Kelainan yang terjadi akibat trauma dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek medik dan
aspek yuridis.
Aspek medik
Berdasarkan prinsip inersia dari Galileo Galilei, benda akan tetap bentuk dan
ukurannya sampai ada kekuatan luar yang mengubahnya. Selanjutnya Isaac
Newton dengan 3 buah hukumnya menemukan metode untuk mengukur dan
menghitung energy.
Dengan dasar tersebut diketahui bagaimana suatu energi potensial dalam
bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik yang menimbulkan luka, yaitu
kerusakan jaringan yang dapat disertai atau tidak disertai oleh diskontinuitas
permukaan kulit.
Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa:
1. Kelainan fisik/organic, dapat berupa :
Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu
2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu : tergantung dari organ/bagian
tubuh yang terkena trauma seperti lumpuh, tuli, buta atau terganggunya
fungsi organ dalam.
3. Infeksi. Kulit/membrana mukosa merupakan barrier terhadap infeksi. Bila
kulit rusak maka kuman dapat masuk melalui luka, bahkan kuman dapat
masuk lewat daerah memar atau iritasi akibat benda yang terkontaminasi
oleh kuman.
4. Penyakit.
5. Kelainan psikik. Trauma dapat menjadi precipitating factor bagi terjadinya
kelainan mental yang spektrumnya amat luas.
Secara umum hubungan antara kerusakan jaringan tubuh / organ dengan
psikosis post trauma didasarkan atas:
Keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma
Trauma merusak susunan syaraf pusat
Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan
seseorang
Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau
fungsinya mempengaruhi emosi
Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal
Korban dihantui oleh kejadian yang menimpanya.