Anda di halaman 1dari 3

Koma dapat disebabkan oleh dua kondisi, yaitu: (1) lesi struktural baik secara langsung atau

tidak langsung menekan formasio retikularis, (2) gangguan metabolik yang mengakibatkan
supresi aktivitas neuronal. Dari studi kasus di banyak rumah sakit, penderita koma yang
kemudian meninggal secara umum disebabkan oleh adanya tiga tipe lesi struktural yang merusak
fungsi ARAS, yaitu, massa tumor, abses, infark dengan efema yang masif atau perdarahan
intraserebral, perdarahan subdural maupun epidural. (1) Lesi ini biasanya terjadi di korteks dan
substansia alba. Bagian otak masih banyak yang utuh, akan tetapi efek massa akan
mengakibatkan distorsi letak, menyebabkan herniasi tentorial lobus temporal yang menekan
midbrain dan subtalamik di sistem aktivasi retikular. (2) Lesi anatomik, jarang terjadi. Lesi
destruktif terletak di talamus atau midbrain dimana neuron-neuron ARAS terlibat langsung. (3)
Cedera korteks dan subkorteks bilateral pada cedera kepala, diffuse axonal injury, infark atau
perdarahan otak bilateral. Koma terjadi akibat terputusnya impuls talamokortikal atau destruksi
neuron-neuron korteks.
Berdasarkan anatomi patofisiologi koma dibagi dalam:
1. Koma kortikal-bihemisferik, yaitu koma yang terjadi oleh sebab neuron pengemban
kewaspadaan (korteks) sama sekali tidak berfungsi.
2. Koma diensefalik, yaitu supratentorial, infratentorial, kombinasi supratentorial dan
infratentorial; dalam hal ini neuron penggalak kewaspadaan (ARAS) tidak berdaya untuk
mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan (korteks).
Koma juga bisa terjadi apabila terjadi gangguan baik pada neuron penggalak
kewaspadaan maupun neuron pengemban kewaspadaan yang menyebabkan neuron-neuron
tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik dan tidak mampu bereaksi terhadap stimulus dari luar
maupun dari dalam tubuh sendiri. Adanya gangguan fungsi pada neuron pengemban
kewaspadaan, menyebabkan koma kortikal bihemisferik, sedangkan apabila terjadi gangguan
pada neuron penggalak kewaspadaan, menyebabkan koma diensefalik, supratentorial atau
infratentorial.
Patofisiologi menerangkan terjadinya koma sebagai akibat dari berbagai macam
gangguan atau penyakit yang masing-masing pada akhirnya mengacaukan fungsi reticular
activating system secara langsung maupun tidak langsung. Dari studi berbagai kasus koma yang

berakhir dengan kematian dapat disimpulkan, bahwa ada tiga tipe lesi atau mekanisme kerusakan
fungsi reticular activating system, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2.1. Disfungsi Otak Difus
Merupakan proses metabolik atau submikroskopik yang menekan aktivitas neuronal.
Biasanya disebabkan oleh adanya lesi akibat abnormalitas metabolik atau toksik, atau oleh
pelepasan general electric (kejang) yang bersifat subseluler atau molekuler, atau lesi-lesi
mikroskopik yang tersebar. Disfungsi otak difus bisa juga disebabkan oleh adanya cedera korteks
dan subkorteks bilateral yang luas atau kerusakan talamus yang berat yang mengakibatkan
terputusnya impuls talamokortikal atau destruksi neuron-neuron korteks akibat trauma (kontusio,
cedera aksonal difus), infark atau perdarahan otak bilateral. Sejumlah penyakit mempunyai
pengaruh langsung pada aktivitas metabolik sel-sel neuron korteks serebri dan nuklei sentral otak
seperti meningitis, viral ensefalitis, hipoksia atau iskemia misalnya akibat henti jantung. Pada
umumnya, kehilangan kesadaran pada kondisi ini setara dengan penurunan aliran darah otak atau
metabolisme otak.
2.2.2. Efek Langsung pada Batang Otak
Biasanya disebabkan oleh lesi di batang tak dan diensefalon bagian bawah yang
merusak/menghambat reticular activating system. Adanya lesi anatomik atau lesi destruktif yang
terjadi di talamus atau midbrain yang melibatkan neuron-neuron ARAS secara langsung.
Kerusakan langsung di batang otak lebih jarang terjadi. Pola patoanatomik ini merupakan tanda
khas stroke batang otak akibat oklusi arteri basilaris, perdarahan talamus dan batang otak atas
dan traumatic injury.
2.2.3. Efek Kompresi pada Batang Otak
Kompresi pada batang otak bisa bersifat primer atau sekunder. Jika terdapat adanya
massa di area ini maka akan dapat terlihat dengan jelas, misalnya massa tumor, abses, infark
dengan edema yang masif atau perdarahan intraserebral, subdural maupun epidural. Biasanya
lesi ini hanya mengenai sebagian besar dari korteks serebri dan substansia alba sedangkan
sebagian besar bagian serebrum yang lain tetap utuh. Lesi ini selanjutnya akan mendistorsi
struktur yang lebih dalam dan menyebabkan koma karena efek pendesakan (kompresi) ke lateral

dari struktur tengah bagian dalam dan terjadi herniasi tentorial lobus temporal yang berakibat
kompresi mesensefalon dan area subtalamik reticular activating system, atau adanya perubahanperubahan yang lebih meluas di seluruh hemisfer. Lesi serebral sebagai penyebab sekunder juga
dapat menekan area reticular batang otak atas dan menggesernya maju ke depan dan ke atas.
Pada kasus prolonged coma, dijumpai perubahan patologik yang terkait lesi seluruh bagian
sistem saraf korteks dan diensefalon.

Anda mungkin juga menyukai