BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jumlah
31
4
35
Laki-laki
Talasemia
Total
Berdasarkan tabel 4.1
%
88,6
11,4
100,0
34
Jumlah
30
5
35
%
85,7
14,3
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas distribusi dapat diketahui bahwa gambaran morfologi
eritrosit pada pasien Anemia Hipokrom Mikrositer lebih tinggi pada kategori
hipokrom sebesar 30 orang (85,7%).
4.1.3 Kesesuaian Indeks Mentzer dengan gambaran morfologi eritrosit
Tabel 4.3
Kesesuaian Indeks Mentzer dengan gambaran morfologi eritrosit pada
pasien Anemia Hipokrom Mikrositer yang di periksa di Laboratorium
Patologi Klinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2013
Gambaran morfologi eritrosit
Hipokrom
Normokrom
Indeks Mentzer
Anemia
31
100
31
100
Talasemia
100
100
Total
35
100
35
100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa semua pasien Anemia
Hipokrom Mikrositer yang di periksa di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr.
35
36
Gambar 4.1
Hipokrom pada Gambaran morfologi darah tepi
Untuk meminimalisir kesalahan diagnosis digunakan Indeks Mentzer yang
didapat dari pembagian MCV dengan jumlah eritrosit (MCV/RBC) dengan
37
interpretasi jika indeks mentzer > 13 maka termasuk anemia. Dari hasil penelitian
didapat ada 31 orang dengan indeks mentzer > 13 memiliki gambaran morfologi
darah hipokrom. Begitupun sebaliknya jika Indeks Mentzer yang didapat dari
pembagian MCV dengan jumlah eritrosit (MCV/RBC) dengan interpretasi jika
indeks mentzer 13 maka termasuk thalassemia. Dari hasil penelitian didapat ada
4 orang dengan indeks mentzer 13 juga memiliki gambaran morfologi darah
hipokrom.
Salah satu cara menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi adalah
pemeriksaan darah, akan tetapi terkadang penderita thalassemia terutama yang
ringan (thalassemia beta trait) sering salah terdiagnosa sebagai anemia defisiensi
besi. Hal ini dikarenakan gejala yang dialami penderita dan gambaran
laboratorium terutama hapusan darah yang hampir sama. Gambaran hapusan
darah tepi berupa hipokrom mikrositer dapat ditemukan pada keadaan defisiensi
besi ataupun thallasemia.6 Diperlukan ketelitian dari klinisi untuk meminimalisir
kesalahan diagnosis pasien dengan melakukan uji perbandingan pemeriksaan
morfologi darah disertai pemeriksaan indeks menzert, hal ini penting dengan
diketahui diagnosis secara tepat maka penanganan penderita secara medis dapat
segera dilakukan dengan tepat dan cepat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
38
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kesesuaian Indeks Mentzer
dengan gambaran morfologi eritrosit pada pasien Anemia Hipokrom Mikrositer
yang di periksa di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung tahun 2013 dapat disimpulkan:
5.1.1 Indeks Mentzer pada pasien Anemia Hipokrom Mikrositer lebih tinggi
pada kategori anemia sebesar 31 orang (88,6%).
5.1.2 Gambaran morfologi eritrosit pada pasien Anemia Hipokrom Mikrositer
lebih tinggi pada kategori hipokrom sebesar 30 orang (85,7%).
5.1.3 Semua pasien anemia hipokrom mikrositer yang di periksa memiliki
gambaran eritrosit hipokrom. Setelah di lakukan pemeriksaan hematologi
amalyzer dapat diketahui dari 31 pasien dengan gambaran morfologi
eritrosit kategori hipokrom didapat indeks mentzer > 13 atau termasuk
kategori anemia. Dan dari 4 orang dengan gambaran morfologi eritrosit
kategori hipokrom didapat indeks minzert 13 termasuk kategori kategori
talasemia. Dapat disimpulkan ada kesesuaian Indeks Mentzer dengan
gambaran morfologi eritrosit pada pasien anemia hipokrom mikrositer.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi tempat penelitian
Diperlukan ketelitian dari klinisi untuk meminimalisir kesalahan diagnosis
pasien dengan melakukan uji perbandingan pemeriksaan morfologi darah disertai
pemeriksaan indeks menzert, hal ini penting dengan diketahui diagnosis secara
39
tepat maka penanganan penderita secara medis dapat segera dilakukan dengan
tepat dan cepat.
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat melakukan penelitian lanjutan dan analisis yang lebih mendalam tentang
hubungan Indeks Mentzer dengan gambaran morfologi eritrosit pada pasien
Anemia Hipokrom Mikrositer.