahullâh


terkena wasir akut, hingga terkadang jika ia naik kendaraan,
darahnya mengalir mengenai celananya bahkan mengenai
pelana dan kaus kakinya. Wasir ini benar-benar menyiksanya
selama hampir empat tahun. Ia menanggung sakit bahkan
saat menyusun kompilasi ijtihadnya yang baru di Mesir.
Dalam kondisi sakit itu, Imam Syafi‘i rahimahullâh tetap
mampu menghasilkan empat ribu lembar kumpulan fatwa
dan ijtihadnya. Selain itu, ia juga terus mengajar, meneliti,

3
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

dan berdialog serta mengkaji ilmu tanpa henti baik siang


maupun malam.

Pada suatu hari, jelang wafatnya, muridnya, al-Muzani,


masuk menghadap dan berkata, ”Bagaimana kondisi Anda,
wahai guru?” Imam Syafi‘i menjawab, ”Aku telah siap
meninggalkan dunia, meninggalkan keluarga, para saudara,
dan teman. Sesaat lagi aku akan meneguk minuman
kematian (itu diucapkannya tanpa berhenti berdzikir

is
menyebut asma Allah). Sungguh, demi Allah, aku tak tahu
apakah jiwaku akan berjalan menuju surga sehingga perlu

l
nu
aku ucapkan selamat atau sedang menuju neraka sehingga
aku harus berkabung?”
Pe
Setelah itu, ia melihat di sekelilingnya seraya berkata
kepada mereka, ”Jika aku meninggal, pergilah kalian
kepada wali (penguasa) dan mintalah kepadanya agar mau
memandikanku.” Lalu sepupunya berkata, ”Kami akan turun
uk

sebentar untuk shalat.” Imam Syafi‘i menjawab, ”Pergilah


dan setelah itu duduklah di sini menunggu keluarnya
ruhku.” Setelah keluarga dan murid-muridnya shalat, sang
nt

imam bertanya, ”Apakah kalian sudah shalat?” Mereka lalu


menjawab, ”Sudah.” Ia minta segelas air. Setelah meneguk
U

air itu barulah kemudian ia wafat. Imam Syafi‘i wafat pada


malam Jum‘at menjelang subuh pada hari terakhir bulan
Rajab pada tahun 204 Hijriah atau tahun 809 Miladiyyah
pada usia 52 tahun.

Tidak lama setelah kabar kematiannya tersebar di Mesir


hingga kesedihan dan duka melanda seluruh warga, mereka
semua keluar dari rumah dan ingin membawa jenazah di

4
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

atas pundak, karena dahsyatnya kesedihan yang menempa


mereka. Tidak ada perkataan yang terucap saat itu selain
permohonan rahmat dan ridha untuk yang telah pergi.
Jenazahnya kemudian dibawa dan dikuburkan. Di sana
juga dibangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid asy-
Syafi‘i . Penduduk Mesir terus menerus menziarahi makam
sang imam sampai 40 hari 40 malam. Setiap peziarah tidak
mudah sampai ke makamnya karena banyaknya peziarah.

Keistimewaannya dalam Pengetahuan


Imam Syafi‘i dikenal sebagai ulama yang sederhana
dan rendah hati. Karakter inilah yang membuat dirinya
dipandang istimewa dan spektakuler serta layak mendapat
penghormatan tinggi dan pujian dari semua orang, baik
ilmuwan maupun awam.

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullâh ber­kata,


”Sesungguhnya Allah telah menakdir­kan pada
setiap seratus tahun ada seseorang yang akan
mengajarkan sunnah dan akan menyingkirkan
para pendusta terhadap Rasulullah saw.
Kami berpendapat pada seratus tahun yang
pertama Allah menakdirkan Umar bin Abdul
Aziz dan pada seratus tahun berikutnya Allah
menakdirkan Imam asy-Syafi‘i.”

5
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Abu Dubais berkata, ”Kami pernah bersama Ahmad


bin Hambal di Masjid Jami‘ yang berada di Kota Baghdad,
yang dibangun oleh al-Manshur. Kami lalu datang menemui
Karabisy seraya bertanya, ’Bagaimana menurutmu tentang
Syafi‘i?’” Kemudian dia menjawab, ”Sebagaimana apa yang
kami katakan bahwa ia memulai dengan Kitab (Al-Qur’an),
Sunnah, serta ijma’ para ulama. Kami orang-orang terdahulu
sebelum ia tidak mengetahui apa itu Al-Qur’an dan Sunnah

is
sehingga kami mendengar dari Imam Syafi‘i tentang apa itu
Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’.”

l
nu
Humaidi berkata, ”Suatu ketika kami ingin mengadakan
perdebatan dengan kelompok rasionalis. Kami tidak
mengetahui bagaimana cara mengalahkannya. Kemudian
Pe
Imam Syafi‘i datang kepada kami sehingga kami dapat
memenangkan perdebatan itu.” Imam Ahmad bin Hambal
rahimahullâh berkata, ”Kami tidak pernah melihat seseorang
yang lebih pandai dalam bidang fiqih (faqih) terhadap Al-
uk

Qur’an daripada pemuda quraisy ini, dia adalah Muhammad


bin Idris asy- Syafi‘i.”
nt

Dalam berdebat tentang berbagai hal, Imam Syafi‘i


dikenal sangat santun dan bersahaja serta terlihat sekali
U

keluasan ilmunya. Salah satu sahabat Imam Syafi‘i, dia


berkata, ”Aku tidak melihat orang berakal melebihi Syafi‘i.
Aku mendebatnya tentang suatu masalah pada suatu
hari. Kemudian kami berpisah, lalu ia menemuiku dan
menggandeng tanganku seraya berkata, ”Wahai Abu Musa,
bukankah lebih baik kita tetap berteman walau kita tidak
sepakat dalam satu masalah?”

6
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Hasan bin Abdul Aziz al-Mishri mengatakan bahwa


Imam Syafi‘i pernah berkata, ”Kami tidak menginginkan
kesalahan terjadi kepada seseorang. Kami sangat ingin
agar ilmu yang kami miliki itu ada pada setiap orang dan
tidak disandarkan pada kami.”

Imam Syafi‘i rahimahullâh berkata, ”Demi Allah, kami


tidak menyaksikan seseorang lalu kami menginginkan
kesalahan kepadanya. Tidaklah bertemu dengan seseorang
melainkan kami berdoa, ’Ya Allah, jadikanlah kebenaran ada
pada hati dan lisannya! Jika kebenaran berpihak kepada
kami, semoga dia mengikuti kami dan jika kebenaran
berpihak kepadanya semoga kami mampu mengikutinya.’”

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullâh berkata,


”Jika kami ditanya tentang satu masalah dan kami tidak
mengetahuinya, kami menjawab dengan menukil perkataan
Syafi`i, lantaran Syafi‘i diakui sebagai seorang imam besar
yang ahli dalam ilmu pengetahuan dari Quraisy. Dalam
suatu hadits diriwayatkan oleh Rasulullah saw. bahwa beliau
bersabda, ’Orang alim dari Quraisy ilmunya akan memenuhi
bumi.’”

Sebagai salah satu dari Imam mazhab yang empat,


di samping Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad
bin Hanbal, ia juga pendiri dan penggagas ilmu ushul fiqih
dan termasuk imam di bidang ilmu tafsir dan ilmu hadits. Ia
juga pernah menjabat sebagai Qadhi (Hakim) dan dikenal
dengan keadilan dan kecerdasannya. Di samping ilmu
agama, ia juga dikenal sebagai penyair yang ahli di bidang
sastra Arab. Ia dikenal sebagai mujtahid mutlak. Ia juga

7
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

dikenal dengan beberapa karyanya, di antaranya Al-Umm


(fiqih) dan Ar-Risalah (ushul fiqih).

Imam Syafi‘i rahimahullâh datang ke Mesir pada tahun


199 Hijriah atau 814/815 M pada masa awal khalifah al-
Ma`mun. Lalu ia kembali ke Baghdad dan bermukim di
sana selama satu bulan kemudian ia kembali lagi ke Mesir.
Ia tinggal di sana sampai akhir hayatnya pada tahun 204
Hijriah atau 819/820 M.

l is
nu
Tasawuf dan Spiritualitas Imam Syafi‘i
Pe
Banyak dilupakan atau luput dari pengetahuan bahwa Imam
Syafi‘i sesungguhnya lebih dari sekadar Mujtahid dan Imam
Mazhab dalam bidang fiqih. Ia juga seorang tokoh spiritual
Islam yang sangat mumpuni.
uk

Nasihat-nasihat sufistik yang meneduhkan dan men­


damaikan jiwa yang ia torehkan dalam banyak karyanya
nt

menunjukkan ia juga dapat disebut seorang sufi yang


melewati jalan-jalan suci. Wasiat-wasiatnya tentang haki­
U

kat kehidupan dan akhlak sungguh tidak jauh berbeda


sebagaimana yang diajarkan para sufi.

Syair-syair dan hikmah yang terhimpun dalam beberapa


kitabnya mengangkat tema yang beragam, mulai dari
tema spiritualitas, ilmu, persahabatan, percintaan, nasihat
kehidupan, dan sebagainya. Agak disayangkan bahwa
syair dan hikmah yang terhimpun dalam buku ini tidak

8
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

disusun secara berurutan berdasarkan tema-tema tersebut


sehingga syair atau hikmah yang mengangkat satu tema
dapat tersebar di halaman-halaman yang terpisah.

Banyak syair Imam Syafi‘i yang mengungkapkan


kemuliaan ilmu dan pentingnya belajar. Imam Syafi‘i
berkata bahwa orang yang tidak mau mencicipi
pahitnya mencari ilmu meski sesaat, akan
menenggak hinanya kebodohan sepanjang
hayat. Yang menarik, Imam Syafi‘i memberi nuansa sufistik
dalam proses belajar. Dalam sebuah syairnya, Imam Syafi‘i
bertutur dengan gaya orang pertama bahwa orang yang
buruk hafalannya bisa jadi karena ia masih suka berbuat
maksiat. Karena ilmu adalah cahaya, maka cahaya Allah itu
tidak diberikan kepada para pelaku maksiat.

Lebih dari itu, Imam Syafi‘i menegaskan bahwa menjadi


pandai atau belajar saja tidaklah cukup. Ilmu itu harus dapat
melembutkan perilaku orang yang memilikinya, memperbaiki
akhlaknya, dan memberi hidayah pada hatinya. Jika orang
yang terpelajar ternyata tidak menunjukkan perilaku dan
perangai yang baik, bagi Imam Syafi‘i itu adalah sebentuk
petaka.

Tema akhlak dalam bergaul juga banyak ditemukan


dalam kitabnya. Imam Syafi‘i, misalnya, memberikan hikmah
tentang cara memberi nasihat kepada orang lain. Menurutnya,
memberi nasihat itu sebaiknya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi karena jika dilakukan secara terbuka hal itu sama
dengan menghinakan dan mencemarkan nama baiknya.

9
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Dalam soal persahabatan, Imam Syafi‘i mengingatkan


bahwa meski kita tidak dapat menarik manfaat dari
persahabatan dengan orang lain, kita mestinya tidak
mengambil untung dengan memusuhi orang lain. Imam Syafi‘i
juga mengingatkan bahayanya sifat dengki. Menurutnya,
sifat dengki akan menutup kemungkinan terbukanya pintu
persahabatan.

Dalam konteks era informasi yang salah satunya

is
ditandai dengan merebaknya media sosial berbasis

l
internet, ada hikmah Imam Syafi‘i yang bernilai kontekstual.

nu
Di antaranya pesan agar kita berhati-hati dalam berbicara
karena luka yang diakibatkan oleh mulut atau kata-kata
tak bisa disembuhkan. Ada juga pesan agar jangan suka
Pe
menyebarkan informasi dari sumber yang tidak diketahui
kredibilitasnya. Bagi Imam Syafi‘i, sikap seperti itu bisa
disebut “dusta yang samar”.
uk

Syair-syair dan ungkapan hikmah yang terdapat dalam


buku ini mengandung muatan pesan yang mendalam
terutama untuk merevolusi mental kita semua yakni untuk
nt

menjadi pendorong dan ilham bagi perubahan mental.


Ungkapan-ungkapan bijak yang terdapat dalam buku ini
U

jika dihayati dan direnungkan secara mendalam dapat


membangkitkan nurani kita yang tergerus oleh rutinitas
hidup sehari-hari.

Nasihat-nasihat Imam Syafi‘i yang sangat menggetar­


kan penulis adalah saat ia mengatakan bahwa dunia adalah
tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina,
bangunan-bangunannya akan runtuh, penghuninya akan

10
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu


keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa
berubah menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah
suatu kerugian, maka memohonlah perlindungan kepada
Allah SWT dan terimalah dengan hati yang lapang segala
karunia-Nya. Jangan terpesona dengan kehidupanmu
di dunia sehingga meninggalkan kehidupan Akhirat.
Ketahuilah, sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna,
dindingnya juga miring dan hancur, maka perbanyaklah
perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.

Sayangnya, karya-karyanya dalam bidang tuntunan


spiritual tersebut masih jarang ditulis oleh murid-muridnya
dan para pengikutnya. Cerita Imam Syafi‘i, misalnya, dalam
perjuangannya yang hebat dan kesungguhannya dalam
menuntut ilmu sangat berkesan dalam ingatan penulis.
Saat penulis di Pesantren Koto Baru, Padang Panjang,
Sumatra Barat, penulis sudah diajarkan beberapa syair yang
sangat indah. Belakangan baru diketahui beberapa syair
yang diajarkan tersebut ternyata di antaranya karya Imam
Syafi‘i.

Lebih jelasnya, syair Imam Syafi‘i yang sangat berkesan


di hati penulis, itu menjelaskan bahwa suatu hari Imam
Syafi‘i mengadu kepada gurunya, Waki‘ bin Jarrah bin Malih
al-Kufi, mengenai memburuknya hafalannya setiap kali
ia ingin menambah pengetahuannya. Kemudian gurunya
berpesan agar ia meninggalkan maksiat. Sejatinya ilmu itu
adalah nûrullâh (cahaya dari Allah). Maka, cahaya tidak akan
diberikan kepada orang yang larut dalam kemaksiatan.
Maksiat akan membuat cahaya padam.

11
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Imam Syafi‘i juga membuat perumpamaan bagi penuntut


ilmu yang tidak berdasarkan hujjah. Ia berkata,

”Perumpamaan orang yang mencari ilmu tanpa hujjah adalah


seperti orang yang mencari kayu bakar pada malam hari, ia

is
membawa seikat kayu, di mana di dalamnya terdapat ular
yang siap mematuknya, sedangkan ia tidak mengetahuinya.”

l
nu
(Manaqib Syafi‘i karya al-Baihaqi, jilid 2, hal. 143; al-Madkhal
karyanya juga, no. 262, hal. 211; Hilyah al-Auliya’, jilid IX, hal.
125; Adab asy-Syafi‘i karya Abu Hatim, hal. 100; Tawaali at-
Pe
Ta’siis karya al-Hafidz Ibnu Hajar, hal. 135)

Dengan demikian, Imam Syafi‘i menegaskan bahwa


para penuntut ilmu harus berdasarkan hujjah yang berasal
dari Al-Qur’an dan Sunnah. Apabila seseorang mempelajari
uk

ilmu agama, jika tidak merujuk pada sumbernya yang


asli maka bisa saja ia akan mendapatkan masalah-
nt

masalah yang disangka termasuk agama, padahal bukan,


sehingga akibatnya dapat terjatuh ke dalam kesesatan dan
penyimpangan.
U

Dalam sebuah  wasiatnya yang lain Imam Syafi‘i me­


ngatakan, ”Barang siapa yang mempelajari Al-Qur’an, maka
kedudukannya menjadi agung. Barang siapa yang belajar
fiqih, maka kehormatannya menjadi mulia.  Barang siapa
yang menulis Hadits, maka hujjahnya menjadi kuat. Barang
siapa yang belajar bahasa, maka tabiatnya menjadi lembut.

12
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Barang siapa yang belajar berhitung, maka pendapatnya


menjadi kuat. Barang siapa yang tidak menjaga dirinya,
maka ilmunya tidak dapat memberi manfaat kepadanya.”
(Tawaali at-Ta`siis bi Ma’ali Ibnu Idris karya al-Hafidz Ibnu
Hajar, hal. 136)

Meskipun hasil karya Imam Syafi‘i sedemikian banyak,


ia cukup rendah hati dengan mengatakan, ”Selamanya, tidak
ada sesuatu pun yang patut dinisbatkan kepadaku. Tiada
suatu ilmu dalam kalbuku kecuali aku ingin hal itu menjadi
milik semua orang.”

Sejalan dengan pandangan Imam Syafi‘i di atas, Umar


bin Khaththab r.a. pernah memberi nasihat, ”Jangan pelajari
suatu ilmu karena tiga tujuan dan jangan pula meninggalkan
ilmu karena tiga tujuan. Yakni, jangan pelajari ilmu dengan
tujuan untuk berdebat, membanggakan diri, dan pamer.
Jangan tinggalkan ilmu (tidak mau belajar) karena malu
mempelajarinya, merasa cukup berilmu, dan pasrah karena
kebodohan.” Sedangkan Ahmad bin Muhammad bin
Athaillah berpesan, ”Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
memancarkan cahaya di dalam dada dan menyingkap katup
hati.” Ilmu harus dapat membentuk diri orang yang berilmu
dengan akhlak dan jiwa mulia, serta dapat membentuk
anggota masyarakat sesuai dengan tuntunan Ilahi. Hakikat
ilmu adalah yang membawa seseorang mengenal Tuhannya
dan timbulnya rasa takut kepada Allah. Yang dimaksud rasa
takut adalah mengamalkan ilmu yang dianugerahkan Allah
untuk menghambakan diri kepada-Nya sebagai ciri-ciri
orang berilmu.

13
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Imam Syafi‘i diberi petunjuk oleh guru spiritualnya,


Waki’ bin Jarrah bin Malih al-Kufi, bahwa ilmu laksana
cahaya dan setiap cahaya sumbernya adalah Allah. Istilah
cahaya sesungguhnya sangat populer dalam kajian-kajian
sufistik. Sebut saja misalnya Syekh Ibnu Atha’illah dalam
kitab tasawuf Al-Hikam mengatakan, ”Adakalanya nur Ilahi
itu turun kepadamu, tetapi ternyata hatimu penuh dengan
keduniaan, sehingga kembalilah nur itu ke tempatnya

is
semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu dari segala
sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya

l
dengan makrifat dan rahasia.”

nu
Sungguh, kita akan merasakan hakikat kelezatan hidup
di dunia ini jika hati kita telah dipenuhi dengan cahaya dari
Pe
sisi Allah ‘Azza wa Jalla, ”.... Cahaya di atas cahaya (berlapis-
lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi
orang yang Dia kehendaki ....” (QS an-Nûr [24]: 35)
uk

Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita untuk berdoa,


sebagaimana berikut ini,
nt
U

”Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di dalam


ucapanku cahaya, pada pendengaranku cahaya. Pun
jadikanlah pada penglihatanku cahaya, jadikanlah dari

14
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

belakangku cahaya, dan dari depanku cahaya, dari atasku


cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah, berikanlah
kepadaku cahaya.” (HR Muslim dan Abu Daud)

Cahaya (nûr) adalah hal yang diisyaratkan dalam firman


Allah SWT,

”Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan


dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan
di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang
berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari
sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang
kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS al-An’âm [6]:
122)

Sayyid Qutub dalam tafsirnya mengatakan, ”Seseorang


akan mendapati cahaya ini di dalam hatinya, sehingga ia
mendapatkan kejelasan dalam segala urusan, hal, dan
kejadian. Mendapatkan kejelasan dalam jiwa dan niat-
niatnya, lintasan-lintasan hatinya, langkah, serta geraknya.
Mendapatkan kejelasan dalam segala hal yang terjadi di
sekitarnya, baik yang berupa sunatullah, aktivitas-aktivitas
manusia, niat, dan langkah-langkah mereka, yang tampak
maupun yang tersembunyi. Mendapatkan tafsir berbagai
peristiwa dan sejarah dalam jiwa dan akalnya, serta dalam
realitas kehidupan di sekitarnya seakan-akan ia membaca

15
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

buku. Seseorang yang telah mendapatkan cahaya ini


dalam hatinya akan mendapatkan kecemerlangan dalam
lintasan-lintasan hati, perasaan, dan kemauannya, sehingga
ia pun mendapatkan kenikmatan dan kesejukan dalam
hati, suasana, dan masa depannya. Ia akan mendapatkan
kelembutan dan kemudahan dalam mengatur segala urusan
dan mengeluarkan keputusan, serta dalam menghadapi
maupun melewati kejadian. Ia akan mendapatkan

is
ketenangan, kepercayaan, dan keyakinan dalam segala
situasi dan kapan pun juga.”

l
nu
Kemampuan Imam Syafi‘i mensinergikan keilmuan fiqih
dan tasawuf secara utuh dan paripurna mengingatkan kita
akan ungkapan Imam Malik, ”Barang siapa yang berilmu
Pe
fiqih tanpa tasawuf, dia akan fasik, barang siapa bertasawuf
tanpa ilmu fiqih, dia adalah kafir zindik, dan barang siapa
yang berilmu fiqih dan bertasawuf, dialah yang tepat.”
uk

Sampai sekarang pun meski sudah berlalu puluhan


tahun beberapa syair Imam Syafi‘i, masih terpatri dalam hati
orang-orang yang mengaguminya, mengingat keindahan
nt

dan dalam liriknya. Lebih dari sekadar lirik syair-syair tersebut


sesungguhnya memiliki nilai sufistik yang sangat dalam dan
U

menggetarkan jiwa bagi siapa saja yang memahami hakikat


isi syair tersebut.

Imam Syafi‘i rahimahullâh pernah memberikan beberapa


nasihat yang sangat agung nan penuh hikmah kepada
salah seorang muridnya yang bernama Al-Muzani dengan
mengatakan kepadanya,

16
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

1. Bertakwalah engkau kepada Allah.


2. Gambarkan kehidupan Akhirat di dalam hatimu.
3. Jadikan kematian ada di depan matamu.
4. Janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan
Allah ‘Azza wa jalla.
5. Takutlah engkau kepada Allah.
6. Jauhilah larangan-larangan-Nya.
7. Tunaikanlah apa-apa yang Dia wajibkan atasmu.
8. Ikutilah kebenaran kapan dan di mana pun engkau
berada.
9. Janganlah engkau meremehkan nikmat-nikmat Allah
yang dilimpahkan kepadamu meskipun sedikit.
10. Sikapilah nikmat-nikmat tersebut dengan bersyukur
kepada-Nya.
11. Hendaknya engkau jadikan diammu untuk berpikir,
ucapanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu kepada
sesuatu untuk mengambil pelajaran darinya.
12. Hendaknya engkau memohon perlindungan kepada
Allah dari siksa api neraka dengan selalu bertakwa
kepada-Nya.” (Lihat Manâqibu asy-Syafi‘i II/294).

17
”Perumpamaan orang yang
mencari ilmu tanpa hujjah

is
adalah seperti orang yang

l
nu
mencari kayu bakar pada
Pe
malam hari, ia membawa seikat
kayu, di mana di dalamnya
terdapat ular yang siap
uk

mematuknya, sedangkan ia
nt

tidak mengetahuinya.”
U

...
(Imam Syafi‘i rahimahullâh)
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Urgensi Spiritualitas Imam Syafi‘i di Era


Modern
Di saat bangsa kita sedang dalam kondisi yang tidak
menentu, masyarakat kita masih banyak justru hidup
foya-foya dengan kemewahan dengan fasilitas yang
serba canggih. Ironisnya, masyarakat kita berlomba-lomba
mengejar hidup gemerlap dengan belanja apa saja yang
mereka inginkan. Barang mewah itu belum tentu dibeli dari
uang sendiri. Sebagian para pemegang kekuasaan memakai
fasilitas hidup mewah dari uang korupsi, sedangkan rakyat
kecil bergaya hidup mewah dari uang utangan atau dari
sesuatu yang tidak jelas bahkan ada yang jelas-jelas dengan
menjual diri, menjual anak, dan menghalalkan berbagai cara.
Fenomena prostitusi, baik transaksi via on-line maupun
secara langsung di TKP, maraknya aborsi, jual beli narkoba,
dan lain sebagainya bukan menjadi rahasia lagi dan sudah
menjadi tabiat masyarakat kita untuk memenuhi nafsu setan
yang tak kunjung terpuaskan.

Sikap seperti inilah yang oleh para ahli disebut sebagai


gaya hidup hedonis, sebuah paham yang mementingkan
kenikmatan sesaat. Bagi manusia modern, kebahagiaan
dianggap dapat dipenuhi dengan fasilitas yang serba
mewah. Walhasil, budaya hedonis ini menjadi sebuah
paham yang digabungkan dengan gaya hidup materialistis.
Karena dengan diyakininya bahwa kebahagiaan hanya
dapat diukur dengan materi, maka akan melahirkan kondisi
ketidakpercayaan terhadap sesuatu yang immateri, yaitu
Tuhan.

19
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Persaingan manusia di dunia yang semakin ketat se­


karang ini, betapa mudahnya sedikit demi sedikit dan tanpa
disadari, benda-benda yang dimiliki pun tidak lagi dipandang
sebagai jalan untuk mengharap Ridha Allah, melainkan
justru menggantikan tempat dan fungsi Allah. Benda-benda,
kekuasan, jabatan, dan pangkat dipertuhankan. Ia menjadi
“berhala”.

Manusia memang mempunyai kecenderungan naluriah

is
untuk mendapatkan semua itu di dunia ini. Pada awalnya,
uang atau kerja atau karir adalah alat. Akan tetapi, lama-

l
nu
lama tanpa terasa ia bergeser menjadi tujuan. Orang hanya
bekerja dan bekerja, menumpuk harta demi harta, mengejar
pangkat demi pangkat, tanpa tahu lagi untuk apa semua itu.
Pe
Yang semula sesungguhnya alat, kini menjadi tujuan. Atau
orang yang pada awalnya terpaksa korupsi kecil-kecilan,
guna menutup kebutuhan hidupnya dari hari ke hari. Akan
tetapi, lambat laun jadi keasyikan dan korupsi pun berubah
uk

fungsi menjadi gaya hidup. Begitulah kecenderungan


naluriah manusia. Gampang sekali melenceng dari tujuan.
nt

Gejala ini pun tampaknya sudah sangat jelas ada di


sekeliling kita. Kebanyakan orang lebih mementingkan
U

kebutuhan yang berupa materi daripada kebutuhan


spiritual. Uang dianggap segala-galanya dalam kehidupan.
Walhasil, manusia bersikap serakah dan rakus terhadap
segala sesuatu yang berkaitan dengan materi. Paham ini
membuat manusia tidak pernah merasa puas, sehingga
segala cara dilakukan untuk mendapatkan materi sebanyak-
banyaknya. Bertolak dari paham inilah lahir tindakan
kejahatan; mencuri, korupsi, kolusi dan manipulasi sampai

20
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

pada menjual diri bahkan menggadaikan aqidah dan iman 


merajalela di berbagai lapisan masyarakat di negeri ini.
Mulai dari orang termiskin sampai orang-orang kaya dan
terpandang berlomba memperturutkan hawa nafsunya
untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya.

Mengutip pendapat Imam al-Ghazali, ia berkata dalam


kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, ”Suatu negara hancur karena
rakyatnya rusak. Rakyat rusak karena pemerintahnya rusak.
Pemerintahnya rusak karena ulamanya rusak dan ulamanya
rusak karena hukum tidak tegak.” Perkataan tersebut
menurut penulis perlu dijabarkan sebagai berikut.

Pertama, negara hancur karena rakyatnya rusak. Hal


ini tampaknya tepat. Jika rakyat Indonesia rusak seluruhnya
maka negara ini akan hancur berantakan, kejahatan
akan merajalela, peperangan, perkelahian, pembunuhan,
perampokan, perzinahan dan berbagai macam kejahatan
yang lainnya akan tersebar di mana-mana. Rakyat tidak lagi
menghargai kebaikan dan prestasi. Rakyat mudah dibeli
untuk melakukan kejahatan, mudah termotivasi melakukan
maksiat, tidak mampu bertahan dengan kebaikan, dan
seterusnya. Pertanyaannya, kenapa rakyat rusak?

Kedua, rakyat rusak karena pemerintahnya rusak.


Ketika rakyat melihat pemerintah dan pejabat hidup
mewah, bersenang-senang di atas penderitaan rakyat
yang puluhan juta jumlahnya masih berada di bawah garis
kemiskinan, maka rakyat miskin itu akan semakin tersiksa
batinnya. Kesan yang mereka tangkap adalah pemerintah
hanya memperkaya diri sendiri dan kurang peduli dengan

21
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

kehidupan mereka yang merana dan sengsara. Bahkan,


terkadang untuk memberi makan binatang ternak sebagian
para pejabat tinggi negara itu sebanding dengan memenuhi
kebutuhan pokok 10 atau lebih keluarga miskin setiap
bulannya.

Apalagi jika rakyat melihat pejabat mereka hidup


bermewah-mewah yang tak sebanding dengan gaji mereka,
mereka pasti menduga bahwa pemerintah telah melakukan

is
tindak penyelewengan, seperti korupsi dan tidak dihukum
karena sulit mencari bukti. Sementara rakyat kecil dihukum

l
nu
berat hanya karena mencuri seekor ayam. Kondisi penguasa
yang hidup serba ada di depan rakyatnya yang puluhan
juta masih miskin akan membuat masyarakat semakin
Pe
tertekan dan akhirnya banyak melakukan tindak kriminal
dan kejahatan hanya karena untuk sesuap nasi.

Itulah sebabnya pemimpin-pemimpin Islam awal


uk

senantiasa siap hidup sesederhana mungkin untuk


menghibur hati rakyatnya yang sebagian masih miskin.
Nabi Muhammad saw., Abu Bakar r.a., Umar r.a., Ali r.a., dan
nt

Umar bin Abdul Aziz r.a. bertahan dengan hidup sederhana.


Padahal, jika mereka mau, mereka bisa hidup semewah
U

Raja Persi dan Romawi ketika itu.

Dalam satu kisah diceritakan, ketika Umar r.a.


mengunjungi Nabi Muhammad saw., ia melihat belakang
Nabi saw. berbekas pelepah kurma karena beliau tidur
di atasnya. Maka, Umar r.a. berkata dengan sangat sedih,
”Ya Rasulullah, engkau adalah utusan Allah, kekasih Raja
langit dan bumi, serta penyelamat manusia seluruh bumi,

22
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

tetapi engkau hidup dengan sesederhana ini. Padahal, jika


engkau mau, Gunung Uhud akan dijadikan emas bagimu
oleh Tuhanmu! Aku melihat Raja Persia dan Romawi hidup
dengan penuh kemewahan dan serba ada.” Umar r.a.
mengucapkannya sambil meneteskan air mata. Maka, Nabi
saw. malah tersinggung kepada Umar dengan berkata,
”Wahai Umar, kenapa engkau berkata demikian? Tidak
cukupkah bagimu janji-janji Allah yang akan memberikan
kebahagiaan atau kemewahan abadi di akhirat kelak?”

Ketiga, pemerintah rusak karena ulamanya rusak.


Jika pemerintah melihat ulama mau menjual fatwanya
dengan uang, mau disogok dan mudah dibeli, maka tentu
saja pemerintah akan berkata dalam hatinya, ”Ulama yang
mengerti agama saja mau disogok dan mau dibeli atau
korupsi, bagaimana dengan saya yang enggak banyak tahu
tentang agama ini?” Jika ulama Indonesia, misalnya, lebih
mementingkan kekuasaan daripada ukhuwah dan persatuan
umat, lebih mengedepankan uang daripada kebenaran
atau keadilan, maka secara otomatis derajat dan wibawa
serta harga diri mereka akan sirna sama sekali di mata
para penguasa atau pemerintah bangsa ini. Penguasa atau
pemerintah hanya salut dan hormat pada ulama yang cinta
kebenaran, keadilan, dan kebaikan seperti yang ditampilkan
Imam Hanafi rahimahullâh dan Imam Hanbali rahimahullâh
yang siap disiksa demi membela kebenaran yang mereka
yakini.

Keempat, ulama rusak karena hukum tidak tegak. Jika


ulama sudah cukup berbuat baik, bertahan hidup dengan
rezeki yang serba halal, tidak mau menjual fatwa dan dirinya

23
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

untuk hal-hal yang hina, berdakwah ke sana kemari dengan


sekuat tenaga menegakkan kebaikan dengan lisan, tetapi
hukum tidak ditegakkan maka ulama pun lama-kelamaan
akan menjadi rusak.

Ulama akan kesal dan bahkan bisa putus asa jika ia yang
sudah begitu keras memberantas kebatilan dan kejahatan,
tetapi peradilan (orang-orang yang berkaitan dengan
penegakan hukum; hakim, jaksa, polisi dan pemerintah)

is
tidak serius menegakkan hukum. Apalagi sekiranya para

l
penegak hukum itu mudah dibayar untuk menangkap

nu
ulama-ulama yang nyata-nyata tidak bersalah. Ulama juga
akan stres (tertekan) melihat banyaknya pejabat korupsi
yang tidak dihukum. Ulama mungkin putus asa ketika
Pe
dipaksa korupsi oleh birokrasi yang kotor, putus asa setelah
berusaha keras membujuk umat menjauhi kejahatan, judi,
kebatilan, narkoba, dan dosa besar, tetapi penegak hukum
tidak mau menangkap biangnya dan malah melindungi
uk

dedengkotnya karena mereka membayar pajak atau upeti


atau sogokan.
nt

Ulama bertahun-tahun menasihati agar perzinaan


dan pornografi dijauhi umat, tetapi fasilitas perzinaan dan
U

pornografi itu, seperti CD-CD porno, diskotik, lokalisasi,


dan media massa yang menampilkan pornografi/pornoaksi
lainnya dibiarkan hidup terus dan merajalela tanpa hukuman
sama sekali oleh penegak hukum/pemerintah. Kondisi
buruk yang dibiarkan inilah yang membuat sebagian ulama
terjebak dalam aksi-aksi rendah moral dan berserikat
dengan bos-bos kejahatan. Na‘ûdzu billâh ….

24
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Jadi, ringkasnya adalah jika negara kita ini ingin


tetap eksis dengan peradaban yang tinggi, kemajuan dan
kemakmuran dua dimensi (civil society), maka di negara ini
harus benar-benar ditegakkan hukum, agar hak-hak rakyat
terlindungi dan kebaikan dihargai. Pemerintah juga harus
menghargai prestasi atau kebaikan, ulamanya pun mampu
bertahan terus (istiqamah) dalam kebaikan, sehingga negara
kita seluruhnya menjadi baik.

Oleh karena itu, pemerintah memiliki tugas ekstra


khusus dengan memilih orang-orang yang menangani
peradilan dan hukum diduduki oleh orang-orang yang
baik dan bijaksana. Itu dilakukan supaya hukum tegak.
Pemerintah juga tidak terlalu banyak campur tangan dalam
hukum (intervensi) dan menjadikan hukum benar-benar
tegak/independen. Walaupun yang bersalah itu pemerintah
sendiri, seperti yang pernah terjadi pada diri Ali bin Abi Thalib
r.a., seorang presiden yang dikalahkan dalam peradilan
karena tidak punya bukti untuk bisa dimenangkan.

Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan, ”Di dalam hati


terdapat kekusutan yang tidak bisa diurai kecuali dengan
menghadap Allah SWT. Di dalam hati terdapat kesepian,
yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan menyendiri
dengan Allah SWT. Di dalam hati ada kesedihan yang tidak
terhapus kecuali dengan kebahagiaan mengetahui Allah
dan berinteraksi secara sungguh-sungguh dengan-Nya.
Di dalam hati terdapat kegelisahan yang tidak bisa tenang
kecuali berkumpul dan datang kepada-Nya. Di dalam hati
juga terdapat kebutuhan yang tidak bisa terpenuhi kecuali

25
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

dengan cinta-Nya, kembali kepada-Nya, selalu mengingat-


Nya, dan ikhlash karena-Nya. Kekurangan tersebut
selamanya tidak akan terpenuhi walaupun diberi dunia dan
seisinya.”

Sedikit sekali orang-orang yang dikaruniai ilmu. Sedikit


sekali orang-orang yang ingat kepada Allah dalam keadaan
memiliki kekuasaan dan harta yang melimpah. Banyak orang

is
yang menjual agama mereka dengan harga yang murah.

Jalan spiritual menjadi jalan yang sunyi dan lenggang.

l
nu
Belum banyak telah menaik manusia yang sudah kadung
cinta dengan dunia. Hanya beberapa dari mereka yang
berjanji kepada Tuhan untuk tetap setia berjalan di atas
Pe
jalan Allah. Mereka menghindari jalan umum, jalannya para
budak nafsu dan syahwat. Pagi, sore, siang, dan malam
selalu menampilkan wajahnya, menampakkan kezaliman
bak keadilan, dan memperlihatkan hal-hal tercela seolah-
uk

olah sebagai suatu kebaikan.

Seperti perkataaan Ibnul Qayyim rahimahullâh,


nt

”Sesungguhnya sumber segala kejahatan adalah syubhat


dan syahwat. Syubhat tidak dapat diredam kecuali dengan
U

yakin dan syahwat tidak dapat ditolak kecuali dengan


sabar.  Dengan perantaraan sabar dan yakin, engkau dapat
mencapai tingkatan imam fid-din (pemimpin dalam urusan
agama).” 

Manusia yang telah diserang penyakit cinta dunia,


mula-mula hanya ikut menikmati, makin lama makin
menjadi, pada akhirnya menjadi ideologi yang akan dibela

26
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

sampai mati. Mereka hanya berorientasi kepada uang,


peluang, dan senang-senang. Inilah sekelumit gaya hidup
hedonisme (hanya mencari kesenangan duniawi saja)
dan materialisme (hanya mementingkan materi semata)
yang sedang melanda masyarakat kita dan orang-orang
yang hidup di akhir abad ke-20 ini. Maka, bila hal ini tidak
disadari dan diwaspadai, akan menjerumuskan masyarakat
kepada masyarakat yang dehumanis, apatis, dan hedonis.
Manusia seperti itulah yang diejek oleh Allah SWT dalam
Firmannya, ”Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi
dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya
(yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika
kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”
(QS al-A‘râf [7]:176)

Berikut ini nasihat-nasihat sufistik Imam Syafi‘i


rahimahullâh yang sangat tepat menjadi gizi bagi rohani kita
yang gersang.

1. Perbanyaklah amal kebaikan.


Nafsuku padam tatkala ubun-ubunku menyala. Malamku
gelap-gulita ketika bintang bersinar terang. Wahai burung
hantu yang hinggap di atas ubun-ubunku! Ketika burung
gagak terbang dariku, kau kunjungi daku dan kau lihat
tubuhku semakin rapuh. Memang setiap tempat yang kau
kunjungi berarti itulah tempat-tempat kerapuhan.

27
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Masihkah dapat kunikmati manisnya hidup, meskipun


rambutku semakin menipis dan ubanku semakin menyebar,
sulit untuk disemir? Ketika usia senja seseorang telah
datang dan rambutnya semakin memutih, hendaknya ia
segera menumpas keseronokan serta kekejian hari-harinya
dengan kebaikan.

Tinggalkanlah perkara-perkara yang buruk! Kenapa


hal itu haram dilakukan oleh orang yang bertakwa. Dan

is
tunaikanlah zakat atas kedudukan atau jabatanmu, karena

l
zakat tersebut sama dengan zakat harta bila telah sampai
nisabnya.
nu
Berbuat baiklah kepada orang lain. Karena dengan
Pe
begitu, kelak engkau akan dapat menguasai manfaat
kepada orang lain.

Jangan berjalan di atas bumi dengan penuh


keangkuhan. Ketahuilah bahwa tidak lama lagi bumi ini
uk

akan menelanmu.

Barang siapa sedang mencicipi dunia, di situlah aku


nt

pernah merasakan pahit getirnya kehidupan. Bagiku dunia


adalah tipu daya dan penuh berisi kedustaan, bagaikan
U

fatamorgana di tengah padang sahara. Dunia tidak ubahnya


bagaikan bangkai-bangkai busuk yang hanya anjing-anjing
kelaparan yang mau mendekatinya. Jika engkau menjauhi
dunia, kelak engkau akan terselamat dari kekotorannya.
Tapi, jika engkau dekati dunia, engkau akan diserang oleh
anjing-anjingnya.

28
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Berbahagialah orang-orang yang kukuh atas imannya


dan menutup diri dalam kesucian jiwa.

2. Hiasan diri.
Jagalah dirimu dan hiasilah dirimu dengan budi pekerti yang
mulia! Niscaya engkau akan hidup sejahtera dan tutur kata
orang-orang terhadapmu akan menjadi indah.

Janganlah memusuhi manusia, kecuali dengan sikap


ramah! Niscaya akan ada yang menolongmu dan sahabat
akan mengasihimu.

Tidak baik mencintai orang yang berwajah banyak


(munafik) karena ia akan mengikut arah angin ke mana pun
angin itu bertiup.

Apakah arti banyak kawan jika mereka tidak menolong


di waktu kita susah.

3. Akhlak yang baik.


Jika aku dicaci maki oleh orang yang hina, itu pertanda
bahwa derajatku akan bertambah. Karena tidak akan
muncul keaiban kecuali akibat perbuatan seseorang. Jika
jiwaku belum menjadi mulia atas dunia, akan kutetapkan ia
di kalangan orang-orang yang hina. Jika semua usahaku
kuniatkan hanya untuk kepentinganku sendiri, engkau akan
menemukan diriku memiliki banyak kesempatan untuk
itu. Akan tetapi, aku berusaha melakukan sesuatu untuk
kepentingan kawan-kawanku. Sungguh merupakan suatu
cela atas orang yang kenyang, sementara ia membiarkan
kawan-kawannya kelaparan.

29
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Suatu ketika aku pernah mendapat penghinaan dari


orang bodoh, tetapi aku tidak menganggapinya. Ia semakin
bodoh dan aku semakin bijak. Ibarat batang kayu cendana,
semakin hangus dibakar, semakin harum baunya. Jika
orang-orang bodoh bertutur kata di depanmu, janganlah
engkau tanggapi! Sebaik-baik tanggapan untuk mereka
adalah dengan bersikap diam. Jika kau berbicara di hadapan
mereka, janganlah sampai terbawa arus pendapat yang

is
diciptakan mereka. Dan jika kau berpaling dari mereka,
wajah mereka akan tampak pucat pasi.

l
4. Jiwa yang kerdil.
nu
Diriwayatkan oleh Abdullah al-Asbahani dari Abu Nashr dari
Pe
Abu Abdillah yang mengatakan bahwa pernah mendengar
Imam Syafi‘I berkata, ”Tumpukan uang dapat membuat
orang-orang yang sebelumnya membisu menjadi banyak
bicara. Hati mereka tidak pernah mengenali kelebihan orang
uk

lain dan tidak tahu derajat kemuliaan mereka sendiri.”

5. Meruntuhkan kehormatan orang lain.


nt

Wahai orang yang telah menghancurkan kehormatan orang


lain dan yang memutuskan tali kasih sayang, kau akan
U

hidup penuh kehinaan. Jika engkau orang merdeka dan dari


keturunan orang yang baik-baik, pastilah engkau tidak akan
menodai kehormatan orang lain.

Barang siapa pandai menimbang orang lain, tentu orang


lain akan menimbang dirinya dengan segenap kebaikannya.
Cukup sudah bagiku pengajaran dari guruku.

30
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

6. Buruk sangka.
Prasangka selalu buruk dan prasangka buruk itu sumber
fitnah. Ketika seseorang melemparkan tuduhan dalam
keadaan lapar, ia hanya mengungkapkan prasangka baik
dan ucapan yang enak didengar.

7. Terimalah maaf dengan tulus.


Terimalah permintaan maaf sahabatmu yang melakukan
kesalahan, baik ia jujur mengatakannya kepadamu maupun
tidak. Dengan begitu berarti telah taat kepadamu orang yang
engkau terima dari segi lahirnya saja. Dan telah membuatmu
mulia orang yang bermaksiat kepadamu secara sembunyi-
sembunyi.

Penulis memandang dan menyimak bahwa wasiat-


wasiat sufistik Imam Syafi‘i mendesak untuk dihadirkan,
diajarkan, dan dikembangkan untuk menjadi obat manusia-
manusia yang semakin lupa pada tujuan dan hakikat hidup
di dunia. Imam Syafi‘i mengatakan bahwa dunia adalah
tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina,
bangunan-bangunannya akan runtuh, penghuninya akan
beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu
keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa berubah
menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah suatu
kerugian, maka memohonlah perlindungan kepada Allah
SWT. Terimalah dengan hati yang lapang segala karunia-
Nya. Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia
sehingga meninggalkan kehidupan Akhirat. Ketahuilah,
sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya

31
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

juga miring dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik


dan jangan terlalu banyak berangan-angan.

Imam Syafi‘i juga sangat dikenal dengan ketawadu­


kannya. Sikap tawaduk menurutnya adalah perkara yang
sangat dipuji dan diidam-idamkan. Orang yang paling
tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat
kedudukannya sendiri. Akan tetapi, tawaduk di hadapan
orang yang tidak bisa menghargai orang lain baginya

is
merupakan bentuk kezaliman terhadap diri sendiri.

l
Pada bab berikutnya kita akan mengenal lebih dalam

nu
tentang wasiat-wasiat sufistik Imam Syafi‘i rahimahullâh
tentang berbagai kiat hidup bahagia, sukses, sehat, dan
Pe
tentu saja rahasia spiritual bagaimana menjadi manusia
yang didambakan dan dicintai Allah SWT.

Penulis berharap nasihat-nasihat sufistik Imam Syafi‘i


yang akan dielaborasi ini dapat menjadi obat kecemasan
uk

akibat banyaknya manusia yang lupa hakikat diri dan lupa


tujuan hidupnya.
nt
U

32
Nasihat #1

Akhlak yang Baik

”Jagalah dirimu dan hiasilah dirimu dengan


akhlak dan budi pekerti yang mulia! Niscaya
engkau akan hidup sejahtera dan tutur kata
orang-orang terhadapmu akan menjadi
indah. Janganlah memusuhi manusia, kecuali
dengan sikap ramah! Niscaya akan ada yang
menolongmu dan banyak sahabat akan
mengasihimu. Di antara tanda-tanda benar
dalam ukhuwah ialah menerima kritikan
teman, menutupi aib teman, dan mengampuni
kesalahannya.” 

(Imam Syafi‘i rahimahullâh)

Y
aqut al-Hamawiy berkata bahwa pada suatu hari
ada seorang yang datang kepada Imam Syafi‘i. Ia
membawa lembaran yang tertulis, ”Tanyakanlah
kepada Imam Syafi‘i, sang Mufti Makkah dari keturunan
Hasyim, ’Apakah yang dia lakukan ketika sedang sangat
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

marah kepada seseorang.’ Imam Syafi‘i lalu menuliskan


sesuatu di bawah pertanyaan itu, ’Tekanlah nafsunya,
kendalikan amarahnya, dan hendaklah bersabar dalam
menghadapi setiap persoalan.’

Pembawa lembaran itu kemudian datang kembali sambil


membawa tulisan yang baru sebagai jawaban fatwa Imam
Syafi‘i, ’Bagaimana mungkin dia dapat menekan nafsunya
pada saat nafsu itu telah menjadi pembunuh dan setiap

is
hari ada saja halangan yang merintanginya.’ Imam Syafi‘i

l
menjawab lagi, ’Jika dia tidak mau bersabar atas derita yang

nu
menimpanya, tidak ada jalan lain baginya, kecuali hidup
berhiaskan tanah.’”
Pe
Perlu diingat, kemerosotan akhlak tidak dapat dicarikan
kambing hitamnya dengan menyatakan bahwa hal itu
karena pelaksanaan pendidikan di sekolah yang kurang
berhasil. Mengapa? Sebab, kemerosotan akhlak bangsa
uk

disebabkan oleh banyak faktor, seperti pengaruh globalisasi,


krisis ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain. Misalnya,
karena terjadinya krisis ekonomi menyebabkan banyak
nt

orang sulit mencari sesuap nasi.


U

Akhirnya, mereka nekat mencuri, menipu, memeras,


menggarong, melacur, dan lain-lain. Contoh lain, karena
pengaruh globalisasi, orang ingin mencontoh gaya hidup
mewah, maka karyawan atau pegawai rendah pun ingin bisa
memiliki kendaraan bermotor. Akhirnya, mereka berupaya
mencari uang dengan cara apa pun asal bisa memiliki
kendaraan bermotor.

34
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Pendidikan (nilai) apa pun tidak mudah ditanamkan


ke dalam pribadi anak didik, karena banyak faktor yang
memengaruhinya, baik faktor penunjang maupun faktor
penghambat. Sebagai contoh, ada seorang anak yang
di dalam rumah mendapat pendidikan yang baik karena
kebetulan bapak-ibunya guru. Akan tetapi, di luar rumah ia
mempunyai kawan yang nakal, yang sering mengajaknya
main judi dan melihat film porno. Kalau kebetulan mereka
menang dalam judi, mereka bersenang-senang ke tempat
penjualan minum-minuman keras. Bapak-ibunya tidak tahu
kelakuan anaknya yang sesungguhnya.

Keberhasilan pendidikan tidak dapat diandalkan


pada pendidikan formal di sekolah saja, tetapi diharapkan
adanya sinkronisasi dengan pendidikan di luar sekolah,
yaitu pendidikan dalam keiuarga (informal) dan masyarakat
(nonformal). Pengaruh faktor luar sekolah terhadap
pendidikan ini merupakan masalah yang serius pada
dewasa ini. Misalnya, para siswa di sekolah dididik menjadi
anak yang jujur, tetapi kenyataan dalam masyarakat, mereka
menjumpai perilaku suap-menyuap, korupsi, pungli, dan
selingkuh merajalela. Di sekolah mereka dididik berbusana
sopan dan menjauhi minuman keras, tetapi dalam tayangan
televisi ataupun perilaku turis asing yang datang ke
Indonesia banyak yang berpakaian mempertontonkan aurat
dan minuman keras merupakan kebiasaan mereka sehari-
hari.

Jika kita simak di hampir seluruh media sosial


sekarang, sepertinya ada sesuatu yang menyedihkan soal

35
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

cara seseorang menyampaikan pendapat, kritik, dan saran


serta koreksi yang dilakukan dengan cara yang kurang
terpuji, kotor, kasar, dan nista, saling menjatuhkan, saling
mencemarkan, dan saling membeberkan aib. Apa yang
dicari? Yang punya jabatan atau tidak sama-sama saling
tuding dan menjatuhkan. Padahal, kalaupun ia memiliki
jabatan, baik presiden, menteri, gubernur, walikota, rektor,
maupun dekan di kampus, asal tahu saja bahwa jabatan

is
yang disandang itu tidak akan lama, hanya beberapa tahun
saja dan kalau tidak hati-hati justru aibnya tetap melekat

l
lama. Harusnya setinggi apa pun jabatan seseorang patut

nu
kita pandang semuanya biasa-biasa saja, sebagai hiburan
yang justru kalau tidak hati-hati, pangkat dan jabatan itulah
Pe
yang akan mencemarkan, menjatuhkan, dan menghinakan
kedudukan dunia dan akhiratnya.

Sehebat apa pun pengetahuan dan amal


kita, sebanyak apa pun harta kita, setinggi
uk

apa pun kedudukan kita, dan seluas apa


pun kekuasaan kita, jikalau akhlak kita rusak
nt

maka tidak bernilai. Terkadang, kita terpesona dengan


seseorang tetapi segera sesudah tahu akhlaknya buruk,
U

pesona pun akan pudar. Yakinlah bahwa Rasulullah saw.


diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Hal ini dinyatakan sendiri oleh beliau ketika menjawab
pertanyaan seorang sahabatnya, ”Mengapa engkau
diutus ke dunia ini, wahai Rasul?” Rasul saw. menjawab,
”Sesungguhnya aku diutus ke dunia hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak.”

36
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Karenanya jangan terperangah melihat orang yang


punya kedudukan karena itu cuma tempelan ringan yang
berat tanggung jawabnya. Jangan pula mendatangi orang
yang dianggap memiliki kekuatan dahsyat sehingga kita
merasa aman. Para dukun, ahli klenik, tukang sihir, atau
paranormal, mereka sama saja dengan kita yaitu makhluk
yang pasti binasa. Mereka hanya orang lapar yang mencari
makan dengan menjadi dukun atau yang sejenisnya.
Seharusnya kalau mereka hebat, tidak usah mencari nafkah
dengan seperti itu. Pernah suatu ketika ada seseorang yang
mengaku ahli pengobatan yang ternyata hanya menjual
kata-kata, pengobatan yang ia maksudkan ternyata berasal
dari obat yang dibeli di apotek dan dijual kembali dengan
harga berpuluh dan beratus kali lipat dari harga aslinya.

Maka dari itu, jangan yakini kekuatan dukun atau


kekuatan paranormal. Mereka hanya sekadar makhluk
yang hidup sebentar dan lama-lama akan binasa. Bagi
kita hidup di dunia hanya mampir sebentar, sehingga yang
paling patut harus kita lakukan adalah mempersiapkan
bekal untuk kepulangan kita nanti. Oleh karena itu, ketika
kita memandang manusia adalah hal yang biasa-biasa saja.
Hanya Allah-lah segala-galanya, Dia penguasa tunggal, Dia
Pemilik, Penggenggam, Penentu satu-satunya tiada yang
lain selain Allah ‘Azza wa Jalla.

Bulatkan dan bersihkan hati kita hanya kepada Allah


dengan dibuktikan oleh kesungguhan ibadah dan amal
kita. Sehingga tidak usah menyimpan keris sekecil apa
pun di rumah kita hanya untuk menjadi penolak bala. Allah

37
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

yang Mahaagung dan Mahakuasa dapat menolong kita


tanpa harus kita menyimpan jimat. Tidak usah pakai susuk,
untuk apa? Susuk itu katanya nama sejenis keluarga jin,
yaitu Shuk-shuk. Tidak usah pula memelihara tuyul untuk
mendatangkan rezeki. Allah Mahakaya untuk menjamin
makhluk-makhluknya sekalipun tanpa bantuan makhluk
jin atau yang sejenisnya. Insya Allah orang yang bersih
keyakinannya tiada yang akan dituju selain Allah.

is
Imam Syafi‘i rahimahullâh mengatakan, ”Suatu ketika aku

l
pernah mendapat penghinaan dari orang bodoh, tetapi aku

nu
tidak menanggapinya. Dia semakin bodoh dan aku semakin
bijak. Ibarat batang kayu cendana, semakin hangus dibakar,
semakin harum baunya. Jika orang-orang bodoh bertutur
Pe
kata di depanmu, janganlah engkau tanggapi! Sebaik-baik
tanggapan untuk mereka adalah dengan bersikap diam.
Jika kau berbicara di hadapan mereka, janganlah sampai
terbawa arus pendapat yang diciptakan mereka. Dan jika
uk

kau berpaling dari mereka, wajah mereka akan tampak


pucat pasi.”
nt

Ia juga mengungkapkan, ”Jika engkau adalah orang


yang memiliki kelebihan dan pengetahuan tentang
U

pertikaian pendapat orang-orang terdahulu dan orang saat


ini, berdebatlah dengan orang yang engkau ajak berdebat
dengan jiwa yang tenang, penuh kearifan, sikap ramah, dan
hargai pendapat kawan, serta janganlah bersikap angkuh.
Ambillah apa yang engkau anggap baik dan benar, dari
lawan bicaramu baik yang ramah maupun yang kasar. Dan
tunjukkanlah kesungguhanmu kepada orang di sekitarmu

38
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

yang menunjukan bahwa diri mereka paling benar dan suka


menyombongkan diri. Sebab, sikap emosi dalam suasana
seperti itu akan menimbulkan perpecahan dan pemisahan
diri. Ahli fiqih adalah orang yang selaras dalam ucapan dan
perbuatannya, bukan hanya pandai berbicara. Pemimpin
yang baik adalah orang yang boleh memimpin dengan
akhlaknya dan bukan termasuk orang yang memimpin
dengan bantuan kaum atau golongannya. Orang kaya
adalah orang yang hidup dengan apa adanya, bukan orang
yang berlimpah dengan harta atau kedudukan.”

Imam Syafi‘i mengatakan, ”Jika engkau melihat


seseorang berjalan di atas air dan bisa terbang di udara,
janganlah kehebatan itu menjadikan kalian lengah dan
terheran-heran kepadanya sampai kamu mengetahui
secara persis atas apa yang dikerjakannya itu berlandaskan
pada Al-Qur’an dan as-sunnah. Jagalah dirimu dan hiasilah
dirimu dengan budi pekerti yang mulia! Niscaya engkau akan
hidup sejahtera dan tutur kata orang-orang terhadapmu
akan menjadi indah.”

Seorang mukmin sejatinya disibukkan dengan ber­


tafakur, merenung, serta mengambil pelajaran dari aneka
kejadian apa pun di muka bumi ini, sementara orang munafik
disibukkan dengan ketamakan dan angan-angan kosong
terhadap dunia ini. Seorang mukmin menawarkan hartanya
demi mempertahankan agamanya, sementara seorang
munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan
hartanya. Seorang mukmin menangis karena malunya
kepada Allah meskipun dia berbuat kebajikan, sementara

39
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat


keburukan. Seorang mukmin senang berkhalwat dengan
menyendiri bermunajat kepada Allah, sementara seorang
munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur
baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada Allah.
Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau
merusak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya
mengharapkan panen.

is
Seorang mukmin memerintahkan dan melarang se­

l
bagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki.

nu
Larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya untuk
memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan
melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia
Pe
malah merusak. Na‘ûdzu billâh ….

Tampak demikian jauh berbeda akhlak antara seorang


mukmin dan seorang munafik. Oleh karena itu, kita harus
uk

benar-benar berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik


seperti diuraikan di atas. Kita harus benar-benar mencegah
diri kita untuk meyakini adanya penguasa yang menandingi
nt

kebesaran dan keagungan Allah. Kita harus yakin siapa pun


yang punya jabatan di dunia ini hanyalah sekadar makhluk
U

yang hidup sebentar dan bakal mati, seperti halnya kita juga.
Jangan terperangah dan terpesona dengan kedudukan,
pangkat, dan jabatan karena itu cuma tempelan sebentar
saja, yang kalau tidak hati-hati justru itulah yang akan
menghinakan dirinya.

Nabi Muhammad saw. adalah produk didikan Tuhan


yang menantang mentari dalam panasnya, menembus

40
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

dinding kebobrokan moral yang membatu. Tidak heran


jika semangatnya tersebut mengundang simpati para
sahabat dan menggetarkan hati setiap kali mendengar
ucapannya dan jutaan bibir pun menyanjung namanya.
Nabi Muhammad saw. menegaskan bahwa ia tidak diutus
ke bumi melainkan untuk memperbaiki akhlak. Keburukan
moral masyarakat Arab yang jahiliah saat itu sudah sampai
pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Perbudakan,
penindasan terhadap kaum wanita, dan perilaku-perilaku
amoral lainnya tumbuh subur di sana. Nabi Muhammad saw.
kemudian hadir dengan mengajarkan prinsip-prinsip kasih
sayang, musyawarah, kedermawanan, dan persamaan hak.

Sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau sudah mendapat


gelar al-amin (yang dipercaya). Sehingga wajarlah kalau
beliau berbicara sesuatu, semua orang akan percaya. Ini
merupakan satu contoh betapa pentingnya nilai kejujuran
dalam sebuah komunikasi. Jika saja Rasulullah saw. tidak
memiliki kejujuran di hadapan umatnya, pasti tidak ada yang
mau mendengarkannya.

Soal pembentukan akhlak tentu tidak terlepas dengan


kiat dan strategi yang diterapkan. Ada baiknya kita simak
nasihat berikut ini.

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.


Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar
berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia
belajar menjadi rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan
penghinaan, ia belajar untuk menyesali diri. Jika anak
dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika

41
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar menjadi


percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia
belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-
baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan
dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika
anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi
dirinya. Jika anak dibesarkan dengan cinta, kasih sayang,
dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam

is
kehidupan. (Puisi karya Dorothy Law Nolte dengan judul
asli: Childern Learn What They Live).

l
nu
Sayang sekali kita terlalu banyak menuntut kepada
orang lain, padahal sebenarnya yang paling layak kita tuntut
adalah diri kita sendiri. Para guru bertanggung jawab kalau
Pe
para murid akhlaknya menjadi jelek. Karena mungkin akhlak
pak gurunya dan akhlak bu gurunya kurang baik. Lihat
moral para mahasiswa yang bejat, kumpul kebo, mengganja,
dan sebagainya. Tidak usah heran, lihatlah akhlak para
uk

dosennya, moral para dosennya yang mungkin tidak jauh


berbeda. Santri di pondok-pondok jadi turun ibadahnya,
nt

jelek akhlaknya, jarang tahajudnya, lihat saja akhlak para


ustadznya. Di kantor karyawan sering datang terlambat,
kinerjanya tidak optimal, kasus kehilangan meningkat, lihat
U

saja akhlak pimpinannya. Pimpinan mencuri, karyawan pun


akan mencontohnya dengan mencuri pula.

Oleh karena itu, pertanyaan yang harus selalu kita


lakukan adalah, ”Sudahkah diri kita ini menjadi contoh
kebaikan atau belum?” Omong kosong kita bicara masalah
disiplin atau masalah aturan, kalau ternyata kita sendiri

42
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

belum membiasakan diri untuk berdisiplin atau taat aturan.


Sehebat apa pun kata-kata yang terlontar dari mulut ini,
perilaku yang terpancar dari pribadi kita justru akan jauh
berpengaruh lebih dahsyat daripada kata-kata.

Bersiap-siaplah untuk menderita bagi seorang ayah


yang tidak bisa menjadi contoh kebaikan bagi anak-
anaknya. Bersiaplah untuk memikul kepahitan bagi seorang
ayah yang tidak dapat menjadi suri teladan bagi keluarga
dan keturunannya. Bersiap-siaplah untuk menghadapi
perusahaan yang ruwet dan rumit kalau seorang atasan tidak
menjadi contoh bagi karyawannya. Bersiaplah menghadapi
kepusingan jikalau seorang pimpinan tidak menjadi contoh
bagi yang dipimpinnya.

Ingat, jangan mimpi mengubah orang lain sebelum


diawali dengan mengubah diri sendiri. Allah SWT dengan
tegas menyatakan kemurkaannya bagi orang yang
menyuruh berperilaku apa-apa yang sebenarnya tidak ia
lakukan. ”Ibdak binafsik,” demikian sabda Rasulullah saw.

Allah SWT berfirman,

”(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan


apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS ash-Shâf [61]: 3)

Bukan tidak boleh berkata-kata, tetapi kemuliaan


akhlak pribadi akan jauh lebih memperjelas kata-kata kita.
Dan menjadi contoh juga tidak akan efektif kecuali contoh
itu penuh keikhlasan. Karena ada pula yang memberi contoh

43
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

tetapi riya, ingin dipuji, ingin dinilai orang lain hebat, ingin
dihormati, dan ingin dihargai. Kalau tujuannya seperti itu,
tidak akan berarti apa-apa. Hati hanya bisa disentuh oleh
hati lagi. Contoh yang tidak ikhlas tidak akan dicontoh oleh
orang lain. Contoh yang karena pujian, over acting, tidak akan
masuk kepada hati orang lain. Contoh haruslah dilakukan
dengan ikhlas. Jangan berharap atau bahkan berpikir untuk
dipuji dan dihormati.

is
Selalulah tanya kepada diri sendiri contoh apa yang akan

l
kita tunjukkan dalam hidup yang sekali-kalinya ini. Apakah

nu
contoh teladan kebaikan? Ataukah malah sebaliknya contoh
teladan keburukan? Na‘ûdzu billâh ….
Pe
Apakah contoh pribadi yang matang ataukah malah
pribadi yang kekanak-kanakan? Karenanya menjadi
suatu keharusan bagi seorang ayah, seorang ibu, seorang
pemimpin, dan bagi siapa pun untuk memberikan contoh
uk

terbaik dari dirinya. Hidup cuma sekali dan belum tentu


panjang umur. Akan menjadi suatu yang sangat indah
jikalau kenangan dan warisan terbesar bagi keluarga dan
nt

lingkungan sekitar adalah terpancarnya cahaya pribadi kita


yang layak diteladani oleh siapa pun. Semuanya tiada lain
U

adalah buah dari mulianya akhlak.

Imam Syafi‘i rahimahullâh mengatakan, ”Jika aku dicaci


maki oleh orang yang hina, itu petanda bahwa derajatku
akan bertambah. Karena tidak akan muncul keaiban kecuali
akibat perbuatan seseorang. Jika jiwaku belum menjadi
mulia atas dunia, akan kutetapkan ia di kalangan orang-
orang yang hina. Jika semua usahaku kuniatkan hanya

44
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

untuk kepentinganku sendiri, engkau akan menemukan


diriku memiliki banyak kesempatan untuk itu. Akan tetapi,
aku berusaha melakukan sesuatu untuk kepentingan
kawan-kawanku. Sungguh merupakan suatu cela atas
orang yang kenyang, sementara ia membiarkan kawan-
kawannya kelaparan.”

...
Jangan sekali-kali kita meremehkan
suatu perbuatan baik walaupun
hanya sekadar senyuman.
...

45
NASIHAT #17

Zuhud

”Engkau harus berlaku zuhud, sesungguhnya


zuhudnya orang yang zuhud itu lebih baik
daripada perhiasan yang ada pada tubuh wanita
yang menawan.”

(Imam Syafi‘i rahimahullâh)

N
asihat Imam Syafi‘i di atas menyadarkan kita
bahwa sebagai seorang yang bertauhid tidak boleh
mudah tertipu dengan jebakan dan godaan dunia
yang dapat menghancurkan kita. Orang yang bertauhid
sejatinya menjadikan Allah sebagai prioritas. Jika ingin
dicintai oleh Allah, kita sebaiknya berlaku zuhud terhadap
dunia ini. Rasulullah saw. pernah bersabda, ”Barang siapa
yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintainya dan
barang siapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan
manusia, niscaya manusia mencintainya.”

Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai


hal-hal yang bersifat duniawi, melainkan kita lebih yakin
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

dengan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di
tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud terhadap dunia,
sebanyak apa pun yang dimiliki sama sekali tidak akan
membuat hati merasa tenteram. Sebab, ketenteraman itu
hanyalah apa-apa yang ada di sisi Allah.

Andaikata kita merasa lebih tenteram dengan sejumlah


tabungan di bank, berarti kita belum zuhud. Seberapa besar
pun uang tabungan kita, seharusnya kita lebih merasa

is
tenteram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan apa pun

l
yang kita miliki belum tentu menjadi rezeki kita kalau tidak
ada izin dari Allah.
nu
Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang
Pe
memiliki kedudukan tertentu, hendaknya kita tidak sampai
merasa tenteram dengan jaminan mereka atau siapa pun.
Sebab, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali
atas izin Allah.
uk

Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apa pun


yang dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka
nt

dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak


dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala
kebutuhan kita. Jangan ukur kemuliaan seseorang dengan
U

adanya dunia di genggamannya. Sebaliknya, jangan pula


meremehkan seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa.
Kalau kita menghormati seseorang karena kedudukan
dan kekayaannya dan kalau kita meremehkan seseorang
karena ia papa dan jelata, maka ini berarti kita sudah mulai
cinta dunia. Akibatnya akan susah hati ini bercahaya di sisi
Allah.

210
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

Mengapa demikian? Sebab, hati kita akan dihinggapi


sifat sombong dan takabur sehingga selalu mudah
membeda-bedakan teman atau seseorang yang datang
kepada kita. Padahal, siapa tahu Allah mendatangkan
seseorang yang sederhana itu sebagai isyarat bahwa Dia
akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita.

Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali


bahwa keuntungan bagi dirinya adalah ketika ia dihormati,
disegani, dipuji, dan dimuliakan. Akan tetapi, bagi orang-
orang yang sangat merindukan kedudukan di sisi Allah,
justru kelezatan menikmati keuntungan itu ketika berhasil
dengan ikhlas menghargai, memuliakan, dan menolong
orang lain. Cukup ini saja! Perkara berterima kasih atau
tidak, itu sama sekali bukan urusan kita. Dapatnya kita
menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain pun
sudah merupakan keberuntungan yang sangat luar
biasa.

Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya


serba kalkulasi, balas membalas, serta ada imbalan atau
tidak ada imbalan. Karenanya, tidak usah heran kalau para
ahli dunia itu akan banyak letih karena hari-harinya selalu
penuh dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain
sebagainya dari orang lain. Terkadang untuk mendapatkan
semua itu ia merekayasa perkataan, penampilan, dan banyak
hal demi untuk meraih penghargaan.

Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting dibuat


tatanan kehidupan ini seproporsional mungkin, dengan
menghargai, memuliakan, dan membantu orang lain tanpa

211
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

mengharapkan imbalan apa pun. Inilah keuntungan-


keuntungan bagi ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan
menyukai apa-apa yang terbaik di sisi Allah daripada apa
yang didapatkan dari selain Dia.

Alhasil, siapa pun yang merindukan hatinya bercahaya


karena senantiasa dicahayai oleh nûr dari sisi Allah.
Hendaknya ia berjuang sekuat-kuatnya untuk mengubah
diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang tidak cinta

is
dunia, sehingga jadilah ia ahli zuhud.

l
nu
”Adakalanya nûr Ilahi itu turun kepadamu,” tulis Syekh
Ibnu ‘Atha’illah rahimahullâh dalam kitabnya, al-Hikam.
”Tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga
Pe
kembalilah nûr itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu,
kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Allah,
niscaya Allah akan memenuhinya dengan makrifat dan
rahasia-rahasia.” lanjutnya.
uk

Sungguh, akan merasakan hakikat kelezatan hidup di


dunia ini, yang sangat luar biasa, siapa pun yang hatinya
nt

telah dipenuhi dengan cahaya dari sisi Allah ‘Azza wa Jalla.


”…. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi
U

petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki


….” (QS an-Nûr [24]: 35)

Ada empat tipe manusia yang berkaitan dengan


harta dan gaya hidupnya. Pertama, orang berharta dan
memperlihatkan hartanya. Orang seperti ini biasanya
mewah gaya hidupnya. Untung perilakunya masih sesuai
dengan penghasilannya, sehingga secara finansial

212
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Hanya saja, ia akan


menjadi hina kalau bersikap sombong dan merendahkan
orang lain yang dianggap tidak selevel dengannya. Apalagi
kalau bersikap kikir dan tidak mau membayar zakat atau
mengeluarkan sedekah. Sebaliknya, ia akan terangkat
kemuliaannya dengan kekayaannya itu jikalau ia rendah
hati dan dermawan.

Kedua, orang yang tidak berharta banyak, tetapi ingin


kelihatan berharta. Gaya hidup mewahnya sebenarnya di
luar kemampuannya. Hal ini karena ia ingin selalu tampil
lebih daripada kenyataan. Tidaklah aneh bila keadaan
finansialnya lebih besar pasak daripada tiang. Tampaknya,
orang seperti ini benar-benar tahu seni menyiksa diri.
Hidupnya amat menderita dan sudah tentu ia menjadi
hina. Bahkan, ia menjadi bahan tertawaan orang lain yang
mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Ketiga, orang tidak berharta, tetapi berhasil hidup


bersahaja. Orang seperti ini tidak terlalu pening dalam
menjalani hidup karena tidak tersiksa oleh keinginan, tidak
ruwet oleh pujian, dan penilaian orang lain. Kebutuhan
hidupnya pun sederhana saja. Ia akan hina kalau menjadi
beban dengan menjadi peminta-minta yang tidak tahu diri.
Namun, tetap juga berpeluang menjadi mulia jikalau sangat
menjaga kehormatan dirinya dengan tidak menunjukan
berharap dikasihani, tidak menunjukan kemiskinannya,
tegar, dan memiliki harga diri.

Keempat, orang yang berharta, tetapi hidup bersahaja.


Inilah orang yang mulia dan memiliki keutamaan. Ia mampu

213
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

membeli apa pun yang diinginkan, tetapi berhasil menahan


dirinya untuk hidup seperlunya. Dampaknya, hidupnya tidak
berbiaya tinggi, tidak menjadi bahan iri dengki orang lain,
dan tertutup peluang menjadi sombong, serta takabur
dan riya. Dan yang lebih menawan akan menjadi contoh
kebaikan yang tidak habis-habisnya untuk menjadi bahan
pembicaraan. Memang aneh tetapi nyata jika orang yang
berkecukupan harta tetapi mampu hidup bersahaja (tentu

is
tanpa kikir). Sungguh, ia akan punya pesona kemuliaan
tersendiri. Pribadinya yang lebih kaya dan lebih berharga

l
dibanding seluruh harta yang dimilikinya, subhânallâh.

nu
Perlu kita pahami bahwa zuhud terhadap dunia bukan
berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi,
Pe
semacam harta benda dan kekayaan lainnya, melainkan kita
lebih yakin dengan apa yang ada di tangan Allah daripada
apa yang ada di tangan makhluk. Bagi orang yang zuhud
terhadap dunia, sebanyak apa pun harta yang dimiliki, sama
uk

sekali tidak akan membuat hatinya merasa tenteram, karena


ketenteraman yang hakiki adalah ketika kita yakin dengan
nt

janji dan jaminan Allah.

Andaikata kita merasa lebih tenteram dengan sejumlah


U

tabungan di bank, saham di sejumlah perusahaan ternama,


real estate investasi di sejumlah kompleks perumahan
mewah, atau sejumlah perusahaan multi nasional yang
dimiliki, maka ini berarti kita belum zuhud. Seberapa besar
pun uang tabungan kita, seberapa banyak saham pun yang
dimiliki, sebanyak apa pun aset yang dikuasai, seharusnya
kita tidak lebih merasa tenteram dengan jaminan mereka

214
Gerbang Kebahagiaan, Kearifan, Inspirasi, dan Muhasabah

atau siapa pun. Sebab, semua itu tidak akan datang kepada
kita, kecuali atas izin dari Allah. Dia-lah Maha Pemilik apa
pun yang ada di dunia ini.

Demikianlah, orang yang zuhud terhadap dunia melihat


apa pun yang dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka
dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan
tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan
kita, dan bahkan lebih tahu daripada kita sendiri. Ada
dan tiadanya dunia di sisi kita hendaknya jangan sampai
menggoyahkan batin. Karenanya, mulailah melihat dunia
ini dengan sangat biasa-biasa saja. Adanya tidak membuat
bangga, tiadanya tidak membuat sengsara. Seperti halnya
seorang tukang parkir. Ya, tukang parkir. Ada hal yang
menarik untuk diperhatikan sebagai perumpamaan dari
tukang parkir. Mengapa mereka tidak menjadi sombong pa­
dahal begitu banyak dan beraneka ragam jenis mobil yang
ada di pelataran parkirnya? Bahkan, walaupun berganti-
ganti setiap saat dengan yang lebih bagus atau pun dengan
yang lebih sederhana sekalipun, tidak memengaruhi
kepribadiannya! Ia senantiasa bersikap biasa-biasa saja.

Luar biasa tukang parkir ini. Jarang ada tukang parkir


yang petantang-petenteng memamerkan mobil-mobil
yang ada di lahan parkirnya. Lain waktu, ketika mobil-mobil
itu satu per satu meninggalkan lahan parkirnya, bahkan
sampai kosong ludes sama sekali, tidak menjadikan ia
stres. Kenapa sampai demikian? Tiada lain, karena tukang
parkir ini tidak merasa memiliki, melainkan merasa dititipi.
Ini rumusnya.

215
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Seharusnya begitulah sikap kita akan dunia ini. Punya


harta melimpah, deposito jutaan rupiah, atau mobil keluaran
terbaru paling mewah, tidak menjadi sombong sikap kita
karenanya. Begitu juga sebaliknya, ketika harta diambil,
jabatan dicopot, atau mobil dicuri, tidak menjadi stres dan
putus asa. Semuanya biasa-biasa saja. Bukankah semuanya
hanya titipan saja? Suka-suka yang menitipkan, mau diambil
sampai habis tandas sekalipun, silahkan saja, persoalannya

is
kita hanya dititipi.

l
Rasulullah saw. dalam hal ini pernah bersabda,

nu
”Melakukan zuhud dalam kehidupan dunia bukanlah
dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan
memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu
Pe
ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti
daripada apa yang ada pada Allah. Dan hendaknya engkau
bergembira memperoleh pahala musibah yang sedang
menimpamu walaupun musibah itu akan tetap menimpamu.”
uk

(HR Ahmad)
nt
U

216
Penutup

K
ita sudah sampai pada bagian akhir dari buku
ini. Se­jak awal kita sudah menjelaskan tentang
pesan-pesan (nasihat-nasihat) spiritual Imam
Syafi‘i rahimahullâh. Buku ini telah menjelaskan secara
cukup rinci tentang bagaimana menjadi seorang muslim
yang tidak hanya fokus dengan ritual-ritual formal syariah,
seperti shalat, puasa, zakat, menunaikan ibadah haji, dan
yang lainnya tetapi juga mengedepankan akhlak sebagai
tujuan tertinggi dari seluruh ibadah-ibadah ritual yang
dilaksanakan. Kalau kita memahaminya dengan baik dan
kita mempraktikkannya, insya Allah kita bukan hanya
menjadi muslim yang shalih secara ritual, tetapi juga
menjadi hamba yang shalih secara sosial.

Sejatinya nasihat-nasihat sufistik Imam Syafi‘i


rahimahullâh di atas perlu terus diajarkan untuk membasuh
jiwa kita yang kering kerontang dan jauh dari jalan Allah, di
samping dapat memperkuat landasan spiritual umat yang
sekarang sering merasakan kekeringan jiwa, persaingan
hidup tanpa henti, lifestyle yang bermuara pada hedonism,
dan materialisme. Pengaruh terjauh dari materialisme
adalah semakin tersingkirnya ruang nilai-nilai yang bersifat
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

transenden (nonmateri) yang sebenarnya juga menjadi


kebutuhan dasar batin dan jiwa manusia. Sebab, tanpanya
keseimbangan hidup manusia akan timpang. Agar tidak
kekeringan, dibutuhkan spiritualitas. Spiritualitas yang
memperkaya keimanan dapat dicapai melalui kesediaan diri
melihat realitas keduniawian secara relatif, hanya sebagai
jembatan perantara untuk jalan yang lebih panjang dan
abadi setelah mati.

is
Rutinitas ibadah ritual sejatinya diikuti dengan se­

l
mangat menebar cinta dan kasih sayang kepada sesama,

nu
bagaimana menghadirkan Tuhan dalam diri. Menghadirkan
sifat-sifat Tuhan dalam diri menyebabkan seseorang ber­
tindak dengan kasih dan sayang. Tak memandang orang
Pe
lain sebagai ancaman dan musuh, melainkan sebagai
hamba-hamba Tuhan yang perlu mendapat sentuhan kasih
kita.
uk

Ukuran kebertuhanan seseorang sejatinya tidak hanya


dilihat dari pengalaman personalnya dalam kesendirian,
kealiman batin, dan kesantunan pribadi, melainkan juga
nt

pada keshalihan sosial, keberdampakan iman bagi orang


banyak. Bertuhan dan beriman dalam skala yang paling
U

akbar adalah perjalanan atau pengalaman personal mikraj


Nabi Muhammad saw., ketika mendapat pesan melalui
bahasa langit, dan kembalinya Nabi Muhammad saw. untuk
mewartakan pesan tadi kepada umat ke dalam bahasa
bumi.

218
Daftar Pustaka

al-Jamal, Muhammad Hasan. 2007. Hayâh al-Imâmah


(diterjemahkan oleh M. Khaled Muslih dan Imam
Awaluddin dengan judul Biografi 10 Imam Besar).
Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
al-Kubiy, Sa’aduddin bin Muhammad. Cetakan pertama.
1432 H. Hasyiyah ‘ala al-Qaul al-Mukhtar fî Syarh
Ghayatil Ikhtishar. Maktabah al-Ma’arif Riyadh.
al-Qardawi, Yusuf. 2002. cet. ke-4. Fiqh Perbedaan Pendapat
antar Gerakan Islam. Jakarta: Rabbani Press.
as-Sayis, Muhammad Ali. 2003. Târikh al-Fiqh al-Islâmi
(diterjemahkan oleh Nurhadi Aga dengan judul Sejarah
Fikih Islam). Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
asy-Syafi‘I, Imam Muhammad bin idris. Kitab al-umm Lil
Imam Asy-syafi‘i.
asy-Syafi‘I, Imam Muhammad bin Idris. t.t. ar-Risalah. Beirut:
Dar al-Fikr.
asy-Syafi‘I, Imam Muhammad bin Idris. t.t. Kitab Ikhtilaful
Hadits. Beirut: Dar al-Fikr.
asy-Syurbasyi, Ahmad. 1991. Sejarah dan Biografi empat
Madzhab. Penerbit Amzah.
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Chalil, Moenawir. 1995. Biografi Empat Serangkai Imam


Mazhab. Jakarta: Bulan Bintang.
Dahlan, Abdul Azis. (et.al), 1996. Ensiklopedi Hukum Islam,
artikel Asy-Syafi‘i, Imam, Jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve.
Hasan, M. Ali. 2002. Perbandingan Mazhab. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Khalil, Rasyad Hasan. 2009. Târikh al-Tasyrî’ al-Islâmi

is
(diterjemahkan oleh Nadirsyah Hawari dengan judul
Tarikh Tasyri’, Sejarah Legislasi Hukum Islam) Jakarta:

l
Amzah.
nu
Mubarok, Jaih. 2002. Modifikasi Hukum Islam, Studi tentang
Qaul Qadim dan Qaul Jadid. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Pe
Persada.
Nur, Saifudin. 2007. Ilmu Fiqh Suatu Pengantar Komprehensif
kepada Hukum Islam. Bandung: Tafakur.
uk

Philips, Abu Amenah Bilal. 2005. The Evolution of Fiqh: Islamic


Law and the Madhabs, diterjemahkan oleh Muhammad
Fauzi Arifin, dengan Judul Asal Usul dan Perkembangan
nt

Fiqih. Bandung: Nusa Media dan Nuansa.


Tim Penyusun. 2001. Ensiklopedi Islam, artikel Syafi‘i, Imam.
U

Jilid 4. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.


Zahrah, Abu. 1418 H. /1997. al-Syafi‘i Hayatuhu wa Asruhu
wa Ara’uhu wa Fiqhuhu. Beirut: Dar al-Fikr.

220
Tentang Penulis

B
ambang Irawan, seorang dosen Tasawuf dan Peng­
kajian Islam di UIN Sumut. Ia memperoleh gelar
S.Ag. dari IAIN Surakarta pada tahun 1997, gelar
M.A. dari IAIN Walisongo Semarang pada tahun 1999, dan
gelar doktor dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tahun 2009. Ia pernah mengikuti program pembibitan calon
do­sen (cados) di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang
UIN) selama 6 bulan pada tahun 1999, berkunjung ke
Amerika Serikat (USA) dalam acara International Visitor
Program, Presenter Seminar, dan Dakwah pada tahun
2004, 2013, 2014, 2015, dan 2016, serta studi banding
ke Singapura dan Malaysia pada tahun 2014. Selain itu,
ia pernah mengikuti Refresher Program Dosen-Dosen di
Australian National University (ANU) Canberra, Melbourne
dan Sidney, Australia, pada tahun 2011, pernah dipercaya
sebagai leader (muthowwif) dalam wisata spiritual (umrah)
ke Makkah, Saudi Arabia, pada tahun 2011, dan pernah
melakukan Research Sabbatical Leave Program selama 3
bulan di United Kingdom, London, pada tahun 2015.
Untaian Nasihat Imam Syafi‘i

Di samping itu, ia pun aktif mengisi kajian rutin bulanan


tasawuf Kitab al-Hikam di Masjid Istiqlal Jakarta, Masjid at-Tin
Taman Mini, Masjid Raya Bintaro, Masjid Mahkamah Agung,
Masjid Raya Pondok Indah, Masjid Puri Cinere, Masjid Husnul
Khotimah Mega Cinere, Masjid Adzikri Pesona Kayangan
Depok, serta beberapa tempat di kementerian dan BUMN.
Ia juga pernah dipercaya sebagai narasumber (pengisi
siraman rohani di masjid RCTI, TPI, MNCTV, Deli TV, CTV

is
Banten, dan SCTV). Pengalaman dakwah sudah dijalaninya
di berbagai wilayah, seperti Banda Aceh, Sumatera, Jawa,

l
Jakarta, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

nu
Beberapa buku yang telah diterbitkan, antara lain
Excellent Personality, The Power of Shalawat, Pengantar Studi
Pe
Tasawuf, Pemikiran Epistemologi Thabathaba’i, Bekal Hidup
Muslim, The Secret of The Secret, Menemukan Jiwa yang
Hilang, Kebahagiaan tanpa Batas, Mengenal Epistemologi
Kaum Sufi, dan Welcome to Your Problem.
uk

Saat ini ia berdomisili di Jalan Cenderawasih Perum Griya


Cenderawasih 2 No. 12/B, Kel. Sawah Baru, Kec. Ciputat,
nt

Tangsel. Penulis membuka silaturahmi seluas-luasnya di


Email: bambang_irawan2005@yahoo.com atau HP 0812
U

6590 213.

222

Anda mungkin juga menyukai