BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penayakit cacingan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.
Jenis-jenis cacing yang banyak ditemukan dan mudah berkembang di daerah
Asia tropis dan subtropis termasuk di Indonesia adalah
cacing gelang
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan upaya
pencegahan infeksi cacing pada balita di Desa Sambiroto Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan upaya
pencegahan infeksi cacing pada balita.
2.
Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat :
Mengetahui cara pencegahan infeksi kecacingan yang baik pada balita.
2. Bagi peneliti :
Dapat menambah pengetahuan dan memberi pengalaman dalam meneliti.
3. Bagi pengembangan ilmu :
Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005) adalah proses pengubahan cara berfikir atau tata laku seseorang
atau sekolompok orang dalam, usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.
Menurut Ihsan Fuad (2005) pendidikan adalah aktivitas dan usaha
manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina
potensi potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi
nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab
menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi
pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan,
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat
kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.
Tingkat pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi (Ihsan, 2005).
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan
dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam
masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan
dasar. Pendidikan
ini
dapat
berupa
lapangan
kerja.
Pendidikan
menengah
kejuruan
B. Kecacingan
1. Infeksi cacing
Infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim
tropis, terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat
penduduknya. Semua umur dapat terinfeksi kecacingan dan prevalensi
tertinggi terdapat pada anak-anak. Penyakit ini sangat erat hubungannya
dengan keadaan sosial-ekonomi, kebersihan diri dan lingkungan. Infeksi
kecacingan
adalah
ditemukannya
satu atau
lebih
telur
cacing
c.
hidup yang
Patofisiologi Ancylostoma
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus. Selain
mengisap darah, cacing tambang juga menyebabkan perdarahan
pada luka tempat bekas tempat isapan. Infeksi oleh cacing tambang
menyebabkan kehilangan darah secara perlahanlahan sehingga
penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat
menurunkan
gairah
kerja
serta
menurunkan
produktifitas.
10
c.
Epidemiologi Ancylostoma
Insiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada
penduduk
yang
bertempat
tinggal
di
perkebunan
atau
11
b.
12
penting
untuk
penyebaran
penyakit
adalah
13
14
(Oxyuris)
neuromuskuler,
berdasarkan
hingga
cacing
perintangan
dilumpuhkan
penerusan-impuls
dan
kemudian
15
paruh dalam plasma adalah 10-12 jam. Lebih dari 50% diekskresikan
melalui urin dalam keadaan utuh (Tan, 2007).
3) Pirantel : Combantrin
Derivat pirimidin ini berkhasiat terhadap Ascaris, Oxyuris dan
Necator, tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris. Mekanisme
bekerjanya melumpuhkan cacing dengan jalan menghambat propagasi
impuls neuromuskuler. Kemudian, parasit dikeluarkan oleh peristaltik
usus tanpa memerlukan laksans. Resorpsinya dari usus adalah ringan
(Howland, 2006). Ia diekskresikan dalam keadaan utuh bersama
metabolitnya melalui tinja sebanyak 50% dan lebih kurang 7%
dikeluarkan melalui urin.
4) Levamisol : Levotetramisol, Askamex, Ergamisol
Derivat imidazol ini (1969) sangat efektif terhadap cacing gelang dan
cacing tambang dengan jalan melumpuhkannya. Khasiat lainnya yang
sangat
penting
adalah
stimulasi
sistem
imunologi
tubuh
16
6) Niklosamida : Yomesan
Senyawa nitrosalisilanilida ini sangat efektif sebagai vermisid
terhadap cacing pita, tetapi tidak efektif terhadap telurnya. Khasiatnya
diperkirakan melalui peningkatan kepekaan cacing terhadap enzim
protease dalam usus penderita hingga cacing lebih mudah dicerna.
Umumnya terapi dinilai efektif bila setelah 3-4 bulan tidak ditemukan
lagi segmen cacing (proglottida) dan telurnya dalam tinja (Tan &
Rahardja, 2007). Khususnya pada infeksi oleh Taenia solium setelah
segmen dicernakan, telurnya akan dibebaskan dalam rongga usus,
sehingga timbul kemungkinan cysticercosis bagi pasien. Dalam hal itu
perlu diberikan laksans garam 3-4 jam setelah pengobatan untuk
mengeluarkan segmen mati. Laksans tidak diperlukan pada infeksi
Taenia saginata karena tidak ada resiko cysticercosis. Resorpsinya
dalam saluran cerna sekitar 15% dan sebagian besar diekskresiakan
melalui urin dalam bentuk yang sudah direduksi, sisanya melalui tinja
dalam 1-2 hari. Waktu paruhnya dalam plasma darah adalah selama 3
jam.
7) Ivermectin : Stromectol
Hasil fermentasi dari jamur Streptomyces avermitilis ini merupakan
obat terpilih untuk infeksi cacing benang (onchocerciasis). Obat ini
berdaya mengurangi mikrofilaria di kulit dan di mata dengan efektif.
Ivermectin juga sangat efektif terhadap Ascaris dan Strongyloides,
tetapi lebih ringan daya kerjanya terhadap Oxyuris dan Trichiuris.
17
Selain itu, ampuh juga terahadap kudis dan kutu rambut. Waktu
paruhnya selama 12 jam dan ekskresinya berlangsung khusus melalui
tinja. Obat ini dikontraindikasi pasa pasien mengidap meningitis dan
juga pada ibu hamil. Pembasmian mikrofilaria dapat mengakibatkan
reaksi Mazotti yaitu demam, nyeri kepala, somnolens dan hipotensi
(Howland, 2006).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Kecacingan
a) Faktor Iklim
Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yaitu di
daerah tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan
untuk Necator americanus dan Ancylostoma duodenale penyebaran ini
paling banyak di daerah panas dan lembab. Lingkungan yang paling
cocok sebagai habitat dengan suhu dan kelembapan yang tinggi
terutama di daerah perkebunan dan pertambangan (Onggowaluyo,
2002).
b) Faktor Pendidikan
Sri Alemina Ginting (2003), menemukan bahwa kejadian
kecacingan tertinggi pada anak sekolah di Desa Suka, Kecamatan Tiga
Panah, Kabupaten Karo adalah pada anak sekolah yang orang tuanya
berpendidikan SD. Kejadian infeksi yang lebih kecil ditemukan pada
anak sekolah yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih
baik (Ginting, 2003).
c) Faktor Sosial Ekonomi
18
seseorang
untuk
memelihara
dan
mempertinggi
derajat
b.
c.
d.
e.
f.
g.
e) Faktor Lingkungan
19
20
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
Upaya Pencegahan
Infeksi Cacing
22
: Tidak diteliti
B. Hipotesis penelitian
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan upaya
pencegahan infeksi cacing pada balita di Desa Sambiroto Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data
dilakukan pada suatu waktu tertentu dengan cara wawancara kepada
responden menggunakan kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis statistik korelasi.
23
a.
Besar sampel
Dalam penentuan besar sampel dapatdilakukan dengan beberapa rumus.
Menurut Notoadmodjo, 2002 besar sampel ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
N
n=
1 Nd
24
1579
1 1579 0,1
maka
n=
n=
1579
1 1579 0,01
1579
16,79
n=
n = 94,044073853
n = 95 sampel
N n
25
c. Kriteria Inklusi
1) Ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun
2) Ibu balita yang bersedia untuk menjadi responden dan telah
mendapatkan informed consent sebelumnya untuk mengikuti
penelitian.
d. Kriteria Eksklusi
1) Ibu yang tidak mempunyai balita usia 1-5 tahun
2) Ibu balita yang tidak mau menjadi responden
D. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari :
1. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Tingkat
Pendidikan Ibu.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen (tergantung) dalam penelitian ini adalah Upaya
Pencegahan Infeksi cacing.
26
Variabel
Definisi Operasional
Tingkat
pendidikan
ibu
Tingkat pendidikan
terakhir yang
ditamatkan responden
saat mengisi kuisioner
Alat Ukur
Skala
Kuesioner
Nominal
Kuesioner
Ordinal
b. Pendidikan Dasar:
SD/SMP sederajat
c. Pendidikan
menengah: SMA
sederajat
: SMA sederajat
2.
Upaya
Pencegahan
Infeksi
Cacing
12 cara pencegahan
infeksi kecacingan
pada balita menurut
Satari, 2007
1. Memandikan anak
dengan air bersih.
2. Memotong kuku
anak.
3. Mencuci tangan
dengan sabun.
4. Biasakan anak
gunakan sandal
atau sepatu.
5. Mencuci sayuran
dan buah-buahan
sebelum di
konsumsi.
6. Melarang anak
memasukkan
tangannya ke
dalam mulut.
7. Mengajarkan anak
menggunakan
toilet.
8. Memelihara
kebersihan
lingkungan.
d. Pendidikan Tinggi:
Diploma / S1 / S2 /
S3
Baik, bila total skor
jawaban responden
sebanyak 29 - 36
Sedang, bila total skor
jawaban responden
sebanyak 18 - 28
Kurang, bila total skor
jawaban responden <
18
27
9. Mencuci tangan
sebelum menyuapi
anak atau
memegang anak.
10. Menutup makanan
dengan tutup saji.
11. Hindari jajan.
sembarangan.
12. Anjurkan minum
obat cacing setiap
3 atau 4 bulan
sekali.
F. Prosedur Penelitian
1.
Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer.
Data primer meliputi identitas responden, umur, dan tingkat
pendidikan ibu.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan
2.
28
F. Analisis Data
Pada analisis data penelitian hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
pencegahan infeksi kecacingan, maka data dapat dikumpulkan dan diolah
dalam bentuk tabel-tabel distribusi kemudian akan disajikan lebih lanjut dalam
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Alimul A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Merdika, hal. 38-41.
Entjang I. 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti: Bandung, hal
131-133.
31
Ihsan Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, hal 33-40.
Nomor
424/MENKES/SK/VI/2006
Tentang
Pendoman
Mardiana, D. 2008. Prevalensi Cacing Usus pada Murid Sekolah Dasar Wajib
Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Daerah Kumuh di
Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 7 No. 2, 769-774
32
Peter, J. Hotes. 2003. Soil Transmitted Helminth Infection: The Nature Causes
and Burden of the condition. WHO: Departemen of Mikrobiologi and
Topical Medicine The George Washington University, hal 17,21,22.
Rampengan, TH. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC,
hal. 84-87.
Satari, dkk. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka, hal 123-125.
33
Soedarto, 2008. Parasitologi Klinik, Airlangga University Press, Surabaya, hal 7075
Tan, H.T., Rahardja, K., 2007. Obat-Obat Penting; Khasiat, Penggunaan dan
Efek Sampingnya. edisi ke 6. Pt. Elex Media Komputindo, 197-206.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed. 3. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, hal 243-247.