Anda di halaman 1dari 9

Opsi Modifikasi IPAL Aerobik Eksisting dengan Menerapkan

Zontech Water Treatment (Studi Kasus IPAL Hotel)


Oleh Gede H. Cahyana

Abstract
In view of practically, the aerob process is the most famous treatment system applied in
wastewater treatment plant. Nevertheless, some difficulties appeared in its operation
and maintenance especially in mechanical equipment like pumps, blowers, or
compressors as aerators unit. So, a proposed system as alternative process, still in
bioprocess and anaerobically in technology that no need aerator and gramfil to
substitute the wastewater treatment installation of hotel. Modification of wastewater
treatment is used to minimalization of change of structure existing (concrete) to get the
cheapest cost. The result is Inlet Chamber still remain, Operation Room changed to
Equalizing Tank, Aeration Tank changed to Transition Tank, Aeration Tank changed to
Fluidized Bed Reactor (2 units), Aeration Tank changed to Suspended Reactor II,
Settling Tank to Hybrid Reactor, Chlorination Tank to Transition Tank, and the last is
Gramfil and disposal point to river or another water bodies.

Keywords: aerob, anaerob, gramfil, zontech.

Latar Belakang
Agar berpredikat sebagai hotel yang peduli lingkungan, salah satu caranya ialah
menyediakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL ini merupakan bentuk
kepedulian hotel kepada masyarakat. Kalau tidak ada IPAL, maka air limbahnya dapat
mengurangi kenyamanan hidup masyarakat karena dibuang langsung ke sungai, ke
selokan atau sekadar diresapkan ke dalam tanah. Selain gangguan pada kesehatan
karyawan dan masyarakat, air limbah juga dapat membasmi biota air akibat kekuatan
polusinya.

Untuk mengurangi dampak negatif tersebut perlu dibuat sarana pengendali pencemar
lingkungan. Salah satu upaya yang bisa ditempuh ialah dengan membuat IPAL
berlandaskan pada UU No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (pasal 17)

yang bunyinya Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair wajib menaati
baku mutu limbah cair sebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair
yang ditetapkan baginya.

Air limbah hotel adalah semua air limbah yang dihasilkan di dalam area hotel baik dari
unit laundry, pelayanan umum, kamar hotel, dan dapur. Air limbah hotel ini ada yang
bersifat domestik yang berasal dari kamar mandi, dapur, air limbah cuci pakaian. Air
limbah ini banyak mengandung zat organik.

Tabel 1. Beberapa Sumber Air Limbah di Hotel


Kegiatan

Sumber Air Limbah

Dapur

Wastafel dan air limbah masak-memasak di dapur

Laundry

Wastafel dan mesin cuci-laundry.

Kantor

Kamar mandi, WC, wastafel

Kantin, restoran

Wastafel dan air limbah masak-memasak, cuci-mencuci

KM/WC

Kamar mandi & WC di kamar hotel dan umum, wastafel

Teknologi Pengolah
Zontech Water Treatment ialah teknologi pengolahan air limbah hibrid (hybrid) yang
memadukan unit operasi fisika dan unit proses biologi (biofisika) dan proses kimia
(bergantung pada kebutuhan lembaga/perusahaan). Unit yang dibuat didasarkan pada
kondisi air limbah masing-masing yang dipengaruhi oleh jenis kegiatan lembaga atau
perusahaan (tekstil, makanan, minuman, domestic wastewater, rumah sakit, hotel, atau
perkantoran). Sebagai teknologi hibrid, Zontech memadukan beberapa unit operasiproses. Secara ringkas di bawah ini diberikan garis besar unit yang diterapkan dan
pilihan dari alternatif yang tersedia bergantung pada karakteristik air limbahnya.

Anaerobic Filter
Anaerobic Filter (AF), Fixed Bed atau biofilter ialah reaktor bermedia (batu, plastik,
kayu, bambu, dll) untuk perlekatan bakteri. Media dipasang secara random dengan tiga
mode operasi: upflow, downflow, fluidized bed. AF banyak diterapkan untuk mengolah

air limbah ber-COD tinggi. Reaktor highrate ini telah luas diaplikasikan untuk
mengolah air limbah berbagai jenis. Kunci suksesnya, reaktor ini mampu menghasilkan
swahenti (self-immobilization), yaitu pembatasan gerak bakteri pada suatu ruang dalam
bentuk biofilm dan/atau biogranule (biobutir).

Pada reaktor AF ini, swahenti bakteri dapat menghasilkan umur lumpur yang tinggi,
prosesnya stabil, mampu menangani perubahan debit dan kualitas air limbah, mampu
pulih (recovery) setelah lama tidak beroperasi, misalnya setelah enam bulan reaktor
berhenti operasi atau dormancy, ia mampu pulih hanya dalam tempo 1 - 2 pekan.
Biomassanya pun mampu bertahan aktif setelah shutdown dengan syarat masih ada sisa
airnya (tetap terendam).

UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket)


Reaktor UASB diperkenalkan oleh Gatze Lettinga, pakar proses anaerob di Universitas
Wageningen, Belanda pada 1970-an sebagai inovasi Upflow Anaerobic Filter buatan
Young & McCarty (1969). Mulai saat itu proses ini banyak diterapkan untuk mengolah
air limbah karena mampu membentuk sludge yang berat dan aktif hingga konsentrasi
100.000 mg/l di zone bawah reaktor dengan mekanisme retensi dan separasi.

Secara konsep, UASB serupa dengan reaktor highrate yang lain, yakni mampu menahan
biomassa secara swahenti dengan cara membentuk agregat, konglomerat atau aglomerat
yang tersusun oleh konsorsium bakteri. Dampak retensi (penahanan) swahenti ini, selain
menambah aktivitas metanogeniknya juga menambah kecepatan endapnya sehingga
waktu tinggal selnya melebihi waktu tinggal hidrolisnya.

Reaktor Hibrid Anaerob


Hibrid ialah reaktor bastar, yakni satu reaktor dicangkokkan pada reaktor lain. Dengan
demikian, variasinya menjadi sangat banyak. Adapun hibrid di sini ialah bastar antara
reaktor AF dan UASB. Inilah konfigurasi reaktor yang dikembangkan untuk antisipasi
biomassa yang sulit mengendap seperti fluffy & loose flocc. Pada Rehan ini biomassa
terakumulasi di bagian bawah reaktor UASB dan AF. Pada saatnya, akumulasi sludge
bisa berlebih sehingga perlu dipompa dan dikeringkan di Sludge Drying Bed.

Rehan menawarkan penggabungan kelebihan atau keuntungan UASB dan AF dan


berhasil mengolah limbah yang soluble maupun sebagian insoluble daripada reaktor
jenis lain. Sejumlah kelebihannya adalah KPO yang lebih besar daripada yang mampu
diterima AF, biobutir lebih mudah dikultivasi (ditanam dan dikelola) daripada UASB
dan start up-nya lebih singkat daripada fluidized bed. Adapun medianya, yang terbaik
ialah yang punya kapasitas pelekatan tinggi (high biomass attachment capacity) seperti
porus dan rasio luas per volumenya tinggi.

Selain bioproses anaerobik tersebut, Zontech pun menerapkan bioproses aerob yang
memerlukan aerator dan unit operasi fisika seperti equalizing dan sedimentation. Unit
yang dipilih didasarkan atas kualitas fisika air limbah rumah sakit dan diterapkan sesuai
dengan kebutuhan. Zontech ini pun memberikan opsi untuk mengolah air limbah secara
kimia dengan menerapkan unit koagulasi, flokulasi, netralisasi, dan disinfeksi.

Dari ketiga parameter tersebut lalu dibuat diagram alir (flowsheet) yang akan didesain
lebih lanjut. Sebagai contoh, di bawah ini diberikan garis besar diagram alir yang dapat
dipilih sesuai dengan kondisi air limbah masing-masing hotel. Setiap unit masih dapat
dipertukarkan, urutan bisa berubah, begitu pula dimensinya, sangat bergantung pada
debit air limbahnya.

12

O2
2

10
11

Keterangan.
1. Influen
2. Ekualisasi
3. Prased
4. UASB
5. Roughing Biofilter

6. Aeration Tank
7. Sedimentasi
8. Polishing Pond
9. Sludge Drying Bed
10. Sludge Flow
11. Returned Filtrate
12. Efluen
Sebagai catatan, untuk mengurangi polusi air limbah laundry, perlu ditambahkan unit
adsorpsi dengan karbon aktif (activated carbon). Hanya saja biaya operasionalnya akan
menjadi lebih tinggi untuk pembelian dan penggantian media adsorbannya.

Opsi Modifikasi
Setelah menganalisis gambar denah dan potongan IPAL eksisting yang dimiliki hotel,
dapatlah dibuat usulan modifikasinya. Di bawah ini dijelaskan tentang modifikasi yang
dilakukan atas IPAL eksisting. Dalam modifikasi ini diusahakan semua bagian IPAL
eksisting masih dapat digunakan dan sesedikit mungkin dibuat bangunan baru atau
memasang alat (pompa) baru. Diusahakan semua alat mekanik seperti blower,
kompresor yang selama ini digunakan untuk aerasi di Aeration Tank ditiadakan.

Kondisi operasi IPAL Zontech ini ialah:

Efektif mengolah air limbah dengan tingkat efisiensi yang tinggi.

Tidak perlu alat-alat atau mesin seperti kompresor, blower sehingga hemat listrik
dan BBM.

Tidak perlu klorinasi dengan kaporit atau klor.

Tidak perlu operator ahli dan nyaris tanpa perlu perawatan intensif karena sistem
pengolahannya adalah Anaerobic Treatment Technology.

Mampu menerima beban hidrolis dan organik yang tinggi dan bervariasi (fluktuatif).

Secara visual, IPAL tampak hijau dan estetis, mereduksi bau busuk.

Air efluennya bisa digunakan untuk menyiram kebun dan taman di hotel.

Berikut ini adalah modifikasi yang diterapkan pada IPAL eksisting.

1. Inlet Chamber
Lokasi pipa inlet tetap (tidak berubah) dengan ukuran seperti eksisting. Yang diubah
ialah tempat outletnya (pipa keluar). Pada kondisi eksistingnya, pipa outlet mengarah ke
kanan seperti pada gambar denah IPAL. Pada modifikasinya, pipa keluar ini
dipindahkan ke sisi seberang, yaitu ke kiri pada gambar denah eksisting. Comminutor
juga dipindahkan ke tempat baru ini. Artinya, manhole juga dipindahkan dengan ukuran
yang sama seperti sekarang. Di bak inlet ini dilengkapi (ditambah) dengan bar dan fine
screen agar sampah tidak masuk ke dalam IPAL. Dimensi bak inlet sama dengan
eksisting (tidak diubah).
2. Operation Room Equalizing Tank
Operation Room diubah menjadi Equalizing Tank. IPAL Zontech secara khusus tidak
memerlukan Operation Room sehingga ruang operasi ini dibongkar total dan diubah
fungsinya menjadi Equalizing Tank. Dimensi sama dengan kondisi eksistingnya. Bak
ini ditutup di bagian atasnya dengan pelat beton dan diberi manhole dan pipa ventilasi.
Manhole digunakan untuk memasukkan pipa (selang) yang akan menyedot sludge pada
saatnya nanti.

Outlet bak ini berada di ketinggian 1 m dari lantainya dan berbentuk segiempat dengan
panjang 30 cm dan tinggi 20 cm. Tebalnya sama dengan tebal dinding eksisting. Jumlah
celah dibuat 3 dan diposisikan pada level yang sama. Jarak antarcelah 30 cm. Celah
dibuat dengan cara melubangi (bobok) dinding beton.
3. Aeration Tank Transition Tank
Digunakan sebagai bak penampung air limbah sebelum masuk ke Fluidized Bed
Reactor (FBR). Outlet bak transisi ini berbentuk inlet-outlet pipe (IOP) yang bentuknya
didesain khusus sehingga tidak terjadi aliran pendek, short-circuiting. Ujung pipa
inletnya dipasangi screen (plastik jala/kasa tahan karat) agar dapat menghalangi
serpihan sampah masuk ke dalam pipa. Lebar bak 1,05 m.

4. Aeration Tank Fluidized Bed Reactor (2 unit)


Dimensi bak FBR ini seperti aslinya (eksisting) dengan lebar 1,5 m. Volume medianya
30% dari volume total. Ada dua unit FBR dengan IOP yang sama dimensinya.
Medianya adalah potongan bambu tua dan potongan/belahan botol yakult. Media lekat
ini berukuran 2 cm x 2 cm, tebal sesuai dengan tebal bambu dan plastik yang tersedia.
Ujung pipa inlet juga harus dipasangi screen untuk mencegah bambu dan plastik masuk
ke dalam pipa.
5. Aeration Tank Suspended Reactor I
Unit ini sebagai tempat untuk menumbuhkan bioflok. Dimensinya sama dengan FBR.
Pipa eksisting berupa float control dihilangkan lalu fungsinya diubah menjadi pipa inlet
tanpa screen. Agar tidak terjadi shot-circuiting maka posisi inlet diletakkan di bagian
bawah seperti gambar: Bagian outletnya masuk ke bak eksisting yaitu Sludge Holding
Tank (SHT).
6. Sludge Holding Tank Suspended Reactor II
Bak eksisting SHT ini diubah fungsinya menjadi Suspended Reactor II. Pipa melintang
yang berhubungan dengan float control dipotong lalu ujung outletnya dipasangi pipa
tegak seperti IOP yang lain. Posisinya tetap seperti eksisting.
7. Settling Tank Hybrid Reactor
Inlet HR ini adalah pipa inlet eksisting dari Aeration Tank yang dipotong di SHT. Pipa
pump sludge tetap digunakan untuk membuang sludge-nya apabila diperlukan pada
suatu saat. HR diisi media yang diletakkan di atas perforated slab. Lubang-lubang pada
slab ini berdiameter 2 inch. Agar tidak tersumbat, lubang ditutupi genteng bubungan
terbalik. Di atas genteng ini lantas diisi media tempurung kelapa setengah belahan
setebal 50 cm. Lalu diisi bambu tua setebal 50 cm. Yang terakhir diisi tempurung kelapa
lagi setebal 50 cm. Agar media terus tenggelam, di atas tempurung dipasang jala plastik
berdimensi 2 cm x 3 cm untuk menahan media agar tidak menyembul di atas muka air.
Efluen dari HR ini dialirkan ke bak eksisting tanpa perubahan. Hanya saja, penambahan
kaporit atau klor tidak diperlukan lagi.

8. Chlorination Tank Transition Tank


Bak ini diubah fungsinya menjadi bak transisi. Pompa tetap dipasang yang digunakan
untuk memompa air limbah untuk dialirkan ke unit Gramfil.

9. Gramfil
Gramfil ialah filter yang ditanami rumput-rumputan sehingga tampak hijau dan terlihat
seperti taman. Di sekelilingnya dapat diberi pot-pot bunga dan tanaman rumpun bambu
kuning. Ditempatkan di depan hotel pun tidak apa-apa malah dapat menambah hijau
situasi hotel. Gramfil ini dapat mengolah zat organik (karbon), nitrogen dan fosfor.

Berdasarkan denah IPAL eksisting, lokasi unit Gramfil ini ada dua alternatif.
a. Di atas IPAL eksisting.
Masalahnya, pondasi dan dinding struktur IPAL eksisting harus mampu menahan
beban tambahan di atasnya. Kalau mampu, maka bagian atas IPAL eksisting harus
ditutupi dengan pelat beton sebagai lantai unit Gramfil. Ini bergantung pada
kualitas struktur (beton) yang ada.

b. Di lokasi lain.
Kalau hotel masih memiliki lahan seukuran 12 m x 8 m atau kurang sedikit, maka
unit Gramfil bisa dibuat di sana. Dibuat dua unit agar salah satu dapat terus
beroperasi ketika satu unit dibersihkan. Dua unit ini beroperasi bersama-sama.

10. Fish Pond


Difungsikan sebagai indikator atas kualitas air olahan IPAL Zontech. Ikan-ikan yang
hidup adalah indikasi terhadap kualitas air olahannya. Dari FP ini air lantas dialirkan ke
selokan atau sungai terdekat secara gravitasi.

Kesimpulan
Kegagalan operasi IPAL aerobik lebih banyak disebabkan oleh alat-alat mekanikalnya
seperti aerator. Selain itu, biaya operasi dan perawatannya juga mahal karena
menggunakan energi listrik dan zat kimia. Opsi yang dapat diterapkan untuk

menghindari kegagalan operasi IPAL tersebut adalah penerapan teknologi anaerobik


Zontech Water Treatment.

Daftar Pustaka
1. Crites, Tchobanoglous (1998). Small and Decentralized Wastewater Management
Systems, McGraw Hill, Singapore
2. Droste (1997). Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. John Wiley
& Sons, USA.
3. Metcalf, (2003). Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4rth ed., McGraw
Hill, Inc. USA.
4. Speece R.E. (1996). Anaerobic Biotechnology for Industrial Wastewater. Archae
Press, Vanderbilt University, England.

-*-

Gede H. Cahyana, Ir., M.T adalah dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan
Hasil penelitian lapangan, dipublikasikan dalam Jurnal Sosioteknologi Terapan
Volume XII, hlm. 105-113.
Bulan April 2009, ISBN 978-979-17974-1-2

Anda mungkin juga menyukai