BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
2.1.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai defisiensi jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal
sehingga tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh.7
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin darah, nilai
normal dapat bervariasi antar laboratorium kadar hmoglobin biasanya kurang dari
13,5 gr / dl pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 gr / dl pada wanita dewasa.8
2.1.2
Kriteria Anemia
Parameter yang umum dipakai untuk menunjukkan penurunan masa eritrosit
adalah kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Ketiga parameter ini
saling bersesuaian. Harga normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik
tergantung pada umur, jenis kelamin, adanya kehamilan dan ketinggian tempat
tinggal. Oleh karena itu perlu ditentukan titik pemilah (Cut off point) di bawah
kadar mana kita anggap terdapat Anemia. WHO menetapkan cut off point Anemia
untuk keperluan penelitian lapangan seperti terlihat pada tabel berikut :9
6
Tabel 2.1
Kriteria Anemia ( Hb )
Hemoglobin < 13 g/dl
Hemoglobin < 12 g/dl
Hemoglobin < 11 g/dl
Hemoglobin < 12 g/dl
Sumber:
2.
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folat (B12), hal ini
erat hubungannya dengan defisiensi makanan. Asam folat terutama terdapat
dalam daging, susu dan sayuran yang hijau penurunan absorbsi asam folat
jarang ditemukan karena absorbsi terjadi diseluruh saluran cerna.
Anemia Aplastik, adalah kondisi dimana sumsum tidak dapat berproduksi
maksimal sehingga sel darah baru tidak mencukupi untuk proses penggantian
sel darah lama. Pada kasus anemia biasa, umumnya hanya jumlah sel darah
merah yang rendah, tetapi pada anemia aplastik, jumlah sel darah merah, sel
darah putih, dan platelet menjadi sangat rendah. Hal ini dapat terjadi akibat
paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan efek pada
perbaikan DNA serta gen
3.
2.1.5
Patofisiologi Anemia
Timbulnya Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor, atau akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis.
Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo
endotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses
tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
10
11
Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang
mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak
pada feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah
3. Anemia sideroblastik
Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi
yang ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit
yang baru terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.
4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena
sintesis Hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis
rantai alfa atau beta yang normal.
2.3 Anemia Defisiensi Besi
2.3.1 Fungsi Besi (Fe)
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia yaitu sebanyak 3-5 gr / dl di dalam tubuh manusia dewasa. Besi
mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu : Sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel,
dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain
itu besi berperan pula pada metabolisme energi walaupun terdapat luas di dalam
makanan banyak penduduk dunia mengalami kekurangan besi, termasuk di
Indonesia. Kekurangan besi sejak tiga puluh tahun terakhir di akui berpengaruh
terhadap produktifitas kerja, penampilan kognitif, dan sistem kekebalan
2.3.2 Metabolisme Zat Besi
10
12
Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat
badan. Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan
ini kuat dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam
bentuk anorganik, yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau
reduksi. Kira-kira 70 % dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe
fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan Fe yang nonesensial Sumber besi
adalah makanan hewani seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber baik lainya
adalah telur, serealie tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis
buah. Disamping jumlah besi perlu diperhatikan pula kualitas besi di dalam
makanan atau yang disebut juga ketersediaan biologi (bioavailability). Pada
umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik
tinggi, besi didalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan
biologik sedang, dan besi didalam sebagian besar sayuran terutama yang
mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik
rendah.
2.3.3 Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi atau kekurangan zat besi yang disebabkan karena,
kurang masuknya unsur besi dengan makanan, gangguan reabsorpsi, gangguan
penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya
pada pendarahan. Pada trimester terakhir kehamilan, keperluan akan besi
bertambah, apabila masuknya besi tidak ditambah, maka mudah terjadi Anemia
Defisiensi Besi. Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa
13
dan Hb itu kurang dari 11 gr / dl /100ml. Maka wanita dapat dianggap sebagai
penderita Anemia Defisiensi Besi. 6
Anemia Defisiensi Besi ditandai dengan kadar hemoglobin kurang dari 11,0
gr / dl per 100 mm (10 gr/dl) yang disebabkan kekurangan zat besi. Proses
kekurangan zat besi sampai menjadi Anemia melalui beberapa tahap awalnya
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi dengan
masukan zat besi, lama kelamaan timbul gejala Anemia disertai penurunan Hb.6
2.3.4 Diagnosa Anemia Defisiensi Besi
Untuk menegakan diagnosis Anemia Defisiensi Besi dapat di lakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan keluhan sebagai berikut
cepat lelah, sering pusing, wajah pucat, mata berkunang kunang, dan keluhan
mual muntah yang lebih hebat. Pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai
berikut:12
1. Hb 11 gr %
: Tidak Anemia
: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr%
: Anemia berat
14
Manifestasi Klinis
Gejala yang khas dijumpai pada Defisiensi Besi, tetapi tidak dijumpai pada
Anemia jenis lain adalah:14
15
1. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergarisgaris vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
2. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang.
3. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut
sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofarin
2.3.6 Patofisilogi Anemia Defisiensi Besi
2.3.6.1 Metabolisme Besi
Menurut Wirakusumah (2009) besi yang terdapat di dalam tubuh orang
dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gr/dl. Besi tersebut berada di dalam sel-sel
darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin
cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi
dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan
bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim
hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55
mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsifungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin
adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan
sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,
pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran.13
16
17
reseptor transferin dalam serum. Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi
maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun.6
2.3.7
Pengobatan Anemia
Penyebab yang mendasari sedapat mungkin diobati. Sebagai tambahan,
18
penyebab yang jarang, penggunaan preparat lepas landas, yang semuanya harus
dipertimbangkan sebelum menggunakan besi. 11
2.3.7.2 Besi Parenteral
Besi-sorbitol-sitrat (Jectofer) diberikan sebagai injeksi intramuskular dalam yang
berulang, sedangkan Ferri hidroksida-sukrosa (Venofer) diberikan melalui injeksi
intravena lambat atau infus. Mungkin terjadi reaksi hipersensitivitas atau
anafilaktoid dan oleh karena itu besi parenteral hanya diberikan jika di anggap
perlu untuk memulihkan besi tubuh secara cepat, contohnya pada kehamilan tua
atau pasien yang menjalani terapi eritropoeitin atau jika pemberian besi oral tidak
efektif atau tidak praktis Respon hematologik terhadap pemberian besi parenteral
tidak lebih cepat dibandingkan dengan respons terhadap pemberian dosis besi oral
yang mencukupi, tetapi cadangan besi tubuh dapat pulih dalam waktu yang jauh
lebih cepat. 11
2.3.8 Gejala Anemia Defisiensi Besi
Gejala awal defisiensi besi tidak ada atau tidak spesifik (misalnya, kelelahan,
kelemahan, pusing, dispnea ringan dengan tenaga). Gejala dan tanda lain mungkin
termasuk pucat dan, jika terjadi Anemia berat, akan mengalami takkardi atau
hipotensi. Anda beberapa gejala yang Anemia ini meliputi:6
1. Merasa lelah atau lemah
2. Kulit pucat progresif dari kulit
3. Denyut jantung cepat
4. Sesak napas
5. Sering pusing
19
6. Mata berkunang-kunang,
7. Malaise
8. Nafsu makan turun (anoreksia)
2.3.9 Pencegahan Anemia Defisiensi Besi
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi dapat dilakukan dengan:11
1.
Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama
20
21
Gambaran morfologi darah tepi dari Anemia Defisiensi Besi pembesaran 1000x
dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini. 15
22
23
individu, sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi
individu yang luas. 15
4. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah
cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum
karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang
rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan,
infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum
dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi
yang spesifik. 15
5. Eritrosit
Dalam keadaan Defisiensi Besi, nilai Ht akan menurun setelah formasi Hb
terganggu. Pada awal Defisiensi Besi, konsentrasi Hb yang sedikit menurun akan
menunjukkan nilai Ht yang normal. Hanya pada keadaan Anemia Defisiensi Besi
berat yang akan menurunkan nilai Ht.15
6. Transferin Iron Binding Capacity (TIBC)
TIBC merupakan jumlah besi yang dapat berikatan dengan transferin. g/dl. Secara
bersamaan, SI Normal TIBC berkisar antara 300 sampai 360
dan TIBC
digunakan untuk menghitung persen saturasi transferin dengan besi (SI : TIBC =
persen saturasi). Dalam keadaan normal besi seimbang, persen saturasi adalah
antara 20-50 persen. Ketika itu berada di bawah 20 persen, eritroid sumsum tulang
sulit mendapatkan cukup besi untuk mensuport peningkatan level eritropoesis.
24
Ketika persen saturasi melebihi 50-60 persen, besi dilepaskan untuk peningkatan
jaringan parenkim, menghasilkan besi yang menumpuk berisi hepatocytes, otot
jantung, kulit, dan kelenjar pituitary. 15
7. Indek Mentzer
Indek Mentzer digunakan untuk mengetahui MCV atau volume eritrosit rata-rata
dibagi Red Blood Cell (RBC) atau jumlah eritrosit dalam darah. Apabila hasilnya
>13 berarti Anemia defisiensi Fe. 15
2.4.3 Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan sumsum tulang masih dianggap sebagai pemeriksaan standar yang
dipakai untuk penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa
keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai
jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan
zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat
subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum
yang memadai dan teknik yang dipergunakan.15
Sedangkan dari pemeriksaan BMP (Bone Marrow Puncture) yang perlu dilihat
adalah cadangan Fe, dimana pada penderita Anemia Defisiensi Besi cadangan Fe
nya negatif. Pada hapusan bisa dilihat tidak ada warna kebiruan atau kehijauan
yang menandakan cadangan Fe.
2.5 Hubungan Indeks Mentzer Dengan Gambaran Morfologi Eritrosit
Gejala klinis Thalassemia bervariasi tergantung tipe dan patofisiologinya.
25
Pada penderita thalassemia beta, gejala klinisnya lebih berat karena rantai alfa
yang bebas tidak larut sehingga menjadi sangat beracun terhadap sel prekursor
dari sel darah merah. Menurut gejala klinik, secara umum dibagi menjadi tiga,
yaitu thalassemia trait, minor, dan mayor. Pada thalassemia trait tidak
menimbulkan gejala, penderita berperan sebagai silent carrier. Pada thalassemia
minor biasanya menunjukkan gejala anemia ringan. Sedangkan penderita
thalassemia mayor menunnjukkan gejala anemia berat, ikterus, gagal jantung
kongestif, splenomegali, dan mongoloid facies.
Klinis sering dihadapkan dengan kasus Anemia pada populasi dimana
prevalensi talasemia yang tinggi sehingga terkadang penderita Thalassemia
terutama yang ringan (Thalassemia beta trait) sering salah terdiagnosa sebagai
Anemia defisiensi Fe. Hal ini dikarenakan gejala yang dialami penderita dan
gambaran laboratorium terutama hapusan darah yang hampir sama. Untuk
meminimalisir kesalahan tersebut Indeks Mentzer dapat membantu membedakan
diagnosis antara Anemia dengan talasemia. Indeks Mentzer didapat dari
pembagian MCV dengan jumlah eritrosit (MCV/RBC). Apabila hasilnya > 13
berarti Anemia Defisiensi Fe, sedangkan bila 13 berarti Thalassemia beta trait.6
2.6 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu riset berasal
atau dikaitkan.16
Perdarahan
26
Gambaran Morfologi
Eritrosit
Indeks Mentzer
Gambaran morfologi
eritrosit
Anemia Hipokrom Mikrositer
27
Indeks Mentzer
BAB III
METODE PENELITIAN
28
Populasi
29
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti.17 Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien Anemia Hipokrom Mikrositer yang di periksa
di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
tahun 2013.
3.4.2
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi.17 Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien Anemia Hipokrom Mikrositer yang di periksa di Laboratorium Patologi
Klinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu.16 Variabel dalam penelitian adalah variabel tunggal yaitu kesesuaian
Indeks Mentzer dengan gambaran morfologi eritrosit pada pasien Anemia
Hipokrom Mikrositer.
3.6 Definisi Operasional
18
30
Variabel
Definisi
operasional
Alat ukur
Indeks
mentzer pada
pasien Anemia
Hipokrom
Mikrositer
Pemeriksaan Mean
Corpuscular
Volume (MCV) atau
volume eritrosit
rata-rata dibagi
Red Blood Cell
(RBC) atau jumlah
eritrosit dalam
darah.
Hematologi
Amalyzer
Pencitraan eritrosit
hasil pemeriksaan
hematologi
Mikroskop
dan sediaan
apusan darah
tepi
Gambaran
morfologi
eritrosit pada
pasien Anemia
Hipokrom
Mikrositer
Cara ukur
Hasil ukur
Skala
ukur
Thalassemia
jika indeks
mentzer 13
Pemeriksaan
morfologi
darah tepi
0. Hipokrom
Ordinal
1.
Normokro
m
31
3.7.1 Editing
Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian jawaban responden apakah sudah
lengkap, jelas dan relevan.
3.8.2 Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau
bilangan untuk mempermudah entry data.
3.7.3 Processing
Proses pengentryan data dari kuesioner ke program komputer agar dapat
dianalisis.
3.7.4 Cleaning
Kegiatan pengecekan kembali data yang dientri kedalam komputer tidak terdapat
kesalahan.
3.8 Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa, analisa data
dilakukan menggunakan distribusi frekuensi presentase univariat dan bivariat.
3.9.1 Analisa univariat
Analisa univariat menggunakan rumus prosentase untuk melihat distribusi
frekuensi variabel.20 Adapun rumus prosentase menggunakan bantuan program
komputer.
32
dependen. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian adalah chi square. Taraf
kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan
statistic digunakan batas kemaknaan 0,05. Berarti jika p value 0,05 maka
hasilnya bermakna yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima.20.