Anda di halaman 1dari 65

Neraca

Diposkan oleh Caray Label: Ekonomi

BAB I

PENDAHULUAN

Ekonomi internasional adalah salah satu bagian dari ilmu ekonomi yang sangat
menarik untuk dipelajari dan dianalisis. Karena ekonomi internasional
mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi
internasional (ekspor dan impor) dimana salah satu permasalahan yang dihadapi
dalam ekonomi internasional yaitu mengenai neraca pembayaran internasional.
Neraca pembayaran merupakan suatu catatan sistematis mengenai transaksi
ekonomi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lainnya dalam
suatu periode tertentu.

Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) kebijaksanaan neraca


pembayaran senantiasa diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan
bidang ekonomi, yaitu seperti yang digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1993, yakni terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal
sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang makin merata, pertumbuhan
yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang mantap, bercirikan industri yang
kuat dan maju, pertanian yang tangguh, koperasi yang sehat dan kuat, serta
perdagangan yang maju dengan sistem distribusi yang mantap, didorong oleh
kemitraan usaha yang kukuh antara badan usaha koperasi, negara, dan swasta
serta pendayagunaan sumber daya alam yang optimal.

Semua itu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju,
produktif, dan profesional, iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), dan terpeliharanya kelestarian fungsi
lingkungan hidup. Kebijaksanaan neraca pembayaran sebagai bagian integral
dari kebijaksanaan pembangunan dalam PJP II tetap bertumpu pada Trilogi
Pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan
stabilitas nasional.
Di bidang perdagangan, kebijaksanaan ditujukan untuk meningkatkan efisiensi
dan produktivitas industri dalam negeri, menunjang pengembangan ekspor
nonmigas, memelihara kestabilan harga dan penyediaan barang-barang yang
dibutuhkan di dalam negeri, serta menunjang iklim usaha yang menarik bagi
penanaman modal. Kebijaksanaan di bidang pinjaman luar negeri melengkapi
kebutuhan pembiayaan pembangunan di dalam negeri, dan diarahkan untuk
menjaga kestabilan perkembangan neraca pembayaran secara keseluruhan.

Kebijaksanaan kurs devisa diarahkan untuk mendorong ekspor nonmigas dan


mendukung kebijaksanaan moneter dalam negeri. Kebijaksanaan neraca
pembayaran yang serasi dan terpadu dengan kebijaksanaan pembangunan
lainnya merupakan faktor penting dalam pencapaian sasaran pembangunan.
Kondisi neraca pembayaran yang mantap mendorong arus perdagangan luar
negeri, meningkatkan lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan
pembangunan nasional, serta mendukung pertumbuhan yang berlanjut dari
perekonomian nasional. Sistem devisa bebas yang merupakan kebijaksanaan
mendasar di bidang neraca pembayaran merupakan prasyarat dan perangkat
ekonomi pokok bagi terciptanya efisiensi perekonomian nasional dalam
berinteraksi dengan perekonomian internasional.

GBHN 1993 menggariskan bahwa pembangunan nasional yang makin meluas


dan kompleks dengan penerapan iptek yang makin canggih memerlukan
peningkatan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
pengawasan dalam manajemen pembangunan nasional yang terpadu, berpijak
pada potensi, kekuatan efektif dan kemampuan dalam negeri yang dilandasi
disiplin, tanggung jawab, semangat pengabdian, dan semangat pembangunan
serta kemampuan profesional yang tinggi.

GBHN 1993 menegaskan bahwa dalam Repelita VI impor barang dan jasa
diarahkan untuk meningkatkan produksi dalam negeri yang berorientasi pada
ekspor, penghematan devisa, dan pola hidup sederhana. GBHN 1993 juga
memberi petunjuk bahwa pembangunan yang diperoleh dari sumber dalam
negeri harus lebih ditingkatkan. Pembangunan yang makin meningkat
memerlukan biaya yang makin besar yang tidak dapat sepenuhnya dibiayai dari
sumber dana dalam negeri. Oleh karena itu, diperlukan pembiayaan dari sumber
dana luar negeri sebagai pelengkap yang diperoleh dengan syarat lunak, tidak
memberatkan, tanpa ikatan politik dan digunakan untuk pembiayaan kegiatan
pembangunan yang produktif sesuai dengan prioritas dan yang memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat serta peranannya secara
bertahap harus dikurangi. Peranan investasi modal asing terus didorong dan
potensi peran serta pihak asing perlu lebih dikembangkan terutama melalui
pasar modal dalam negeri
Di samping itu, dalam Repelita VI, GBHN 1993 memberi petunjuk bahwa
penanaman modal dalam negeri dan modal asing makin didorong untuk memacu
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam kegiatan ekonomi serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan
kerja. Kemudahan dan iklim investasi yang lebih menarik terus dikembangkan
antara lain dengan penyediaan sarana dan prasarana ekonomi yang memadai,
peraturan perundang-undangan yang mendukung dan penyederhanaan prosedur
pelayanan investasi serta kebijaksanaan ekonomi makro yang tepat.

Dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan neraca pembayaran perlu


dipegang dengan teguh seluruh asas nasional, terutama asas kemandirian, yaitu
bahwa pembangunan nasional berlandaskan pada kepercayaan akan
kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian
bangsa. Untuk itu, seluruh sumber kekuatan nasional, baik yang efektif maupun
potensial, didayagunakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan seluruh
faktor dominan yang dapat mempengaruhi lancarnya pencapaian sasaran
pembangunan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Neraca Pembayaran disebut juga sebagai balance of payment. Neraca
Pembayaran Internasional adalah ringkasan pernyataan atau laporan yang pada
intinya menyebutkan semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk dari suatu
negara dengan penduduk negara lain, dan kesemuanya dicatat dengan metode
tertentu dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun kalender. Balance of
payment (BOP) adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang
seluruh aktivitas ekonomi yang meliputi perdagangan barang/jasa, transfer
keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu negara dan penduduk
luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu
tahun.

Tujuan penyusunan neraca pembayaran ini adalah untuk memberitahukan


kepada pemerintah dan siapa saja yang membutuhkan atau berkepentingan
mengenai posisi internasional dari negara yang bersangkutan secara
keseluruhan. Data-data seperti ini sangat diperlukan bagi penyusunan kebijakan-
kebijakan moneter, fiscal, dan perdagangan. Bagi kalangan swasta, data-data
pada neraca pemabayaran itu juga penting untuk menyusun perencanaan dan
strategi bisnis. Informasi yang terkandung dalam neraca pemabayaran dari
suatu negara juga sangat dibutuhkan oleh kalangan perbankan, perusahaan-
perusahaan multinasional, dan siapa saja yang secara langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam kegiatan perdagangan dan keuangan internasional.

Menurut Nopirin, (1999) Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang
sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu
dengan pendududk negara lain dalam jangka waktu tertentu.

Catatan semacam ini sangat berguna untuk berbagai macam tujuan, namun
tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi kepada penguasa
pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara
lain serta membantu di dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta
membantu di dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiscal, perdagangan
dan pembayaran internasional. Dari pengertian tersebut ada 2 hal yang perlu
mendapatkan penjelasan, yaitu :

1.

Pengertian penduduk di dalam suatu neraca pembayaran internasional


meliputi:

*
orang perorangan atau individu

Orang perorangan yang tidak mewakili pemerintah suatu negara (misalnya para
touris) dianggap sebagai penduduk di aman mereka mempunyai tempat tinggal
tetap atau tempat dimana mereka memperoleh “center of interest”. Dalam
menentukan center of interest dapat dipakai sebagai ukuran adalah dimana
mereka memperoleh penghasilan tetap atau dimana mereka bekerja.

badan hukum

Suatu badan hukum, dianggap sebagai penduduk dari negara dimana badan
hukum tersebut memperoleh status sebagai badan hukum. Cabang-cabangnya
yang ada di luar negeri dianggap sebagai penduduk luar negeri.

pemerintah

Badan-badan pemerintah adalah jelas sebagai penduduk dari negara yang


diwakilinya. Jadi misalnya, para diplomat kedutaan besar dianggap sebagai
penduduk dari negara yang mereka wakili. Transaksi yang mereka adakan di
negara lain merupakan transaksi ekonomi internasional.

2.

Yang termasuk ke dalam neraca pembayaran internasional hanyalah


transaksi ekonomi internasional saja. Transaksi bantuan militer misalnya, tidak
termasuk di dalamnya. Dalam transaksi ekonomi ini perlu dibedakan antara
transaksi debit dan kredit. Pembedaan lain dari transaksi ekonomi adalah
transaksi yang sedang berjalan (current account) dan transaski capital (capital
account).
1.

Perkiraan current account meliputi kegiatan perdangan suatu negara dalam


memenuhi kebutuhan barang dan jasa termasuk cara pembayaran dan cara
penerimaan untuk penggunaan factor produksi seperti capital (modal) dan
teknologi terlepas dengan cara unrequited atau unilateral transfer (hibah)

2.

Unrequited Transfer antara lain hadiah (gift), donations (bantu) dan aid baik
dalam bentuk barang maupun uang tanpa kewajiban untuk membayar kembali.

3.

Capital account terdiri dari transaksi suatu negara di bidang keuangan


(monetary) bdan pemilikan (ownership) tetapi bukan tentang transaksi otoritas
moneter.

4.

Otoritas moneter dibadi dua menjadi perkiraan reserve (cadangan).

5.

Pos terakhir adalah error and ommisions.

Transaksi yang sedang berjalan adalah transaksi yang meliputi barang-barang


dan jasa, sedangkan transaksi capital adalah transaksi yang menyangkut
investasi modal dan emas. Hadiah (gift), bantuan (aid) dan transaksi satu arah
yang lain (unilateral transfer) dapat digolongkan ke dalam transaksi yang sedang
berjalan atau sebagai transaki tersendiri, yakni transaksi satu arah.

Dari definisi di atas dapat dikemukakan bahwa BOP merupakan suatu catatan
sistematis yang disusun berdasarkan suatu sistem akuntansi yang dikenal
sebagai “double- entry book keeping” sehingga setiap transaksi internasional
yang terjadi akan tercatat dua kali, yaitu sebagai transaksi kredit dan sebagai
transaksi debit.
Sebagai contoh, misalnya sebuah perusahaan Indonesia mengekspor barang
dengan kredit tiga bulan senilai USD 1.000. Karena ekspor tersebut dilakukan
dengan kredit tiga bulan, maka pembayaran yang belum diterima tersebut
dianggap sebagai suatu arus modal keluar untuk jangka pendek atau a short-
term capital outflow senilai USD 1.000. Dengan demikian, transaksi internasional
di atas akan tercatat sebagai berikut.

Transaksi

Kredit (+)

Debit (-)

Ekspor barang

USD 1.000

Modal keluar jangka pendek

USD 1.000
Overall balance

USD 1.000

USD 1.000

Dengan sistem double-entry book keeping, maka BOP secara overall akan selalu
dalam posisi balance, tetapi dapat memiliki cadangan devisa positif atau
negative.

Berdasarkan konversi yang biasanya dilakukan dalam BOP terdiri atas hal-hal
berikut.

1.

Credit entries ( transaksi kredit )

Transaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban untuk melakukan


pembayaran kepada penduduk negara lain. Diantaranya :

1.

Export of goods and services ( ekspor barang dan jasa )

2.

Income receivable ( penerimaan dari hasil investasi )

3.
Offset to real of financial resources received ( transfers )

4.

Increases in liabilities

5.

Decreases in financial assets

1.

Debit entries ( transaksi debit )

Transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak untuk menerima


pembayaran dari penduduk negara lain.

1.

Import of goods and services (impor barang dan jasa )

2.

Income payable ( pembayaran atas hasil investasi )

3.

Offset to real or financial resources provide (transfer )

4.

Decreases in liabilities

5.
Increases in financial assets

Selanjutnya transaksi debit dan kredit tersebut menurut sifatnya dapat dibagi
atas beberapa hal berikut.

1. Transaksi otonom ( autonomous transaction ), yaitu transaksi yng timbul atas


inisiatif pihak tertentu dan bukan sebagai reaksi atau akibat adanya transaksi
lain yang tercatat pada current account dan long-term capital account, misalnya
ekspor dan impor barang atau modal dalam jangka panjang untuk mencari
keuntungan.

2. Transaksi kompensasi (induced/ compensatory transaction ), yaitu transaksi


yang timbul sebagai akibat atau kompensasi dari adanya transaksi lain.
Transaksi ini disebut juga sebagai transaksi pelengkap, misalnya pemasukan
modal jangka pendek dan impor/ ekspor emas.

Dengan demikian, transaksi kredit dapat terdiri atas hal-hal berikut.

1.

Transaksi kredit otonom ( credit autonomous


transaction atau CAT )

1.

Ekspor barang dan jasa

2.

Impor modal jangka panjang untuk PMA/ direct investment

1.
Transaksi debit otonom ( debit autonomous
transaction atau DAT )

1.

Impor barang dan jasa

2.

Ekspor modal jangka panjang, misalnya direct investment di luar negeri

Neraca pembayaran juga merupakan sumber informasi tentang kegiatan


eksternal dari suatu negara, apakah mata uang negara tersebut dalam keadaan
kuat atau melemah. Perkiraan atau pos-pos neraca pembayaran juga mencakup
keikutsertaan perusahaan internasional dalam upaya mengubah nilai tukar
valuta asing. IMF mendefinisikan bahwa setiap bangsa secara berkala
menerbitkan satu rangkaian data statistic yang menggambarkan intisari dari
semua transaksi ekonomi dalam suatu periode antara penduduknya dengan
dunia luar. Data statistik tersebut merupakan perkiraan neraca pembayaran.
Pos-pos perkiran menunjukkan bagaimana suatu bangsa membiayai kegiatan
internasional selama periode laporan.Dalam neraca pembayaran terdapat pos-
pos obligasi keuangan dan liquiditas eksternal dari suatu bangsa.

2.2. Jenis-jenis Neraca Pembayaran Internasional

Pengelompokan transaksi internasional dapat dikategorikan menjadi neraca


transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), neraca
perdagangan, neraca jasa, neraca transaksi sepihak, unrequited transafer dan
cadangan devisa (reserve).

1. Current account (neraca transaksi berjalan)


Neraca Transaksi berjalan (the current account) terlihat seperti revenue dan
expenditure di bidang bisnis. Pada waktu dikombinasikan neraca pembayaran
menjadi menyajikan informasi penting tentang kemampuan ekonomi
internasional dari suatu negara, tampaknya seperti laporan laba rugi dari suatu
perusahaan yang berisi informasi penting tentang kemampuan bisnisnya.

a. Current account terdiri atas balance of trade (BOP), service account, dan
unilateral account.

b. Transaksi ekspor pada current account dicatat sebagai transaksi kredit atau
positif karena menghasilkan devisa.

c. Transaksi impor pada current account dicatat sebagai transaksi debit atau
negatif karena mengeluarkan devisa.

2. Balance of trade (neraca perdagangan)

Bagi kebanyakan negara, ekspor dan impor barang dagangan merupakan


komponen terbesar dari seluruh transaksi internasional. Penjualan barang
kepada orang asing (ekspor) merupakan sumber dana dan tercatat pada pos
kredit. Sebagai pembayaran untuk ekspor, negara eksportir menuntut kewajiban
terhadap orang asing yang tercatat pada pos debit. Sebaliknya, pembelian
barang dari orang asing (impor) merupakan penggunaan dana dan terdapat
pada pos debit untuk membayar impor, negara importer dapat mengurangi
tuntutnnya kepada orag asing atau menaikkan liabilities asingnya dan tercatat
pada pos kredit.

Dalam neraca ini dicatat seluruh transaksi ekspor dan impor barang atau visible
dan tangible goods dengan ketentuan berikut :

a. Ekspor barang dicatat sebagai transaksi kredit atau positif.

b. Impor barang dicatat sebagai transaksi derbit atau negative.


3. Service account (neraca jasa)

Istilah lain dari jasa (services) disebut juga invisibles termasuk pengangkutan
(freight) dan insurance (asuransi) atau pendapatan internasional. Pariwisata dan
pengeluaran turis, pengeluaran belanja pegawai pemerintah, warganegara,
personel militer di luar negeri, dan pembayaran management feees, royalty,
sewa film dan jasa konstruksi. Pembelian jasa dari pihak asing diperlakukan
sebagai impor dan direkam pada pos debit. Sebaliknya, penjualan jasa kepada
pihak asing diperlakukan sebagai ekspor dan dicatat sebagai kredit.

Invesment Income meliputi semua pembayaran bunga, deviden dan laba dari
hasil investasi di perusahaan asing yang berada di bawah pengawasan penduduk
(direct investment). Pertukaran keuangan (finance transfer) dimasukkan ke
dalam current account karena sebagai factor penerimaan yaitu pembayaran atas
penggunaan modal. Sebaliknya, arus capital masuk ke capital account.

Dalam kenyataannya, semua penerimaan orang asing dari direct investment


berada di neraca pembayaran walaupun tidak semua ditransfer sebagai
penerimaan deviden.Dasar rasional untuk memasukkan penerimaan yang
ditanam kembali (undistributed income) sebagai arus financial adalah bahwa
setiap penerimaan menjadi property dari induk perusahaan asing yang dibayar
kembali (remitted). Untuk mengikuti double entry, laba yang ditahan tetapi tidak
ditransfer menjadi investment income (dikredit) harus melewati masukan dari
luar yaitu melalui reinvested earning pada neraca modal (sisi debit).

Transaksi yang dimaksudkan ke service account adalah seluruh transaksi ekspor


dan impor jasa atau invisible atau tangible goods yang meliputi hal-hal berikut.

(1) Pembayaran bunga

(2) Biaya transportasi

(3) Biaya asuransi


(4) Remittance (Jasa TKI/ TKW/ TKA, feelroyalty teknologi dan konsultasi, dan
lain-lain).

(5) Tourism

Service account atau neraca jasa Indonesia hingga saat ini selalu tercatat dalam
posisi negative atau debit karena transaksi impor lebih besar daripada transaksi
ekspor, khususnya untuk pembayaran bunga, biaya transportasi, biaya asuransi,
dan remittance. Satu-satu transaksi jasa yang positif adalah jasa dari tourisme
karena lebih banyakturis asing yang dating ke Indonesia yang ke luar negeri.
Posisi negatif atau defisit dari service account ini juga mencerminkan masih
relatif rendahnya kualitas SDM Indonesia sebagai penghasil jasa, walaupun
secara kuantitatif lebih banyak TKI/ TKW Indonesia yang bekerja di luar negeri
(tetapi dengan penghasilan yang rendah dibandingkan dengan TKA (tenaga kerja
asing) yang bekerja di Indonesia dengan bayaran yang lebih tinggi.Dengan
demikian, salah satu usaha untuk memperbaiki posisi service account dan BOP
Indonesia adalah dengan jalan meningkatkan kualitas SDM-nya.

4. Unrequited transfer

Unrequited transfer merupakan transaksi internasional yang bukan komersial


yaitu tanpa kewajiban (quid pro quo) baik yang dilakukan oleh pihak swasta
maupun pihak pemerintah. Bentuk pertukaran penting di sector swasta di
beberapa negara adalah pengiriman uang untuk keluarga dari pekerja di luar
negeri.transfer dari pihak swasta lainnya antara lain kegiatan organisasi sosial
dan bantuan (relief). Transfer dari pemerintah terdiri dari uang, barang dan jasa
yang diberikan sebagai bantuan bagi negara lain atau penduduk asing.

Apabila transfer dalam bentuk barang, nilai dari barang dicatat sebagai ekspor
pada sisi kredit dan berhubungan dengan pos debit yang dicatat dengan jumlah
nilai yang sama. Bila transfer dalam bentuk uang, negara tujuan akan
menunjukkan pos kredit pada short-term capital account dan masukan debit
pada pos unrequirted transfer.

5. Unilateral account (neraca transaksi sepihak)


Neraca ini merupakan transaksi sepihak yang umumnya terdiri atas bantuan
sosial atau grant yang diterima atau diberikan dari/ ke luar negeri, tanpa
kewajiban untuk membayar kembali.

6. Capital account (neraca modal)

Neraca modal (capital account) merupakan transaksi dalam hal pemilikan.


Financial asssets dan liabilities yang kurang dari 1 tahun termasuk short term
(jangka pendek). Bila lebih dari 1 tahun (equity capital) dinggap sebagai long
term (jangka panjang).

Direct Invesment melibatkan partisipasi dari perusahaan asing dan berada di


bawah pengawasan yang efektif. Secara statistik, belum dapat mendefinisikan
atau apa pengertian direct investment. Amerika mengelompokkan pemilikan
sebanyak 10% dari penanaman modal dianggap sebagai direct investment. IMF
mendefinisikan portofolio investment sebagai “usaha untuk mendapatkan
investment income atau capital again” sama seperti penerimaan perusahaan.

Pos “other long-term” pada capital account membedakan transaksi pemerintah


dengan transaksi swasta di negara pelapor. Transaksi dapat berupa loans
(pinjaman ) atau surat berharga (securities) dengan jangka waktu lebih dari 1
tahun. Ada kemungkinan melibatkan pihak swasta asing atau pemerintah asing
lainnya, kecuali transaksi yang dilakukan atara otoritas moneter. Pinjaman
pemerintah kepada swasta dapat berupa pinjaman dari bank Eksport-Import
kepada perusahaan penerbangan asing untuk membiayai penjualan kapal
Amerika. Pinjaman swasta kepada pemerintah asing dapat dilakukan oleh Chase
Manhattan Bank kepada pemerintah Brazilia.

Pada pos “other short-term” di neraca modal juga memisahkan transaksi


pemerintah dan transaksi swasta. Pemerintah pemilik surat berharga berada di
short term loans dan transaksi untuk pemerintah pelapor berad di “short- term
security”

Pos “private short-term” meliputi obligasi komersial dan deposito atau utang di
bank jangka pendek. Obligasi komersil termasuk wesel dan bentuk pembayaran
lainnya muncul dari kegiatan keuangan perdagangan, termasuk juga pembukaan
rekening kredit, kecuali untuk keperluan interen perusahaan. Rekening intern
perusahaan dianggap sebagai direct investment walau hanya jangka pendek.

a. Capital account ini terdiri atas ekspor dan impor modal, baik untuk jangka
panjang maupun jangka pendek.

b. Penjumlahan saldo current account + saldo transaksi impor/ ekspor modal


jangka panjang (direct investment and long-term capital lainnya) disebut sebagai
basic balance (D. Salvatore, 1993 : 449)

c. Berlawanan dengan pencatatan pada current account, maka dalam capital


account berlaku ketentuan sebagai berikut.

* Transaksi impor modal dicatat sebagai transaksi kredit atau positif.

* Transaksi ekspor modal dicatat sebagai transaksi debit atau negatif

7. Cadangan (reserve)

Reserve Assets dalam bentuk pemilikan SDR, emas dan valuta asing yang
convertible dari IMF. Kekayaan ini disediakan untuk otoritas moneter untuk
menghadapi defisit neraca pembayaran. Reserve nampaknya seperti uang kas
dari suatu perusahaan. Tetapi hanya dibelanjakan oleh otoritas moneter seperti
Federal Reserve System (Bank Sentral) di Amerika, Bank of England, dan Bank of
France. Suatu negara yang memiliki mata uang bukan dalam bentuk valuta asing
tidak termasuk dalam cadangan (Reverse assets).

2.3. Transaksi Ekonomi dalam Neraca Pembayaran Internasional

Selain berbagai transaksi yang terdapat di neraca pembayaran internasional,


ada beberapa transaksi lainnya yang juga mempengaruhi kondisi neraca
pembayaran internasional. Transaksi itu adalah :
1.

Transaksi Barang dan Jasa

Transaksi ini meliputi ekspor maupun impor barang-barang dan jasa, disebut
pula transaksi yang sedang berjalan. Ekspor barang meliputi barang-barang
yang bisa dilihat secara fisik, seperti misalnya minyak, kayu, tembakau, timah,
dan sebagainya. Ekspor jasa seperti misalnya penjualan jasa-jasa angkutan,
tourisme, dan asuransi. Dalam transaksi jasa ini termawuk juga pendapatan dan
investasi capital di luar negeri. Ekspor barang-barang dan jasa merupakan
trnsaksi kredit sebab transaksi ini menimbulkan hak untuk menerima
pembayaran (menyebabkan terjadinya aliran dana masuk). Impor barang
meliputi barang-barang konsumsi, bahan mentah untuk industri dan capital,
sedang barang impor jasa meliputi pembelian jasa-jasa dari penduduk negar
lain. Termasuk dalam impor jasa adalah pembayaran pendapatan (bunga,
dividen atau keuntungan) untuk modal yang ditanam di dalam negeri oleh
penduduk Negara lain. Impor barang dan jasa merupakan transaksi debit sebab
trasaksi ini menimbulkan kewajiban untu melakukan pembayran kepada
penduduk Negara lain (menyebabkan aliran dana ke luar negeri).

Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus trnasaksi yang
sedang berjalan menunjukkan bahwa ekspor labih besar dari impor. Ini berarti
bahwa suatu Negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga
mempunyai saldo positif dalam investasi luar negeri. SEbaliknya deficit dalam
transaksi yang sedang berjalan berarti impor lebih besar dari ekspor, sehingga
terjadi pengurangn investasi di luar negeri. Dengan demikian transaksi yang
sedang berjalan sangat erat hubungannya dengan penghasilan nasional, sebab
ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan nasional, Hal ini dapat
dilihat dari persamaan pendapatan nasional di bawah ini :

Y = C + I + G + (X – M)

Keterangan :
Y = pendapatan nasional

C = pengeluaran konsumsi

I = pengeluaran investai (swasta)

G = pengeluaran pemerintah

(X – M) = neraca perdagangan (neto).

Apabila (X – M) positif berarti (C + I + G) <>

2.

Transaksi Modal

Yang termasuk transaksi modal adalah :

1.

Transaksi modal jangka pendek, meliputi :

Kredit untuk perdagangan dari negar alain (transaksi kredit) atau kredit
perdagangan yang diberikan kepada penduduk Negara lain (transaksi debit).

*
Deposito bank di luar negeri (transaksi debit) atau deposito bank di
dalam negeri milik penduduk Negara lain (transaksi kredit).

Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transakasi debit)


atau penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepad apenduduk
Negara lain (transaksi kredit).

2.

Transaksi modal jangka panjang, meliputi :

Investasi langsung di luar negeri (transaksi debit) atau investasi asing di


dalam negeri (transaksi kredit).

Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk Negara


lain (transaksi debit), atau pembelian surat-surat berharga jangka panjang dalam
negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit).

Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk Negara lain


(transaksi debit) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk
Negara lain (transaksi kredit).

Setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan


suatu negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau
merupakan transaksi debit (kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang
menyebabkan kenaikan (penurunan) kekyaan asing di dalam negeri merupakan
aliran modal masuk (keluar) atau merupakan transaksi debit (kredit).
3.

Transaksi satu arah

Transaksi satu arah adalah transaksi yang tidak menimbulkan kewajiban untuk
melakukan pembayaran, misalnya hadiah (gifts) dan bantuan (aid). Apabila
suatu negara memberi hadiah atau bantuan kepada negara lain, maka ini
merupakan transaksi debit. Sebaliknya, apabila suatu negara menerima bantuan
atau hadiah dari negara lain merupakan transaksi kredit.

4.

Selisih perhitungan (errors and omissions)

Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi


kredit tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya
rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit
dari suatu neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance).

Menurut teori, neraca pembayaran harus seimbang karena semua pos debit
mempunyai pos lawan kreditnya (vice versa). Dalam praktek, ternyata tidak
pernah balance. Penyebab utama adalah sumber masukan yang tidak lengkap
dan tidak akurat. Juga sumber yang berbeda tidak konsisten dalam menetpkan
arus transaksi kredit atau debit. Net error dan omission merupakan balancing
untuk mengkonpensasikan dari setiap catatan kredit yang melebihi debit dan
sebaliknya.

E. Lalu Lintas Moneter


Transaksi ini sering disebut “accommodating” sebab merupakan transksi yang
timbul sebagai akibat dari adanay transaksi lain. Transaksi lain ini sering disebut
dengan “autonomous” sebab transaksi ini timbul dengan sendirinya, tanpa
dipengaruhi transaksi lain. Termasuk dalam transaksi autonomous adalah
transaksi-transaksi yang sedang berjalan, transaksi capital, serta transaksi satu
arah.

Perbedaan antara transaksi autonomous kredit dengan debit diseimbangkan


dengan transaksi lalu lintas monoter. Transaksi ini timbul dikaibatkan oleh
ketidakseimbangan antara transaksi aotunomous debit dan kredit. Yang
termasuk ke dalam transaksi lalu lintas monoter adalah mutasi dalam hubungan
dengan IMF, pasiva luar negeri serta aktiva luar negeri.

Defisit atau surplus neraca pembayaran dapat diketahui dari transaksi


aotunomous tersebut. Defisit apabila transaksi autonomous debit lebih besar
daripada transaksi autonomous kredit. Sebaliknya surplus, apabila transksi
autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit.

2.4. Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran

Dapat dikatakan “saldo” neraca pembayaran selalu sama dengan nol. Hal ini
semata-mata adalah konsekuensi dari cara membukukan transaksi luar negeri
itu sendiri : apa yang mengalir masuk (uang dan barang) diimbangi dengan apa
yang mengalir keluar (uang dan barang). Dari segi akuntansi memang bisa
dikatakan bahwa nearaca pembayaran, suatu negara selalu seimbang. Tetapi
pos “saldo” itu sendiri tidak mempunyai arti penting bagi analisa ekonomi
karena tidak bisa menunjukkan status keuangan internasional suatu negara.

Ambilah contoh mengenai negara A dan B, dimana negara A memiliki kelebihan


impor yang dibayar dengan penurunan stok nasional. Meskipun saldo akhir
neraca pembayarannya adalah nol, sebenarnya negara A telah mengalami defisit
dalam transaksi ekonominya dengan luar negeri. Kekurangan dari apa yang
diterima dari luar negeri disbanding dengan apa yang harus dibayar ke luar
negeri ditutup dengan mengirimkan sebagian dari stok nasionalnya. Sebaliknya
bagi negara B, apa yang diterima dari ekspornya melebihi apa yang harus
dibayar bagi kebutuhan impornya. Kelebihan ekspornya diterima dalam bentuk
bertambahnya stok nasionalnya. Negara B sebenarnya mengalami surplus
neraca pembayaran.
Dalam cotoh yang lain, kelebihan impor negara A dibiayai dengan pinjaman dari
negara B. Dengan kata lain, kelebihan impor tersebut dibiayai dengan
“pengeksporan surat utang” negara A ke negara B. Apakah dalam hal ini Negara
A juga mengalami deficit neraca pembayaran? Jawaban bagi pertanyaan ini bisa
ya dan bisa tidak. Mengapa? Sebab ada beberapa kemungkinan di sini :

(a) Apabila pinjaman yang diterima negara A (sebesar 10 unit bahan makanan)
tersebut memang diperolah dalam rangka pembiayaan kelebihan impor
tersebut, maka keadaanya tidak banyak berbeda dengan contoh pengurangan
stok nasional diatas. Perbedaannya hanyalah bahwa pembayarannya ditunda.
Dalam hal ini diakatakn bahwa negara A mengalami deficit.

(b) Apabila dari 10 unit pinjaman tersebut misalnya 6 unit memang akan
dipinjamkan kepada negara A dalam tahun itu tanpa dikaitkan dengan apakah
negara A mengalami kelebihan impor atau tidak. Maka kita katakana bahwa
negara A mengalami deficit neraca pembayaran sebesar 4 unit (10 unit minus 6
unit). Pinjaman sebesar 4 unit inilah yang diberikan karena negara A mengalami
kelebihan impor pada tahun itu.

(c) Apabila seluruh dari 10 unit pinjaman tersebut tidak ada sangkut pautnya
dengan apakah negara A mengalami kelebihan impor atau tidak, maka kita
katakan bahwa Negara A tidak megnalami deficit atau surplus. Dalam contoh ini,
tanpa tindakan khusus apapun dari Negara A (yaitu mencari pinjaman untuk
menutup kelabihan impornya), neraca pembayarannya sudah otomatis
seimbang, sebab kelebihan impornya kebetulan persis seimbang oleh dana yang
mengalir masuk atas kemauannya sendiri. Jadi dalam kasus ini tidak ada deficit
maupun surplus neraca pembayarannya, dan neraca pembayaran “seimbang”.

Jadi kesimpulan dari uraian diatas adalah :

1.

Penurunan stok nasional selalu berarti deficit, sedangkan kenaikan stok


nasional selalu menunjukkan adanya surplus.

2.
Tetapi turun-naiknya stok nasional bukan atau belum mencerminkan
seluruh deficit atau surplus neraca pembayaran. Kita harusmelihat apa yang
terjadi dengan pos “Pinjaman”.

3.

Harus dibedakan anatara “pinjaman” yang masuk atas kemauannya


sendiri (masuk secara otomatis atau autonomous inflow) dan “pinjaman” yang
masuk karena berkaitan dengan adanya kelabihan impor (yang bersifat
akomodatif atau accommodating inflow). “pinjaman” otonom tidak merupakan
deficit, sedangkan “pinjaman” akomodatif merupakan bagian dari deficit.

4.

Defisit atau surplus total adalah besar kenaikan atau penurunan stok
nasional plus “pinjaman” akomodatif.

2.5. Mekanisme Neraca Pembayaran

Ada tiga mekanisme atau proses penting yang menyangkut neraca pembayaran.
Ketiga proses penyesuaian ini sama – sama pentingnya dalam praktek, sehingga
tidak ada yang bisa diabaikan kalau kita ingin menjawab pertanyaan pokok
diatas dengan baik. Dalam kenyataan kita selalu menjumpai bahwa ketiganya
saling kait – mengait dan saling bekerja – berdampingan satu sama lain, ketiga
mekanisme ini adalah:

(a) Penyesuaian lewat perubahan harga – harga atau “mekanisme harga” (akibat
dari proses ini disebut “price effects”

(b) Penyesuaian lewat perubahan pendapatan nasional atau ”mekanisme


pendapatan” (akibat dari proses ini disebut ”income effects”

(c) Penyesuaian lewat perubahan stok uang atau “mekanisme moneter” (akibat
dari proses ini disebut “real balance effects”
A. Mekanisme Harga

Mekanisme Hume adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran lewat


perubahan harga – harga mekanisme harga ini bekerja secara penuh (dalam arti
bisa membawa kembali neraca pembayaran ke posisi kesimbangan kembali)
dalam system standar emas penuh. Kita sebutkan bahwa pada hakikatnya,
mekanisme Hume masih bekerja dalam sistem – sistem moneter lain, hanya saja
tidak secara penuh. Dalam sistem – sistem lain tidak bisa diharapkan bahwa
mekanisme harga (Hume) saja bisa membawa neraca pembayaran kearah posisi
keseimbangannya kembali. Proses penyesuaian kembali ke arah keseimbangan
neraca pembayaran bersifat otomatis. Proses in berlaku bagi ketimpangan yang
berupa defisit maupun surplus proses penyesuaian otomatis dalam neraca
pembayaran (dalam system standar emas penuh) disebut mekanisme Hume
sering pula disebut species flow mechanism karena dimulai dengan adanya
aliran (flow) emas (species) dari suatu negara ke negara lain.

B. Mekanisme Pendapatan

Mekanisme penyesuaian melalui pendapatan nasional, atau singkatnya


“mekanisme pendapatan”, menunjukkan adanya saluran lain bagi proses
penyesuaian neraca pembayaran. Mekanisme ini didasarkan atas teori ekonomi
makro dari Keynes, khususnya dilandaskan atas proses pelipat (multiplier) dalam
teori tersebut. Proses penyeimbangan dapat pula berjalan melalui perubahan
pendapatan dan pengeluaran (proses multiplier). Proses ini dapat dijelaskan
dengan menggunakan model Keynes untuk ekonomi terbuka.

C. Mekanisme Moneter

Mekanisme Hume sebenarnya bukanlah murni mekanisme harga. Sebelum harga


naik atau turun, terjadilah penyebabnya, yaitu aliran uang masuk atau keluar
negeri. Apabila terjadi surplus maka uang yang mengalir masuk ke dalam negeri,
sehingga stok uang didalam negeri bertambah. Apabila terjadi defisit maka uang
akan mengalir keluar negeri, sehingga stok uang dalam negeri menurun.
Perubahan stok uang ini selanjutnya mengakibatkan perubahan tingkat harga.
Namun sebenarnya naik dan turunnya stok uang tidak langsung mempengaruhi
tingkat harga, tetapi (sebelum itu) mempengaruhi pengeluaran agregat negara
itu. Baru kemudian kenaikkan atau penurunan pengeluaran agregat akan
mempengaruhi tingkat harga, setelah pengeluaran ini bertemu dengan
penawaran (agregat) di pasar barang. Mekanisme moneter juga erat kaitannya
dengan mekanisme pendapatan sebab kita tahu dari teori makro bahwa tingkat
pengeluaran agregat akhirnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan agregat. Meskipun mekanisme moneter berjalinan erat dengan
kedua mekanisme lain, namun secara konsepsional harus dibedakan baik dari
mekanisme harga maupun mekanisme pendapatan.

2.6. Pengertian “Balance” dalam Neraca Pembayaran

Berdasarkan deficit dan surplus neraca pemabayaran, dikatakan bahwa saldo


neraca pembayaran selalu sama dengan nol. Sama dengan nol disini dapat
diartikan terjadi keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dengan kata
lain “balance”. Konsep “balance” dalam nareca pembayaran mempunyai arti
yang berbeda-beda. Pada dasarnya ada empat pengertian balance, yaitu :

Basic Balance

Basic balance terdiri dari balance dalam transaksi yang sedang berjalan
ditambah transaksi modal jangka panjang. Basic balance akan berubah-ubah
apabila terjadi perubhan yang prisipiil dalam perekonomian, seperti perubahan
harga, kurs valuta asing, dan pertumbuhan ekonomi. Perubahan dalam basic
balance akan tercermin dalam perubahan aliran modal jangka pendek dan selisih
yang diperhitungkan (errors and Omissions). Dengan demikian basic balance
memberikan informasi tentang akibat perubahan perekonomian terhadap neraca
pembayaran, yakni akibatnya terhadap aliran modal jangka pendek.

Balance transaksi “autonomous”


Balance ini terdiri dari basic balance ditambah dengan aliran modal jangka
pendek. Defisit atau surplus suatu neraca pembayaran dilihat dari balance
transaksi autonomous yang kemudian tercermin dalam transaksi
accommodating (yakni aliran modal pemerintah jangka pendek).

Liquidity balance

Konsep ini dikembangkan di Amerika Serikat untuk mengukur posisi neraca


pembayarannya. Perbedaannya dengan balance transaksi aotunomous adalah
didalam perlakuan terhadap pemilikan kekayaan (assets) jangka pendek.
Kekayaan asing (misalnya surat-surat berharga jangka pendek atau deposito)
yang dimilki oleh penduduk Amerika di[erhitungkan sebagai factor yang
mempengaruhi ketidaksimbangan neraca pembayaran.

Balance transaksi pemerintah jangka pendek

Konsep balance inipun diperkembangkan di Amerika Serikat. Menurut konsep ini,


neraca pembayaran terdiri dari penjumlahan basic balance, selisih yang
diperhitungakan dan rekening modal jangka pendek (sesudah dikurangi dengan
modal amerika jangka pendek yang dimiliki oleh lembaga-lembaga moneter
Negara lain). Ketidaksimbangan yang timbul dalam neraca pembayran
diseimbangkan dengan cadangan modal pemerintah serta model pemerintah
jangka pendek yang dimiliki oleh lembaga-lembaga monoter asing.
Beberapa Konsep Balance untuk

Analisa Neraca Pembayaran Internasional

1.

Basic Balance
1.

Balance dalam transaksi yang sednag berjalan (current account).

2.

Balance dalam rekening modal jangka panjang.

3.

Basic Balance yang diimbangi dengan :

4.

Balance dalam rekening modal jangka pendek.

5.

Transaksi reserves pemerintah.

6.

Selisih perhitungan.

2.

Balance Transaksi Autonomous

1.

Basic Balance .
2.

Balance dalam trasnski modal jangka pendek.

3.

Balance transaksi auotonomous, yang diimbangi dengan :

4.

Transaksi reserves pemerintah.

5.

Selisih perhitungan.

3.

Liquidity Balance

1.

Basic Balances

2.

Modal jangka pendek yang dimiliki oleh penduduk sendiri.

3.

Selisih perhitungan.

4.
Liquidity balance, yang diimbangi dengan :

5.

Transaksi reserves pemerintah.

6.

Modal jangka pendek yang dimiliki oleh penduduk asing.

3.

Balance Transaksi Pemerintah Jangka Pendek

1.

Basic Balance

2.

Balance dalam rekening modal jangka pendek.

3.

Modal jangka pendek yang dimiliki oleh badan-badan moneter


asing.

4.

Selisih perhitungan.

5.

Balance transaksi pemerintah jangka pendek, yang diimbangi


dengan :
6.

Transaksi reserves pemerintah.

7.

Modal jangka pendek yang dimiliki oleh badan-badan monoter


asing.

BAB III

KESIMPULAN

Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang


transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk
negara lain dalam jangka waktu tertentu. Atau NPI adalah suatu catatan yang
disusun secara sistematis tentang seluruh aktivitas ekonomi yang meliputi
perdagangan barang/jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk
(resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu
periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Transaksi ekonomi tersebut
diklasifikasikan ke dalam transaksi berjalan, transaksi modal, dan lalu lintas
moneter. Transaksi berjalan terdiri atas ekspor ataupun impor barang dan jasa,
sedangkan transaksi modal terdiri atas arus modal sektor pemerintah ataupun
swasta, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Lalu lintas
moneter adalah perubahan dalam cadangan devisa. Dengan demikian, neraca
pembayaran memberikan gambaran arus penerimaan dan pengeluaran devisa
serta perubahan neto cadangan devisa. Sedangkan menurut Balance of
Payments Manual (BPM) yang diterbitkan oleh IMF (1993), definisi balance of
payment (BOP) secara umum dapat diartikan sebagai berikut.

Balance of payment (BOP) atau neraca pembayaran internasional adalah suatu


catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang
meliputi perdagangan barang / jasa, transfer keuangan dan moneter antara
penduduk (resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world)
untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Dari definisi di atas dapat dikemukakan bahwa BOP (balance of payment)


merupakan suatu catatan sistematis yang disusun berdasarkan suatu sistem
akuntansi yang dikenal sebagai” double-entry bookkeeping” sehingga setiap
transaksi internasional yang terjadi akan tercatat dua kali, yaitu sebagai
transaksi kredit dan sebagai transaksi debit.

Berdasarkan konvensi yang biasanya digunakan dalam sistem double-entry


bookkeeping, transaksi yang tercatat dalam BOP terdiri atas hal – hal berikut.

1.

Credit entries (transaksi kredit)

1.

Export of goods and services (ekspor barang dan jasa).

2.

Income receivable (penerimaan dari hasil investasi).

3.

Offset to real or financial resources provide (transfer).

4.

Increases in liabilities.

5.

Decreases in financial assets.

2.
Debit entries (transaksi debit)

1.

Import of goods and services (impor barang dan jasa).

2.

Income payable (pembayaran atas hasil investasi).

3.

Offset to real or financial resources provide (transfer).

4.

Decreases in liabilities.

5.

Increases in financial assets.

Secara umum sebagai suatu neraca, Neraca Pembayaran Internasional (NPI)


atau Balance Of Payment (BOP) berguna sebagai berikut :

1.

Untuk membukukan seluruh transaksi ekonomi internasional yang terjadi


antara penduduk dalam negeri dan penduduk luar negeri.

2.

Untuk mengetahui struktur dan komposisi transaksi ekonomi internasional


suatu negara.
3.

Untuk mengetahui mitra utama suatu negara dalam hubaungan ekonomi


internasional

4.

Mengetahui posisi keuangan internasional suatu negara

5.

Sebagai salah satu indikator yang akan dipertimbangkan oleh IMF atau
negara donor untuk memberikan bantuan keuangan, terutama negara yang
mengalami kesulitan BOP.

6.

Sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain


tingkat inflasi, pertumbuhan, GDP, dan sebagainya.

Adapun jenis – jenis neraca pembayaran internasional yaitu sebagai berikut


diantaranya :

1.

Current account (neraca transaksi berjalan).

2.

Balance of trade (neraca perdagangan).

3.

Service account (neraca jasa).

4.
Unrequited transfer.

5.

Unilateral account (neraca transaksi sepihak)

6.

Capital account (neraca modal).

7.

Cadangan (reserve).

Ada beberapa transaksi yang mempengaruhi keseimbangan neraca pembayaran


internasional yaitu :

1.

Transaksi Barang dan Jasa.

2.

Transaksi Modal.

3.

Transaksi Satu Arah.

4.

Selisih perhitungan (errors and omission).

5.
Lalu lintas Moneter

Tujuan penyusunan neraca pembayaran ini adalah untuk memberitahukan


kepada pemerintah dan siapa saja yang membutuhkan atau berkepentingan
mengenai posisi internasional dari negara yang bersangkutan secara
keseluruhan. Data-data seperti ini sangat diperlukan bagi penyusunan kebijakan-
kebijakan moneter, fiscal, dan perdagangan. Bagi kalangan swasta, data-data
pada neraca pemabayaran itu juga penting untuk menyusun perencanaan dan
strategi bisnis.

Tujuan analisa neraca pembayaran sangat berbeda-beda dan perbedaan ini


menentukkan pola analisanya. Kesukaraan timbul dalam penentuan secara
umum pola analisa tersebut. Beberapa masalah atau kekeliruan yang sering
timbul dalam analisa neraca pembayaran antara lain :

Seringkali mengabaikan saling hubungan anatara transaksi internasional


yang satu dengan yang lain, sehingga ketidaksimbangan dalam neraca
pembayaran diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa melihat
hubungannya dengan yang lain.

Surplus dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik,


sebaliknya deficit dianggap jelek. Anggapan semacam ini tidak selalu benar.

Keputusan untuk memberi bantuan (aid) sehrusnya lebih didasarjan pada


kekuatan ekonomi Negara secara keseluruhan (misalnya diukur dengan
penghasilan per kapita) bukan atas dasar pertimbangan neraca pembayran.
Seperti misalnya, Indonesia mempunyai surplus neraca pembayarannya dan
Inggris deficit, tidak berarti Indonesia memulai memberi bantuan pada Inggris.
BAB I

PENDAHULUAN

Posisi Balance Of Payment (BOP) yang ideal untuk suatu negara adalah bila
berada pada posisi surplus atau equilibrium yang nilai valasnya relative tinggi,
sedangkan posisi yang dianggap kurang baik dan selalu diusahakan untuk
diperbaiki melalui mekanisme adjustment BOP adalah posisi BOP yang defisit
dan nilai valas yang relatif rendah.
Mekanisme adjustment atau penyesuaian BOP yang defisit dapat dilakukan
melalui beberapa cara yang secara teoritis akan tergantung pada sistem kurs
valas yang digunakan oleh masing- masing negara.

Bentuk ketidakseimbangan (defisit atau surplus) neraca pembayaran dapat


diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yakni penyesuaian otomatis dan
penyesuaian melalui kebijakan. Mekanisme penyesuaian otomatis adalah
berbagai proses penyeimbang atau penyesuaian yang bersumber dari neraca
pembayaran itu sendiri, sehingga pemerintah tidak perlu mengambil tindakan
atau intervensi secara khusus. Kebijakan penyesuaian adalah langkah-langkah
tertentuyang diambil oleh pemerintah dengan tujuan pokok mengkoreksi
ketidakseimbangan neraca pembayaran. Secara umum mekanisme-mekanisme
penyesuaian otomatis tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni yang
beroperasi terhadap harga-harga, dan yang beroperasi terhadap pendapatan.
Disamping itu, masih ada penyesuaian moneter otomatis. Adapun mekanisme
penyesuaian harga otomatis tersebut adalah proses penyesuaian yang bertumpu
pada perubahan-perubahan harga di negara yang mengalami defisit dan juga
dinegara yang mengalami surplus, dan perubahan-perubahan harga itulah yang
diandalkan untuk menciptakan proses penyesuaian.

BAB II

PEMBAHASAN

1.

Pengertian Ketidakseimbangan
Telah dikemukakan bahwa secara pembukuan atau accounting suatu Neraca
Pembarayan Internasional atau NPI selalu seimbang. Lalu apa yang dimaksud
dengan ketidakseimbangan itu? Untuk mengetahui ketidakseimbangan tersebut,
kita perlu membedakan transaksi NPI ke dalam :

1.

Transaksi yang autonomous : yakni transaksi yang timbul dengan


sendirinya bukan sebagai akibat dari adanaya trasaksi lain. Biasanya motif
transaksi ini adalah untuk mencari keuntungan. Transaksi dalam rekening yang
sedang berjalan (current account) dan capital jangka panjang pada umumnya
termasuk ke dalam transaksi yang autonomous.

2.

Transaksi yang induced/compensatory transaction : yakni transaksi yang


timbul sebagai akibat adanya transaksi lain. Yang termasuk ke dalam transaksi
ini adalah aliran modal (pemerintah) jangka pendek serta aliran emas.

Suatu NPI (neraca pembayaran internasional) dikatakan tidak seimbang apabila


transaksi autonomous debit tidak sama dengan transaksi autonomous kredit.
Defisit apabila transaksi autonomous debit lebih besar daripada transaksi
autonomous kredit, dan surplus apabila transaksi autonomous debit lebih kecil
daripada transaksi autonomous kredit.

2.2. Sebab-sebab Suatu Negara Dapat Mengalami Ketidakseimbangan Dalam NPI

Ketidakseimbangan dapat timbul sebagai akibat dari beberapa factor,


diantaranya : alam, kegiatan ekonomi swasta, kegiatan ekonomi/kebijakan
pemerintah (sendiri dan asing), yang mengakibatkan perubahan dalam
permintaan dan penawaran valuta asing. Sebagai contoh misalnya :

1.
Ekspor dan impor dapat berubah-ubah karena musim (seasonal
disequilibrium).

2.

Perubahan di dalam pendapatan sebagai akibat kebijaksanaan harga,


tingkat bunga atau kesempatan kerja dari Negara lain dapat menimbulkan
ketidakseimbangan (cyclical disequilibrium).

3.

Kemajuan teknik (misalnya : penemuan karet syntethis) dapat


menyebabkan ketidakseimbangan (deficit) Negara penghasil karet alam
(structuraldisequilibrium).

4.

Aliran modal sebagai akibat kegiatan spekulasi (destabilizing


speculation).

Suatu negara dapat menempuh beberapa cara untuk mengatasi


ketidakseimbangan tersebut. Grafik di bawah ini dapat menjelaskan beberapa
alternative tersebut.

Rp D1

D0

R1
R0

0 X0 X1 US$

Gambar 1. Alternatif untuk Mengatasi Ketidakseimbangan NPI

Kesimbangan mula-mula adalah pada kurs OR0 dan jumlah valuta asing yang
diperdagangkan OX0. Keseimbangan ini terganggu, misalnya dengan
bergesernya permintaan dari D0 ke D1. Pada tingkat kurs OR0 terdapat
kelebihan permintaan valuta asing (defisit NPI) sebesar X0X1. Untuk mengatasi
ketidakseimbangan ini beberpa alternative yang dapat diambil oleh suatu
Negara antara lain :

1.

Membiarkan tingkat kurs naik menjadi OR1 (kurs yang berubah-ubah).

2.

Membiarkan proses penyeimbangan berjalan secara otomatis melalui


perubahan harga dan pendapatan (kurs tetap/standar emas).

3.

Pemerintah dapat menambah penawaran devisa di pasar dengan


menggunakan cadangan yang dimiliki (pegged rate).

4.
Kebijaksanaan deflasi (untuk menurunkan ongkos produksi dan harga) serta
mengurangi permintaan total dan pendapatan guna menekan impor.

5.

Melakukan pengawasan devisa (exchange control).

Sering terjadi suatu negara mengambil kebijaksanaan yang merupakan


kombinasi dari alternative-alternatif di atas. Di bawah ini akan dijelaskan proses
penyesuaian ketidaskseimbangan di dalam dua system kurs, yakni kurs yang
berubah-ubah dan kurs tetap. Serta dua mekanisame lainnya yaitu mekanisme
pendapatan dan devaluasi.

2.3. System Kurs yang berubah-ubah

Proses penyeimbangan disequilibrium atau defisit/ surplus BOP, khususnya BOT


di negara yang menganut sistem kurs mengambang dengan pengendalian
pemerintah (managed float), dapat dilakukan dengan menjalankan kebijakan
perubahan kurs yang disebut devaluasi atau revaluasi/ upvaluasi.

Devaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai


mata uangnya ( domestic currency) terhadap mata uang asing (foreign currency)
yang bertujuan (dalam jangka waktu relative pendek ) untuk hal-hal sebagai
berikut.

1.

Mendorong ekspor dan membatasi impor sehingga diharapkan dapat


memperbaiki posisi BOP atao BOT menjadi equilibrium atau mendekati
equilibrium.

2.

Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

3.
Dengan BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi relatif
stabil.

4.

Revaluasi/ upvaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk


menaikkan nilai mata uangnya (domestic currency ) terhadap nilai mata uang
asing (foreign currency) yang dilakukan karena perekonomiannya sudah
mencapai atau mendekati full employed atau terjadi kecenderungan inflasi.
Kebijakan ini dalam jangka pendek bertujuan untuk mengurangi aggregate
demand dan inflasi.

Dalam system kurs ini proses penyeimbangan terjadi melalui peruabahan kurs
(devaluasi untuk defisit dan revaluasi untuk surplus). Perubahan kurs ini
disamping akan menimbulkan ongkos (riil) dalam proses penyesuaian produksi
dan konsumsi, juga tidak dapat dipastikan bahwa keseimbangan akan tercapai.
Keberhasilan devaluasi untuk menghilangkan atau mengurangi
ketidakseimbngan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta
asing. Makin besar elastisitas (makin elastis) permintaan akan barang ekspor
(dari negara lain) dan impor suatu negara, devaluasi akan makin efektif. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut :

Rp Rp

P’

E’
EP

00

F G US$ M N US$

(a) (b)

Gambar 2. Pengaruh Devaluasi terhadap Neraca Pembayaran

Gambar (a) menunjukkan untuk defisit sebesar FG, Indonesia harus


mendevaluasi rupiah sebesar EE’. Sedangkan gambar (b) untuk deficit yang
sama MN (= FG) perlu tindakan devaluasi yang lebih besar, yakni dari OP ke OP’.
Sejalan dengan ini Marshall dan Lerner mengemukakan suatu keadaan dalam
mana devaluasi akan efektif atau tidak. Keadaan ini yang kemudian dikenal
dengan nama “Marshall-Lerner” yang menyatakan bahwa apabila jumlah
elastisitas permintaan akan ekspor dan impor itu :

1.

Lebih besar daripada satu, devaluasi akan memberikan perbaikan.

2.

Sama dengan satu, devaluasi tidak memberikan efek apa-apa.

3.

Lebih kecil dari satu, devaluasi akan merugi.


Sebagai contoh, suatu Negara mendevaluasikan mata ungnya sebesar 10%.

a. Elastisitas - Ekspor (2) = 20%

10%

- Impor (1½ ) = 15%

10%

Perubahan harga Perubahan jumlah Hasilnya

dalam mata uang yang diminta

sendiri

Ekspor - + 20% Penerimaan +20%

Impor + 10% - 15% Pengeluaran - 5%

Perbaikan + 25%
b. Elastisitas - Ekspor = ½

Impor = ½

Perubahan harga Perubahan jumlah Hasilnya

Dalam mata uang yang diminta

Sendiri

Ekspor - + 5% Penerimaan + 5%

Impor + 10% - 5% Pengeluaran + 5%

Perbaikan 0

c. Elastisitas - Ekspor = ¼
- Impor = ½

Perubahan harga Perubahan jumlah Hasilnya

Dalam mata uang yang diminta

Sendiri

Ekspor - + 2,5% Penerimaan + 2,5%

Impor + 10% - 2,5% Pengeluaran + 7,5%

Tambahnya

Pengeluaran 5 %

Secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 3. Devaluasi dan Neraca Perdagangan (Syarat “Marshall-Lerner)


Dengan menggunakan anggapan bahwa penawaran dunia akan barang impor X
negara A, R0S0, dan penawaaran barang ekspor Y dari negara A, YS0 masing-
masing elastis sempurna (negara A dianggap sebagai negara kecil, sehingga
tidak mempunyai pengaruh terhadap harga ekspor dan impornya), devaluasi
akan menyebabkan bergesernya kurva permintaan dari D0D0 ke D1D1. Dan
penawaran dari S0S0 ke S1S1. Turunnya pengeluaran valuta asing untuk impor
relative kecil sebab elastisitas permintaannya (DD) juga kecil. Sedangkan
turunnya penerimaan dari ekspor dikarenakan elastisitas permintaannya kecil
sehingga kerugian penerimaan dari jumlah yang diekspor sebelum devaluasi
(OY0EP0) sebesar FE P0P1 lebih besar daripada tambanya penerimaan Y0Y1E1F.
Dengan demikian jelas bahwa elastisitas permintaan yang kecil (inelastis)
menyebabkan devaluasi akan menambah defisit dalam neraca perdagangan.

Masalah lain yang timbul adalah dalam hubungannya dengan penggunaan


indeks harga. Indeks harga pada umumnya tidak dapat menggambarkan
komposisi serta kualitas barang. Sebagai contoh, pada tahun 1970 Amerika
mengekspor pesawat terbang jumbo jet dengan harga yang jauh lebih tinggi
daripada harga pesawat sebelumnya, sehingga indeks harga ekspor Amerika
naik. Padahal dalam analisa ekonomi yang penting adalah ongkos angkut per
orang untuk setiap pesawat. Dalam hal ini jumbo jet akan menurunkan ongkos
per penumpang. Jadi, meskipun indeks harga menunjukkan kenaikan,
kenyataannya menunjukkan penurunan. Dengan contoh ini jelas bahwa indeks
harga yang dipakai dalam penaksiran elastisitas tidak dapat mengambarkan
karakteristik dari barang-barang yang diperdagangkan, yang sangat
menentukkan intensitas permintaan.

2.4. System Kurs Tetap

Kurs tetap terutama terjadi pada system standar emas. Suatu negara dikatakan
memakai system standar emas apabila :

Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.

*
Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas.

Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak
terbatas pada harga tertentu (yang sudah ditetapkan pemerintah).

Didalam standar emas penyeimbangna kembali suatu NPI dapat terjadi secara
otomatis. Proses otomatis ini melalui suatu mekanisme yang disebut “specie
flow”. Mekanisme ini bekerja sebagai berikut : apabila terjadi defisit dalam NPI
(ekspor <>

Dengan sistem kurs tetap, nilai suatu mata uang ditentukan berdasarkan gold
excange standard sesui dengan Bretton Woods system. Dalam hal ini,
mekanisme adjustment posisi BOP dapat terjadi melalui mekanisme otomatis
berdasarkan teori David Hume tentang “ price-specie-flow mechanism ” sebagai
berikut :

1.

Bila BOP defisit berarti X<> X

2.

Karena masih berlaku nilai kurs tetap atau gold exchange standard, maka
akibatnya jumlah emas atau logam mulia (LM) akan makin menurun karena
banyak dikirim ke luar negeri.

3.

Karena emas masih digunakan sebagai likuiditas atau alat pembayaran,


sedangkan jumlahnya semakin menurun (emas / LM), maka money supply (Ms)
di dalam negeri makin berkurang.

4.

Karena supply money makin berkurang, maka harga- harga di dalam negeri
akan menurun pula.
5.

Menurunnya harga (price) dalam negeri, khususnya terhadap harga barang


ekspor (Px), akan menyebabkan jumlah ekspor (Qx) akan naik.

6.

Di lain pihak, berkurangnya money supply di dalam negeri akan


menyebabkan harga barang impor (Pm) di mata konsumen dalam negeri akan
menjadi lebih mahal sehingga jumlah impor (Qm) akan turun.

7.

Karena jumlah ekspor (Qx) naik dan di lain pihak jumlah impor (Qm) turun,
maka melalui mekanisme ini akhirnya jumlah ekspor (Qx) akan menjadi sama
atau bahkan lebih besar daripada jumlah impor (Qm) atau Qx ≥ Qm.

Secara skematis, mekanisme tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

BOP Defisit = X <>

Px turun

Money supply turun


Pm naik

Qm turun Qx = Qm ( BOP Equilibrium)

Qx ≥ Qm

Qx naik

Qx > Qm (BOP Surplus )

Gambar 6.1. Mekanisme Adjustment BOP dengan sistem Kurs Tetap

Akan tetapi, mekanisme otomatis untuk penyeimbangan (adjustment ) BOP ini


tidak dapat terjadi lagi karena pada umumnya sistem kurs tetap yang
menggunakan standar emas ini tidak berlaku lagi sejak Dekrit Nixon pada
tanggal 15 Agustus 1971.

Sebagai contoh, misalnya terjadi kegagalan panen, negara A mengimpor lebih


banyak bahan makanan sedang ekspornya tetap. Keadaan ini akan menimbulkan
deficit dalam neraca pembayaran negara A, kecuali apabila negara A
memperoleh pinjaman dari luar negeri untuk menutup kelebihan impornya.
Seandainya pinjaman tidak bisa diperoleh dan deficit terjadi. Maka jumlah uang
yang beredar (emas) didalam negeri menurun sebesar jumlah deficit neraca
pembayaran tersebut, sedangkan jumlah uang yang beredar (emas) diluar
negeri meningkat. Selanjutnya tingkat harga di dalam negeri menurun dan
tingkat harga di luar negeri meningkat. Karena barang-barang buatan dalan
negeri menjadi lebih mahal, maka penduduk dalam negeri cenderung untuk
menjual barang produksinya di luar negeri (mengekspor lebih banyak) karene
harga diluar negeri menguntungkan, dan cenderung untuk mengurangi
pembelian barang-barang buatan luar negeri (mengimpor lebih sedikit) karena
harga barang-barang buatan dalam negeri lebih murah.

Kedua proses ini, yaitu ekspor bertambah dan impor menurun, akan terus
berlangsung samapai deficit dalam neraca pembayaran yang semula timbul
akhirnya hilang, dan neraca pembayaran kembali seimbang (dilihat dari sudut
pandang luar negeri pun ada proses serupa, karena harga diluar negeri
meningkat dan harga dalam negeri menurun, maka orangluar negeri cenderung
untuk mengimpor lebih banyak dari negeri yang mengalami defisit (ekspor dari
negeri defisit meningkat) dan cenderung untuk mengekspor lebih sedikit ke
nagara defisit (impor negara defisit menurun)).

Proses penyesuaian kembali ke arah keseimbangan neraca pembayaran bersifat


otomatis. Proses in berlaku bagi ketimpangan yang berupa defisit maupun
surplus proses penyesuaian otomatis dalam neraca pembayaran (dalam system
standar emas penuh) disebut mekanisme Hume sering pula disebut species flow
mechanism karena dimulai dengan adanya aliran (flow) emas (species) dari
suatu negara ke negara lain.

Di samping proses penyeimbangn tersebut di atas, di dalam system kurs tetap,


proses penyeimbangan dapat pula berjalan melalui perubahan pendapatan dan
pengeluaran (proses multiplier). Proses ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan model Keynes untuk ekonomi terbuka.

Pertama-tama dimulai dengan ekonomi tertutup (belum ada perdagangan


internasional). Misalnya, di dalam perekonomian tertutup ini terjadi penambahan
pengeluaran investasi (Δ1) sebesar Rp. 10 juta. Pendapatan nasional akan
bertambah atau tidak tergantung besarnya marginal propencity to consume
(MPC), yakni bagian dari tambhan pendapatan yang digunakan untuk membeli
barang-barang konsumsi (ΔC/ΔY). Pabila diketahui bahwa besarnya MPC = ½
(artinya separo daripada tambahan pendapatan digunkan untukkonsumsi), maka
tambah pendapatan nasional akan menjadi sebesar Rp 10 juta + Rp 5 juta + Rp
2,5 juta + Rp 0,625 juta = Rp 19,375 juta, atau dapat dinyatakan sebagai berikut
:

10 [ 1 + ½ + (½ )2 + (½)3 + (½)4] = Rp 19,375 juta


Secara simbolis dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = ΔI ( 1 ) = 10 . 1 = Rp 20 juta

1 - MPC 1 – ½

berarti besarnya multiplier adalah :

1=1=2

1 – MPC 1 - ½

Jika perekonomian sudah terbuka, maka sebagian daripada kenaikan


pendapatan nasional tersbut digunkan untuk membeli barang-barang luar negeri
(impor). Bagian dari tambahan pendapatan nasional yang digunakan impor
diosebut marginal propencity ti impor (MPM), yakni : ΔM

ΔY

Jadi dengan adanya impor tersebut maka tambahan pendapatan nasional akan
naik dengan jumlah yang lebih kecil. Misalnya, besarnya MPM = ¼ maka
tambahan pendapatan nasional sebesar Rp 10 juta, yang sebesar Rp 5 juta (½ x
Rp 10 juta) digunkan untuk menambah komsumsi. Dari tambahan konsumsi
sebesar Rp 5 juta ini sebagian (Rp 2,5 juta) untuk konsumsi barang luar negeri
(impor). Tambahan pendapatan nasional akhirnya sebesar :

Rp 10 juta + Rp 2,5 juta + Rp 0,625 juta + ……….. = Rp 13 juta.


Secara simbolis besarnya angka pengganda (multiplier) dapat dihitung sebagai
berikut :

= 1 atau = 1

1 – (MPC – MPM) (1 – MPC) + MPM

=1=1=1⅓

MPS + MPM ½ + ¼

2.5. Mekanisme Keseimbangan Pendapatan

Adanya ekspor serta impor (yang besarnya tergantung atas pendapatan) sedikit
menambah komplikasi model ekonomi makro dari Keynes. Keseimbangan
pendapatan tercapai apabila jumlah pengeluaran sama dengan jumlah nilai yang
dihasilkan. Hanya saja sekarang jumlah permintaan total tidak lagi sama dengan
pengeluaran. Hal ini disebabkan karena adanya ekspor dan impor.
Keseimbangan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Y=E+X–M

Ket. Y = Produksi nasional

E = Pengeluaran nasional (absorpsi).


Persamaan diatas dapat diartikan sebagai berikut :

Y = Permintaan agregat untuk produksi nasional (AD)

= E (Y) + X – M (Y)

E (Y) = Pengeluaran nasional yang besarnya tergantung dari pendapatan.


Ketergantungan terhadap pendapatan ini disebabkan karena salah satu
komponennya, yakni konsumsi (C) tergantung dari pendapatan. E(Y) terdiri dari
konsumsi (C), investasi dalam negeri (Id), dan pengeluaran pemerintah (G).

Dengan modofikasi sederhana, persamaan tersebut di atas dirubah menjadi :

Y – C – G = (E – C – G) + (X – M)

S = Id + If

Persamaan terakhir menunjukkan bahwa tabungan (S) sama dengan investasi


dalam negeri (Id) ditambah investasi luar negeri (If). Dengan demikian,
keseimbangan pendapatan dapat pula berarti bahwa tabungan dikurangi
investasi dalam negeri sama dengan invesatsi luar negeri .

S – Id = If = X – M
Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam keadaan keseimbangan, S tidak perlu
sama dengan Id dan juga X tidak perlu sama dengan M. Yang penting adalah
kesamaan :

S – Id = X – M

Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7. Keseimbangan Pendapatan Nasional

2.6. Devaluasi

Defisit neraca pembayaran di suatu negara dapat dikoreksi melalui depresiasi


atau devaluasi atas mata uang dari negara yang bersangkutan. Istilah depresiasi
yang kita gunakan dalam sistem moneter internasional yang tengah berlaku
dalam sistem kurs mengambang. Depresiasi adalah peristiwa penurunan nilai
tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan
penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem
pasar bebas. Sedangkan istilah devaluasi akan kita gunakan guna mengacu
peningkatan secara sengaja kurs atau penurunan nilai tukarnya dari suatu mata
uang oleh pemerintahnya. Artinya pemerintah sengaja secara sepihak
mengubah angka kurs mata uangnya, dari besaran baku yang satu menjadi
besaran baku yang yang lain. Namun mengingat dampak-dampak yang
ditimbulkan oleh depresiasi dan devaluasi secara umum sama saja, maka kedua
istilah tersebut akan digunakan secara bergantian dan pembedanya tidak terlalu
dipermasalahkan.

Pada umumnya kebijakan devaluasi relatif lebih banyak digunakan oleh negara-
negara berkembang dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari IMF.
Salah satu contohnya adalah devaluasi yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia sebanyak empat kali yang dapat dilihat pada table berikut.

HANYA 50Rb MESIN UANG OTOMATIS + 500 PRODUK BONUS

HEBAT! Pemula KAYA mendadak dari handphone bisa di

WOW.. Gaji Sampingan s/d 2.8Juta/Hari, --DIJAMIN--

HANYA 50Rb SISTEM PENGHASIL UANG OTOMATIS-NEW!

SAYA MENGHASILKAN UANG Rp.5.115.206 DALAM 1 HARI

INGIN KAYA?HANYA DENGAN ONLINE 2 JAM.

WOW ! SETIAP HARI DAPAT 1,5 JUTA DI REKENING

ANDA DICARIKAN DOWNLINE DAN PASTI SUKSES

KumpulBlogger.com

Tabel 6.1

Tingkat Devaluasi Rupiah terhadap USD

Tanggal/ Tahun
Kurs Lama

Kurs Baru

Tk. Devaluasi

23/8-1971

Rp 378/ USD

Rp 415/ USD

10%

15/11-1978

Rp 415/ USD

Rp 625/ USD
50%

30/3-1983

Rp 720,50/ USD

Rp 970/ USD

35%

12/9-1986

Rp 1.134/ USD

Rp 1.644/ USD

45%
IMF biasanya akan memberikan persetujuan kepada negara anggotanya yang
mengalami defisit BOP yang berat untuk melakukan kebijakan devaluasi guna
memperbaiki posisi BOP dan menjaga stabilitas nilai tukar mata uangnya.

Secara teoritis, efektivitas kebijakan devaluasi akan tergantung kepada hal-hal


sebagai berikut.

1.

Elastisitas permintaan barang ekspor (Ed)

2.

Elastisitas permintaan barang impor (Es)

Menurut “ Marshall- Lerner condition”, suatu kebijakan devaluasi akan dapat


memperbaiki posisi BOP bila dipenuhi syarat sebagai berikut.

1.

Devaluasi akan dapat memperbaiki BOP bila Ed + Es > 1

2.

Devaluasi tidak akan memperbaiki posisi BOP bila Ed + Es = 1

3.

Devaluasi justru akan memperburuk posisi BOP bila Ed + Es <>

EFEK DEVALUASI
Ada beberapa akibat atau efek yang ditimbulkan oleh devaluasi diantaranya
yaitu :

1.

Efek Jangka Pendek

1.

Efek kenaikan harga dalam negeri

2.

Karena harga naik, maka konsumsi dapat menurun

3.

Turunnya konsumsi dapat menyebabkan lesunya aktivitas ekonomi yang


dapat mengakibatkan resesi ekonomi.

4.

Terjadinya pergeseran pengeluaran (expenditure switching) dari konsumsi


produk dalam negeri.

2.

Efek Jangka Menengah

1.

Dapat terjadi perbaikan posisi BOT atau BOP melalui mekanisme elastisitas
permintaan ekspor dan impor sesuai dengan Marshall-Lerner condition.
2.

Dapat terjadi perbaikan posisi BOP melalui mekanisme moneter dengan


skema sebagai berikut

Gambar 6.2

Mekanisme Moneter dari Devaluasi

Devaluasi

Harga DN naik Ekspor naik

Demand for money naik

Devisa naik

Impor modal naik


Posisi BOP membaik

3.

Efek Jangka Panjang

Karena adanya perubahan harga produk dan terjadinya pergeseran pengeluaran


konsumen dalam jangka pendek serta adanya peningkatan aliran modal/ devisa
yang masuk dalam jangka menengah, maka dalam jangka panjang dapat terjadi
pergeseran produksi ( production switching ), baik yang menyangkut tradeable
goods maupun nontradeable goods, sehingga akhirnya akan mengubah struktur
ekonomi nasional.

Debt service ratio (DSR) adalah suatu indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi posisi keuangan internasional dan mengukur kemampuan suatu
negara untuk membayar pinjaman luar negeri dengan menghitung perbandingan
antara jumlah cicilan utang pokok (CHP) ditambah dengan bunga (B) yang harus
dibayar dibandingkan dengan nilai ekspor total (Xt)

DSR biasa ditulis dengan rumus berikut

Berdasarkan rumus DSR diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1.
Semakin rendah angka DSR suatu negara berarti semakin baik posisinya
karena semakin tinggi kemampuannnya untuk membayar utang luar negerinya.

2.

Sebaliknya, semakin tinggi DSR suatu negara berarti semakin buruk


posisinya karena semakin rendah kemampuannnya membayar utang luar
negerinya.

Untuk dapat memperkecil DSR suatu negara, maka perlu dilakukan berbagai
usaha berikut.

1.

Meningkatkan ekspor

2.

Mempercepat pembayaran utang luar negeri, khususnya utang yang


berbungga tinggi.

3.

Mengurangi pinjaman luar negeri.

BAB III

KESIMPULAN
Jadi suatu neraca pemabayaran yang tidak seimbang dapat diperbaiki dengan
beberapa cara diantaranya dengan proses penyeimbangan kurs berubah-ubah
atau kurs mengembang, proses penyeimbangan kurs tetap, mekanisme
pendapatan keseimbangan, dan devaluasi.

Defisit sebagai suatu kelebihan debet terhadap kredit dalam neraca transaksi
berjalan, yang tidak dapat diimbangi oleh arus modal otonom sehingga
memerlukan transaksi-transaksi pengimbang secara khusus seperti penarikan
sebagian asset cadangan internasional, penarikan pinjaman luar negeri, atau
depresiasi mata uang domestik.

Bentuk kurva permintaan dan kurva penawaran dari negara yang mengalami
defisit memang dapat menunjukan besar kecilnya devaluasi atau depresiasi atas
mata uang domestiknya yang diperlukan demi mengurangi atau menghilangkan
defisit pada neraca pembayaran.

Hilangnya sebagian cadangan emas dari Negara menunjukan deficit neraca


pembayaran di Negara itu, yang selanjutnya pasti akan menurunkan tingkat
uangnya. Lebih lanjut, hal ini akan menyebabkan harga-harga domestic
mengalami penurunan, sehingga harga-harga produknya menjadi lebih
kompetitif dan ekspor Negara itu pun meningkat dan dalam waktu bersamaan
impornya menurun. Proses ini akan teruis berlangsung samapai deficit neraca
pemabyaran di Negara itu hilang. Proses yang sebaliknya akan terjadi di Negara
yang mengalami neraca pembayaran. Namun, standar emas juga mengandung
beberapa kelemahan fatal yang membuatnya tidak praktis sebagai cara
pengorganisasian system moneter internasional dewasa ini.

Anda mungkin juga menyukai