As dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten Periode 29 Oktober 2015 21 November 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Faktor Resiko
Tingkat revalensi untuk skabies lebih tinggi pada anak-anak dan individu yang aktif
berhubungan seksual. Pasien dengan persepsi sensoris yang buruk karena penyakit seperti
kusta dan individu dengan sistem imun yang menurun karena kondisi seperti paska
transplantasi, penyakit human immunodeficiency virus (HIV), dan usia tua berada pada risiko
yang lebih besar untuk terkena skabies.
Sebuah penelitian pada tahun 2009 yang dilakukan dalam sebuah pedesaan miskin di
Brasil menemukan faktor resiko terjadinya skabies dalam lingkungan tersebut:
Usia muda
Banyak anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Pendapatan keluarga yang rendah
Sanitasi yang buruk
Penggunaan pakaian dan handuk bersama-sama
Mandi tidak teratur
Patofisiologi
Cara Penularan
Penularan skabies yang paling utama adalah melalui kontak langsung antar kulit, dan
hal ini membuat skabies dianggap sebagai penyakit menular seksual. Tungau tidak
berpenetrasi lebih dalam dari lapisan superfisial epidermis, yaitu stratum korneum.
Individu yang dihinggapi oleh tungau dapat menularkan skabies bahkan dalam
keadaan asimtomatik. Interval waktu antara infeksi primer dan timbulnya manifestasi klinis
mungkin dapat mencapai 10 minggu. Skabies jarang menular melalui kontak tidak langsung
melalui fomit seperti tempat tidur atau pakaian, tetapi semakin besar jumlah tungau seperti
pada skabies krustosa, semakin besar kemungkinan menularnya.
Tungau Sarcoptes scabiei hominis yang menginfeksi manusia adalah perempuan dan
cukup besar (0,3-0,4 mm) untuk dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini memiliki 4 pasang
kaki dan merangkak dengan kecepatan 2,5 cm/menit, tidak bisa terbang atau melompat.
Siklus hidup tungau ini terjadi sepenuhnya pada host, tetapi tungau dapat hidup di tempat
tidur, pakaian, atau permukaan lain pada suhu kamar selama 2-3 hari. Pada suhu di bawah
20C, tungau ini tidak bisa bergerak, meskipun dapat bertahan hidup pada suhu tersebut
untuk waktu yang lama.
Laporan Kunjungan Kasus Tuberkulosis Paru disertai Efusi Pleura Dekstra pada Tn. As dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten Periode 29 Oktober 2015 21 November 2015
Skabies Klasik
Laporan Kunjungan Kasus Tuberkulosis Paru disertai Efusi Pleura Dekstra pada Tn. As dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kronjo Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten Periode 29 Oktober 2015 21 November 2015
Pada infeksi skabies klasik, biasanya 10-15 tungau hidup pada host. Pada bulan
pertama hanya sedikit bukti dari infeksi skabies yang terlihat, tetapi setelah 4 minggu dan
dengan infeksi berikutnya, muncul reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap tungau, telur, dan
kotoran tungau. Pada serangan pertama, waktu yang dibutuhkan untuk merangsang sistem
imun mungkin menjelaskan periode asimtomatik selama 4 minggu. Pada serangan berulang,
individu yang sudah tersensitisasi dapat menunjukkan reaksi yang cepat dalam beberapa jam.
Erupsi kulit yang dihasilkan dan gatal yang hebat merupakan tanda dari skabies klasik.
Daftar Pustaka:
Barry M, Kauffman CL, Wilson BB, Rosh AJ, Rozen E, Scabies. Updated 18 Nov 2015,
Diakses 9 Desember 2015, Medscape