perkebunan
Pemerintah
Hindia
Belanda
untuk
merawat
buruh
perkebunannya. Pada awal berdirinya, rumah sakit ini berkapasitas 100 tempat
tidur. Kepemilikan rumah sakit ini terus berubah sejalan dengan perubahan
pemerintah.
4.2 Kakteristik Subjek Penelitian
4.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Data karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1
dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Usia
Usia
Kurang dari 20 tahun
Frekuensi
4
Persentase (%)
8,89
20 49 tahun
36
80
5
45
11,1
100
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
Perempuan
24
21
53,3
46,7
Total
45
100
Perempuan
Frekuensi
Persentase (%)
Kategori 1
Kategori 2
Kategori 3
Total
32
5
8
45
71,1
11,1
17,8
100
Frekuensi
Persentase (%)
Anemia
Tidak Anemia
Total
3
2
5
60%
40%
100%
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui bahwa jumlah pasien TB paru yang
datang ke Bagian Poliklinik RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
dengan pengobatan kategori II yang terkena anemia sebanyak 3 responden (60%)
dan yang tidak terkena anemia sebanyak 2 responden (40%).
35
30
25
20
15
10
5
0
Kategori 1
Kategori 2
Kategori 3
Total
Anemia
36 (80%)
Tidak Anemia
9 (20%)
Total
45 (100%)
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa jumlah pasien TB paru yang
datang ke Bagian Poliklinik RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
yang terkena anemia sebanyak 36 responden (80%)
anemia
sebanyak
responden
(20%).
40
35
30
25
20
Anemia
Column1
15
10
5
0
Data perbandingan frekuensi anemia dan tidak anemia berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5 Perbandingan Frekuensi Anemia dan Tidak Anemia
Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung
Jenis Kelamin
Anemia
Tidak Anemia
Total
Laki-laki
23(95,8%)
1(4,17%)
24(100%)
Perempuan
13(61,9%)
8(38,1%)
21 (100%)
Total
36 (100%)
9 (100%)
45 (100%)
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa yang laki-laki dengan anemia
lebih banyak jika dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki dengan 23
responden (95,8%) dan perempuan 13 responden (61,9%). Pada kategori yang
tidak anemia perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 8 responden
(38,1%) sedangkan laki-laki dengan 1 reponden (4,17%).
25
20
15
Anemia
Column1
10
5
0
Laki-laki
Perempuan
4.2.6
Frekuensi
Persentase (%)
Anemia Ringan
Anemia Sedang
Anemia Berat
Total
35
1
0
36
97,2
2,78
0
100
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diatas diketahui bahwa dari 36 pasien TB Paru yang
terkena anemia untuk kategori anemia ringan sebanyak 35 responden (97,2%),
anemia sedang sebanyak 1 responden (2,78%) dan untuk anemia berat tidak ada
pasien yang di kategorikan anemia berat.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Anemia Ringan
Anemia Sedang
Anemia Berat
4.2.7
Frekuensi
Persentase (%)
Hipokromik mikrositik
Normokromik normositik
Hiperkromik makrositik
Total
34
2
0
36
94,4
5,56
0
100
40
35
30
25
20
15
10
5
0
10
Anemia
Tidak Anemia
Total
Laki-laki
9(37,5%)
15 (62,5%)
24 (100%)
Perempuan
12 (57,1%)
9 (42,9%)
21 (100%)
Total
21 (46,7%)
24 (53,3%)
45 (100%)
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas diketahui bahwa yang terbanyak datang ke bagian
Poli Paru adalah untuk kategori anemia yang terbanyak datang adalah kelompok
perempuan 12 responden dengan (57,1%) untuk laki-laki 9 responden (37,5%).
Untuk kategori tidak anemia laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan yaitu sebanyak 15 responden (62,5%) dan perempuan sebnyak 9
responden dengan persentase (42,9%).
11
16
14
12
10
Anemia
Column1
8
6
4
2
0
Laki-laki
Perempuan
Gambar 4.4 Perbandingan Frekuensi Anemia dan Tidak Anemia pada Laki-Laki
dan Perempuan Berdasarkan Hemoglobin
4.3 Pembahasan
Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 45 responden.
Karakteristik subjek penelitian dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,
dan kategori pengobatan TB paru. Karakteristik tersebut digunakan karena
berpotensi menjadi variabel perancu sehingga dapat memengaruhi validitas
penelitian. Untuk mengurangi kerancuan tersebut, maka digunakan karakteristik
tersebut.
Dari hasil penelitian ini, distribusi usia lebih banyak terjadi pada kelompok
usia 20 sampai dengan 50 tahun, kemudian kelompok usia lebih dari 50 tahun dan
diikuti kelompok usia kurang dari 15 tahun. Hal ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa insiden terbanyak terjadinya TB Paru yaitu di kelompok usia
20-50 tahun dengan persentase 75%.34 Pada penelitian terdahulu yatu Helda
12
Suarni (2009) juga menyatakan bahwa insiden TB Paru juga banyak terdapat pada
kelompok usia produktif yaitu 20-50 tahun. Berdasarkan penelitian tersebut,
terdapat kesamaan hasil antara penelitian sebelumnya dan penelitian ini, maka
yang terbanyak mengalami TB Paru adalah kelompok usia 20 sampai dengan 50
tahun.
Pada variabel jenis kelamin terdapat perbedaan yaitu kelompok laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini sesuai dengan teori yaitu laki-laki
lebih rentan terkena TB Paru dibandingkan perempuan, banyak faktor yang
mempengaruhi slah satunya yaitu di banyak negara berkembang yang menjadi
tempat terbanyak untuk terjadinya TB Paru aktifitas laki-laki untuk berada di luar
rumah lebih banyak dibandingkan wanita hal ini di hubungkan dengan faktor
sosial ekonomi.34 Pada penelitian terdahulu yaitu Helda Suarni (2009) menyatakan
bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB Paru bila dibandingkan dengan
perempuan.
Karakteristik selanjutnya adalah kategori pengobatan TB Paru yaitu yang
tebanyak adalah pengobatan kategori 1, diikuti penderita TB Paru dengan
pengobatan kategori 3, dan yang tersedikit adalah responden dengan pengobatan
kategori 2. Untuk penelitian terdahulu saya tidak menemukan penelitian yang
membahas mengenai profil kategori pengobatan TB Paru.
Pada penelitian ini pasien laki-laki dengan anemia banyak di bandingkan wanita
hal ini bila dihubungkan dengan anemia berdasarkan MCV,MCH, dan MCHC
apabila menurut kadar HB dab HT wanita lebih banyak dibandingkan dengan lakilaki. sedikit dibandingkan dengan pasien perempuan. Hal ini sejalan dengan teori
13
bahwa ada banyak hal yang mempengaruhi terjadinya anemia pada penderita
tuberkulosis diantaranya faktor nutrisi terutama malnutrisi, sosialekonomi,
penyakit penyerta lain yang mendampingi tuberkulosis., dan lain sebagainya. 34
Anemia pada pasien penelitian terdahulu yaitu Helda Suarni (2009) menyatakan
bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB Paru bila dibandingkan dengan
perempuan.
Anemia didefinisikan sebagai keadaan kurangnya jumlah atau ukuran dari
sel darah merah/red blood cell (RBC) dan atau jumlah hemoglobin yang
dikandung per 100 ml darah dibawah nilai normal. Jenis anemia diklasifikasikan
berdasarkan morfologi dan indeks sel-sel darah merah. Dengan pengukuran
volume eritrosit rata-rata/mean corpuscular volume (MCV), hemoglobin eritrosit
rata-rata/ mean corpuscular hemoglobin (MCH) dan konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata-rata/mean corpuscular hemoglobin consentration (MCHC) dapat
diketahui jenis anemia pada penderita. MCV digunakan untuk mengetahui ukurn
sel, MCH dan MCHC digunakan untuk mengukur jumlaah hemoglobin yang
terdapat dalam eritrosit dan
umumnya hipokromik mikrokromik ( MCV = < 80 fl; MCH = < 27 pg; dan atau
MCHC < 30 g/dl). Pada penelitian ini, jumlah terbanyak penderita TB Paru pada
indeks nilai eritrosit adalah hipokromik mikrositik. Hal ini sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa pada penyakit TB paru untuk nilai indeks eritrositnya
adalah hipokromik mikrositik.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa:
1. Proposi pasien tuberkulosis yang mengalami anemia dan tidak anemia
sebanyak 23 responden (95,8%) laki-laki dan 13 responden (61,9%)
pada perempuan.
2. Karakteristik anemia pada penderita TB Paru berdasarkan jenis kelamin
laki-laki sebaynyak 24 responden (53,3%) dan perempuan sebanyak 21
responden (46,7%).
3. Karakteristik pada penderita TB pada penderita TB Paru berdasarkan
usia terbanyak adalah usia 20-50 tahun sebanyak 36 responden (80%),
15
usia > 50 tahun sebanyak 5 responden (11,1%) dan usia < 20 tahun
sebanyak 4 responden (8,89%).
pada penelitian ini bahwa untuk kriterianya adalah anemia ringan dan untuk
berdasarkan nilai indeks eritrosit anemia yang banyak diderita oleh pasien TB
paru adalah anemia hipokromik mikrositik.
5.2 Saran
1. Mengacu pada hasil penelitian, disarankan pada RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung agar pemeriksaan anemia pada pasien dengan
TB paru agar dapat ditingkatkan. Hal ini guna mengurangi angka
mordibitas dan mortalitas akibat dari penyakit TB paru yang diderita
pasien.
2. Disarankan pada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih lanjut
mengenai hubungan anemia dengan insiden terjadinya TB paru guna untuk
mengurangi mordibitas dan mortalitas yang disebabkan oleh anemia pada
penderita TB paru. Peneliti selanjutnya juga dapat menambahkan faktor
lain untuk dijadikan bahan penelitian lebih lanjut, seperti status nutrisi
yaitu indeks masa tubuh (IMT), sosialekonomi dan demografi dan
menghubungkannya dengan anemia pada penderita TB paru.