dr. Widyastuti
Latar belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare (Salwan, 2008). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2008, 15% dari kematian anak dibawah 5 tahun disebabkan oleh penyakit diare (WHO,
2008).Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama.
Di Indonesia, diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama pada
balita.
Masih tingginya angka kesakitan diare disebabkan kesehatan lingkungan yang belum
memadai, keadaan gizi, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi,
dan perilaku masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
penyakit ini. Berbagai mikroorganisme dilaporkan sebagai penyebab penyakit diare pada
anak antara lain: Rotavirus, Salmonella Sp, Shigela Sp, Campylobacter Sp, Vibrio Cholerae.
Walaupun demikian Rotavirus merupakan etiologi tertinggi di Indonesia dan telah dilaporkan
insidensinya mencapai 54,3%
Angka kesakitan diare mencapai 200 sampai 400 kejadian tiap 1000 penduduk setiap
tahun. Sebagian besar (70%-80%) penderita adalah anak balita dan 1%-2% dari penderita
akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal. Tercatat 300.000500.000 anak balita yang meninggal akibat diare. Menurut pencatatan Departemen Kesehatan
R.I., pengelolaan yang benar dewasa ini dapat mengurangi lebih dari 95% kematian akibat
diare akut. Dalam jangka pendek upe.ya pelayanan kesehatan telah dilaksanakan
pembudayaarl rehidrasi di kalangan masyarakat, khususnya dengan menggune.kan bubuk
rehidrasi oral. Upaya rehidrasi oral harus dilanjutkan dengan upaya-upaya lainnya. Yaitu
pengamatan penyakit, meningkatkan status gizi gena kesehatan lingkungan. Kegiatan itu
bersifat paripurna dan berkesinambungan. Kebanyakan kasus diare akut dengan pengelolaan
yang tepat akan sembuh sendiri, namun dari sebagian kecil yang tenolong akan mengalami
diare kronik atau komplikasi yang lain, sehingga akan menimbulkan pula kematian yang
berarti.
Permasalahan
Keluarga
Masyarakat
Tidak adanya koordinasi dalam masyarakat dalam penanganan penyakit diare dan
Individu
Anak sebagai penderita diare terbanyak tidak mengetahui cara pencegahan terhadap
penyakit diare
Imunitas anak yang masih rendah sehingga mudah terkena diare
kejadian diare
Penyuluhan PHBS (ASI eksklusif,
menggunakan air bersih, jamban sehat
diare
Penyuluhan tentang kantin sehat
Advokasi kepada sekolah-sekolah di
masyarakat untuk melakukan pemantauan
yang dijual
penyakit diare
Imunitas anak yang masih rendah sehingga
mudah terkena diare
Pelaksanaan
Permasalahan
Keluarga
Kurangnya pengetahuan
keluarga mengenai penyakit
Alternatif Pemecahan
Rencana Pelaksanaan
Masalah
Kegiatan
Penyuluhan dan
pemberian leaflet
kesehatan lainnya
mencuci tangan)
PHBS
Pelatihan pembuatan
pada anak
oralit
oralit
Masyarakat
Sebagian besar masyarakat
Penyuluhan dan
pemberian leaflet
kejadian diare
Penyuluhan PHBS (ASI
kesehatan lainnya
mencuci tangan)
PHBS
Melibatkan kesling
dalam pemantauan
lingkungan yang
terdapat diare
Koordinasi antara
puskesmas dan
posyandu beserta
kader untuk
pelaporan kasus
diare dan
Kantin sekolah yang tidak
sehat
Advokasi kepada sekolah-
mengenai kantin
sekolah di masyarakat
melibatkan pihak
untuk melakukan
pemantauan terhadap kantin
puskesmas
Pengawasan secara
disekolah masing-masing
berkala terhadap
kantin di masing-
didepan sekolah
penanganan diare
Penyuluhan
sehat yang
pengawasan terhadap
ke penjual jajanan
didepan sekolah
Individu
Anak sebagai penderita diare
Penyuluhan dan
pemberian leaflet
penyakit diare
kesehatan lainnya
mengenai Diare dan
PHBS
Penyuluhan tentang
diare
rangka meningkatkan
bergizi
imunitas anak
Monitoring, evaluasi, dan kesimpulan
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan menggunakan rekam medik ataupun simpus, yaitu dengan mencatat
angka kejadian diare pada anak dan dihitung kemudian dievaluasi setiap bulannya.
Monitoring dapat dilakukan berdasarkan catatan yang terdapat di posyandu mengenai
jumlah kasus diare dan pelaporannya.
Monitoring dapat dilakukan dengan sekolah melalui pemantauan kantin dan makanan
yang dijual dan juga pengawasan terhadap penjual makanan diluar sekolah yang tidak
Kesimpulan
Pencegahan kejadian penyakit diare tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan akan
tetapi perlu adanya partisipasi dari orang tua, lingkungan tempat tinggal (masyarakat),
lingkungan sekolah, serta penderita sendiri. Dengan adanya kerjasama yang baik maka
diharapkan angka kejadian diare pada anak bisa dicegah.