Anda di halaman 1dari 32

1

.BAB I

PENDAHULUAN

Meningioma adalah tumor yang berasal dari meningens yang berfungsi sebagai

membran pelindung yang menutupi otak. Meningioma berasal dari sel induk

arachnoid yang terletak di lapisan arachnoid yang menutupi permukaan dari otak

yang dapat terjadi intrakranial atau antara saluran spinal.1

Angka kejadian meningioma 20% dari seluruh tumor primer otak. Tumor ini

lebih sering dialami wanita daripada pria dan biasanya terjadi pada usia 50-60 tahun,

tetapi tidak menutup kemungkinan dapat muncul pada masa kanak-kanak atau pada

usia lanjut dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa

anggota di satu keluarga. Korelasinya dengan trauma kapitis masih dalam pencarian

karena belum cukup bukti untuk memastikannya. Pada umumnya meningioma

dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel

di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak pada

tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.2,3

Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen. Sekitar 25 %

mengenai falx dan parasagital yang dapat dibedakan menjadi sepertiga anterior,

tengah, dan posterior. Tumor ini tertutup oleh korteks di atasnya dan cenderung

tumbuh mayoritas pada satu hemisfer tetapi bisa bilateral. Pada beberapa psien,

tumor tumbuh ke tepi inferior sinus sagital. 3

Meskipun kebanyakan meningioma bersifat jinak (benigna) tumor ini bisa

mengalami kekambuhan setelah diangkat. Manifestai klinis yang ditimbulkan sangat

bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu yang dapat mengakibatkan

kondisi serius dan berpotensi mengakibatkan kematian. 3


2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Meningioma adalah tumor pada mening, yang merupakan selaput pelindung

yang melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel meningen itu belum

dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat

antara tumor ini dengan villi arachnoid. Tumbuhnva meningioma kebanvakan di

temnat ditemukan banyak villi arachnoid. Meningioma dapat timbul pada tempat

manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di

hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak

(benign). Meningioma malignant jarang terjadi. 2

2.2. INSIDENSI

Meningioma merupakan neoplasma intracranial nomor 2 dalam urutan frekuensinya

yaitu mencapai angka 20% dan 12 % dari semua tumor medulla spinalis.

Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih

sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 50-60 tahun, tetapi

tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang

lebih lanjut, dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa

anggota di satu keluarga. Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan 10

% malignant. Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 3 : 2 , namun ada pula

sumber yang menyebutkan 7 : 2. 2


3

Tumor Otak yang berasal dari saraf

Tempat predileksi di ruang cranium supratentorial ialah daerah parasagital.

Yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal biasanya gepeng atau

kecil bundar. Bilamana meningioma terletak infratentorial, kebanyakan didapati di

samping medial os petrosum di dekat sudut serebelopontin. Meningioma spinalis

mempunyai kecenderungan untuk memilih tempat di bagian T.4 sampai T.8.

Meningioma yang bulat sering menimbulkan penipisan pada tulang tengkorak

sedangkan yang gepeng justru menimbulkan hyperostosis. 3


4

Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat

menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak

yang terganggu. Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20%

menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis. Sindroma lobus frontalis sendiri

merupakan gejala ketidakmampuan mengatur perilaku seperti impulsif, apati,

disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan ketidakmampuan

mengatur mood. 3

2.3. ANATOMI

Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dan

medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya

berurutan dari superficial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut

leptomening 4

Dura mater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari

lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis

melekat erat pada dinding canalis vertebralis, menjadi

endosteum(periosteum),sehingga di antara lamina meningialis dan lamina

endostealis terdapat spatium extraduralis(spatium epiduralis) yang berisi jaringan

ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid terdapat

spatium subdurale yang berisi cairan lymphe. Pada enchepalon lamina endostealis

melekat erat pada permukaan interior cranium, terutama pada sutura, basis crania

dan tepi foramen occipital magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan

yang licin dan dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa,

yaitu 4;
5

1. Falx cerebri

2. Tentorium cerebella

3. Falx cerebella

4. Diaphragm sellae

Lapisan Meningen

Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeninges. Kedua

lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae.Arachniod

adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium subdurale dengan dura mater.

Antara archnoid dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum yang berisi liquor

cerebrospinalis. Arachnoid yang membungkus basis serebri berbentuk tebal

sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan transparant.


6

Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulation arachnoidea,

masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior 4.

Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia

cerebri membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut

reticularis dan elastic, ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia terdiri

dari lapisan sel mesodermal tipis seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid,

membrane ini menutupi semua permukaan otak dan medulla spinalis 4.

2.4. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum diketahui.

Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan penyebab meningioma. Penyebab

yang tersering adalah paparan radiasi antara 132-315 rontgen, dimana dosis ini sama

dengan 1-3 Gy. Karakteristik dari radiasi adalah radiasi yang memiliki periode laten

36-38 tahun bagi pasien yang mendapatkan dosis radiasi yang rendah pada kepala,

dimana pasien yang menderita meningioma setelah terpapar dosis radiasi tinggi akan

menimbulkan tanda paling cepat 5 tahun sesudahnya. Meningioma yang terjadi

akibat adanya paparan radiasi lebih sering terjadi, dimana angka kejadiannya

mencapai 80%.5

Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun

beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang

jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang mempelajari

beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80%

dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen

neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12,

ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan
7

beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi

meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen

yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma. 5

Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor.

Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan

tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis

reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada

pertumbuhan tumor ini. Berbagai macam jaringan normal dan neoplastik

mengekspresikan EGFR, overekspresi dari EGFR ditemukan pada sejumlah tumor

termasuk payudara, paru-paru, kepala, leher, glioblastoma, dan

karsinoma kolorektal. Baru-baru ini, sebuah dugaan muncul dalam menilai ekspresi

EGFR dalam sejumlah keganasan SSP seperti meningioma dan glioma.

Wernicke dkk melaporkan tingginya ekspresi EGFR pada penderita meningioma.

Overekspresi EGFR diduga terlibat dalam proliferasi dan diferensiasi

meningothelial sel. 3

Meningioma memiliki reseptor yang berhubungan dengan hormone estrogen,

progesterone, dan androgen, yang juga dihubungkan dengan kaknker payudara. Hal

ini dibuktikan dengan adanya perubahan ukuran tumor pada fase lutheal siklus haid

dan kehamilan.(wie) Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak

meningiomas, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya

dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien

perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu

meningioma. Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum

ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin meningioma

tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan 3


8

Pada umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari

glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel

tersebut ialah sel yang terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura

yang menutupi radiks. 3

2.5 FAKTOR RESIKO

Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan

risiko terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi pengion; faktor lingkungan berupa

gaya hidup dan genetik telah dipelajari namun perannya masih dipertanyakan. Faktor

lain yang telah diteliti yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan

telepon genggam, dan variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai

berperan adalah keadaan penyakit yang sudah ada seperti diabetes mellitus,

hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian pewarna rambut; pajanan

gelombang micro atau medan magnt, merokok; trauma kepala; dan alergi. Sebagian

faktor risiko diatas dinilai tidak signifikan atau tidak konsisten bila dihubungkan

dengan risiko yang ditemukan pada pasien meningioma, hal ini dapat disebabkan

jumlah sampel penelitian yang sedikit, waktu follow up yang singkat, dan adanya

perbedaan kriteria dan pajanan.6

Hormon

Melihat dari dominannya insidensi meningioma pada wanita dibanding pria,

adanya ekspresi hormone pada beberapa tumor tertentu, kemungkinan adanya

hubungan dengan kanker payudara dan laporan perubahan ukuran tumor saat

kehamilan, siklus menstruarsi, dan menopause; beberapa peneleti menyatakan

adanya hubungan antara hormone sebagai faktor risiko meningioma.3


9

Pada sebuah penelitian telah meneliti mengenai hubungan antara pemakaian

kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormone pada wanita pre-menopause dan post-

menopause untuk melihat risiko kemungkinan meningioma; secara umum data-data

tidak memperlihatkan bukti yang kuat bahwa kontrasepsi oral sebagai faktor risiko

meningioma namun sebaliknya pemakaian terapi pengganti hormone

mengindikasikan kemungkinan hubungan sebagai faktor risiko. Wigertz dan kawan-

kawan menemukan bahwa terdapat peningkatan signifikan risiko meningioma pada

wanita post-menopause di Swedia yang pernah menggunakan terapi pengganti

hormone (OR [95% CI] 1.7 [1.02.8]), hasil ini mengkonfirmasi penemuan Jhawar

dan kawan-kawan dalam penelitian Nurse health study. Perlu diperhatikan bahwa

tidak semua penelitian menunjukkan hubungan antara pemakaian terapi pengganti

hormone dengan meningioma.6

Pemakaian telepon genggam

Pertanyaan mengenai penggunaan telepon genggam dapat menyebabkan

meningioma sangat marak di masyarakat namun sampai sekarang bukti yang

menunjukkan hal tersebut masih sedikit. Berbagai penelitian kasus kontrol sudah

dilakukan di populasi Amerika Serikat, Eropa, dan Israel untuk mencari hubungan

pemakaian telepon genggam dengan risiko tumor otak; semua penelitian di atas tidak

menunjukkan hubungan yang signifikan. Namun demikian beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemakaian telepon genggam jangka panjang (> 10 tahun)

menunjukkan peningkatan risiko neuroma akustik, suatu tipe glioma high grade.

Genetik

Sebagian besar meningioma merupakan tumor sporadik; pasien dengan lesi

sporadic tidak memilii riwayat tumor otak pada keluarganya. Sindrom genetik yang

diketahui menjadi faktor risiko pertumbuhan meningioma hanya sedikit dan jarang.
10

Meningioma dapat ditemukan pada pasien dengan NF2, sebuah kelainan autosom

dominan yang disebabkan oleh mutasi pada gen NF2 di 22q12; kelainan ini memiliki

insidensi 1 per 30.000 40.000 di Amerika Serikat.3 Namun demikian, terdapat

kemungkinan banyak gen disamping NF2 yang terlibat dalam meningioma familial.

Dilaporkan meningioma pada keluarga-keluarga di Swedia tanpa ditemukan adanya

gen NF2, terdapat hubungan signifikan antara diagnosis meningioma dengan riwayat

meningioma pada orang tua ([95% CI] 3.06 [1.844.79]).3 Penelitian cohort tinea

capitis, pasien meningioma yang sebelumnya mendapat radiasi pengion lebih banyak

insidensinya pada pasien yang memliki orang tua dengan riwayat pajanan radiasi

pengion; hal ini menggambarkan kerentanan genetik. Selain itu, sekitar 50% pasien

meningioma sporadic juga memiliki mutasi pada gen NF2 atau mutasi gen lain yang

melibatkan lengan kromosom 22q12.6

2.6. PATOFISIOLOGI

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum

diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara

histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang

mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma

sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan

dalam tumor genesis dan perkembangan edema peritumoral. 3

Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya

faktor etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga

saat ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan

reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga

ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor
11

untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex diekspressikan

oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik dan teknik biologi

molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam konsentrasi yang rendah.

Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma. Reseptor

somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.2

Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan

pada meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma

sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (2010)

melaporkan meningioma secara bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma

mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan hubungan karsinoma

mammae dengan meningioma.2

Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak

menginvasi otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang

penting dalam pertumbuhan meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat menjadi

cepat selama periode peningkatan hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan

kehamilan.2

Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah diteliti,

tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai penyebab

meningioma. Philips et al melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus meningioma

setelah trauma kepala.

2.7. KLASIFIKASI

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah

diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat
12

pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun

berbeda-beda di tiap derajatnya.7

a. Grade I

Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala,

mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara

periodic. Jika tumor semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat

menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan.

Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan observasi

yang continue.7

b. Grade II

Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih

cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang

lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada

tipe ini. Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah

pembedahan.7

c. Grade III

Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma

malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang

dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan

yang pertama untuk grade III diikuri dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi

tumor, dapat dilakukan kemoterapi.7

Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan lokasi dari

tumor 3

1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah

selaputyang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan
13

kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma

terdapat di sekitar falx

2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan

atas otak.

3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah

belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.

4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang

menghubungkan otak dengan hidung.

5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah

bagian belakang otak.

6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak

pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.

7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur

antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat

thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan

gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan

nyeri tungkai.

8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pdaa atau di

sekitar mata cavum orbita.

9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di

seluruh bagian otak.


14

Lokasi Umum Meningioma

2.8 DIAGNOSIS

Gejala Klinis

Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor

pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh

terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak). Secara umum,

meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal 3.

Gejala umumnya seperti 3;

- Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari.

- Perubahan mental

- Kejang

- Mual muntah

- Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.


15

Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi 3:

1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral,

kejang fokal

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy

Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

2. Lobus parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym

Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus

angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns

3. Lobus temporal

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului

dengan aura atau halusinasi

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese

Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala

choreoathetosis, parkinsonism.

4. Lobus oksipital

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang

menjadi hemianopsia, objeckagnosia


16

5. Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan

obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial

mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan

kesadaran.

6. Tumor di cerebello pontin angie

Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa

gangguan fungsi pendengaran

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin

angel

7. Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan

seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit,

bangkitan

8. Tumor di cerebelum

Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi

disertai dengan papil udem

Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari

otot-otot servikal
17

9. Tumor fosa posterior

Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan

nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

Pemeriksaan Radiologi3

1. Foto polos.

Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada foto

polos. Diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan

dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang

tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi

arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-

25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.

2. CT-Scan.

CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak

meningioma. Tanpa kontras gambaran meningioma 75% hiperdens

dan14,4% isodens. Gambaran spesifik dari meningioma berupa

enchancement dari tumor dengan pemberian kontras. Meningioma tampak

sebagai masa yang homogen dengan densitas tinggi, tepi bulat dan tegas.

Dapat terlihat juga adanya hiperostosis kranialis, destruksi tulang, udem

otak yang terjadi sekitar tumor, dan adanya dilatasi ventrikel.

3. MRI

MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk


18

mengevaluasi meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa,

dengan gejala tergantung pada lokasi tumor berada.

4. Angiografi

Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat

menimbulkan gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri dan

kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen

yang disebut dengan mother and law phenomenon .

2.9.PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu

sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan

pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini

antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap

sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi.

Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko,

pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor

tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian

rekurensi. 2,3

Rencana preoperative.

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan

dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2

antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik

preoperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme


19

stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas

terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme

anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui

mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid.3.

Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial 3.

- Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

- Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

- Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura,

atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang

yang hiperostotik)

- Grade IV Reseksi parsial tumor

- Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)

Radioterapi

Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak

dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan

efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus

rekurensi baik yang didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus

meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien

yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi, external beam

irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan

terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma

yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori ini belum

banyak dikemukakan 3.

Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan

pertimbangan komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf


20

optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang

dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi. 3

Radiasi Stereotaktik

Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan

pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan

stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber

energi yang digunakan didapat melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering

digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear

accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua

teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi, terutama

pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm. 3

Kemoterapi

Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak

diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi

sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit

sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi

(baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan adriamycin)

menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun

regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari

Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide,

adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata

sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam

penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel

dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan

dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada
21

pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi.

Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya

rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang

menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi. 3

2.10. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan

tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang

dewasa survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan

survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan

menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada

penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan

mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi. 2,3

Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya

mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada2:

- invasi dan kerusakan tulang

- tumor tidak berkapsul pada saat operasi

- invasi pada jaringan otak.

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan,

dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka

kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama

lima tahun (19421946) adalah 7,9% dan (19571966) adalah8,5%. Sebab-sebab

kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak.2
22

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. A

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Krajan 07/04 Tambakrejo Pasrepan, Pasuruan

MRS : 05 Oktober 2016

NO MR : 309401

II. ANAMNESA

1. Keluhan Utama : Sakit kepala terasa berat dibagian belakang

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan kepalanya sakit cekot-cekot

bagian belakang hilang timbul kurang lebih 1 tahun. Selain itu

pandangannya juga kabur kurang lebih 2 bulan. Pasien juga mengaku

bahwa kedua kakinya lemas seperti berat, bisa berjalan jika di tuntun.

Mual (-), Muntah (-), Demam (-), BAB (+) normal biasa, BAK (+)

normal biasa, Makan (+) mau makan, Minum (+) minum mau.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Diabetes Melitus (-)

Hipertensi (-)
23

Stroke sebelumnya (-)

Riwayat sesak (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4 V5 M6

Vital Sign

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Suhu Badan : 36,6 oC

Nadi : 86 kali/menit, reguler, kuat angkat

Pernapasan : 22 kali/menit, reguler

Status general

Kepala

a/i/c/d : -/-/-/-

pupil : isokor 3mm

Leher

Pembesaran KGB : negatif

Thoraks

Pulmo : Suara napas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)


24

Cor : S1 dan S2 tunggal reguler

Abdomen

Flat

Bising usus : positif, dalam batas normal

Ekstrimitas

Akral hangat + / +

+/+

Edema - / -

-/-

Status Neurologis

Meningeal sign :

- kaku kuduk (-)

- Brudzinski I (-)

- Brudzinski II (-)

- Brudzinski III (-)

Reflek fisiologis :

- Bisep : ++ / ++

- Trisep :-/-

- Brachioradialis : - / -
25

- Patella : -/-

- Achilles :-/-

NI : hiposmia

N II : reflek cahaya ++ / ++

N III, N IV, N VI : pupil isokor 3mm/3mm, pergerakan

bola mata normal, kedudukan bola mata normal

NV : Tidak dilakukan

N VII : kerutan dahi normal, tinggi alis normal

N VIII : Tidak dilakukan

N IX, N X : suara normal, menelan normal, kedudukan

uvula normal

NXI : mengangkat bahu normal

NXII : kedudukan lidah normal

Motorik : 4 4

4 4

Reflek patologis :

- Tromner :-/-

- Hoffman :-/-

- Gordon :-/-
26

- Oppenheim :-/-

- Babinski :-/-

- Chaddock :-/-

- Schaeffer :-/-

Pemeriksaan Penunjang

CT Scan kepala dengan kontras


27
28
29

Pemeriksaan Tambahan

Hb : 10,20 g/dl

Leukosit : 8,16 mg/ul

Eritrosit : 5,090 juta/ul

Hematokrit : 36,60 %

PLT : 274

Kreatinin : 0,670 mg/dL

BUN : 21 mg/dL

Kalium : 4,18 mmol/L

Klorida : 107,20 mmol/L

1. Diagnosis Kerja

1. Meningioma

2. Penatalaksanaan

Infus ringer as 2 fl/ hari

Inj. Dexametasone 3 X 1 amp

Inj. Santagesik 3 X 1 amp

Inj. Topazol 1 X 1 amp

Operasi
30

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien seorang wanita, berumur 45 tahun, datang dengan

keluhan utama kepala sakit cekot-cekot bagian belakang hilang timbul kurang lebih

1 tahun. Selain itu pandangannya juga kabur kurang lebih 2 bulan. Pasien juga

mengaku bahwa kedua kakinya lemas seperti berat, bisa berjalan jika di tuntun.

Pasien kemudian didiagnosis dengan diganosa meningioma berdasarkan

gejala klinis disertai defisit neurologis yang sesuai yaitu adanya nyeri kepala,

penurunan penglihatan, dan penurunan daya ingat. Hasil pemeriksaan penunjang

berupa CT Scan yang menunjukkan tampak lesi insodense di frontalis kanan dengan

pemberian kontras tampak strong contrast enhancement dengan area necrotik di

dalamnya ukuran +/- 6,4 x 4,9 x 6,8 cm, disertai perifocal edema yang luas. Lesi

mendesak ventrikel lateralis kanan dan menyebabkan dilatasi ventrikel lateralisasi

kiri. Tampak midline shift ke sisi kiri sejauh +/- 2,1 cm. Sulci dan gyri diluar lesi

tampak baik. Pons dan cerebellum normal. Tak tampak kalsfikasi abnormal. Orbita,

mastoid dan sinus paranasales kanan kiri normal. Kesan : hetergenous enhancing

mass dengan area necrotik didalamnya ukuran +/- 6,4 x 4,9 x 6,8 cm, disertai

perifocal edema yang luas menyebabkan midline shift ke sisi kiri sejauh +/- 2,1 cm

dan non communicating hidrocephalus dapat merupakan gambaran meningioma

(malignan meningioma?). Penyebab nyeri kepala dan kejang pada kasus ini diduga

karena adanya peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh efek massa

tumor. Terapi yang dipilih adalah operasi.

Pada umumnya prognosa meningioma baik, karena pengangkatan tumor yang

sempurna akan memberikan peyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa relatif
31

lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah

75%. Pada kasus ini prognosis terjadinya kekambuhan diperkirakan sebesar 29%

karena tumor tidak dapat teraqngkat seluruhnya. Oleh karena itu pada pasien ini

direncanakan akan dilakukan radioterapi. Dalam kasus meningioma Grade II danIII,

standar saat ini melibatkan pengobatan radiasi pascaoperasi terlepas dari tingkat

reseksi bedah. Hal ini disebabkan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi. Diharapkan

dengan radiasi dan pemberian modulasi hormon, tumor yang tersisa tidak bertambah

besar, tidak bertambah banyak, dan tidak berulang. Pasien juga harus diberitahu

untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.

Pasien diperbolehkan pulang 1 minggu setelah operasi dengan keadaan

umum baik. sangat susah untuk mengembalikan fungsi penglihatan, tanpa melihat

ukuran tumor dan pendekatan pembedahan.


32

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi , Dana K. Andersen, Timothy R. Billiar, David L. Dunn, John G. Hunter,

Jeffrey B. Matthews, Raphael E. Pollock. Schwartz's Principles of Surgery, 8th

edition. McGraw Hill. USA. 2004.

2. Fauiziah B, Widjaja D. Meningioma intrakranial. Cermin Dunia Kedokteran Vol.16.

1989. P: 36-43

3. Pamir M, Black P. Meningiomas : A comprehensive text. Saunders Elsevier,

Philadelphia, 2010.

4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar:

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

5. Black P et al.Meningiomas : science and surgery. Clinical Neurosurgery Vol.54.

2007 p:91-99.

6. Jill S. Barnholtz-Sloan, J S, Kruchko C. Meningiomas: causes and risk factors.

Neurosurg Focus volume 23. October, 2007. p: 1-8 .

7. Newell F, Beaman T. Ocular Sign of Meningioma. Departement of Surgery

University of Chicago. 1990.

Anda mungkin juga menyukai